Disusun oleh:
FAKULTAS TARBIYAH
Penulis
i
DAFTAR ISI
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Pembelajaran ................................................................................................ 3
B. Belajar Melalui Bermain .............................................................................. 4
C. Tujuan Dan Fungsi Program Pembelajaran ................................................. 5
D. Model Pembelajaran..................................................................................... 5
E. Prinsip-Prinsip Pembelajaran ....................................................................... 9
F. Pembelajaran Dalam perspektif Perkembangan Anak .................................. 13
G. Pembelajaran Holistik ................................................................................ 16
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 20
A. Kesimpulan ................................................................................................ 20
B. Daftar Pustaka ............................................................................................ 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Susanto (2013), Pengertian pembelajaran merupakan perpaduan dari
dua aktivitas belajar dan mengajar. Aktivitas belajar secara metodologis cenderung
lebih dominan pada siswa, sementara mengajar secara instruksional dilakukan oleh
guru. Jadi, istilah pembelajaran adalah ringkasan dari kata belajar dan mengajar.
Dengan kata lain, pembelajaran adalah penyederhanaan dari kata belajar dan
mengajar (BM), proses belajar dan mengajar (PBM), atau kegiatan belajar mengajar
(KBM).
Kata atau istilah pembelajaran dan penggunaannya masih tergolong baru, yang
mulai populer semenjak lahirnya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional no.
20 tahun 2003. Menurut Undang-undang ini, pembelajaran diartikan sebagai proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi
proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan tabiat,
serta pembentukan sikap dan keyakinan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar
dengan baik. Namun dalam impelmentasinya, sering kali kata pembelajaran ini di
identikkan dengan kata mengajar.1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Pembelajaran
2. Bagaimana Belajar Melalui Bermain
3. Apa Saja Model Pembelajaran
4. Apa Saja Prinsip-prinsip Pembelajaran
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pembelajaran
2. Mengetahui Belajar Melalui Bermain
1
http://repository.radenfatah.ac.id/13761/2/BAB%20II.pdf
1
3. Mengetahui Model Pembelajaran
4. Mengetahui Prinsip-prinsip Pembelajaran
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembelajaran
Pembelajaran adalah sebuah proses interaksi yang dilakukan peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar 2 Dalam sebuah
proses pembelajaran memiliki unsur-unsur di dalamnya yaitu pendidik, peserta
didik, sumber belajar, lingkungan, belajar dan interaksi yang saling berkaitan di
antara unsur-unsur tersebut.
2
Achjar Chalil, H. L. (2008). Pembelajaran Berbasis Fitrah. Jakarta: PT Balai Pustaka
(Persero).
3
Gagne dan Briggs. 1979. Pengertian Pembelajaran.
http://www.scribd.com/doc/50015294/13/B-Pengertian-pembelajaranmenurut-beberapa-ahli
(diakses pada tanggal 1 November
3
tujuanpembelajaran apabila salah satu unsur di dalamnya dikurangi atau
dihilangkan.4
4
Hamalik, O., (2011), Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
5
Mohammad Fauziddin, PENERAPAN BELAJAR MELALUI BERMAIN BALOK UNIT UNTUK
MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI, Vol. 1, No. 3 (2016)
4
dalam usaha mengatasi dunianya dan mengembangkan kreativitas anak. Dengan
bermain anak memiliki kemampuan untuk memahami konsep secara ilmiah, tanpa
paksaan.
D. Model Pembelajaran
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga
tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model
pembelajaran.Dalam prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak ada model
6
https://hot.liputan6.com/read/4376551/tujuan-pembelajaran-manfaat-dan-klasifikasinya-yang-
perlu-diketahui
5
pembelajaran yang palingtepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu,
dalam memilih modelpembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi
siswa, sifat materi bahanajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu
sendiri. Berikut ini disajikanbeberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan
dijadikan alternatif sehingga cocokuntuk situasi dan kondisi yang dihadapi.7
7
Fathurrohman, MODEL-MODEL PEMBELAJARAN, Agustus 2006.
6
Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan
dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi,
penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh),
questioning(eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan,
evaluasi,inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif
dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba,
mengerjakan), inquiry(identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi,
menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi
konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut),
authentic assessment(penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian
terhadap setiapaktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-
objektifnya dareiberbagai aspek dengan berbagai cara).
3. Pembelajaran Berbasis Masalah
Untuk dapat meningkatkan kualitas dalam pembelajaran para ahli pembelajaran
menyarankan penggunaan paradigma pembelajaran konstruktifistik dalam kegiatan
belajar mengajar. Dengan adanya perubahan paradigma belajar tersebut terjadi
perubahan fokus pembelajaran dari berpusat pada guru kepada belajarberpusat pada
siswa. Pembelajaran dengan lebih memberikan nuansa yang harmonis antara guru dan
siswa dengan memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk berperan aktif
dan mengkonstruksi konsep-konsep yang dipelajarinya.
Pembelajaran yang berpusat pada siswa mempunyai tujuan agar siswa memiliki
motivasi tinggi dan kemampuan belajar mandiri serta bertanggungjawab untuk selalu
memperkaya dan mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Ada beberapa pembelajaran yang berpusat pada siswa yaitu salah satunya dalah
pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu
metode dalam pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam
mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Dalam usaha memecahkan
masalah tersebut mahasiswa akan mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan yang
dibutuhkan atas masalah tersebut.
Punaji Setyosari (2006: 1) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah
adalah suatu metode atau cara pembelajaran yang ditandai oleh adanya masalah nyata,
7
a real-world problems sebagai konteks bagi mahasiswa untuk belajar kritis dan
ketrampilan memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan.
Gardner (2007) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan
alternatif model pembelajaran yang menarik dalam pembelajaran ruang kelas yang
tradisional. Dengan model pembelajaran berbasis masalah, dosen menyajikan kepada
mahasiswa sebuah masalah, bukan kuliah atau tugas. Sehingga mahasiswa menjadi
lebih aktif belajar untuk menemukan dan menyelesaikan masalah.
Pembelajaran berbasis masalah mempunyai tujuan untuk mengembangkan dan
menerapkan kecakapan yang penting yaitu pemecahan masalah berdasarkan
keterampilan belajar sendiri atau kerjasama kelompok dam memperoleh pengetahuna
yang luas. Dosen mempunyai peran untuk memberikan inspirasi agar potensi dan
kemampuan mahasiswa dimaksimalkan.
Pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik sebagai berikut:
a.Belajar diawali dengan masalah
b.Masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa
c.Mengorganisasikan pelajaran seputar masalah
d.Mahasisawa diberikan tanggungjawab yang besar untuk melakukan proses belajar
secara mandiri
e.Menggunakan kelompok kecil
f. Mahasiswa dituntut untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajari dalam
bentuk kinerja (I wayan Dasna dan Sutrisno, 2007)
Dari uraian di atas jelas bahwa dalam pembelajaran berbasis masalah dimulai
dengan adanya permasalahan. Masalah yang dijadikan pembelajaran dapat muncul
dari mahasiswa atau dosen. Sehingga mahasiswa dapat memilih masalah yang
dianggap menarik untuk dijadikan pembelajaran.
4. TGT (Teams Games Tournament)
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap
kelompok bisa sama bis aberbeda. SDetelah memperoleh tugas, setiap kelompok
bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamikia
kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana
diskuisi nyaman dan menyenangkan sepeti dalam kondisi permainan (games) yaitu
dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada sajian bodoran.
Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi
8
kelas.Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa
pertemuan, atau dalam rangak mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian
raport.
E. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Berbagai teori tentang prinsip-prinsip pembelajaran yang telah dikemukakan
para ahli yang memiliki persamaan dan perbedaan. Dari prinsip tersebut terdapat
beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat digunakan sebagai dasar
dalam proses pembelajaran, baik pendidik maupun peserta didik dalam upaya
meningkatkan pelaksanaan pembelajaran. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah:
perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung, pengulangan, tantangan
serta perbedaan individu. Lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:
8
Gage dan Berliner,Educational Psyghology, (Chicago: Rand MC Nally Collage
Publishing Company, 1984), h. 335
9
Belajar merupakan tindakan dan perilaku peserta didik yang kompleks.
Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subyek, yaitu dari peserta
didik dan pendidik. Dari segi pesera didik, belajar dialami sebagai suatu proses,
mereka mengalami proses mental dalam menghadapi bahan ajar. Dari segi pendidik
proses pembelajaran tersebut tampak sebagai perilaku belajar tentang sesuatu hal.
Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah mahluk yang
aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan
aspirasinya sendiri. Dimiyati dan Mudjiono mengatakan bahwa ”belajar hanya
dialami oleh peserta didik sendiri, peserta didik adalah penentu terjadinya atau tidak
terjadi proses belajar.”9 Hal ini menunjukkan bahwa belajar tidak bisa dipaksakan
oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya
mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.
3. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Dalam diri peserta didik terdapat banyak kemungkinan dan potensi yang
akan berkembang. Potensi yang dimiliki peserta didik berkembang ke arah tujuan
yang baik dan optimal, jika diarahkan dan punya kesempatan untuk mengalaminya
sendiri. Edgar Dale dalam Oemar Hamalik mengemukakan bahwa belajar yang
paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. 10 Dale mengadakan
klasifikasi pengalaman menurut tingkat yang paling kongkrit ke yang paling abstrak
yang dikenal dengan kerucut pengalaman (cone of experience). Teori yang
dikemukakan oleh Adgar Dale tersebut menunjukkan bahwa keterlibatan
langsung/pengalaman setiap peserta didik itu bertingkat-tingkat, mulai dari yang
abstrak ke yang kongkrit.
Dalam proses pembelajaran membutuhkan keterlibatan langsung peserta
didik. Namun demikian, keterlibatan langsung secara fisik tidak menjamin
keaktifan belajar. Untuk dapat melibatkan peserta didik secara fisik, mental,
emosional dan intelektual, maka pendidik hendaknya merancang pembelajarannya
9
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009),
10
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran,Edisi I, ( Cet.II; Jakarta: Bumi
Aksara,1999), h. 90
10
secara sistimatis, melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mempertimbangkan
karakteristik peserta didik dan karakteristik mata pelajaran.
4. Pengulangan
Pengulangan dalam kaitannya dengan pembelajaran adalah suatu tindakan
atau perbuatan berupa latihan berulangkali yang dilakukan peserta didik yang
bertujuan untuk lebih memantapkan hasil pembelajarannya. Pemantapan diartikan
sebagai usaha perbaikan dan sebagai usaha perluasan yang dilakukan melalui
pengulangan– pengulangan.9 Pembelajaran yang efektif dilakukan dengan berulang
kali sehingga peserta didik menjadi mengerti. Bahan ajar bagaimanapun sulitnya
yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik, jika mereka sering mengulangi
bahan tersebut niscaya akan mudah dikuasai dan dihafalnya.
Ahmad Zayadi dan Abdul Majid mengatakan bahwa penguatan dorongan
serta bimbingan pada beberapa peristiwa pembelajaran peserta didik dapat
meningkatkan kemampuan yang telah ada pada perilaku belajarnya. Hal ini
mendorong kemudahan bagi peserta didik untuk melakukan pengulangan atau
mempelajari materi pelajaran secara berulang kali11 Adanya pengulangan terhadap
materi pelajaran yang diberikan mempermudah penguasaan dan dapat
meningkatkan kemampuannya.
Salah satu teori pembelajaran yang menekankan perlunya pengulangan
adalah teori psikologi asosiasi atau koneksionisme dengan tokohnya yang terkenal
Thorndike mengemukakan ada tiga prinsip atau hukum dalam belajar yaitu:
a. Law of readines, belajar akan berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk
melakukan perbuatan tersebut.
b. Law of exercise, belajar akan berhasil apabila banyak latihan dan ulangan.
c. Law of effect, yaitu belajar akan bersemangat apabila mengetahuai dan
mendapatkan hasil yang baik12.
11
Ahmad Zayadi dan Abdul Majid,Tadzkiyah; Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Berdasarkan Pendekatan Kontekstual,Edisi I,Cet.I; Jakarta: Raja Grafindo
Persada,2005),h.74
12
yaiful, Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Cet. VI ;Bandung: Alfabeta,
2009), h. 54
11
Belajar akan berhasil apabila peserta didik itu memiliki kesiapan untuk
belajar, pelajaran itu selalu dilatihkan/diulangi serta peserta didik lebih
bersemangat apabila mendapatkan hasil yang memuaskan. Fungsi utama
pengulangan adalah untuk memastikan peserta didik memahami persyaratan–
persyaratan kemampuan untuk suatu mata pelajaran, peserta didik akan belajar
dengan mudah dan mengingat lebih lama jika mereka mengulangi apa yang mereka
pahami.
5. Tantangan
13
St. Hasniyati Gani Ali, PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK, Jurnal Al-Ta’dib Vol. 6 No. 1 Januari-Juni 2013
12
ingatan, emosi dan sebagainya. Sedang perbedaan vertikal adalah perbedaan
individu dalam aspek jasmaniah seperti bentuk badan, tinggi dan besarnya badan,
tenaga dan sebagainya. Masing-masing aspek tersebut besar pengaruhnya terhadap
kegiatan dan keberhasilan pembelajaran yang dilakukan.
Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar peserta
didik. Oleh karena itu perbedaan individu ini perlu menjadi perhatian pendidik
dalam aktivitas pembelajaran dengan memperhatikan tipe-tipe belajar setiap
individu. Para ahli didik mengklasifikasi tipe belajar peserta didik atas 4 macam
yaitu:
a. Tipe auditif, yaitu peserta didik yang mudah menerima pelajaran melalui
pendengaran.
b. Tipe visual, yaitu yang mudah menerima pelajaran melalui penglihatan.
c. Tipe motorik, yaitu yang mudah menerima pelajaran melalui gerakan.
d. Tipe campuran yaitu peserta didik yang mudah menerima pelajaran melalui
penglihatan dan pendengaran 14 . Mengetahui perbedaan individu dalam belajar,
memudahkan bagi pendidik dalam menentukan media yang akan digunakan, hal
tersebut sangat urgen dalam pencapaian hasil pembelajaran yang optimal.
F. Pembelajaran Dalam perspektif Perkembangan Anak
Setiap manusia mengalami proses perkembangan yang berlangsung seumur
hidup, namun perkembangan tersebut tidak persis sama antara satu individudengan
individu lainnya, meskipun dalam beberapa hal ada kesamaan perkembangan di
antara individu. Setiap orang mengalami perkembangan termasuk para tokoh-tokoh
besar atau orang yang tidak terkenal. Manusia memulai hidupnya dari sejak menjadi
janin, menjadi bayi, anak-anak, remaja, dewasa, dan tua.
Secara garis besar proses perkembangan manusia terdiri dari proses biologis,
kognitif, dan sosial emosional. Proses biologis menghasilkan perubahan manusia.
Proses biologi meliputi pewarisan gen dari orang tua, perkembangan tubuh meliputi
14
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,1990),
13
pertumbuhan berat badan dan tinggi badan, perkembangan otak, keterampilan
motorik, dan perubahan hormone pada masa puber.
15
Hurlock, Developmental, h. 14
14
Montessori menyatakan periode perkembangan anak berdasarkan kepekaan
anak terhadap benda-benda yang ada di sekitarnya. Periode pertama dalam
kehidupan manusia terjadi pada usia 0-6 tahun. Pada usia 0-3 tahun anak-anak
menunjukkan perkembangan mental yang sulit didekati dan dipengaruhi orang
dewasa. 16 Pada usia ini anak-anak mengalami kepekaan yang kuat terhadap
keteraturan, misalnya jika dia biasa melihat sesuatu diletakkan di atas meja, maka
dia akan menangis atau memindahkan barang tersebut ke tempat semula. Pada
periode ini juga anak-anak mengalami kepekaan detail, dimana jika dia melihat
sesuatu dia akan memperhatikan benda tersebut sedetail mungkin, misalnya
memegangnya, menciumnya, atau menjilatnya. Pada periode ini anak-anak juga
mengalami kepekaan tangan dan kaki, sehingga pada masa ini anak sangat suka
menggunakan tangannya untuk memegang, melempar, dan sebagainya serta
menggunakan kakinya untuk berjalan.
Pada usia 3-6 tahun, anak-anak sudah mulai bisa didekati dan dipengaruhi
pada situasi-situasi tertentu. Periode ini ditandai dengan anak-anak menjadi lebih
individual dan memiliki kecerdasan yang cukup untuk memasuki sekolah. Anak-
anak pada usia ini telah menguasai banyak kosakata sehingga mereka sudah lancar
berbicara.
16
Maria Montessori, Obserbent Mind (Madras: The Theosopichal Publishing
House, 1949), h. 24
15
Tahap ketiga, masa kanak-kanak akhir dari usia 12 sampai 15 tahun. Tahap ini
merupakan transisi antara masa anak-anak dan dewasa. Mereka telah memiliki
kekuatan fisik, kemampuan kognitif yang substansial sehingga mampu
mengerjakan tugas-tugas yang bersifat teoritis dan verbal.
G. Pembelajaran Holistik
Istilah holistik mengandung makna menyeluruh atau utuh. Pendekatan holistik
memandang manusia secara utuh, dalam arti manusia dengan unsur kognitif,afeksi
dan perilakunya. Manusia juga tidak bisa berdiri sendiri, namun terkait erat dengan
lingkungannya. Manusia tidak bisa terlepas dari manusia lain, demikian pula
dengan lingkungan fisik atau alam sekitarnya. Manusia juga tergantung kepada
Tuhan yang Maha Kuasa selaku pencipta dan penentu hidupnya(Sawang:2011).
16
c. Proses pendidikan holistik mengutamakan kesatuan kepentingan anak didik-
masyarakat.
a. Mengajukan pertanyaan
17
(2) Apa hubungannya dengan topik-topik lain dalam bab yang sama?
(3) Apa hubungannya dengan topik-topik lain dalam mata pelajaran yang sama?
b. Memvisualkan informasi
c. Merasakan informasi
Jika informasi tidak dapat atau sukar divisualkan, siswa dapat menangkapnya
dengan menggunakan indera lainnya. Misalnya dengan meraba, mengecap,
membau, mendengar, atau memperagakan
18
4. Pembelajaran yang bermakna
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran holistik (holistic learning) adalah pendekatan pembelajaran yang
berfokus pada pemahaman informasi dan mengkaitkannya dengan topik-topik lain
sehingga terbangun kerangka pengetahuan . Pembelajaran yang terbangun meliputi
kognitif, afektif dan psikomotor yang kesemua komponen tersebut merupakan
keutuhan dari manusia. Sehingg prinsip yang sesuai dengan pendekatan holistic ini
adalah pembelajaran Humanistik yang lebih tepatnya memanusiakan manusia.
B. Daftar Pustaka
http://repository.radenfatah.ac.id/13761/2/BAB%20II.pdf
http://www.scribd.com/doc/50015294/13/B-Pengertian-pembelajaran menurut-
beberapa-ahli (diakses pada tanggal 1 November
20
Mohammad Fauziddin, PENERAPAN BELAJAR MELALUI BERMAIN
BALOK UNIT UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK
USIA DINI, Vol. 1, No. 3 (2016)
https://hot.liputan6.com/read/4376551/tujuan-pembelajaran-manfaat-dan-
klasifikasinya-yang-perlu-diketahui
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009),
Aksara,1999), h. 90
2009), h. 54
Hurlock, Developmental, h. 14
House, 1949), h. 24
21