Anda di halaman 1dari 18

COVER

MAKALAH
“KONSEP PEMBELAJARAN IPS SD SERTA MENGANALISIS
TUJUAN DAN PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN IPS SD”
MATA KULIAH KAPITA SELEKTA PEMBELAJARAN

DOSEN PENGAMPU : Ari Hidayat, M.Pd.

DISUSUN OLEH
KELAS 7D
KELOMPOK 4

Dyah Ken Prameswari : (1910125220114)


Muhammad Ali Fikri : (1910125310081)
Meta Noorahmah : (1910125320029)
Nor Rahma Diani : (1910125120024)
Novia Wahdah : (1910125120039)
Selvia Rahmawati : (1910125220094)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah
mata kuliah Kapita Selekta Pembelajaran tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta
salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulisan makalah berjudul “Konsep Pembelajaran IPS SD Serta
Menganalisis Tujuan dan Problematika Pembelajaran IPS SD” dapat
diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Selain itu, kami juga berharap agar
pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah ini. Penulis
menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada bagian
isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan
makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon
maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah
pendidikan kewarganegaraan ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Banjarmasin, 28 Agustus 2022

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3
A. Konsep dan Karakteristik Pendidikan IPS .................................................... 3
B. Tujuan Pendidikan IPS................................................................................. 5
C. Prospek pembelajaran IPS di SD .................................................................. 6
D. Penggunaan Metode Inquiri dalam pembelajaran IPS .................................. 7
E. Makna dan tujuan Pendidikan Nilai .............................................................. 8
F. Pembelajaran pengetahuan sebagai Pendidikan Nilai .................................... 9
G. Pengembangan Model pembelajaran Pengetahuan Sosial berbasis ............... 9
Pendidikan Nilai ............................................................................................... 9
H. Tujuan pembelajaran IPS SD menurut Permendiknas No 22 Tahun 2006 ... 11
I. Problematika pembelajaran IPS di SD untuk fokus masalah Kalimantan .... 11
Selatan ........................................................................................................... 11
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 14
Kesimpulan .................................................................................................... 14
Saran .............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
IPS merupakan mata pelajaran yang pembahasannya berdasarkan
penyederhanaan dari beberapa pelajaran seperti geografi, sosiologi, sejarah,
ekonomi dan lainnya (Fitria et al.,2021) dalam (Hopeman, Hidayah, & Anggraeni,
2022). Pada tingkat sekolah dasar, Pembelajaran IPS merupakan salah satu bagian
dari 5 mata pelajaran yang ada pada pembelajaran tematik. Pada saat ini banyak
peserta didik yang masih belum sepenuhnya memahami materi yang diajarkan
pada pelajaran IPS. Hal ini dapat terlihat pada hasil penelitian (Latifah, 2017).
Konsep, tujuan dan karakteristik dari pembelajaran IPS di sekolah dasar
sangat penting untuk dibahas saat ini (Ariesta, 2018) (Wahab & Halimi, 2018)
Bukan hanya itu, problematika dalam pembelajaran IPS juga masih sering terjadi
khususnya di sekolah dasar. Guru menyampaikan materi secara textbook tanpa
variasi, monoton, kurang humor, dan tetap menggunakan metode konvensional
yaitu ceramah yang cenderung membosankan sehingga menghambat kemampuan
berpikir kritis dan rasa ingin tahu siswa menjadi berkurang. Dalam hal ini
pembelajaran siswa akan menjadi kurang bermakna dikarenakan kurangnya
pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan.
Bahan kajian IPS bukanlah hal yang bersifat hafalan belaka, melainkan
konsep dan generalisasi yang diambil dari analisis tentang manusia dan
lingkungannya. Pengetahuan yang diperoleh dengan pengertian dan pemahaman
akan lebih fungsional. Perolehan pengetahuan dan pemahaman yang telah dimiliki
siswa diharapkan dapat mendorong tindakan yang berdasarkan nalar, selanjutnya
dapat diterapkan dalam kehidupannya. Nilai dan sikap merupakan hal yang
penting dalam ranah afektif, terutama nilai dan sikap terhadap masyarakat dan
kemanusiaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dan karakteristik Pendidikan IPS?
2. Jelaskan tujuan Pendidikan IPS?

1
2

3. Bagaimana prospek pembelajaran IPS di SD?


4. Jelaskan penggunaan Metode Inquiri dalam pembelajaran IPS?
5. Apa makna dan tujuan Pendidikan Nilai?
6. Jelaskan pembelajaran pengetahuan sebagai Pendidikan Nilai?
7. Jelaskan pengembangan Model pembelajaran Pengetahuan Sosial berbasis
Pendidikan Nilai?
8. Apa tujuan pembelajaran IPS SD menurut Permendiknas No 22 Tahun
2006?
9. Jelaskan problematika pembelajaran IPS di SD untuk fokus masalah
Kalimantan Selatan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep dan karakteristik Pendidikan IPS
2. Untuk mengetahui tujuan Pendidikan IPS
3. Menjelaskan prospek pembelajaran IPS di SD
4. Menjelaskan penggunaan Metode Inquiri dalam pembelajaran IPS
5. Untuk mengetahui makna dan tujuan Pendidikan Nilai
6. Menjelaskan pembelajaran pengetahuan sebagai Pendidikan Nilai
7. Untuk mengetahui pengembangan Model pembelajaran Pengetahuan
Sosial berbasis Pendidikan Nilai
8. Menjelaskan tujuan pembelajaran IPS SD menurut Permendiknas No 22
Tahun 2006
9. Untuk mengetahui problematika pembelajaran IPS di SD untuk fokus
masalah Kalimantan Selatan?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep dan Karakteristik Pendidikan IPS


Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu
sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan
disajikan secara ilmiah dan pedagogik/psikologis untuk tujuan pendidikan.
Definisi tersebut berlaku untuk pendidikan dasar dan menengah. Sedangkan untuk
perguruan tinggi atau Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), Prof.
Dr. Nu'man Somantri, pakar IPS Indonesia, menggunakan kata seleksi. Adanya
kedua definisi tersebut, berimplikasi bahwa Pendidikan IPS dapat dibedakan
menjadi "Pendidikan IPS sebagai mata pelajaran" dan "Pendidikan IPS sebagai
kajian akademik". Pendidikan IPS sebagai mata pelajaran diterapkan dalam
kurikulum di sekolah mulai jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
Pertama (SMP), hingga Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/SMK).
Pendidikan IPS di jenjang persekolahan erat kaitannya dengan disiplin ilmu sosial
yang terintegrasi dengan pengetahuan lain yang dikemas secara ilmiah dan
pedagogis untuk kepentingan pembelajaran.
IPS di sekolah pada dasarnya bertujuan mempersiapkan peserta didik sebagai
warga negara yang baik (good citizenship). Sebagai warga negara yang baik,
peserta didik harus menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills),
sikap dan nilai (attitude dan values) yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah pribadi maupun sosial serta dapat mengambil keputusan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat di tingkat lokal, regional, maupun
global.
Berikut ini dikemukakan karakteristik IPS dilihat dari materi dan strategi
penyampaiannya.
1. Materi IPS
Mempelajari IPS pada hakekatnya adalah menelaah interaksi antara individu
dan masyarakat dengan lingkungan (fisik dan social-budaya). Materi IPS digali
dari segala aspek kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu,

