Anda di halaman 1dari 28

Makalah

“INOVASI PEMBELAJARAN”
Disusun untuk memenuhi tugas terstuktur
dalam Mata Kuliah Inovasi Pendidikan

Dosen pengampu :
A HADIAN PRATAMA HAMZAH

Disusun Oleh :

Dhea FujaRahmawi Nst (0310182043)

Hafizah Khairina Umaroh (0310181031)

Muhajir Syarif Lubis (0310182049)

Nurul Nazmi Damanik (0310181014)

Rara Soraya (0310182075)

Tasya Indriani (0310183132)

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2021
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan
anugerah dan kasih sayang, petunjuk dan kekuatannya yang telah diberikan
pada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Inovasi Pembelajaran”. Tanpa pertolongan-Nya mungkin Kami tidak akan
sanggup menyelesaikan dengan baik. Yang akan memberikan manfaat di
kemudian hari guna kemajuan ilmu pengetahuan.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa
yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan di masa depan.

Medan, 15 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Inovasi Pembelajaran .................................................................. 3
2.2. Inovasi Pembelajaran Kuantum ................................................................ 4
2.3. Inovasi Pembelajaran Konstektual ............................................................ 7
2.4. Inovasi Pembelajaran Kompetensi ............................................................ 11
2.5. Inovasi Pembelajaran Dimasa Pandemi ................................................... 15
BAB III PENUTUP
3.1.Kesimpulan ............................................................................................... 24
3.2.Saran .......................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pesatnya perkembangan lingkungan lokal, regional, dan
internasional saat ini berimplikasi terhadap penanganan penyelenggaraan
pendidikan pada setiap jenjang pendidikan yang ada. Berkaitan dengan
perkembangan tersebut, kebutuhan untuk memenuhi tuntutan meningkatkan
mutu pendidikan sangat mendesak terutama dengan ketatnya kompetitif antar
bangsa di dunia dalam saaat ini. Sehubungan dengan hal ini, paling sedikit ada
tiga fokus utama yang perlu diatasi dalam penyelenggaraan pendidikan
nasional, yaitu: (i) upaya peningkatan mutu pendidikan; (ii) relevansi yang
tinggi dalam penyelenggaraan pendidikan, dan (iii) tata kelola pendidikan
yang kuat. Depdiknas menempatkan ketiga hal tersebut dalam rencana
strategis pembangunan pendidikan nasional tahun 2004-2009, namun disadari
bahwa ketiganya tetap mendesak dan relevan dalam penyelenggaraan
pendidikan nasional pada waktu yang akan datang.
Atas dasar itu, Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan
(Puslitjaknov) Balitbang Depdiknas dalam simposium nasional hasil
penelitian pendidikan pada tahun 2009 mengangkat peningkatan mutu
pendidikan, relevansi, dan penguatan tata kelola sebagai tema. Simposium
nasional penelitian dan inovasi pendidikan tahun 2009 merupakan agenda
tahunan yang diselenggarakan oleh Puslitjaknov Balitbang Depdiknas sebagai
wahana dan wadah untuk menjaring informasi hasil penelitian,
pengembangan, dan gagasan inovatif yang bermanfaat dalam memberikan
bahan masukan bagi pengambilan kebijakan pendidikan nasional. Kata inovasi
seringkali dikaitkan dengan perubahan, tetapi tidak setiap perubahan dapat
dikategorikan sebagai inovasi.

1
Rogers (1983 : 11) memberikan batasan yang dimaksud dengan inovasi
adalah suatu gagasan, praktek, atau objek benda yang dipandang baru oleh
seseorang atau kelompok adopter lain. Kata "baru" bersifat sangat relatif, bisa
karena seseorang baru mengetahui, atau bisa juga karena baru mau menerima
meskipun sudah lama tahu.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah kali ini antara lain :
1. Apa pengertian inovasi pendidikan ?
2. Bagaimana Pengertian, Prinsip dan model Inovasi dalam Pembelajaran
Quantum?
3. Bagaimana Pengertian, Prinsip dan model Inovasi pembelajaran Kompetensi ?
4. Bagaimana Pengertian, Prinsip dan model Inovasi pembelajaran Konstektual?
5. Bagaimana inovasi pembelajaran dimasa pandemi?

1.3. Tujuan Masalah


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Membekali diri akan konsep-konsep dan teori-teori Pengambilan Keputusan
inovasi dalam pembelajaran,
2. Teori Tentang Pengertian, Prinsip dan model inovasi pembelajaran Quantum
3. Teori Tentang Pengertian, Prinsip dan model inovasi Pembelajaran
Kompetensi
4. Teori Tentang Pengertian, Prinsip dan model Inovasi pembelajaran Kontektual
5. Teori Tentang Pengertian Inovasi Pembelajaran Pada Masa Pandemi
6. Agar mahasiswa/calon guru memahami inovasi pada pembelajaran kuantum
serta dapat menerapkan pembelajaran kuantum dalam melaksanakan proses
belajar mengajar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Inovasi Pembelajaran


Inovasi adalah pemasukan atau pengenalan hal-hal yang baru, maupun penemuan
baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya baik berupa
gagasan, metode atau alat. Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses
mereaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu, proses yang diarahkan pada
suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati dan
memahami sesuatu yang dipelajari. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan yang memungkinkan terjadinya
proses belajar. Jadi, inovasi pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu upaya baru dalam
proses interaksi peserta didik dengan pendidik, dengan menggunakan berbagai metode,
pendekatan, sarana dan suasana yang mendukung untuk tercapainya tujuan pembelajaran.
Untuk menciptakan inovasi pembelajaran maka guru diharapkan dapat menjadi
motivator bagi peserta didiknya. Menurut Gagne (1975) ada empat fungsi yang harus
dilakukan guru kaitannya sebagai motivator. Pertama, arousal function atau membangkitkan
dorongan siswa untuk belajar. Kedua, expectancy function yaitu menjelaskan secara konkrit
kepada siswa apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran. Ketiga, incentive function
maksudnya guru memberikan ganjaran untuk prestasi yang dicapai dalam rangka
merangsang pencapaian prestasi berikutnya. Keempat, disciplinary function bahwa guru
membantu keteraturan tingkah laku siswa.
Keempat fungsi ini sebaiknya diperankan dengan tepat oleh guru dalam sebuah
proses pembelajaran, karena pembelajaran merupakan suatu interaksi yang bersifat
kompleks dan timbal balik antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa.
Hendaknya siswa diberi kesempatan yang memadai untuk ikut ambil bagian dan
diperlakukan secara tepat dalam proses pembelajaran.
Dengan adanya inovasi pembelajaran maka guru sebaiknya menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan (fun), menggairahkan (horee), dinamis (mobile), penuh
semangat (ekspresif), dan penuh tantangan (chalenge). Contoh inovasi sederhana yaitu
membuka dan menutup pelajaran dengan nyanyian, membuat materi pelajaran menjadi syair

