Anda di halaman 1dari 20

TEORI DAN PRINSIP PENDIDIKAN IPS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pembelajaran IPS di
SD

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Encep Supriatna, M.Pd

Kelompok 1 :

Shifa Urohmah (1904270)

Gusti Indrawan (1904427)

Amilia Santika (1904711)

Dendi Wijaksana (1905198)

Fina Nurul Hasanah (1909061)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS SERANG

2021
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang sedalam dalamnya kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kepada
kita semua sehingga kita masih bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori
dan Prinsip Pendidikan IPS” untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran
IPS di SD dengan dosen pengampu Bapak Encep Supriatna, M.Pd.

Kami selaku penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada


Bapak Encep selaku dosen pengampu mata kuliah, dengan bimbingan serta
arahannya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan kami masih membutuhkan bantuan dari pihak luar demi
sempurnanya makalah ini dikemudian hari, kami sangat terbuka dengan adanya
kritik dan saran yang membangun untuk makalah yang lebih baik lagi. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan khususnya bagi kami selaku
penulis.

Penulis

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................3

C. Tujuan..........................................................................................................3

BAB II.....................................................................................................................4

PEMBAHASAN.....................................................................................................4

A. Teori Pendidikan IPS..................................................................................4

B. Prinsip Pendidikan IPS..............................................................................6

BAB III..................................................................................................................13

PENUTUP.............................................................................................................13

A. Kesimpulan................................................................................................13

B. Saran..........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah


Ilmu Pengetahuan Sosial pada hakekatnya merupakan mata pelajaran yang
bersumber dari kehidupan sosial masyarakat dan diseleksi dengan menggunakan
konsep-konsep ilmu sosial. Sebagaimana dikemukakan oleh Hamalik (1992:35)
bahwa “IPS” merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar
dari berbagai ilmu sosial, disusun melalui pendekatan pendidikan, psikologis, dan
kelayakan, serta kebermaknaan bagi peserta didik dalam kehidupannya”.
IPS awalnya merupakan istilah yang lahir di Amerika Serikat dengan
konsep social studies. Dalam perkembangannya, konsep tersebut
mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu sosial untuk tujuan citizenship education.
Sebagaimana yang didefinisikan oleh NCSS (1994:3) bahwa : “Social studies
integrated study of the social sciences and humanities to promote civic
competence. Within the school program, social studies provide coordinated,
systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archeology,
economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology,
religion, and sociology, as all as appropriate content from the humanities,
mathematics, ant natural science”. (Pendidikan IPS adalah studi ilmu-ilmu sosial
dan humaniora yang diintegrasikan untuk tujuan membentuk kewarganegaraan.
IPS di sekolah menjadi suatu studi secara sistematik dalam berbagai disiplin ilmu
seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, Sejarah, hukum, filsafat, politik,
psikologi, agama, dan sosiologi, sebagaimana yang ada dalam ilmu-ilmu
humaniora, bahkan termasuk matematika, dan ilmu-ilmu alam dapat menjadi
aspek dalam IPS).
Pernyataan tersebut menegaskan, bahwa konsep IPS merupakan kajian
terpadu antara disiplin-disiplin ilmu sosial dan kemanusiaan, diarahkan untuk
mencapai kemampuan warganegara yang ideal. Pembelajaran IPS ditingkat
sekolah menengah pertama pada kurikulum 2013 saat ini pun diberikan secara
terpadu yang didalamnya meliputi : konsep geografi, ekonomi, sejarah, dan
sosiologi. IPS sebagai mata pelajaran yang mengkaji berbagai perilaku dan

