DOSEN PENGAMPU:
Prof. Drs. Ahmad Suriansyah, M.PD., Ph.D / Drs. Asrani, M.Pd
Disusun Oleh :
Kelompok 7
Syarifah 1910125120041
Hairunnisa 1910125120056
Muhammad Rizaldi 1910125210089
Putri Aulia Firanti 1910125220036
Ainun Faridah 1910125220081
Nor Latifah 1910125220086
Kelas : 7A PGSD
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2022/2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Inovasi Pendidikan Dalam Peningkatan
Profesionalisme Pendidik” ini dengan baik. Tidak lupa pula kami ucapkan
terimakasih kepada Bapak Prof. Drs. Ahmad Suriansyah, M.PD., Ph.D dan Bapak
Drs. Asrani, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Inovasi dan
Pengembangan Program Sekolah yang sudah memberikan materi ini untuk kami
pelajari.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan kami menyadari dengan
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami menerima segala saran
dan kritik dari Bapak dan juga pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
terhadap pembaca. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan
meridhoi segala usaha kita. Aamiin.
Penyusun
Kelompok 7
ii
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................5
BAB IV ..............................................................................................................................15
PENUTUP ......................................................................................................................... 15
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 15
B. Saran ......................................................................................................................16
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya inovasi pendidikan merupakan upaya dalam
memperbaiki aspek-aspek pendidikan dalam praktiknya. Untuk lebih
jelasnya Inovasi pendidikan Inovasi pendidikan adalah suatu perubahan
yang baru, dan kualitatif berbeda dari hal (yang ada sebelumnya), serta
sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai
tujuan tertentu dalam pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud profesionalisme pendidik/guru?
1
2. Bagaimana indikator guru profesional?
3. Bagaimana upaya peningkatan profesionalisme guru?
4. Apa saja masalah yang dihadapi dalam upaya peningkatan
profesionalisme guru?
C. Tujuan
1. Mengetahui profesionalisme pendidik/guru.
2. Mengetahui indikator guru profesional.
3. Mengetahui upaya peningkatan profesionalisme guru.
4. Mengetahui masalah yang dihadapi dalam upaya peningkatan
profesionalisme guru.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
3
diamati sebagai hal baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat)
yang digunakan untukmencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan
masalah-masalah pendidikan.
4
BAB III
PEMBAHASAN
5
karakteristik pertama dapat ditafsirkan bahwa jika pekerjaan sebagai pendidik
guru dipandang sebagai pekerjaan profesional, maka paling tidak seorang
pendidik guru harus menguasai ilmu yang mendasari pekerjaannya sebagai
guru dan pendidik guru.
Ilmu yang harus dikuasai oleh guru dan para pendidik guru itu disebut
sebagai “the scientific basis of the art of teaching”, yang meliputi: (1)
pemahaman yang mendalam tentang karakteristik peserta didik, dalam hal ini
para calon guru dan guru yang mengambil studi lanjut, (2) penguasaan bidang
studi, baik dari sisi disiplin ilmu maupun sisi pedagogis, termasuk materi
dalam kurikulum pendidikan peserta didik, (3) pengelolaan pembelajaran
yang mendidik, yang mencakup perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran,
penilaian proses dan hasil belajar, di samping pemanfaatan hasil penilaian
untuk perbaikan, serta (4) pengembangan kemampuan profesional secara
berkelanjutan (Gage, dalam Joni, 2007). Inilah yang kemudian menjadi sosok
utuh kompetensi guru, yang di dalam UU No. 14/2005 tentang Guru dan
Dosen serta Permendiknas no.16/2007 tentang Standar Kualifikasi dan
Kompetensi Guru dipilah menjadi kompetensi pedagogik, kompetensi
keperibadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
6
wajah profesi guru/pendidik guru, sebagaimana yang disiratkan oleh Darling-
Hammond dan Goodwin (1993). Namun, kondisi yang serupa tidak hanya
terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain yang masih mempunyai
masalah dengan kualitas sumber daya manusia. Untuk mengatasi hal ini,
sebelum bertugas sebagai dosen, para pendidik guru ini mendapatkan bekal
kependidikan/keguruan, dan kemudian diikuti dengan mengambil studi lanjut,
baik yang mengarah kepada pencapaian gelar maupun yang berupa sertifikat.
