Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

ANALISIS KASUS KASUS PEMBELAJARAN DAN


TEKNIK OBSERVASI LAPANGAN

Disusun Oleh :

Senny Novita Sari


2004420004

Dosen Pengampu :

H. Mukhlas, L.c., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN & ILMU KEPENDIDIKAN

UNIVERSITAS TRIDINANTI

PALEMBANG

2021
Daftar Isi

Daftar Isi ......................................................................................................... 1

A. Pendahuluan ............................................................................................... 2
1. Latar Belakang ......................................................................................... 2
B. Pembahasan ................................................................................................ 4
1. Pengertian Belajar ................................................................................... 4
2. Pengertian Masalah Belajar ....................................................................... 5
3. Pengertian Masalah Pembelajaran ........................................................... 6
4. Jenis-jenis Masalah Pembelajaran ............................................................ 7
5. Faktor-faktor Penyebab Masalah-masalah dalam Pembelajaran ................ 10
6. Langkah-langkah Pemecahan Masalah-masalahh dalam Pembelajaran.......11
7. Pengertian Pembelajaran Obsevasi ............................................................ 15
8. Kelebihan dan Kekurangan Metode Observasi ......................................... 15
9. Langkah-langkah dalam Proses Observasi ................................................ 16
C. Penutup ......................................................................................................... 18
1. Simpulan .................................................................................................. 18
Daftar Pustaka .............................................................................................. 20

1
ANALISIS KASUS KASUS PEMBELAJARAN DAN
TEKNIK OBSEVASI LAPANGAN

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi
peserta didik dengan bisa menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap
lingkungannya dengan demikian menyebabkan perubahan pada dirinya
yang memungkinkannya buat berfungsi secara kuat dalam rakyat.
Kemajuan zaman ketika begitu sangat cepat, mulai asal perubahan-
perubahan di bidang ekonomi, sosial, teknologi sampai bidang pendidikan.
Pendidikan pada Indonesia sudah mengalami kemajuan yang lebih terkini
dibandingkan dengan zaman dahulu, karena proses perubahan ini di
dukung berasal banyak sekali sisi positif pula peran guru dan orang tua
yang bekerja sama demi mencapai tujuan yg sama.
Belajar merupakan salah satu usaha sadar manusia dalam mendidik
dalam upaya menaikkan kemampuan kemudian diiringi oleh perubahan
serta peningkatan kualitas serta kuantitas pengetahuan manusia itu sendiri.
Belajar merupakan salah satu kegiatan peserta didik yang terjadi pada pada
lingkungan belajar. Belajar diperoleh melalui forum pendidikan formal
serta nonformal. Salah satu forum pendidikan formal yang umum pada
Indonesia yaitu sekolah di mana di dalamnya terjadi kegiatan belajar serta
mengajar yang melibatkan hubungan antara guru dan peserta didik. Tujuan
belajar peserta didik sendiri ialah buat mencapai atau memperoleh
pengetahuan yang tercantum melalui akibat belajar yg optimal sesuai
menggunakan kecerdasan intelektual yg dimilikinya.
Pada dewasa ini banyak duduk perkara yang ada lebih cepat.
Sebelum kita bisa mengidentifikasi masalah itu, yang sempurna tampak
cara buat memperoleh kejelasan serta hal ini tidak dapat dipisahkan
menggunakan duduk perkara masalah itu. Semakin lama masalah itu
sebagai sangat komplek. Juga pada masalah itu selalu terjadi perubahan
terutama masalah yang berkaitan dengan pendidikan.

2
Di era reformasi ilmu pengetahuan serta teknologi, perbaikan
aktivitas belajar serta mengajar wajib di upayakan secara maksimal agar
mutu pendidikan meningkat, hal ini dilakukan sebab majunya pendidikan
membawa implikasi meluas terhadap pemikiran manusia dalam berbagai
bidang sehingga setiap generasi muda wajib belajar banyak buat menjadi
insan terdidik sesuai menggunakan tuntunan zaman.
Berhasilnya suatu tujuan pendidikan tergantung bagaimana proses
belajar mengajar yang dialami oleh peserta didik seseorang pengajar
dituntut buat teliti pada menentukan dan menerapkan metode mengajar
yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Akan tetapi dalam mencapai
suatu tujuan yang baik pasti ada kendala suatu persoalan yang
menghalangi dalam pencapaian tujuan itu, mirip halnya dalam bidang
pendidikan, terdapat masalah dalam pembelajaran siswa. Persoalan yang
ada dalam proses belajar mengajar di timbulkan kurang korelasi
komunikasi antara guru serta peserta didik serta peserta didik dengan
peserta didik yang lainnya sebagai akibatnya proses hubungan sebagai
vakum.
Buat lebih menaikkan keberhasilan belajar peserta didik antara lain
dapat dilakukan melalui upaya memperbaiki proses belajar sehingga pada
perbaikan proses belajar ini peranan pengajar sangat penting. Selaku
pengelola kegiatan peserta didik, pengajar juga dibutuhkan membimbing
serta membantu siswa dalam belajar sehingga akan mendapatkan hasil
yang sempurna.

3
B. Pembahasan
1. Pengertian Belajar
Pengertian belajar mampu mempunyai arti yg luas,
tergantung kita sendiri menyampaikan arti buat belajar. Sebab segala
sesuatu yg kita kerjakan mampu mempunyai arti belajar, namun dalam
hal ini saya mengartikan belajar dalam hal mencari pengetahuan ilmu,
atau biasa kita jumpai di proses pembelajaran anak di lingkungan
sekolah.
Menurut Skinner pada tahun 1958 menyampaikan definisi
belajar “Learning is a process progressive behavior adaptation”. Dari
definisi tadi dapat dikemukakan bahwa belajar itu ialah suatu proses
adaptasi sikap yg bersifat progresif. Skinner percaya bahwa proses
adaptasi akan mendatangkan akibat yg optimal bila diberi penguatan
(reinforcement). Ini berarti bahwa belajar akan menunjuk di keadaan
yg lebih baik asal keadaan sebelumnya. Disamping itu belajar juga
membutuhkan proses yang berarti belajar membutuhkan ketika buat
mencapai suatu yang akan terjadi. (Dimyati, 2002, hal. 56)
Jadi belajar ialah proses buat perubahan prilaku dari yang
bersifat tidak baik menuju sifat yang baik serta lebih baik, sebab
menggunakan sikap yang baik, orang yang mempunyai ilmu akan
lebih dihargai berasal pada sifat yang kurang baik. Pada mencapai
tujuan tersebut tentunya sangat membutuhkan waktu, sehingga
pembelajaran yang formal terdapat batasan-batasan yang membatasi
waktu buat menempuh proses belajar itu. Dengan adanya kurikulum
yang mengatur proses pembelajaran, maka batasan-batasan tertentu
sangat membatasi adanya kaitan satu menggunakan yg lain.
Menurut Chaplin pada tahun 1972 pada Dictionary of
Psychology membatasi belajar menggunakan 2 dua rumusan. Rumusan
pertama berbunyi: “acquisition of any relatively permanent change in
behavior as a result of practice and experience”. (Belajar merupakan
perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap menjadi
dampak latihan dan pengalaman). Rumusan keduanya ialah “process

4
of acquiring responses Alaihi Salam a result of special practice”.
(Belajar artinya proses memperoleh respon-respon menjadi dampak
adanya latihan khusus). (Dimyati, 2002, hal. 58)
Sama seperti yang diungakapkan Skiner, berdasarkan
Chaplin ini pula tidak jauh tidak selaras dengan ungkapan Skiner,
Belajar ialah perubahan tingkah laris, menjadi disparitas antara orang
yang berilmu serta tidak.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa belajar merupakan perubahan serta peningkatan kualitas serta
kuantitas tingkah laku seseorang yang cukup menetap di berbagai
bidang yang terjadi dampak melakukan interaksi terus menerus
menggunakan lingkungannya yang melibatkan proses kognitif.
2. Pengertian Masalah Belajar
Banyak pakar mengemukakan pengertian persoalan. Ada
yang melihat masalah menjadi ketidaksesuaian antara impian dengan
kenyataan, ada yang melihat menjadi tidak terpenuhinya kebutuhan
seorang, dan ada pula yang mengartikannya menjadi suatu hal yang
tidak mengenakan.
Menutur Prayitno mengemukakan bahwa masalah artinya
sesuatu yang tak disukai adanya, menyebabkan kesulitan bagi diri
sendiri serta atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan. (Dimyati,
2002, hal. 61)
Sedangkan berdasarkan pengertian secara psikologis,
belajar ialah suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam tingkah
laku menjadi yang akan terjadi berasal hubungan menggunakan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pengertian belajar dapat di definisikan “Belajar adalah
sesuatu proses yang dilakukan individu buat memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, menjadi akibat
pengalaman individu itu sendiri pada hubungan dengan
lingkungannya”. “Belajar ialah proses perubahan pengetahuan atau
perilaku sebagai akibat asal pengalaman. Pengalaman ini terjadi

