Dosen Pengampu:
Oleh:
Kelompok 2 PAI– 5 C
2023
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami haturkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, yang
telah memberikan nikmat iman, Islam, serta sehat kepada kita semua. Atas rahmat
dan taufiq-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan. Penulisan makalah yang berjudul “Konsep Dasar Pembelajaran
Fikih” ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
pembelajaran fikih.
Penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kami menyadari
bahwa banyak kekurangan dan kelemahan pada penyusunan dan penulisan kami
memohon maaf apabila ada kesalahan penulisan. Kritik yang terbuka dan
membangun sangat penulis nantikan demi kesempurnaan makalah. Demikian kata
pengantar ini penulis sampaikan. Terima kasih atas semua pihak yang membantu
penyusunan dan membaca makalah ini.
Penulis
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita pasti sudah tidak asing lagi dengan kata belajar, mengajar,
dan pembelajaran. Tetapi apakah kalian tahu apa definisi lengkap dari
pembelajaran? Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik
dengan pendidik atau guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar, yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi.
Sedangkan fikih adalah cabang ilmu pendidikan Islam yang mempelajari
tentang tata cara peribadatan kepada Allah dan tata cara menjalani
kehidupan dengan sesame manusia dan lainnya. Dalam makalah ini
penulis akan menjelaskan lebih rinci terkait konsep dasar pembelajaran
fikih, apa saja komponen-komponen dalam pembelajaran fikih, apa
pengertian pembelajaran fikih, apa hakikat dari adanya pembelajaran fikih,
semua itu akan dibahas dengan jelas didalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari dari pembelajaran fikih?
2. Apa hakikat pembelajaran fikih?
3. Apa saja komponen-komponen dalam pembelajaran fikih?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pembelajaran fikih
2. Untuk mengetahui hakikat dari pembelajaran fikih.
3. Untuk mengetahui komponen-komponen dalam pembelajaran fikih.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pembelajaran
2
Aunurrahman (2010) menjelaskan pengertian pembelajaran sebagai suatu
kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa
berubah kearah yang lebih baik. Sedangkan secara khusus pembelajaran dapat
diartikan melalui beberapa teori sebagai berikut:
3
c. Menurut Syaiful Sagala
Pengertian pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan
asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama
keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua
arah. Mengajar dilakukan pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar oleh
peserta didik.
d. Menurut Sudjana
Setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi
kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak yaitu antara peserta didik sebagai
warga belajar dan pendidik sebagai sumber belajar yang melakukan kegiatan
membelajarkan.
e. Menurut Oemar Hamalik
Pembelajaran merupakan kombinasi yang tertata meliputi segala unsur
manusiawi, perlengkapan, fasilitas, prosedur yang saling mempengaruhi dalam
mencapai tujuan dari pembelajaran. Terdapat tiga rumusan yang dianggap
penting tentang pembelajaran yaitu:
1) Pembelajaran merupakan upaya dalam mengorganisasikan lingkungan
pendidikan untuk menciptakan situasi dan kondisi belajar bagi siswa.
2) Pembelajaran merupakan upaya penting dalam mempersiapkan siswa
untuk menjadi warga masyarakat yang baik dan diharapkan.
3) Pembelajaran merupakan proses dalam membantu siswa untuk
menghadapi kehidupan atau terjun di lingkungan masyarakat.
4. Pengertian Fikih
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, fikih diartikan sebagai ilmu
tentang hukum Islam. Secara etimologi, Fiqih berasal dari kata faqiha yafqahu
fiqhan yang berarti pemahaman. Secara istilah, Fiqih merupakan ilmu yang
mempelajari tentang tata cara beribadah kepada Allah SWT. Pengetahuan
tentang hukum-hukum syari’at yang berkaitan dengan perbuatan dan
perkataan mukallaf, dengan tujuan untuk mengetahui hukum-hukum suatu
perbuatan. Apakah itu wajib, sunnah, haram, makruh, mubah, dilihat dari
dalil-dalil yang ada. Baik itu dalil qath’i ataupun dalil dzanni. Secara umum,
4
para ulama mendefinisikan fiqih sebagai Ilmu yang membahas hukum-
hukum syariat bidang amaliyah (perbuatan nyata) yang diambil dari dalil-
dalil secara rinci.