Selanjutnya, standar yang etis dan memadai dalam praktek tercermin dalam
kode etik guru dan dosen, terutama yang berkaitan dengan layanan bagi
peserta didik.
7
canggih. Selain itu, guru yang profesional dan kompeten juga harus mampu
menerapkan model dan metode pembelajaran berdasarkan tuntutan waktu dan
kebutuhan peserta didik. Penerapan pola ini akan menciptakan suasana
menyenangkan dalam belajar, enjoy dalam mengajar, yang pada akhirnya
akan menghasilkan proses KBM yang berkualitas termasuk peserta didik
yang berprestasi.
Guru adalah orang yang layak digugukan dan ditiru. Guru adalah
orang yang pekerjaannya mengajar. Pendapat lain menyatakan bahwa guru
pada hakikatnya merupakan tenaga kependidikan yang memikul berat
tanggung jawab kemanusiaan, khususnya berkaitan dengan proses pendidikan
generasi penerus bangsa menuju gerbang pencerhan dalam melepaskan diri
dari belenggu kebodohan.
Betapa berat tugas dan kewajiban yang harus diemban oleh guru
tersebut sehingga menuntut professionalitas dalam proses pembelajaran.
Sejalan dengan pendapat Syafaruddin Nurdin (2000: h.7) menyebutkan guru
adalah seorang tenaga profesioanal yang dapat menjadikan murid-murdnya
mampu merencanakan, menganalisis dan menyimpulkan masalah yang
dihadapi. Dari beberapa uraian tersebut tergambar bahwa menjadi seorang
guru tidaklah mudah. Apalagi menjadi guru teladan dan profesional di
sekolah/madrasah. Pada umumnya, untuk menjadi guru teladan terutama di
sekolah/madrasah itu gampang-gampang susah. Sebagi contoh, ada
8
kecenderungan yang menarik di dunia persekolahan kita, guru yang
dieluelukan, dipuji dan diberi gelar sebagai guru yang baik adalah guru yang
murah dalam memberi nilai dan gaul dalam arti mau terlibat langsung dengan
aktifitas murid, serta menuruti semua keinginan siswa.
9
a. Meningkatkan kualifikasi formal guru sehingga sesuai dengan
peraturan. kepegawaian yang diberlakukan secara nasional maupun
yayasan yang menaunginya, sebagaimanal ditegaskan dalam Pasal 1
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru;
b. Meningkatkan kemampuan profesional para guru dalam rangka
meningkatkan kualitas penyelenggaraan. pendidikan di sekolah; dan
c. Menumbuhkembangkan motivasi para pegawai sekolah dalam
rangka meningkatkan kinerjanya.
3. Peningkatan profesionalisme guru melalui in-service training. Inservice
Training dalam bentuk pelatihan, atau pendidikan dan pelatihan (diklat),
workshop dan semacamnya perlu mendapat perhatian. Kegiatan
semacam ini terlalu mendapat sorotan karena sering kali dinilai tidak dan
kurang tepat. sasaran dan bahkan terkesan kegiatannya tidak tuntas.
Evaluasi dan monitoring sering kali tidak dapat dilakukan. Jadi begitu
selesai kegiatan tidak. ada tindak lanjut. Seakan-akan semua terserah
kepada peserta, mau apa setelah mengikuti pelatihan.
4. Peningkatan profesionalisme guru melalui pengawasan atau supervisi
pendidikan. Pengawasan dan supervisi di sekolah dapat berfungsi untuk
pengembangan, motivasi dan kontrol apabila dilaksanakan dengan
memegang prinsip-prinsip pengawasan dan supervisi pendidikan.
Melalui supervisi dapat diciptakan hubungan kemanusiaan. yang
harmonis dan terbuka antar guru dengan pengawas. Melalui cara ini guru
bisa dimotivasi. untuk selalu meningkatkan kinerja dalam proses
pembelajarannya.
10
pelatihan singkat maupun berkesinambungan dengan memberdayakan
berbagai elemen seperti Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru
Mata Pelajaran (MGMP), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S),
Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), Lembaga Penjamin Mutu
Pendidikan (LPMP), Perguruan Tinggi (PT/LPTK).