5
melalui hubungan antara individu dengan lingkungannya”. ( Anita E,
Wool Folk, 1995, hal. 196 )
Berasal definisi masalah serta belajar maka masalah belajar
bisa diartikan atau di definisikan menjadi berikut.“Masalah belajar
adalah suatu syarat eksklusif yg di alami sang siswa serta menghambat
kelancaran proses yang dilakukan individu buat memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan”. Kondisi
eksklusif itu bisa berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa
kelemahan-kelemahan serta bisa juga berkenaan menggunakan
lingkungan yg tidak menguntungkan bagi dirinya.
Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh siswa-
siswa yang lambat saja dalam belajarnya, namun juga bisa menimpa
peserta didik yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata normal,
pintar atau cerdas. Masalah-masalah pada pembelajaran ini artinya
sesuatu yang harus di pecahhkan oleh pengajar serta orang tua
sehingga proses belajar anak mampu sinkron dengan tujuan yang
pertama yaitu mencerdaskan anak bangsa yg berpendidikan dan
mempunyai tingkah laku yang baik. Tanggung jawab seseorang
pengajar pada mendidik anak mampu berjalan dengan baik Jika
masalah-masalah dalam pembelajaran mampu di pecahkan secara
bersamaan. (Dimyati, 2002, hal. 64)
3. Pengertian Masalah Pembelajaran
Belajar ialah tindakan dan perilaku peserta didik yang
kompleks, sebagai tindakan, maka belajar hanya di alami oleh peserta
didik sendiri. Siswa merupakan penentu terjadi atau tidak terjadinya
proses belajar. Proses belajar terjadi sebab siswa memperoleh sesuatu
yang terdapat di lingkungan sekitar. Lingkungan yang di pelajari sang
peserta didik ialah keadaan alam, benda-benda, binatang, tumbuh-
tumbuhan, insan atau hal-hal yg akan dijadikan bahan belajar.
(Nirwana, 2006, hal. 77)
Belajar adalah proses mencari, memahami, menganalisis
suatu keadaan sehingga terjadi perubahan perilaku, serta perubahan

6
tersebut tidak bisa dikatakan sebagai akibat belajar. Jika di sebabkan
oleh karena pertumbuhan atau keadaan sementara. (Syaifuddin
Iskandar, 2008, hal. 1)
Sedangkan pembelajaran atau instruksional ialah
perjuangan mengorganisasikan lingkungan belajar sehingga
memungkinkan peserta didik melakukan kegiatan belajar buat
mencapai tujuan pembelajaran dengan menggunakan aneka macam
media dan asal belajar tertentu yg akan mendukung pembelajaran itu
nantinya. (Nirwana, 2006, hal. 80)
4. Jenis-jenis Masalah Pembelajaran
Di dalam setiap kehidupan pasti akan ada yang namanya
masalah, begitu juga masalah dalam pembelajaran yang membuat
peserta didik tidak dapat secara maksimal untuk menyerap ilmu yang
telah di sampaikan oleh tenaga didik.
Berikut ini ada beberapa masalah dalam pembelajaran yang
perlu untuk ditanggulangi :
a. berkurangnya motivasi para peserta didik untuk belajar atau
berpartisipasi di dalam belajar;
b. semakin banyak siswa yang membolos pada saat jam pelajaran di
mulai;
c. pada zaman yang berkembang ini juga banyak sekali perkelahian
muncul di kalangan antar pelajar;
d. prestasi siswa yang semakin rendah dan mengalami kemerosotan
nilai;
e. semakin menipisnya etika dan kesopanan di dalam belajar.
(Nirwana, 2006, hal. 75)

Identifikasi penyebab masalah dalam pembelajaran


mengenai kurangnya motivasi belajar peserta didik di dalam
melakukan pembelajaran antara lain adalah :
a. kurangnya sekolah menentukan guru yang kompetitif di dalam
melakukan pembelajaran atau terlalu monotonnya proses
pembelajaran di dalam sekolah;
b. kurangnya guru melakukan sebuah hubungan atau relasi dengan
para murid yang menjadi peserta didiknya;
c. kurang maksimalnya di dalam penggunaan alat ataupun media
pembelajaran yang menjadi pendukung di dalam aktivitas belajar
mengajar;