3
lagu untuk mempermudah menghafal dan mengingat yang didukung dengan media. Oleh
karena itu, sebagai calon pendidik hendaknya kita mampu memahami peserta didik,
sehingga kita dapat menciptakan inovasi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan zaman untuk meningkatkan kemampuan kognitif, avektif,
dan psikomotor peserta didik.

2.2 Inovasi Pembelajaran Kuantum


a. Sejarah Pembelajaran Quantum
Tokoh yang berperan penting dalam pembelajaran kuantum adalah Bobbi
De Poeter, seorang ibu rumah tangga yang kemudian terjun dibidang bisnis properti
dan keuangan, dan setelah semua bisnisnya bangkrut akhirnya menggeluti bidang
pembelajaran. Dialah perintis, pencetus, dan pengembang utama pembelajaran
kuantum. Semenjak tahun 1982 DePorter mematangkan dan mengembangkan
gagasan pembelajaran kuantum di SuperCamp, sebuah lembaga pembelajaran yang
terletak Kirkwood Meadows, Negara Bagian California, Amerika Serikat.
SuperCamp sendiri didirikan atau dilahirkan oleh Learning Forum, sebuah
perusahahan yang memusatkan perhatian pada hal-ihwal pembelajaran guna
pengembanga potensi diri manusia.
Dengan dibantu oleh teman-temannya, terutama Eric Jansen, Greg
Simmons, Mike Hernacki, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie, DePorter
secara terprogram dan terencana mengujicobakan gagasan-gagasan pembelajaran
kuantum kepada para remaja di SuperCamp selama tahun-tahun awal dasawarsa
1980-an. Dia belajar dari Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan
bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai Suggestology
atau Suggestopedia. Prinsipnya adalah bahwa Sugesti dapat dan pasti
mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun dapat memberikan
sugesti positif ataupun negatif. Istilah lain dari suggestology adalah accelerated
learning (pemercepatan belajar). Dengan demikian, metode pembelajaran kuantum
menyebar ke berbagai tempat dan bidang kegiatan manusia mulai lingkungan
pengasuhan di rumah (parenting), lingkungan bisnis, lingkungan perusahaan,
sampai dengan lingkungan kelas (sekolah).

4
b. Pengertian Pembelajaran Kuantum
Istilah “Quantum” dipinjam dari dunia ilmu fisika yang berarti interaksi
yang mengubah energi menjadi cahaya. Maksudnya dalam pembelajaran kuantum,
pengubahan bermacam-macam interaksi yang terjadi dalam kegiatan belajar.
Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamia guru dan siswa
menjadi cahaya yang bermanfaat bagi kemajuan mereka dalam belajar secara
efektif dan efisien. Pembelajaran kuantum ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh
proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat
belajar sebagai suatu untuk melakukan eksperimen yang disebutnya suggestology
(suggestopedia).
Terdapat dua konsep utama yang dapat digunakan dalam pembelajaran
kauntum dalam rangka mewujudkan energi guru dan siswa menjadi cahaya belajar
yaitu percepatan belajar melalui usaha sengaja untuk mengikis hambatan-hambatan
belajar tradisional, dan fasilitasi belajar yang berarti mempermudah belajar.

c. Prinsip dan Strategi Pembelajaran Kuantum


Lima prinsip pemebelajaran kuantum (Bobby Deporter, 1992) sebagai
berikut:
1. Segalanya berbicara, maksudnya bahwa seluruh lingkungan kelas hendaknya
dirancang untuk dapat membawa pesan belajar yang dapat diterima oleh siswa,
ini berarti rancangan kurikulum dan rancangan pembelajaran guru, informasi,
bahasa tubuh, kata-kata, tindakan, gerakan, dan seluruh kondisi lingkungan
haruslah dapat berbicara membawa pesan-pesan bagi siswa.
2. Segalanya bertujuan, maksudnya semua penggubahan pembelajaran tanpa
terkecuali harus mempunyai tujuan-tujuan yang jelas dan terkontrol. Sumber dan
fasilitas yang terlibat dalam setiap pembelajaran pada prinsipnya untuk
membantu perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor.
3. Pengalaman sebelum pemberian nama, maksudnya sebelum siswa belajar
memberi nama (mendefinisikan, mengkonseptualisasi, membedakan,
mengkategorikan) hendaknya telah memiliki pengalaman informasi yang terkait
dengan upaya pemberian nama tersebut.

5
4. Mengakui setiap usaha, maksdunya semua usaha belajar yang telah dilakukan
siswa memperoleh pengakuan guru dan siswa lainnya. Pengakuan ini penting
agar siswa selalu berani melangkah ke bagian berikutnya dalam pembelajaran.
5. Merayakan keberhasilan, maksudnya setiap usaha dan hasil yang diperoleh
dalam pembelajaran pantas dirayakan. Perayaan ini diharapkan memberi umpan
balik dan motivasi untuk kemajuan fan peningkatan hasil belajar berikutnya.

Bobby DePorter (1992), mengembangkan strategi pembelajaran kuantum


melalui istilah TANDUR, yaitu:
a) Tumbuhkan, yaitu dengan memberikan apersepsi yang cukup sehingga sejak
awal kegiatan siswa telah termotivasi untuk belajar dan memahami Apa
Manfaatnya Bagiku (AMBAK)
b) Alami, berikan pengalaman nyata kepada setiap siswa untuk mencoba.
c) Namai, sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, dan metode lainnya.
d) Demonstrasikan, sediakan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan
kemampuannya.
e) Ulangi, beri kesempatan untuk mengulangi apa yang telah dipelajarinya,
sehingga setiap siswa merasakan langsung dimana kesulitan akhirnya datang
kesuksesan, kami bisa bahwa kamiu memang bisa.
f) Rayakan, dimaksudkan sebagai respon pengakuan yang porsional.

d. Model Pembelajaran Kuantum


Model pembelajaran kuantum identik dengan sebuah simponi dan
pertujukan musik. Maksudnya pembelajaran kuantum, memberdayakan seluruh
potensi dan lingkungan belajar yang ada, sehingga proses belajar menjadi suatu
yang menyenangkan dan bukan sebagai sesuatu yang memberatkan. Untuk dapat
mengarah kepada yang dimaksud, ada beberapa langkah-langkah yang harus
dilakukan, yaitu:

6
1) Optimalkan pada diri,
2) bertanggung jawab pada diri, sehingga anda akan memulai mengupayakan
segalanya terlaksana, dan
3) hargailah segala tugas yang telah selesai.

e. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Kuantum


Tujuan pokok pembelajaran kuantum yaitu meningkatkan partisipasi siswa,
melalui penggubahan keadaan, meningkatkan daya ingat dan meningkatkan rasa
kebersamaan, meningkatkan daya dengar, dan meningkatkan kehalusan perilaku.

2.3 Inovasi Pembelajaran Konstektual


Kata “kontekstual” berasal dari “konteks” yang dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia mengandung dua arti: 1) bagian sesuatu uraian atau kalimat yang dapat
mendukung atau menambah kejelasan makna; 2) situasi yang ada hubungan dengan
suatu kejadian.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
seharihari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni:
konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri),
masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian
sebenarnya (Authentic Assessment).

a. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual


Atas dasar pengertian tersebut, pembelajaran kontekstual menurut Muslich,
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang
diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau
pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in
real life setting).

7
2. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-
tugas yang bermakna (meaningful learning).
3. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada
siswa (learning by doing).
4. Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling
mengoreksi antarteman (learning in a group).
5. Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan,
bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara
mendalam (learning to know each other deeply).
6. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan
kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together).
7. Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an
enjoy activity).

b. Prinsip Pembelajaran Kontekstual


Pembelajaran kontekstual akan berhasil apabila sasaran utamanya adalah
mencari makna dengan menghubungkan pekerjaan akademik dengan kehidupan
keseharian peserta didik. Hal ini akan terjadi apabila para pelajar memahami tiga
prinsip pokok, yaitu : kesaling bergantungan (interdependence), deferensiasi
(defferentiation), dan pengaturan diri (self regulation).

1. Prinsip Kesaling-Bergantungan
Prinsip kesaling bergantungan mengajak pendidik mengenali keterkaitan
mereka dengan pendidik lain, peserta didik, masyarakat, dan lingkungan alam.
Menyadari adanya kesaling bergantungan ini dapat menimbulkan pemikiran kritis
dan kreatif, dan pemikiran ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan
yang dapat menghasilkan pemahaman baru. Prinsip kesaling bergantungan ini juga
mendukung adanya kerjasama antar komunitas belajar.

8
Prinsip CTL, guru, peserta didik dan masyarakat merupakan sistem yang
saling terkait didalam menghubungkan konteks dan menemukan makna dari
persoalan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, kemudian secara bersama-
sama dapat memecahkan persoalan, merancang suatu rencana, mengambil suatu
keputusan, mencari alternatif pemecahan masalah dan megambil suatu kesimpulan.
Masing-masing komponen dapat saling memberi dan menerima, bertanya dan
menjawab konteks yang dibutuhkan.

2. Prinsip Diferensiasi
Prinsip ini menggambarkan CTL menghargai dan menjunjung tinggi
keberagaman dan perbedaan. Mengingat peserta didik memiliki latar belakang
akademik dan sosial yang berbeda, CTL memberikan peluang dan kesempatan
untuk saling isi dan mengisi serta memberikan perhatian individu lebih panjang dan
terkonsentrasi. Keberagaman tersebut merupakan sesuatu yang unik, masing-
masing individu saling mempelajarinya dan saling kerjasama. Perbedaan dan
keberagaman merupakan seni dan ragam yang akan menjadikan pembelajaran
berkualitas dan bermakna.
Perbedaan dalam memahami konteks merupakan sesuatu yang bernilai
tinggi dan tidak harus selalu sama dalam memaknai suatu persoalan, pembelajaran
dalam arti ini menciptakan peserta didik menjadi dirinya sendiri (learning to be)
dan mereka akan berkembang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Pendidik yang melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran kontekstual, mereka akan melihat pentingnya kelas itu tercipta
suasana yang memicu kreativitas, keunikan, keragaman, dan kerjasama.
Pembelajaran aktif yang terpusat pada peserta didik juga mendukung prinsip
differensiasi untuk menuju keunikan. Hal ini memberikan kebebasan kepada
peserta didik untuk menjelajahi bakat mereka, memunculkan cara belajarnya
sendiri dan berkembang dengan langkah- langkahnya sendiri.

9
3. Prinsip Pengaturan Diri
Prinsip pengaturan diri merupakan kegiatan belajar yang diatur sendiri,
dipertahankan sendiri, dan disadari sendiri oleh peserta didik. Prinsip pengaturan
diri meminta pendidik untuk mendorong setiap peserta didik mengeluarkan seluruh
potensinya. Untuk menyesuaikan prinsip ini, sasaran utama pembelajaran
kontekstual adalah membantu peserta didik mencapai keunggulan akademik,
memperoleh keterampilan tertentu dan mengembangkan karakter dengan cara
menghubungkan tugas sekolah dengan pengalaman serta pengetahuan yang
dimiliki. Ketika peserta didik menghubungkan materi akademik dengan konteks
keadaan pribadi mereka, mereka terlihat dalam kegiatan yang mengandung prinsip
pengaturan diri.
Peserta didik akan menerima tanggungjawab atas keputusan dan prilaku
sendiri, menilai alternatif, membuat pilihan, mengembangkan rencana,
menganalisis informasi, menciptakan solusi dan dengan kritis menilai bukti.
Mereka bergabung dengan peserta didik lain untuk memperoleh pengertian baru,
konsep baru untuk memperluas wawasan mereka. Dalam melakukan hal tersebut
para peserta didik menemukan minat mereka, keterbatasan mereka dan kekuatan
imajinasi mereka sehingga mereka dapat menemukan tentang dirinya sendiri dan
apa yang bisa mereka lakukan.
Hal ini dapat dibuktikan jika anak-anak dihadapkan pada model yang
menetapkan standar tinggi juga akan ikut menetapkan standar tinggi dalam
melakukan performa dan jika sebaliknya anak yang dihadapkan pada model yang
menetapkan standar yang minimal akan mengikuti standar yang minimal. Dengan
penguatan intrinsik yang datang dari evaluasi diri lebih berpengaruh dibandingkan
penguatan ekstrinsik yang diberikan orang lain.
Dari ketiga prinsip di atas, tampak bahwa pembelajaran kontekstual lebih
memberikan kesempatan pada peserta didik aktif dalam proses pembelajaran,
mengembangkan kemampuan tingkat tinggi, kerjasama, saling membantu,
menggali, menemukan, mencontoh suatu pengetahuan dan keterampilan,
menemukan ide-ide, perkembangan belajar di nilai melalui proses, peserta didik
merasa dirinya bagian dari kesatuan dalam proses yang di ikuti, memupuk

10
kebersamaan, saling menghargai pendapat, tidak takut berbeda dan menjadikan
dirinya sendiri.

c. Model Pembelajaran Kontektual


Model pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran dimana siswa belajar
melalui kegiatan kelompok seperti kerja kelompok, berdiskusi, praktikum
kelompok, saling bertukar fikiran, memberi dan menerima informasi.
Tahapan pembelajaran kontekstual meliputi empat tahap, yaitu:
1. Tahap invitasi, Di sini, diharapkan agar siswa dapat mengemukakan
pengetahuan awalnya tentang konsep yang dibahas. Siswa diberi kesempatan
untuk mengkomunikasikan,, mengikutsertakan pemahamannya tentang konsep
tersebut.
2. Tahap eksplorasi, Dalam tahap ini siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki
dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian,
penginterpretasikan data dalam sebuah kegiatan yang telah dirancang guru.
3. Tahap penjelasan dan solusi, Siswa memberikan penjelasan-penjelasan solusi
yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan penguatan guru,
maka siswa dapat menyampaikan gagasan, membuat model, membuat
rangkuman, dan ringkasan.

2.4 Inovasi Pembelajaran Kompetensi


a. Pengertian Pembelajaran Kompetensi
Kata pembelajaran merupakan terjemahan dari Instrucsional yang
digunakan dalam dunia pendidikan yang menempatkan siswa sebagai sumber dari
kegiatan belajar mengajar. Sedangkan Kompetensi dapat diartikan sebagai
kemampuan dasar yang dapat dilakukan oleh para siswa pada tahap pengetahuan,
keterampilan, dan bersikap. Kemampuan dasar ini akan dijadikan sebagai landasan
untuk melakukan proses pembelajaran dan penilaian siswa.

11
Istilah kompetensi bukanlah merupakan suatu hal yang baru, akan tetapi
istilah kompetensi sudah lahir sejak pendidikan berkembang di lembaga-lembaga
pendidikan. Pembelajaran kompetensi merupakan suatu model pembelajaran
dimana perencanaan, pelaksanaan, dan penilaiannya mengacu pada penguasaan
kompetensi. Pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi dimaksudkan agar
segala upaya yang dilakukan dalam pembelajaran benar-benar mengacu dan
mengarahkan peserta didik untuk menguasai kompetensi yang ditetapkan sehingga
mereka tuntas dalam belajarnya. (Depdiknas, 2002:8).
Dalam pembelajaran kompetensi mencakup tiga hal yakni kurikulum,
pembelajaran, dan penilaian yang menekankan pada pencapaian hasil belajar sesuai
dengan standar kompetensi. Kurikulum berisi bahan ajar yang diberikan kepada
siswa melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan
menggunakan prinsip-prinsip pengembangan pembelajaran yang mencakup
pemilihan materi, strategi, media, penilaian, dan sumber atau bahan pembelajaran.
Dan tingkat keberhasilan belajar yang dicapai siswa dapat dilihat pada kemampuan
siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang harus dikuasai sesuai dengan standar
prosedur tertentu.
Sedangkan penyusunan materi dalam pembelajaran kompetensi mencakup
tiga komponen yaitu kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator. Kompetensi
dasar merupakan tujuan pembelajaran dari materi yang akan diberikan kepada
siswa. Materi pokok dalah materi pelajaran yang disajikan kepada siswa berupa
penjabaran sub pokok bahasan dari awal semester sampai akhir semester secara
terstruktur. Lalu, indikator dikembangkan dari kemampuan dasar sesuai dengan
materi pembelajaran yang ditetapkan. Adapun langkah-langkah dalam
pengembangan pembelajaran kompetensi sesuai dengan KBK yaitu atara lain :
1. Menentukan identitas mata pelajaran
2. Menentukan standar kompetensi
3. Kompetensi dasar
4. Materi pembelajaran
5. Strategi pembelajaran / pengalaman belajar
6. Indikator pencapaian