11
kompetensinya, kurangnya sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah,
kendala tersebut diperkuat dengan teori yang dikemukakan oleh Wiyani
(2015: 114) bahwa ada beberapa alasan yang membuat guru tidak
mendayagunakan media pembelajaran, salah satunya yaitu sekolah tidak
menyediakan sarana pembelajaran dan media pembelajaran membuat guru
mengalami kerepotan.
Selain itu kendala yang lain meliputi kurangnya tuntutang guru untuk
meneliti dikelas sendiri hal tersebut terbukti bahwa mayoritas guru belum
pernah mengadakan penelitian tindakan kelas. Guru tidak menyusun
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang disebabkan karena kendala datang
dari faktor interen yang ada dalam diri guru berkaitan dengan kurangnya
motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri. Kendala tersebut sesuai
dengan teori yang disampaikan Mohammad Saroni (2012: 24-25) bahwa
mereka sebenarnya mempunyai kompetensi menulis.
Kemudian adapun permasalahan pokok berkaitan dengan kompetensi
dan profesionalisme guru di Indonesia meliputi :
12
pengetahuan lewat membaca buku, jurnal ilmiah, surat kabar dan internet,
hingga mengirim guru untuk mengikuti berbagai pelatihan. Hal ini sesuai
dengan yang dijelaskan Mujtahid (2011: 86) bahwa cara yang ditempuh guru
untuk mengembangkan metode yaitu mengikuti kegiatan pelatihan-pelatihan
yang sifatnya insidental, membaca buku-buku tentang metode pembelajaran
yang relevan, dengan cara berdiskusi dan saling tukar menukar ide,
pengalaman terhadap sesama teman guru di sekolah. Selain itu memperbaiki
dan menambah sarana prasarana yang ada di sekolah, hal tersebut didukung
dengan teori yang dikemukakan Hasanah (2012: 53) mengemukakan bahwa
usaha yang dilakukan sekolah dalam peningkatan kompetensi guru salah
satunya adalah melengkapi sarana prasarana, termasuk teknologi informasi.
Jadi tidak hanya guru-guru saja yang berupaya untuk meningkatkan
kompetensinya, tetapi pihak sekolahpun juga sangat berpengaruh dalam
peningkatan kompetensi para guru-gurunya.
Adapun solusi terhadap berbagai persoalan itu dapat dilakukan melalui :
Meningkatkan peran KKG dan MGMP sebagai wadah bagi guru untuk
dapat berbagi ilmu dan keterampilan;
13
PTK, serta mengadakan lomba menulis karya ilmiah bagi guru secara
periodik.
14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemampuan profesional sebagai guru dan pendidik guru mencakup
penguasaan sosok utuh kompetensi guru dan kemampuan melaksanakan
tugas yang mengutamakan kemaslahatan dan kepuasaan peserta didik.
Dengan demikian, tolok ukur utama keberhasilan bagi guru profesional
adalah kualitas proses dan hasil belajar para siswa yang menjadi tanggung
jawabnya. Salah satu indikator guru profesional adalah guru yang mampu
beradaptasi dengan perkembangan keilmuan yang hari demi hari semakin
canggih. Selain itu, guru yang profesional dan kompeten juga harus mampu
menerapkan model dan metode pembelajaran berdasarkan tuntutan waktu dan
kebutuhan peserta didik. Beberapa upaya mengembangkan profesionalisme
guru dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu peningkatan profesionalisme
guru dimulai dari lembaga pencetak calon guru yaitu LPTK; Peningkatan
profesionalisme guru melalui program tugas belajar/penyetaraan;
Peningkatan profesionalisme guru melalui in-service training; Peningkatan
profesionalisme guru melalui pengawasan atau supervisi pendidikan.
15
B. Saran
Dari makalah yang kami susun, mungkin terdapat kekurangan dan
kesalahan baik dari penulisan maupun kalimatnya. Maka, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca agar dapat memberikan
motivasi atau nasehat guna memperbaiki makalah ini.
16
DAFTAR PUSTAKA
Cholid, N. (2021). Menjadi Guru Profesional. Semarang: CV. Presisi Cipta Media.
Desilawati & Amrizal. 2014. Guru Profesional Di Era Global. Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat. Vol. 20. No. 77. Hal. 2.
17