7
d. tidak adanya sebuah ide atau motivasi untuk membuat kelas yang
hidup dan tidak berkesan kaku dan membosankan;
e. guru tidak melakukan upaya permasalahan kelas yang monoton
yang membuat peserta didik menjadi malas untuk datang ke kelas;
f. kurangnya kemampuan para peserta didik untuk bekerja di dalam
kelompok-kelompok kecil untuk melakukan diskusi ringan;
g. tidak adanya upaya para tenaga didik untuk memulai cara
pembelajaran yang baru supaya para peserta didik dapat lebih aktif
di dalam lingkup pembelajaran.Tidak adanya sebuah penghargaan
ataupun imbalan yang diberikan kepada peserta didik yang
memiliki kemampuan yang lebih.

Diantara banyak siswa pada sekolah ada siswa yang


berprestasi, tetapi banyak juga yang di jumpai peserta didik yg gagal.
Secara umum, peserta didik siswa yang mengalami nilai serta nilai
rapor yang rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir, dan
sebagainya bisa disebut menjadi peserta didik yang mengalami
persoalan belajar. Seorang siswa bisa di duga mengalami kesulitan
belajar, jikalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf
kualifikasi hasil belajar tertentu. (Slameto, 2003, hal. 100)
Selain masalah-masalah dalam pembelajaran yang telah
diungkapkan di atas, namun berbagai yang tidak sinkron serta itu
tergantung mereka menilai dari sudut pandang yang berbeda pula.
Adapun beberapa n perkara belajar menjadi berikut :
a. Keterampilan akademik, keadaan siswa yang diperkirakan
memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat
memanfaatkannya secara optimal. Seharusnya kegiatan exstra
harus dimanfaatkan secara baik oleh guru dan orang tua, karena
keterampilan setiap anak didik sangatlah berbeda-beda, sehingga
bisa mengeluarkan dan memulai keterampilannya sejak dari kecil
dan di harapkan bisa mengembangkannya.
b. Keterampilan dalam belajar, keadaan siswa yang memiliki
pemikiran yang luas atau lebih, tetapi masih memerlukan tugas-
tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar
yang sangat tinggi. Keterampilan dalam belajar bisa menunjang
prestasi belajar siswa karena siswa akan lebih banyak mendapatkan

8
ilmu pengetahuan tambahan dari proses pembelajaran yang
semestinya.
c. Sangat lambat dalam belajar, keadaan siswa yang memiliki
akademik yang kurang memadai dan perlu di pertimbangkan untuk
mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus. Sebenarnya
setiap siswa mempunyai akal yang sama, tetapi kemampuan setiap
siswa yang satu dengan siswa yang lain sangatlah berbeda dan
disinalah letak kerja lebih guru dalam memberikan pengajaran yang
lebih agar siswa yang kurang mampu dalam menerima pelajaran
tidak terlihat sangat jauh tertinggal dibandingkan dengan siswa
yang penerimaan pelajarannya sangat cepat.
d. Kurang motivasi dalam belajar, keadaan siswa yang kurang
bersemangat dalam belajar mereka seolah-olah tampak jera dan
malas. Hal ini disebabkan dari beberapa sebab yang meliputi dari
lingkungan sekolah, keluarga maupun dari lingkungan pergaulan
anak, jika lingkungan anak memang sejak kecil diberi semangat
belajar yang tinggi, pastinya siswa tersebut bisa termotivasi untuk
menjadi anak yang pintar, namun sebaliknya kurangnya motivasi
belajar siswa bisa mempengaruhi proses belajar dan akhirnya
menjadi salah satu dari sekian banyak masalah-masalah dalam
pembelajaran.
e. Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar, kondisi siswa yang
kegiatan atau perbuatan belajarnya sehari-hari yang suka
mengundur waktu dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-
nunda tugas, mengulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya
untuk hal-hal yang tidak diketahuinya dan sebagainya, maka sikap
dan kebiasaan yang baik bisa menunjang kelancaran proses belajar
anak. Hal ini disebabkan anak akan cenderung rajin belajar dari
pada siswa yang mempunyai sikap dan kebiasaan yang buruk.
(Nirwana, 2006, hal. 149-150)

9
5. Faktor-faktor Peneyebab Masalah-masalah dalam Pembelajaran
a. Faktor yang Bersumber dari Diri Pribadi (Internal)
1) Faktor Psikologis
a) Intelegensi, siswa yang mempunyai intelegensi tinggi akan
lebih mudah dalam memahami pelajaran yang diberikan
guru atau lebih berhasil dibandingkan dengan siswa-siswa
yang berintelegensi rendah.
b) Bakat, apabila bahan yang dipelajari oleh siswa tidak sesuai
dengan bakatnya maka siswa akan mengalami kesulitan
dalam belajar.
c) Motivasi, prestasi belajar siswa bisa menurun apabila siswa
tersebut tidak mempunyai motivasi dalam belajar.
(Slameto, 2003, hal. 115)
2) Faktor Fisiologis
Gangguan-gangguan fisik dapat berupa gangguan pada
alat-alat penglihatan dan pendengaran yang dapat
menimbulkan kesulitan belajar. Seperti gangguan visual yang
sering disertai dengan gejala pusing, mual, sakit kepala, malas,
dan kehilangan konsentrasi pada pelajaran. (Slameto, 2003,
hal. 117)
b. Faktor Eksternal
1) Faktor yang Bersumber dari Lingkungan Sekolah
a) Metode mengajar, apabila guru menggunakan metode yang
sama untuk semua bidang studi dan pada setiap pertemuan
akan membosankan siswa dalam belajar.
b) Hubungan guru dengan guru, guru dengan siswa, dan siswa
dengan siswa, dalam proses pendidikan, antar guru, guru
dengan siswa, dan antar siswa tidak terjalin hubungan yang
baik dan harmonis untuk bekerja sama, maka siswa akan
mengalami kesulitan dalam belajar. Karena antar personal
sekolah akan saling menyebutkan kelemahan dari personal
lain dan terjadinya persaingan yang kurang sehat.

10
c) Sarana dan prasarana, alat-alat belajar yang kurang atau
tidak lengkap, buku-buku sumber yang diperlukan sulit
didapatkan, ruang kelas, ruang kelas tidak mencukupi
syarat seperti terlalu panas, pengap, dan ruang kecil yang
tidak sesuai dengan jumlah siswa. (Slameto, 2003, hal. 119)
2) Faktor Keluarga
a) Keadaan ekonomi keluarga, apabila anak hidup dalam
keluarga yang tidak berkecukupan dan harus bekerja
membantu mencari tambahan ekonomi keluarga akan
menimbulkan kesulitan bagi anak, mungkin akan terlambat
datang, tidak dapat membeli peralatan sekolah yang
dibutuhkan, tidak dapat memusatkan perhatian karena
sudah lelah dan sebagainya.
b) Hubungan antar sesama anggota keluarga, apabila
hubungan antar keluarga tidak harmonis, seperti orang tua
sering bertengkar, orang tua otoriter, peraturan yang ketat,
dan sebagainya, maka anak tidak bisa berkonsentrasi dalam
belajar.
c) Tuntutan orang tua, tuntutan orang tua dapat menimbulkan
kesulitan belajar bagi anak apabila tuntutan itu tidak sesuai
dengan kemampuan, minat, dan bakat anak. (Slameto,
2003, hal. 119-120)
3) Faktor Lingkungan Masyarakat
Faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat yang
dapat menimbulkan kesulitan belajar adalah media cetak,
komik, buku-buku pornografi, media elektronik, tv, vcd, video,
play station, dan sebagainya. (Slameto, 2003, hal. 121)
6. Langkah-langkah Pemecahan Masalah-masalah dalam
Pembelajaran
Murid yang mengalami masalah belajar perlu mendapatkan
bantuan agar masalahnya tidak berlarut-larut nantinya dan siswa yang
mengalami masalah belajar ini dapat berkembang secara optimal.

11
Masalah-masalah dalam pembelajaran harus segera dipecahkan karena
itu bisa menjadi titik kelemahan lembaga pendidikan untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidiakan di Indonesia.
Pemecahan masalah ini bisa dilihat dari faktor-faktor yang
mempengaruhi adanya masalah-masalah tersebut. (Nirwana, 2006, hal.
120)
Pembelajaran yang baik tentunya sangat memerlukan
pengelolaan yang baik juga, dan untuk mencapainya harus dengan
selalu intropeksi pada hal-hal yang menyebabkan timbulnya masalah
itu. Dari uraian faktor yang ada diatas tadi, langkah-langkah yang
harus dilakukan adalah sebagai berikut: (Nirwana, 2006, hal. 123)
Menurut Prayitno terdapat beberapa masalah pembelajaran
siswa dapat di selesaikan melalui :
a. Pengajaran Perbaikan, pengajaran perbaikan merupakan suatu
bentuk layanan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok
siswa yang mengalami masalah-masalah belajar dengan maksud
untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil
belajar siswa. Dengan pengajaran perbaikan ini, di harapkan bisa
memecahkan masalah-masalah yang ada dalam pembelajaran siswa
untuk meningkatkan prestasi siswa maupun prestasi sekolah tersebut.
Saat ini, metode belajar yang populer di Indonesia yang dikenal
dengan PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan). Aktif artinya ketika proses pembelajaran guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif untuk
bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Inovatif
artinya bagaimana guru menciptakan pembelajaran yang bisa
membuat siswanya berpikir bahwa learning is fun, sehingga tertanam
didalam pikiran siswanya tidak akan ada lagi perasaan tertekan
dengan tenggat waktu pengumpulan tugas dan rasa bosan tentunya.
Kreatif artinya agar guru menciptakan kegiatan belajar yang
beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.
Efektif artinya bagaimana guru mampu menciptakan apa yang harus

12
dikuasai oleh siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung tanpa
menyia-nyiakan waktu. Dan Menyenangkan artinya suasana belajar-
mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan
perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah
perhatiannya (“time on task”) tinggi.
b. Program pengayaan, kegiatan pengayaan adalah suatu bentuk
layanan yang di berikan kepada seseorang atau beberapa orang siswa
yang sangat cepat dalam belajar. Sebagai seorang pendidik kita tidak
harus memperhatikan siswa yang kurang mampu saja, akan tetapi
siswa yang cepat dalam belajar juga sangat penting untuk kita
perhatikan, hal ini nantinya tidak ada kesenjangan satu dengan yang
lain, harapannya siswa yang cepat dalam menerima pelajaran bisa
mengimbangi dan mungkin bisa membantu siswa yang kurang cepat
dalam menerima pelajaran.
c. Peningkatan motivasi belajar, guru bidang studi, guru pembimbing,
dan staf sekolah lainnya berkewajiban membantu siswa
meningkatkan motivasi dalam belajar. Salah satunya dengan cara
menyesuaikan pengajaran dengan bakat, minat, dan kemampuan.
Peningkatan motivasi belajar sangatlah penting untuk diberikan
kepada semua siswa, hal ini bisa memberikan semangat belajar yang
tinggi bagi semua siswa dalam hal mengeluarkan semua bakat dan
minat siswa untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki
secara individu maupun secara kelompok. Motivation is an essential
condition of learning. Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga
fungsi motivasi:
1) mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau
motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini
merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan
dikerjakan;
2) menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan
kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan
tujuannya;
3) menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan
apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan,
dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat

13
bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi
ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan
belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain
kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.
d. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, Setiap siswa
diiharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif
karena prestasi belajar yang baik diperoleh melalui usaha atau kerja
keras. Kebiasaan belajar yang baik sangat menunjang dalam segala
aspek pembelajaran siswa, ketika siswa sudah melaksanakan hal-hal
yang baik, mulai dari pengembangan sikap, disiplin, rajin dan ada
tanggung jawab bersama, maka proses pembelajaran akan berjalan
sesuai dengan harapan bersama, dan bisa memberikan pengaruh
yang besar dalam peningktan prestasi siswa. Mengajar sebagai
proses pemberian atau penyampaian pengetahuan saja tidak cukup,
tetapi harus diiringi dengan mendidik. Artinya guru secara tidak
langsung harus dapat membimbing siswa untuk melakukan dan
menyadari etika, budaya serta moral yang berlaku di tempat siswa
tinggal. Guru bukan sebagai pemberi informasi sebanyak-banyaknya
kepada para siswa, melainkan guru sebagai fasilitator, teman dan
motivator. Oleh karena itu, pengajaran minimal harus dipandang
sebagai suatu proses sistematis dalam merencanakan, mendesain,
mempersiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan
pembelajaran secara efektif dalam jangka waktu yang layak.
e. Layanan konseling individual, dalam hubungan tatap muka antara
konselor dengan klien (siswa) pada kegiatan konseling diupayakan
adanya pengentasan masalah-masalah klien yang telah disampaikan
pada konselor. Sebagai seorang konselor sebaiknya bisa mengatasi
masalah itu dari proses/sebab yang mempengaruhi adanya hal-hal
yang bisa menyebabkan masalah-masalah pembelajaran. Adanya
masalah itu pasti juga adanya sebab yang mempengaruhinya, maka
layanan konseling diberikan kepada setiap siswa yang merasa
dirinya kurang dalam aspek-aspek yang ada pada proses
pembelajaran disekolah atau diri sendiri. Guru Bimbingan Konseling
juga memiliki peranan yang cukup besar dalam hal memotivasi

14
siswa, guru secara berkelanjutan memberikan penyuluhan dan
motivasi kepada siswa baik secara perorangan (individu) maupun
secara kelompok. (Nirwana, 2006, hal. 159-150)
7. Pengertian Pembelajaran Obsevasi
Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-
cara mengajar yang digunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian
lain ialah sebagai teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar
atau untuk menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas,
agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh
siswa dengan baik.
Menurut Arikunto, observasi adalah mengumpulkan data atau
keterangan yang harus dijalankan dengan melakukan usaha-usaha
pengamatan secara langsung ke tempat yang akan diselidiki (Arikunto,
2006, hal. 124). Sedangkan menurut Kamus Ilmiah Populer dalam kata
observasi berarti suatu pengamatan yang teliti dan sistematis,
dilakukan secara berulangulang. Metode observasi seperti yang
dikatakan Hadi dan Nurkancana adalah suatu metode pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis baik secara langsung maupun secara tidak
langsung pada tempat yang diamati. (Suardeyasasri, 2010 , hal. 9)
8. Kelebihan dan Kekurangan Metode Observasi
Adapun kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran
observasi menurut Purnomo yaitu sebagai berikut:
a. Kelebihan Metode Observasi
1) metode observasi sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin
tahu siswa sehingga proses pembelajaran memiliki
kebermaknaan yang tinggi;
2) menyajikan media obyek secara nyata tanpa manipulasi;
3) mudah pelaksanaanya;
4) siswa akan merasa tertantang sehingga dapat meningkatkan
aktivitas siswa;
5) siswa akan memiliki motivasi belajar yang tinggi;
6) memungkinkan pengembangan sifat ilmiah dan menimbulkan
semangat ingin tahu siswa.
b. Kekurangan Metode Observasi
1) memerlukan waktu persiapan yang lama;

15
2) memerlukan biaya dan tenaga yang lebih besar dalam
pelaksanaannya;
3) objek yang diobservasi akan menjadi sangat kompleks ketika
diknjungi dan mengaburkan tujuan pembelajaran. (Kurniawan,
2011, hal. 10)
Sedangkan kelebihan metode observasi menurut Subiyanto
adalah mahasiswa dilibatkan untuk turut berpikir sehingga emosi
mahasiswa dapat terlibat langsung dalam proses pembelajaran,
meningkatkan keterampilan mahasiswa melalui suatu kegiatan, dapat
mengamati suatu proses/kejadian dengan sendirinya, sehingga akan
memperkaya pengalaman dan meningkatkan serta membangkitkan
rasa ingin tahu. Dengan metode observasi mahasiswa akan lebih
memahami sesuatu yang bersifat abstrak dan lebih mampu mengingat
dalam jangka waktu yang relative lebih lama.

9. Langkah-langkah dalam Proses Observasi


Langkah – langkah observasi dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. mahasiswa mencari gambaran atau informasi tentang objek
penelitian melalui indera;
b. mahasiswa melakukan observasi dilakukan melalui pengamatan,
pendengaran, pengecapan, perabaan, penciuman;
c. apabila tidak memungkinkan mahasiswa menggunakan alat bantu;
d. mahasiswa membuat data setelah melakukan pengamatan;
e. mahasiswa mempresentasikan data hasil pengamatan;
f. mahasiswa lain memberikan tanggapan;
g. dosen memberikan tes untuk memperoleh hasil belajar mahasiswa
sehingga bisa dilihat prestasi belajar mahasiswa setelah
pembelajaran menggunakan metode observasi.
Menurut Purnomo, penggunaan metode observasi, yaitu :
a. melatih mahasiswa untuk peka terhadap peristiwa atau gejala yang
terjadi dalam lingkungannya;
b. melatih mahasiswa untuk mengambil keputusan yang tepat sesuai
dengan nilai-nilai moral yang diperoleh di kelas;
c. memperluas cakrawala mahasiswa mengenai nilainilai moral atau
ilmu pengetahuan yang diperoleh didalam kelas dipadukan dengan
kenyataan. (Samsudin, 2016, hal. 17)
Metode outdoor study merupakan metode dimana dosen
mengajak mahasiswa belajar di luar kelas bahkan kampus untuk
melihat peristiwa langsung di lapangan dengan tujuan untuk

