Anda di halaman 1dari 25

INOVASI PEMBELAJARANPADA EVALUASI

PEMBELAJARAN PROYEK

Makalah
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Inovasi Pembelajaran
Dosen : Bp. Ali Imron, M.Pd.

Oleh :

AIDA FALAHAH (18106051010)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MI


UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG (UNWAHAS)
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan dan nikmat sehingga penulis mampu menyelesaikan Makalah berjudul " Inovasi
Pembelajaranpada Evaluasi Pembelajaran Proyek”. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada dosen pembimbing Mata Kuliah Inovasi Pembelajaran, Bp. Ali Imron, M.Pd.,
yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian Makalah ini.
Penulis telah berupaya maksimal, namun menyadari mungkin masih ada kelemahan
baik dari segi isi maupun penulisan dan juga tata bahasa. Penulis mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini. Akhir kata
penulis berharap makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pengembangan
pembelajaran.

Semarang, 17 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar..................................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................................ii
Daftar Lampiran................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Masalah.............................................................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................................3
D. Manfaat.............................................................................................................3
BAB II Inovasi Pembelajaran
A. Definisi Inovasi pembelajaran .........................................................................4
B. Karakteristik Inovasi pembelajaran .................................................................6
C. Pembelajaran Inovasi pembelajaran ................................................................7
D. Inovasi pembelajaran Terintegrasi STEM.......................................................11
E. Asesmen dalam Inovasi pembelajaran .............................................................13
F. Keunggulan dan Keterbatasan Inovasi pembelajaran .......................................15
BAB III PENUTUP
A. Simpulan.......................................................................................................................19
B. Saran.............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUA
N

A. Latar Belakang
Pembelajaran sains diajarkan dengan menekankan pada proses memberi
pengalaman kepada siswa dalam memadukan pengetahuan awal siswa dengan
pengetahuan yang sesuai konsep ilmuwan. Pengetahuan awal siswa yang
diperoleh dari pengalaman mengamati fenomena-fenomena di lingkungan tempat
tinggal memberikan latar belakang dalam membangun pengetahuan awal siswa.
Setiap siswa tentu mempunyai tafsiran yang berbeda terhadap pengalaman yang
diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Ketika siswa berada dalam proses
pembelajaran di kelas, guru memfasilitasi kegiatan pembelajaran agar terbentuk
konsep baru yang sesuai dengan konsep ilmuwan.
Guru hendaknya merancang pembelajaran yang efektif dengan
memperhatikan karakteristik materi pembelajaran yang diajarkan. Hal-hal yang
perlu dipertimbangan guru dalam merancang pembelajaran dengan memilih
pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran. Kesatuan yang utuh antara
pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran akan terbentuk sebuah
model pembelajaran. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas
oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bingkai dari
penerapan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang dikembangkan di
Indonesia, para guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model
pembelajaran, sebagaimana yang disyaratkan dalam kurikulum nasional. Jika guru
telah memahami karakteristik materi ajar dan siswa, pemilihan model
pembelajaran diharapkan dapat mewujudkan tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai.
Kurikulum 2013 telah memberikan acuan dalam pemilihan model
pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan saintifik. Model pembelajaran yang
dimaksud meliputi : Inovasi pembelajaran proyek (Inovasi pembelajaran),
problem based learning

1
2

(PBL), atau discovery learning. Pemilihan model pembelajaran diserahkan kepada


guru dengan menyesuaikan dengan karakteristik materi ajar. Pembelajaran
berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan
memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Pengalaman belajar
siswa maupun konsep dibangun berdasarkan produk yang dihasilkan dalam
proses pembelajaran berbasis proyek.
Makalah ini hanya akan membahas pembelajaran berbasis proyek (Inovasi
pembelajaran proyek= Inovasi pembelajaran ) diantara banyak model
pembelajaran yang lain.. Penerapan Inovasi pembelajaran proyek(Inovasi
pembelajaran ) dalam pembelajaran sains dari hasil penelitian dapat meningkatkan
hasil belajar kognitif (Baran dan Maskan, 2010), membentuk sikap dan prilaku
peduli terhadap lingkungan (Kılınç, 2010; Tseng, et al, 2013), keterampilan proses
sains (Özer dan Özkan, 2012), dan pembelajaran yang efektif (Cook et al, 2012;
Movahedzadeh et al, 2012). Pembelajaran berbasis proyek lebih cocok untuk
pengajaran interdisipliner karena secara alami melibatkan banyak keterampilan
akademik yang berbeda, seperti membaca, menulis, dan matematika dan cocok
untuk membangun pemahaman konseptual melalui asimilasi mata pelajaran yang
berbeda (Capraro, et al, 2013, hlm. 52).
Selain model project based learning, pembelajaran saat ini perlu
mengikuti perkembangan zaman di era globalisasi dengan mengintegrasikan
Science, Technology, Engineering, dan Mathematics (STEM) dalam membangun
keterampilan abad 21. Several benefits of STEM education include making
students better problem solvers, innovators, inventors, self-reliant, logical
thinkers, and technologically literate (Morrison dalam Stohlmann, et al., 2012,
hlm. 29). Sehingga Inovasi pembelajaran terintegrasi STEM perlu dibahas dan
dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

B. Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana deskripsi model Inovasi pembelajaran proyek?
2. Bagaimana deskripsi Inovasi pembelajaran terintegrasi STEM dalam
pembelajaran?
3. Bagaimana bentuk model Inovasi pembelajaran proyek terintegrasi STEM?

C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk :
1. Memperoleh deskripsi tentang model Inovasi pembelajaran proyek dan
integrasi nya.
D. Manfaat
Tambahan referensi bagi mahasiswa dan guru dalam upaya reformasi
pembelajaran masa kini di abad 21 mengenai model Inovasi pembelajaran yang
dikembangkan oleh para ahli dan perkembangan Inovasi pembelajaran dengan
pengintegrasian STEM.
BAB II
MODEL INOVASI PEMBELAJARAN
(PROJECT BASED LEARNING)

A. Definisi Inovasi Pembelajaran (Project Based Learning)


Inovasi pembelajaran proyek adalah model pembelajaran yang
mengorganisasi kelas dalam sebuah proyek (Thomas, 2000, hlm. 1). Menurut
NYC Departement of Education (2009), Inovasi pembelajaran merupakan
strategi pembelajaran dimana siswa harus membangun pengetahuan konten
mereka sendiri dan mendemonstrasikan pemahaman baru melalui berbagai bentuk
representasi (hlm. 8). Sedangkan George Lucas Educational Foundation (2005)
mendefinisikan pendekatan pembelajaran yang dinamis di mana siswa secara aktif
mengeksplorasi masalah di dunia nyata, memberikan tantangan, dan memperoleh
pengetahuan yang lebih mendalam (hlm. 1). Berdasarkan beberapa definisi para
ahli, dapat ditarik kesimpulan bahwa Inovasi pembelajaran adalah model
pembelajaran yang terpusat pada siswa untuk membangun dan mengaplikasikan
konsep dari proyek yang dihasilkan dengan mengeksplorasi dan memecahkan
masalah di dunia nyata secara mandiri.
Kemandirian siswa dalam belajar untuk menyelesaikan tugas yang
dihadapinya merupakan tujuan dari Inovasi pembelajaran . Namun kemandirian
dalam belajar perlu dilatih oleh guru kepada siswa agar terbiasa dalam belajar bila
menggunakan Inovasi pembelajaran . Siswa SD maupun SMP masih perlu
dibimbing dalam menyelesaikan tugas proyek bahkan siswa SMA. Bimbingan
guru diperlukan untuk mengarahkan siswa agar proses pembelajaran dapat
berjalan sesuai dengan alur pembelajaran.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan model belajar yang
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam
beraktifitas secara nyata. Melalui Inovasi pembelajaran , proses inquiry dimulai
dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing
siswa dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek
(materi) dalam kurikulum. Inovasi pembelajaran merupakan investigasi
mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan
usaha siswa (Kemdikbud, 2014, hlm. 33).
5

Johnson & Lamb (2007) menyatakan bahwa : Inovasi pembelajaran


proyekfocuses on creating a product or an artifact by using problem-based and
inquiry- based learning depending on the depth of the driving question. Terdapat
keterkaitan antara problem based learning (PBL) dan inquiry based learning
(IBL) dalam Inovasi pembelajaran . PBL berfokus pada solving real-world, dan
pembelajaran inquiry berfokus pada problem-solving skills, sedangkan Inovasi
pembelajaran berfokus pada penciptaan proyek atau produk dalam membangun
konsep.
Persamaan antara Inovasi pembelajaran dan PBL yang menurut George
Lucas Educational Foundation (2014) dan Williams & Williams (dalam Mills &
Treagust, 2003) dirangkum dan diilustrasikan sebagai berikut:

PB Ino
L v as
Persamaan:
Dimulai dengan mengidentifikasi masalah atau situasi yang
mengarahkan ke konteks studi
Penekanan aplikasi otentik pada konten dan keterampilan
Membangun keterampilan abad ke-21
Menekankan kemandirian siswa dan inkuiri
Memerlukan waktu lama dibandingkan pembelajaran tradisional

Gambar 1 Persamaan PBL dan Inovasi


pembelajaran

Inovasi pembelajaran dan PBL merupakan pembelajaran yang berpusat


pada siswa, guru sebagai fasilitator, dan siswa bekerja dalam kelompok. Selain
itu, terdapat pula perbedaan antara PBL dan Inovasi pembelajaran . Perrenet, et al
(dalam Mills dan Treagust, 2003, hlm. 8) mengungkapkan perbedaan Inovasi
pembelajaran dan PBL adalah:
1. Proyek yang dikerjakan siswa relatif membutuhkan waktu yang lama untuk
selesai dibanding pelaksanaan PBL.
2. Inovasi pembelajaran menekankan pada application pengetahuan, sedangkan
pada PBL siswa ditekankan untuk acquisition pengetahuan.
3. Inovasi pembelajaran biasanya memadukan beberapa disiplin ilmu (mata
pelajaran), sedangkan PBL lebih sering pada satu mata pelajaran atau bisa
juga beberapa disiplin ilmu.
4. Manajemen waktu dan pengelolaan dalam mendapatkan sumber informasi
pada Inovasi pembelajaran jauh lebih penting dibanding pada PBL
5. Self-direction pada Inovasi pembelajaran pun lebih menonjol dibanding pada
PBL.

B. Karakteristik Inovasi pembelajaran


Kegiatan belajar aktif dan melibatkan proyek tidak semuanya disebut
sebagai Inovasi pembelajaran . Beberapa kriteria harus dimiliki untuk dapat
menentukan sebuah pembelajaran sebagai bentuk Inovasi pembelajaran . Lima
kriteria suatu pembelajaran merupakan Inovasi pembelajaran adalah sentralitas,
mengarahkan pertanyaan, penyelidikan kontruktivisme, otonomi, dan realistis
(Thomas, 2000; Kemdikbud, 2014) :
1. The project are central, not peripheral to the curriculum. Kriteria ini memiliki
dua corollaries. Pertama, proyek merupakan kurikulum. Pada Inovasi
pembelajaran , proyek merupakan inti strategi mengajar, siswa berkutat dan
belajar konsep inti materi melalui proyek. Kedua, keterpusatan yang berarti
jika siswa belajar sesuatu di luar kurikulum, maka tidaklah dikategorikan
sebagai Inovasi pembelajaran .
2. Proyek Inovasi pembelajaran difokuskan pada pertanyaan atau problem yang
mendorong siswa mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti atau
pokok dari mata pelajaran. Definisi proyek bagi siswa harus dibuat sedemikian
rupa agar terjalin hubungan antara aktivitas dan pengetahuan konseptual yang
melatarinya. Proyek biasanya dilakukan dengan pengajuan pertanyaan-
pertanyaan yang belum bisa dipastikan jawabannya (ill-defined problem).
Proyek dalam Inovasi pembelajaran dapat dirancang secara tematik, atau
gabungan topik-topik dari dua atau lebih mata pelajaran.
3. Proyek melibatkan siswa pada penyelidikan konstruktivisme. Sebuah
penyelidikan dapat berupa perancangan proses, pengambilan keputusan,
penemuan masalah, pemecahan masalah, penemuan, atau proses
pengembangan model. Aktivitas inti dari proyek harus melibatkan transformasi
dan konstruksi dari pengetahuan (pengetahuan atau keterampilan baru) pada
pihak siswa. Jika aktivitas inti dari proyek tidak merepresentasikan “tingkat
kesulitan” bagi siswa, atau dapat dilakukan dengan penerapan informasi atau
keterampilan yang siap dipelajari, proyek yang dimaksud adalah tak lebih dari
sebuah latihan, dan bukan proyek Inovasi pembelajaran yang dimaksud.
4. Project are sudent-driven to some significant degree. Inti proyek bukanlah
berpusat pada guru, berupa teks aturan atau sudah dalam bentuk paket tugas.
Misalkan tugas laboratorium dan booklet pembelajaran bukanlah contoh
Inovasi pembelajaran . Inovasi pembelajaran lebih mengutamakan
kemandirian, pilihan, waktu kerja yang tidak bersifat kaku, dan tanggung
jawab siswa daripada proyek tradisional dan pembelajaran tradisional.
5. Proyek adalah realistis, tidak school-like. Karakterisitik proyek memberikan
keotentikan pada siswa. Karakteristik ini boleh jadi meliputi topik, tugas,
peranan yang dimainkan siswa, konteks di mana kerja proyek dilakukan,
produk yang dihasilkan, atau kriteria di mana produk-produk atau unjuk kerja
dinilai. Inovasi pembelajaran melibatkan tantangan-tantangan kehidupan
nyata, berfokus pada pertanyaan atau masalah autentik (bukan simulatif), dan
pemecahannya berpotensi untuk diterapkan di lapangan yang sesungguhnya.