Fiqih secara umum adalah suatu ilmu yang mempelajari bermacaam-
macam aturan hidup bagi manusia, baik yang bersifat individu maupun yang
berbentuk masyarakat sosial. Sedangkan menurut Prof. Dr. TM. Habsyi Ash
Shiddieqy yang dikutip oleh Drs. Nazar Bakry ilmu fiqih merupakan suatu
kumpulan ilmu yang sangat besar gelanggang pembahasannya, yang
mengumpulkan berbagai ragam jenis hukum islam dan bermacam rupa aturan
hidup, untuk keperluan seseorang, segolongan, dan semasyarakat, dan
seumum manusia.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa jangkauan fiqih itu sangat luas
sekali. Yaitu membahas masalah-masalah hukum islam dan peraturan-
peraturan yang berhubungan dengan kehidupan manusia. Sumber perumusan
fiqih ialah apa-apa yang dijadikan bahan rujukan bagi ulama dalam
merumuskan fiqihnya. Yang menjadi sumber fiqih itu yang disepakati oleh
para ulama adalah empat yaitu: (1) Al-Qur’an, (2) As-sunnah, (3) Ijma’
Ulama, dan (4) Qiyas.
5. Pengertian pembelajaran fiqih
Pembelajaran Fiqih, tidak hanya terjadi proses interaksi antara guru dan
anak didik di dalam kelas. Namun pembelajaran dilakukan juga dengan
berbagai interaksi, baik di lingkungan kelas maupun musholla sebagai tempat
praktek-praktek yang menyangkut ibadah. VCD, film, atau lainnya yang
mendukung dalam pembelajaran Fiqih bisa dijadikan dalam proses
pembelajaran itu sendiri. Termasuk pula kejadian-kejadian sosial baik yang
terjadi dimasa sekarang maupun masa lampau, yang bisa dijadikan cerminan
dalam perbandingan dan penerapan hukum Islam oleh peserta didik.
Pembelajaran fiqih merupakan suatu cara yang ditempuh oleh pendidik
dalam menyampaikan hukum-hukum islam yang berhubungan dengan
kehidupan manusia baik yang hubungan dengan Allah maupun yang
berhunbungan dengan manusia. Dalam pembelajaran tersebut dibutuhkan
5
suatu cara untuk menyampaikan pesan-pesan kepada siswa yang nantinya akan
menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
Dari pengertian diatas maka pembelajaran Fiqih adalah jalan yang
dilakukan secara sadar, terarah dan terancang mengenai hukum-hukum Islam
yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf baik bersifat ibadah maupun
muamalah yang bertujuan agar anak didik mengetahui, memahami serta
melaksanakan ibadah sehari-hari.
6
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas dapat dipahami bahwa
pembelajaran Fiqih dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara antara
lain melalui kegiatan bimbingan dan pengajaran yang dilakukan melalui
pengamalan, yakni memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengalaman ibadah dalam
menghadapi tugas-tugas dan masalah dalam kehidupan. Sedangkan melalui
pembiasaan, yaitu dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
bersikap dan berperilaku sesuai dengan ajaran Islam dan budaya bangsa dalam
menghadapi persoalan kehidupan
7
haram, kemudian tentang khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan
pinjam meminjam (Madrasah, 2014).
Tujuan pembelajaran fikih disetiap tingkatan jenjang pendidikan memiliki
tujuan yang sama, yaitu:
1. Mencetak generasi muda yang sholeh dan sholehah.
2. Peserta didik mengetahui hukum-hukum dalam Islam dan mampu menerapkannya
dalam kehidupan sehari hari (Lutfi & Usamah, 2019).
3. Agar peserta didik dapat mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan
hukum Islam, baik yang berkaitan dengan aspek ibadah dan juga aspek muamalah,
serta untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.
4. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum islam dengan baik dan benar,
sebagai bentuk perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran Islam, baik
hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan dirinya sendiri, sesama manusia,
dan makhluk hidup lainnya ataupun dengan lingkungannya.
8
dalam kondisi tertentu, shalat sunnah muakkadah dan ghoiru mu’akkadah, puasa
fardhu dan sunnah, I’tikaf, sedekah, hibah, umrah, dan haji beserta ketentuan-
ketentuannya (Kemenag, 2014).
c) Materi pembelajaran pada jenjang Madrasaha Aliyah: Pada jenjang madrasah
aliyah materi fikih yang disajikan sudah masuk kepada kajian fikih mawaris, fikih
jinayah, dan fikih munakahat, seperti hukum waris dalam Islam, pernikahan dalam
Islam, jinayah dan hikmahnya, zakat beserta hikmahnya, pengurusan jenazah dan
hikmahnya, serta kepemilikan dan akad. Selain itu, kelas 12 sudah disajikan
dengan materi ushul fiqh, diantaranya ‘am dan khas, mujmal dan mubayyan, serta
amar dan nahi (Rofiudin, 2017).
3. Metode Pembelajaran Fikih
1. Pengertian metode
Metode berasal dari bahasa Yunani methodos yang berarti “cara atau jalan”.
Secara istilah metode adalah cara yang digunakan untuk memberikan pelajaran
kepada peserta didik. Metode mengajar berarti cara mencapai tujuan mengajar, yaitu
tujuan-tujuan yang diharapkan tercapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajar.
Tujuan belajar yang dimaksud ialah dalam bentuk perubahan tingkah laku yang
diharapkan terjadi pada diri peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar.
Sedangkan pembelajaran merupakan usaha untuk terciptanya situasi belajar
sehingga yang belajar memperoleh atau meningkatkan kemampuannya. Maka
metode pembelajaran adalah cara yang digunakan pendidik untuk menyampaikan
pelajaran kepada siswa pada saat berlangsungnya suatu pengajaran. Pembelajaran
yang efektif dan efisien adalah pembelajaran yang mudah dipahami oleh peserta
didik dalam waktu yang cepat. Oleh sebab itu diperlukan metode atau cara tertentu
bagi seorang pendidik agar ia mampu memberikan pengajaran yang tepat bagi
peserta didiknya.
Fikih merupakan ilmu yang mempelajari syariat islam berdasarkan dalil al-
Qur’an dan hadits. Bagi seorang muslim mempelajari fikih dan
mengimplementasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Oleh
karena itu di sekolah negeri para siswa diajarkan fikih lewat mata pelajaran
pendidikan agama islam (PAI). Berbeda dengan sekolah yang berbasis islam seperti
9
SDIT, MTs dan MA maupun pondok pesantren, pembelajaran fikih dipisah menjadi
mata pelajaran yang berdiri sendiri. Pembelajaran fikih diarahkan untuk
mengantarkan peserta didik dapat memahami pokok-pokok hukum islam dan tata
cara pelaksanaannya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehingga menjadi
muslim yang selalu taat menjalankan syariat islam secara sempurna.
