MAKALAH
“KONSEP PEMBELAJARAN IPS SD SERTA MENGANALISIS
TUJUAN DAN PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN IPS SD”
MATA KULIAH KAPITA SELEKTA PEMBELAJARAN
DISUSUN OLEH
KELAS 7D
KELOMPOK 4
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
IPS merupakan mata pelajaran yang pembahasannya berdasarkan
penyederhanaan dari beberapa pelajaran seperti geografi, sosiologi, sejarah,
ekonomi dan lainnya (Fitria et al.,2021) dalam (Hopeman, Hidayah, & Anggraeni,
2022). Pada tingkat sekolah dasar, Pembelajaran IPS merupakan salah satu bagian
dari 5 mata pelajaran yang ada pada pembelajaran tematik. Pada saat ini banyak
peserta didik yang masih belum sepenuhnya memahami materi yang diajarkan
pada pelajaran IPS. Hal ini dapat terlihat pada hasil penelitian (Latifah, 2017).
Konsep, tujuan dan karakteristik dari pembelajaran IPS di sekolah dasar
sangat penting untuk dibahas saat ini (Ariesta, 2018) (Wahab & Halimi, 2018)
Bukan hanya itu, problematika dalam pembelajaran IPS juga masih sering terjadi
khususnya di sekolah dasar. Guru menyampaikan materi secara textbook tanpa
variasi, monoton, kurang humor, dan tetap menggunakan metode konvensional
yaitu ceramah yang cenderung membosankan sehingga menghambat kemampuan
berpikir kritis dan rasa ingin tahu siswa menjadi berkurang. Dalam hal ini
pembelajaran siswa akan menjadi kurang bermakna dikarenakan kurangnya
pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan.
Bahan kajian IPS bukanlah hal yang bersifat hafalan belaka, melainkan
konsep dan generalisasi yang diambil dari analisis tentang manusia dan
lingkungannya. Pengetahuan yang diperoleh dengan pengertian dan pemahaman
akan lebih fungsional. Perolehan pengetahuan dan pemahaman yang telah dimiliki
siswa diharapkan dapat mendorong tindakan yang berdasarkan nalar, selanjutnya
dapat diterapkan dalam kehidupannya. Nilai dan sikap merupakan hal yang
penting dalam ranah afektif, terutama nilai dan sikap terhadap masyarakat dan
kemanusiaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dan karakteristik Pendidikan IPS?
2. Jelaskan tujuan Pendidikan IPS?
1
2
3
4
kata lain, model inkuiri sosial adalah perwujudan dari pelaksanaan metode inkuiri
sosial dalam pembelajaran IPS.
Menurut Banks (1990 : 75) model inkuiri sosial memiliki prosedur dalam
beberapa tahapan, yaitu : (1) perumusan masalah, (2) perumusan hipotesa, (3)
definisi (konseptualisasi) masalah, (4) pengumpulan data, (5) evaluasi dan
analisis data, (6) pengujian hipotesis untuk membentuk teori dan generalisasi,
serta (7) kembali ke awal secara siklus untuk melakukan inkuiri sekali lagi.
Meskipun prosedur seperti ini terlihat rumit karena di rendah belum biasa
dilakukan, tetapi harus dicoba untuk membelajarkan model inkuiri ini pada
pendidikan tingkat dasar untuk membantu anak belajar berpikir kritis dan
sistematis.
E. Makna dan tujuan Pendidikan Nilai
Pada hakikatnya nilai adalah suatu hal yang berharga dalam proses
pendidikan. Nilai menjadi suatu hal yang wajib dipelajari bagi setiap siswa dalam
proses pembelajaran selain ranah kognitif, sebab dengan mempelajari nilai atau
value siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan dan sosial masyarakat. Menurut
Sapriya dalam Wahyu (2020), menyatakan bahwa nilai adalah seperangkat
keyakinan atau prinsip perilaku yang telah mempribadi di dalam diri seseorang
atau kelompok masyarakat tertentu yang terungkap ketika berpikir atau bertindak.
Pendidikan nilai menurut Mulyana dalam Rando dan Wali (2018) adalah
pengajaran atau bimbingan kepada siswa agar menyadari bahwa kebenaran,
kebaikan, dan keindahan dilalui melalui proses pertimbangan nilai yang tepat dan
pembiasaan bertindak yang konsisten. Pendidikan nilai dimaksudkan untuk
membantu siswa agar dapat memahami, menyadari, dan mengalami nilai-nilai
serta mampu menempatkannya secara integral dalam kehidupan. Tujuan dari
pendidikan nilai adalah untuk membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia
yang baik, warga masyarakat dan warga negara yang baik.
Secara rinci, pendidikan dan nilai mempunyai definisi yang berbeda namun
apabila disatukan akan muncul sebuah definisi tentang pendidikan nilai. Hal ini
berarti pendidikan memicu banyak arti dan pengertian Sastra Prateja sebagaimana
dikutip oleh Zaim Elmubarok yang memberikan definisi tentang pendidikan nilai
yaitu penanaman dan pengembangan nilai-nilai pada diri seseorang. Sedangkan
9
bahwa nilai-nilai tertentu muncul dengan kekuatan yang setara di masyarakat dan
menjadi pembelajaran yang baik dan pelindung dari berbagai penyimpangan.
Nilai dalam kurikulum IPS di SD perlu diajarkan kepada siswa karena sekolah
dasar merupakan fondasi pertama dalam penanaman nilai kehidupan yang
menyangkut nilai afektif agar siswa mampu menerima nilai dengan sadar, mantap,
dan dengan nalar yang sehat. Diharapkan para siswa dalam mengembangkan
kepribadiannya menuju jenjang kedewasaan memiliki kemampuan untuk memilih
dan menentukan nilai yang menjadi panutannya. Nilai-nilai yang disampaikan
merupakan nilai-nilai hakiki, sangat penting dan sangat berharga bagi kehidupan
di masyarakat. Tugas guru yang utama adalah meningkatkan tingkat kesadaran
nilai pada anak, agar sadar bahwa ada sistem nilai yang mengatur kehidupan.
Di tingkat sekolah dasar, siswa harus diperkenalkan melalui proses
pengembangan pemahaman tentang alasan mengapa nilai-nilai tersebut
diperkenalkan. Pada kelas rendah, unsur-unsur permainan dan pengajaran nilai
tidak boleh ditinggalkan, karena pada tahap ini siswa perlu dikondisikan untuk
merasa bahagia hidup bersama, bersosialisasi dan belajar mengenal ilmu
pengetahuan. Kegiatan yang dapat diperkenalkan antara lain mengunjungi
museum, kebun binatang, situs sejarah, lingkungan alam, dll. Sains harus dicintai,
bukan ditakuti, dan menjadi ancaman bagi siswa. Selain itu, nilai-nilai kejujuran,
keadilan dan kepahlawanan juga harus mulai diperkenalkan kepada siswa dan
mendapat tekanan serta perhatian di kelas rendah. Cerita dan dongeng bisa
menjadi cara yang baik untuk menyampaikannya.
Untuk kelas tinggi tingkat pemahaman harus ditingkatkan. Sudah mulai
melaksanakan kegiatan yang dapat membangun sikap tanggung jawab, ketertiban
dan kebersamaan dalam kelompok. Pemberian tugas, baik kerja individu maupun
kelompok, diskusi dan tanya jawab merupakan metode yang cocok untuk
menyampaikan nilai dan sikap dalam pembelajaran IPS. Penanaman nilai melalui
teknik hafalan semata tidaklah tepat, karena dengan cara seperti itu siswa
menerima suatu nilai hanya sebagai pengetahuan atau mengubah sikap secara
terpaksa, semu, atau pura-pura tanpa keyakinan. Pengajaran nilai dan sikap harus
benar-benar dapat mempengaruhi kesadaran siswa akan nilai dan tertanam dalam
logika penalaran yang dapat diterima oleh siswa. Dengan cara ini, nilai-nilai
11
tersebut menjadi milik dan keyakinan siswa yang tidak dapat dengan mudah
diubah. Setiap konsep, topik, atau tema dalam pembelajaran IPS memiliki nilai-
nilai tertentu yang harus dipelajari, diolah, ditelaah, dan dibandingkan dengan
dirinya, serta diproses menjadi miliknya untuk kemudian dijadikan sebagai acuan
atau barometer dalam kehidupannya.
H. Tujuan pembelajaran IPS SD menurut Permendiknas No 22 Tahun 2006
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar berfungsi sebagai arahan dan
tolak ukur guru untuk mengembangkan materi dasar, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi penilaian mata pelajaran IPS pada
(Permendiknas No.22 Tahun 2006) Tentang Standar Isi bertujuan agar siswa
memiliki kemampuan untuk:
1) Mengenali konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungan.
2) Memiliki kemampuan dasar berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
pemecahan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3) Memiliki komitmen dan kesadaran akan nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan kompeten dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
I. Problematika pembelajaran IPS di SD untuk fokus masalah Kalimantan
Selatan
Pembelajaran IPS di SD memberikan wawasan dan pemahaman yang
mendalam mengenai pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kepandaian siswa
pada kenyataan kehidupan sosial masyarakat. Maka dari itu guru harus mampu
menciptakan pembelajaran IPS yang melibatkan siswa secara penuh secara fisik
dan intelektual untuk meningkatkan hasil belajar IPS. Tujuan IPS adalah
mengembangkan kemampuan dan mutu kehidupan serta martabat manusia
(Alfianiawati, 2019). Tujuan ini mengarahkan peserta didik agar peka terhadap
masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap
perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan terampil mengatasi masalah
tersebut. Agar mencapai tujuan pembelajaran IPS tersebut, maka diterapkanlah
model pembelajaran dalam proses pembelajaran IPS.
12
Kesimpulan
Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu
sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan
disajikan secara ilmiah dan pedagogik/psikologis untuk tujuan pendidikan. Secara
umum tujuan pembelajaran IPS dikemukakan oleh Fenton adalah untuk
mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang baik, mengajar anak didik
agar mempunyai kemampuan berpikir dan dapat melanjutkan kebudayaan bangsa.
Peserta didik diharapkan dapat menjadi anggota yang produktif, berpartisipasi
dalam masyarakat yang merdeka, mempunyai rasa tanggung jawab, tolong
menolong dengan sesamanya, dan dapat mengembangkan nilai-nilai dan ide-ide
dari masyarakatnya.
Seiring berjalannya waktu, masih banyak problematika yang dihadapi dalam
pembelajaran IPS khususnya di sekolah dasar. Pembelajaran hanya berpusat pada
guru, kurangnya variasi dalam model pembelajaran, komunikasi yang terjadi
antara guru dan siswa hanya terjadi satu arah, kemampuan pemecahan masalah
oleh siswa masih kurang sehingga hal ini akan mempengaruhi hasil belajar.
Pembelajaran IPS di sekolah juga belum maksimal dalam melaksanakan dan
membiasakan pengamalan nilai-nilai kehidupan demokratis dan sosial
kemasyarakatan. Kondisi pembelajaran seperti inilah yang mengakibatkan siswa
kurang aktif dan pembelajaran yang dilakukan kurang bermakna.
Saran
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan oleh penulis, maka disimpulkan
bahwa ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk membuat peserta didik belajar
materi IPS dengan menyenangkan dan bermakna. Guru diharapkan lebih kreatif
untuk dapat mengembangkan bahan ajar agar memacu peserta didik belajar secara
aktif dan membuat banyak rintangan dalam pembelajaran yang membangkitkan
pola pemikiran yang konstruktifis.
14
DAFTAR PUSTAKA
15