12
Adapun tujuan dari pembelajaran kompetensi yaitu :
1. Memberikan motivasi belajar kepada peserta didik agar dapat mewujudkan
ketercapaian tujuan pembelajaran secara optimal.
2. Membina kedisiplinan dan rasa tanggungjawab peserta didik dalam mengikuti
aturan main kelas, sehingga masing-masing peserta didik dapat belajar sesuai
dengan kemampuannya.
3. Membimbing dan mengendalikan kegiatan belajar peserta didik demi tercapainya
tujuan pembelajaran yang diharapkan secara optimal.
4. Mengarahkan sikap atau perilaku peserta didik yang menyimpang dari tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
5. Memberdayakan sarana kelas guna mendukung kelancaran kegiatan belajar
peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
6. Mewujudkan lingkungan belajar yang menyenangkan.

b. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kompetensi


Prinsip pembelajaran merupakan hal-hal yang menjadi sebab-sebab
terjadinyaproses belajar, dengan dengan perkataan lain apabila suatuprinsip tidak
nampak dalam kegiatan pembelajaran maka proses pembelajaran tidak akan
menjadi efektif dan tidak sesuai dengan yang diharapkan atau diinginkan, karena
efektivitas itu sangat keterkaitan dengan suasana belajar yang menyenangkan untuk
menciptakan kondisi yang baik untuk belajar bentuk presentasi yang melibatkan
pada seluruh indera berfikir kreatif dan kritis untuk membantu proses belajar dan
mengajar dalam materi pembelajaran (Gordon dan Vos, 2000).
Ada beberapa prinsip penting dalam pembelajaran kompetensi, antara lain:
1) Proses pembelajaran kompetensi membentuk kreasi lingkungan yang dapat
membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa.
2) Berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang harus dipelajari, ada tipe
pengetahuan fisis, sosial dan logika. Pengetahuan fisis adalah pengetahuan akan
sifat-sifat fisis dari suatu objek atau kejadian seperti bentuk, besar, kecil, serta
bagaimana objek itu berinteraksi satu dengan yang lainnya, sedangkan

13
Pengetahuan sosial berhubungan dengan perilaku individu dalam suatu sistem
sosial atau hubungan antar manusia yang dapat mempengaruhi interaksi sosial,
Pengetahuan logika berhubungan dengan berfikir matematis yaitu pengetahuan
yang dibentuk berdasarkan pengalaman dengan suatu objek dan kejadian
tertentu.
3) Pembelajaran melalui KBK diarahkan agar siswa mampu mengatasi setiap
tantangan dan rintangan dalam kehidupan yang cepat berubah, melalui sejumlah
kompetensi yang harus dimiliki yang meliputi kompetensi akademik,
kompetensi okupasional, kompetensi kultural, dan kompetensi temporal.
sebabnya makna dari pembelajaran KBK bukan hanya mendorong anak agar
mampu menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi bagaimana agar anak
itu memiliki sejumlah kompetensi untuk mampu menghadapirintangan yang
muncul sesuai dengan perubahan pola kehidupan masyarakat.

c. Karakteristik Pembelajaran Kompetensi


Proses pembelajaran kompetensi merupakan kegiatan interaksi antar dua
unsure manusiawi yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak
yang mengajar dengan siswa sebagai subjek pokok. Proses tersebut dalam
pembelajaran kompetensi memiliki karakteristik khusus, yaitu:
1) Proses pembelajaran memiliki tujuan yaitu membantu anak didik dalam suatu
perkembangan tertentu.
2) Adanya suatu prosedur yang direncanakan, dirancang sedemikian rupa untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3) Adanya kegiatan penggarapan materi tertentu secara khusus, sehingga dapat
mencapai tujuan.
4) Adanya aktivitas siswa sebagai syarat mutlak bagi berlangsungnya proses
pembelajaran.
5) Guru berperan sebagai pembimbing yang berusaha menghidupkan dan
memberikn motivasi belajar kepada siswa dalam proses interkasi yang kondusi,

14
6) Membutuhkan adanya komitmen terhadap kedisiplinan sebagai pola tingkah laku
yang diatur menurut ketentuan yang ditaati oleh semua pihak.
7) Adanya batasan waktu, untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan.

d. Pengelolaan Pembelajaran Kompetensi


Berkenaan dengan kemampuan guru untuk mengelola berbagai komponen
pembelajaran sehingga mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif dan
efesien, maka dalam pengelolaan pembelajaran kompetensi ada beberapa hal yang
perlu diperhatiakan diantaranya: aspek-aspek pengelolaan pembelajaran
kompetensi, sarana dan sumber belajar serta model pendekatan pembelajaran
kompetensi.

e. Aspek-Aspek Pengelolaan Pembelajaran Kompetensi


Aspek- aspek yang perlu dirancang dan diperhatikan oleh guru dalam
merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, yang meliputi :
1) Pengelolaan ruang kelas,
2) Pengelolaan peserta didik,
3) Pengelolaan kegiatan pembelajaran kompetensi,
4) Pendekatan kegiatan pembelajaran kompetensi,
5) Sarana dan sumber belajar,
6) Model pendekatan pembelajaran Kompetensi

2.5 Inovasi Pembelajaran Dimasa Pandemi


Sejak dikabarkan munculnya wabah penyakit bernama Virus Corona atau
Pamiliar dengan istilah Covid -19 pemerintah indonesia membuat suatu kebijakan
sebagai upaya dalam mencegah covid-19 dengan cara memberikan imbauan
kepada masyarakat agar senantiasa menjaga jarak (Pysical Distance), menghindari
segala bentuk aktivitas yang berbentuk kerumunanan. Kebijakan lainnya yang
diambil pemerintah ialah kegiatan belajar mengajar, bekerja dan beribadah
dilaksanakan di rumah (Darmalaksana, 2020).