1
interaksi manusia dalam kehidupan social dan memiliki aspek keruangan. Aspek
keruangan tesebut dapat bersifat lokal, nasional, dan global.
Kurikulum pembelajaran IPS diharapkan dapat membantu peserta didik
membangun landasan untuk memahami kenyataan masyarakat. Sebagain besar
negara didunia memasukkan pembelajaran IPS diberbagai tingkat pendidikan,
mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Dalam arti, bahwa kecintaan
terhadap bangsa bukanlah merupakan doktrin ideology negara yang bersifat pasif
dan dogmatis, tetapi bersifat dinamis, artinya senantiasa menghadap perubahan
yang sedang akan terjadi. Hal ini perlu ditanamkan dengan harapan ketahanan diri
sebagai warga negara dapat terpelihara terutama ketika menghadapi gelombang
perubahan yang menembus berbagai sendi kehidupan peserta didik jangan sampai
tercerabut rasa kebangsaannya.
Di lain pihak tujuan pembelajaran pendidikan IPS untuk menghasilkan
warga negara yang baik tidak terwujud secara sepenuhnya. Dibuktikan dengan
muncul kritik terhadap praktik dan hasil pendidikan IPS, kritik tajam yang
menyatakan bahwa pembelajaran IPS lebih menekankan kepada pengembangan
kognitif dan mengabaikan aspek afektif dan psikomotorik. Hal ini ditunjukkan
dengan melemahnya watak bangsa, oleh karena itu munculah gagasan
memperkuat pembelajaran pendidikan IPS. Masalah pengembangan pembelajaran
IPS, sangat perlu dipelajari sehingga dapat menambah wawasan bagaimana
mengembangkan pembelajaran IPS terutama dalam pembelajaran nilai karakter
bangsa. Terutama kaitannya melaksanakan tugas pendidikan dalam
pengembangan kurikulum, antara lain merencanakan program pengajaran (RPP).
Dengan memperhatikan dasar-dasar keilmuan dan juga memperhatikan kondisi
dan tantangan masa depan, khususnya dalam pengembangan materi dan arah
pengembangan metodologi pembelajaran. Pengembangan nilai dan karakter
pembelajran IPS, seperti dideskripsikan dari hasil penelitian yang diantara lain
menyimpulkam bahwa pembelajaran IPS kurang menyentuh pengembangan
berpikir dan nilai, akibatnya tidak membantu dalam mengembangkan kemampuan
dan sikap rasional dalam menentukan pilihan nilai social budaya untuk
memperkuat kualitas sumber  daya manusia Indonesia dalam merespon tantangan
pengembangan generasi muda.

2
Masalah pengembangan nilai dan karakter dalam pembelajaran pendidikan
IPS, memerlukan karakteristik pembelajaran yang memungkinkan nilai karakter
bangsa tumbuh dan berkembang. Perlu diketahui bahwa dalam pembelajaran yang
berorientasi pada penyampaian materi tidak akan memberikan ruang dan suasana
untuk tumbuh  dan berkembang pembelajaran nilai, watak dan karakter kecuali
pada pembelajaran yang menekankan kepada keterlibatan peserta didik dan proses
pembelajaran. Tantangan bagi inovasi dalam proses pembelajaran pendidikan
antara lain  analisis kelemahan menunjukkan bahwa rendahnya pembelajaran IPS
selama ini diantisipasi cenderung menurun, bila dihadapkan perubahan yang
sangat cepat dalam masyarakat. Sementara ini, pembelajaran IPS terjebak dan
terstruktur oleh gejala rutinitas. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat diatasi
jika sekiranya para pendidik memahami dengan benar prinsip dan konsep
pendidikan IPS. Berdasarkan latar belakang masalah maka penulis membuat
makalah yang berjudul “Prinsip dan Konsep Pendidikan IPS dalam Implementasi
Persekolahan”.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena yang dikemukakan pada latar belakang, penulis
merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari teori pendidikan IPS?
2. Bagaimana prinsip pendidikan IPS?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini dalam bentuk pernyataan
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian pendidikan IPS.
2. Untuk mengetahui apa saja prinsip dalam pendidikan IPS.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Pendidikan IPS


Pembelajaran observasional pada kenyataannya disebut juga sebagai
pembelajaran sosial, dan Bandura (1986) mengusulkan teori pembelajaran sosial,
yang terdiri dari pembelajaran observasional dan pengkondisian. Inti dari teori
pembelajaran sosial adalah kita belajar dengan mengamati bagaimana orang lain
berperilaku dan melihat konsekuensi dari perilaku mereka. Kemudian kita
memvisualisasikan konsekuensi dari perilaku tertentu yang ingin kita buat, dan
memutuskan apakah akan berperilaku seperti itu atau tidak. Kemungkinan besar,
jika konsekuensi dari perilaku serupa itu positif maka kita akan membuat perilaku
itu, tetapi jika negatif maka kita tidak akan melakukannya, sesuai dengan prinsip
pengkondisian operan.
Teori pendidikan sosial adalah gagasan bahwa anak-anak belajar dari
mengamati orang lain. Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning.
Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan
memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan. Teori belajar sosial
Albert Bandura berusa menjelaskan hal belajar dalam latar wajar. Tidak seperti
halnya latar laboratorium, lingkungan sekitar memberikan kesempata yang luas
kepada individu untuk memperoleh ketrampilan yang kompleks dan kemampuan
melalui pengamatan terhadap tingkah laku model dan konsekuensi-
konsekuensinya.
Proses motivasi yang penting adalah penguatan dari luar, penguatan dari
dirinya sendiri dan Vicarius Reinforcement (penguatan karena imajinasi). Lebih
lanjut menurut Bandura penguasaan skill dan pengetahuan yang kompleks tidak
hanya bergantung pada proses perhatian, retensi, motor reproduksi dan motivasi,
tetapi juga sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berasal dari diri pembelajar
sendiri yakni “sense of self efficacy” dan “self – regulatory system”. Sense of self
efficacy adalah keyakinan pembelajar bahwa ia dapat menguasai pengetahuan dan
keterampilan sesuai standar yang berlaku (Tim Pegadogig Unpad, 207: 10). Teori
tersebut lebih dominan dalam pembelajaran IPS, karena lebih menekankan pada

4
sinergi antara sosial dengan pembelajaran. Keterkaitan antara kondisi sosial di
masyarakat dengan IPS akan menjadikan siswa mempunyai sikap hidup yang
perduli dengan lingkungan sosial yang ada di sekitarnya. Keperdulian yang
ditanamkan dalam sikap siswa tersebut tidak mengesampingkan aspek kognitif,
afektif dan psikomotor. Keilmuan IPS secara teoritik tetap menjadi landasan awal
pemahaman siswa terhadap kondisi masyarakat.
Ada empat elemen untuk teori belajar sosial termasuk:
1. Perhatian. Anak-anak tidak bisa belajar jika mereka tidak fokus pada tugas.
Siswa yang melihat sesuatu yang unik atau berbeda cenderung lebih fokus pada
hal itu, membantu mereka untuk belajar.
2. Penyimpanan. Orang belajar dengan menginternalisasi informasi. Kita
kemudian dapat mengingat informasi itu nanti ketika kita ingin menanggapi
situasi dengan cara yang sama seperti yang kita lihat. Untuk belajar dari apa
yang kita lihat, kita harus menyimpan informasi itu.
3. Reproduksi. Kami mereproduksi perilaku atau pengetahuan yang kami pelajari
sebelumnya saat diperlukan. Mempraktikkan respons kita di kepala atau dalam
tindakan dapat meningkatkan cara kita merespons.
4. Motivasi. Motivasi diperlukan untuk melakukan sesuatu. Biasanya motivasi
kita datang dari melihat orang lain dihargai atau dihukum atas sesuatu yang
telah mereka lakukan. Hal ini dapat memotivasi kita untuk melakukan atau
tidak melakukan hal yang sama.
Guru telah menemukan bahwa model sosial dan contoh adalah alat yang
sangat kuat dalam pendidikan. Jika anak-anak melihat konsekuensi positif dari
suatu tindakan, mereka cenderung melakukan tindakan itu sendiri. Dan jika
mereka melihat konsekuensi negatif, mereka cenderung menghindari perilaku itu.
Situasi yang unik, baru, dan berbeda sering kali menarik perhatian siswa dan
dapat menonjol bagi mereka.
Jika siswa melihat siswa lain memperhatikan, mereka cenderung
memperhatikan. Jadi guru memanfaatkan sistem penghargaan dan hukuman untuk
membantu siswa belajar dari contoh orang lain. Teori pendidikan IPS juga
memiliki akar yang besar dalam mendorong efikasi diri dengan menggunakan
umpan balik yang konstruktif. Siswa yang mendapatkan penguatan positif lebih

5
percaya diri pada diri sendiri dan kemampuan mereka agar lebih menonjol dalam
pikiran mereka dan mereka ingin mengulangi perilaku itu.
Sejarah teori belajar social menurut Albert Bandura dianggap sebagai
bapak teori pembelajaran sosial. Pada tahun 1960-an ia melakukan eksperimen
yang sekarang terkenal yang disebut eksperimen boneka Bobo yang menghasilkan
tulisan resminya tentang teori pembelajaran sosial pada tahun 1977.
Eksperimen boneka Bobo adalah sekelompok tes yang dilakukan dari
tahun 1961-1963. Eksperimen melibatkan mempelajari perilaku anak-anak setelah
mereka menyaksikan orang dewasa bertindak agresif terhadap mainan seperti
boneka dengan pusat massa rendah yang bergoyang kembali setelah dirobohkan.
Elemen terpenting dari eksperimen ini adalah melihat bagaimana anak-anak
berperilaku setelah melihat orang dewasa mendapatkan hadiah, hukuman, atau
tidak ada konsekuensi atas pelecehan fisik terhadap boneka Bobo. Eksperimen ini
membantu menunjukkan bagaimana anak-anak dapat dipengaruhi oleh belajar dari
perilaku orang lain. Wawasan Albert Bandura berfokus pada pengembangan
perilaku siswa.

B. Prinsip Pendidikan IPS.


Setiap cabang ilmu sosial yang menjadi bahan dasar utama IPS memiliki
nilai dan konsep esensial yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dalam
mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara
keseluruhan, kita dapat menggunakan tiga dimensi utama yakni dimensi ruang,
waktu dan nilai/norma. Dengan demikian ruang, waktu, nilai/norma adalah
merupakan konsep-konsep utama yang harus dipahami dalam mempelajari IPS.
Konsep-konsep utama itu dapat diperkaya dengan konsep-konsep lain yang
tingkatannya setara atau di bawahnya. Misalnya: konsep utama/esensil dalam
geografi adalah: ruang/tempat, dapat diperkaya atau dirinci dengan konsepkonsep:
tempat, sensus, iklim, lingkungan, benua, urbanisasi, peta, kota, desa, mortalitas,
khatulistiwa, demografi, tanah, transmigrasi, dan wilayah.
Dalam ilmu ekonomi juga terdapat konsep dasar misalnya kelangkaan,
produksi, konsumsi, investasi, uang, bank, koperasi, permintaan, penawaran,
kebutuhan dasar, kewirausahaan. Dalam ilmu Sosiologi terdapat beberapa konsep

6
misalnya; masyarakat, peran, norma, sanksi, interaksi sosial, konflik, perubahan
sosial, permasalahan sosial, penyimpangan, globalisasi, patronase, kelompok,
hierarki, dan patriarki. Demikian halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya memiliki
konsep dasarkonsep dasar yang langsung berkaitan dengan manusia. Ilmu
Antropologi terdapat beberapa konsep dasar, seperti kebudayaan, evolusi, culture
area, enkulturasi, difusi, akulturasi, etnosentisme, tradisi, ras, etnik, stereotip,
kekerabatan, magis, tabu, dan perkawinan. Ilmu Sejarah mengandung konsep
perubahan, peristiwa, sebab akibat, nasionalisme, kolonialisme, kemerdekaan,
revolusi, peradaban, waktu, dan sebagainya. Psikologi mengandung konsep
motivasi, konsep diri, sikap, persepsi, frustrasi, sugesti, crowding, kesadaran,
fantasi, fikiran, naluri, mimpi, dan personalitas. Dalam ilmu politik terkandung
konsep kekuasaan, kedaulatan, kontrol sosial, negara, pemerintah, legitimasi,
oposisi, sistem politik, demokrasi, hak asasi, dan sebagainya (Dadang Supardan,
2009).
Seluruh konsep dasar yang terkandung dalam ilmu-ilmu sosial di atas
saling memiliki hubungan dengan kehidupan manusia. Manusia sebagai salah satu
makhluk ciptaan Tuhan senantiasa berhadapan/berhubungan dengan dimensi-
dimensi ruang, waktu, dan berbagai bentuk kebutuhan (needs) serta berbagai
bentuk peristiwa baik dalam skala individual maupun dalam skala kelompok
(satuan sosial). Terdapat relasi, relevansi, dan fungsi yang cukup signifikan
seluruh ilmu-ilmu sosial tersebut untuk memecahkan masalah-masalah manusia.
Dimensi ruang (permukaan bumi) dengan segala fenomenanya, sangat relevan
menjadi objek (bahan) kajian geografi. Sedangkan dimensi manusia baik dalam
skala individual maupun dalam skala kelompok (masyarakat dan satuan sosial
lainnya) sangat relevan menjadi bahan kajian/telaah disiplin sosiologi dan
psikologi sosial. Kemudian dimensi waktu dan peristiwa-peristiwa yang dialami
manusia dari waktu ke waktu sangat relevan menjadi obyek/bahan kajian bagi
disiplin ilmu sejarah. Dimensi kebutuhan (needs) yang senantiasa memiliki
karakteristik/sifat keterbatasan (kelangkaan), perilaku ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat sangat tepat menjadi obyek kajian bagi disiplin ilmu ekonomi.
Jadi dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa konsep dasar pendidikan IPS
itu adalah ilmu-ilmu sosial. Hal ini dapat dilihat dari pengetian IPS, sebagaimana

7
dikemukakan oleh Hamalik (1992:35) bahwa “IPS merupakan mata pelajaran
yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu social, disusun melalui
pendekatan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu social, disusun melalui
pendekatan pendidikan, psikologis, dan kelayakan, serta kebermaknaan bagi
peserta didik dalam kehidupannya”.
Pernyataan tersebut menegaskan, bahwa IPS merupakan kajian terpadu
antara disiplin Ilmu-ilmu social, diarahkan untuk mencapai kemampuan warga
negara yang baik. Setiap guru IPS mestinya paham hakikat keterpaduan dalam
mata pelajaran IPS. Namun ternyata masih banyak guru yang memahami IPS
sebagai mata pelajaran yang terpisah sebagai ilmu sosial seperti Ekonomi,
Geografi, sosiologi dan Sejarah. Bahkan sangat mungkin di antara guru IPS yang
ada, juga kurang memahami tujuan pembelajaran IPS. Pemahaman guru akan
Pembelajaran IPS di tingkat sekolah menengah pertama saat ini secara terpadu
yang diantaranya meliputi konsep ekonomi, konsep geografi, konsep sejarah, dan
konsep sosiologi akan membuka wawasan guru sehingga bisa menjadikan IPS
sebagai mata pelajaran yang mengkaji berbagai perilaku dan interaksi manusia
dalam kehidupan social dalam aspek keruangan, untuk mensukseskan tujuan dari
pembelajaran pendidikan IPS.
Seharusnya para pendidik khususnya guru IPS menyadari bahwa
pendekatan struktur pengetahuan IPS dibangun atas teori pembelajaran dan
spesialis IPS seperti yang dijabarkan oleh Jerome Bruner dan Hilda Taba yang
memberikan cara untuk mengorganisir berbagai isi dalam kepentingan mereka.
Dalam struktur pengetahuan, isi dari elemen nyata dipandang lebih penting untuk
meningkatkan kemampuan pendidik karena dipandang memberikan informasi
yang merujuk pada situasi yang berbeda. Struktur pengetahuan dapat dilukiskan
sebagai berikut: fakta, konsep dan generalisasi :
1.      Fakta
Fakta merujuk pada keadaan khusus dan mempunyai kekuatan penjelas
yang sangat terbatas. Fakta penting karena merupakan fondasi dasar untuk
membangun konsep dan generalisasi. Karena ada sangat banyak fakta, maka tidak
mungkin kita dapat mengajarkan semua fakta yang ada namun kita harus

8
memilihnya sehingga peserta didik dapat menggengam konsep dan generalisasi
yang penting.
2.      Konsep
Konsep merupakan label yang membantu seseorang untuk membuat
informasi yang jumlahnya sangat banyak. Konsep merupakan alat intelektual yang
sangat hebat dimana seseorang dapat menyederhanakan dunia dan membuat
mudah berfikir dalam pemecahan masalah. Sebagai contoh konsep tentang mobil
membantu kita dalam mengorganisir dengan cepat dalam mengenali ukuran,
warna, dan lain-lain. Konsep mempunyai hubungan dengan konsep yang lain.
Tidak seperti fakta yang memiliki keterbatasan dalam situasi khusus, konsep
mempunyai keluasan dalam mengaplikasikannya. Konsep memiliki makna atau
definisi yang disebut dengan atribut.Salah satu tantangan bagi guru IPS adalah
mengembangkan rencana pelajaran untuk membantu siswa dalam memahami
konsep-kosep yang kompleks secara tuntas.
3.      Generalisasi
Generalisasi adalah pernyataan atau hubungan diantara beberapa konsep.
Kebenaran dari generalisasi ditentukan oleh referensi yang membuktikannya.
Beberapa generalisasi yang kita terima sekarang ini mungkin akan mengalami
modifikasi pada masa yang akan datang dan seharusnya teori baru akan lebih baik.
Secara singkat generalisasi merangkum informasi dalam jumlah yang sangat
banyak.
Mata pelajaran IPS menyediakan alat bagi peserta didik yang dapat
digunakan untuk membuat keputusan tentang masalah-masalah pribadi dan sosial,
sehingga kurikulum pembelajaran IPS diharapkan dapat membantu peserta didik
membangun landasan untuk memahami kenyataan masyarakat. Sebagian besar
negara di dunia, seperti di Indonesia memasukkan pembelajaran IPS di berbagai
tingkat pendidikan, mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Dalam
arti, bahwa kecintaan terhadap bangsa bukanlah merupakan doktrin edeologi
negara yang bersifat pasif dan dogmatis, tetapi bersifat dinamis, artinya senantiasa
menghadapi perubahan-perubahan yang sedang dan akan terjadi. Hal ini perlu
ditanamkan dengan harapan ketahanan diri sebagai warga negara dapat terpelihara
terutama ketika menghadapi gelombang perubahan yang menembus berbagai

9
sendi kehidupan peserta didik jangan sampai menggadaikan rasa kebangsaannya.
IPS harus dikemas secara pedagogic dan disesuaikan dengan perkembangan
peserta didik.
Konsep Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Indonesia mulai populer pada
tahun 1975-an. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran di sekolah
yang dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang diorganisasikan
dengan satu pendekatan interdisipliner, multidipliner atau transdisipliner Ilmu-
ilmu Sosial dan humaniora (sosiologi, ekonomi, geografi, sejarah, politik, hukum,
budaya, psikologi sosial, ekologi). Selanjutnya dalam UU No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa IPS merupakan bahan
kajian yang wajib dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah yang
antara lain mencakup ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan dan lain sebagainya
yang dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat (penjelasan
pasal 37). Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai bahan kajian merupakan subject
matteri yang dapat dikemas menjadi satu atau beberapa mata pelajaran atau
diintegrasikan dengan bahan kajian lain sesuai dengan kebutuhan pendidikan.
Dari uraian di atas dapat ditegaskan bahwa IPS adalah mata pelajaran pada
jenjang pendidikan di tingkat sekolah, yang dikembangkan secara terintegrasi
dengan mengambil konsep-konsep esensial dari Ilmu-ilmu Sosial dan humaniora.
IPS mengkaji berbagai fenomena kehidupan dan masalah sosial yang
diorganisasikan dan disajikan secara ilmiahpedagogis dan psikologis, yang telah
disederhanakan, diseleksi, dan diadaptasi untuk kepentingan pencapaian tujuan
pendidikan. Bagaimana dengan tujuan pembelajaran IPS itu sendiri? Dalam realita
sekarang, IPS merupakan bagian dari kurikulum sekolah dari tingkat Sekolah
Dasar (SD), SMP/MTs dan SMK. Materi IPS terdiri atas sejumlah konsep, prinsip
dan tema yang berkenaan dengan hakikat kehidupan manusia sebagai makhluk
sosial (homo Socious).
Hal ini sejalan dengan tujuan IPS dalam Permendiknas No.22 tahun 2006
tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa mata
pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memilki kemampuan :

10
a.       Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya,
b.      Memilki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan social,
c.       Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai social dan
kemanusiaan,
d.      Memilki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetensi
dalam masyarakat majemuk di tinggkat lokal, nasional, dan global.
Tujuan pembelajaran IPS tersebut dijelaskan oleh Novarlia (2013:32)
bahwa mata pelajaran IPS dapat membentuk peserta didik menjadi warga negara
yang baik dan bertanggungjawab.
            Disisi lain, Somantri (2001:260) mengemukakan tujuan pendidikan IPS
ditingkat persekolahan sebagai berikut :
1.      Tujuan pembelajaran pendidikan IPS di sekolah adalah mendidik para
peserta didik menjadi ahli ekonomi, politik, hukum, sosiologi dan pengetahuan
lain, menurut pendapat ini IPS harus diorganisasikan secara terpisah-pisah sesuai
berdasarkan disiplin ilmunya.
2.      Tujuan pembelajaran IPS di sekolah ialah untuk menumbuhkan warga
negara yang baik. Menurut pendapat ini sifat warga negara yang baik akan lebih
mudah ditumbuhkan pada peserta didik apabila guru mendidik mereka dengan
jalan menempatkannya dalam kontes kebudayaannya daripada memusatkan
perhatian pada disiplin ilmu social yang terpisah seperti pada perguruan tinggi.
3.      Hasil kompromi dari pendapat pertama dan kedua. Golongan ini mengakui
kebenaran masing-masing. Karena itu, golongan ini berpendapat bahwa bahan
pembelajaran IPS harus dapat menampung peserta didik untuk studi lanjutan ke
universitas
4.      Tujuan pembelajaran IPS di sekolah dimaksudkan untuk mempelajari bahan
pelajaran yang bersifat tertutup. Maksudnya ialah bahwa dengan mempelajari
bahan pelajaran yang pantang untuk dibicarakan, para peserta didik akan
memperoleh kesempatan untuk memecahkan konflik interpersonal maupun antar
personal. Bahan pelajaran IPS yang tabu tersebut dapat timbul dari bidang
ekonomi, politik, sejarah, sosiologi, dan lainnya. Dengan mempelajari hal yang

11
tabu peserta didik akan mempelajari masalah social dalam kehidupan demokratis
dalam masyarakat.
Pernyataan tersebut menunjukkan sangat beragamnya pendapat para ahli
dalam menyikapi pembelajaran IPS. Namun, semuanya memiliki tujuan yang
hampir sama bahwa pembelajaran IPS harus membekali peserta didik tidak hanya
berupa ilmu pengetahuan saja, tetapi mencakup nilai dan keterampilan di
masyarakat sehingga memiliki pemahaman tentang kehidupan baik dalam
lingkungan keluarga, masyarakat, ataupun bangsa. Dimasa yang akan datang,
peserta didik baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan
warga negara akan menghadapi tantangan yang berat. Kehidupan masyarakat
global selalu bergerak dan berubah dengan cepat seiring dengan perkembangan
kemajuan tegnologi dan pengetahuan, khususnya dalam bidang tegnologi
informasi. Karena itu, mata pelajaran IPS harus dirancang dengan tujuan untuk
mengembagkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap
kondisi social masyarakat dalam memasuki kehidupan bermaasyarakat yang
dinamis.
Dengan demikian tujuan pendidikan IPS adalah pengembangan intelektual
peserta didik, pengembangan kemampuan dan rasa tanggungjawab sebagai
anggota masyarakat dan bangsa, serta pengembangan diri peserta didik sebagai
pribadi. Tujuan utamanya adalah pengembangan intelektual diri peserta didik,
kedua yaitu pengembangan diri untuk bersiap menghadapi kehidupan masyarakat
dengan permasalahan sosialnya yang harus dipecahkan melalui intelektual tadi
masing-masing peserta didik.
           

12
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Konsep dasar pendidikan IPS itu adalah ilmu-ilmu social. Pendidikan IPS
merupakan kajian terpadu antara disiplin Ilmu-ilmu social, diarahkan untuk
mencapai kemampuan warga negara yang baik. Setiap guru IPS mestinya paham
hakikat keterpaduan dalam mata pelajaran IPS. Namun ternyata masih banyak
guru yang memahami IPS sebagai mata pelajaran yang terpisah sebagai ilmu
sosial seperti Ekonomi, Geografi, sosiologi dan Sejarah. Bahkan sangat mungkin
di antara guru IPS yang ada, juga kurang memahami tujuan pembelajaran IPS.
Pemahaman guru akan Pembelajaran IPS di tingkat sekolah menengah pertama
saat ini secara terpadu yang diantaranya meliputi konsep ekonomi, konsep
geografi, konsep sejarah, dan konsep sosiologi akan membuka wawasan guru
sehingga bisa menjadikan IPS sebagai mata pelajaran yang mengkaji berbagai
perilaku dan interaksi manusia dalam kehidupan social dalam aspek keruangan,
untuk mensukseskan tujuan dari pembelajaran pendidikan IPS.
Seharusnya para pendidik khususnya guru IPS menyadari bahwa
pendekatan struktur pengetahuan IPS dibangun atas teori pembelajaran dan
spesialis IPS seperti yang dijabarkan oleh Jerome Bruner dan Hilda Taba yang
memberikan cara untuk mengorganisir berbagai isi dalam kepentingan mereka.
Dalam struktur pengetahuan, isi dari elemen nyata dipandang lebih penting untuk
meningkatkan kemampuan pendidik karena dipandang memberikan informasi
yang merujuk pada situasi yang berbeda. Struktur pengetahuan dapat dilukiskan
sebagai berikut: fakta, konsep dan generalisasi.
Fokus dari implementasi adalah proses pembelajaran. Pembelajaran ini
melibatkan semua unsure pelaksana pendidikan, peserta pendidikan, kurikulum,
kondisi belajar yang ada, dan kebijakan pendidikan. Perencanaan/silabus yang
telah dilakukan guru diuji keterlaksanaannya dalam proses pembelajaran. Oleh
karena itu pembelajaran adalah primadona setiap proses pengembangan
kurikulum dan implementasi kurikulum. Proses pembelajaran yang dikehendaki

13
oleh kurikulum IPS berbasis kompetensi dimulai dari penyusunan silabus oleh
guru. Silabus ini kemudian dikembangkan menjadi proses pembelajaran.

B. Saran
Pembelajaran IPS harus menggali materi-materi yang bersumber pada
masyarakat. Dengan kata lain, pembelajaran IPS yang melupakan masyarakat
atau tidak berpijak pada kenyataan di dalam masyarakat tidak akan mencapai
tujuannya.

14
DASFTAR PUSTAKA

Al-Muchtar, Suwarma. (2014). Epistemologi Pendidikan IPS. Bandung : Wahana


Jaya Abadi.

Bandura, A. (1986). Social foundations of thought and action: A social cognitive


theory. Prentice-Hall, Inc.

Bandura, A. (1977). Social learning theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.

Bandura, A. Ross, D., & Ross, S. A. (1961). Transmission of aggression through


the imitation of aggressive models. Journal of Abnormal and Social Psychology,
63, 575-582

Hamalik, O. (1992). Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Hasan, Hamid S. (2005). Implementasi Pendidikan IPS dalam Menghadapi


Tantangan Global. UPI : Bandung.

Kartadinata,S., dan Dantes, N. (1996). Landasan-landasan Pendidikan SD.Jakarta:


Depdikbud.

NCSS. (1994). Curriculum Standar For Social Studies. Washington, USA:


Expectation for Excelence.

Novarlia, Irena. (2013). Model Pembelajaran Berbasis Literasi Geografi dalam


Upaya Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik (Studi pada Sekolah
Menengah Pertama di Kabupaten Sumedang). Desertasi UPI bandung. Tidak
diterbitkan

Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah pada Mata Pelajaran IPS.

15
Skeel Dorothy . (1995). Elementari Social Studies-Challenges for Tomorrow's
World. Florida (USA) :Harcourt Brace and Company

Somantri, M.N. (2001a). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Supardan, Dadang. (2009). Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan


Struktural. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

16

Anda mungkin juga menyukai