Anda di halaman 1dari 24

Project Based Learning (PjBL)

DOSEN;

FINE EIRENE SIAHAAN,S.Pd.,M.Pd

OLEH;

FIKA RANI

NPM ; 2001080004

PENDIDIKAN FISIKA

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN PEMATANGSIANTAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat tuhan yang Maha Esa,
sebagai pencipta atas segala kehidupan yang senantiasa memberikan rahmat-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul .
PROJECT BASED LEARNING

Dalam kesempatan ini, saya ingin juga mengucapkan terima kasih


dengan hati yang tulus kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, semoga Tuhan senantiasa membalas dengan
kebaikan yang berlipat ganda.

Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak perbaikan dan kelengkapan penyusun makalah
ini. Harapan saya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Pematangsiantar, 2021
Daftar Isi

KATA
PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR
ISI............................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN................................................................................

a. Latar Belakang

b. Rumusan Masalah

c. Tujuan

BAB II

PROJECT BASE LEARNING..............................................

a. Pengertian dari metode pembelajaran project based learning

b. Ciri-ciri pembelajaran project based learning

c. Prinsip metode pembelajaran project based learning

d. Tahap metode pembelajaran project based learning

e. langkah- langkah metode pembelajaran project based learning ?

f. Apa saja kelebihan dari metode pembelajaran project based learning?

BAB III
PENUTUP........................................................................................

a. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pesatnya pembangunan yang disertai dengan perkembangan Ilmu


Pengetahuan dan Teknologi dewasa ini perlu direspon oleh kinerja dunia
pendidikan yang profesional dan memiliki mutu tinggi. Pembangunan di
suatu negara tidak bisa mengabaikan kegiatan pendidikan. Masa depan
suatu negara sangat ditentukan oleh bagaimana negara itu
memperlakukan pendidikan. Dunia pendidikan yang bermutu diharapkan
dapat mendukung tercetaknya generasi muda penerus bangsa yang
cerdas, terampil dan berwawasan luas sehingga mampu bersaing di era
global. Karena pada hakikatnya, fungsi pendidikan adalah untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan
martabat manusia.
Proses pembelajaran adalah merupakan suatu sistem. Dengan
demikian, pencapaian standar proses untuk meningkatkan kualitas
pendidikan dapat dimulai dari menganalisis setiap komponen yang dapat
membentuk dan memengaruhi proses pembelajaran. Namun demikian,
komponen yang selama ini dianggap sangat memengaruhi proses
pendidikan adalah komponen guru. Hal ini memang wajar, sebab guru
merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa
sebagai subjek dan objek belajar.
Guru adalah pihak yang bertugas membimbing siswa agar dapat
mencapai tujuan dalam pembelajaran sekaligus mengelola kelas agar
dapat menjadi sebuah tim yang solid, komunikatif dan kondusif selama
proses pembelajaran. Dari segi efektifitas, seorang guru diharapkan
mampu mengelola pembelajaran dengan baik. Pembelajaran yang
monoton tentunya akan berpengaruh terhadap semangat belajar siswa
dan prestasi belajar siswa. Pemilihan strategi juga model pembelajaran
yang relevan dengan standar kompetensi juga dapat memacu kemampuan
serta minat belajar siswa demi tercapainya optimalisasi kualitas
pembelajaran dan pembelajaran yang bermakna.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 19 ayat 1
mengenai Standar Nasional Pendidikan juga dinyatakan bahwa proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik.
Oleh sebab itu makalah ini akan membahas tentang model
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning). Pembelajaran
Berbasis Proyek (Project Based Learning) adalah model pembelajaran
sistematik yang mengikut sertakan pelajar ke dalam pembelajaran teoritis
dan keahlian yang kompleks, pertanyaan otentik dan perancangan
produk dan tugas. Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang
amat besar untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan
bermanfaat bagi peserta didik. Dalam pembelajaran berbasis proyek,
peserta didik terdorong lebih aktif dalam belajar. Guru hanya sebagai
fasilitator, mengevaluasi produk hasil kerja peserta didik yang
ditampilkan dalam hasil proyek yang dikerjakan

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Project Based
Learning (PjBL) ?
2. Apa saja karakteristik dari model pembelajaran Project Based
Learning (PjBL) ?
3. Bagaimana sintak dari model pembelajaran Project Based Learning
(PjBL)?
4. Apa kelebihan dan kelemahan dari model pembelajaran Project
Based Learning (PjBL) ?
5. Berikan contoh materi pembelajaran Biologi yang dapat di ajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning
(PjBL)
C. Tujuan
1.Mengetahui konsep dasar Pembelajaran Berbasis Proyek
2.Mengetahui penilaian serta evaluasi Pembelajaran
Berbasis proyek
3.Mengetahui fitur-fitur yang mendukung Pembelajaran
Berbasis Proyek
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi Model Pembelajaran Project Based Learning

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang


pendidik, sehingga tingkah laku peserta didik diharapkan dapat berubah
ke arah yang lebih baik. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 1 Ayat 20 “Pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar”. Sudjana (2004:28) “Pembelajaran dapat
diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk
menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak,
yaitu antara peserta didik(warga belajar)
dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan”.

Pembelajaran bertujuan membantu peserta didik agar memperoleh


berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku peserta
didik yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma
yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku peserta didik
mengarah ke arah yang lebih positif dan bermanfaat baik itu untuk
kehidupan pribadinya maupun untuk makhluk hidup disekitarnya. Dalam
keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan
aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian
tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Pemahaman seseorang
guru terhadap pengertian pembelajaran akan sangat mempengaruhi
cara guru itu mengajar.

Dalam suatu pembelajaran seorang guru tentu mengadakan suatu


variasi dalam pembelajarannya salah satunya yaitu menerapkan model
pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas. Menurut Arends (2001: 24), dengan menguasai
sekaligus menerapkan suatu model pembelajaran di kelas, maka seorang
guru akan merasakan adanya kemudahan di dalam pelaksanaan
pembelajarannya, sehingga tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
dalam proses pembelajaran dapat tercapai dan tuntas sesuai yang
diharapkan.
Project Based Learning dikembangkan berdasarkan faham filsafat
konstruktivisme dalam pembelajaran. Konstruktivisme mengembangkan
atmosfer pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk menyusun
sendiri pengetahuannya (Bell, 1995: 28). Dalam artian Peserta didik diberi
kesempatan untuk menggali sendiri informasi melalui membaca berbagai
sumber seperti buku secara langsung, membuat presentasi untuk orang
lain, mengkomunikasikan hasil aktivitasnya kepada orang lain, bekerja
dalam kelompok, memberikan usul atau gagasannya untuk orang lain dan
berbagai aktivitas lainnya.

Project Based Learning terdiri atas 3 suku kata yaitu, Project yang
berarti proyek, Based yang berarti berbasis dan Learning yang berarti
pembelajaran. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, project based
learning bermakna sebagai pembelajaran berbasis proyek. Menurut
Thomas, dkk (1999) dalam Wena (2010) disebutkan bahwa Pembelajaran
berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan
melibatkan kerja proyek. Proyek ini memuat tugas yang kompleks
berdasarkan pada pertanyaan dan permasalahan yang menantang, dan
menuntut siswa bekerja melalui serangkaian tahap
metode ilmiah.

Project Based Learning (PjBL) merupakan sebuah model pembelajaran


yang sudah banyak dikembangkan di negara-negara maju seperti Amerika
Serikat. Karena sebagian besar di negara maju, di dalam pembelajarannya
mencoba mengaitkan antara teknologi dengan masalah kehidupan sehari-hari
yang akrab dengan siswa.

Lebih lengkapnya Project based learning adalah sebuah model


pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual
melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks (Cord, 2001; Thomas,
Mergendoller, & Michaelson, 1999; Moss, Van-Duzer, Carol, 1998).
Project-based learning berfokus pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip
utama (central) dari suatu disiplin, melibatkan siswa dalam kegiatan
pemecahan masalah dan tugas-tugas bermakna lainya, memberi peluang
siswa bekerja secara otonom mengkonstruk
belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa
bernilai, dan realistik (Okudan. Gul E. dan Sarah E. Rzasa, 2004).

Pembelajaran berbasis proyek adalah suatu model pembelajaran


yang melibatkan suatu proyek dalam proses pembelajaran. Proyek yang
dikerjakan oleh siswa dapat berupa proyek perseorangan atau kelompok
dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu secara kolaboratif,
menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya kemudian akan ditampilkan
dan dipresentasikan. Pelaksanaan proyek dilakukan secara kolaboratif
dan inovatif, unik, yang berfokus pada pemecahan masalah yang
berhubungan dengan kehidupan siswa. Pembelajaran berbasis proyek
merupakan bagian dari metode instruksional yang berpusat
pada pembelajar (Jagantara, 2014).

Munculnya model pembelajaran berbasis Proyek (Project Based


Learning) berangkat dari pandangan konstruktivisme yang mengacu
pada pembelajaran kontekstual (Khamdi, 2007). Dengan demikian
pembelajaran berbasis proyek merupakan metode yang menggunakan
belajar kontekstual, dimana para siswa berperan aktif untuk
memecahkan masalah, mengambil keputusan, meneliti,
mempresentasikan, dan membuat dokumen. Pembelajaran berbasis
proyek dirancang untuk digunakan pada masalah kompleks yang
diperlukan siswa dalam melakukan investigasi dan memahaminya.

Leviatan (2008) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek


merupakan pembelajaran yang inovatif yang menekankan pada kegiatan
kompleks dengan tujuan pemecahan masalah dengan berdasar pada
kegiatan inkuiri. Hal itu sesuai dengan tujuan pembelajaran di sekolah
yaitu siswa dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran berbasis proyek adalah suatu pendekatan pendidikan yang
efektif yang berfokus pada kreativitas berfikir, pemecahan masalah, dan
interaksi antara siswa dengan kawan sebaya mereka untuk menciptakan
dan menggunakan pengetahuan baru. Khususnya ini dilakukan dalam
konteks pembelajaran aktif, dialog ilmiah dengan supervisor yang aktif
sebagai peneliti (Asan, 2005).
PjBL dilakukan untuk (a) mengajarkan konsep yang penting, (b)
memerlukan kemampuan berpikir kritis, kemampuan memecahkan
masalah, kolaborasi dan berbagai macam bentuk komunikasi, (c)
membutuhkan
penyelidikan sebagai bagian dari pembelajaran dan menghasilkan sesuatu, (d)
terorganisasi pada sebuah pertanyaan penuntun, (e) menganalisa kebutuhan untuk
mengetahui konsep penting dan keterampilan, (f) memberikan kesempatan siswa
untuk berpendapat, memilih dan bertanggung jawab, (g)mencakup proses revisi
dan refleksi, dan (h) melibatkan guru, teman sekelas, serta orang lain sebagai
“public audience”.

2. Karakteristik Model Pembelajaran Project Based Learning


Global SchoolNet (2000) melaporkan hasil penelitian the AutoDesk
Foundation tentang karakteristik Project Based Learning. Hasil penelitian
tersebut menyebutkan bahwa Project Based Learning adalah pendekatan
pembelajaran yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja,
b. adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta
didik,
c. peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas
permasalahan
atau tantangan yang diajukan,
d. peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses
dan
mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan,
e. proses evaluasi dijalankan secara kontinu,
f. peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang
sudah
dijalankan,
g. produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif,
h. situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan

3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek

Sebagai sebuah model pembelajaran, menurut Thomas (2000) Sebagaimana


yang telah dikutip oleh Wena (2013:145) pembelajaran berbasis Proyek
mempunyai beberapa prinsip, yaitu :

1. Prinsip sentralistik (centrality) menegaskan bahwa kerja proyek

Merupakan esensi dari kurikulum. Model ini merupakan pusat strategi


Pembelajaran, dimana siswa belajar konsep utama dari suatu
Pengetahuan melalui kerja proyek. Oleh karena itu, kerja proyek bukan
Merupakan praktik tambahan dan aplikasi praktik dari konsep yang Sedang
dipelajari, melainkan menjadi sentral kegiatan pembelajaran di Kelas.
Dengan demikian, kegiatan pembelajaran akan dapat dilaksanakan Secara
optimal. Dalam pembelajaran berbasis proyek, proyek adalah Strategi
pembelajaran; siswa mengalami dan belajar konsep-konsep inti Suatu
disiplin ilmu melalui proyek.
2. Prinsip pertanyaan mendorong/ penuntun (driving question) berarti

Bahwa kerja proyek berfokus pada “pertanyaan atau permasalahan” yang


dapat mendorong siswa untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip
utama suatu bidang tertentu.

3. Prinsip investigasi konstruktif (constructive investigation) merupakan

Proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yang mengandung


Kegiatan inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi. Dalam investigasi
Membuat proses perancangan, pembuatan keputusan, penemuan Masalah,
pemecahan masalah, discovery, dan pembentukan model. Penentuan jenis
proyek haruslah dapat mendorong siswa untuk Mengontruksi pengetahuan
sendiri untuk memecahkan persoalan yang Dihadapinya. Dalam hal ini guru
harus mampu merancang suatu kerja proyek yang mampu menumbuhkan
rasa ingin meneliti, rasa untuk berusaha memecahkan masalah, dan rasa
ingin tahu yang tinggi.

4. Prinsip otonomi (autonomy)

Dalam pembelajaran berbasis proyek dapat


diartikan sebagai kemandirian siswa dalam melaksanakan proses
pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja
minimal dengan supervisi, dan bertanggung jawab. Oleh karena itu,
lembar kerja siswa, petunjuk kerja pratikum, dan sejenisnya bukan
merupakan aplikasi dari prinsip pembelajaran berbasis proyek. Dalam hal
ini guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator untuk mendorong
tumbuhnya kemandirian pratikum

5. Prinsip realistis (realisme)

Berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang nyata. Pembelajaran


berbasis proyek harus dapat memberikan perasaan realistis kepada siswa,
termasuk dalam memilih topik, tugas, dan peran konteks kerja,
kolaborasi kerja, produk, pelanggan, maupun standar produknya.
Pembelajaran berbasis proyek mengandung tantangan nyata yang
berfokus pada permasalahan yang autentik (bukan simulasi), bukan
dibuat-buat, dan solusinya dapat diimplementasikan di lapangan. Untuk
itu guru harus mampu merancang proses pembelajaran yang nyata, dan
hal ini bisa dilakukan dengan mengajak siswa belajar pada dunia kerja
yang sesungguhnya.

Sedangkan yang telah dipaparkan Wena (2013:108) strategi pembelajaran


Berbasis proyek terdiri atas tiga tahap yaitu :

1. Perencanaan

Tahap perencanaan pembelajaran merupakan tahap yang sangat penting


Dalam setiap proses pembelajaran. Tahap perencanaan ini akan memberi
Tuntunan tentang bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran harus
Dilakukan.

2. Pelaksanaan

Dalam pembelajaran berbasis proyek, setelah segala sesuatunya telah


Direncanakan, tahap berikutnya adalah tahap pelaksanaan. Dengan tahap
Pelaksanaan ini siswa dapat menerapkan berbagai keterampilan yang Telah
dipelajarinya dalam suatu gugus tuga nyata yang kompleks. Agar proses
pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana serta dapat mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.

3. Evaluasi

Tahap evaluasi ini merupakan tahap yang dapat mengetahui seberapa Jauh
tujuan pembelajaran dapat tercapai. Agar hasil evaluasi dapat Mengukur
pencapaian tujuan pembelajaran maka evaluasi harus Dilakukan sesuai
dengan prosedur evaluasi yang benar. Evaluasi Pembelajaran bertujuan
untuk mengetahui efektivitas suatu kegiatan Pembelajaran dan juga untuk
menilai kemajuan belajar siswa. Mengingat dalam pembelajaran berbasis
proyek, proyek yang dikerjakan siswa bersifat kompleks dan terdiri atas
berbagai jenis pekerjaan, maka setiap kompenen jenis pekerjaan yang akan
dilakukan siswa harus dibuatkan instrumen evaluasinya secara lengkap.

4. Sintaks Model Pembelajaran Project Based Learning

Langkah-langkah pembelajaran dalam Project Based Learning


sebagaimana yang dikembangkan oleh The George Lucas Educational
Foundation (2005) terdiri dari :

a. Start With the Essential Question ( Penentuan Pertanyaan Mendasar

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu


pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam
melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan
realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.
Pengajar berusaha agar topik
yang diangkat relefan untuk para peserta didik (The George Lucas
Educational Foundation : 2005).

b. Design Plan for the Project ( Mendesain Perencanaan Proyek)

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan


peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa
“memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan
main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab
pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek
yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses
untuk membantu
penyelesaian proyek (The George Lucas Educational Foundation : 2005).

c. Create a Schedule ( Menyusun Jadwal )

Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal


aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini
antara lain:
11 (1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat
deadline penyelesaian proyak, (3) membawa peserta didik agar
merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika
mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5)
meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang
pemilihan suatu
cara (The George Lucas Educational Foundation : 2005).

d. Monitor the Students and the Progress of the Project ( Memonitor


peserta didik dan kemajuan proyek)

Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap


aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring
dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap proses.
Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas
peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah
rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting (The
George Lucas
Educational Foundation : 2005).
e. Assess the Outcome ( Menguji Hasil )

Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur


ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan
masing-masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat
pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar
dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya (The George Lucas
Educational Foundation : 2005).
f. Evaluate the Experience ( Mengevaluasi pengalaman )

Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik
secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk
mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar
dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama
proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new
inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama
pembelajaran (The George Lucas Educational Foundation : 2005).

5. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Project Based Learning

e. Keuntungan Model Pembelajaran Project Based Learning


Menurut Moursund (1997) beberapa keuntungan dari
pembelajaran
berbasis proyek antara lain sebagai berikut:
i. Increased motivation,
ii. Increased problem-solving ability,
iii. Improved library research skills,
iv. Increased collaboration,
v. Increased resource-management skills.

PjBL mempunyai keunggulan dan memberikan keuntungan


dalam kegiatan belajar mengajar. Beberapa keuntungan PjBL
yakni :

1) Meningkatkan motivasi belajar siswa. Laporan-laporan tertulis


tentang proyek itu banyak yang mengatakan bahwa siswa suka
tekun sampai kelewat batas waktu, berusaha keras dalam mencapai
proyek. Guru juga melaporkan pengembangan dalam kehadiran
dan berkurangnya keterlambatan. Siswa melaporkan bahwa belajar
dalam proyek lebih fun
daripada komponen kurikulum yang lain.

2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Penelitian pada


pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi siswa
menekankan perlunya bagi siswa untuk terlibat di dalam tugas-
tugas pemecahan masalah dan perlunya untuk pembelajaran khusus
pada bagaimana menemukan dan memecahkan masalah. Banyak
sumber yang mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek
membuat siswa
menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang
kompleks.

3) Meningkatkan kolaborasi. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek


memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi. Kelompok kerja kooperatif, evaluasi
siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif
dari sebuah proyek. Teori-teori kognitif yang baru dan
konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena
sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih didalam lingkungan
kolaboratif.

4) Meningkatkan keterampilan mengelola sumber. Bagian dari


menjadi siswa yang independen adalah bertanggungjawab untuk
menyelesaikan tugas yang kompleks. Pembelajaran Berbasis Proyek
yang diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa
pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan
membuat alokasi waktu
dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan
tugas.

b. Kelemahan Model Pembelajaran Project Based Learning

Pada kenyataanya tidak ada satu model pembelajaran yang


paling efektif dalam kegiatan belajar mengajar. Suatu model
pembelajaran dapat dikatakan efektif dan dapat diterapkan jika dapat
membantu pengajar dan pembelajar mencapai tujuannya pada situasi
tertentu. PjBL di samping memiliki kelebihan ternyata masih juga
memiliki kelemahan dalam pelaksanaannya.

1) Time. Proyek yang dilakukan oleh siswa sering


kali membutuhkan waktu yang lebih lama
dibanding alokasi waktu yang disediakan. Hal
ini juga disebabkan oleh kesulitan guru yang
belum berpengalaman dalam mengaitkan PjBL
dengan kurikulum yang telah ditetapkan.
2) Control. Guru harus sering mengontrol arus
informasi dan memastikan bahwa siswa
membangun pemahaman mereka sendiri.

3) Support of student learning. Guru sulit untuk


menentukan sejauh mana mereka harus
berperan dalam kegiatan siswa, sering kali
membiarkan siswa kemandirian yang
berlebihan atau memberikan pemodelan dan
umpan balik yang terlalu sedikit porsinya.

4) Technology use. Guru sering kali kesulitan menggunakan


teknologi dalam pembelajaran di kelas, khususnya sebagai perantara
kognitif
5) Assessment. Kesulitan juga dialami oleh guru dalam merancang
penilaian yang mempersyaratkan siswa untuk mendemonstrasikan
pemahaman mereka
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pembelajaran berbasis proyek adalah suatu model pembelajaran yang
melibatkan suatu proyek dalam proses pembelajaran. Proyek yang
dikerjakan oleh siswa dapat berupa proyek perseorangan atau
kelompok dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu secara
kolaboratif, menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya kemudian
akan ditampilkan dan dipresentasikan.
2. Karakteristik model pembelajaran berbasis proyek yaitu adanya
permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik
dimana peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas
permasalahan atau tantangan yang diajukan.
3. Sintaks model pembelajaran berbasis proyek yaitu : Start With the
Essential Question, Design a Plan for the Project , Create a Schedule ,
Monitor the Students and the Progress of the Project , Assess the
Outcome, Evaluate the Experience.
4. Model pembelajaran berbasis proyek selain memiliki kelebihan-
kelebihan seperti : meningkatkan motivasi dan kemampuan pemecahan
masalah siswa, juga memiliki beberapa kelemahan-kelemahan
diantaranya : dalam hal waktu dan control dari guru.
5. Penerapan model pembelajaran berbasis proyek dalam mata pelajaran
Biologi, sangat cocok diterapkan dalam materi bioteknologi.
DAFTAR PUSTAKA

Dismawan, Muhamad Fajar., Rapani., Dan Sulistiasih. 2014. Model Project


Based Learning untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar.
Jurnal Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Bandar Lampung.
Hadiyanti, Lutfia. 2012. Project Based Learning (Teori dan Implementasinya
pada Konsep Bioteknologi SMA Kelas XII). Universitas Pendidikan
Indonesia: Sukasari, Jawa Barat.
Jagantara, I Made Wirasana., Adnyana, Putu Budi., Widiyanti, Ni Luh Putu
Manik. Pengaruh model pembelajaran berbasis proyek (project based
learning) terhadap hasil belajar biologi ditinjau dari gaya belajar
siswa SMA. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha Program Studi IPA, Vol 4.
Nurohman , Sabar. 2013. Pendekatan Project Based Learning sebagai Upaya
Internalisasi Scientific Method Bagi Mahasiswa Calon Guru Fisika.
Journal Pendidikan Fisika FMIPA UNY. Yogyakarta.
Rais, Muhammad. 2010. Project-Based Learning: Inovasi Pembelajaran Yang
Berorientasi Soft Skills. Universitas Negeri Makassar: Makassar.
Titu, Maria Anita. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Project Based
Learning (PjBL) untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa pada Materi
Konsep Masalah Ekonomi. Prosiding Seminar Nasional. Universitas
Negeri Surabaya : Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai