Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KELOMPOK 1

INOVASI PEMBELAJARAN

KONSEP DASAR TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

DISUSUN OLEH :

1. Doni Saputra ( Nim : 2104050 )


2. Supratman ( Nim : 2104082 )
3. Iwan Purnama ( Nim : 2104047 )

Dosen Pengampu :

Jufri, S.Pd., M.Mat.

PRODI PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI STKIP ROKANIA

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Bismillah hirrohmanirrohim.

Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah Subhanahu Wa

Ta’ala berkat Ridho-Nya kami mampu merampungkan makalah ini dengan tepat

waktu. Tidak lupa juga kami haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi

Muhammad Shallallahu `alaihi Wa Sallam, beserta keluarganya, para sahabatnya dan

semua ummatnya yang selalu istiqomah sampai akhir zaman `Penulisan makalah ini

memiliki tujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Inovasi Pembelajaran dengan

tema “Konsep Dasar Teori Belajar dan Pembelajaran “

Akhirul kalam, kami sadar bahwa makalah ini penuh dengan kekurangan.

Oleh karena itu, kami sangat berharap kritik dan saran konstruktif demi

penyempurnaan makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat memenuhi

tugas Mata Kuliah yang di berikan kepada penulis.

Pasir Pangaraian, 04 Februari 2023

Penulis,
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah swt menciptakan manusia untuk menjadi khalifatullah fil ardh dengan

berbagai kapasistas dan kemampuan yang dimiliki. Kemampuan yang ada pada diri

manusia berupa suatu keunggulan dan kelebihan jika dibandingkan dengan mahluk

ciptaan Allah swt yang lain.

Manusia diberikan kelebihan berupa akal pikiran. Dengan kelebihan akal

pikiran inilah manusia dapat melakukan perbandingan, menganalisa dan merenung

bahkan membuktikan sesuatu terhadap masalah yang mengharuskan dia berpikir.

Proses berpikir atau bernalar nya manusia merupakan bentuk kegiatan untuk

mendapatkan pengetahuan dan ini dapat dikatakan sebagai bentuk proses belajar dan

pembelajaran.

Selaian kemampuan jasmani, manusia sebagai mahluk sosial mempunyai

kemampuan Kognitif ( Kekampuan berpikir, mengingat, menilai dll). Manusia dapat

mekasimalkan kemampuan kognitifnya melalui proses belajar. Belajar merupakan

aktivitas utama bagi setiap manusia. Sebegitu pentingnya belajar bagi manusia

sehingga hampir tidak ada manusia yang lepas dari kegiatan belajar.

Belajar itu sendiri tidak harus melalui pendidikan formal seperti sekolah atau

tingkat pendidikan lainnya. Proses belajar juga dapat dilakukan dalam pencarian nilai-

nilai kehidupan di rumah, di lingkungan sekitar, bahkan di dalam sebuah tempat yang

tidak pernah disangka oleh manusia.


Dalam proses belajar itu sendiri diharapkan terjadinya perubahan perilaku

sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan. Perubahan perilaku terhadap hasil

belajar bersifat continiu, fungsional, positif, aktif, dan terarah. Dari tahapan tahapan

proses interaksi belajar tersebut maka lahirlah yang di sebut dengan pembelajaran.

Rangkaian proses diatas tidak lain bertujuan mengembangkan kemampuan kognitif

(pengetahuan) , afektif ( sikap ), dan psikomotorik (ketrampilan ) seseorang.

Istilah pembelajaran sudah mulai dikenal luas dalam masyarakat, lebih- lebih

setelah diundangkannya Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, yang secara legal formal memberi pengertian tentang

pembelajaran. Dalam Pasal 1 butir 20 pembelajaran diartikan sebagai “... proses

interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar”. Pembelajaran sebagai suatu konsep pedagogik secara teknis dapat diartikan

sebagai upaya sistematik dan sistemik untuk menciptakan lingkungan belajar yang

potensial menghasilkan proses belajar yang bermuara pada berkembangnya potensi

individu sebagai peserta didik.

Dengan demikian Belajar dan Pembelajaran adalah dua kegiatan yang tidak

dapat dipisahkan dimana keduanya merupakan interaksi edukatif yang memiliki

Norma- norma. Antara belajar dan pembelajaran satu sama lain memiliki keterkaitan

substantif dan fungsional. Keterkaitan substantif belajar dan pembelajaran terletak

pada simpul terjadinya perubahan perilaku dalam diri individu. Keterkaitan fungsional

pembelajaran dengan belajar adalah bahwa pembelajaran sengaja dilakukan untuk

menghasilkan belajar atau dengan kata lain belajar merupakan parameter

pembelajaran, walaupun tidak semua proses belajar merupakan hasil pembelajaran

Oleh karena itu, dapat pula dikatakan bahwa akuntabilitas belajar bersifat internal-

individual, sedangkan akuntabilitas pembelajaran bersifat publik.


BAB II

KONSEP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

1.1 Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), secara etimologis belajar

memiliki arti "berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu". Definisi ini memiliki

pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau

ilmu. Belajar merupakan proses peru-bahan tingkah laku manusia berdasarkan

pengalaman dan latihan, dari belum tahu menjadi tahu, dari pengalaman yang sedikit

kemudian bertambah.

Belajar adalah suatu perubahan. Perubahan itu terjadi dengan mengembangkan

suatu ketrampilan baru, memahami pengetahun baru hingga bisa merubah sikap dan

perubahan. Perubahan tersebut tidak hanya bersifat incidental namun bersifat alami

seiring dengan pertambahan usia.

Belajar merupakan suatu proses pengajaran dan pembelaaran untuk merubah

perilaku baik buruk seseorang untuik menjadi perilaku yang lebih baik, yaitu

meningkatkan pengetahuan, pemikiran, pemahaman, sikap dan berbagai kemampuan

lainnya.

Dari pengeritian diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu

Propses perubahantingkah laku secara keseluruhan, bersifat positif dan bertujuan serta

mencakup seluruh aspek tingkah laku lainnya.


Perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai akibat hasil dari belajar tersebut

tampak jelas dikemukakan oleh para ahli tentang defenisi belajar ,antara lain:

a. Belajar menurut Pandangan B. F. Skinner Belajar menurut Skinner adalah

menciptakan kondisi peluang dengan penguatan (reinforcement), sehingga

individu akan bersungguh-sungguh dan lebih giat belajar dengan adanya

ganjaran (funnistment) dan pujian (rewards) dari guru atas hasil bela-

jarnya. Skinner membuat perincian lebih jauh dengan membedakan adanya

dua macam respons. Pertama, respondent response, yaitu respons yang

ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu yang disebut eliciting

stimuli menimbulkan respons- respons yang secara relatif tetap, misalnya

makanan yang menimbulkan keluarnya air liur. Pada umumnya,

perangsang- perangsang yang demikian itu mendahului res- pons yang

ditimbulkannya. Kedua, operant response, yaitu respons yang timbul dan

berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu yang disebut

reinforcing stimuli atau reinforce, karena perangsang-perangsang tersebut

memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme. Jadi, seorang

akan menjadi lebih giat belajar apabila mendapat hadiah sehingga

responsnya menjadi lebih intensif atau kuat.6 Belajar menurut pandangan

Skinner adalah kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan

respons belajar, baik konsekuensinya sebagai hadiah maupun teguran atau

hukuman. Dengan demikian, pemilihan stimulus yang deskriminatif dan

penggunaan penguatan dapat merangsang individu lebih giat belajar,

sehingga belajar merupakan hubungan antara stimulus dengan respons (S–

R).
b. Matthew H.Olsson dan B.R Hergenhahn dalam bukunya : An Introductiob

Of Theori of Learning mengemukakan bahwa : Learning, as we have seen,

is a general term that is used to describe changes in behav- ior potentiality

resulting from experience. (Belajar adalah istilah umum yang digunakan

untuk menggambarkan perubahan dalam potensi perilaku yang dihasilkan

dari pengalaman).

c. Menurut Moh. Surya : Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksinya dengan lingkungan.

d. Menurut Ngalim Purwanto : Belajat adalah setiap perubahan yang relatif

menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan

atau pengalaman.

e. S. Rahmi Ramadhani dkk dalam bukunya Belajar dan pembelajaran

(Konsep dan pengembangan) menyatakan : Belajar merupakan proses

memperoleh ilmu. Belajar merupakan kegiatan yang menghasilkan adanya

perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mampu

menjadi mampu. Sedangkan pembelajaran mengacu pada dua konsep,

yakni belajar dan mengajar.

Dari Pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Belajar merupakan

aktivitas, baik fisik maupun psikis yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang

baru pada diri individu yang belajar dalam bentuk ke-mampuan yang relatif konstan

dan bukan disebabkan oleh kematangan atau sesuatu yang bersifat sementara.
Dari perubahan tingkah laku itulah. Manusia akan mendapatkan kebahagiaan

duniawi dan ukhrawi .Kebahagiaan duniawi diperoleh karena dalam belajar diperoleh

tiga ranah yang menjadi tujuan pendidikan, yaitu ranah kognitif, afektif, maupun

psikomotorik.

1.2 Pembelajaran

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

Pendidikan Nasional bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik

dengan pendidik dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan

belajar.

Pembelajaran sebagai konsep pedagogik secara teknis dapat diartikan sebagai

upaya sistematik dan sistemik untuk menciptakan lingkungan belajar yang potensial

untuk menghasilkan proses belajar yang bermuara pada berkembangnya potensi

individu sebagai peserta didik. Dari pengertian tersebut tampak bahwa antara belajar

dan pembelajaran satu sama lain memiliki keterkaitan substantif dan fungsional.

Keterkaitan substantif belajar dan pembelajaran terletak pada simpulan terjadinya

perubahan perilaku dalam diri individu. Keterkaitan fungsional belajar dan

pembelajaran adalah bahwa pembelajaran sengaja dilakukan untuk menghasilkan

proses belajar atau dengan kata lain belajar merupakan parameter pembelajaran.
Pembelajaran dipandang secara nasional sebagai suatu proses interaksi yang

melibatkan komponen-komponen utama, yaitu peserta didik, pendidik, dan sumber

belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan belajar. Dengan demikian, proses

pembelajaran merupakan suatu sistem, yaitu satu kesatuan komponen yang satu sama

lain saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang

diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan Pembelajaran

tidak terjadi seketika, melainkan berproses melalui tahapan-tahapan yang dicirikan

dengan karakteristik tertentu. Pertama, melibatkan proses mental siswa secara mak-

simal dalam proses pembelajaran. Kedua, membangun suasana dialogis dan proses

tanya jawab secara terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan mening-

katkan kemampuan berpikir siswa yang pada gilirannya dapat membantu siswa untuk

memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.

Terkait dengan proses pembelajaran itu sendiri terdapat beberapa pengertian

pembelajaran yang dikemukakan para ahli, antara lain:

a. Menurut Dimyati dan Mudjiono, dalam bukunya : Belajar dan

pembelajaran berpendapat bahwa : Pembelajaran adalah kegiatan guru

secara terprogramdalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar

aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

b. Menurut Syaiul Sagala dalam bukunya Konsep dan Makna pembelajaran

berpendapat bahwa : kegiatan pembelajaran di sekolah adalah interaksi

pendidik dan peserta didik dalam mempelajari suatu meteri pelajaean yang

telah tersusun dalam suatu kurikulum.


c. Rahmi Damiyanti dkk dalam buku : Belajar dan pembelajaran ( Konsep

dan pengembangan) mengemukakan bahwa Pembelajaran merupakan

proses yang kompleks dengan menghadirkan kegiatan belajar yang

dilaksanakan oleh siswa serta kegiatan mengajar yang dilaksanakan oleh

guru.

d. Menurut Duffy dan Roehler, Pembelajaran adalah suatu usaha yang

sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang

dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum.

e. Menurut Gagne dan Briggs Instruction atau pembelajaran adalah suatu

sistemyang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi

serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk

mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang

bersifat internal.

f. M.Hanafi dkk dalam bukunya Konsep Belajar Dan Pembelajaran

mengemukakan bahwa : Pembelajaran merupakan usaha pendidik untuk

mewujudkan terjadinya proses pemerolehan pengetahuan, penguasaan

kemahiran, dan pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.

Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses yang menfasilitasi peserta

didik agar dapat belajar dengan baik. Sehingga dengan demikian untuk

dapat menghasilkan proses pembelajaran yang efektif sebagaimana yang

diharapkan, maka pendidik perlu memahami teori-teori belajar yang dapat

menjadi landasan pelaksanaan pembelajaran.


Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran

merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan

meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Oleh karena

pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistemik untuk menginisiasi,

memfasilitasi,dan meningkatkan proses belajar maka kegiatan pembelajaran berkaitan

erat dengan jenis hakikat, dan jenis belajar serta hasil belajar tersebut. Belajar dan

pembelajaran merupakan dua konsep yang saling berhubungan dan tidak dapat

dipisahkan. Keduanya merupakan aktivitas utama dalam pendidikan.

2. Teori Belajar dan Pembelajaran

Secara pragmatis, teori belajar merupakan prinsip umum atau kumpulan

prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan

penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Terjadinya interaksi antara

mengajar dengan belajar, sebenarnya berada pada suatu kondisi yang unik, sebab

secara sengaja atau tidak, masing-masing pihak berada dalam suasana belajar. Jadi

pendidik walaupun dikatakan sebagai pengajar, sebenarnya secara tidak langsung juga

melakukan belajar18 Untuk dapat menghasilkan proses pembelajaran yang efektif

sebagaimana yang diharapkan, maka pendidik perlu memahami teori-teori belajar

yang dapat menjadi landasan pelaksanaan pembelajaran. Terdapat 3 terori belajar dan

pembelajaran, antara lain:


a. Teori Behaviorisme

Behaviorisme dari kata behave yang berarti berperilaku dan isme berarti

aliran. Behavorisme merupakan pendekatan dalam psikologi yang didasarkan atas

proposisi (gagasan awal) bahwa perilaku dapat dipelajari dan dijelaskan secara ilmiah.

Dalam melakukan penelitian, behavioris tidak mempelajari keadaan mental. Jadi,

karakteristik esensial dari pendekatan behaviorisme terhadap belajar adalah

pemahaman terhadap kejadian-kejadian di lingkungan untuk memprediksi perilaku

seseorang, bukan pikiran, perasaan, ataupun kejadian internal lain dalam diri orang

tersebut. Fokus behaviorisme adalah respons terhadap berbagai tipe stimulus.

Teori behaviorisme dengan model hubungan stimulus-responnya,

mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku

tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya

perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila

dikenai hukuman. Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada

penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas yang menuntut

pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam

bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada

keterampilan yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke

keseluruhan.Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga

aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/ buku wajib dengan

penekanan pada keterampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib

tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.


Prinsip-Prinsip dalam Teori Behavioristik:

1) Obyek psikologi adalah tingkah laku.

2) Semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek.

3) Mementingkan pembentukan kebiasaan.

4) Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri.

5) Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik harus dihindari.

Salah satu unsur pendidik bagi seorang guru yang profesional adalah

bagaimana dia memahami proses belajar siswanya dan mampu mengorganisir

berlangsungnya proses belajar mengajar sehingga dari proses tersebut dapat

membentuk karakter peserta didik. Untuk dapat memahami proses belajar yang terjadi

pada diri siswa, guru perlu menguasai hakikat dan konsep dasar belajar. Dengan

menguasai hakikat dan konsep dasar tentang belajar diharapkan guru mampu

menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran, karena fungsi utama pembelajaran

adalah memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya belajar dalam diri peserta didik.

b. Teori Kognitivisme

Definisi “Cognitive” berasal dari kata “Cognition” yang mempunyai

persamaan dengan “knowing” yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas

kognition/kognisi ialah perolahan penataan, penggunaan pengetahuan Teori belajar

kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri.

Baharudin menerangkan teori ini lebih menaruh perhatian dari pada peristiwa-

peristiwa Internal Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan

respon sebagaimana dalam teori behaviorisme, lebih dari itu belajar dengan teori

kognitivisme melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Dijelaskan oleh

Baharuddin dkk. (2008: 87) menurut aliran kognitif, belajar adalah sebuah proses
mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan.

Menurut Menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang anak

melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak

berjalan terputus-putus, tetapi melalui proses yang mengalir, sambungmenyambung,

dan menyeluruh. Teori kognitif ini muncul dipengaruhi oleh psikologi gestalt. Asumsi

yang mendasari teori ini adalah, bahwa setiap anak telah mempunyai pengalaman dan

pengetahuan di dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk

struktur kognitif. Proses belajar akan berjalan dengan baik bila materi pelajaran yang

baru beradaptasi (bersinambung) secara “klop” dengan struktur kognitif yang sudah

dimiliki oleh anak.

Karakteristik teori belajar kognitif :

1) Belajar adalah proses mental bukan behavioral.

2) Siswa aktif sebagai penyalur.

3) Siswa belajar secara individu dengan pola deduktif dan induktif.

4) Instrinsik motivation, sehingga tidak perlu stimulus.

5) Siswa sebagai pelaku untuk menuntun penemuan.

6) Guru memfasilitasi terjadinya proses insight.


c. Teori Kontruktivisme

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan

dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup

yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi)

pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit

demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak

sekonyong-konyong.Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau

kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi

pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena

mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih paham

dan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara

langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Menurut asalnya,

teori konstruktivime bukanlah teori pendidikan. Teori ini berasal dari disiplin filsafat,

khususnya filsafat ilmu. Pada tataran filsafat, teori ini membahas mengenai

bagaimana proses terbentuknya pengetahuan manusia. Menurut teori ini pembentukan

pengetahuan terjadi sebagai hasil konstruksi manusia atas realitas yang

dihadapinya.Dalam perkembangan kemudian, teori ini mendapat pengaruh dari

disiplin psikologi terutama psikologi kognitif Piaget yang berhubungan dengan

mekanisme psikologis yang mendorong terbentuknya pengetahuan.

Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif siswa

mengkostruksi pengetahuan. Proses tersebut dicirikan oleh beberapa hal sebagai

berikut:
1) Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan siswa dari apa yang

mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi makna ini dipengaruhi

oleh pengertian yang telah ia punyai.

2) Konstruksi makna merupakan suatu proses yang berlangsung terusmenerus

seumur hidup.

3) Belajar bukan kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih berorientasi

pada pengembangan berpikir dan pemikiran dengan cara membentuk

pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil dari perkembangan melainkan

perkembangan itu sendiri.Suatu perkembangan yang menuntun penemuan dan

pengaturan kembali pemikiran seseorang.

4) Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skemata seseorang dalam

keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi disekuilibrium

merupakan situasi yang baik untuk belajar.

5) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan

lingkungan siswa. 6. Hasil belajar siswa tergantung pada apa yang sudah

diketahuinya.

Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk menemukan

sesuatu, bukan suatu proses mekanis untuk mengumpulkan fakta. Dalam konteks

yang demikian, belajar yang bermakna terjadi melalui refleksi, pemecahan konflik

pengertian dan selalu terjadi pembaharuan terhadap pengertian yang tidak

lengkap. Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut dapat ditarik sebuah inferensi

bahwa menurut teori konstruktivisme belajar adalah proses mengkonstruksi

pengetahuan dengan cara mengabstraksi pengalaman sebagai hasil interaksi antara

siswa dengan realitas baik realitas pribadi, alam, maupun realitas sosial. Proses

konstruksi pengetahuan berlangsung secara pribadi maupun sosial.


Adapun prinsip-prinsip teori belajar konstruktivistik adalah sebagai berikut :

1) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.

2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan

keaktifan murid sendiri untuk menalar.

3) Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi

perubahan konsep ilmiah.

4) Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi

berjalan lancer

5) Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.

6) Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.

7) Mmencari dan menilai pendapat siswa.

8) Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.


BAB III

KESIMPULAN

Dari uraian diatas daapt disimpulkan bahawa : Belajar adalah sebuah kegiatan
untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Belajar merupakan proses perubahan tingkah
laku manusia berdasarkan pengalaman dan latihan, dari belum tahu menjadi tahu, dari
pengalaman yang sedikit kemudian bertambah. Belajar merupakan proses manusia
untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap.

Pembelajaran adalah adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk


memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Dengan kata lain, pembelajaran
adalah proses yang menfasilitasi peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Sehingga dengan demikian untuk dapat menghasilkan proses pembelajaran yang
efektif sebagaimana yang diharapkan, maka pendidik perlu memahami teori-teori
belajar yang dapat menjadi landasan pelaksanaan pembelajaran.

Teori- teori belajar dalam pembelajaran merupakan sebuah sistem yang dapat
diuji kebenaranya oleh siapa pun dan terbuka untuk dikaji ulang dalam perspektif
yang sama, dan mungkin dapat digantikan dengan sebuah sistem baru, yang sudah
mengalami kajian dan penelitian lain. Sedangkan belajar merupakan proses perubahan
tingkah laku manusia berdasarkan pengalaman dan latihan, dari belum tahu menjadi
tahu, dari pengalaman yang sedikit kemudian bertambah.

Terdapat 3 teori belajar dan Pembelajaran yaitu:

1. Teori Belajar Kognitivisme . Teori ini Menurut teori ini, ilmu pengetahuan
dibangun dalam diri seorang anak melalui proses interaksi yang
berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terputus-
putus, tetapi melalui proses yang mengalir, sambungmenyambung, dan
menyeluruh. Teori kognitif ini muncul dipengaruhi oleh psikologi gestalt.
Asumsi yang mendasari teori ini adalah, bahwa setiap anak telah mempunyai
pengalaman dan pengetahuan di dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan
ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Proses belajar akan berjalan dengan
baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi (bersinambung) secara “klop”
dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki oleh anak.
2. Teori Belajar Behaviorisme Behaviorisme. Menurut Teori ini belajar adalah
pemahaman terhadap kejadian-kejadian di lingkungan untuk memprediksi
perilaku seseorang, bukan pikiran, perasaan, ataupun kejadian internal lain
dalam diri orang tersebut. Fokus behaviorisme adalah respons terhadap
berbagai tipe stimulus.
3. Teori Belajar Kontruktivisme . Dengan teori konstruktivisme siswa dapat
berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan.
Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam mebina
pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya
dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif,
mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
DAFTAR PUSTAKA

https://psikologi.uma.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/TEORI-TEORI-
BELAJAR.pdf.

http://repository.unpas.ac.id/30379/2/BAB%20II%20pdf.PDF.

https://karyatulisku.com/konsep-dasar-belajar-dan-pembelajaran/.

https://scholar.google.co.id/scholar?
q=konsep+dasar+belajar+dan+pembelajaran&hl=id&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholar
t.

Anda mungkin juga menyukai