Dari beberapa keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa, metode
pembelajaran fiqih adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang pendidik dalam
menyampaikan materi atau yang berkenaan dengan pembelajaran fiqh islam kepada
peserta didik sehingga tujuan dari pendidikan tersebut dapat tercapai secara efektif
dan efesien.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemilihan Metode
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode sebagai berikut:
a) Faktor manusia
Faktor manusia terdiri dari pendidik dan peserta didik. Penting
bagi seorang pendidik mengetahui secara pasti kemampuan yang
dimilikinya. Seorang pendidik juga haruslah paham mengenai
penggunaan metode yang akan digunakannya dalam proses
pembelajaran. Sehingga ia dapat melaksanakan proses belajar mengajar
dengan baik dan tujuan pembelajaran yang ada dapat tercapai. Selain itu
memperhatikan kondisi peserta didik sebelum metode yang dipilih
diterapkan di kelas juga sangatlah penting. Pemilihan metode mengajar
harus menyesuaikan tingkatan jenjang pendidikan peserta didik. Sebagai
contoh, pemilihan metode pembelajaran untuk anak kelas satu SD
biasanya dengan metode belajar yang sederhana dan menyenangkan,
karena tingkatan berpikirnya masih kongkret. Misalnya saat membahas
mengenai ‘saling berbagi’, guru harus menunjukkan dan mengajak
peserta didiknya untuk saling berbagi, dengan cara membagi makanan
maupun saling berbagi mainan dengan cara mempraktekannya. Berbeda
pada metode pembelajaran yang diterapkan pada anak pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, misalnya SMP dan SMA. Saat membahas
mengenai ‘saling berbagi’ cukup dengan melakukan diskusi, karena pada
10
tahap ini mereka sudah memiliki kemampuan berpikir abstrak dan
analitis.
b) Sasaran Pengajaran dan Latihan
Seorang tokoh taksonomi yang bernama Bloom menegaskan
bahwa sasaran pengajaran meliputi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Dalam menerapkan suatu metode pembelajaran seorang
guru harus mengarahkan pencapaian siswanya baik dalam ranah
kognitif, afektif maupun psikomotornya. Misalnya saja dalam
pembelajaran fiqih seorang guru dapat menggunakan metode ceramah,
dan diskusi dengan tujuan siswanya dapat memahami dengan mudah
sehingga paham tentang materi yang diberikan pada saat itu. Dengan
diskusi siswa mengeksplor pemahamannya dalam menganalisis suatau
persoalan yang sedang dibicarakan. Untuk afektifnya siswa dapat
mengubah perilakunya menadi lebih baik ketika Ia mengetahui manfaat
dari melakukan sholat, dan bahaya yang dapat dirasakan apabila ia
meninggalkan sholat. Dengan menggunakan metode simulasi maka akan
memberikan ketrampilan bagi siswanya supaya dapat terjun langsung
dalam masyarakat minimal ketika ada sanak saudaranya yang meninggal
dunia.
c) Bidang mata pelajaran
Tiap-tiap mata pelajaran mempunyai karakteristik tersendiri.
Misal saja mengenai aspek-aspek perilaku, komunikasi, kepemimpinan,
motivasi dan lain sebagainya dapat menggunakan metode diskusi, role
playing dan lain sebagainya. Pada bagian ini, hal yang perlu diperhatikan
dalam materi pembelajaran adalah apa materinya (what), seberapa
banyak (how much), dan bagaimana tingkat kesulitan (how hard) materi
yang hendak dipelajari.
d) Faktor waktu dan sarana fisik
Tiap-tiap metode pembelajaran mempunyai waktu persiapan
yang berbeda satu sama lain. Dalam pemilihan metode, strategi dan
media pembelajaran fiqih harus memperhatikan dari faktor waktu apakah
11
dalam menerapkan metode, strategi dan media memerlukan waktu yang
terlalu lama sehingga akan memperlambat proses pembelajaran. Oleh
karena itu, sebagai seorang guru harus bisa memanfaatkan waktu yang
telah diberikan dalam menerapkan metode, strategi dan media yang
dapat digunakan dalam pembelajaran fiqih. Selain itu harus
memperhatikan dari faktor sarana fisik, apakah sekolahan menyediakan
fasilitas yang diperlukan ketika menggunakan metode, strategi dan
media. Jika sekolahan tidak menyediakan maka tugas dari seorang guru
adalah berpikir sekreatif mungkin untuk menciptakan kondisi belajar
yang nyaman dan tujuan dari pembelajaran dapat tercapai secara
maksimal. Pemilihan metode pembelajaran pada kenyataannya dapat
menciptakan suasana belajar yang dinamis dan praktis dalam
penggunaan waktu. Dalam gambaran yang sederhana, suatu materi
pembelajaran yang banyak dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif
lebih cepat dengan penggunaan metode cooperatif learning dengan
berbagai variasi dan pengembangannya.
3. Macam – Macam Metode Pembelajaran Fikih
Beberapa metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran fiqih, diantaranya:
a) Metode Ceramah adalah cara penyampaian materi pelajaran yang dilakukan
secara lisan kepada peserta didiknya. Menurut Zuhairini, metode ceramah
adalah suatu metode di dalam pendidikan di mana cara penyampaian materi
pelajaran kepada siswanya dengan cara penuturan secara lisan. Peran dari
seorang murid di sini adalah sebagai pendengar, menerima pesan,
memperhatikan dan mencatat keterangan atau informasi yang diucapkan
oleh gurunya.
b) Metode Diskusi. Metode adalah suatu proses yang melibatkan dua orang
atau lebih untuk saling bertukar informasi dan memecahkan masalah secara
bersama-sama. Cara seperti itu dapat dimaksudkan untuk merangsang pola
pikir siswa supaya bisa berpikir secara kritis dan mengeluarkan pendapatnya
secara rasional dan objektif dalam pemecahan masalah.
12
c) Metode Demonstrasi. Metode demonstrasi adalah sebuah metode mengajar
yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau
untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada peserta didik.
Dalam hal ini seorang guru harus memberikan contoh terlebih dahulu
setelah itu baru diikuti oleh muridnya. Metode ini dapat digunakan pada
materi thaharah, shalat, mengurus jenazah, dan lain sebagainya.
d) Metode Simulasi. Metode simulasi adalah perbuatan yang hanya berpura-
pura saja atau seolah-olah melakukannya. Tujuan dari metode simulasi ini
adalah untuk melatih ketrampilan tertentu, untuk memperoleh pemahaman
tentang suatu konsep atau prinsip dan untuk memecahkan masalah. Metode
ini dapat digunakan misalnya saja ketika sedang mempelajari materi haji
dan umroh. Siswa melakukan rukun-rukun yang ada ketika sedang
melakukan haji dengan cara membuat miniatur ka’bah, bukit shafa marwah,
dan lain sebagainya.
e) Metode Tanya Jawab. Metode adalah penyampaian pesan pengajaran
dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan
jawaban atau sebaliknya siswa diberi kesempatan untuk bertanya. Dalam
kegiatan melalui tanya jawab, guru dapat memberikan memberikan
kesempatan-kesempatan tersebut ketika sedang memulai pelajaran,
ditengah-tengah pelajaran dan diakhir pelajaran.
13
Selain pengertian di atas ada juga yang berpendapat bahwa media
pengajaran meliputi perangkat keras (Hardware) dan perangkat lunak (Software).
Hardware adalah alat-alat yang dapat mengantarkan pesan seperti overhead
projector, radio, televisi dan sebagainya; atau bahan belajar seperti film, bahan
cetakan, transparansi dan sebagainya. Dengan demikian media pembelajaran adalah
alat dan bahan yang dapat digunakan untuk kepentingan pembelajaran dalam upaya
meningkatkan hasil belajar.
Dalam proses pembelajaran fiqih, media memiliki peranan yang cukup
penting dalam kegiatan proses belajar mengajar. Apabila dalam proses pembelajaran
tersebut terdapat suatu materi yang kurang jelas maka dapat dibantu dengan media
pembelajaran sebagai perantara. Media tersebut juga mempermudah siswa dalam
mencerna materi tersebut.
Pada dasarnya semua jenis media bisa digunakan dalam proses
pembelajaran mata pelajaran fiqih. Hanya saja guru harus menyesuaikan media apa
yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Seorang guru juga harus
memperhatikan media tersebut dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.
Media belajar merupakan alat bantu belajar yang harus guru kembangkan.
Proses pembelajaran yang melibatkan media akan menarik perhatian siswa. Selain
itu, media juga membantu guru agar tidak monoton di kelas dalam melakukan
kegiatan belajar mengajar. Media pembelajaran membantu siswa untuk lebih mudah
memahami materi dan mempermudah guru untuk menyampaikan sebuah materi.
Siswa akan lebih tertarik dengan pembelajaran yang tidak monoton. Untuk itu, guru
dituntut harus bisa membawa suasana dan kreatif dalam melaksanakan proses
belajar mengajar. Dalam menggunakan media pembelejaran guru juga perlu
mempertimbangkan terkait biaya yang diperlukan dalam mempersiapkannya. Lebih
baik jika pihak lembaga pendidikan menyediakannya. Tetapi jika tidak, guru dapat
menyediakan media yang tahan lama sehingga media tersebut dapat digunakan
berkali-kali sehingga meminimalisir pengeluaran biaya yang berlebih.
14
5. Evaluasi Pembelajaran Fikih
Evaluasi adalah cara atau langkah yang dapat dilakukan untuk
memaksimalkan hasil belajar. Sedangkan hasil belajar adalah suatu pencapaian
peserta didik setelah melewati rangkaian proses belajar mengajar. Evaluasi belajar
mengajar juga merupakan satu komponen penting dalam tahap yang harus ditempuh
oleh guru untuk mengetahui keefektifan pembelajaran. Hasil yang diperoleh dari
proses evaluasi adalah umpan balik (feedback) bagi guru untuk memperbaiki dan
menyempurnakan program dan kegiatan pembelajaran. Kemudian evaluasi
pembelajaran fikih pada siswa ditinjau dari aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik:
f) Evaluasi kognitif dalam pembelajaran fikih.
Evaluasi kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir siswa,
termasuk didalamnya kemampuan memahami, menghafal, menganalisis,
mengaplikasikan dan mengevaluasi. Melalui kegiatan evaluasi kognitif guru
dapat mengetahui progresifitas dan perkembangan peserta didik berdasarkan
perolehan nilai atas kegiatan pembelajaran yang telah dialaminya selama jangka
waktu tertentu. Adapun pelaksanaan evaluasi kognitif dalam pembelajaran fikih
dapat dilakukann dengan beberapa macam:
1. Evaluasi subjektif. Bentuk evaluasi ini umumnya berbentuk esai (uraian),
evaluasi bentuk esai adalah sejenis evaluasi kemajuan belajar yang
memerlukan jawaban bersifat pembahasan atau uraian kata-kata panjang.
Ciri-ciri pertanyaan subjektif biasanya diawali dengan kalimat uraikan,
jelaskan, bagaimana, dan mengapa.
2. Evaluasi objektif. Evaluasi objektif ini biasa dikenal dengan pilihan ganda.
Evaluasi objektif ini benar-benar mempresentasikan penguasaan materi
peserta didik terhadap mata pelajaran tersebut, karena skor yang diberikan
pun dijamin sepenuhnya, sebab item-item yang ada dalam evaluasi objektif
mengandung satu jawaban yang benar.
3. Evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya sebuah
program yang lebih besar. Evaluasi formatif dapat dikatakan dengan
15
ulangan umum yang biasanya dapat dilaksanakan pada setiap akhir
semester.
g) Evaluasi afektif dalam pembelajaran fikih.
Evaluasi pada aspek afektif dalam pembelajaran fikih diarahkan pada
aspek sikap dan nilai. Sikap afektif mencakup kepribadian, budi pekerti, norma,
etika, dan nilai-nilai luhur dalam masyarakat. Evaluasi afektif tentang obyek
diperoleh melalui interaksi antara komponen kognitif, komponen afektif dan
komponen konatif dengan suatu obyek. Ciri-ciri hasil belajar afektif ini akan
tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku. Contohnya seperti perhatian
yang peserta didik berikan pada mata pelajaran fikih, kedisiplinannya dalam
mengikuti pelajaran agama di sekolah, motivasi dan keingin tahuannya yang
besar mengenai mata pelajaran fikih yang ia terima, penghargaan atau rasa
hormatnya kepada guru dan kasih sayangnya kepada sesama temannya.
Pelaksanaan evaluasi afektif dapat dikelompokkan kedalam empat
tahap:
1. Menerima dan memperhatikan. Peserta didik dibina agar mereka bersedia
menerima pelajaran dan nilai-nilai yang diajarkan oleh Guru fikih, dan
peserta didik mau menggabungkan diri kedalam nilai luhur tersebut, dan
memperhatikan pelajaran yang diberikan dengan baik.
2. Menanggapi. Menanggapi mengandung arti bahwa peserta didik ikut
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Kemampuan menanggapi adalah
kemampuan yang dimiliki sesoerang untuk mengikut sertakan dirinya
secara aktif dalam suatu fenomena tertentu. Jenjang ini lebih tinggi
dibanding dengan memperhatikan.
3. Menilai. Menilai artinya peserta didik dapat memberikan nilai atau
memberikan suatu penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek.
Contohnya: peserta didik dapat menilai apakah kegiatan shalat berjamaah di
masjid baik atau tidak? Dengan siswa bisa menilai secara benar, maka
artinya siswa telah menjalani proses penilaian.
4. Karakteristik dengan suatu nilai atau kompleks nilai. Pada tahap ini siswa
telah mempelajari seluruh materi pada mata pelajaran fikih. Tahap ini
16
peserta didik telah mengontrol tingkah lakunya dan membiasakan dirinya
untuk waktu yang lama, sehingga menjadi tingkah laku yang menetap dan
konsisten. Contoh: siswa telah memiliki kebulatan sikap taat terhadap
perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya dengan mengharap ridha
Allah SWT.
Teknis penilaian afektif dapat dilakukan melalui dua hal, yaitu: (1)
Laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan dengan pengisian angket
tertutup. (2) Pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif siswa.
h) Evaluasi Psikomotor dalam Pembelajaran Fikih.
Aspek psikomotor dalam pembelajaran fiqih berkaitan dengan
keterampilan atau kemampuan bertindak peserta didik setelah menerima
pengalaman belajar tertentu.
Adapun Pelaksanaan evaluasi pada aspek psikomotorik pada
pembelajaran fikih dapat dilakukan dengan beberapa cara:
1. Pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku siswa selama proses
pembelajaran praktik ibadah berlangsung. Seperti praktik shalat, praktik
berwudhu, mengurus jenazah dan lain sebagainya.
2. Sesudah mengikuti praktek ibadah, yaitu dengan jalan memberikan tes
kepada siswa untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap
(Efendi, 2015).
17
BAB III
PENUTUP
Pembelajaran fiqih merupakan suatu cara yang ditempuh oleh pendidik
dalam menyampaikan hukum-hukum islam yang berhubungan dengan kehidupan
manusia baik yang hubungan dengan Allah maupun yang berhunbungan dengan
manusia.
18
DAFTAR PUSTAKA
Abd al-Wahab al-Khallaf, “Ilm Ushul al-Fiqh”, Jakarta: Maktabah al-Da’wah al-
Islamiyah Syabab al-Azhar, 1410/1990
Ahmad Rofi‟i, Pembelajaran Fiqih (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Departemen Agama RI, 2009)
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Ciputat Pers,
Jakarta, 2002, hlm 136
Madrasah, A. (2014). Tujuan dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fiqih Madrasah
Ibtidaiyah. Abdi Madrasah.
19
https://www.abdimadrasah.com/2014/04/tujuan-dan-ruang-lingkup-mata-
pelajaran-fiqih.html
20