Anda di halaman 1dari 30

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

MAKALAH MEMAHAMI KONSEP BELAJAR


DAN PANDANGAN BELAJAR MENURUT PARA AHLI

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Hj. Eliana Sari, M.M.

Disusun oleh :
Ahmad Faturohman 1502617017
Riswanda Firdaus 1502617018
Tio Dimas 1502617019
Muhammad Iqbal 1502617020
Alpi Cahyadi 1502617022

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kita
diberikan kesehatan dan kenikmatan saat ini, serta penulis dapat membuat makalah
berjudul Memahami Konsep belajar dan Pandangan Belajar Menurut Para Ahli.

Makalah yang dibuat bertujuan untuk memberikan informasi yang


berwawasan tentang ilmu dunia pendidikan, dan untuk memenuhi salah satu tugas
matakuliah Teori Belajar Dan Pembelajaran. makalah ini disusun dengan semaksimal
mungkin melalui beberapa sumber bacaan dan hasil pemikiran anggota kelompok.

Dalam proses pendidikan Selalu berkaitan dengan belajar seperti membaca


dan menulis, akan tetapi terdapat pula beberapa konsep belajar, sehingga kita dapat
mengetahui model atau metode yang kita gunakan dalam proses belajar.

Berkat bantuan Tuhan yang Maha Esa makalah telah selesai dibuat dengan
tepat waktu, serta penulis mengucapkan terimakasih kepada Dosen pembimbing Prof.
Dr. Hj. Eliana Sari, M.M. pada matakuliah Teori Belajar Dan Pembelajaran, yang
telah memberi materi dan pengetahuan yang sejalan dan berkesinambungan dalam
proses pembuatan makalah ini, serta saran agar makalah ini dapat ditulis dengan baik
dan benar.

Penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan nilai positif
bagi kelompok kami maupun bermanfaat bagi pembaca. Mohon maaf sebelumnya
bila ada kesalahan pada makalah ini.

Terimakasih

Jakarta, 21 Maret 2020

II
Cover Makalah ........................................................................................................i

Kata Pengantar ........................................................................................................ii

Daftar Isi ................................................................................................................iii

1.1 Latar Belakang Masalah...............................................................................

3.1 Kesimpulan................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27

III
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Belajar merupakan hal yang sangat dekat dengan kita seperti


membaca dan menulis, akan tetapi belajar juga dapat dilakukan oleh binatang
seperti anak burung yang belajar untuk terbang dan ajing pelacak yang dilatih,
semua itu melalui proses belajar. Sehingga belajar merupakan salah satu
proses dalam memperbaiki dan menambah peningkatan pada diri manusia
atau pun mahluk hidup lainnya.

Belajar sendiri adalah kewajiban bagi manusia seperti dinegara kita


pada Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang mengatur soal wajib belajar 9 tahun menjadi 12 tahun.

Pada zaman sekarang ini banyak sekali kemudahan untuk belajar


seperti adanya e-book atau elektronik buku dimana kita tidak perlu repot repot
membawa buku banyak dan kita dapat mengakses internet untuk belajar hal-
hal baru.

Belajar dapat meningkatkan kemampuan dalam diri, namun tedapat


beberapa konsep belajar yang banyak digunakan sehingga berpengaruh pada
diri kita dan kosep seperti apa yang sesuai bagi kita.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari belajar?
2. Pengertian belajar menurut para ahli?
3. Ciri-ciri belajar?
4. Konsep belajar terkini?
5. Membedakan jenis-jenis belajar menurut ahli?

1
1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari belajar?
2. Mengetahui pengertian belajar menurut para ahli?
3. Mengetahui Ciri-ciri belajar?
4. Mengetahui Konsep belajar terkini?
5. Mengetahui Perbedaan jenis-jenis belajar menurut ahli?

2
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
 Sebagai refesensi bacaan pada materi Teori Belajar Dan Pembelajaran
bagi pembaca.
 Memberikan informasi wawasan ilmu dunia pendidikan untuk
pembaca maupun referensi.
 Memberikan pemahaman yang lebih luas tentang jenis-jenis konsep
belajar.
 Mengenal kosep balajar dan pandangan para ahli tentang pelajaran.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Belajar

Apa yang dimaksud dengan belajar? Pengertian belajar adalah suatu proses


atau upaya yang dilakukan setiap individu untuk mendapatkan perubahan tingkah
laku, baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai positif sebagai
suatu pengalaman dari berbagai materi yang telah dipelajari.
Definisi belajar dapat juga diartikan sebagai segala aktivitas psikis yang
dilakukan oleh setiap individu sehingga tingkah lakunya berbeda antara sebelum dan
sesudah belajar. Perubahan tingkah laku atau tanggapan karena adanya pengalaman
baru, memiliki kepandaian/ ilmu setelah belajar, dan aktivitas berlatih.
Arti belajar adalah suatu proses perubahan kepribadian seseorang dimana
perubahaan tersebut dalam bentuk peningkatan kualitas perilaku, seperti peningkatan
pengetahuan, keterampilan, daya pikir, pemahaman, sikap, dan berbagai kemampuan
lainnya.

 Pengertian Belajar Menurut Para Ahli

Belajar merupakan sesuatu yang berproses dan merupakan unsur


yang fundamental dalam masing-masing tingkatan pendidikan. Agar lebih
memahami apa arti belajar, kita dapat merujuk pada pendapat beberapa ahli berikut
ini:
1. M. Sobry Sutikno
Menurut M. Sobry Sutikno, pengertian belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan suatu perubahan
yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Dalam hal ini, perubahan adalah sesuatu yang dilakukan

4
secara sadar (disengaja) dan bertujuan untuk memperoleh suatu yang lebih
baik dari sebelumnya.

2. Thursan Hakim

Menurut Thursan Hakim, definisi belajar adalah suatu proses


perubahan di dalam kepribadian manusia yang ditunjukkan dalam bentuk
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan
kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya
fikir, dan kemampuan lainnya.

5
3. Skinner
Menurut Skinner, pengertian belajar adalah suatu proses adaptasi atau
penyesuaian tingkah laku yang berlaku secara progresif.
4. C. T. Morgan
Menurut C. T. Morgan, pengertian belajar adalah suatu perubahan
yang relatif dalam menetapkan tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari
pengalaman yang telah lalu.
5. Hilgard & Bower
Menurut Hilgard & Bower, pengertian belajar adalah perubahan
tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi tersebut.

2.2 Belajar Menurut Berbagai Aliran

Berikut bebrapa aliran-aliran teori belajar :

1. Aliran Behaviorisme.
Tokoh aliran Behaviorisme adalah Thordike. Teori ini memandang
bahwa manusia  sangat dipengaruhi oleh berbagai kejadian yang ada
dilingkungannya karena lingkungan tersebut memberikan berbagai
pengalaman. Teori ini menekankan pada apa yang dilihat seperti tingkah laku
dan kurang memperhatikan apa yang terjadi didalam pikiran. Ciri yang paling
mendasar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan stimulus
respon atau respon yang datang dari luar. Proses stimulus respons ini terdiri
dari 4 unsur dorongan,yaitu kebutuhan, rangsangan, respons, dan penguatan.
Ada 2 macam teori Behaviorisme yang terkenal, yaitu Pertama, Classical
Conditioning. Teori ini dikembangkan oleh Pavlov yang didasarkan atas
reaksi system yang tidak terkontrol dan reaksi emosional yang dikontrol oleh
system urat otonom serta gerak reflex setelah menerima stimulus dari luar.

6
Stimulus tidak terkontrol merupakan stimulus yang secara biologis dapat
menyebabkan adanya respon dalam bentuk refleks, contohnya respon
berbentuk tanpa adanya proses belajar. Kedua Operant Conditioning. Teori ini
dikembangkan oleh Skinner yang mengatakan bahwa seseorang yang
memperoleh stimulus,ia akan memberikan respon. Contoh respon yang
diberikan jika (R) benar dan (F) salah, apabila jawaban benar maka perlu
diberikan penguatan agar seseorang mau melakukannya lagi, dan pemberian
penguatan ini dapat diberikan secara kontinu atau berselang seling. Dalam
pemberian penguatan berkelanjutan dilakukan pada permulaan proses belajar,
yaitu setiap kali seseorang memberikan respons yang benar, selang beberapa
waktu, pemberian penguatan semakin dikurangi agar orang-orang tersebut
tetap tekun belajar dengan seiring tumbuhnya kesadaran dari dirinya sendiri.
Contoh pemberian imbalan atau hadiah.
2. Teori Kognitivisme.
Kognitivisme merupakan salah satu teori yang sering disebut dengan
model kognitif. Menurut kognitivisme, tingkah laku individu ditentukan oleh
pemahaman tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan maka dari itu
belajar diartikan sebagai perubahan pemahaman dan perubahan pemahaman
ini tidak selalu dilihat dari tingkah laku. Kognitive memberikan pengaruh
dalam pengembangan prinsip-prinsip pembelajran, seperti Pelajaran disusun
berdasarkan pola dan logika, Penyusunan materi pelajaran harus dilakukan
dari materi sederhana dulu baru kompleks, Belajar dengan memahami dan
Perbedaan individu perlu diperhatiakan karena mempengaruhi proses belajar.
3. Teori Belajar Humanistik
Konsep teori belajar Humanistik yaitu proses memanusiakan manusia,
dimana seorang individu diharapkan dapat mengaktualisasikan diri artinya
manusia dapat menggali kemampuannya sendiri untuk diterapkan dalam
lingkungan. Proses belajar Humanistik memusatkan perhatian kepada diri
peserta didik sehingga menitikberatkan kepada kebebasan individu. Teori

7
Humanistik menekankan kognitif dan afektif memengaruhi proses. Kognitif
adalah aspek penguasaan ilmu pengetahuan sedangkan afektif adalah aspek
sikap yang keduanya perlu dikembangkan dalam membangun individu.
Belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan
dirinya sendiri. Hal yang penting lagi pada proses pembelajaran Humanisme
harus adanya motivasi yang diberikan agar peserta didik dapat terus menjalani
pembelajaran dengan baik. Motivasi dapat berasal dari dalam yaitu berasal
dari diri sendiri, maupun dari guru sebagai fasilitator.

4. Teori Belajar Konstruktivisme


Teori pembelajaran konstruktivisme adalah sebuah teori pendidikan
yang mengedepankan peningkatkan perkembangan logika dan konseptual
pembelajar. Seorang konstruktivis percaya bahwa belajar hanya terjadi ketika
ada pemrosesan informasi secara aktif sehingga mereka meminta pembelajar
untuk membuat motif mereka sendiri dengan menghubungkan pengetahuan
baru dengan motif tersebut. Konstruktivis percaya bahwa pembelajar
membangun pengetahuan untuk dirinya. Peran seorang pengajar sangat
penting dalam teori pembelajaran konstruktivisme. Ketimbang memberikan
ceramah, seorang pengajar berfungsi sebagai fasilitator dimana yang
membantu pembelajar dengan pemahamannya.

2.3 Ciri-Ciri Belajar

Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan
tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar:

8
1. Perubahan yang terjadi secara sadar Individu yang belajar akan menyadari
terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah
terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya
2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan
yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif dalam perbuatan belajar,
perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh
suatu yang lebih baik dari sebelumnya.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat temporer (sementara) Perubahan yang
terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Perbuatan belajar yang
dilakukan senantiasa terarah pada tingkah laku yang ditetapkannya
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang diperoleh
individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan
tingkah laku.
2.4 Konsep Belajar Terkini (Deep Learning)

Sudah dari dulu manusia ingin membuat sebuah mesin yang dapat
berpikir seperti manusia. Jarvis pada film Iron Man, Doraemon karya Fujio F
Fujio, dan Galatea pada mitologi Yunani merupakan karya-karya yang
menegaskan akan keinginan manusia memiliki mesin yang mampu berpikir.

Semenjak kemunculan software pada komputer, orang-orang mulai


berpikir untuk membuat mesin yang mampu berpikir layaknya manusia.
Penelitian terkait kercerdasan buatan (artificial intelligence/AI) mulai
bermunculan dengan teori dan penerapannya. Mesin yang mampu berbicara,
mengenali citra, bahkan membantu penelitian ilmiah.

9
Pada awal perkembangan AI, penelitian berfokus pada permasalahan
yang sulit untuk dilakukan oleh manusia namun secara mudah dapat dilakukan
oleh komputer. Umumnya permasalahan tersebut dapat diformulasikan ke dalam
formal matematika. Namun, kehidupan di dunia ini tidak sesederhana aturan
matematika. Banyak hal-hal sederhana yang mudah dikerjakan oleh manusia
namun sulit diformulasikan ke dalam formula matematika seperti memahami
kalimat dari ucapan seseorang atau mengenali suatu objek citra.

Solusi yang dapat dilakukan ialah membuat komputer belajar dari


pengalaman yang diberikan dan mampu memahami masalah dalam bentuk
konsep yang bertingkat-tingkat dimana pada setiap tingkatan merupakan konsep
pengetahuan yang sederhana dan saling terhubung satu sama lain. Jika kita
gambarkan ke dalam suatu graf, maka akan terbentuk graf pengetahuan yang
memilki lapisan-lapisan yang cukup dalam. Konsep ini dikenal dengan AI deep
learning. Pada awal perkembangan kecerdasan buatan, komputer cerdas
dirancang menggunakan formal matematika sehingga tidak membutuhkan
pengetahuan terhadap permasalahan yang dihadapi. Cukup dengan menyimpan
rule atau aturan matematika, komputer sudah dianggap cerdas dan mampu
berpikir layaknya manusia. Hal ini terbukti dengan perancangan Deep Blue yang
mampu mengalahkan Garry Kasparov di tahun 1997. Aturan pada catur sangatlah
sederhana dan untuk membangun aturan formal pada dunia catur bukanlah hal
yang terlalu sulit untuk dilakukan. Komputer begitu mudah menjalankan suatu
perintah yang bersifat abstark dan formal namun sulit dikerjakan oleh manusia.
Ketika komputer mampu mengalahkan juara catur dunia, di saat bersamaan,
komputer tidak mampu mengalahkan manusia dengan kecerdasan rata-rata dalam
hal mengenali citra atau bahasa. Berbeda dengan komputer, manusia memperoleh
informasi dan pengetahuan di dunia ini secara terus menerus. Hal ini mendasari
para peneliti untuk menambahkan pengetahuan pada komputer. Komputer akan
mengambil kesimpulan berdasarkan teknik inferensi matematis berdasarkan

10
pengetahuan yang dimiliki dan ditanamkan pada program komputer. Teknik ini
dikenal dengan knowledge based. Sepanjang perjalanan knowledge based,
belum ada hasil yang memuaskan dari metode tersebut. Akhirnya peneliti
berpendapat bahwa untuk membuat pintar, komputer harus mampu belajar secara
mandiri dengan cara mengenali pola dari kumpulan data. Teknik ini dikenal
dengan pembelajaran mesin atau machine learning. Komputer mampu
menentukan sikap dan jawaban terhadap kasus yang bersifat subjektif. Algoritma
yang dikembangkan diantaranya ialah regresi logistik yang mampu menentukan
seorang pasien harus dilakukan operasi caesar atau tidak. Algoritma Naive Bayes
mampu membedakan antara email dan spam pada inbox.

 Representation Learning

Kualitas metode machine learning ditentukan dari kemampuan algoritma


dalam melakukan representasi data. Data yang diolah oleh algoritma merupakan
hasil dari representasi dari suatu kasus. Misalkan pada prediksi kasus caesar,
algoritma yang digunakan ialah regresi logistik. Tentu saja komputer tidak
memeriksa pasien secara langsung dan melakukan pemeriksaan layaknya dokter.
Komputer cukup menerima informasi yang relevant dengan operasi caesar.
Pemilahan informasi ini dilakukan oleh ahli. Lain halnya jika komputer
memeriksa pasien dengan menggunakan MRI. Komputer akan kesulitan untuk
menentukan tindakan operasi atau tidak karena begitu masifnya informasi citra.
Selain ambigunya informasi yang diperoleh, proses pengambilan kesimpulan
menjadi relatif lebih lama. Oleh karena itu representasi data atau fitur menjadi
bagian terpenting dari machine learning.

11
Perbandingan angka arab dan angka romawi.
Representasi data sudah dikenal oleh manusia sebelum kemunculan komputer.
Manusia lebih mudah menggunakan angka arab dibandingkan angka romawi
dalam proses aritmatika. Bisa saja proses aritmatika menggunakan angka romawi,
tapi akan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama. Sama halnya pada
machine learning, pemilihan fitur yang tepat akan membuat algoritma berjalan
efektif dan efesien.
Pemilihan fitur merupakan bagian yang cukup tricky karena dibutuhkan keahlian
dan eksperimen dalam menentukan fitur yang tepat. Di sinilah letak seninya
dalam macine learning. Namun, hal ini menjadi kekurangan dari machine learning
itu sendiri karena masih ada campur tangan manusia. Padahal, manusia
menginginkan suatu mesin yang mampu belajar sendiri termasuk menentukan
bagian apa saja yang harus dipelajari. Tidak menutup kemungkinan bahwa
pemilihan fitur yang tidak tepat akibat keterbatasan manusia menjadikan machine
learning yang dibangun menjadi tidak efektif. Untuk itu, muncul ide untuk

12
membuat komputer tidak hanya belajar untuk mencari jawaban dari hasil
representasi, tapi juga belajar untuk menentukan representasi data yang tepat.
Penentuan representasi data diserahkan sepenuhnya dari hasil belajar komputer.
Hal ini menjadi terobosan di bidang kecerdasan buatan karena proses
learning/pembelajaran sepenuhnya berjalan secara otomatis. Pendekatan ini
dikenal dengan representation learning.
 Faktor Variasi
Tujuan merancang algoritma untuk mendapatkan fitur yang tepat ialah
untuk memisahkan fator variasi dari data yang terobservasi. Setiap fitur dari data
yang diobservasi memiliki pengaruh satu sama lain atau dikenal dengan faktor.
Bahkan terdapat faktor yang tidak dapat diobservasi tapi memiliki pengaruh
terhadap data yang dapat diamati. Perancangan algoritma berusaha untuk
mendapat faktor yang tersembunyi (lantent variable) tersebut. Cukup sulit untuk
menentukan latent variable, bahkan untuk permasalahan yang sederhana. Hal ini
disebabkan karena setiap faktor memiliki kemungkinan untuk saling
mempengaruhi. Tentu jika dibuat model matematikanya akan sangat rumit dan
sulit dicari solusinya. Sulitnya membuat representasi learning membuat metode
tersebut tidak membantu machine learning dalam menyelesaikan masalah
utamanya. Deep learning mencoba untuk memecahkan permasalahan tersebut
dengan membuat representasi learning yang dibangun dari kumpulan reprsentasi
faktor sederhana seperti yang tertera pada gambar di bawah ini.

13
Bentuk representasi learning yang memecah fitur menjadi beberapa bagian.

Untuk merepresentasikan fitur, deep learning menggunakan Multiple Linear


Perceptron (MLP) dimana setiap layer mewakili fitur apa saja yang menjadi
faktor pengenalan citra. Pada layer pertama, hanya fokus pada garis atau edge dari
gambar. Kemudian layer dua fokus pada corner dan kontur gambar. Pada bagian
ketiga dan seterusnya akan mengambil fitur yang lebih kompleks. Umumnya
layer-layer awal mengolah fitur yang bersifat abstrak. Semakin dalam, fitur yang
diolah menjadi lebih nyata dan kompleks sampai pada layer output, sudah dapat
menentukan objek apa yang sedang diamati. Proses ini berbentuk sekuensial dari
satu layer ke layer selanjutnya sesuai dengan gambar di atas.

 Berapa dalam kah Deep Learning?

14
Terdapat dua perspektif dalam mengukur kedalaman deep learning. Yang pertama
ialah seberapa dalam instruksi sekuensial yang dijalankan. Pada gambar di atas
terdapat dua jenis model. Model pertama memiliki komponen tambah, kali, dan
fungsi sigmoid, sedangkan model kedua hanya memiliki elemen regresi logistik.
Kedua model memiliki arsitektur yang sama namun memiliki kedalaman yang
berbeda. Model pertama memiliki kedalam sebanyak 3 karena terdapat layer yang
fokus pada proses perkalian, selanjutnya proses penjumlahan, dan terakhir proses
sigmoid. Di model kedua, terdapa kedalam hanya 1 layer karena regresi logistic
dianggap sebagai satu layer dan input w dan x langsung diproses ke dalam fungsi
regresi logistik.

Cara kedua dalam mengukur kedalaman deep learning ialah dengan seberapa
dalam model peluang yang digunakan untuk melihat hubungan antara konsep.
Misalkan terdapat sistem untuk mendeteksi wajah seseorang yang mata sebelah
kanan tertutupi oleh bayangan. Sistem akan melihat bahwa objek yang diamati
hanya memiliki satu mata. Bentuk arsitektur yang dirancang memiliki 2 konsep:
layer mata dan wajah. Jika kita melihat dari persepektif bentuk graf yang
terbentuk, tentu saja kedalaman arsitektur hanya memiliki 2 layer. Namun, jika

15
terjadi proses perbaikan bobot pada masing-masing konsep atau hasil prediksi
pada saat proses training sebanyak n kali, maka kedalaman arsitektur tersebut
sebanyak 2 layer. Lantas, manakah yang digunakan? Tidak ada yang benar dan
salah dalam menggunakan pendekatan tersebut. Kedalaman deep learning tidak
menjadi hal yang utama. Yang menjadi titik point dari deep learning adalah
penyusun komponen yang sangat kompleks yang membuat deep learning menjadi
sangat powerfull dibandingkan dengan algoritma machine learning klasik lainnya.

Perbedaan deep learning dengan sistem AI lainnya.

16
Deep learning merupakan salah satu jenis machine learning yang mampu belajar
secara mandiri baik dari proses pencarian fitur yang digunakan sampai dengan
pengambilan kesimpulan. Representasi data pada deep learning dibuat menjadi
beberapa tingkatan yang setiap levelnya merupakan repersentasi data yang lebih
sederhana. Layer paling bawah umumnya bersifat lebih abstrak dibandingkan
level selanjutnya. Kemampuan representasi deep learning mampu menjadikannya
model matematika yang powerful namun juga fleksibel sehingga state-of-the-art
penelitian di bidang kecerdasan buatan.

2.5 Jenis Belajar Menurut Gagne

Gagne mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam


kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus-menerus, bukan hanya
disebabkan oleh pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus
bersama dengan isi ingatannya mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga
perbuatannya berubah dari sebelum ia mengalami situasi dengan setelah mengalami
situasi tadi. Belajar dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan faktor dari luar siswa di
mana keduanya saling berinteraksi. Komponen-komponen dalam proses belajar
menurut Gagne dapat digambarkan sebagai S  –  R. S adalah situasi yang
memberi stimulus, R adalah respons atas stimulus itu, dan garis di antaranya adalah
hubungan di antara stimulus dan respon yang terjadi dalam diri seseorang yang tidak
dapat kita amati, yang bertalian dengan sistem alat saraf di mana terjadi transformasi
perangsang yang diterima melalui alat dria. Stimulus ini merupakan input yang
berada di luar individu dan respon adalah outputnya, yang juga berada di luar
individu sebagai hasil belajar yang dapat diamati.
Belajar adalah proses yang kompleks yang didalamnya terkandung beberapa
aspek. Aspek-aspek tersebut adalah :

1. Bertambahnya jumlah pengetahuan

17
2. Adanya kemampuan mengingat dan mereproduksi
3. Ada penerapan pengetahuan
4. Menyimpulkan makna
5. Menafsirkan dan mengaitkannya dengan realitas
6. Adanya perubahan sebagai pribadi.
Dari berbagai perspektif pengertian belajar sebagaimana dijelaskan diatas
maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental (psikis) yang
berlangsung dalam interaksi denganlingkungannya yang menghasilkan perubahan
yang bersifat relatif konstan.

Gagne mencatat ada delapan jenis belajar :

1. Belajar isyarat (signal learning). 


dapat diartikan sebagai proses penguasaan pola-pola dasar perilaku
bersifat tidak disengaja dan tidak disadari tujuannya. Dalam tipe ini terlibat
aspek reaksi emosional di dalamnya. Kondisi yang diperlukan buat
berlangsungnya tipe belajar ini adalah diberikannya stimulus (signal) secara
serempak, stimulus-stimulus tertentu secara berulang kali. Respon yang
timbul bersifat umum dan emosional, selainnya timbulnya dengan tak sengaja
dan tidak dapat dikuasai. Contoh: abahabah“Siap!” merupakan suatu signal
atau isyarat untuk mengambil sikaptertentu. Melihat wajah ibu menimbulkan
rasa senang. Wajah ibu di sini merupakan isyarat yang menimbulkan perasaan
senang itu. Melihat ular atauulat yang besar menimbulkan rasa jijik. Melihat
ular itu merupakan isyaratyang menimbulkan perasaan tertentu. Signal
learning ini mirip denganconditioning menurut Pavlov dan timbul setelah
sejumlah pengalaman tertentu.Respon yang timbul bersifat umum, kabur,
emosional, disamping timbuldengan tak sengaja dan tak dapat dikuasai.
2. Belajar Stimulus Respon. 

18
Belajar tipe ini memberikan respon yang tepat terhadap stimulus yang
diberikan. Reaksi yang tepat diberikan penguatan(reinforcement) sehingga
terbentuk perilaku tertentu(shaping). Contoh : Anjing dapat diajari “memberi
salam” dengan mengangkat kaki depannya bila kita katakan “kasih tangan”
atau “salam”. Ucapan “kasihtangan” merupakan stimulus yang menimbulkan
respon “memberi salam” oleh anjing itu. Kemampuan ini tidak dioperoleh
dengan tiba-tiba, akan tetapi melalui latihan-latihan. Respon itu dapat diatur
dan dikuasai, jadi berlainan dengan belajar tipe 1. Respon bersifat spesifik,
jadi tidak umum dan kabur.Respon itu diperkuat atau direinforce dengan
adanya imbalan atau reward.Sering gerakan motoris merupakan komponen
penting dalam respons itu.Dengan belajar stimulus-respon ini seorang belajar
mengucapkan kata-katadalam bahasa asing. Demikian pula seorang bayi
belajar mengatakan “Mama”.

3. Belajar merantaikan (chaining). 


Tingkah laku “chaining’ dapat merupakan salah satu dari “motor
skills”atau verbal association”. Melalui “chaining” berarti kesatuan
hubunganStimulus – Respons dalam satu rangkaian. Contoh: dalam bahasa
kita banyak contoh “chaining” seperti “ibu bapak”,“kampung halaman”,
“selamat tinggal” dan sebagainya. Juga dalamperbuatan kia banyak terdapat
“chaining” misalnya pulang dari kantor, gantibaju, makan, chaining terjadi
bila terbentuk hubungan antara beberapa S-R,oleh sebab yang satu terjadi
segera setelah yang satu lagi, jadi berdasarkan “contiguity”.
4. Belajar Asosiasi Verbal (Verbal Association). 
Tipe ini meruakan belajar menghubungkan suatu kata dengan suatu
obyek yang berupa benda, orang atau kejadian dan merangkaikan sejumlah
kata dalam urutan yang tepat. Contoh Bentuk verbal association yang paling
sederahana ialah biladiperlihatkan suatu bentuk geometris, dan anak itu dapat
mengatakan “bujursangkar”, atau mengatakan “itu bola saya” bila dilihatnya

19
bolanya. Sebelumnya ia harus dapat membedakan bentuk geometris agar
dapat mengenal “bujursangkar” sebagai salah satu bentuk geometris, atau
mengenal “bola”, “saya”,“itu”. Hubungan itu terbentuk, bila unsur-unsur itu
terdapat dalam urutantertentu, yang satu segera mengikuti yang satu lagi
(Contiguity).
5. Belajar Membedakan (discrimination). 
Tipe belajar ini memberikan reaksi yang berbeda-beda pada stimulus
yang mempunyai kesamaan. Contoh: anak dapat mengenal berbagai merk
mobil beserta namanya,walaupun tampaknya mobil itu banyak bersamaan.
Demikian pula ia dapatmembedakan manusia yang satu dari yang lain, juga
tanaman, binatang, danlain-lain. Guru mengenal murid serta nama masing-
masing karena mampumengadakan diskriminasi di antara murid-murid itu.
Diskriminasi didasarkanatas “chain”. Anak misalnya harus mengenal mobil
tertentu beserta namanya.Untuk mengenal model lain harus pula diadakannya
“chain” baru, dengankemungkinan yang satu akan mengganggu yang satu
lagi. Makin banyak yangharus dirangkai, makin besar kesulitan yang
dihadapi, karena kemungkinangangguan atau “interference”, dan
kemungkinan suatu chain dilupakan.
6. Belajar Konsep (concept learning). 
Belajar mengklasifikasikan stimulus atau menempatkan obyek-obyek
dalam kelompok tertentu yang membentuk suatu konsep. Contoh: tahap
pertama belajar konsep lingkaran mungkin belajar mengucapkan kata
lingkaran sebagai suatu membangkitkan sendiri hubungan stimulus respon,
sehingga siswa dapat mengulangi kata. Kemudian siswa belajar untuk
mengenali beberapa objek berbeda sebagai lingkaran melalui belajar asosiasi
verbal individu. Selanjutnya siswa mungkin belajar membedakan antara
lingkaran dan objek lingkaran lain seperti dan lingkaran.
7. Belajar dalil (rule learning). 

20
Tipe ini merupakan tipe belajar untuk menghasilkan kaidah yang
terdiri dari penggabungan beberapa konsep. Hubungan beberapa konsep
biasanya dituangkan dalam bentuk kalimat. Contoh: kita ketahui bahwa 5 x  6
= 6 x 5 dan bahwa 2 x 8 = 8 x 2; akan tetapi tanpa mengetahui bahwa
aturannya dapat dinyatakan dengan a x b = b x a. Kebanyakan orang pertama
belajar dan menggunakan aturan bahwa perkalian komutatif adalah tanpa
dapat  menyatakan itu, dan biasanya tidak menyadari bahwa mereka tahu dan
menerapkan aturan tersebut. Untuk membahas aturan ini, harus diberikan
verbal(dengan kata-kata) atau    rumus seperti “ urutan dalam perkalian tidak
memberikan jawaban yang berbeda” atau “untuk setiap bilangan a dan b, a x b
= b x a.
8. Belajar Memacahkan Masalah (problem solving). 
Tipe ini merupakan tipe belajar yang menggabungkan beberapa kaidah
untuk memecahkan masalah, sehingga berbentuk kaedah yang lebih
tinggi(higher order rule). Contoh: pemecahan masalah, siswa yang belum
pernah sebelumnya belajar rumus kuadrat, menurunkan rumusnya untuk
menentukan penyelesaian umum persamaan ax2+ bx + c = 0. Siswa akan
memilih keterampilan melengkapkan kuadrat tiga suku dan menerapkan
keterampilan dalam cara yang tepat untuk menurunkan rumus kuadrat, dengan
melaksanakan petunjuk dari guru.

2.6 Jenis Belajar Menurut Bloom


1. Cognitive Domain (Kawasan Kognitif).
 Perilaku yang merupakan proses berfikir atau perilaku yang termasuk
hasil kerja otak. Contoh: menyebutkan definisi manajemen, membedakan
fungsi meja dan kursi,dll. Beberapa kemampuan kognitif tersebut dapat
disebutkan antara lain: pengetahuan suatu materi yang telah dipelajari,
pemahaman materi, penerapan penggunaan materi yang prinsip, analisa
teoritis dengan menggunakan kemampuan akal, sintesa yang memadukan

21
konsep sehingga menemukan konsep baru, dan evaluasi dimana penguasaan
suatu materi pengetahuan.
2. Affective Domain (kawasan Afektif). 
Perilaku yang dimunculkan seseorang sebagai pertanda
kecendrungannya untuk membuat pilihan atau keputusan untuk beraksi di
dalam lingkaran tertentu. Contoh: mengganggukan kepala sebagai tanda
setuju, meloncat dengan muka berseri-seri pertanda kegirangan,dll. Kawasan
ini dibagi menjadi lima jenjang tujuan, yaitu: penerimaan yang meliputi
kesadaran akan adanya suatu sistem nilai, pemberian respon, pemberian
penghargaan yaitu penilaian meliputi penerimaanterhadap suatu sistem nilai,
pengorganisasian yaitu menghimpun sistem nilai yang akan digunakan, dan
karakterisasi yaitu perilaku secara terus menerus sesuai dengan sistem nilai
yang telah diorganisasikannya.
3. Psychomotor Domain (kawasan psikomotor). 
Perilaku yang dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh manusia.
Domain ini berbentuk gerakan tubuh, antara lain seperti berlari,melompat,
melempar, berputar, memukul, menendang,dll. Lima tujuan belajar pada ranah
psikomotor yaitu: meniru: kemampuan mengamati suatu gerakan agar dapat
merespon, menerapkan: kemampuan mengikuti pengarahan, gerakan pilihan
dan pendukung dengan membayangkan gerakan orang lain, memantapkan:
kemampuan memberikan respon yang terkoreksi dengan kesalahan-kesalahan,
merangkai: koordinasi rangkaian gerak dengan membuat aturan yang tepat,
naturalisasi: gerakan yang dilakukan secara rutin dengan menggunakan energi
fisik dan psikis yang minimal.
4. Pengaruh Belajar berdasarkan konsep bloom

Secara umum, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu
faktor-faktor yang ada dalam diri siswa dan faktor eksternal yaitu faktor-faktor
yang berada di luar diri pelajar. Yang tergolong faktor internal adalah:

22
1) Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun yang
diperoleh dengan melihat, mendengar, strukturtubuh, cacat tubuh, dan sebagainya.

2) faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan meliputi:

 faktor intelektual:

 Faktor potensial : intelegensi dan bakat


 Faktor aktual : kecakapan nyata dan presentasi
 faktor non intelektual : kmponen-komponen kepribadian tertentu
seperti sikap, minat, kebiasaan, motivasi, kebutuhan, Konsep diri, penyesuaian
diri, emosional, dan sebagainya.
 faktor kematangan baik fisik maupun psikis

 Sedangkan yang tergolong dalam faktor eksternal ialah :

 Faktor sosial yang terdiri atas: faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan
masyarakat, faktor lingkungan sekolah,dan faktor kelompok.
 Faktor budaya: seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian,
dan sebagainya.
 Faktor lingkungan fisik : fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim dan sebagainya.
 Faktor spiritual adalah faktor yang secara tidak langsung maupun secara
langsung mempengaruhi kehidupan manusia karena berhubungan langsung
dengan sang penciptanya.

2.7 Jenis Belajar Menurut Kratwohl dan Anderson (Dimensi Pengetahuan dan
Dimensi Proses Kognitif)
1. Pengetahuan faktual.

23
Eureka Pendidikan. Pengetahuan faktual meliputi elemen-elemen dasar
yang digunakan para pakar dalam menjelaskan, memahami dan mengatur secara
sistematis disiplin ilmu mereka. Elemen-elemen ini lazimnya merupakan simbol-
simbol yang diasosiasikan dengan referensi konkret, yang mengandung informasi
penting. Pengetahuan faktual sebagian besar muncul pada level abstraksi yang
relatif rendah. Dua jenis pengetahuan faktual adalah pengetahuan terminologi dan
pengetahuan detail -detail dan elemen-elemen yang spesifik.
2. Pengetahuan konseptual
Pengetahuan konseptual meliputi skema, model mental, atau teori eksplisit
dan implisit dalam beragam psikologi kognitif yang berbeda. Skema, model dan
teori ini menggambarkan pengetahuan yang seseorang miliki mengenai
bagaimana materi diatur dan disusun, bagaimana bagian-bagian informasi yang
berbeda saling berhubungan dan berkaitan dalam suatu cara yang lebih sistematis,
sehingga bagian-bagian ini berfungsi bersama-sama. Pengetahuan konseptual
meliputi tiga jenis: pengetahuan klasifikasi dan kategori, pengetahuan prinsip dan
generalisasi, dan pengetahuan model, teori, dan struktur.

