Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“ KONSEP DASAR TEORI BELAJAR & PEMBELAJARAN”


(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Inovasi Pendidikan Islam)

Dosen Pengampu
Rabitah Hanum Hsb, M.Pd

Disusun Oleh
Lisa Susanti (900 21 179)

Program Studi Pendidikan Agama Islam


Institut Syekh Abdul Halim Hasan Binjai
2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah... Puji syukur pada Allah SWT. atas segala rahmat dan
hidayah-Nya. Segala pujian hanya layak kita laturkan kepada Allah SWT.
Shalawat dan salam kepada Nabi kita Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ” Konsep Dasar Teori Belajar &
Pembelajaran”.
Makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu
kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan basih banyak kekurangan yang masih perlu diperbaiki, untuk
itu kami mengharapkan saran daan kritik yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Binjai, Februari 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar ................................................................................. 2
B. Pengertian Pembelajaran ....................................................................... 3
C. Teori Behaviorisme ............................................................................... 4
D. Teori Kognitivisme ............................................................................... 5
E. Teori Humanistik ................................................................................... 6
F. Teori Kontraktivisme ............................................................................ 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar merupakan aktivitas menuju kehidupan yang lebih baik secara
sistematis. Proses belajar terdiri atas tiga tahapan, yaitu tahap informasi,
transformasi dan evaluasi. Yang dimaksud dengan tahap informasi adalah
proses penjelasan, penguraian atau pengarahan mengenai struktur pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Tahap transformasi adalah proses peralihan atau
pemindahan struktur tadi ke dalam diri peserta didik. Proses transformasi
dilakukan melalui informasi. Sedangkan, pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar.
Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan.
Artinya, tujuan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut
pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek
organisme atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi
pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses dan
hasil belajar, semua termasuk tanggung jawab guru.
Dengan demikian semakin banyak usaha belajar itu dilakukan maka
semakin banyak dan baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat
aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan
karena usaha sendiri.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar
Menurut Lindgren belajar sebagai proses perubahan tingkah laku yang
relatif permanen dan perubahan tersebut disebabkan adanya interaksi individu
yang bersangkutan dengan lingkungannya. Heinich (1999) mengatakan bahwa
belajar adalah proses aktivitas pengembangan pengetahuan, keterampilan atau
sikap sebagai interaksi seseorang dengan informasi dan lingkungannya
sehingga dalam proses belajar diperlukan pemilihan, penyusunan dan
penyampaian informasi dalam lingkungan yang sesuai dan melalui interaksi
pemelajar dengan lingkungannya. Gredler juga menekankan pengaruh
lingkungan yang sangat kuat dalam proses belajar, studi belajar bukanlah
sekedar latihan akademik, ia adalah aspek penting baik bagi individu maupun
masyarakat. Belajar juga merupakan basis untuk kemajuan masyarakat di masa
depan.

Belajar adalah suatu perubahan.Perubahan itu terjadi dengan


mengembangkan suatu ketrampilan baru,memahami pengetahun baru hingga
bisa merubah sikap dan perubahan.Perubahan tersebut tidak hanya bersifat
incidental namun bersifat alami seiring dengan pertambahan usia.
Belajar merupakan suatu proses pengajaran dan pembelaaran untuk
merubah perilaku baik buruk seseorang untuik menjadi perilaku yang lebih
baik, yaitu meningkatkan pengetahuan, pemikiran, pemahaman, sikap dan
berbagai kemampuan lainnya.
Dari pengeritian diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu Proses perubahan tingkah laku secara keseluruhan, bersifat positif dan
bertujuan serta mencakup seluruh aspek tingkah laku lainnya.
Selanjutnya Gagne & Briggs (2008) menjelaskan belajar adalah hasil pasangan
stimulus dan respon yang kemudian diadakan penguatan kembali

2
(reinforcement) yang terus menerus. Reinforcement ini dimaksudkan untuk
menguatkan tingkah laku yang diinternalisasikan dalam proses belajar. Proses
belajar setiap orang akan menghasilkan hasil belajar yang berbedabeda untuk
itu perlunya reinforcement yang terus menerus hingga mengalami perubahan
tingkah laku kearah yang lebih baik.
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja atau tidak
sengaja oleh setiap individu, sehingga terjadi perubahan dari yang tidak tahu
menjadi tahu, dari yang tidak bisa berjalan menjadi bisa berjalan, tidak dapat
membaca menjadi dapat membaca dan sebagainya. Belajar adalah suatu proses
perubahan individu yang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya ke arah
yang baik maupun tidak baik. Belajar setiap orang dapat dilakukan dengan cara
berbeda. Ada belajar dengan cara melihat, menemukan dan juga meniru.
Karena melalui belajar seseorang akan mengalami pertumbuhan,
perkembangan dan perubahan dalam dirinya baik secara psikis maupun fisik.
Secara fisik jika yang dipelajari berkaitan dengan dimensi motorik.Secara
psikis jika yang dipelajari berupa dimensi afeksi.