C. Pembelajaran Inovasi pembelajaran


Tahapan Inovasi pembelajaran dikembangkan oleh dua ahli, The George
Lucas Education Foundation dan Dopplet. Sintaks Inovasi pembelajaran
(Kemdikbud, 2014, hlm. 34) yaitu :

Fase 1 : Penentuan pertanyaan mendasar (start with essential question)


Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang
dapat memberi penugasan siswa dalam melakukan suatu aktivitas. Pertanyaan
disusun dengan mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan
dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Pertanyaan yang disusun
hendaknya tidak mudah untuk dijawab dan dapat mengarahkan siswa untuk
membuat proyek. Pertanyaan seperti itu pada umumnya bersifat terbuka
(divergen), provokatif, menantang, membutuhkan keterampilan berpikir tingkat
tinggi (high order thinking), dan terkait dengan kehidupan siswa. Guru berusaha
agar topik yang diangkat relevan untuk para siswa.

Fase 2: Menyusun perencanaan proyek (design project)


Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa. Dengan
demikian siswa diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut.
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan kegiatan yang dapat
mendukung dalam menjawab pertanyaan penting, dengan cara mengintegrasikan
berbagai materi yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat
diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

Fase 3: Menyusun jadwal (create schedule)


Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal kegiatan dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: membuat jadwal
untuk menyelesaikan proyek, (2) menentukan waktu akhir penyelesaian proyek,
(3) membawa siswa agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing siswa
ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5)
meminta siswa untuk membuat penjelasan (alasan) tentang cara pemilihan waktu.
Jadwal yang telah disepakati harus disetujui bersama agar guru dapat melakukan
monitoring kemajuan belajar dan pengerjaan proyek di luar kelas.

Fase 4: Memantau siswa dan kemajuan proyek (monitoring the students and
progress of project)

Guru bertanggung jawab untuk memantau kegiatan siswa selama


menyelesaikan proyek. Pemantauan dilakukan dengan cara memfasilitasi siswa
pada setiap proses. Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas
siswa. Agar mempermudah proses pemantauan, dibuat sebuah rubrik yang dapat
merekam keseluruhan kegiatan yang penting.
Fase 5: Penilaian hasil (assess the outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian
standar kompetensi, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing
siswa, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai
siswa, membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

Fase 6: Evaluasi Pengalaman (evaluation the experience)


Pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi
terhadap kegiatan dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi
dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini siswa diminta
untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan
proyek. Guru dan siswa mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki
kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu
temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada
tahap pertama pembelajaran.

Menurut Doppelt (2005), Inovasi pembelajaran yang berkaitan dengan


kehidupan nyata siswa memungkinkan pembelajaran sains dan teknologi kepada
siswa dari berbagai latar belakang. Doppelt (2005) dalam hasil penelitiannya lebih
menekankan pada Creative Design Prosess (CDP). CDP ini memilki enam
tahapan, yaitu:

Tahap 1: Merancang tujuan (Design Purpose)


Langkah pertama dalam merancang proses adalah menentukan rancangan
masalah. Tiga langkah penting dalam langkah pertama ini adalah :
a. The Problem and The Need, siswa mendeskripsikan alasan yang memotivasi
mereka untuk memilih proyek. Mereka juga menetapkan masalah dan
menentukan kebutuhan untuk mendapatkan solusi masalah.
b. The Target Clientele and Restrictions, siswa mendeskripsikan target clientele
dan menetapkan pembatasan yang mereka ambil dalam pertimbangan.
c. The design goals, siswa menetapkan permintaan kebutuhan yang mereka
harapkan.

Tahap 2: Mengajukan pertanyaan/ inquiry (Field of Inquiry)


Langkah kedua dalam proses desain adalah untuk menentukan bidang
penyelidikan di mana masalah berada. Berdasarkan definisi masalah dan tujuan
dari langkah pertama. Siswa harus meneliti dan menganalisis sistem yang ada
yang mirip dengan apa dikembangkan. Langkah pada tahap 2 termasuk dalam:
a. Information Sources
b. Identification of Engineering, Scientific, and Societal Aspects
c. Organization of the Information and its Assessment

Tahap 3: Mengajukan alternatif solusi (Solution Alternatives)


Mempertimbangkan solusi alternatif untuk rancangan masalah. Langkah ini
memungkinkan siswa untuk membuat keputusan berbagai macam kemungkinan
atau ide kreatif yang tak pernah dicoba sebelumnya. Siswa diberikan saran dan
petunjuk dalam:
a. Ideas Documentation
b. Consider All Factors
c. Consequence and Sequel
d. Other People’s View

Tahap 4: Memilih solusi (Choosing the Preferred Solution)


Memilih salah satu solusi alternatif yang dibuat, pilihan dilakukan dengan
mempertimbangkan gagasan yang didokumentasikan dalam tahap mengajukan
solusi alternatif. Solusi yang dipilih mengikuti kriteria:
a. Mempunyai lebih banyak poin positif dan sedikit poin negatif.
b. Berdasarkan banyak faktor dan pandangan yang mungkin
c. Terlihat solusi yang baik di antara solusi yang lain
d. Memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan masalah.
Tahap 5: Melaksanakan kegiatan (Operation Steps)
Merencanakan metode untuk implementasi solusi yang dipilih misalnya
jadwal, ketersediaan bahan, komponen, bahan, alat dan menciptakan prototype.

Tahap 6: Evaluasi (Evaluation)


Tahap evaluasi terjadi pada akhir proses kegiatan, tujuannya untuk refleksi
kegiatan berikutnya.

D. Inovasi pembelajaran Terintegrasi STEM (Science, Technology,


Engineering, and Mathematics)
Inovasi pembelajaran proyek(Inovasi pembelajaran ) merupakan model
pembelajaran yang disarankan dalam kurikulum 2013, sedangkan STEM lebih
pada sebuah strategi besar. Pembelajaran Inovasi pembelajaran memiliki langkah-
langkah tersendiri, berbeda dengan langkah-langkah Inovasi pembelajaran
terintegrasi STEM (selanjutnya digunakan istilah Inovasi pembelajaran STEM).
Karakteristik Inovasi pembelajaran dengan Inovasi pembelajaran STEM terdapat
persamaan, namun Inovasi pembelajaran STEM lebih menekankan pada proses
mendesain. Design process adalah pendekatan sistematis dalam mengembangkan
solusi dari masalah dengan well- define outcome (Capraro, et al, 2013, hlm. 29).
Proses pembelajaran Inovasi pembelajaran STEM dalam membimbing
siswa terdiri dari lima langkah, setiap langkah bertujuan untuk mencapai proses
secara spesifik. Berikut ini tahapan dalam proses pembelajaran Inovasi
pembelajaran STEM yang efektif (Laboy- Rush, 2010, hlm. 5).

Tahap 1: Reflection
Tujuan dari tahap pertama untuk membawa siswa ke dalam konteks
masalah dan memberikan inspirasi kepada siswa agar dapat segera mulai
menyelidiki/investigasi. Fase ini juga dimaksudkan untuk menghubungkan apa
yang diketahui dan apa yang perlu dipelajari.
Tahap 2: Research
Tahap kedua adalah bentuk penelitian siswa. Guru memberikan
pembelajaran sains, memilih bacaan, atau metode lain untuk mengumpulkan
sumber informasi yang relevan. Proses belajar lebih banyak terjadi selama tahap
ini, kemajuan belajar siswa mengkonkritkan pemahaman abstrak dari masalah.
Selama fase research, guru lebih sering membimbing diskusi untuk menentukan
apakah siswa telah mengembangkan pemahaman konseptual dan relevan
berdasarkan proyek.

Tahap 3: Discovery
Tahap penemuan umumnya melibatkan proses menjembatani research dan
informasi yang diketahui dalam penyusunan proyek. Ketika siswa mulai belajar
mandiri dan menentukan apa yang masih belum diketahui. Beberapa model dari
STEM Inovasi pembelajaran membagi siswa menjadi kelompok kecil untuk
menyajikan solusi yang mungkin untuk masalah, berkolaborasi, dan membangun
kerjasama antar teman dalam kelompok. Model lainnya menggunakan langkah ini
dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam membangun habit of mind dari
proses merancang untuk mendesain.

Tahap 4: Application
Pada tahap aplikasi tujuannya untuk menguji produk/solusi dalam
memecahkan masalah. Dalam beberapa kasus, siswa menguji produk yang dibuat
dari ketentuan yang ditetapkan sebelumnya, hasil yang diperoleh digunakan untuk
memperbaiki langkah sebelumnya. Di model lain, pada tahapan ini siswa belajar
konteks yang lebih luas di luar STEM atau menghubungkan antara disiplin bidang
STEM.

Tahap 5: Communication
Tahap akhir dalam setiap proyek dalam membuat produk/solusi dengan
mengkomunikasikan antar teman maupun lingkup kelas. Presentasi merupakan
langkah penting dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan
komunikasi dan kolaborasi maupun kemampuan untuk menerima dan menerapkan
umpan balik yang konstruktif. Seringkali penilaian dilakukan berdasarkan
penyelesaian langkah akhir dari fase ini.

Inovasi pembelajaran menurut ketiga ahli (Lucas, Doppelt, dan Laboy-


Rush) dirangkum pada tabel berikut.

Tabel 2. Perbedaan Tahap Inovasi pembelajaran Lucas, CDP Doppelt dan Inovasi
pembelajaran STEM Laboy-Rush

Ahli
Tahapan Inovasi
Inovasi CDP Doppelt
pembelajaran
pembelajaran
STEM
Lucas Laboy-Rush
Start with essential
Pertama
question
Design purpose Reflection
Kedua Design project Field of inquiry Research
Ketiga Create schedule Solution alternatives Discovery
Monitoring the students Choosing the preferred
Keempat
and progress of project solution Application
Kelima Assess the outcome Operation steps Communication
Evaluation the
Keenam Evaluation
experience

Inovasi pembelajaran Lucas dan Laboy-Rush tidak menjelaskan secara


spesifik langkah- langkah dalam rancangan proyek, sedangkan Doppelt
menekankan alternatif pemecahan masalah dengan memilih prioritas utama dalam
menentukan proyek dan memunculkan kreativitas siswa. Lucas membahas Inovasi
pembelajaran secara umum, Doppelt mengkaitkan Inovasi pembelajaran dengan
sains dan teknologi, dan Laboy-Rush mengintegrasikan science, technology,
engineering, and mathematics dalam Inovasi pembelajaran .

E. Asesmen dalam Inovasi pembelajaran


Penilaian pembelajaran berbasis proyek harus diakukan secara menyeluruh
terhadap sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa selama
pembelajaran. Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu
tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut
berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat
digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan,
kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan siswa pada mata
pelajaran tertentu secara jelas.
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan
(Kemdikbud, 2014, hlm. 35) yaitu:
1) Kemampuan pengelolaan : kemampuan peserta didik dalam memilih topik,
mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan
laporan.

2) Relevansi: Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan


tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
3) Keaslian: Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil
karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan
dukungan terhadap proyek peserta didik.

Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan,


sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan
yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data,
dan penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat
disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/
instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian. Sumber-sumber
data penilaian tersebut meliputi (Kemdikbud, 2014, hlm. 85):
1. Self-assessment (penilaian diri) penting dilakukan untuk merefleksikan diri
siswa sendiri, tidak hanya menunjukkan apa yang siswa rasakan dan apa yang
seharusnya siswa berhak dapatkan. Siswa merefleksikan dirinya seberapa
baik mereka bekerja dalam kelompok dan seberapa baik siswa berkontribusi,
bernegosiasi, mendengar dan terbuka terhadap ide-ide teman dalam
kelompoknya. Siswa pun mengevaluasi hasil proyeknya sendiri, usaha,
motivasi, ketertarikan dan tingkat produktivitas.
2. Peer Assessment (penilaian antar siswa) merupakan element penting pada
penilaian Inovasi pembelajaran : guru tidak akan selalu bersama semua siswa
di setiap waktu dalam proses pengerjaan proyek, dan peer assessment akan
memudahkan untuk menilai siswa secara individu dalam sebuah kelompok.
Siswa menjadi
kritis terhadap kerja temannya dan berupaya untuk saling memberikan umpan
balik.
3. Rubrik penilaian produk, Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses
pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian
kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni,
seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-
barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam atau alat-alat teknologi
tepat guna yang sederhana. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan
setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:
- Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan
merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain
produk.
- Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta
didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
- Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang
dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.

F. Keunggulan dan Keterbatasan Inovasi pembelajaran


Dibandingkan dengan model lain, Inovasi pembelajaran mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran siswa dalam materi tertentu dan menjadikan
siswa mampu mengaplikasikan satu pengetahuan tertentu dalam konteks tertentu
(Doppelt, 2005, hlm. 10). Siswa harus terlibat secara kognitif dalam proyek
selama waktu tertentu. Keterlibatan dalam tugas yang kompleks adalah salah satu
komponen penting pembelajaran karena kita berasumsi bahwa siswa akan
termotivasi untuk menguji ide mereka dan kedalamana pemahaman pada saat
menghadapi masalah autentik.
Inovasi pembelajaran pun melibatkan proses inquiry dan dapat
memotivasi siswa secara kuat karena adanya pameran. Inovasi pembelajaran
dapat meningkatkan semangat untuk belajar antara siswa dan para pengajar. Juga
memunculkan banyak keterampilan (seperti manajemen waktu, berkolaborasi dan
pemecahan masalah). Siswa pun belajar
untuk menyesuaikan dengan berbagai macam kemampuan siswa dan kebutuhan
belajar.
Moursund (1997, dalam Wena, 2013, hlm 147) dan Kemdikbud (2014,
hlm. 33) menyebutkan beberapa kelebihan penggunaan Inovasi pembelajaran
adalah:
1. Increased motivation. Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dan
mendorong mereka untuk melakukan pekerjaan penting. Siswa tekun bekerja
dan berusaha keras untuk belajar lebih mendalam dan mencari jawaban atas
keingintahuan dan dalam menyelesaikan proyek.
2. Increased problem-solving ability. Lingkungan belajar Inovasi pembelajaran
membuat siswa menjadi lebih aktif memecahkan masalah-masalah yang
kompleks. Siswa mempunyai pilihan untuk menyelidiki topik-topik yang
berkaitan dengan masalah dunia nyata, saling bertukar pendapat antara
kelompok yang membahas topik yang berbeda, mempresentasikan proyek
atau hasil diskusi mereka. Hal tersebut juga mengembangkan keterampilan
tingkat tinggi siswa.
3. Increased collaborative. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek
memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikan keterampilan
berkomunikasi.
4. Improved library research skills. Karena Inovasi pembelajaran mensyaratkan
siswa harus mampu secara cepat memperoleh informasi melalui sumber-
sumber informasi, sehingga dapat meningkatkan keterampilan siswa untuk
mencari dan mendapatkan informasi.
5. Increased resource-management skills. Memberikan pengalaman kepada
siswa dalam mengorganisasi proyek, mengalokasikan waktu, dan mengelola
sumber daya seperti alat dan bahan menyelesaikan tugas. Ketika siswa
bekerja dalam kelompok, mereka belajar untuk mempelajari keterampilan
merencanakan, mengorganisasi, negosiasi, dan membuat kesepakatan tentang
tugas yang akan dikerjakan, siapa yang akan bertanggungjawab untuk setiap
tugas, dan bagaimana informasi akan dikumpulkan dan disajikan.
6. Memberikan kesempatan belajar bagi siswa untuk berkembang sesuai kondisi
dunia nyata
7. Meningkatkan kemampuan berpikir. Laporan Inovasi pembelajaran tidak
hanya berdasar informasi yang dibaca saja, tetapi melibatkan siswa untuk
belajar mengembangkan masalah, mencari jawaban dengan mengumpulkan
informasi, berkolaborasi dan menerapkan pengetahuan yang dipahami untuk
menyelesaikan permasalahan dunia nyata.
8. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan.

Berdasarkan berbagai bentuk penelitian, Inovasi pembelajaran lebih


efektif untuk (Thomas, 2000, hlm. 8-18):
1. Peningkatan prestasi belajar siswa
2. Peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
3. Peningkatan pemahaman siswa dalam materi pelajaran
4. Peningkatan dalam pemahaman yang berhubungan dengan keterampilan
khusus dan strategi pengenalan pada proyek.
5. Adanya perubahan dalam kelompok pemecahan masalah, kebiasaan kerja dan
proses Inovasi pembelajaran lainnya.

Selain keunggulan/keuntungan Inovasi pembelajaran yang telah dijelaskan


sebelumnya, pelaksanaan Inovasi pembelajaran juga memiliki beberapa
keterbatasan yaitu (Kemdikbud, 2014, hlm. 35):
1. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
2. Membutuhkan biaya yang cukup banyak
3. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana
instruktur memegang peran utama di kelas.
4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
5. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan
informasi akan mengalami kesulitan.
6. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
7. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda,
dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan
Walaupun demikian, pembelajaran berbasis proyek menjadi salah satu
alternatif yang ditawarkan dalam kurikulum 2013. Ada banyak macam proyek
yang dapat dilakukan oleh guru dan siswa. Proyek dapat meningkatkan
ketertarikan siswa karena keterlibatan siswa dalam memecahkan masalah autentik,
bekerja sama dengan kelompok, dan membangun solusi atas masalah yang nyata.
Proyek masih dianggap memiliki potensi untuk meningkatkan
pemahaman secara mendalam karena siswa perlu mendapatkan dan menerapkan
informasi, konsep, dan prinsip-prinsip selama pembelajaran. Siswa pun memiliki
potensi untuk meningkatkan kompetensi dalam berpikir (belajar dan
metakognisi) karena siswa ditugaskan untuk memformulasi rencana, kemajuan
dan mengevaluasi solusi.
Keberadaan teknologi termutakhir sangat diperlukan dalam menciptakan
proyek yang kreatif. Keterkaitan antara sains dan teknologi maupun ilmu lain
tidak dapat dipisahkan dalam pembelajaran sains. Science, Technology,
Engineering, dan Mathematics (STEM) yang terintegrasi dalam Inovasi
pembelajaran akan mampu membangun keterampilan abad 21 dalam
mempersiapkan generasi emas Indonesia. Pendekatan STEM mempersiapkan
siswa untuk mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan dalam berkompetisi
pada abad ke-21 (Sanders, 2009; Becker & Park, 2011), seperti keterampilan
teknologi, mahir berkomunikasi dan pemecahan masalah (Bell, 2010, hlm. 39).
BAB III
PENUTU
P

A. Simpulan
Model Inovasi pembelajaran proyek(Inovasi pembelajaran )
dikembangkan oleh tiga ahli, yaitu: Lucas, Doppelt, dan Laboy-Rush. Inovasi
pembelajaran Lucas dan Laboy-Rush tidak menjelaskan secara spesifik langkah-
langkah dalam rancangan proyek, sedangkan Doppelt menekankan alternatif
pemecahan masalah dengan memilih prioritas utama dalam menentukan proyek
dan memunculkan kreativitas siswa. Lucas membahas Inovasi pembelajaran
secara umum, Doppelt mengkaitkan Inovasi pembelajaran dengan sains dan
teknologi, dan Laboy- Rush mengintegrasikan science, technology, engineering,
and mathematics dalam Inovasi pembelajaran .

B. Saran
Setelah mendeskripsikan model Inovasi pembelajaran proyekmenurut
ketiga ahli, guru IPA hendaknya:
1. Menggunakan model Inovasi pembelajaran sebagai alternatif model
pembelajaran yang dapat diimplementasikan dalam proses belajar mengajar
dengan menyesuaikan karakteristik materi ajar.
2. Mengintegrasikan STEM ke dalam Inovasi pembelajaran untuk membekali
siswa keterampilan abad 21.

19
20

DAFTAR PUSTAKA

Baran, M. & Maskan, A. (2010). The Effect of Project-Based Learning On Pre-


Service Physics Teachers’ Electrostatic Achievements. Cypriot Journal of
Educational Sciences vol 5 : 243-257

Becker, K. & Park, K. (2011). Effects of integrative approaches among science,


technology, engineering, and mathematics (STEM) subjects on students’
learning: A preliminary meta-analysis. Journal of STEM Education, 12 (5
& 6), hlm. 23-37.

Bell, S. (2010). Inovasi pembelajaran proyekfor the 21th Century: Skills for the
Future.
The Clearing House, 83: 39-43

Capraro, et al. (2013). STEM Project-Based Learning : An Integrated Science,


Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) Approach (second
ed). Rotterdam : Sense Publishers

Cook, et al. (2012). Preparing Biology Teachers to Teach Evolution in a Project-


Based Approach. Winter vol. 21 no. 2 : 18-30

Doppelt, Y. (2005). Assessment of Inovasi pembelajaran proyekin a mechatronics


context. Journal of Technology Education. Vol 16 no.2: 7-24

George Lucas Educational Foundation. (2005). Instructional module project


based learning. [Online]. Diakses dari http://www.edutopia.org/modules/
pbl/project-based-learning

George Lucas Educational Foundation. (2014). Inovasi pembelajaran proyekvs.


Problem-Based Learning vs. X-BL [Online]. Diakses dari
http://www.edutopia.org/Project-Based Learning vs. Problem-Based
Learning vs. X-BL_edutopia.html

Johnson, L., & Lamb, A. (2007). Project, Problem, and Inquiry-Based Learning.
[Online]. Diakses dari http://eduscape.com/tap/topic43.htm

Kılınç, A. (2010). Can Project-Based Learning Close the Gap? Turkish Student
Teachers and Proenvironmental Behaviours. International Journal of
Environmental & Science Education vol 5 : 495-509

Kemdikbud. (2014). Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun


ajaran 2014/2015: Mata pelajaran IPA SMP/MTs. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
Laboy-Rush, D. (2010). Integrated STEM education through project-based
learning. www.learning.com/stem/whitepaper/ integrated-STEM-through
Project-based-Learning.

Mills, J., E. & Treagust, D., F. (2003). Engineering Education – Is Problem-based


Or Project-Based Learning The Answer. Australasian Journal Of
Engineering Education Online Publication 2003-04

Movahedzadeh, et al. (2012). Project-Based Learning to Promote Effective


Learning in Biotechnology Courses. Education Research International vol
2012: 1-8

NYC Departement of Education (2009). Project Based Learning: Inspiring


Middle School Student to Engage in Deep and Active Learning. New York
: Division of Teaching and Learning Office

Özer, D., Z., & Özkan, M. (2012). The Effect of the Inovasi pembelajaran
proyekon the Science Process Skills of the Prospective Teachers of
Science. Journal of Turkish Science Education Vol 9 Issue 3 : 131-136

Sanders, M. (2009). STEM, STEM education, STEMmania. The Technology


Teacher, 68 (4), hlm. 20-26.

Stohlmann, M.; Moore, T. J.; & Roehrig, G. H. (2012). Considerations for


Teaching Integrated STEM Education. Journal of Pre-College
Engineering Education Research (J-PEER): Vol. 2: Iss. 1, Article 4.
http://dx.doi.org/10.5703/1288284314653

Thomas, J.W. (2000). A Review of Research on Project Based Learning.


California : The Autodesk Foundation.

Tseng, et al. (2013). Attitudes Towards Science, Technology, Engineering and


Mathematics (STEM) in a Inovasi pembelajaran proyek(Inovasi
pembelajaran ) Environment. International Journal Technology and
Design Education vol 23:87–102

Wena, M. (2013). Strategi pembelajaran inovatif kontemporer: suatu tinjauan


konseptual operasional. Jakarta: Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai