Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

INOVASI PENDIDIKAN DALAM PENINGKATKAN


PROFESIONALISME PENDIDIK
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
INOVASI DAN PENGEMBANGAN PROGRAM SEKOLAH

DOSEN PENGAMPU:
Prof. Drs. Ahmad Suriansyah, M.PD., Ph.D / Drs. Asrani, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 7
Syarifah 1910125120041
Hairunnisa 1910125120056
Muhammad Rizaldi 1910125210089
Putri Aulia Firanti 1910125220036
Ainun Faridah 1910125220081
Nor Latifah 1910125220086

Kelas : 7A PGSD
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Inovasi Pendidikan Dalam Peningkatan
Profesionalisme Pendidik” ini dengan baik. Tidak lupa pula kami ucapkan
terimakasih kepada Bapak Prof. Drs. Ahmad Suriansyah, M.PD., Ph.D dan Bapak
Drs. Asrani, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Inovasi dan
Pengembangan Program Sekolah yang sudah memberikan materi ini untuk kami
pelajari.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan kami menyadari dengan
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami menerima segala saran
dan kritik dari Bapak dan juga pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
terhadap pembaca. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan
meridhoi segala usaha kita. Aamiin.

Banjarmasin, 09 September 2022

Penyusun
Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................................iii

BAB I ...................................................................................................................................1

PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1

C. Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB II ................................................................................................................................. 3

KAJIAN TEORI .................................................................................................................. 3

BAB III ................................................................................................................................ 5

PEMBAHASAN ..................................................................................................................5

A. Pengertian Professionalisme Pendidik/Guru .......................................................... 5

B. Indikator Guru Profesional ......................................................................................7

C. Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru ............................................................. 9

D. Masalah yang dihadapi dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru .......... 11

BAB IV ..............................................................................................................................15

PENUTUP ......................................................................................................................... 15

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 15

B. Saran ......................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................17

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya inovasi pendidikan merupakan upaya dalam
memperbaiki aspek-aspek pendidikan dalam praktiknya. Untuk lebih
jelasnya Inovasi pendidikan Inovasi pendidikan adalah suatu perubahan
yang baru, dan kualitatif berbeda dari hal (yang ada sebelumnya), serta
sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai
tujuan tertentu dalam pendidikan.

Dalam konteks ini dapat dipahami bahwa inovasi pendidikan adalah


suatu perubahan yang baru dan kualitatif berbeda dari keadaan yang ada
sebelumnya dengan sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan
guna mencapai tujuan tertentu secara maksimal dalam pendidikan. Tegasnya
inovasi pendidikan adalah inovasi (pembaruan) dalambidang pendidikan
atau inovasi yang dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan,
inovasi pendidikan merupakan suatu ide, barang, metode yang dirasakan atau
diamati sebagai hal baru bagi seseorang atau kelompok orang
(masyarakat) baik berupa hasil invensi (yangbaru) atau discovery
(mengubah yg lama) yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan
atau memecahkan masalah-masalah pendidikan.

Tujuan dari inovasi itu sendiri adalah efisiensi dan efektivitas


mengenai sasaran jumlah anak didik sebanyak-banyaknya dengan
hasilpendidikan yang sebesar-besarnya (menurut kriteria kebutuhananak
didik, masyarakat dan pembangunan), dengan menggunakan
sumberdaya tenaga, uang, alat dan waktu dalam jumlah yang sekecil-
kecilnya. Oleh karena itu inovasi pendidikan memiliki peran penting dalam
peningkatan profesionalisme pendidik yang akan di bahas dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud profesionalisme pendidik/guru?

1
2. Bagaimana indikator guru profesional?
3. Bagaimana upaya peningkatan profesionalisme guru?
4. Apa saja masalah yang dihadapi dalam upaya peningkatan
profesionalisme guru?
C. Tujuan
1. Mengetahui profesionalisme pendidik/guru.
2. Mengetahui indikator guru profesional.
3. Mengetahui upaya peningkatan profesionalisme guru.
4. Mengetahui masalah yang dihadapi dalam upaya peningkatan
profesionalisme guru.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

Pada hakikatnya, pendidikan dilakukan untuk memperbaiki


kehidupan seseorang atau sekelompok orang agar menjadi lebih baik dari
sebelumnya. Pendidikan adalah suatu yang universal yang berlangsung terus
tak terputus dari generasi ke generasi di manapun di dunia ini. Upaya
memanusiakan manusia itudi selenggarakan sesuai dengan dengan pandangan
hidup dan dalam latar sosial-kebudayaan setiapa masyarakat tertentu. Oleh
karena itu, meskipun pendidikan ituuniversal, namun terjadi perbadaan-
perbedaan tertentu sesuai dengan pandangan hidup dan latar sosiokutural
tersebut. Dengan kata lain, pendidikan di selenggarakan berdasarkan filsafat
hidup serta berlandasan sosiokultural setiap masyarakat, termasuk di
Indonesia. Melalui pendidikan, manusia dapat mengetahui nilai kebenaran,
menentukan cara berpikir, menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan
pada sebuah kesatuan sosial, dan sekaligus mengembangkan fitrahnya; baik
fitrah fisik maupun psikis secara optimal. Ia juga dapat mempertajam fitrah
akal dan mengontrol nafsunya.

Inovasi dimaknai sebagai suatu ide, gagasan, praktik atau


obyek/benda yang disadari dan diterima sebagai hal yang baru oleh seseorang
atau kelompok untuk diadopsi. Inovasi pada hakikatnya merupakan hasil
sebuah pemikiran cemerlang yang bercirikan pada hal yang baru, dapat
berupa praktik-praktik tertentu ataupun berupa produk dari suatu hasil olah
pikir dan olah teknologi yang diterapkan melalui tahapan tertentu. Hal
tersebut dimaksudkan untuk memecahkan persoalan yang timbul dan
memperbaiki suatu keadaan tertentu ataupun proses tertentu yang terjadi
dimasyarakat.

Dengan demikian yang dimaksud dengan inovasi pendidikan adalah


pembaharuan dalam pendidikan untuk memecahkan masalah-masalah
pendidikan. Inovasi ini dapat berupa ide, barang, metode yang dirasakan atau

3
diamati sebagai hal baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat)
yang digunakan untukmencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan
masalah-masalah pendidikan.

4
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Professionalisme Pendidik/Guru


Apa yang dimaksud dengan kemampuan profesional dan
pengembangan kemampuan profesional atau profesionalisme? Untuk
menjawab pertanyaan ini, kajian tentang istilah profesi, profesional, dan
profesionalisme harus dilakukan terlebih dahulu. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia atau disingkat KBBI (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa ,1997), profesi diartikan sebagai bidang pekerjaan
yang dilandasi pendidikan keahlian tertentu, sedangkan istilah profesional
yang merupakan kata sifat dimaknai sebagai sesuatu yang bersangkutan
dengan profesi. Dengan demikian, pekerjaan profesional adalah pekerjaan
yang memerlukan kepandaian khusus untuk melakukannya dan
mengharuskan adanya pembayaran bagi pelakunya (lawan dari amatir).

Selanjutnya, profesionalisme yang merupakan kata benda, dimaknai


sebagai mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri satu profesi
atau orang yang profesional. Tidak jauh berbeda dengan KBBI, Oxford
Advanced Learner’s Dictionary (Wehmeier, 2005), mendefinisikan
profesionalisme sebagai suatu standar tinggi yang kita harapkan dari
seseorang yang terlatih dengan baik dalam pekerjaan tertentu, atau “great
skill and ability” (hal: 1205). Sejalan dengan pengertian di atas, menurut
Darling-Hammond dan Goodwin (1993), setiap pekerjaan professional
mempunyai persamaan karakteristik, yang membedakannya dari pekerjaan
non-profesional. Karakteristik tersebut adalah: (1) pekerjaan dilandasi/
dilaksanakan berdasarkan ilmu terkait yang disebut sebagai “codified body of
knowledge” (Darling- Hammond & Goodwin, 1993: 25), (2) ada mekanisme
terstruktur untuk mengatur perekrutan, pendidikan, dan penetapan standar
praktek yang etis dan tepat, serta (3) tanggung jawab utama adalah
kemaslahatan/ kepuasan klien. Berdasarkan ketiga karakteristik di atas, dari

5
karakteristik pertama dapat ditafsirkan bahwa jika pekerjaan sebagai pendidik
guru dipandang sebagai pekerjaan profesional, maka paling tidak seorang
pendidik guru harus menguasai ilmu yang mendasari pekerjaannya sebagai
guru dan pendidik guru.

Ilmu yang harus dikuasai oleh guru dan para pendidik guru itu disebut
sebagai “the scientific basis of the art of teaching”, yang meliputi: (1)
pemahaman yang mendalam tentang karakteristik peserta didik, dalam hal ini
para calon guru dan guru yang mengambil studi lanjut, (2) penguasaan bidang
studi, baik dari sisi disiplin ilmu maupun sisi pedagogis, termasuk materi
dalam kurikulum pendidikan peserta didik, (3) pengelolaan pembelajaran
yang mendidik, yang mencakup perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran,
penilaian proses dan hasil belajar, di samping pemanfaatan hasil penilaian
untuk perbaikan, serta (4) pengembangan kemampuan profesional secara
berkelanjutan (Gage, dalam Joni, 2007). Inilah yang kemudian menjadi sosok
utuh kompetensi guru, yang di dalam UU No. 14/2005 tentang Guru dan
Dosen serta Permendiknas no.16/2007 tentang Standar Kualifikasi dan
Kompetensi Guru dipilah menjadi kompetensi pedagogik, kompetensi
keperibadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

Karakteristik kedua menyiratkan adanya mekanisme yang terstruktur


dalam mengelola pendidikan guru dan profesi guru, serta adanya standar
yang etis dan memadai bagi praktek pelayanan kepada peserta didik. Ini
berarti, tidak sembarang orang dapat menjadi guru, lebih-lebih lagi menjadi
pendidik guru. Dengan perkataan lain, mereka yang diterima di lembaga
pendidikan guru atau yang memasuki pekerjaan sebagai guru, lebih-lebih lagi
sebagai pendidik guru, haruslah memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam rekrutmen, termasuk sistem pendidikannya. Namun kenyataan
menunjukkan, tidak semua pendidik guru mempunyai latar belakang
kependidikan/keguruan ketika mulai bertugas di LPG sebagai pendidik guru.
Hal ini terjadi karena masih terbatasnya calon dosen yang mempunyai latar
belakang kependidikan/keguruan. Kondisi seperti ini pasti membuat muram

6
wajah profesi guru/pendidik guru, sebagaimana yang disiratkan oleh Darling-
Hammond dan Goodwin (1993). Namun, kondisi yang serupa tidak hanya
terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain yang masih mempunyai
masalah dengan kualitas sumber daya manusia. Untuk mengatasi hal ini,
sebelum bertugas sebagai dosen, para pendidik guru ini mendapatkan bekal
kependidikan/keguruan, dan kemudian diikuti dengan mengambil studi lanjut,
baik yang mengarah kepada pencapaian gelar maupun yang berupa sertifikat.
Selanjutnya, standar yang etis dan memadai dalam praktek tercermin dalam
kode etik guru dan dosen, terutama yang berkaitan dengan layanan bagi
peserta didik.

Karakteristik ketiga, yaitu tanggung jawab utama guru dan pendidik


guru adalah peserta didik, berimplikasi bahwa guru dan pendidik guru harus
selalu peduli pada kepentingan peserta didiknya, sehingga mereka harus
melakukan diagnosis sebelum melakukan tindakan untuk memenuhi
kebutuhan peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya (siswa bagi guru
dan calon guru atau guru bagi pendidik guru). Dengan demikian, jika guru
dan pendidik guru benar-benar professional, kualitas layanan yang diberikan
akan mampu mengembangkan potensi peserta didik karena memang program
layanan ini dikembangkan berdasarkan hasil analisis kebutuhan peserta didik.
Layanan atau program pembelajaran yang dikelola guru dan pendidik guru
akan memenuhi kebutuhan peserta didik, sehingga menimbulkan rasa puas.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan profesional


sebagai guru dan pendidik guru mencakup penguasaan sosok utuh
kompetensi guru dan kemampuan melaksanakan tugas yang mengutamakan
kemaslahatan dan kepuasaan peserta didik. Dengan demikian, tolok ukur
utama keberhasilan bagi guru profesional adalah kualitas proses dan hasil
belajar para siswa yang menjadi tanggung jawabnya.

B. Indikator Guru Profesional


Salah satu indikator guru profesional adalah guru yang mampu
beradaptasi dengan perkembangan keilmuan yang hari demi hari semakin

7
canggih. Selain itu, guru yang profesional dan kompeten juga harus mampu
menerapkan model dan metode pembelajaran berdasarkan tuntutan waktu dan
kebutuhan peserta didik. Penerapan pola ini akan menciptakan suasana
menyenangkan dalam belajar, enjoy dalam mengajar, yang pada akhirnya
akan menghasilkan proses KBM yang berkualitas termasuk peserta didik
yang berprestasi.

Mengubah pola pikir, mengubah model dan strategi mengajar,


mengubah media dan bahan ajar, bahkan guru harus mampu mendesain
media belajar sendiri. Dengan perubahan tersebut diharapkan: Siswa belajar
lebih menyenangkan, materi ajar lebih cepat tercerna karena menggunakan
media dan bahan ajar yang cocok, guru pun akan lebih cepat menuntaskan
segala tugas yang dituntut dalam profesinya. Jika demikian halnya, seperti
apakah sebenarnya sosok guru ideal? Menurut pandangan tradisional guru
adalah seorang yang berdiri didepan kelas untuk menyampaikan ilmu
pengetahuan.

Guru adalah orang yang layak digugukan dan ditiru. Guru adalah
orang yang pekerjaannya mengajar. Pendapat lain menyatakan bahwa guru
pada hakikatnya merupakan tenaga kependidikan yang memikul berat
tanggung jawab kemanusiaan, khususnya berkaitan dengan proses pendidikan
generasi penerus bangsa menuju gerbang pencerhan dalam melepaskan diri
dari belenggu kebodohan.

Betapa berat tugas dan kewajiban yang harus diemban oleh guru
tersebut sehingga menuntut professionalitas dalam proses pembelajaran.
Sejalan dengan pendapat Syafaruddin Nurdin (2000: h.7) menyebutkan guru
adalah seorang tenaga profesioanal yang dapat menjadikan murid-murdnya
mampu merencanakan, menganalisis dan menyimpulkan masalah yang
dihadapi. Dari beberapa uraian tersebut tergambar bahwa menjadi seorang
guru tidaklah mudah. Apalagi menjadi guru teladan dan profesional di
sekolah/madrasah. Pada umumnya, untuk menjadi guru teladan terutama di
sekolah/madrasah itu gampang-gampang susah. Sebagi contoh, ada

8
kecenderungan yang menarik di dunia persekolahan kita, guru yang
dieluelukan, dipuji dan diberi gelar sebagai guru yang baik adalah guru yang
murah dalam memberi nilai dan gaul dalam arti mau terlibat langsung dengan
aktifitas murid, serta menuruti semua keinginan siswa.

C. Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru


Beberapa upaya mengembangkan profesionalisme guru dapat
dilakukan dengan empat cara, sebagaimana tersaji dalam uraian berikut ini.
(Sukamto, 2009 dalam
1. Peningkatan profesionalisme guru dimulai dari lembaga pencetak calon
guru yaitu LPTK. Hal ini mengisyaratkan bahwa LPTK sebagai pencetak
calon guru perlu membekali lulusannya dengan perkembangan
pengetahuan terbaru dan keterampilan sesuai dengan perkembangan
jaman dan sesuai dengan kebutuhan lapangan. Sementara. ini masih
terkesan LPTK terlambat dalam mengantisipasi hal tersebut. Apalagi
saat ini telah terjadi pergeseran drastis paradigma pendidikan, karena
terjadinya aliran informasi dan pengetahuan yang begitu cepat karena
efisiensi teknologi informasi internet yang memungkinkan tembusnya.
batas-batas dimensi ruang, birokrasi, kemapanan dan waktu. Sumber
ilmu pengetahuan tidak lagi terpusat pada lembaga pendidikan formal.
Sumber ilmu pengetahuan akan tersebar di mana-mana dan setiap orang
akan dengan mudah memperoleh pengetahuan tanpa kesulitan.
Paradigma ini dikenal distributed intelligence (distributed knowledge).
Fungsi guru/dosen/lembaga pendidikan akhirnya beralih dari sebuah
sumber ilmu. pengetahuan menjadi mediator dari ilmu pengetahuan.
2. Peningkatan profesionalisme guru melalui program tugas
belajar/penyetaraan. Salah satu cara untuk meningkatkan
profesionalisme guru adalah melalui standar minimal ijasah yang harus
dimiliki yaitu setingkat S-1. Setidaknya ada tiga hal yang dapat dicapai
dengan pemberian tugas kepada guru baik itu tugas belajar untuk
program penyetaraan maupun tugas belajar secara reguler, yaitu:

9
a. Meningkatkan kualifikasi formal guru sehingga sesuai dengan
peraturan. kepegawaian yang diberlakukan secara nasional maupun
yayasan yang menaunginya, sebagaimanal ditegaskan dalam Pasal 1
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru;
b. Meningkatkan kemampuan profesional para guru dalam rangka
meningkatkan kualitas penyelenggaraan. pendidikan di sekolah; dan
c. Menumbuhkembangkan motivasi para pegawai sekolah dalam
rangka meningkatkan kinerjanya.
3. Peningkatan profesionalisme guru melalui in-service training. Inservice
Training dalam bentuk pelatihan, atau pendidikan dan pelatihan (diklat),
workshop dan semacamnya perlu mendapat perhatian. Kegiatan
semacam ini terlalu mendapat sorotan karena sering kali dinilai tidak dan
kurang tepat. sasaran dan bahkan terkesan kegiatannya tidak tuntas.
Evaluasi dan monitoring sering kali tidak dapat dilakukan. Jadi begitu
selesai kegiatan tidak. ada tindak lanjut. Seakan-akan semua terserah
kepada peserta, mau apa setelah mengikuti pelatihan.
4. Peningkatan profesionalisme guru melalui pengawasan atau supervisi
pendidikan. Pengawasan dan supervisi di sekolah dapat berfungsi untuk
pengembangan, motivasi dan kontrol apabila dilaksanakan dengan
memegang prinsip-prinsip pengawasan dan supervisi pendidikan.
Melalui supervisi dapat diciptakan hubungan kemanusiaan. yang
harmonis dan terbuka antar guru dengan pengawas. Melalui cara ini guru
bisa dimotivasi. untuk selalu meningkatkan kinerja dalam proses
pembelajarannya.

Baedhowi (2009:7-15), merumuskan beberapa upaya peningkatan


profesionalisme guru yang meliputi: sertifikasi guru, teacher continuing
professional development (TCPD), asosiasi profesi, dan upaya lainnya.
(beasiswa, penghargaan, peningkatan kesejahteraan). Teacher Continuing
Professional Development (TCPD) merupakan salah satu upaya peningkatan
mutu dan. profesionalisme yang dilakukan melalui pendidikan, pelatihan-

10
pelatihan singkat maupun berkesinambungan dengan memberdayakan
berbagai elemen seperti Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru
Mata Pelajaran (MGMP), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S),
Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), Lembaga Penjamin Mutu
Pendidikan (LPMP), Perguruan Tinggi (PT/LPTK).

Tujuan pembinaan dan pengembangan profesi guru adalah untuk


meningkatkan kinerja dan dilakukan secara terus menerus sehingga mampu
menciptakan kinerja sesuai dengan persyaratan yang diinginkan. Di samping
itu, pembinaan harus sesuai arah dan tugas/fungsi yang bersangkutan dalam
sekolah. Semakin sering profesi guru dikembangkan melalui berbagai
kegiatan maka semakin mendekatkan guru pada pencapaian predikat guru
yang profesional dalam menjalankan tugasnya sehingga harapan kinerja guru
yang lebih baik akan tercapai.

D. Masalah yang dihadapi dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru


Pada Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
(pasal 1, butir 1), menyebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Walaupun guru sudah dianggap sebagai profesi dan bukan pekerjaan
sambilan, tanggung jawab untuk mencerdaskan anak bangsa melalui
pendidikan karakter menjadi tantangan tersendiri bagi guru. Memang tidak
mudah. Aral atau rintangan di depan mata seolah menggiurkan hasrat untuk
bersenang-senang. Sebab, dengan menjadi suatu profesi, guru sekarang lebih
mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Materi, penghasilan yang
menjanjikan adalah tantangan kehidupan dikemudian hari. Setiap guru pasti
mengalami beberapa kendala dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Adapun
berbagai kendala yang menjadikan permasalahan guru dalam peningkatan
kompetensinya meliputi keterbatasan waktu, tenaga dan biaya yang dimiliki
guru, kurangnya minat dan pengetahuan yang dimiliki guru mengenai

11
kompetensinya, kurangnya sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah,
kendala tersebut diperkuat dengan teori yang dikemukakan oleh Wiyani
(2015: 114) bahwa ada beberapa alasan yang membuat guru tidak
mendayagunakan media pembelajaran, salah satunya yaitu sekolah tidak
menyediakan sarana pembelajaran dan media pembelajaran membuat guru
mengalami kerepotan.
Selain itu kendala yang lain meliputi kurangnya tuntutang guru untuk
meneliti dikelas sendiri hal tersebut terbukti bahwa mayoritas guru belum
pernah mengadakan penelitian tindakan kelas. Guru tidak menyusun
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang disebabkan karena kendala datang
dari faktor interen yang ada dalam diri guru berkaitan dengan kurangnya
motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri. Kendala tersebut sesuai
dengan teori yang disampaikan Mohammad Saroni (2012: 24-25) bahwa
mereka sebenarnya mempunyai kompetensi menulis.
Kemudian adapun permasalahan pokok berkaitan dengan kompetensi
dan profesionalisme guru di Indonesia meliputi :

a) Rendahnya kompetensi guru;

b)Rendahnya motivasi berusaha untuk mengembangkan mutu diri guru;


Persebaran guru yang tidak merata;

c) Rendahnya kesadaran dan semangat untuk berbagi pengetahuan dan


pengalaman;

d)Mutasi dan penempatan guru yang dikaitkan dengan masalah politik;

e) Rendahnya kemampuan guru untuk menulis dan melaksanakan PTK; dan g)


banyaknya guru yang bermental cari gampang.

Kemudian adapun upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan


kompetensi guru. Setelah diuraikan mengenai bentuk problematika beserta
kendalanya, guru dan pihak sekolah menyiapkan upaya agar kompetensi guru
tetap meningkat secara terus menerus, upaya tersebut diantaranya
memanfaatkan waktu, tenaga dan biaya sebaik mungkin, menambah

12
pengetahuan lewat membaca buku, jurnal ilmiah, surat kabar dan internet,
hingga mengirim guru untuk mengikuti berbagai pelatihan. Hal ini sesuai
dengan yang dijelaskan Mujtahid (2011: 86) bahwa cara yang ditempuh guru
untuk mengembangkan metode yaitu mengikuti kegiatan pelatihan-pelatihan
yang sifatnya insidental, membaca buku-buku tentang metode pembelajaran
yang relevan, dengan cara berdiskusi dan saling tukar menukar ide,
pengalaman terhadap sesama teman guru di sekolah. Selain itu memperbaiki
dan menambah sarana prasarana yang ada di sekolah, hal tersebut didukung
dengan teori yang dikemukakan Hasanah (2012: 53) mengemukakan bahwa
usaha yang dilakukan sekolah dalam peningkatan kompetensi guru salah
satunya adalah melengkapi sarana prasarana, termasuk teknologi informasi.
Jadi tidak hanya guru-guru saja yang berupaya untuk meningkatkan
kompetensinya, tetapi pihak sekolahpun juga sangat berpengaruh dalam
peningkatan kompetensi para guru-gurunya.
Adapun solusi terhadap berbagai persoalan itu dapat dilakukan melalui :

 Meningkatkan peran MGMP dan KKG serta mendorong guru untuk


terlibat secara aktif dalam berbagai kegiatan MGMP dan KKG atau
kegiatan pelatihan lainnya;

 Mendorong organisasi profesi guru untuk memperhatikan dan


memperjuangkan nasib guru, termasuk dalam hal mutasi dan persebaran
guru;

 Meningkatkan peran KKG dan MGMP sebagai wadah bagi guru untuk
dapat berbagi ilmu dan keterampilan;

 Membuat jurnal guru;

 Menyediakan perpustakaan guru; dan

 Pemerintah memfasilitasi dan menyediakan dana penelitian atau insentif


bagi guru yang kreatif dan aktif menulis karya ilmiah atau melakukan

13
PTK, serta mengadakan lomba menulis karya ilmiah bagi guru secara
periodik.

14
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kemampuan profesional sebagai guru dan pendidik guru mencakup
penguasaan sosok utuh kompetensi guru dan kemampuan melaksanakan
tugas yang mengutamakan kemaslahatan dan kepuasaan peserta didik.
Dengan demikian, tolok ukur utama keberhasilan bagi guru profesional
adalah kualitas proses dan hasil belajar para siswa yang menjadi tanggung
jawabnya. Salah satu indikator guru profesional adalah guru yang mampu
beradaptasi dengan perkembangan keilmuan yang hari demi hari semakin
canggih. Selain itu, guru yang profesional dan kompeten juga harus mampu
menerapkan model dan metode pembelajaran berdasarkan tuntutan waktu dan
kebutuhan peserta didik. Beberapa upaya mengembangkan profesionalisme
guru dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu peningkatan profesionalisme
guru dimulai dari lembaga pencetak calon guru yaitu LPTK; Peningkatan
profesionalisme guru melalui program tugas belajar/penyetaraan;
Peningkatan profesionalisme guru melalui in-service training; Peningkatan
profesionalisme guru melalui pengawasan atau supervisi pendidikan.

Kemudian adapun permasalahan pokok berkaitan dengan kompetensi


dan profesionalisme guru di Indonesia meliputi : Rendahnya kompetensi guru;
Rendahnya motivasi berusaha untuk mengembangkan mutu diri guru;
Persebaran guru yang tidak merata; Rendahnya kesadaran dan semangat
untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman; Mutasi dan penempatan guru
yang dikaitkan dengan masalah politik; Rendahnya kemampuan guru untuk
menulis dan melaksanakan PTK; dan banyaknya guru yang bermental cari
gampang.

15
B. Saran
Dari makalah yang kami susun, mungkin terdapat kekurangan dan
kesalahan baik dari penulisan maupun kalimatnya. Maka, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca agar dapat memberikan
motivasi atau nasehat guna memperbaiki makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Adman, Rizkiana Nurutami. 2016. Kompetensi Profesional Guru Sebagai


Determinan Terhadap Minat Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Manajemen
Perkantoran FEB UPI, Volume 1, nomor 1, Agustus 2016.

Cholid, N. (2021). Menjadi Guru Profesional. Semarang: CV. Presisi Cipta Media.

Desilawati & Amrizal. 2014. Guru Profesional Di Era Global. Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat. Vol. 20. No. 77. Hal. 2.

Kadi, T & Awwaliyah, R. 2017. INOVASI PENDIDIKAN : UPAYA


PENYELESAIAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI INDONESIA.
Jurnal Islam Nusantara. Vol. 01 No. 02 hlm 144-155

Wardani. 2012. Mengembangkan Profesionalisme Pendidik Guru. Jurnal


Pendidikan, Volume 13, Nomor 1, Maret 2012, 32-44

17

Anda mungkin juga menyukai