B. Pengertian Pembelajaran
Istilah pembelajaran sudah mulai dikenal luas oleh masyarakat, lebih-lebih
Pada saat setelah diundangkannya UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yang secara legal memberi pengertian tentang
pembelajaran. Pembelajaran sebagai konsep pedagogik secara teknis dapat
diartikan sebagai upaya sistematik dan sistemik untuk menciptakan lingkungan
belajar yang potensial untuk menghasilkan proses belajar yang bermuara pada
berkembangnya potensi individu sebagai peserta didik.
Dari pengertian tersebut tampak bahwa antara belajar dan pembelajaran
satu sama lain memiliki keterkaitan substantif dan fungsional. Keterkaitan
substantif belajar dan pembelajaran terletak pada simpulan terjadinya
perubahan perilaku dalam diri individu. Keterkaitan fungsional belajar dan
pembelajaran adalah bahwa pembelajaran sengaja dilakukan untuk
menghasilkan proses belajar atau dengan kata lain belajar merupakan
3
parameter pembelajaran. Walaupun demikian perlu diingat bahwa tidak semua
proses belajar merupakan konsekuensi dari pembelajaran. Oleh karena itu
dapat pula dikatakan bahwa akuntabilitas belajar bersifat internal/individual,
sedangkan akuntabilitas pembelajaran bersifat publik.

Menurut Munandar (dalam Suyono dan Hariyanto) yang menyatakan


bahwa pembelajaran dikondisikan agar mampu mendorong kreativitas anak
secara keseluruhan, membuat peserta didik aktif, mencapai tujuan
pembelajaran secara efektif dan berlangsung dalam kondisi menyenangkan.
Kondisi lingkungan sekitar dari siswa sangat berpengaruh terhadap kreativitas
yang akan diciptakan oleh pesrta didik. Disaat ketika peserta didik merasa
nyaman, maka tujuan pembelajaran akan lebih mudah untuk dicapai.
Menurut Syaifuddin (2008) bahwa pembelajaran (instructional) adalah
usaha mengorganisasikan lingkungan belajar sehingga memungkinkan siswa
melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan
menggunakan berbagai media dan sumber belajar tertentu yang akan
mendukung pembelajaran itu nantinya. Terkait dengan ciri orang dewasa,
Soetopo (2005: 135) menjelaskan bahwa orang dewasa cederung memiliki ciri-
ciri sebagai berikut: (1) pribadi yang sudah dapat mengarahkan diri sendiri, (2)
merupakan sumber yang kaya untuk belajar bagi diri sendiri maupun orang
lain, (3) individu yang siap dan perlu difasilitasi orang lain, dan (4) orientasi
terhadap belajarnya dikembangkan dari tugas-tugas kehidupan dan masalah-
masalahnya.

C. Teori Behaviorisme
Teori Behavioristik merupakan teori dengan pandangan tetang belajar
adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara
stimulus dan respon. Atau dengan kata lain belajar adalah perubahan yang
dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara
yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. (Hamzah Uno, 7:
2006). Para ahli yang banyak berkarya dalam aliran ini adalah Thorndike,

