Anda di halaman 1dari 20

PISKOLOGI PENDIDIKAN

TEORI PEMBELAJARAN PERILAKU

Dosen Pengampu:
Lita Erdiana, M.Pd

Disusun oleh :
1. Nadhim Asyrof (2286206045)
2. Silviana Putri (2286206006)
3. Wuni Arya Gusti (2286206059)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


STKIP PGRI SIDOARJO
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmatnya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan
sesuai dengan harapan. Adapun judul makalah yang penulis susun yaitu Negara Hukum.
Sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada nabi Muhammad SAW, keluarga, Sahabat,
dan Umat-Nya.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu Lita Erdiana, M.Pd dosen pengampu mata
kuliah Psikologi Pendidikan yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman
dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang
LATARBELAKANG

Berdasarkan yang kita ketahui, sejak kecil kita sudah mengenal kata belajar. Baik belajar di
lingkungan formal maupun non-formal. Manusia dituntut untuk belajar guna bekal di masa
sekarang hingga masa depan. Belajar yang sering kita lakukan yaitu belajar formal yang kita
temui di bangku sekolah, namun tidak semua diantara kita yang dapat bersekolah. Akan
tetapi belajar sangatlah perlu untuk kita semua, dengan belajar kita bisa mendapatkan
informasi yang aktual dan juga hal yang belum kita ketahui menjadi tahu. Untuk itu, tentunya
kita harus mengetahui apa definisi dari belajar itu sendiri dan macam-macam teori mengenai
belajar itu sendiri.
Pengertian belajar bermacam – macam, secara tradisional pengertian belajar yang
dikemukakan oleh J. Nasution. M.A. dalam buku Asas – asas kurikulum bahwa belajar
adalah pengumpulan sejumlah ilmu. Pendapat ini terlampau sempit dan hanya berpusat pada
mata pelajaran belaka.
Belajar tidaklah demikian, Lester D. Crow dan Alice Crow mengemukakan bahwa belajar
ialah perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan dan sikap. Dalam definisi ini
dikatakan bahwa seseorag belajar kalau ada perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dalam
menguasai ilmu pengetahuan. Belajar disini merupakan suatu proses dimana guru melihat apa
yang terjadi selama murid menjalani pengalaman edukatif untuk mrncapai suatau tujuan.
Untuk dapat memahami dan mengerti apa belajar itu, kita akan melihat dan mempelajari
beberapa teori tentang belajar yang dikemukakan oleh para ahli. Pada makalah ini, akan
membahas mengenai teori belajar, khususnya teori belajar perilaku.
Dalam setiap proses belajar terjadi interaksi. Belajar dapat terjadi dengan adanya usaha dari
manusia iu sendiri untuk mengalami proses belajarnya. Dari berbagai pandangan teori belajar
tersebut, maka dapat kita simpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang relatif permanen pada diri
seseorang baik itu berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai akibat pengalaman.
Teori adalah cara – cara atau metode yang digunakan untuk mempelajari atau meneliti
sesuatu dalam suatu proses pembelajaran. Dengan begitu teori belajar adalah cara – cara yang
digunakan untuk memperoleh perubahan tingkah laku seseorang yang relatif permanen, baik
berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai pengalaman.
Teori pembelajaran mengungkapkan hubungan antara kegiatan pembelajaran dengan proses –
proses psikologis dalam diri siswa, sedangkan teori belajar mengungkapkan antara kegiatan
siswa dengan proses – proses psikologis dalam diri dan siswa, atau teori belajar
mengungkapkan hubungan antara fenomena yang ada dalam diri dan siswa. Pada makalah ini
akan dibahas mengenai teori belajar perilaku yang merupakan teori belajar yang diartikan
sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan
respons. Teori belajar ini dikembangkan atas dasar peruabahan perilaku individu yang
diberikan stimulus tertentu
Pada teori belajar perilaku akan adanya proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
interaksi stimulus dan respons. Dimana teori ini juga banyak pendapat dari para ahli yang
akan dibahas pada makalah ini, berdasarkan rumusan masalah pada makalah ini.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari pembelajaran?
2. Apa saja jenis-jenis teori pembelajaran?
3. Siapa tokoh dalam teori pembelajaran?
4. Apa saja prinsip pembelajaran perilaku?
5. Apa prinsip teori pembelajaran Bandura?
6. Bagaimana penerapan teori pembelajaran perilaku?
7. Apa kekurangan dan kelebihan dari teori pembelajaran perilaku?

TUJUAN MASALAH
1. Mahasiswa mengetahui pengertian dari pembelajaran
2. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis teori pembelajaran perilaku
3. Mahasiswa mengetahui tokoh-tokoh dalam teori pembelajaran perilaku
4. Mahasiswa mengetahui prinsip-prinsip teori pembelajaran perilaku
5. Mahasiswa mengetahui prinsip teori pembelajaran tokoh Bandura
6. Mahasiswa mengetahui cara penerapan teori pembelajaran perilaku
7. Mahasiswa mengetahui kekurangan dan kelebihan dari teori pembelajaran perilaku
A.PENGERTIAN PEMBELAJARAN

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar
dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran
adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Salah satu pengertian pembelajararan dikemukakan oleh Gagne (1977) yaitu pembelajaran
adalah seperangkat peristiwa -peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung beberapa
proses belajar yang bersifat internal. Lebih lanjut, Gagne (1985) mengemukakan teorinya
lebih lengkap dengan mengatakan bahwa pembelajaran dimaksudkan untuk menghasilkan
belajar, situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung,
dan mempertahankan proses internal yang terdapat dalam setiap peristiwa belajar.

B. JENIS- JENIS TEORI BELAJAR

1. Teori Belajar Behavior

Terapi behavior tradisional diawali pada tahun 1950-an dan awal 1960-an di Amerika
Serikat, Afrika Selatan, dan Inggris sebagai awal radikal menentang perspektif psikoanalisis
yang dominan. Fokusnya adalah pada menunjukkan bahwa teknik pengkondisian perilaku
yang efektif dan merupakan alternatif untuk terapi psikoanalitik.

Teori Behavioristik merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Kemudian teori ini berkembang
menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan
dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

Menurut teori behavioristik atau aliran tingkah laku, belajar diartikan sebagai proses
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulasi dan respons. Belajar
menurut psikologi behavioristik adalah suatu kontrol instrumental yang berasal dari
lingkungan.

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang


belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan
metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila
diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam
belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi
atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang
terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati
dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa
yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat
diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan
suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan
(reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan
semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka
responpun akan semakin kuat. Belajar tidaknya seseorang bergantung pada faktor-faktor
kondisional yang diberikan lingkungan.

Kelebihan Behavioristik

 Guru akan terbiasa untuk bersikap teliti dan peka saat kondisi belajar mengajar.
 Guru lebih sering membiasakan muridnya untuk belajar mandiri, tetapi ketika murid
kesulitan baru bertanya kepada guru.
 Dapat mengganti cara mengajar (stimulus) yang satu dengan stimulus lainnya hingga
mendapatkan apa yang diterima oleh murid (respon).
 Dengan teori belajar ini sangat cocok untuk mendapatkan kemampuan yang
mengandung unsur-unsur kecepatan, spontanitas, dan daya tahan.
 Teori ini bisa membentuk perilaku yang diinginkan. Dengan kata lain, perilaku yang
berdampak baik bagi murid diberi perhatian lebih dan perilaku yang kurang sesuai
dengan murid perhatiannya dikurangi.

Kekurangan Behavioristik

 Tidak semua pelajaran dapat memakai teori belajar behavioristik.


 Guru diharuskan untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap.
 Murid cenderung diarahkan untuk berpikir linier, konvergen, tidak kreatif, dan
memposisikan murid sebagai murid pasif.
 Dalam proses belajar mengajar, murid hanya bisa mendengar dan menghafal yang
didengarkan.
 Murid membutuhkan motivasi dari luar dan sangat bergantung pada guru.

2. Teori Belajar Kognitif

Perubahan persepsi dan pemahaman yang dialami setiap individu. Setiap orang mempunyai
pengetahuan dan pengalaman yang berbeda dan tertata dalam bentuk struktur kognitif. Proses
belajar terjadi bila materi yang baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki.

3. Teori Belajar Humanistik


Teori yang memanusiakan manusia dalam bidang filsafat, kepribadian dan psikoterapi. Teori
ini bisa mengaktualisasikan atau memahami seseorang agar dapat membentuk konsep hidup
yang unik.

C. TOKOH-TOKOH ALIRAN BEHAVIORISTIK

1. Teori Belajar Menurut Ivan P. Pavlov

Pavlov menyumbangkan pikiran dan gagasannya dalam sebuah penelitiannya dalam bidang
fsikologi yaitu tentang Refleks berkondisi yang di lakukannya di tempat yang berbeda-beda.
Dan bagian yang paling terpenting dari penelitiannya adalah dengan berpura-pura memberi
makan kepada anjing. . Percobaan dilanjutkan dengan pura-pura memberi makan melalui
botol-botol kecil yang dimasukan dan diletakan di samping mulut anjing tersebut. Setelah
diperhatikan ternyata anjing sebagai binatang percobaan selalu mengeluarkan air liurnya
sebelum makanan diletakan dekat moncongnya dan pura-pura mulai makan. Anjing tersebut
akan bertindak seperti itu jika ada makanan dan atau sekalipun tidak diberi makanan (pura-
pura memberi makanan). Dari percobaannya tersebut Pavlov menyimpulkan bahwa hampir
semua organisme perilakunya terjadi secara refleks dan di batasi oleh rangsangan sederhana.

Teori belajar classical conditioning kadang-kadang disebut juga respont conditioning atau
Pavlovian Conditioning, merupakan teori belajar katagori Stimulus-Respon (S-R) tipe S.
Esensi berlakunya classical conditioning adalah adanya dua stimulus yang berpasangan. Satu
stimulus yang dinamakan conditioned stimulus (CS) atau kita sebut saja stimulus yang
berkondisi. Stimulus ini dinamakan stimulus netral sebab kecuali untuk menjaga respon yang
pertama kalinya diberikan dalam beberapa saat, tidak menghasilkan respon khusus. Stimulus
lainnya adalah unconditioned stimulus (US) atau kita sebut saja stimulus yang tidak
berkondisi. Stimulus ini menghasilkan respon yang sipatnya reflek yang kita namakan
unconditioned response (UR) atau kita sebut saja respon yang tidak berkondisi. Pasangan
kedua stimulus ini yakni stimulus berkondisi dan tidak berkondisi (CS dan US) biasanya
terjadi di mana stimulus berkondisi (CS) timbul atau datang pada waktu yang relatif singkat
sebelum stimulus yang tidak berkondisi (US) diberikan. Selang waktu antara stimulus
berkondisi dengan stimulus tidak berkondisi dinamakan interstimulus interval.

Hasil daripada pasangan stimulus ini, di mana stimulus yang tidak berkondisi yang didahului
oleh stimulus berkondisi adalah dimulainya respon yang sama yakni respon tidak berkondisi
(unconditioned respon atau UR). Setelah terjadi proses belajar stimulus berkondisi
menghasilkan respon. Respon tersebut dinamakan respon berkondisi(CR). Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa situasi atau classical conditioning adalah sebagai berikut:apabila
stimulus berkondisi dan stimulus tak berkondisi dipasangkan dalam jumlah waktu dan
interval waktu dengan benar, stimulus berkondisi yang asli dan netral akan memulai
menghasilkan respon yang sama dengan respon yang dihasilkan oleh stimulus tak berkondisi
sebelum dipasangkan. Respon-respon khusus yang dihasilkanoleh stimulus berkondisi yang
asli dan netral adalah apa yang dinamakan belajar classical conditioning. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa stimulus takl bersarat/tak berkondisi dapat menghasilkan respon atau
tanggapan tak bersarat/berkondisi dan stimulus tambahan yakni stimulus berkondisi akan
menghasilkan respon baru yakni respon atau tanggapan berkondisi. Dengan konsep ini maka
stimulasi biasa yang asli dan netral sewaktu-waktu akan menghasilkan reson atau tanggapan
asli atau respon berkondisi. Konsep lain yang perlu dijelaskan adalah pelenyapan dan
penyembuhan spontan dalam teori classical conditioning dari percobaan Pavlov.

Setelah respon berkondisi tercapai, apakah yang akan terjadi bila stimulus berkondisi diulang
atau diberikan kembali tanpa diikuti oleh stimulus tak berkondisi ? Dalam hal ini akan terjadi
pelenyapan atau padam atau hilang. Dengan kata lain pelenyapan adalah tidak terjadinya
respon atau menurunnya kekuatan respon pada saat diberikan kembali stimulus berkondisi
tanpa diikuti stimulus tak berkondisi setelah terjadinya respon. Sedangkan penyembuhan
spontan adalah suatu tindakan/usaha nyata untuk menghalangi terjadinya pelenyapan. Satu
diantaranya ialah melalui rekonditioning atau mengkondisi kembali melalui pemberian kedua
stimulus secara berpasangan.

Konsep lain dari classical conditioning adalah stimulus generalisasi dan diskriminasi.

Dalam hal ini Pavlov menyatakan bahwa respon berkondisi timbul terhadap stimulus yang
tidak berpasangan atau tidak dipasangkan dengan stimulus tak berkondisi. Ini berarti ada
semacam kecenderungan untuk menggeneralisasikan respon berkondisi terhadap stimulus
lain apabila dalam beberapa hal memiliki kesamaan dengan stimulus berkondisi atau asli.
Makin tinggi tingkat kesamaannya semakin tinggi pula generalisasinya. Diskriminasi adalah
proses belajar untuk membuat satu respon tcrhadap satu stimulus dan membedakan respon
atau bukan respon terhadap stimulus lainnya. Dengan demikian diskriminasi merupakan
lawan dari generalisasi atau kebalikan generalisasi.

Dalam praktek sehari-hari adanya generalisasi banyak ditemukan. Dalam pengertian setelah
respon khusus terjadi akibat suatu stimulus, maka rangsangan yang sama akan menghasilkan
respon yang sama. Contohnya, jika seekor anjing telah dilatih membengkokan kaki kirinya,
maka ia juga akan memberikan respon membengkokan kaki kanannya seandainya respon
yang asli (kaki kiri) menjadi penghalang. Konsep lain yang juga penting adalah perjumlahan.
Artinya kombinasi dari stimulus sering mempunyai kekuatan yang lebih besar daripada
rangsangan atau stimulus yang terpisah-pisah. Sebagai contoh kedua penglihatan dan
penciuman akan bereaksi kuat pada anjing untuk menghasilkan tanggapan terhadap makanan.

2. Teori Belajar Menurut B.F. Skinner

Selanjutnya, Skinner mengembangkan teori conditioning dengan menggunakan tikus sebagi


percobaan. Menurutnya, suatu respons sesungguhnya juga menghasilkan sejumlah
konsekuensi yang nantinya akan mempengaruhi tingkah laku manusia. Untuk memahami
tingkah laku siswa secara tuntas menurut Skinner perlu memahami hubungan antara satu
stimulus dengan stimulus lainnya,memahami respons itu sendiri, dan berbagai konsekuensi
yang diakibatkan oleh respons tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa mengguanakan
perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan
membuat segala sesuatunya menjadi bertambahnya rumit, sebab alat itu akhirnya juga harus
dijelaskan lagi. Dari hasil percobaannya, Skinner membedakan respons menjadi dua yaitu:
1. Respons yang timbul dari stimulus
2. “operant (instrumental) responce”, yang timbul dan berkembang karena diikuti oleh
perangsang tertentu.

Teori Skinner dikenal dengan “operant conditioning”, dengan enam konsepnya, yaitu sebagai
berikut.

 Penguatan positif dan negatif


 Shapping, proses pembentukan tingkah laku yang makin mendekati tingkah laku yang
diharapakan.
 pendekatan suksesif, proses pembentukan tingkah laku yang menggunakan penguatan
pada saat yang tepat, hingga respons pun sesuai dengan yang diisyaratkan.
 Extinction, proses penghentian kegiatan sebagai akibat dari ditiadakannya penguatan.
 Chaining of responce, respons dan stimulus yang berangkaian satu sama lain.
 Jadwal penguatan, variasi pemberian penguatan: rasio tetap dan bervariasi, interval
tetap dan bervariasi.

Skinner lebih percaya pada “penguat negatif’ (negative reinforcement), yang tidak sama
dengan hukuman. Bedanya dengan hukuman adalah, bila hukuman harus diberikan (sebgai
stimulus) agar respons yang timbul berbeda dari yang diberikan sebelumnya, sedangkan
penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respons yang sama menjadi kuat.
Misalnya seorang siswa perlu dihukum untuk suatu kesalahan yang dibuatnya, jika ia masih
bandel, maka hukuman harus ditambah. Tetapi bila siswa membuat kesalahan dan dilakukan
pengurangan terhadap sesuatu yang mengenakkan baginya (bukan malah ditambah), maka
pengurangan ini mendorong siswa untuk memperbaiki kesalahannya.. inilah yang disebut
“penguat negatif”.

D.PRINSIP PEMBELAJARAN PERILAKU

1. Konsekuensi-Konsekuensi
Prinsip yang paling penting dari teori-teori belajar perilaku ialah, bahwa perilaku berubah
menurut konsekuensi-konsekuensi langsung.Konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan
“memperkuat” perilaku, sedangkan konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan
“melemahkan” perilaku. Bila seekor tiukus yang lapar menerima butiran makanan waktu ia
menekan sebuah papan, tikus itu akan menekan papan itu lebih kerap kali. Tetapi bila tikus
itu menerima denyutan listrik, tikus itu akan menekan papan itu makin berkurang, atau
berhenti sama sekali.
Konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan pada umumnya disebut reinforser, sedangkan
konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan disebut hukuman (punishers).
a. Reinforser-Reinforser
Reinforser-reinforser dapat dibagi menjadi dua golongan: primer dan sekunder. Reinforser
primer memuaskan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia, misalnya makanan, air, keamanan,
kemesraan, dan seks.Reinforser sekunder merupakan reinforser yang memperoleh nilainya
setelah diasosiasikan dengan reinforser primer atau reinforser lainnya yang sudah mantap.
Uang baru mempunyai nilai bagi seorang anak bila ia mengetahui, bahwa uang itu dapat
digunakannya untuk membeli makanan, misalnya. Angka-angka dalam rapor baru
mempunyai nilai bagi siswa, bila orang tuanya memberikan perhatian dan penilaian, dan
pujian orang tua mempunyai nilai sebab pujian itu terasosiasi dengan kasih saying,
kemesraan, dan reinforser-reinforser lainnya.Uang dan angka rapor adalah contoh-contoh
reinforser sekunder, sebab keduanya tidak mempunyai nilai sendiri, melainkan baru
mempunyai nilai setelah diasosiasikan dengan reinforser primer atau reinforser lainnya yang
lebih mantap. Ada tiga kategori dasar reinforser sekunder, yaitu reinforsr sosial (seperti
pujian, senyuman, atau perhatian), reinforser aktivitas (seperti pemberian mainan, permainan,
atau kegiatan-kegiatan yang menyenangkan), dan reinforser simbolik (seperti uang, angka,
bintang, atau points yang dapat ditukarkan untuk reinforser-reinforser lainnya).
Kerap kali, yang digunakan di sekolah merupakan hal-hal yang diberikan pada siswa-
siswa.Reinforser-reinforser ini disebut reinforser positif, dan berupa pujian, angka, dan
bintang.Tetapi, ada kalanya untuk memperkuat perilaku ialah dengan membuat konsekuensi
perilaku pelarian dari situasi yang tidak menyenangkan, misalnya, seorang guru dapat
membebaskan para siswa dari pekerjaan rumah, jika mereka berbuat baik dalam kelas.Jika
pekerjaan rumah diangap siswa sebagai suatu tugas yang tidak menyenangkan, maka bebas
dari pekerjaan rumah ini merupakan reinforser.Reinforser-reinforser yang berupa pelarian
dari situasi yang tidak menyenangkan disebut reinforser negative.
Suatu prinsip perilaku penting ialah, kegiatan yang kurang diingini dapat ditingkatkan dengan
menggabungkannya pada kegiatan-kegiatan yang lebih disenangi atau diingini. Sebagai
contoh misalnya, seorang guru berkata pada muridnya “Jika kamu telah selesai mengerjakan
soal ini, kamu boleh keluar.” atau “Bersihkan dahulu mejamu, nanti Ibu bacakan cerita.”
Kedua contoh ini merupakan contoh-contoh dari suatu prinsip yang dikenal dengan Prinsip
Premack (Premack, 1965).
b. Hukuman
Konsekuensi-konsekuensi yang tidak memperkuat perilaku disebut hukuman.Para teoriwan
perilaku berbeda pendapat mengenai hukuman ini.Ada yang berpendapat, bahwa hukuman itu
hanya temporer, bahwa hukuman menimbulkan sifat menentang atau agresi.Ada pula
teoriwan-teoriwan yang tidak setuju dengan pemberian hukuman. Pada umumnya mereka
setuju bahwa hukuman itu hendaknya digunakan, bila reinforsemen telah dicoba dan gagal,
dan bahwa hukuman diberikan dalam bentuk selunak mungkin, dan hukuman hendaknya
selalu digunakan sebagai bagian dari suatu perencanaan yang teliti, tidak dilakukan karena
frustasi.

2. Kesegeraan (Immediacy) Konsekuensi-Konsekuensi


Salah satu prinsip dalam teori belajar perilaku ialah, bahwa konsekuensi-konsekuensi yang
segera mengikuti perilaku akan lebih mempengaruhi perilaku dari pada konsekuensi-
konsekuensi yang lambat datangnya.
Prinsip kesegeraan konsekuensi-konsekuensi ini penting artinya dalam kelas.Khususnya bagi
murid-murid sekolah dasar, pujian yang diberikan segera setelah anak itu melakukan suatu
pekerjaan dengan baik, dapat merupakan suatu reinforser yang lebih kuat dari pada angka
yang diberikan kemudian.
3. Pembentukan (Shaping)
Selain kesegeraan dari reinforsemen, apa yang akan diberi reinforsemen juga perlu
diperhatikan dalam mengajar. Bila guru membimbing siswa menuju pencapaian tujuan
dengan memberikan reinforsemen pada langkah-langkah yang menuju pada keberhasilan,
maka guru itu menggunakan teknik yang disebut pembentukan.
Istilah pembentukan atau “shaping” digunakan dalam teori-teori belajar perilaku dalam
mengajarkan keterampilan-keterampilan baru atau perilaku-perilaku dengan memberikan
reinforsemen pada para siswa dalam mendekati perilaku akhir yang diinginkan.
Ringkasan dari langkah-langkah dalam pembentukan perilaku baru adalah sebagai berikut:
 Pilihlah tujuan – buat tujuan itu sekhusus mungkin.
 Tentukan sampai di mana siswa-siswa itu sekarang. Apakah kemampuan-kemampuan
mereka?
 Kembangkan satu seri langkah-langkah yang dapat merupakan jenjang untuk
membawa mereka dari keadaan mereka sekarang ke tujuan yang telah ditetapkan.
 Berilah umpan balik selama pelajaran berlangsung.

E. PRINSIP TEORI BELAJAR SOSIAL BANDURA


Menurut Albert Bandura, belajar harus memuat prinsip-prinsip berikut.

1. Determinis resiprokal

Maksud determinis resiprokal adalah konsep keterkaitan secara bolak-balik antara lingkungan

dan perilaku. Menurut Bandura, perilaku seseorang bisa dibentuk oleh lingkungan. Senada

dengan hal itu, lingkungan juga bisa dibentuk oleh perilaku manusia di sekitarnya.

2. Tanpa penguatan (reinforcement)

Bandura menekankan bahwa penguatan bukan satu-satunya pembentuk tingkah laku

seseorang. Seseorang bisa belajar hanya dari melihat dan meniru hal yang dilihat. 

3. Kognisi dan regulasi diri


Menurut Bandura, manusia bisa menjadi pengamat atas perilakunya sendiri, memberi

penguatan, dan hukuman atas kesalahan sendiri. Tidak hanya itu, beliau juga menganggap

bahwa manusia bisa mengatur lingkungan, membentuk dukungan kognitif, dan

bertanggungjawab atas perilakunya sendiri.

F. PENERAPAN TEORI PERILAKU DALAM SITUASI KELAS

1. Pastikanlah bahwa murid memiliki kesiapan untuk belajar. Ms. Walker kelas empat,

akan mengajar penambahan angka-angka pecahan. Namun, sebelum memulainya, ia

memerikasa apakah merid-muridnya dapat menabahkan angka-angka penuh. Dua

murid masih mengalami kesulitan menambahkan angka-angka penuh, sehingga ia

menggunakan waktu eksternal untuk mengajarkan mereka hngga mereka dapat

menambahkan angka-angka penuh secara penuh secara tepat. Mr. Tamborina

mengatak kepada murid-murid kelas limanya bahwa, sesudah mereka mempelajari

cara melakukan pembagian angka-angka, mereka akan mampu menghitung rata-rata

pukulan kena yang dilakukan oleh para pemain kasti. Pada pertengahan tahun ajaran

sekolah itu, ia merasa bahwa mereka dapat melakukan pembagian anngka-angka

dengan cukup baik, sehingga ia mengajar kepada mereka cara menghitunng rata-rata

pukulan kena (angka total pukulan kena dibagi dengan jumlah kesempatan memukul).

2. Buatlah murid membentuk asosiasi antara stimulasi dan respons. Seorang guru kelas

tiga sedang mengajarkan murid-muridnya penulisan judul laporan. Ia meminta murid-

muridnyamenuliskan judul pada semua mata pelajaran-matematika, mengarang

mengeja, dan ilmu sosial. Ia ingin mereka bereka belajar bahwa, ketika mereka mulai

mengerjakan sebuah laporan (stimulasi), mereka harus menuliskan sebuah judul

(respons). Seorang guru tingkat sekolah dasar membantu murid-mridnya mempelajari

perkalian angka-angka dengan memberikan kepada mereka soal-soal latihan


pemeriksaan yang singkat setiap hari. Tujuan guru ini adalah agar mereka

mengasolasikan stimulasi “9 x 7 =” dengan respon yang tepat, “63”. i

3. Asosiasikanlah aktivitas belajar dan aktivitas di kelas dengan konsekuensi yang

menyenangkan. Seorang guru kelas empat memutuskan untuk memulai mata

pelajaran memasak dikelasnya setiap hari Jumat, untuk embantu murid-muridnya

mempelajari pengukuran. Setelah murid-muridnya ini menyiapkan berbagai bahan

resep dengan ukuran-ukuran yang akurat, mereka mulai memasak masakan mereka

tersebut. Ms. Kincaid., guru seni tingkat sekolah menengah, sedang membantu murid-

muridnya mempelajari tekhnik memahat dan tekhnik membuat kerajinan gelas.

Setelah mereka menyelesaikan beberapa proyek kecil, murid-murid ini mampu

mengerjakan sebuah proyek yang lebih besar untuk ditempatkan di rumah mereka

masing-masing.

4. Perkuatlah perilaku yang diinginkan dan padamkanlah perilaku yang tidak diinginkan.

Mrs. Wazulski berkeliling kelas dan memonitor pengerjaan tugas mandiri murid-

muridnya. Ia mengomentari aspek-aspek yang diinginkan dari pekerjaan mereka

(misalnya “itu bagus, Jim, kamu mengerjakannya dengan sangat baik.”) dan

menunjukkan kepada murid-muridnya cara berkinerja yang lebih baik “Halaman itu

dikerjakan dengan agak ceroboh, Mara. Lihatlah contoh ini. Cobalah mengerjakannya

dengan cara seperti ini.” Jason mendorong Sam keluar dari barisan. Mr Christo

melihat hal ini, lalu segera mengatakan “Jason, kita tidak mendorong individu lain.

Kamu mengetahui bahwa penalti dikarenakan mendorong individu lain adalah tidak

adanya waktu bebas., jadi kamu kehilangan waktu bebasmu hari ini.” Keesokannya,

Jason tidak bertindak menyimpang ketika berjalan dalam barisan. Mr Christo

mengatakan, “Jason, kamu bisa menjadi pemimpin barisan saat kembali dari ruang
makan siang nanti, karena kamu bertingkah laku sangat baik ketika berjalan dalam

barisan dan tidak mendorong.”

5. Perkuatlah kemajuan pembelajaran dan perilaku. Mr Green meminta murid-murid

tingkat sekolah lanjutan di kelas bahasa Inggris-nya agar menyimpan portofolio

karangan mereka. Secara periodik, is bertemu dengan masing-masing muridnya untuk

meninjau hasil kerja mereka dan menunjukkan area-area perbaikan. Hasil dari sesi-

sesi perbincangan ini adalah mereka memahami bahwa diri mereka memenag

mengalami kemajuan pada keterampilan mengarang. Mr. Leland., guru musik tingkat

sekolah dasar, memiliki murid-murid kelas dua yang sedang mengalami kesulitan

mempelajari enam lagu yang diprogramkan pada musim semi itu. Mr. Leland

membuat sebuah grafik yang mendaftarkan enam lagu tersebut. Ia mengatakan kepada

murid-muridnya bahwa, setiap kali mereka mempelajari sebuah lagu, ia akan

menempatkan sebuah bintang pada grafik tersebut. Setelah mereka mendapatkan

enam bintang, mereka akan mengadakan pesta popcorn di kelas.

6. Jadikanlah “partisipasi murid dalam aktivitas yang dianggap bernilai olehnya”

mensyaratkan “pelaksanaan aktivitas yang dianggap kurang bernilai olehnya”.

Alfonso, murid kelas lima, tidak suka menyelesaikan tugas membacanya, namun ia

senang menulis cerita dengan menggunakan komputer. Mr. Willet, gurunya,

mengatakan kepadanya bahwa ia boleh memiliki waktu ekstra bekerja dengan

menggunakan komputer asalkan ia menyelesaikan tugas membacanya. Mrs, Sherrill,

guru seni drama tingkat sekolah lanjutan, mengatakan kepada murid-muridnya, bahwa

untuk mendapatkan peran dalam pertunjukkan yang diselenggarakan oleh murid-

murid kelas dua belas, mereka sedikitnya harus menghadiri 15 dari 20 sesi latihan

pertunjukkan tersebut.
G. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN TEORI-TEORI PERILAKU

Telah diuraikan beberapa teori-teori perilaku. Sebagaimana setiap teori tidak akan pernah

sempurna demikian halnya dengan teori-teori peilaku. Di samping kekuatan-kekuatannya ada

pula kelemah-kelemahannya.

Prinsip-prinsip yang melandasi teori-teori perilaku kedudukannya kuat dalam psikologi, dan

hal ini telah ditunjukkan dalam berbagai situasi.Prinsip-prinsip ini berguna untuk

menjelaskan sebagian besar dari perilaku manusia dan bahkan lebih berguna dalam

mengubah perilaku.

Proses-proses belajar yang kurang tampak, seperti pembentukan konsep, belajar dari buku,

pemecahan masalah, dan berfikir, sukar untuk diamati secara langsung sehingga kurang

diteliti oleh para teoretikus perilaku. Proses – proses ini termasuk ke dalam domain belajar

kognitif.

Teori-teori belajar perilaku dan kognitif kerap kali dikemukakan sebagai model-model yang

bersaing dan bertentangan.Sebenarnya lebih baik melihat kedua macam teori ini sebagai

teori-teori yang menanggapi masalah-masalah yang berbeda, jadi lebih bersifat komplimenter

dari pada bersaing.

Teori belajar perilaku ini sangat cocok dalam pemerolehan kemampuan yang membutuhkan

praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur kecepatan spontanitas,  kelenturan daya

tahan dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak – anak yang masih

membutuhkan peran orang tua.

Namun, penting untuk diketahui bahwa ruang lingkup teori belajar perilaku terbatas. Dengan

pengecualian teoritikus – teoritikus sosial, para teoritikus belajar perilaku terutama

memusatkan pada perilaku yang tampak. Pandangan teori belajar perilaku ini hanya

mengakui adanya stimulus-respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya

pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur – unsur yang diamati tersebut.
Menurut pandangan teori belajar peilaku, siswa dipandang sebagai pembelajar yang pasif dan

kurang memberikan ruang gerak yang bebas untuk siswa dalam mengembangkan potensi

dirinya.

Kekurangan teori belajar ini adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru bersifat

mekanistis dan hanya berorientasi pada hasil.Murid dipandang pasif, murid hanya

mendengarkan,  menghafal penjelasan guru sehingga guru sebagai sentral dan bersifat

otoriter. Teori belajar ini juga cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir linier,

konvergen, tidak kreatif dan produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses

pembentukkan atau shaping, yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu,

sehingga menjadikan peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.

KESIMPULAN

1) Berdasarkan tujuan penulisan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa:

Teori belajar perilaku atau teori belajar behavioristik merupakan teori tentang perubahan

tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini merupakan teori belajar yang

berdasarkan atas perilaku. Teori belajar ini dikembangkan atas dasar peruabahan perilaku

individu yang diberikan stimulus tertentu.


Pendapat para ahli yang mengemukakan tentang teori belajar perilaku, yaitu: Ivan P. Pavlov,

B.F. Skinner, dan Albert Bandura.

2) Pendapat para ahli mengenai teori belajar perilaku, diantaranya:

• Ivan P. Pavlov: teori belajar Dari percobaannya tersebut Pavlov menyimpulkan bahwa

hampir semua organisme perilakunya terjadi secara refleks dan di batasi oleh rangsangan

sederhana.

• B.F. Skinner: mengembangkan teori conditioning dengan menggunakan tikus sebagi

percobaan. Menurutnya, suatu respons sesungguhnya juga menghasilkan sejumlah

konsekuensi yang nantinya akan mempengaruhi tingkah laku manusia.

• Albert Bandura: menambahkan konsep belajar sosial (social learning). Ia

mempermasalahkan peranan ganjaran dan hukuman dalam proses belajar. Kaum

behaviorisme tradisional menjelaskan bahwa kata-kata yang semula tidak ada maknanya,

dipasangkan dengan lambak atau obyek yang punya makna (pelaziman klasik). Teori ini

dikembangkan oleh Albert Bandura (1969). Teori ini menerima sebagian besar prinsip-

prinsip teori-teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan efek-efek dari

isyarat-isyarat pada perilaku, dan pada proses-proses mental internal. Teori belajar Bandura

adalah teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri yang menunjukkan pentingnya

proses mengamati dan meniru perilaku, sikap dan emosi orang lain.

3) Beberapa prinsip yang melandasi teori-teori perilaku antara lain : konsekuensi-

konsekuensi, kesegeraan (immediacy) konsekuensi-konsekuensi, pembentukan (shaping).

 Konsekuensi-Konsekuensi

 Kesegeraan (Immediacy) Konsekuensi-Konsekuensi

 Pembentukan (Shaping)

4) Penerapan teori belajar perilaku


Yang harus dilakukan pada penerapan teori belajar adalah pastikan semua peserta didik siap

untuk belajar, peserta didik membentuk asosiasi antara stimulasi dan respon, dari asosiasi

tersebut dibuat menyenangkan, perkuatkanlah perilaku yang diinginkan, perkuatkanla

kemajuan pembelajaran dan perilaku, serta meningkatkan partisipasi peserta didik.

5) Kelebihan dan kekurangan teori belajar perilaku, antara lain:

cocok dalam pemerolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang

mengandung unsur kecepatan spontanitas,  kelenturan daya tahan dan sebagainya. Teori ini

juga cocok diterapkan untuk melatih anak – anak yang masih membutuhkan peran orang tua.

Namun, teori belajar juga mempunyai kekurangan hanya mengakui adanya stimulus-respon

yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan

yang mempertemukan unsur–unsur yang diamati tersebut. Menurut pandangan teori belajar

peilaku, siswa dipandang sebagai pembelajar yang pasif dan kurang memberikan ruang gerak

yang bebas untuk siswa dalam mengembangkan potensi dirinya.

SARAN

Sebaiknya, kita selaku calon guru pada nantinya dapat menerapkan teori belajar perilaku ini

kepada pserta didik nantinya, akan tetapi diimbangi dengan teori belajar lainnya yang dapat

menunjang kita pada saat proses belajar mengajar.

https://www.academia.edu/9534836/Teori_Belajar_Perilaku

https://www.google.com/search?

q=bandura+teori&oq=bandura&aqs=chrome.2.0i131i355i433i512j46i131i433i512j0i512j46i

512j0i512l4.3272j0j4&client=ms-android-transsion-infinix-rev1&sourceid=chrome-

mobile&ie=UTF-8
https://www.google.com/amp/s/www.gramedia.com/best-seller/teori-belajar/amp/

https://www.slideshare.net/yasinpasiran/teori-belajar-perilaku

https://unida.ac.id/pembelajaran/artikel/apa-itu-pembelajaran.html

Anda mungkin juga menyukai