Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Hj. Eliana Sari, M.M.
Disusun oleh :
Ahmad Faturohman 1502617017
Riswanda Firdaus 1502617018
Tio Dimas 1502617019
Muhammad Iqbal 1502617020
Alpi Cahyadi 1502617022
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kita
diberikan kesehatan dan kenikmatan saat ini, serta penulis dapat membuat makalah
berjudul Memahami Konsep belajar dan Pandangan Belajar Menurut Para Ahli.
Berkat bantuan Tuhan yang Maha Esa makalah telah selesai dibuat dengan
tepat waktu, serta penulis mengucapkan terimakasih kepada Dosen pembimbing Prof.
Dr. Hj. Eliana Sari, M.M. pada matakuliah Teori Belajar Dan Pembelajaran, yang
telah memberi materi dan pengetahuan yang sejalan dan berkesinambungan dalam
proses pembuatan makalah ini, serta saran agar makalah ini dapat ditulis dengan baik
dan benar.
Penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan nilai positif
bagi kelompok kami maupun bermanfaat bagi pembaca. Mohon maaf sebelumnya
bila ada kesalahan pada makalah ini.
Terimakasih
II
Cover Makalah ........................................................................................................i
3.1 Kesimpulan................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27
III
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari belajar?
2. Mengetahui pengertian belajar menurut para ahli?
3. Mengetahui Ciri-ciri belajar?
4. Mengetahui Konsep belajar terkini?
5. Mengetahui Perbedaan jenis-jenis belajar menurut ahli?
2
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
Sebagai refesensi bacaan pada materi Teori Belajar Dan Pembelajaran
bagi pembaca.
Memberikan informasi wawasan ilmu dunia pendidikan untuk
pembaca maupun referensi.
Memberikan pemahaman yang lebih luas tentang jenis-jenis konsep
belajar.
Mengenal kosep balajar dan pandangan para ahli tentang pelajaran.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
secara sadar (disengaja) dan bertujuan untuk memperoleh suatu yang lebih
baik dari sebelumnya.
2. Thursan Hakim
5
3. Skinner
Menurut Skinner, pengertian belajar adalah suatu proses adaptasi atau
penyesuaian tingkah laku yang berlaku secara progresif.
4. C. T. Morgan
Menurut C. T. Morgan, pengertian belajar adalah suatu perubahan
yang relatif dalam menetapkan tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari
pengalaman yang telah lalu.
5. Hilgard & Bower
Menurut Hilgard & Bower, pengertian belajar adalah perubahan
tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi tersebut.
1. Aliran Behaviorisme.
Tokoh aliran Behaviorisme adalah Thordike. Teori ini memandang
bahwa manusia sangat dipengaruhi oleh berbagai kejadian yang ada
dilingkungannya karena lingkungan tersebut memberikan berbagai
pengalaman. Teori ini menekankan pada apa yang dilihat seperti tingkah laku
dan kurang memperhatikan apa yang terjadi didalam pikiran. Ciri yang paling
mendasar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan stimulus
respon atau respon yang datang dari luar. Proses stimulus respons ini terdiri
dari 4 unsur dorongan,yaitu kebutuhan, rangsangan, respons, dan penguatan.
Ada 2 macam teori Behaviorisme yang terkenal, yaitu Pertama, Classical
Conditioning. Teori ini dikembangkan oleh Pavlov yang didasarkan atas
reaksi system yang tidak terkontrol dan reaksi emosional yang dikontrol oleh
system urat otonom serta gerak reflex setelah menerima stimulus dari luar.
6
Stimulus tidak terkontrol merupakan stimulus yang secara biologis dapat
menyebabkan adanya respon dalam bentuk refleks, contohnya respon
berbentuk tanpa adanya proses belajar. Kedua Operant Conditioning. Teori ini
dikembangkan oleh Skinner yang mengatakan bahwa seseorang yang
memperoleh stimulus,ia akan memberikan respon. Contoh respon yang
diberikan jika (R) benar dan (F) salah, apabila jawaban benar maka perlu
diberikan penguatan agar seseorang mau melakukannya lagi, dan pemberian
penguatan ini dapat diberikan secara kontinu atau berselang seling. Dalam
pemberian penguatan berkelanjutan dilakukan pada permulaan proses belajar,
yaitu setiap kali seseorang memberikan respons yang benar, selang beberapa
waktu, pemberian penguatan semakin dikurangi agar orang-orang tersebut
tetap tekun belajar dengan seiring tumbuhnya kesadaran dari dirinya sendiri.
Contoh pemberian imbalan atau hadiah.
2. Teori Kognitivisme.
Kognitivisme merupakan salah satu teori yang sering disebut dengan
model kognitif. Menurut kognitivisme, tingkah laku individu ditentukan oleh
pemahaman tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan maka dari itu
belajar diartikan sebagai perubahan pemahaman dan perubahan pemahaman
ini tidak selalu dilihat dari tingkah laku. Kognitive memberikan pengaruh
dalam pengembangan prinsip-prinsip pembelajran, seperti Pelajaran disusun
berdasarkan pola dan logika, Penyusunan materi pelajaran harus dilakukan
dari materi sederhana dulu baru kompleks, Belajar dengan memahami dan
Perbedaan individu perlu diperhatiakan karena mempengaruhi proses belajar.
3. Teori Belajar Humanistik
Konsep teori belajar Humanistik yaitu proses memanusiakan manusia,
dimana seorang individu diharapkan dapat mengaktualisasikan diri artinya
manusia dapat menggali kemampuannya sendiri untuk diterapkan dalam
lingkungan. Proses belajar Humanistik memusatkan perhatian kepada diri
peserta didik sehingga menitikberatkan kepada kebebasan individu. Teori
7
Humanistik menekankan kognitif dan afektif memengaruhi proses. Kognitif
adalah aspek penguasaan ilmu pengetahuan sedangkan afektif adalah aspek
sikap yang keduanya perlu dikembangkan dalam membangun individu.
Belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan
dirinya sendiri. Hal yang penting lagi pada proses pembelajaran Humanisme
harus adanya motivasi yang diberikan agar peserta didik dapat terus menjalani
pembelajaran dengan baik. Motivasi dapat berasal dari dalam yaitu berasal
dari diri sendiri, maupun dari guru sebagai fasilitator.
Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan
tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar:
8
1. Perubahan yang terjadi secara sadar Individu yang belajar akan menyadari
terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah
terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya
2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan
yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif dalam perbuatan belajar,
perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh
suatu yang lebih baik dari sebelumnya.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat temporer (sementara) Perubahan yang
terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Perbuatan belajar yang
dilakukan senantiasa terarah pada tingkah laku yang ditetapkannya
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang diperoleh
individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan
tingkah laku.
2.4 Konsep Belajar Terkini (Deep Learning)
Sudah dari dulu manusia ingin membuat sebuah mesin yang dapat
berpikir seperti manusia. Jarvis pada film Iron Man, Doraemon karya Fujio F
Fujio, dan Galatea pada mitologi Yunani merupakan karya-karya yang
menegaskan akan keinginan manusia memiliki mesin yang mampu berpikir.
9
Pada awal perkembangan AI, penelitian berfokus pada permasalahan
yang sulit untuk dilakukan oleh manusia namun secara mudah dapat dilakukan
oleh komputer. Umumnya permasalahan tersebut dapat diformulasikan ke dalam
formal matematika. Namun, kehidupan di dunia ini tidak sesederhana aturan
matematika. Banyak hal-hal sederhana yang mudah dikerjakan oleh manusia
namun sulit diformulasikan ke dalam formula matematika seperti memahami
kalimat dari ucapan seseorang atau mengenali suatu objek citra.
10
pengetahuan yang dimiliki dan ditanamkan pada program komputer. Teknik ini
dikenal dengan knowledge based. Sepanjang perjalanan knowledge based,
belum ada hasil yang memuaskan dari metode tersebut. Akhirnya peneliti
berpendapat bahwa untuk membuat pintar, komputer harus mampu belajar secara
mandiri dengan cara mengenali pola dari kumpulan data. Teknik ini dikenal
dengan pembelajaran mesin atau machine learning. Komputer mampu
menentukan sikap dan jawaban terhadap kasus yang bersifat subjektif. Algoritma
yang dikembangkan diantaranya ialah regresi logistik yang mampu menentukan
seorang pasien harus dilakukan operasi caesar atau tidak. Algoritma Naive Bayes
mampu membedakan antara email dan spam pada inbox.
Representation Learning
11
Perbandingan angka arab dan angka romawi.
Representasi data sudah dikenal oleh manusia sebelum kemunculan komputer.
Manusia lebih mudah menggunakan angka arab dibandingkan angka romawi
dalam proses aritmatika. Bisa saja proses aritmatika menggunakan angka romawi,
tapi akan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama. Sama halnya pada
machine learning, pemilihan fitur yang tepat akan membuat algoritma berjalan
efektif dan efesien.
Pemilihan fitur merupakan bagian yang cukup tricky karena dibutuhkan keahlian
dan eksperimen dalam menentukan fitur yang tepat. Di sinilah letak seninya
dalam macine learning. Namun, hal ini menjadi kekurangan dari machine learning
itu sendiri karena masih ada campur tangan manusia. Padahal, manusia
menginginkan suatu mesin yang mampu belajar sendiri termasuk menentukan
bagian apa saja yang harus dipelajari. Tidak menutup kemungkinan bahwa
pemilihan fitur yang tidak tepat akibat keterbatasan manusia menjadikan machine
learning yang dibangun menjadi tidak efektif. Untuk itu, muncul ide untuk
12
membuat komputer tidak hanya belajar untuk mencari jawaban dari hasil
representasi, tapi juga belajar untuk menentukan representasi data yang tepat.
Penentuan representasi data diserahkan sepenuhnya dari hasil belajar komputer.
Hal ini menjadi terobosan di bidang kecerdasan buatan karena proses
learning/pembelajaran sepenuhnya berjalan secara otomatis. Pendekatan ini
dikenal dengan representation learning.
Faktor Variasi
Tujuan merancang algoritma untuk mendapatkan fitur yang tepat ialah
untuk memisahkan fator variasi dari data yang terobservasi. Setiap fitur dari data
yang diobservasi memiliki pengaruh satu sama lain atau dikenal dengan faktor.
Bahkan terdapat faktor yang tidak dapat diobservasi tapi memiliki pengaruh
terhadap data yang dapat diamati. Perancangan algoritma berusaha untuk
mendapat faktor yang tersembunyi (lantent variable) tersebut. Cukup sulit untuk
menentukan latent variable, bahkan untuk permasalahan yang sederhana. Hal ini
disebabkan karena setiap faktor memiliki kemungkinan untuk saling
mempengaruhi. Tentu jika dibuat model matematikanya akan sangat rumit dan
sulit dicari solusinya. Sulitnya membuat representasi learning membuat metode
tersebut tidak membantu machine learning dalam menyelesaikan masalah
utamanya. Deep learning mencoba untuk memecahkan permasalahan tersebut
dengan membuat representasi learning yang dibangun dari kumpulan reprsentasi
faktor sederhana seperti yang tertera pada gambar di bawah ini.
13
Bentuk representasi learning yang memecah fitur menjadi beberapa bagian.
14
Terdapat dua perspektif dalam mengukur kedalaman deep learning. Yang pertama
ialah seberapa dalam instruksi sekuensial yang dijalankan. Pada gambar di atas
terdapat dua jenis model. Model pertama memiliki komponen tambah, kali, dan
fungsi sigmoid, sedangkan model kedua hanya memiliki elemen regresi logistik.
Kedua model memiliki arsitektur yang sama namun memiliki kedalaman yang
berbeda. Model pertama memiliki kedalam sebanyak 3 karena terdapat layer yang
fokus pada proses perkalian, selanjutnya proses penjumlahan, dan terakhir proses
sigmoid. Di model kedua, terdapa kedalam hanya 1 layer karena regresi logistic
dianggap sebagai satu layer dan input w dan x langsung diproses ke dalam fungsi
regresi logistik.
Cara kedua dalam mengukur kedalaman deep learning ialah dengan seberapa
dalam model peluang yang digunakan untuk melihat hubungan antara konsep.
Misalkan terdapat sistem untuk mendeteksi wajah seseorang yang mata sebelah
kanan tertutupi oleh bayangan. Sistem akan melihat bahwa objek yang diamati
hanya memiliki satu mata. Bentuk arsitektur yang dirancang memiliki 2 konsep:
layer mata dan wajah. Jika kita melihat dari persepektif bentuk graf yang
terbentuk, tentu saja kedalaman arsitektur hanya memiliki 2 layer. Namun, jika
15
terjadi proses perbaikan bobot pada masing-masing konsep atau hasil prediksi
pada saat proses training sebanyak n kali, maka kedalaman arsitektur tersebut
sebanyak 2 layer. Lantas, manakah yang digunakan? Tidak ada yang benar dan
salah dalam menggunakan pendekatan tersebut. Kedalaman deep learning tidak
menjadi hal yang utama. Yang menjadi titik point dari deep learning adalah
penyusun komponen yang sangat kompleks yang membuat deep learning menjadi
sangat powerfull dibandingkan dengan algoritma machine learning klasik lainnya.
16
Deep learning merupakan salah satu jenis machine learning yang mampu belajar
secara mandiri baik dari proses pencarian fitur yang digunakan sampai dengan
pengambilan kesimpulan. Representasi data pada deep learning dibuat menjadi
beberapa tingkatan yang setiap levelnya merupakan repersentasi data yang lebih
sederhana. Layer paling bawah umumnya bersifat lebih abstrak dibandingkan
level selanjutnya. Kemampuan representasi deep learning mampu menjadikannya
model matematika yang powerful namun juga fleksibel sehingga state-of-the-art
penelitian di bidang kecerdasan buatan.
17
2. Adanya kemampuan mengingat dan mereproduksi
3. Ada penerapan pengetahuan
4. Menyimpulkan makna
5. Menafsirkan dan mengaitkannya dengan realitas
6. Adanya perubahan sebagai pribadi.
Dari berbagai perspektif pengertian belajar sebagaimana dijelaskan diatas
maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental (psikis) yang
berlangsung dalam interaksi denganlingkungannya yang menghasilkan perubahan
yang bersifat relatif konstan.
18
Belajar tipe ini memberikan respon yang tepat terhadap stimulus yang
diberikan. Reaksi yang tepat diberikan penguatan(reinforcement) sehingga
terbentuk perilaku tertentu(shaping). Contoh : Anjing dapat diajari “memberi
salam” dengan mengangkat kaki depannya bila kita katakan “kasih tangan”
atau “salam”. Ucapan “kasihtangan” merupakan stimulus yang menimbulkan
respon “memberi salam” oleh anjing itu. Kemampuan ini tidak dioperoleh
dengan tiba-tiba, akan tetapi melalui latihan-latihan. Respon itu dapat diatur
dan dikuasai, jadi berlainan dengan belajar tipe 1. Respon bersifat spesifik,
jadi tidak umum dan kabur.Respon itu diperkuat atau direinforce dengan
adanya imbalan atau reward.Sering gerakan motoris merupakan komponen
penting dalam respons itu.Dengan belajar stimulus-respon ini seorang belajar
mengucapkan kata-katadalam bahasa asing. Demikian pula seorang bayi
belajar mengatakan “Mama”.
19
bolanya. Sebelumnya ia harus dapat membedakan bentuk geometris agar
dapat mengenal “bujursangkar” sebagai salah satu bentuk geometris, atau
mengenal “bola”, “saya”,“itu”. Hubungan itu terbentuk, bila unsur-unsur itu
terdapat dalam urutantertentu, yang satu segera mengikuti yang satu lagi
(Contiguity).
5. Belajar Membedakan (discrimination).
Tipe belajar ini memberikan reaksi yang berbeda-beda pada stimulus
yang mempunyai kesamaan. Contoh: anak dapat mengenal berbagai merk
mobil beserta namanya,walaupun tampaknya mobil itu banyak bersamaan.
Demikian pula ia dapatmembedakan manusia yang satu dari yang lain, juga
tanaman, binatang, danlain-lain. Guru mengenal murid serta nama masing-
masing karena mampumengadakan diskriminasi di antara murid-murid itu.
Diskriminasi didasarkanatas “chain”. Anak misalnya harus mengenal mobil
tertentu beserta namanya.Untuk mengenal model lain harus pula diadakannya
“chain” baru, dengankemungkinan yang satu akan mengganggu yang satu
lagi. Makin banyak yangharus dirangkai, makin besar kesulitan yang
dihadapi, karena kemungkinangangguan atau “interference”, dan
kemungkinan suatu chain dilupakan.
6. Belajar Konsep (concept learning).
Belajar mengklasifikasikan stimulus atau menempatkan obyek-obyek
dalam kelompok tertentu yang membentuk suatu konsep. Contoh: tahap
pertama belajar konsep lingkaran mungkin belajar mengucapkan kata
lingkaran sebagai suatu membangkitkan sendiri hubungan stimulus respon,
sehingga siswa dapat mengulangi kata. Kemudian siswa belajar untuk
mengenali beberapa objek berbeda sebagai lingkaran melalui belajar asosiasi
verbal individu. Selanjutnya siswa mungkin belajar membedakan antara
lingkaran dan objek lingkaran lain seperti dan lingkaran.