3
4

pengajaran IPS yang melupakan masyarakat sebagai sumber dan objeknya


merupakan suatu bidang ilmu yang tidak berpijak pada kenyataan. Menurut
Mulyono Tjokrodikaryo, (1986:21) ada 5 macam sumber materi IPS antara lain:
 Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari
keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara
dan dunia dengan berbagai permasalahannya.
 Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan,
produksi, komunikasi, transportasi.
 Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan
antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat
sampai yang terjauh.
 Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang
dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang
tokohtokoh dan kejadian-kejadian yang besar.
 Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan,
pakaian, permainan, keluarga.
Dengan demikian masyarakat dan lingkungannya, selain menjadi sumber
materi IPS sekaligus juga menjadi laboratoriumnya. Pengetahuan konsep, teori-
teori IPS yang diperoleh anak di dalam kelas dapat dicocokkan dan dicobakan
sekaligus diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari di masyarakat.
2. Strategi Penyampaian IPS
Strategi penyampaian pengajaran IPS, sebagaian besar adalah didasarkan
pada suatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga,
masyarakat/tetangga, kota, region, negara, dan dunia. Tipe kurikulum seperti ini
disebut “The Wedining Horizon or Expanding Enviroment Curriculum”
(Mukminan, 1996:5). Tipe kurikulum tersebut, didasarkan pada asumsi bahwa
anak pertama-tama dikenalkan atau perlu memperoleh konsep yang berhubungan
dengan lingkungan terdekat atau diri sendiri. Selanjutnya secara bertahap dan
sistematis bergerak dalam lingkungan konsentrasi keluar dari lingkaran tersebut,
kemudian mengembangkan kemampuannya untuk menghadapai unsur-unsur
dunia yang lebih luas.
5

B. Tujuan Pendidikan IPS


Barr (1987) tujuan pendidikan nasional menjadi acuan dalam pengembangan
tujuan pendidikan IPS. Tujuan pengajaran IPS, secara umum dikemukakan oleh
Fenton adalah mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang baik,
mengajar anak didik agar mempunyai kemampuan berpikir dan dapat melanjutkan
kebudayaan bangsa. Peserta didik diharapkan dapat menjadi anggota yang
produktif, berpartisipasi dalam masyarakat yang merdeka, mempunyai rasa
tanggung jawab, tolong menolong dengan sesamanya, dan dapat mengembangkan
nilai-nilai dan ide-ide dari masyarakatnya. Menurut Hartono dan Arnicun Aziz
(1990) IPS bertujuan untuk pembentukan pengetahuan dan keterampilan
intelektual peserta didik.
Menurut Nursid Sumaatmadja (2006) tujuan pendidikan IPS adalah
“membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta
bagi masyarakat dan negara”. Sedangkan secara rinci menurut Oemar Hamalik
(1992:40-41) merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku
para siswa, yaitu: (1) pengetahuan dan pemahaman, (2) sikap hidup belajar, (3)
nilai-nilai sosial dan sikap, (4) keterampilan.
1. Pengetahuan dan Pemahaman
Mentransmisikan pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat berupa
fakta-fakta dan ide-ide kepada anak. Selain itu juga mengembangkan rasa
kontinuitas dan stabilitas, memberikan informasi dan teknik-teknik sehingga
mereka dapat ikut memajukan masyarakat sekitarnya.
2. Sikap Belajar IPS
Mengembangkan sikap belajar yang baik, yaitu dengan belajar IPS anak
memiliki kemampuan menyelidiki (inkuiri) untuk menemukan ide-ide,
konsep-konsep baru sehingga mereka mampu melakukan perspektif untuk
masa yang akan datang.
3. Nilai-nilai dan Sikap Sosial
Anak membutuhkan nilai-nilai untuk menafsirkan fenomena dunia sekitarnya,
sehingga mereka mampu melakukan perspektif. Berdasar nilai-nilai sosial
yang berkembang dalam masyarakat, maka akan berkembang pula sikap-sikap
6

sosial anak, seperti: menghormati dan mentaati peraturan, mengembangkan


rasa tanggung jawab, dan kritis.
4. Keterampilan Dasar IPS
Anak belajar menggunakan keterampilan dan alat-alat studi sosial, misalnya
mencari bukti dengan berpikir ilmiah, keterampilan mempelajari data
masyarakat, mempertimbangkan validitas dan relevansi data,
mengklasifikasikan dan menafsirkan data-data sosial, dan merumuskan
kesimpulan.
C. Prospek pembelajaran IPS di SD
Pembelajaran IPS pada masa sekarang dan masa depan, harus berbeda dengan
pembelajaran IPS pada masa yang lalu. Dari segi materi pelajaran, terdapat
beberapa faktor yang membedakan tersebut, IPS pada masa yang lalu misalnya
pengendalian fakta - fakta meski pada tingkat yang rendah, sungai, ibukota negara
provinsi dan sebagainya. IPS lama juga ditandai dengan pembelajaran rasa
nasionalisme yang tidak kritis, dan sangat berorientasi pada buku teks. Sementara
itu, IPS sekarang dan yang akan datang, dari pelajaran pada upaya membantu dan
memfasilitasi siswa agar mereka memiliki kemampuan untuk berpartisipasi
sebagai warga negara, dan warga dunia dengan tingkat perubahan yang sangat
cepat.
Banks (1990) menyebutkan bahwa pengajaran IPS pada abad 21 ini dirancang
untuk mempersiapkan siswa agar mampu berpartisipasi secara efektif pada
masyarakat pasca-industri. Masyarakat ini memiliki karakteristik yang serba
global, seperti ekonomi global, upaya pemecahan masalah internasional,
perubahan gaya hidup, nilai nilai, budaya dan sentimen politik. Untuk
mendapatkan kemampuan yang seperti dijelaskan di atas, maka siswa perlu
difasilitasi agar mampu mengembangkan pengetahuan , menikmati, sikap, nilai -
nilai dan komitmen yang dibutuhkan. Kemampuan tersebut juga dibutuhkan
untuk berpartisipasi dalam mengembangkan masyarakat yang demokratis secara
bertanggung jawab. Untuk itu, kemampuan untuk mengakui dan menghargai
kemajemukan dalam masyarakat sangat penting dikuasai.
Penguasaan pengetahuan dalam pembelajaran IPS pada masa yang akan
datang adalah penguasaan tingkat yang lebih tinggi dari sekedar menghapalkan
7

konsep-konsep. Dari segi metrologi pembelajaran seharusnya dikembangkan


metode mengajar yang mampu memfasilitasi siswa untuk melakukan klarifikasi,
memiliki ide untuk berpikir (reflektif), mengetahui secara kritis tentang budaya
baik di tingkat lokal tempat tinggal, regional, nasional, maupun internasional.
D. Penggunaan Metode Inquiri dalam pembelajaran IPS
Penggunaan Motode Inkuiri dalam pembelajaran menurut (Sumantri M dan
Johar Permana , 2000 : 142-143 dalam Mazrawul 2010 ) adalah sebagai berikut :
1) Seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat,
guru dilatih untuk kreatif dalam menyajikan pembelajaran agar anak didik
dapat menguasai pengetahuan sesuai dengan pembelajaran dengan
menggunakan metode inkuiri.
2) Melatih peserta didik untuk memiliki kesadaran sendiri tentang kebutuhan
belajarnya. Metode ini dapat membantu siswa menemukan suatu konsep
pembelajaran dengan kemampuan yang terpendam. Dengan langkah
pembelajaran tersebut siswa akan memiliki kesadaran tentang kebutuhan
belajarnya.
3) Siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik. jika mereka dilibatkan
secara aktif dalam pembelajaran IPS, metode inkuiri membantu
perkembangan pemahaman proses - proses ilmiah, berfikir kritis dan positif,
bukan saja terhadap konsep-konsep matematika melainkan juga sikap
keilmiahan dalam diri siswa.
Salah satu metode yang dipandang efektif dalam pembelajaran IPS adalah
metode inkuiri sosial (metode penyelidikan sosial). Metode ini bertujuan untuk
membangun teori. Suatu pekerjaan berat yang biasanya dilakukan oleh para
ilmuwan - ilmuan sosial. Akan tetapi mereka yakin bahwa metode inkuiri ini
perlu diajarkan kepada anak sejak di tingkat pendidikan dasar untuk membentuk
kemampuan berpikir kritis mereka. Kebiasaan Berpikir kritis akan berguna dalam
kehidupan sehari - hari dalam menghadapi masalah dan memecahkannya. Teori
ini biasanya diformulasi dari fakta konsep dan generalisasi. Inkuiri sosial
didasarkan pada beberapa asumsi yang berhubungan dengan hakekat kehidupan
kemanusiaan dan lingkungannya di dunia ini. Metode inkuiri sosial
diimplementasikan dalam bentuk pembelajaran dengan model inkuiri. Dengan
8

kata lain, model inkuiri sosial adalah perwujudan dari pelaksanaan metode inkuiri
sosial dalam pembelajaran IPS.
Menurut Banks (1990 : 75) model inkuiri sosial memiliki prosedur dalam
beberapa tahapan, yaitu : (1) perumusan masalah, (2) perumusan hipotesa, (3)
definisi (konseptualisasi) masalah, (4) pengumpulan data, (5) evaluasi dan
analisis data, (6) pengujian hipotesis untuk membentuk teori dan generalisasi,
serta (7) kembali ke awal secara siklus untuk melakukan inkuiri sekali lagi.
Meskipun prosedur seperti ini terlihat rumit karena di rendah belum biasa
dilakukan, tetapi harus dicoba untuk membelajarkan model inkuiri ini pada
pendidikan tingkat dasar untuk membantu anak belajar berpikir kritis dan
sistematis.
E. Makna dan tujuan Pendidikan Nilai
Pada hakikatnya nilai adalah suatu hal yang berharga dalam proses
pendidikan. Nilai menjadi suatu hal yang wajib dipelajari bagi setiap siswa dalam
proses pembelajaran selain ranah kognitif, sebab dengan mempelajari nilai atau
value siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan dan sosial masyarakat. Menurut
Sapriya dalam Wahyu (2020), menyatakan bahwa nilai adalah seperangkat
keyakinan atau prinsip perilaku yang telah mempribadi di dalam diri seseorang
atau kelompok masyarakat tertentu yang terungkap ketika berpikir atau bertindak.
Pendidikan nilai menurut Mulyana dalam Rando dan Wali (2018) adalah
pengajaran atau bimbingan kepada siswa agar menyadari bahwa kebenaran,
kebaikan, dan keindahan dilalui melalui proses pertimbangan nilai yang tepat dan
pembiasaan bertindak yang konsisten. Pendidikan nilai dimaksudkan untuk
membantu siswa agar dapat memahami, menyadari, dan mengalami nilai-nilai
serta mampu menempatkannya secara integral dalam kehidupan. Tujuan dari
pendidikan nilai adalah untuk membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia
yang baik, warga masyarakat dan warga negara yang baik.
Secara rinci, pendidikan dan nilai mempunyai definisi yang berbeda namun
apabila disatukan akan muncul sebuah definisi tentang pendidikan nilai. Hal ini
berarti pendidikan memicu banyak arti dan pengertian Sastra Prateja sebagaimana
dikutip oleh Zaim Elmubarok yang memberikan definisi tentang pendidikan nilai
yaitu penanaman dan pengembangan nilai-nilai pada diri seseorang. Sedangkan
9

Mardimadja mendefinisikan sebagai bantuan terhadap peserta didik agar


menyadari dan mengalami nilai-nilai serta menempatkannya secara integral dalam
keseluruhan hidupnya.
F. Pembelajaran pengetahuan sebagai Pendidikan Nilai
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Humaniora merupakan dua bidang kajian
ilmu yang potensial bagi pengembangan tugas-tugas pembelajaran yang kaya
nilai. Karakteristik ilmu yang erat kaitannya dengan kehidupan manusia dan
banyak membahas tentang bagaimana manusia dapat menjalin hubungan
harmonis dengan sesama, lingkungan, dan Tuhan. Penyadaran nilai melalui IPS
dan Humaniora sering dihadapkan pada persoalan dinamika dan probabilitas nilai
yang berubah-ubah. Dasar pemikiran yang melandasi pengembangan pendidikan
nilai yang terintegrasi dalam IPS dan Humaniora yaitu sebagai berikut :
a. IPS dan Humaniora tidak hanya milik kelompok elite ilmuwan tetapi juga
melibatkan masyarakat luas sebagai pendukung, bahkan pengguna. Hal ini
dianggap penting bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat, khususnya bagi
mereka yang mempelajari mata pelajaran tersebut.
b. IPS dan Humaniora memberikan sumbangan penting bagi pengembangan
kepribadian manusia yang tidak didapatkan hanya melalui pembelajaran
konseptual semata Sebab tujuannya di arahkan pada perolehan sikap ilmiah
dan sikap kritis serta kemampuan membangun hubungan antara manusia,
alam, dan Tuhan secara sehat dan harmonis.
c. Pembelajaran IPS dan Humaniora harus mengetengahkan kebebasan penilikan
dan pengungkapan gagasan agar peserta didik mampu bekerja dan belajar
secara aktif, kreatif , dan inovatif.
G. Pengembangan Model pembelajaran Pengetahuan Sosial berbasis
Pendidikan Nilai
Berdasarkan penjelasan tentang pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
dengan pendidikan nilai, hal ini seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat
dipisahkan. Nilai dipelajari sebagai hasil dari hubungan atau komunikasi antar
individu dalam kelompok seperti keluarga, perkumpulan agama, kelompok
masyarakat, atau perkumpulan orang dengan suatu tujuan. Tidak dapat dipungkiri
10

