Anda di halaman 1dari 12

TEORI POKOK BELAJAR

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Anas Rohman, M.Pd

Di Susun Oleh ;
1. Dimas Anafadli 19106011167
2. Lina Rahmatika 19106011154
3. Muh. Tirta Hardiansyah 19106011139

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa perolongan-NYA tentu kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, yag kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti. Aamiin.
Penulis juga mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat-NYA,
sehingga kami mampu menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
“Psikologi Pendidikan”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta keurangan didalamnya. Untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran
dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kmudian apabila terdapat banyak kesalahan dalam makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Kami juga megucapkan terimakassih kepada semua pihak khususnya kepada Bapak
Dosen Anas Rohman, M.Pd., yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.
Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Terrimakasih.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Semarang, 29 September 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam lingkungan pendidikan, tentunya terjadi suatu roses interaksi antara guru
dan siswa, dan antara siswa dengan siswa lainnya dalam kegiatan belajar kelompok.
Sebuah proses pembelajaran akan terjadi ketika interaksi tersebut berlangsung.
Secara umum, dapat diketahui bahwa pembelajaran akan diterjemahkan sebagai
suatu proses yang saling menyatukan antara kognitif, emosional dan pengaruh
lingkungan serta pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat
perubahan. Sebagai suatu proses, maka semuanya difokuskan pada apa yang terjaddi
ketika kegiatan belajar sedang berlangsung. Sedangkan teori-teori belajar merupakan
penjelasan mengenai apa yang terjaddi pada proses belajar tersebut.
Dilihat dari pengertiannya sendiri bahwa teorri belajar adalah upaya yang disusun
untuk memberikan gambaran akan bagaimana manusia mempelajari sesuatu, sehingga
didapatkan pemahaman mengenai proses pembelajaran yang kompleks dan inheren.
Perbuatan belajar akan menimbulkan perubahan pada beberapa aspek kehidupan
seseorang. Maka para ahli berusaha memberikan rumusan mengenai pengertian belajar.,
yang dapat disimpilkan bahwa belajar merupakan suatu prosesperubahan dalam tingkah
laku yang baik dan buruk.
Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman
sehingga mendapatkan kecakapan atau ketrampilan baru, sehingga dapat digunakan
dalam waktu yang relative lama. Perubahan tingkah laku karena belajar meliputi berbagai
aspek dari kepribadian, fisik, dan psikis. Dan dalam makalah ini, kami akan membahas
tentang teori pokok belajar.

B. RUMUSAN MAKALAH
1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar?
2. Ada berapa pembagian dari teori pokok belajar?
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TEORI BELAJAR


Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
bagaimana manusia belajar, saehingga membantu kita semua memehami proses inhern
yang kompleks dari belajar. Teori belajar merupakan kumpulan prinsip umum yang
saling berhubungan dan penjelasan atas sejumlah fakta serta penemuan yang berkaitan
dengan peristiwa belajar. Teori belajar merupakan integrasi prinsip-prinsip yang
menuntun di dalam merancang kondisi demi tercapainya tujuan pendidikan. Teori
belajar merupakan landasan terjadinya suatu proses belajar yang menuntun
terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori belajar merupakan pengetahuan tentang
pengkondisian situasi belajar dalam usaha pencapaian perubahan tingkah laku yang
diharapkan, sehingga teori-teori belajar menjadi sumber bagi teori-teori pembelajaran.1
Jadi, Teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip
yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan
yang berkaitan dengan peristiwa belajar 2. Setiap teori memiliki landasan sendiri-sendiri
sebagai dasar perumusan, sehingga bebarengan dengan itu muncullah berbagai teori
tentang belajar.3

B. MACAM-MACAM TEORI POKOK BELAJAR


1. Teori Behavioristik
Teori behavioristik adalah teori yang menerapkan prinsip pungutan stimulus
respon. Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku
sebagai sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukan
perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan
1
Husamah, dkk, Belajar dan Pembelajaran, (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2016), hlm. 25.
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya
2

Offset, 2004), hal.105.


3
Mahfudh Shalahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Surabaya: Bina Ilmu Offset, 1990),
hal.31.
yang dialami siswa. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang
pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau
pembiasssaan semata.4
Teori behavioristik sering kali idak mampu menjelaskan situasi belajar yang
kompleks, sebab banyak variable atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan
dan atau belajar yang tidak dapat ddirubah menjai sekedar hubungan stimulus
dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan alas an-alasan yang mengacaukan
hubungan antara stimulus dan respon, dan tidak dapat menjawab hal-hal yang
emnyebabkan terjadinya penyimpangan antara stimulus yang diberikan dengan
rsponnya.5
Namun, kelebihan dari teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berikir
linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori inii bahwa
belajar merupakan proes pembentukan atau shapping yaitu membawa siswa
menuju atau menapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk
tidak bebas berrkreasi dan berimajinasi.6
2. Teori Koneksionisme atau Teori Connectionisme
Teori konektionisme ini dipelopori oleh Erward L. Thorndike (1874-1949),
menurut aliran ini belajar adalah hubungan antar stimulus dan respons. Teori ini
dikenal juga dengan istilah “S_R Bond Theory” dan teori “Trial and Error
Learning” karena menunjuk pada panjangnya waktu dan banyaknya jumlah
kekeliruan dalam mencapai tujuan.7
Dalam percobaannya Thorndike menggunakan seekor kucing yang lapar dan
dimasukkan kedalam kurungan yang didalamnya terdapat sebuah alat yang
apabila disentuh akan menyebabkan pintu terbuka sehingga kucing bisa keluar.
Lalu di luar kurungan ditaruh makanan yang dapat dilihat atau dicium oleh kucing
yang berada dalam kurungan. Maka kucing yang lapar itu akan berusaha untuk

4
Lefudin, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2014), hlm. 80.
5
Lefudin, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2014), hlm. 79.
6
Lefudin, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2014), hlm. 79.
7
Noer Rohmah, Psikologi Pendidikan, (Surabaya: CV Jakad Meedia Publishing, 2020), hlm. 168.
keluar dari kurungan. Pada mulannya kucing akan bertingkah laku tidak menentu
agar bisa keluar dari kurungan, tapi gagal. Tapi setelah secara tidak sengaja
menyentuh/ menginjak mekanisme sehingga pintu terbuka dan kucing keluar.
Eksperimen ini diulang beberapa kali, dan ternyata waktu yang diperlukan untuk
membuka tombol semakin singkat dan tepat memberikan reaksi yang tepat
terhadap tantangan atau perangsangannya. Yakni membuat asosiasi antara
perangsang dan reaksi melalui belajar secara “trial and error”.8
Dari sini ada dua hal pokok yang medorong timbulnya fenomena belajar,
yakni:9
a. Kucig lapar (motivasi untuk makan), motivasi merupakan hal vital dalam
belajar.
b. Tersedianya makanan (efek positif/memuaskan) artinya jika sebuah respon
menghasilkan eekmemuaskan, maka hubungan antara stimulus dan respons
makin kuat, begitu pula sebaliknya.

Terdapat 3 hukum belajar yang utama dari percobaan Thorndike tersebut,


yaitu10 :
a. Hokum efek, bahwa keadaan memuaskan akan memperkuat hubungan
stimulu an respons, dan keadaan menjengkelkan akan memperlemah
hubungan antara S_R. jadi hukuman tidak sama pngaruhnya dengan ganjaran
dalam belajar.
b. Hokum latihan, bahwa pengalaman yang diulang-ulang akan mempebesar
peluang timbulnya respons (tanggapan) yang benar, tapi pengulangan yang
tak disertai keadaan yang memuasakan tak akan meningkatkan belajar.
c. Hokum kesiapan disini melukiskan syarat-syarat yang menentukan keadaan
yang memuasskan atau menjengkelkan tadi itu.
3. Teori Pembiasaan Klasik

8
Mahfudh Shalahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Surabaya: Bina Ilmu Offset, 1990),
hlm. 32-33.
9
Noer Rohmah, Psikologi Pendidikan, (Surabaya: CV Jakad Meedia Publishing, 2020), hlm. 168.
10
Noer Rohmah, Psikologi Pendidikan, (Surabaya: CV Jakad Meedia Publishing, 2020), hlm. 168-169.
Teori pembiasaan klasik atau disebut juga dengan teori “Classical
Conditioning”. Teori ini dipelopori oleh Ivan Petrovitch Pavlov (1849-1936),
seorang ilmuan besar dari Rusia. Pavlov menghasilkan sebuah eksperimen bahwa
belajar adalah hubungan antara stimulus dan respons. Pada dasarnya Classical
Conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan reflex baru dengan cara
mendatangkan stimulus sebelum terjadinya reflex tersebut11.
Dalam percobaannya, Pavlov menggunakan anjing untuk mengetahui
hubungan-hubungan antara Conditioned Response (CR), Conditionet Stimulus
(CS), Unconditioned Response (UCR), dan Unconditioned Stimulus (UCS). CS
adalah rangsangan yang mampu mendatangkan respons yang dipelajari,
sedangkan respons yang dipelajari itu disebut CR. Adapun UCS berarti
rangsangan yang menimbulkan respons yang tidak dipelajari dan respons yang
tidak dipelajari itu disebut UCR.
Berdasarkan eksperimen tersebut, semakin jelas bahwa belajar adalah
perubahan yang ditandai degan adanya hubungan antara stimulus dan respons.
Jadipada prinsipnya eksperimen E.L. Trondike dimuka kurang lebih sama dengan
eksperimen Pavlov yang memang dianggap sebagai pendahulu dan anutan
Trondike yang behavioristik itu. Kesimpulan yang bias kita tarik dari hasil
eksperimen Pavlov ialah apabila stimulus yang diadakan (CS) selalu disertai
dengan stimulus penguat (UCS), stimulus tadi (CS) cepat atau lambat akhirnya
akan menimbulkan respons atau perubahan yang kita kehendaki yang dalam hal
ini CR.
Selanjutnya, Skinner berpendapat bahwa proses belajar yang berlangsung
dalam ekserimen Pavlov itu tunduk terhadap dua macam hokum yang berbeda,
yakni : law of respondent conditioning dan law of respondent extinction. Secara
harfiah, law of respondent conditioning berarti hokum pembiasaan yang dituntut.
Sedangkan law of respondent extinction.adalah hokum pemusnahan yang
dituntut12.
Kelemahan teori ini adalah menganggap bahwa belajar itu hanyalah terjadi
secara otomatis, keaktifan dan penentuan pribadi dalam tidak dihiraukannya.
11
Noer Rohmah, Psikologi Pendidikan, (Surabaya: CV Jakad Meedia Publishing, 2020), hlm. 170.
12
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers,2009), hlm.95-97.
Peranan kebiasaan terlalu ditonjolkan. Sedangkan manusia dalam bertindak dan
berbuat sesuatu manusia tidak semata-mata tergantung dengan kehidupan luar tapi
juga pribadinya memegang peranan penting dalam menentukan reaksi apa yang
akan dilakukannya13.
4. Teori Pembiasaan Perilaku Respons (Operant Conditioning)
Operant Conditioning adalah teori belajar yang dicptakan oleh B.F. Skinner
(1904). Tema pokok yang mewarnai karya-karyanya adalah “bahwa tingkah laku
itu terbentuk oleh konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku
itu sendiri.” Dia mengunakan eksperimen dengan seekor tikus yang diletakkan
dalam kotak, tikus itu bergerak-gerak terus sehingga secara kebetulan dapat
menekan pengungkit, sehingga butir-butirmakanan jatuh pada wadah yang telah
disediakan. Penekanan pengungkit adalah tingkah laku operant yang akan terus
meningkat bila diiringi dengan reinforcement (penguatan berupa butir-butir
makan yang muncul padda wadah makanan)14.
5. Cognitive Theory (Teori Kognitif)
Teori psikologi kognitif adalah bagian terpenting dari sains kognitif yang telah
memberi kontribusi yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi belajar.
Sains kognitif merupakan himpunan disiplin yang terdiri atas: psikologi kognitif,
ilmu-ilmu computer, linguistic, intelegensi buatan, matematika,epistimologi, dan
psikologi syaraf.
Pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan arti penting dalam proses
internal, yakni mental manusia. Dalam pandangan para ahli kognitif, tingkah laku
manusia yang tampak tak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses
mental, yaitu: motivasi, kesengajaan, keyakinan dan sebagainya.
Dalam prspektif psikologi kognitif, belajar pada asasnya adalah peristiwa
mental, bukan behavioral (yang bersifat jasmaniyah), meskipun hal-hal yang
bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam hampir stiap belajar siswa. Secara
lahiriyah, seorang anak yang sedang membaca dan menulis, misalnya, tentu
menggunakan perangkat jasmaniyah(dalam hal ini mulut dan tangan)
untukmengucapkan kata dan menggores pena, akan tetapi perilaku yang dilakukan
13
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2006), hlm. 91.
14
Noer Rohmah, Psikologi Pendidikan, (Surabaya: CV Jakad Meedia Publishing, 2020), hlm. 169.
anak tersebut bukan semata-mata respons atau stimulus yang ada, melaainkan
yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otak.
Keyakinan principal yang dianut oleh para behavioral adalah “reflex” yakni reaksi
jasmaniah yang tidak memerlukkan kesadaran mental. Apapun yang dilakukan
manusia termasuk kegiatan belajar adalah kegiatan reflex belaka. Dalam
perspektif psikologi kognitif, peristiwa yang digambarkan olh peristiwa tadi
adalah na’if15.
6. Social Learning Theory (Teori Belajar Sosial)
Teori ini disebut juga dengan Observational Learning (belajar
observasional,dengan pengamaatan). Tokohnya adalah Albert Bandura (seorang
tokoh behavioris moderat). Menurutnya tingkah laku manusia bukan semata-mata
reflex otomatis atas stimulus (S-R Bond) atau ikatan antara S-R. melainkan juga
akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema
kognitif manusia itu sendiri. Prinsip dasar belajarnya adalah proses belajar
manusia terjadi melalui peniruan (imiiation) dan penyajian contoh perilaku
(modeling)16.

15
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya
Offset, 2004), hal.103.
16
Noer Rohmah, Psikologi Pendidikan, (Surabaya: CV Jakad Meedia Publishing, 2020), hlm. 172.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang
saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang
berkaitan dengan peristiwa belajar.  Setiap teori memiliki landasan sendiri-sendiri sebagai
dasar perumusan, sehingga bebarengan dengan itu muncullah berbagai teori tentang belajar.
Teori behavioristik adalah teori yang menerapkan prinsip pungutan stimulus
respon. Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai sebagai
akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar
sesuatu apabila ia mampu menunjukan perubahan tingkah laku.
Teori konektionisme ini dipelopori oleh Erward L. Thorndike (1874-1949),
menurut aliran ini belajar adalah hubungan antar stimulus dan respons. Teori ini dikenal
juga dengan istilah “S_R Bond Theory” dan teori “Trial and Error Learning” karena
menunjuk pada panjangnya waktu dan banyaknya jumlah kekeliruan dalam mencapai
tujuan.
Teori pembiasaan klasik atau disebut juga dengan teori “Classical Conditioning”.
Teori ini dipelopori oleh Ivan Petrovitch Pavlov (1849-1936), seorang ilmuan besar dari
Rusia. Pavlov menghasilkan sebuah eksperimen bahwa belajar adalah hubungan antara
stimulus dan respons. Pada dasarnya Classical Conditioning adalah sebuah prosedur
penciptaan reflex baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya reflex
tersebut.
Operant Conditioning adalah teori belajar yang dicptakan oleh B.F. Skinner
(1904). Tema pokok yang mewarnai karya-karyanya adalah “bahwa tingkah laku itu
terbentuk oleh konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri.”
Teori psikologi kognitif adalah bagian terpenting dari sains kognitif yang telah
memberi kontribusi yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi belajar.
Social Learning Theory (Teori Belajar Sosial), tokoh yang mempopulerkan teori
ini adalah Albert Bandura, yang berpandangan bahwa tidak hanya merupaka reflex otomatis
atau stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi
antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri.
B. SARAN
Demikianlah makalah ini yang kami buat, namun kami merasa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kamimengininkan kritik dan saran agar makalah ini
menjadi lebih baik dan sesuai dengan yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Husamah, dkk. 2016. Belajar dan Pembelajaran. (Malang: Universitas Muhammadiyah


Malang).
Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset).
Shalahuddin, Mahfudh. 1990. Pengantar Psikologi Pendidikan. (Surabaya: Bina Ilmu Offset).
Leifudin. 2014. Belajar dan Pembelajaran. (Yogyakarta: CV Budi Utama).
Rohmah, Noer. 2020. Psikologi Pendidikan. (Surabaya: CV Jakad Media Publishing).
Purwanto, Ngalim. 2006. Psikologi Pendidikan. (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset).

Anda mungkin juga menyukai