7. Belajar dalil (rule learning).
20
Tipe ini merupakan tipe belajar untuk menghasilkan kaidah yang
terdiri dari penggabungan beberapa konsep. Hubungan beberapa konsep
biasanya dituangkan dalam bentuk kalimat. Contoh: kita ketahui bahwa 5 x 6
= 6 x 5 dan bahwa 2 x 8 = 8 x 2; akan tetapi tanpa mengetahui bahwa
aturannya dapat dinyatakan dengan a x b = b x a. Kebanyakan orang pertama
belajar dan menggunakan aturan bahwa perkalian komutatif adalah tanpa
dapat menyatakan itu, dan biasanya tidak menyadari bahwa mereka tahu dan
menerapkan aturan tersebut. Untuk membahas aturan ini, harus diberikan
verbal(dengan kata-kata) atau rumus seperti “ urutan dalam perkalian tidak
memberikan jawaban yang berbeda” atau “untuk setiap bilangan a dan b, a x b
= b x a.
8. Belajar Memacahkan Masalah (problem solving).
Tipe ini merupakan tipe belajar yang menggabungkan beberapa kaidah
untuk memecahkan masalah, sehingga berbentuk kaedah yang lebih
tinggi(higher order rule). Contoh: pemecahan masalah, siswa yang belum
pernah sebelumnya belajar rumus kuadrat, menurunkan rumusnya untuk
menentukan penyelesaian umum persamaan ax2+ bx + c = 0. Siswa akan
memilih keterampilan melengkapkan kuadrat tiga suku dan menerapkan
keterampilan dalam cara yang tepat untuk menurunkan rumus kuadrat, dengan
melaksanakan petunjuk dari guru.
21
konsep sehingga menemukan konsep baru, dan evaluasi dimana penguasaan
suatu materi pengetahuan.
2. Affective Domain (kawasan Afektif).
Perilaku yang dimunculkan seseorang sebagai pertanda
kecendrungannya untuk membuat pilihan atau keputusan untuk beraksi di
dalam lingkaran tertentu. Contoh: mengganggukan kepala sebagai tanda
setuju, meloncat dengan muka berseri-seri pertanda kegirangan,dll. Kawasan
ini dibagi menjadi lima jenjang tujuan, yaitu: penerimaan yang meliputi
kesadaran akan adanya suatu sistem nilai, pemberian respon, pemberian
penghargaan yaitu penilaian meliputi penerimaanterhadap suatu sistem nilai,
pengorganisasian yaitu menghimpun sistem nilai yang akan digunakan, dan
karakterisasi yaitu perilaku secara terus menerus sesuai dengan sistem nilai
yang telah diorganisasikannya.
3. Psychomotor Domain (kawasan psikomotor).
Perilaku yang dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh manusia.
Domain ini berbentuk gerakan tubuh, antara lain seperti berlari,melompat,
melempar, berputar, memukul, menendang,dll. Lima tujuan belajar pada ranah
psikomotor yaitu: meniru: kemampuan mengamati suatu gerakan agar dapat
merespon, menerapkan: kemampuan mengikuti pengarahan, gerakan pilihan
dan pendukung dengan membayangkan gerakan orang lain, memantapkan:
kemampuan memberikan respon yang terkoreksi dengan kesalahan-kesalahan,
merangkai: koordinasi rangkaian gerak dengan membuat aturan yang tepat,
naturalisasi: gerakan yang dilakukan secara rutin dengan menggunakan energi
fisik dan psikis yang minimal.
4. Pengaruh Belajar berdasarkan konsep bloom
Secara umum, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu
faktor-faktor yang ada dalam diri siswa dan faktor eksternal yaitu faktor-faktor
yang berada di luar diri pelajar. Yang tergolong faktor internal adalah:
22
1) Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun yang
diperoleh dengan melihat, mendengar, strukturtubuh, cacat tubuh, dan sebagainya.
faktor intelektual:
Faktor sosial yang terdiri atas: faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan
masyarakat, faktor lingkungan sekolah,dan faktor kelompok.
Faktor budaya: seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian,
dan sebagainya.
Faktor lingkungan fisik : fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim dan sebagainya.
Faktor spiritual adalah faktor yang secara tidak langsung maupun secara
langsung mempengaruhi kehidupan manusia karena berhubungan langsung
dengan sang penciptanya.
2.7 Jenis Belajar Menurut Kratwohl dan Anderson (Dimensi Pengetahuan dan
Dimensi Proses Kognitif)
1. Pengetahuan faktual.
23
Eureka Pendidikan. Pengetahuan faktual meliputi elemen-elemen dasar
yang digunakan para pakar dalam menjelaskan, memahami dan mengatur secara
sistematis disiplin ilmu mereka. Elemen-elemen ini lazimnya merupakan simbol-
simbol yang diasosiasikan dengan referensi konkret, yang mengandung informasi
penting. Pengetahuan faktual sebagian besar muncul pada level abstraksi yang
relatif rendah. Dua jenis pengetahuan faktual adalah pengetahuan terminologi dan
pengetahuan detail -detail dan elemen-elemen yang spesifik.