bahwa nilai-nilai tertentu muncul dengan kekuatan yang setara di masyarakat dan
menjadi pembelajaran yang baik dan pelindung dari berbagai penyimpangan.
Nilai dalam kurikulum IPS di SD perlu diajarkan kepada siswa karena sekolah
dasar merupakan fondasi pertama dalam penanaman nilai kehidupan yang
menyangkut nilai afektif agar siswa mampu menerima nilai dengan sadar, mantap,
dan dengan nalar yang sehat. Diharapkan para siswa dalam mengembangkan
kepribadiannya menuju jenjang kedewasaan memiliki kemampuan untuk memilih
dan menentukan nilai yang menjadi panutannya. Nilai-nilai yang disampaikan
merupakan nilai-nilai hakiki, sangat penting dan sangat berharga bagi kehidupan
di masyarakat. Tugas guru yang utama adalah meningkatkan tingkat kesadaran
nilai pada anak, agar sadar bahwa ada sistem nilai yang mengatur kehidupan.
Di tingkat sekolah dasar, siswa harus diperkenalkan melalui proses
pengembangan pemahaman tentang alasan mengapa nilai-nilai tersebut
diperkenalkan. Pada kelas rendah, unsur-unsur permainan dan pengajaran nilai
tidak boleh ditinggalkan, karena pada tahap ini siswa perlu dikondisikan untuk
merasa bahagia hidup bersama, bersosialisasi dan belajar mengenal ilmu
pengetahuan. Kegiatan yang dapat diperkenalkan antara lain mengunjungi
museum, kebun binatang, situs sejarah, lingkungan alam, dll. Sains harus dicintai,
bukan ditakuti, dan menjadi ancaman bagi siswa. Selain itu, nilai-nilai kejujuran,
keadilan dan kepahlawanan juga harus mulai diperkenalkan kepada siswa dan
mendapat tekanan serta perhatian di kelas rendah. Cerita dan dongeng bisa
menjadi cara yang baik untuk menyampaikannya.
Untuk kelas tinggi tingkat pemahaman harus ditingkatkan. Sudah mulai
melaksanakan kegiatan yang dapat membangun sikap tanggung jawab, ketertiban
dan kebersamaan dalam kelompok. Pemberian tugas, baik kerja individu maupun
kelompok, diskusi dan tanya jawab merupakan metode yang cocok untuk
menyampaikan nilai dan sikap dalam pembelajaran IPS. Penanaman nilai melalui
teknik hafalan semata tidaklah tepat, karena dengan cara seperti itu siswa
menerima suatu nilai hanya sebagai pengetahuan atau mengubah sikap secara
terpaksa, semu, atau pura-pura tanpa keyakinan. Pengajaran nilai dan sikap harus
benar-benar dapat mempengaruhi kesadaran siswa akan nilai dan tertanam dalam
logika penalaran yang dapat diterima oleh siswa. Dengan cara ini, nilai-nilai
11

tersebut menjadi milik dan keyakinan siswa yang tidak dapat dengan mudah
diubah. Setiap konsep, topik, atau tema dalam pembelajaran IPS memiliki nilai-
nilai tertentu yang harus dipelajari, diolah, ditelaah, dan dibandingkan dengan
dirinya, serta diproses menjadi miliknya untuk kemudian dijadikan sebagai acuan
atau barometer dalam kehidupannya.
H. Tujuan pembelajaran IPS SD menurut Permendiknas No 22 Tahun 2006
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar berfungsi sebagai arahan dan
tolak ukur guru untuk mengembangkan materi dasar, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi penilaian mata pelajaran IPS pada
(Permendiknas No.22 Tahun 2006) Tentang Standar Isi bertujuan agar siswa
memiliki kemampuan untuk:
1) Mengenali konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungan.
2) Memiliki kemampuan dasar berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
pemecahan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3) Memiliki komitmen dan kesadaran akan nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan kompeten dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
I. Problematika pembelajaran IPS di SD untuk fokus masalah Kalimantan
Selatan
Pembelajaran IPS di SD memberikan wawasan dan pemahaman yang
mendalam mengenai pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kepandaian siswa
pada kenyataan kehidupan sosial masyarakat. Maka dari itu guru harus mampu
menciptakan pembelajaran IPS yang melibatkan siswa secara penuh secara fisik
dan intelektual untuk meningkatkan hasil belajar IPS. Tujuan IPS adalah
mengembangkan kemampuan dan mutu kehidupan serta martabat manusia
(Alfianiawati, 2019). Tujuan ini mengarahkan peserta didik agar peka terhadap
masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap
perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan terampil mengatasi masalah
tersebut. Agar mencapai tujuan pembelajaran IPS tersebut, maka diterapkanlah
model pembelajaran dalam proses pembelajaran IPS.
12

Adapun masalah yang dihadapi pada pembelajaran IPS SD di Kalimantan


selatan yaitu :
1. Pembelajaran IPS berpusat kepada guru
2. Rendahnya hasil belajar IPS siswa
3. Guru belum menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dalam
pembelajaran IPS, dan
4. Pengembangan kemampuan pemecahan masalah peserta didik tidak secara
optimal.
Adanya masalah tersebut akan berdampak pada peserta didik yang merasa
bosan dengan pembelajaran IPS sehingga sibuk dengan aktifitas masing-masing
tanpa memperhatikan penjelasan gurunya. Selain itu proses pembelajaran tersebut
mempengaruhi hasil belajar IPS yang menjadi rendah. Hal ini sejalan dengan
pendapat Desyandri (2018) yang menyatakan bahwa “The low learning outcomes
of student can not be separated from the learning process that lasted for this”
yang berarti hasil belajar yang rendah tidak dapat dipisahkan dari proses
pembelajaran.
Metode yang konvensional seperti menjelaskan materi secara abstrak, hafalan
materi dan ceramah dengan komunikasi satu arah masih didominasi oleh pengajar,
sedangkan siswa biasanya hanya memfokuskan penglihatan dan pendengaran.
Kondisi pembelajaran seperti inilah yang mengakibatkan siswa kurang aktif dan
pembelajaran yang dilakukan kurang efektif. Dalam pencapaian tujuan tersebut,
metode pembelajaran sangat penting sebab dengan adanya metode pembelajaran,
bahan dapat dengan mudah dipahami oleh siswa (Suyitno, 2019).
Selain itu penggunaan metode pembelajaran yang mengajarkan siswa dalam
pemecahan masalah, terutama pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari
masih kurang. Pengembangan metode pembelajaran tersebut sangat perlu
dilakukan untuk menjawab kebutuhan keterampilan pemecahan permasalahan
yang harus dimiliki oleh siswa. Penggunaan metode dalam pembelajaran sangat
diutamakan guna menimbulkan gairah belajar, motivasi belajar, merangsang
siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Dari identifikasi berbagai masalah dalam pembelajaran IPS SD di Kalimantan
Selatan, solusi yang dapat dilakukan adalah menggunakan model kooperatif pada
13

setiap pembelajaran IPS SD ini. Misal menggunakan Model Problem Based


Learning, Problem Solving dan lain lain dalam pembelajaran IPS. Dalam
penelitian yang telah dilakukan, menggunakan model pembelajaran yang
kooperatif dalam pembelajaran IPS SD ini meningkatkan keaktifan dan
kemampuan juga ketertarikan siswa terhadap pembelajaran IPS berhasil mencapai
angka 80% lebih. Sehingga sebagai pendidik, kita harus bisa lebih kreatif dalam
menyajikan setiap pembelajaran kepada siswa agar tujuan dari pembelajaran
tercapai dengan baik dan bisa di terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena
kita tau, pembelajaran IPS merupakan pembelajaran yang mengajarkan mengenai
lingkungan sekitar baik keluarga maupun masyarakat luas.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu
sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan
disajikan secara ilmiah dan pedagogik/psikologis untuk tujuan pendidikan. Secara
umum tujuan pembelajaran IPS dikemukakan oleh Fenton adalah untuk
mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang baik, mengajar anak didik
agar mempunyai kemampuan berpikir dan dapat melanjutkan kebudayaan bangsa.
Peserta didik diharapkan dapat menjadi anggota yang produktif, berpartisipasi
dalam masyarakat yang merdeka, mempunyai rasa tanggung jawab, tolong
menolong dengan sesamanya, dan dapat mengembangkan nilai-nilai dan ide-ide
dari masyarakatnya.
Seiring berjalannya waktu, masih banyak problematika yang dihadapi dalam
pembelajaran IPS khususnya di sekolah dasar. Pembelajaran hanya berpusat pada
guru, kurangnya variasi dalam model pembelajaran, komunikasi yang terjadi
antara guru dan siswa hanya terjadi satu arah, kemampuan pemecahan masalah
oleh siswa masih kurang sehingga hal ini akan mempengaruhi hasil belajar.
Pembelajaran IPS di sekolah juga belum maksimal dalam melaksanakan dan
membiasakan pengamalan nilai-nilai kehidupan demokratis dan sosial
kemasyarakatan. Kondisi pembelajaran seperti inilah yang mengakibatkan siswa
kurang aktif dan pembelajaran yang dilakukan kurang bermakna.
Saran
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan oleh penulis, maka disimpulkan
bahwa ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk membuat peserta didik belajar
materi IPS dengan menyenangkan dan bermakna. Guru diharapkan lebih kreatif
untuk dapat mengembangkan bahan ajar agar memacu peserta didik belajar secara
aktif dan membuat banyak rintangan dalam pembelajaran yang membangkitkan
pola pemikiran yang konstruktifis.

14
DAFTAR PUSTAKA

A, F. W. (2018). Karakteristik Ips Di Sekolah Dasar. Binus University Faculty Of


Humanities.
Alfaniawati, T. (2019). Pengaruh Penggunaan Model Problem Based Learning
(Pbl) Terhadap Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS di Kelas V
SD. E-Journal Inovasi Pembelajaran SD. Volume 7 Nomor 3.
Ariswati. (2018). Pengaruh Model pembelajaran problem based learning (PBL)
berbantuan media question card terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V
SD. E-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD.
6(1), 1-11.
Desyandr. (2018). The effect using Quantum Teaching and motivation in learning
toward students achievement. . Jurnal Aplikasi IPTEK Indonesia. 4(2).
Hopeman, T. A., Hidayah, N., & Anggraeni, W. A. (2022). HAKIKAT, TUJUAN
DAN KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN IPS YANG BERMAKNA
PADA PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR . Jurnal Kiprah
Pendidikan Volume 1 Nomor 3, 141-142.
Ilham, D. (2019). Menggegas Pendidikan Nilai dalam Sistem Pendidikan
Nasional.. Jurnal Kependidikan. Vol. 8 No. 3, 109-122.
Rando, Agnes, Remi, & Wali, M. (2018). Implementasi Pendidikan Nilai dalam
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Ekonomi. 3 (2).
Suyitno. (2019). Penggunaan Metode Problem Solving Untuk Meningkatan
Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas VIII B SMPN 4
TANJUNG. E-Journa lLangsat. Vol. 6 No.1 .
Toni, M. (2018). Konsep Dasar IPS. Yogyakarta: Samudra Biru.
Wahyu, Itama, Citra, & Dewi. (2020). Implementasi Pendidikan Nilai dan Konsep
Masyarakat Madani dalam Pembelajaran IPS. Jurnal Pendidikan Sejarah
dan Ilmu Sejarah. 3 (1).

15

Anda mungkin juga menyukai