15
Akibat dari pandemi ini menimbulkan perubahan yang sangat drastis dan
terkesan mendadak dari setiap aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Pada
jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi seakan-akan
“dipaksa” untuk beradaptasi dengan lingkungan, semua guru diharuskan
melaksanakan kegiatan belajar jarak jauh/ daring yang ditetapkan pada tanggal 24
Maret 2020 sebagaimana tertuang dalam Surat Edaran Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan sebagai upaya dalam memutuskan penyebaran Covid-19 di Indonesia
(Mendikbud, 2020).
Kegiatan pembelajaran daring dilaksanakan dengan sistem pembelajaran
jarak jauh. Kebijakan pembelajaran ini memungkinkan proses belajar mengajar
tetap berjalan meskipun guru dan siswa tidak bertemu secara langsung di sekolah.
Guru tetap dapat menyampaikan materi ajar, dan siswa tetap dapat menerima
pelajaran tanpa harus keluar rumah. Dalam pembelajaran jarak jauh, peserta didik
dipisahkan dari pendidik dan terjadi dalam lingkungan yang disinkronkan (online)
atau asinkron. Penghentian kegiatan belajar mengajar secara tatap muka di sekolah
mengakibatkan guru, siswa dan orang tua menghadapi situasi pembelajaran yang
sama sekali baru, guru diminta untuk tetap menjalin komunikasi dengan anak didik
mereka untuk memastikan mereka tetap belajar meskipun tidak ada pertemuan tatap
muka di sekolah.
Merujuk pada tujuan diatas, inovasi muncul karena suatu keadaan yang
membuat seoarang guru harus menyelesaikan masalah dalam proses pembelajaran
yang dilakukan secara daring. “Inovasi pendidikan merupakan suatu ide atau
metode yang dirasakan sebagai hal yang baru, dan digunakan untuk mencapai
tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan, inovasi dalam
dunia pendidikan merupakan suatu keharusan.

16
Berikut beberapa inovasi pembelajaran yang diterapkan dalam
pembelajaran dimasa pandemi:
1. Learning from Home: Kolaborasi Antara Sekolah dengan Orang Tua
Learning from Home dilatarbelakangi oleh Covid-19. Sebelumnya
pembelajaran dilaksanakan dengan tatap muka (face-to-face) dalam ruang kelas.
Namun ketika wabah ini menyerang, pembelajaran tatap muka yang tadinya sudah
menjadi tradisi/ budaya masyarakat Indonesia berubah menjadi pembelajaran
online (daring) dengan menggunakan teknologi (Sudarsana et al., 2020). Guru harus
bisa memastikan bahwa meskipun siswa belajar dari rumah, siswa tetap belajar
secara serentak meskipun ditempat yang berbeda. Sistem pembelajaran daring ini
bisa dilaksanakan melalui Whatsapp group (WAG), telegram, aplikasi Zoom, dan
layanan online lainnya.
Melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara daring/ jarak jauh bukanlah
hal yang mudah dilakukan, terutama pada siswa jenjang sekolah dasar. Terdapat
berbagai kesulitan yang dialami guru dan siswa. Adapun kesulitan yang di alami
siswa terkait bagaimana kesan selama menjalankan pembelajaran daring, ialah
mereka tidak sepenuhnya paham mengenai materi pembelajaran yang ada pada
buku teks karena guru tidak menjelaskan materipelajaran sebagaimana yang
dilaksanakan di kelas.
Selama penerapan pembelajaran daring, guru hanya memberikan sejumlah
soal untuk dikerjakan siswa dengan bantuan orang tua masing-masing. Namun
terkadang, orang tua siswa mengalami sejumlah kendala seperti tidak paham
bagaimana mengerjakan soal tersebut, terutama mata pelajaran Matematika dan
Bahasa Inggris. Kemudian setelah tugas selesai, tugas tersebut difoto lalu
dikirimkan melalui WAG (Whatsapp Group) yang terhubung dengan wali murid.
Pembelajaran yang seperti ini dinilai tidak efektif dan muncul berbagai kendala
yang dialami orang tua yang pendidikan SD saja mereka tidak tamat/ lulus. Selain
itu, pembelajaran yang seperti ini juga kerap membosankankan bagi siswa, banyak
antara mereka yang mengeluh dan berharap agar bisa sekolah seperti biasanya.

17
Berkaitan dengan hal tersebut, transformasi pembelajaran dari tatap muka
ke daring juga muncul berbagai kendala yang harus dilalui guru ataupun wali murid.
Banyak wali murid yang mengeluh karena terbatasnya fasilitas teknologi yang
dimilikinya, seperti smartphone, laptop dan lain sebagainya. Selain terbatasnya
fasilitas yang dimiliki, para orang tua juga kesulitan membimbing anaknya belajar
dirumah, mengalami kesulitan dalam mengakses internet, baik karena ekonomi
ataupun letak geografis. Sama halnya dengan wali murid, guru juga mempunyai
keluhan terhadap pelaksanaan pembelajaran daring, yang mana guru mengaku
kesusahan dalam beradaptasi dengan teknologi yang ada supayasiswanya tetap giat
dan semangat dalam mengikuti pembelajaran Berkaitan dengan hal ini, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) beriniasiasi menyelenggarakan sebuah
program belajar di rumah melalui TV Edukasi.
Pembelajaran daring dimasa pandemi Covid-19 dilaksanakan sebagai
bentuk respon terhadap kebijakan Physical Distancing. Dalam hal ini, guru, orang
tua, dan pemerintah diharapkan saling bekerja sama agar pendidikan di Indonesia
tetap terlaksana meskipun ditengah wabah penyakit yang melanda dunia saat ini.
Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dan mempunyai pengaruh yang
besar terhadap berhasil atau tidaknya pemberalajaran daring/online ini, karena
kemampuan orang tua dalam membimbing anaknya belajar ialah salah satu strategi
yang paling ampuh. Oleh karena itu, orang tua dapat dikatakan sebagai kunci
keberhasilan dalam pelaksanaan learning from home.Berkaitan dengan hal tersebut,
setidaknya ada empat peran orang tua dalam pelaksanaan learning from home yaitu:
1. Sebagai guru yang bertugas membimbing anaknya dirumah
2. Sebagai fasilitator yang menyediakan semua kebutuhan pembelajaran daring
3. Motivator yang selalu memberikan semangat belajar
4. dan juga sebagai pengaruh

18
Inovasi yang bisa diterapkan oleh orang tua selama learning from home
ialah dengan meningkatkan aspek sikap dan keterampilan siswa. Dalam aspek
keterampilan misalnya, orang tua bisa mengajak anak-anaknya untuk mengerjakan
kegiatan edukatif seperti memasak, berkebun, belajar sambil bermain dan lain
sebagainya. Sedangkan untuk aspek sikap, orang tua dapat mengajarkan anak-
anaknya tentang nilai-nilai religius (keagamaan) secara bertahap mulai dari hal
yang paling sederhana seperti sholat, saling berbagi, tidak mengganggu orang lain,
dan sebagainya.
Sedangkan inovasi yang harus dilakukan guru ialah dengan memanfaatkan
berbagai teknologi yang bisa digunakan sebagai pendukung proses pelaksanaan
berupa model, metode, dan media pembelajaran dipersiapkan sebaik mungkin
supaya pembelajaran jarak jauh yang dilaksanakan secara daring dapat berjalan
secara efektif. Selain itu, siswa juga harus mampu beradaptasi dengan kondisi saat
ini dalam melaksanakan pembelajaran berbasisteknologi, sehingga di waktu yang
akan datang siswa mampu bersaing secara global dan memanfaatkan berbagai
kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju.

2. Pembelajaran daring Sebagai Peluang Sekaligus Tantangan


Pendidikan yang bermutu identik dengan pembelajaran yang mampu
memberikan ruang sekaligus dorongan kepada peserta didik untuk terus
berekspresi, dan mengapresiasikan kebutuhan belajar sesuai bakat, minat terhadap
pertumbuhan dan perkembangan serta kondisi lingkungan peserta didik itu sendiri.
Penggunaan teknologi sebagai media dalam pembelajaran selama Covid-19
merupakan salah satu cara agar siswa dapat tetap belajar, penggunaan teknologi
sebagai media pembelajaran mengharuskan guru dan siswa untuk melangkah ke
arah yang lebih maju. Disisi lain, penggunaan teknologi dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar sangat penting dan berguna untuk menyongsong
pendidikan yang lebih efektif dimasa yang akan datang.

19
Pada perkembangan teknologi pada zaman ini diharapkan guru dapat
memanfaatkannya sebagai peluang untuk memahami bagaimana mengelola konten
digital dengan baik, terlebih bagi guru yang sama sekali tidak paham dengan
teknologi disebabkan oleh pola adaptasi yang terkesan begitu cepat dan mendadak.
Selain itu, guru dituntut untuk mampu memanfatkan teknologi sebagai peluang
dalam mengembangkan pendidikan, baik dari segi model, media, strategi, maupun
evaluasi dan penilaian pembelajaran. Selama pelaksanaan pembelajaran dirumah/
daring ada beberapa peluang yang bisa dimanfaat guru dan stakeholder selama
pandemi Covid-19 ini, diantaranya:
1. Kemudahan akses dalam berbagi informasi secara online (easy access to sharing
information online),
2. Kondisi kerja lebih cepat (faster working conditions),
3. Kreasi beberapa webinar (creation of webinar series).

Namun, selain peluang, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi


bersama seperti
1. Bagaimana cara mengatasi siswa (the coping mechanism of the student),
2. Tersedianya gadget dan sumber daya lainnya yang saling mendukung
(availability of gadgets and other relevant resources),
3. Learning from home tidak diatur dengan sempurna saat ini (not perfectly
orchestrated as of the moment).

Dengan demikian, untuk menghadapi tantangan ini, guru harus mampu


beradaptasi dan mengembangkan kemampuannya dalam melaksanakan
pembelajaran daring dengan memanfaatkan setiap sumber dan teknologi yang
tersedia agar terbiasa dan mudah dalam mewujudkan pendidikan yang lebih baik
lagi dengan ataupun tanpa Covid-19.

20
3. Model Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19
Model pembelajaran didefinisikan sebagai gambaran atau pola yang
digunakan selama pelaksanaan pembelajaran yang akan berlangsung. Pendapat lain
menyatakan bahwa model pembelajaran merupakan sebuah kerangka tentang
prosedur yang sistematis untukmemmperoleh pengalaman belajar dalam mencapai
tujuan tertentu. Model yang bisa diterapkan guru di masa pandemi Covid-19 salah
satunya ialah Blended Learning. Blended learning tidak terlepas dari pembelajaran
e-learning yang berperan sebagai payung atau landasan dalammelaksanakan
pembelajaran online atau sering kita dengar dengan istilah daring.
Pelaksanaan pembelajaran daring ini tidak terlepas dari bantuan teknologi
dan komunikasi. E-learning yang dipakai dalam rancangan sistem pembelajaran
blended diantaranya dapat diartikan sebagai suatu hal yang bersifat umum dan luas
yang membahas tentang penggunaan macam-macam teknologi elekronik guna
menyampaikan pembelajaran. Penggunaan teknologi elektronik untuk menciptakan
pengalaman belajar dipandang sebagai suatu rangkaian dalam pelaksanaannya.
Berkaitan dengan hal ini, rangkaian e-learning dalam tiga kategori yang terdiri dari
adjunct, mixed atau blended, dan fully online .
a Adjunct, pada kategori ini pembelajaran dilaksanakan dengan bertatap muka
dan dibantu oleh sistem penyampaian daring sebagai tambahan, misalnya, untuk
membantu pembelajaran dikelas, guru memberikan tugas kepada siswa/
mahasiswa untuk mencari informasi tertentu melalui internet, dengan
memanfaatkan berbagai teknologi seperti LCD proyektor dan lain sebagainya.
Dalam kategori ini, pembelajaran daring hanya dijadikan tambahan dalam
proses pembelajaran.
b Mixed/blended, pada kategori ini pembelajaran dilaksanakan menggunkan sistem
daring dan tatap muka sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan
satu kesatuan yang utuh.
c Fully daring, pada kategori yang terakhir, interaksi dalam pelaksanaan
pembelajaran dilaksanakan secara daring. Dalam kategori ini tidak ada tatap muka
sama sekali, misalnya bahan belajar yang ditautkan melalui hyperlink seperti
gambar dan teks.

21
Dari ketiga kategori tersebut, maka dapat diartikan bahwa pembelajaran blended
merupakan bagian dari e-learning yang dirancang, dikembangkan, dan dilaksanakan
dalam rangka menciptakan pengalaman belajar guna mencapai tujuan pembelajaran
sebagaimana yang telah ditentukan.

1. E-Learning
E-learning merupakan inovasi yang dapat dimanfaatkan dalam proses
pembelajaran, tidak hanya dalam penyampaian materi pembelajaran, tetapi juga
perubahan dalam kemampuan berbagai kompetensi peserta didik. Elearning adalah
suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke
siswa dengan menggunakan media internet atau media jaringan komputer lainnya
yang bisa diakses kapan pun dan di mana pun. ada masa pandemi Covid-19 ini e-
learning digunakan oleh semua tingkat pendidikan, baik TK, SD, SMP, SMA
maupun Perguruan Tinggi dengan harapan proses pembelajaran dapat berlangsung
dengan baik. E-learning memiliki dua tipe yaitu :

a) Synchronous
Synchronous berarti pada waktu yang sama, proses pembelajaran terjadi
pada saat yang sama antara pendidik dan peserta didik. Hal ini memungkinkan
interkasi langsung antara pendidik dan peserta didik secara online. Dalam
pelaksanaan, synchronoustraining mengharuskan pendidik dan peserta didik
mengakses internet secara bersamaan. Pendidik memberikan materi pembelajaran
dalam bentuk makalah atau slide prestasi dan peserta didik dapat mendengarkan
prestasi secara langsung melalui internet. Peserta didik juga dapat mengajukan
pertanyaan atau komentar secara langsung ataupun shat windows. Synchronous
merupakan gambaran dari kelas nyata, namun bersifat maya (virtual) dan semua
peserta didik terhubung melalui internet. Synchronous sering juga disebut sebagai
virtual classroom. Aplikasi yang bisa digunakan yaitu google classroom, aplikasi
zoom, aplikasi whatshapp.

22
b) Asynchronous
Asynchronous berarti tidak pada waktu bersamaan. Peserta didik dapat
mengambil waktu pembelajaran berbeda dengan pendidik memberikan materi.
Asynchronous popular dalam elearning karena peserta didik dapat mengakses
materi pembelajaran dimanapuun dan kapanpun. Peserta didik dapat pemaksanakan
pembelajaran dan menyelesaikannnya setiap saat sesuai rentang jadwal yang sudah
ditentukan. Pembelajaran dapat berbentuk bacaan,animsi, simulasi, permainan
edukatif, tes, quis dan pengumpulan tugas.Peserta didik dapat mengambil waktu
pembelajaran berbeda dengan pendidik memberikan materi seperti aplikasi Ruang
Guru, Zenius, Google Suite for Education, dan kelas pintar.

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pembaharuan (inovasi) diperlukan bukan saja dalam bidang teknologi, tetap
ijuga di segala bidang termasuk bidang pendidikan.pembaruan pendidikan
diterapkan didalam berbagai jenjang pendidikan juga dalam setiap komponen
system pendidikan. Sebagai pendidik, kita harus mengetahui dan dapat menerapkan
inovasi-inovasi agar dapat mengembangkan proses pembelajaran yang kondusif
sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal.
Kemajuan suatu lembaga pendidikan sangat berpengaruh pada outputnya
sehingga akan muncul pengakuan yang rill dari siswa, orang tua dan masyarakat.
Namun sekolah atau lembaga pendidikan tidak akan meraih suatu pengakuan rill
apabila warga sekolah tidak melakukan suatu inovasi di dalamnya dengan latar
belakang kekuatan, kelemahan tantangan dan hambatan yang ada. Kegiatan
pembelajaran daring dilaksanakan dengan sistem pembelajaran jarak jauh.
Kebijakan pembelajaran ini memungkinkan proses belajar mengajar tetap berjalan
meskipun guru dan siswa tidak bertemu secara langsung di sekolah. Guru tetap
dapat menyampaikan materi ajar, dan siswa tetap dapat menerima pelajaran tanpa
harus keluar rumah.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan agar Dosen pengampu
dan pembaca sekalian dapat menyampaikan kritik dan juga saran yang membangun
terhadap hasil penulisan penulisan makalah ini. Serta harapan kami melalui
makalah ini pesan yang ingin kami sampaikan kepada pembaca dapat tersampaikan
dengan baik.

24
DAFTAR PUSTAKA

Hamalik dan Oemar. (2002). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan


Kompetensi. Bandung: Bumi Aksara.
Hernowo. (2005). Quantum Reading. Bandung : MLC.
Johnson, E. (2008). Contextual Teaching and Learning terjemahan Ibnu Setiawan.
Bandung: MLC.
Musfiqon, M. dan Nurdyansyah, N. (2015). Pendekatan Pembelajaran Saintifik.
Sidoarjo: Nizamia Learning Center.
Muslich, M. (2009). Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta:
Bumi Aksara.
Ni, Komang Suni Astute. (2013). Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam
Pembelajaran Tingkat Sekolah Dasar Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal
lampuhyang. Vol 11 no 2. Hal 13-25.
Nurdyansyah, dan Eni Faryatul Fahyuni. (2016). Inovasi Model Pembelajaran
Sesuai Kurikulum 2013. Sidoarjo: Nazamia Learning Center.
Nurhadi. (2003). Pendeketan Kontekstual. Jakarta: Depdiknas.
Sa’ud, Udin Saefudin. (2010). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata dan Syaodih Nana. (2004). Kurikulum Dan Pembelajaran Berbasis
Kompetensi. Bandung: Yayasan Kesuma Karya.
Sulhan, Najib. (2008). Karakter Guru dalam Pembelajaran Kompetensi. Surabaya:
Garing Pena.
Sumiati dan Asra. (2001). Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar Siswa.
Yogyakarta: Deepublish.
Sumiati dan Asra. (2001). Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar Siswa.
Yogyakarta: Deepublish.
Syaefudin, S. U. (2010). Inovasi Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Syaodih. (2010). Prinsip dan Perkembangan Landasan Kurikulum. Bandung:
Wacana Prima.

25

Anda mungkin juga menyukai