2. Pengetahuan konseptual
Pengetahuan konseptual meliputi skema, model mental, atau teori eksplisit
dan implisit dalam beragam psikologi kognitif yang berbeda. Skema, model dan
teori ini menggambarkan pengetahuan yang seseorang miliki mengenai
bagaimana materi diatur dan disusun, bagaimana bagian-bagian informasi yang
berbeda saling berhubungan dan berkaitan dalam suatu cara yang lebih sistematis,
sehingga bagian-bagian ini berfungsi bersama-sama. Pengetahuan konseptual
meliputi tiga jenis: pengetahuan klasifikasi dan kategori, pengetahuan prinsip dan
generalisasi, dan pengetahuan model, teori, dan struktur.
3. Pengetahuan prosedural
Pengetahuan prosedural adalah “pengetahuan mengenai cara” melakukan
sesuatu. Pengetahuan prosedural berbentuk rangkaian langkah-langkah yang akan
diikuti. Hal ini meliputi pengetahuan keahlian-keahlian, algoritma-algoritma,
teknik-teknik, dan metode-metode yang secara kolektif disebut sebagai prosedur-
prosedur. Pengetahuan prosedural menggambarkan pengetahuan beragam dari
“proses” yang berbeda, sementara pengetahuan faktual dan konseptual berkaitan
dengan apa yang disebut “produk.” Pengetahuan prosedural meliputi pengetahuan
prosedural untuk pengetahuan mengenai keahlian, algoritma, teknik, dan metode
yang merupakan spesifik subjek atau spesifik disiplin ilmu.
24
4. Pengetahuan metakognitif
Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan mengenai kognitif secara
umum dan pengetahuan tentang kesadaran pribadi seseorang. Penekanan kepada
murid untuk lebih sadar dan bertanggung jawab atas pengetahuan dan pemikiran
mereka sendiri. Pengetahuan metakognitif meliputi pengetahuan startegis,
pengetahuan mengenai tugas kognitif, serta pengetahuan tentang diri (Suwarto,
2013).
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Belajar adalah suatu proses atau upaya yang dilakukan setiap individu untuk
mendapatkan perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan,
sikap dan nilai positif sebagai suatu pengalaman dari berbagai materi yang telah
dipelajari.
Belajar menurut berbagai aliran terdapat aliran behaviourisme, humanisme,
kognitivisme, dan konstruktivisme
Deep learning merupakan salah satu jenis machine learning yang mampu
belajar secara mandiri baik dari proses pencarian fitur yang digunakan sampai dengan
pengambilan kesimpulan.
Ada delapan jenis belajar menurut gagne, yaitu : Belajar isyarat (signal
learning), belajar stimulus respon, belajar merantaikan (chaining), belajar asosiasi
verbal (verbal association), belajar membedakan (discrimination), belajar konsep
(concept learning), belajar dalil (rule learning), belajar memecahkan masalah
(problem solving).
Jenis-jenis belajar menurut Boom, yaitu : Cognitive Domain (Kawasan
kognitif), Affective Domain (Kawasan Afektif), Psychomotor Domain (Kawasan
Psikomotor).
Dimensi produk kognitif menurut Anderson & Krathwohl, yaitu :
pengetahuan factual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, pengetahuan
metakognitif.
3.2 Saran
Dengan adanya beberapa penjelasan dan penjabaran terkait pembelajaran
adakalanya untuk di terapkan dalam sistem Pendidikan saat ini, digunakan sebagai
landasan dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan teknologi pada saat ini.
26
DAFTAR PUSTAKA
https://www.eurekapendidikan.com/2015/05/dimensi-produk-kognitif-menurut.html
http://causik.blogspot.com/2016/05/jenis-jenis-belajar-menurut-benyamin-s.html
https://cecepkustandi.wordpress.com/2015/06/29/jenis-belajar-menurut-gagne-dan-
bloom/
http://causik.blogspot.com/2016/05/jenis-jenis-belajar-menurut-gagne-dan.html
https://binus.ac.id/knowledge/2019/07/teori-konstruktivisme-dan-behaviorisme-
dalam-perancangan-elearning/
DI akses pada 21-03-2020 pada pukul 20.30 WIB
27