3. Pengetahuan prosedural
Pengetahuan prosedural adalah “pengetahuan mengenai cara” melakukan
sesuatu. Pengetahuan prosedural berbentuk rangkaian langkah-langkah yang akan
diikuti. Hal ini meliputi pengetahuan keahlian-keahlian, algoritma-algoritma,
teknik-teknik, dan metode-metode yang secara kolektif disebut sebagai prosedur-
prosedur. Pengetahuan prosedural menggambarkan pengetahuan beragam dari
“proses” yang berbeda, sementara pengetahuan faktual dan konseptual berkaitan
dengan apa yang disebut “produk.” Pengetahuan prosedural meliputi pengetahuan
prosedural untuk pengetahuan mengenai keahlian, algoritma, teknik, dan metode
yang merupakan spesifik subjek atau spesifik disiplin ilmu.

24
4. Pengetahuan metakognitif
Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan mengenai kognitif secara
umum dan pengetahuan tentang kesadaran pribadi seseorang. Penekanan kepada
murid untuk lebih sadar dan bertanggung jawab atas pengetahuan dan pemikiran
mereka sendiri. Pengetahuan metakognitif meliputi pengetahuan startegis,
pengetahuan mengenai tugas kognitif, serta pengetahuan tentang diri (Suwarto,
2013).

Dimensi kognitif ini sudah menunjukkan tingkatan berfikir Higher Order


Thingking (HOT) dan berfikir tingkat rendah atau Lower Order Thingking (LOT).
Menurut Rofiah (2013: 17), aspek pemahaman dan penerapan termasuk dalam
kemampuan berpikir rendah atau Lower Order Thingking (LOT), sedangkan
aspek penalaran termasuk dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi atau Higher
Order Thingking (HOT). Kemampuan berpikir tingkat tinggi menghendaki
seseorang untuk menerapkan informasi baru atau pengetahuan sebelumnya dan
memanipulasi informasi tersebut untuk menjangkau kemungkinan jawaban dari
suatu situasi baru (Heong, dkk, 2011). Berpikir tingkat tinggi adalah berpikir pada
tingkat lebih tinggi daripada sekedar menghafalkan fakta atau menyampaikan
sesuatu. Wardana (2010: 1627), mengemukakan bahwa kemampuan berpikir
tingkat tinggi adalah proses berpikir yang melibatkan aktivitas mental dalam
usaha mengeksplorasi pengalaman yamg kompleks, reflektif dan kreatif yang
dilakukan secara sadar untuk mencapai tujuan, yaitu memperoleh pengetahuan
yang meliputi tingkat berpikir analitis, sintesis, dan evaluatif.

25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Belajar adalah suatu proses atau upaya yang dilakukan setiap individu untuk
mendapatkan perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan,
sikap dan nilai positif sebagai suatu pengalaman dari berbagai materi yang telah
dipelajari.
Belajar menurut berbagai aliran terdapat aliran behaviourisme, humanisme,
kognitivisme, dan konstruktivisme
Deep learning merupakan salah satu jenis machine learning yang mampu
belajar secara mandiri baik dari proses pencarian fitur yang digunakan sampai dengan
pengambilan kesimpulan.
Ada delapan jenis belajar menurut gagne, yaitu : Belajar isyarat (signal
learning), belajar stimulus respon, belajar merantaikan (chaining), belajar asosiasi
verbal (verbal association), belajar membedakan (discrimination), belajar konsep
(concept learning), belajar dalil (rule learning), belajar memecahkan masalah
(problem solving).
Jenis-jenis belajar menurut Boom, yaitu : Cognitive Domain (Kawasan
kognitif), Affective Domain (Kawasan Afektif), Psychomotor Domain (Kawasan
Psikomotor).
Dimensi produk kognitif menurut Anderson & Krathwohl, yaitu :
pengetahuan factual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, pengetahuan
metakognitif.

3.2 Saran
Dengan adanya beberapa penjelasan dan penjabaran terkait pembelajaran
adakalanya untuk di terapkan dalam sistem Pendidikan saat ini, digunakan sebagai
landasan dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan teknologi pada saat ini.

26
DAFTAR PUSTAKA
https://www.eurekapendidikan.com/2015/05/dimensi-produk-kognitif-menurut.html
http://causik.blogspot.com/2016/05/jenis-jenis-belajar-menurut-benyamin-s.html
https://cecepkustandi.wordpress.com/2015/06/29/jenis-belajar-menurut-gagne-dan-
bloom/
http://causik.blogspot.com/2016/05/jenis-jenis-belajar-menurut-gagne-dan.html
https://binus.ac.id/knowledge/2019/07/teori-konstruktivisme-dan-behaviorisme-
dalam-perancangan-elearning/
DI akses pada 21-03-2020 pada pukul 20.30 WIB

27

Anda mungkin juga menyukai