16
memperkenalkan dan memperlihatkan kepada mahasiswa seperti apa
proses operasional yang sebenarnya di sebuah perusahaan/pabrik.
Melalui metode outdoor study. Lingkungan di luar kelas bahkan
kampus, dapat digunakan sebagai sumber belajar dan dapat menggali
ilmu, pengetahuan dan pengalaman sekaligus. Peran dosen disini
adalah sebagai motivator dan fasilitator, artinya dosen sebagai
pembimbing/pemandu dan penyedia dalam kegiatan, agar mahasiswa
dapat secara aktif, kreatif dan akrab dengan proses operasional
perusahaan/pabrik secara langsung (Karjawati, 2013, hal. 23).
Adapun menerapkan kegiatan pembelajaran menggunakan
metode outdoor study dengan tujuan agar mahasiswa dapat
mengaitkan materimateri pelajaran dengan keadaan di lapangan
(situasi nyata) yang ada di perusahaan/pabrik.Mahasiswa juga dapat
lebih kreatif dan memiliki sikap positif terhadap perkuliahan, serta
menyadari bahwa materi perkuliahan merupakan ilmu yang berguna
dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Husamah, menyatakan
langkah-langkah pembelajaran di luar kelas (outdoor study) yaitu : pra
kegiatan, pendahuluan , pengembangan, penerapan, dan penutup
(Karjawati, 2013, hal. 80).

17
C. Penutup
1. Simpulan
Masalah belajar adalah suatu keadaan atau kondisi yang
dialami oleh siswa sehingga dapat menghambat kelancaran proses
belajarnya. Kondisi tertentu ini dapat berkenaan dengan keadaan
dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan
dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak merugikan dan
memberikan dampak buruk bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini
tidak hanya dialami oleh siswa dengan kemampuan rendah atau biasa-
biasa saja, akan tetapi juga dapat dialami oleh siswa dengan tingkat
kecerdasan di atas rata-rata normal atau tinggi.
Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-
cara mengajar yang digunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian
lain ialah sebagai teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar
atau untuk menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas,
agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh
siswa dengan baik.
Pembelajaran adalah usaha mengorganisasikan lingkungan
belajar sehingga memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar
untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan menggunakan berbagai
media dan sumber belajar tertentu yang akan mendukung pembelajaran
itu nantinya.
Masalah- masalah dalam pembelajaran antara lain :
a. berkurangnya motivasi para peserta didik untuk belajar atau
berpartisipasi di dalam belajar;
b. semakin banyak siswa yang membolos pada saat jam pelajaran di
mulai;
c. banyak sekali perkelahian muncul di kalangan antar pelajar;
d. prestasi siswa yang semakin rendah dan mengalami kemerosotan
nilai;
e. semakin menipisnya etika dan kesopanan di dalam belajar.
Faktor-faktor penyebab masalah belajar dapat berasal dari
dalam diri siswa itu sendiri (internal) maupun dari luar diri siswa
(eksternal) :

18
a. Faktor yang Bersumber dari Diri Pribadi (Internal)
1) faktor psikologis;
2) faktor fisiologis.
b. Faktor Eksternal
1) faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah;
2) faktor keluarga;
3) faktor lingkungan masyarakat.
Pemecahan masalah-masalah pembelajaran antara lain:
a. pengajaran perbaikan;
b. program pengayaan;
c. peningkatan motivasi belajar;
d. pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik;
e. layanan konseling individual.

19
Daftar Pustaka
Arikunto, S. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Dimyati, d. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Karjawati. (2013). Metode Pembelajaran Efektif. Surabaya: Media Group.

Kurniawan, E. (2011). Perbandingan Keefektifan Metode Observasi dan Diskusi


Terhadapt Hasil Belajar Biologi Pokok Bahasan (Skripsi). Semarang:
IAIN Walisongo.

Nirwana, H. d. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Padang: FIP UNP.

Samsudin, M. D. (2016). Pengaruh Lapngan Model Lapangan Observasi dan


Pembelajaran Inquiry terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Sosiologi
Siswa IPS SMK Negeri 3 Purbolinggo. Probolinggo: SMK Negeri 3.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Suardeyasasri. (2010 ). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Gramedia.

20

Anda mungkin juga menyukai