4
Watson, Hull, Edwin Guthrie dan Skinner. Teori belajar Skinner akan
dijelaskan pada bagian yang khusus yaitu teori belajar proses.
• Menurut Thorndike (Hamzah Uno, 7:2006) belajar adalah proses
interaksi antara stimulu dan respon. Menurut Thorndike perubahan
tingkah laku bisa berwujud sesuatu yang dapat diamati atau yang tidak
dapat diamati.
• Menurut Watson (Hamzah Uno,7:2006) belajar adalah proses interaksi
antara stimulus dan respon . Stimulus dan respon tersebut berbentuk
tingkah laku yang bisa diamati. dengan kata lain Watson mengabaikan
berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan
menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui karena
faktor-faktor tersebut tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar telah
terjadi atau belum.
• Clark Hull berpendapat bahwa tingkah laku seseorang berfungsi untuk
menjaga kelangsungan hidup. Oleh karena itu kebutuhan biologis dan
pemuasan kebutuhan biologis menempati posisi sentral. Menurut Hull
kebutuhan dikonsepkan sebagai dorongan, stimulus hampir selalu
dikaitan dengan kebutuhan biologis.
• Edwin Guthrie mengemukakan bahwa belajar merupakan kaitan
asosiatif antara stimulus dan respon tertentu. Stimulus dan respon
merupakan faktor kritis dalam belajar. Oleh karena itu diperlukan
pemberian stimulus yang sering agar hubungan lebih langgeng. Suatu
respon akan lebih kuat (dan bahkan menjadi kebiasaan) apabila respon
tersebut berhubungan dengan berbagai stimulus.
D. Teori Kognitivisme
Teori belajar kognitivisme menyatakan bahwa belajar adalah perubahan
persepsi atau pemahaman. Teori belajar ini lebih mementingkan proses belajar
dari pada hasil belajarnya. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah
laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi
yang berhubungan dengan tujuan belajarnya (Asri Budinigsih, 2008-26). Teori
belajar kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari situasi saling
5
berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. Memisah-misahkan atau
membagi-bagi situasi/materi pelajaran ,enjadi komponen-komponen yang
kecil-kecil dan mempelajarinya secara terpisah-pisah, akan kehilangan makna.
E. Teori Humanistik
Teori humnaistik menyatakan bahwa belajar yaitu memanusiakan
menusia, maksudnya adalah menghargai segala yang ada pada manusia. Oleh
sebab itu teori belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati
bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang
kajian psikologi belajar. Pada teori ini juga lebih mementingkan isi yang
dipelajari dari pada proses belajarnya. Proses belajar mengajarnya dari
pengalaman hidup siswa, dengan pengalaman hidup nanti akan dijadikan
sebagai landasan materi. Seperti yang dikatakaoleh salah satu tokoh humanistik
Ausubel yaitu, belajar merupakan asimilasi bermakna. Materi yang dipelajari
diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya. Faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam
peristiwa belajar. Teori humanistik sangat penting (Asri Budiningsih, 2008-53)
karena mengatakan:
• Manusia makhluk bebas membentuk dirinya.
• Manusia makhluk bermartabat
• Manusia makhluk yang karakteristiknya khas.

F. Teori Kontruktivisme

Teori kontruktivistik merupakan aliran filsafat pengetahuan yang


menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan)
kita sendiri. Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat
pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun
tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan
landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan

6
diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna
melalui pengalaman nyata.
Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan
masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham
karena mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan
lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu
siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama
semua konsep.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Belajar adalah suatu perubahan.Perubahan itu terjadi dengan


mengembangkan suatu ketrampilan baru,memahami pengetahun baru hingga
bisa merubah sikap dan perubahan.Perubahan tersebut tidak hanya bersifat
incidental namun bersifat alami seiring dengan pertambahan usia.
Belajar merupakan suatu proses pengajaran dan pembelaaran untuk
merubah perilaku baik buruk seseorang untuik menjadi perilaku yang lebih
baik, yaitu meningkatkan pengetahuan, pemikiran, pemahaman, sikap dan
berbagai kemampuan lainnya.
Belajar dan pembelajaran satu sama lain memiliki keterkaitan substantif
dan fungsional. Keterkaitan substantif belajar dan pembelajaran terletak pada
simpulan terjadinya perubahan perilaku dalam diri individu. Keterkaitan
fungsional belajar dan pembelajaran adalah bahwa pembelajaran sengaja
dilakukan untuk menghasilkan proses belajar atau dengan kata lain belajar
merupakan parameter pembelajaran. Walaupun demikian perlu diingat bahwa
tidak semua proses belajar merupakan konsekuensi dari pembelajaran. Oleh
karena itu dapat pula dikatakan bahwa akuntabilitas belajar bersifat
internal/individual, sedangkan akuntabilitas pembelajaran bersifat publik.

8
DAFTAR PUSTAKA

Darsono, Max, dkk.2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang


Press.

Dimyati 2006, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta.

Paulina, Panen, 2003, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : UT.

Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep
Dasar. Surabaya : Rosda.

Syaiful Sagala. 2017. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung: Penerbit


Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai