Anda di halaman 1dari 34

LANDASAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Teknologi Pembelajaran

Dosen pengampu:
Dr. Septinaningrum, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 2 PGMI-6A
1. Lailatul Ngazizah 12205193265
2. Dita Dwi Septiana 12205193281
3. Nur Latifatul Aini 126205201052
4. Deny Marliana Laela 126205202168

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
MARET 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat,
taufik serta hidayahnya kepada kami sehingga penulisan makalah ini dapat
berlangsung dengan lancar. Penulis selesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas
mata kuliah Teknologi Pembelajaran. Semoga makalah ini memenuhi tuntutan
seperti yang diharapkan.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag, selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I, selaku Dekan Universitas Islam Negeri
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
3. Bapak Dr. Adi Wijayanto, S.Or., S.Kom., M.Pd., AIFO. Selaku Kooprodi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Universitas Islam Negeri Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
4. Ibu Dr. Septinaningrum, M.Pd selaku Dosen pengampu mata kuliah Teknologi
Pembelajaran.
5. Semua Pihak yang turut membantu dan memberi semangat dalam
menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari segala kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Kritik


dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan, sehingga dapat menambah
kesempurnaan penulisan makalah ini.

Tulungagung, 12 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. Latar Belakang .............................................................................................1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3

A. Kebenaran Hakiki Filsafat Teknologi Pembelajaran ...................................3


B. Landasan Filosofis Teknologi Pembelajaran ...............................................7
C. Landasan Psikologis Teknologi Pembelajaran...........................................14
D. Landasan Sosial Budaya Teknologi Pembelajaran ....................................20

BAB III PENUTUP ..............................................................................................28

A. Kesimpulan ................................................................................................28
B. Saran...........................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................30

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan semakin berkembang dari masa ke masa.
Perkembangan ini sangat mendukung terciptanya teknologi-teknologi baru
yang menandakan perkembangan zaman. Hingga kini perkembangan
tersebut sudah memasuki tahap digital. Termasuk di Indonesia hampir
semua bidang sudah memanfaatkan teknologi, salah satunya dalam bidang
pendidikan yakni kegiatan pembelajaran.
Dunia pendidikan saat ini dituntut untuk dikembangkannya
pendekatan pembelajaran sesuai dengan dinamika pendidikan Negara
Indonesia. Pendidikan selalu menjadi sorotan banyak orang, tidak hanya
dari pemegang kebijakan tetapi juga pengguna (siswa). Kenyataannya
masih banyak permasalahan yang harus dihadapi dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Permasalahan ini dipengaruhi
oleh sejumlah faktor eksternal yang berasal dari luar peserta didik, maupun
faktor internal yang berasal dari dalam diri peserta didik itu sendiri. Proses
pembelajaran harus melibatkan banyak pihak, yang diimbangi oleh
perkembangan teknologi untuk mempermudah dalam tercapainya suasana
tertentu dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik nyaman dalam
belajar.
Teknologi pendidikan adalah proses pemecahan masalahnya
menyangkut semua aspek belajar peserta didik dan seluruh manusia.
Sedangkan teknologi pembelajaran adalah cara penyampaian belajar
menggunakan media. Jadi pembelajaran itu sangat penting jika di
gabungkan dengan teknologi pembelajaran dan pendidikan dikarenakan
saling mempunyai perasan penting untuk mencapai keberhasilan peserta
didik. Jika kedua sistem tersebut tidak ada maka proses belajar mengajar
kurang maksimal.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat filsafat teknologi pembelajaran?
2. Bagaimana landasan filosofis teknologi pembelajaran?
3. Bagaimana landasan psikologis teknologi pembelajaran?
4. Bagaimana landasan sosial budaya teknologi pembelajaran?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan hakikat filsafat teknologi pembelajaran.
2. Untuk menjelaskan landasan filosofis teknologi pembelajaran.
3. Untuk menjelaskan landasan psikologis teknologi pembelajaran.
4. Untuk menjelaskan landasan sosial budaya teknologi pembelajaran.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kebenaran Hakiki Filsafat Teknologi Pembelajaran

Terminologi pendidikan berasa dari kata “textere” (bahasa latin) yang


artinya “to weave or construct”, menenun atau membangun. Dalam bahasa
Yunani teknologi berasal dari kata ‘technologia’ yang menurut webster
dictionary berarti systematetic treatment atau penanganan sesuatu secara
sistematis. Arti lain dari teknologi diambil dari kata techne sebagai dasar yaitu
art, skill dan science yang berarti keahlian, keterampilan, dan ilmu.

Teknologi dapat dijadikan alat untuk pemanfaatan pengetahuan dan


ilmu pengetahuan. Salisbury mengungkapkan bahwa teknologi adalah
penerapan ilmu atau pengetahuan terorganisir secara sistematis untuk
penyelesaian tugas-tugas secara praktis. 1Praktik penggunaaan teknologi akan
meningkatkan nilai tambah terhadap produk ilmu pengetahuan seringkali oleh
masyarakat diartikan sebagai alat elektronik atau mesin.

Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-


barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
Secara umum, teknologi dapat didefinisikan sebagai entitas, benda maupun
tidak benda yang diciptakan secara terpadu melalui perbuatan dan pemikiran
untuk mencapai suatu nilai. Dalam penggunaan ini, teknologi merujuk pada alat
dan mesin yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah di
dunia nyata. Ia adalah istilah yang mencakup banyak hal, dapat juga meliputi
alat-alat sederhana, seperti linggis atau sendok kayu, atau mesin-mesin yang
rumit, seperti stasuin luar angkasa atau mempercepat partikel.

Alat dan mesin tidak mesti berwujud benda; teknologi virtual, seperti
perangkat lunak dan metode bisnis, juga termasuk ke dalam definisi teknologi
ini dan teknologi juga dapat dipandang sebagai kegiatan yang membentuk atau

1
Salibury, F.B, dan Ross, C.W., Fisiologi Tumbuhan, ( Bandung:ITB,2007), hal. 2

3
mengubah kebudayaan. Selain itu, teknologi adalah terapan matematika, sains,
dan berbagai seni untuk faedah kehidupan seperti dikenal saat ini. Sebagai
contoh modern adalah bangkitnya teknologi komunikasi, yang memperkecil
hambatan bagi interaksi antar sesama manusia, dan sebagai hasilnya, telah
membantu melahirkan sub-sub kebudayaan baru, bangkitnya budaya dunia
maya yang berbasis pada perkembangan internet dan komputer. Tidak semua
teknologi memperbaiki budaya dalam cara kreatif, teknologi dapat juga
membantu mempermudah penindasan politik dan peperangan melalui alat
seperti pistol atau bedil. Sebagai suatu kegiatan budaya, teknologi memangsa
ilmu dan rekayasa yang masing-masing memformalkan beberapa aspek kerja
keras teknologi.

1. Pengertian teknologi pendidikan

Tumbuh dan berkembangnya suatu konsep tidak akan lepas dari


konteks dimana konsep itu akan tumbuh. Setiap konsep tentu memerlukan
istilah atau nama yang diciptakan sebagai lambang untuk mengidentifikasi
konsep yang dimaksud dan untuk mengkomunikasikan gagasan yang ada
didalamnya.

Teknologi pendidikan merupakan konsep yang kompleks. Ia dapat


dikaji dari berbagai segi dan kepentingan. Teknologi pendidikan sebagai
suatu bidang kajian ilmiah senantiasa berkembang sesuai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi yang mendukung dan mempengaruhinya.
Hakikat teknologi pendidikan dapat dijelaskan melalui beberapa definisinya

Teknologi pendidikan adalah kajian dan praktik untuk membantu


proses belajar dan meningkatkan kinerja dengan membuat, menggunakan,
dan mengelola proses dan sumber teknologi yang memadai, istilah
teknologi pendidikan sering dihubungkan dengan teori belajar dan
pembelajaran.

Definisi teknologi pendidikan atau pembelajaran merupakan


penelitian dan aplikasi ilmu perilaku dan teori belajar dengan menggunakan
pendekatan sistem untuk melakukan analisis, desain, pengembangan,

4
implementasi, evaluasi dan pengelolaan penggunaan teknologi untuk
membantu memecahkan masalah belajar dan kinerja. Tujuan utamanya
adalah pemanfaatan teknologi (soft-technologi maupun hard technology)
untuk membantu memecahkan masalah belajar dan kinerja manusia.

Sementara menurut Comission on Instructional Technology,


teknologi adalah suatu cara yang sistematis dalam mendesain,
melaksanakan, dan mengevaluasi proses keseluruhan dari belajar dan
pembelajaran dalam bentuk tujuan pembelajaran yang spesifik, berdasarkan
penelitian dalam teori belajar dan komunikasi pada manusia dan
menggunakan kombinasi sumber-sumber belajar dari manusia maupun non-
manusia untuk membuat pembelajaran lebih efektif. 2

Sedangkan AECT berpendapat bahwa teknologi pendidikan adalah


satu bidang/disiplin ilmu dalam memfasilitasi belajar manusia melalui
identifikasi, pengembangan, pengorganisasian dan pemanfaatan secara
sistematis seluruh sumber belajar dan melalui pengelolaan proses
kesemuanya itu.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa teknologi


pendidikan adalah suatu dsiplin ilmu Yng memfokuskan diri dalam upaya
memfasilitasi belajar pada manusia. Jadi obyek formal teknologi pendidikan
mnurut pengertian ini adalah bagaimana memfasilitasi belajar dengan cara
melalui identifikasi, pengembangan, pengorganisasian, dan pemanfaatan
secara sistematis seluruh sumber belajar. Disamping itu melalui
pengelolaan yang baik dan tepat terhadap proses secara sistematis pada
seluruh sumber belajar.

Teknologi belajar dikenal sebagai cara-cara sistematik dan sistemik


dalam memecahkan masalah pembelajaran secara efektif dan efisien,
didalam definisi ini ada beberapa pengertian:

a. Teknologi pendidikan menawarkan berbagai cara, bukan satu cara.

2
Assosiation for Educational Communication and Technology, 1986, Definisi Technologi
Pendidikan, Terjemahan, Jakarta; Raja wali. Artikel-artikel TeKnoLogi. E-majalah.com

5
b. Teknologi pendidikan menawarkan cara sistemik (bersistem) bukan
parsial, tetapi menyeluruh dan integratif dengan melibatkan semua
komponen pembelajaran. Ia harus mempunyai tujuan tertentu yang tidak
dapat dicapai oleh fungsi dari satu atau beberapa bagian darinya.
c. Teknologi pendidikan menawarkan cara yang runtut atau sistematik,
tidak acak-acakan.
d. Teknologi pendidikan menawarkan cara yang terbukti efektif dan
efisien, melalui uji coba dalam skala terbatas sebelum digunakan dalam
skala nasional.
e. Cara-cara itu terfokus pada rangkaian interaksi antara peserta didik
dengan sumber belajar dalam skala luas, termasuk pengajar berbagai
media sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya
tercapai. Definisi itu menjanjikan terjadinya solusi dalam memecahkan
masalah pembelajaran melalui lima konsep dasar tadi. Pendidikan ini
sebagai sang revolusioner untuk mengubah taraf pendidikan itu sendiri
ke arah yang lebih baik.

Definisi itu menjanjikan terjadinya soslusi dalam memecahkan


masalah pembelajaran melalui lima konsep dasar yang sangat indah.
Sehingga muncullah teknologi pendidikan ini sebagai revolusioner untuk
mengubah taraf pendidikan itu sendiri kearah yang kebih baik.

2. Makna dan Fungsi Teknologi pendidikan


a. Makna kawasan teknologi pendidikan
Secara etimologis, domain atau kawasan berarti wilayah atau
daerah kekuasaan atau bidang kajian, kegiatan, garapan yang lebih kecil,
terperinci dan spesifik dari lahan lapangan cakupan suatu ilmu. Adapun
teknologi pendidikan sebagai teori dan praktek secara faktual yang telah
menjadi bagian integral dari upaya pengembangan sumber daya
manusia khususnya pada sistem pendidikan dan pelatihan. Idealnya
setiap teknologi pendidikn, pembelajaran terutama yang memperoleh
pendidikan akademik perlu menguasai beberapa kawasan teknologi
pendidikan. Teknologi pendidikan sebagai suatu proses kompleks yang
terintegrasi meliputi manusia, prosedur, ide, peralatan dan organisasi

6
untuk menganalisa masalah yang menyangkut semua aspek belajar,
serta merancang, melaksanakan, menilai, dan mengelolah pemecahan
masalah itu.
b. Fungsi teknologi pendidikan

Mengetengahkan sifat taksonomi dari struktur kawasan. Tujuan


utama dalam membuat suatu taksonomi adalah untuk mempermudah
komunikasi. Menurut Bloom pesatnya perubahan dan penyesuaian
teknologi menurut terjadinya alih pengetahuan dari teknologi yang satu
kepada yang lain. Tanpa “kemungkinan dapat ditransfer” ini landasan
penelitian harus diciptakan kembali untuk setiap teknologi yang baru.
Dengan mengidentifikasi lingkup taksonomi, kaum akademisi dan para
praktisi dapat memecahkan permasalahan penellitian, dan para praktisi
bersama dengan para teoritis dapat mengidentifikasi kelemahan teori
dalam menunjang dan meramalkan aplikasi teknologi pembelajaran. 3

B. Landasan Filosofis Teknologi Pembelajaran

Filsafat dinyatakan sebagai rangkaian yang didasarkan pada keyakinan,


konsepsi, dan sikap seseorang, yang menunjukan arah atau tujuan yang
diambilnya4. Sedangkan filsafat menurut Poedjawijatna mendefinisikan filsafat
sebagai sejenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam-
dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan akal pikiran belaka 5. D. C Mulder
berpendapat bahwa filsafat ialah pemikiran teoritis tentang susunan kenyataan
sebagai keseluruhan. Ilmu filsafat itu mengabstraksikan susunan kenyataan dan
membuat susunan itu menjadi sasaran pemikirannya, Dari beberapa definisi
tersebut, dapat disimpulkan bahwa filsafat merupakan pondasi atau dasarnya
sebuah ilmu pengetahuan yang mencari sebab-akibat dari sebuah pengetahuan
yang diperoleh dengan cara ilmiah dan hasil berpikir yang didasarkan pada
keyakinan dan konsepsi seseorang untuk menunjukan arah tujuannya.

3
Bloom, Benjamin., ect, Taxonomy of Educational Objecties: the Classificational Goals,
Handbook I Cognitive Domain, (Newyork: Longmans, Green and co), 1956, h. 10-11
4
Mairso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan ( Jakarta: kencana, 2016 ), hal 89
5
Poedjawijatna I.R, Pembimbing ke Arah Alam Filsafat ( Jakarta: Rineka Cipta, 1997 ), hal 11

7
Filsafat dalam pendidikan merupakan teori umum dari pendidikan,
landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan, atau dapat dikatakan
sebagai teori yang dipakai dasar bagaimana “pendidikan itu dilaksanakan”
sehingga mencapai tujuan pendidikan. Maka, sebagai sebuah ilmu teknologi
pendidikan juga memiliki landasan. Salah satunya adalah landasan filosofi yang
dapat dikaji melalui tiga kajian filsafat yaitu ontologi, epistemologi dan
aksiologi. Dari ketiga komponen tersebut, maka dikaitkan dengan teknologi
pendidikan.
1. Ontologi Teknologi Pendidikan
Di dalam ilmu filsafat, ontologi merupakan asas dalam menetapkan
ruang lingkup wujud yang menjadi objek penelaahan, serta penafsiran
tentang hakikat realitas dari objek tersebut. Sedangkan Bramel berpendapat
bahwa ontologi bertolak atas penyelidikan tentang hakikat ada (existence
6
and being) . Teknologi pendidikan sebagai pengembang dalam
memudahkan hubungan siswa dengan dunia lingkungannya harus
menghadapi realita dan objek pengalaman di masyarakat dan di sekolahnya.
Pada dasarnya, permasalahan utama yang terjadi di dunia
pendidikan setelah mengalami beberapa kali revolusi, khususnya di dalam
teknologi pendidikan yaitu mengenai permasalahan belajar. Permasalahan
ini diantaranya :
a. Adanya sejumlah besar orang yang belum terpenuhi kesempatan
belajarnya, baik yang diperoleh melalui suatu lembaga khusus, maupun
yang dapat diperoleh secara mandiri
b. Adanya berbagai sumber baik yang telah tersedi maupun yang dapat
direkayasa, tapi belum dimanfaatkan untuk keperluan belajar.
c. Perlu adanya suatu proses atau usaha khusus yang terarah dan terencana
untuk menggarap sumber-sumber tersebut agar dapat terpenuhi Hasrat
setiap orang dan organisasi.

6
Brameld, Theodore, Philosophies of Education in Cultural Perspective, (United of State
Amerika: Holt, Rinehart and Wisnton, Inc, 1955), hal 28

8
d. Perlu adanya keahlian dan pengelolaan atas pkegiatan khusus dalam
pengembangan dan memanfaatkan sumber untuk belajar tersebut secara
efektif, efisien dan selaras.
Hal yang menjadi dasar atau landasan ruang lingkup wujud objek
penelaahan (ontologi) teknologi diantaranya:
a. Adanya berbagai macam sumber untuk belajar termasuk orang (penulis
buku, produser media dan lain-lain), pesan (yang tertulis dalam buku
atau tersaji lewat media), media (buku program televisi, radio dan lain-
lain), alat (jaringan televisi, radio, dan lain- lain) cara-cara tertentu
dalam mengolah/menyajikan pesan serta lingkungan dimana proses
pendidikan itu berlangsung
b. Perlunya sumber-sumber tersebut dikembangkan baik secara konseptual
maupun faktual
c. Perlu dikelolanya kegiatan pengembangan, maupun sumber-sumber
untuk belajar itu agar dapat
Dari objek tersebut, dapat dilihat bahwa ontologi berusaha
memecahkan masalah-masalah yang terjadi. Permasalahan mengenai apa
yang menjadi objek penelaahan dalam teknologi pendidikan berdasarkan
postulat yang terjadi saat ini. Dan ketiga objek penelaahan tersebut
merupakan ruang lingkup wujud objek penelaahan ontologi teknologi
pendidikan.
Berdasarkan objek telaah tersebut, dapat disimpulkan bahwa
ontologi dari filsafat ilmu teknologi pendidikan adalah masalah-masalah
yang ada di dalam pendidikan dan pembelajaran, fenomena-fenomena dan
hal-hal yang penting namun belum menjadi perhatian dari bidang ilmu yang
lain. Yaitu mengenai masalah belajar yang dihadapi oleh manusia
berdasarkan revolusi-revolusi yang terjadi dalam teknologi pendidikan.
Pada dasarnya teknologi pendidikan memiliki kawasannya tersendiri yang
khas dan unik yakni, perencanaan (design), pengembangan, pemanfaatan,
penilaian, dan pengelolaan (manajemen) sumber, bahan, media, alat, sarana
dan lingkungan belajar. Itulah inti dari objek telaah ontologi filsafat
teknologi pendidikan.

9
2. Epistemologi Teknologi Pendidikan
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal,
sifat, metode, dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy
that investigates the origin, nature, methods and limits of human
knowledge)7. Setelah mengetahui apa yang menjadi objek penelaahan dalam
teknologi pendidikan (ontologi), maka epistemologi membantu teknologi
pendidikan untuk mengetahui cara bagaimana materi pengetahuan
diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan. Adapun yang
merupakan epistemologi teknologi pendidikan yang tidak dilakukan oleh
disiplin keilmuan yang lain, diantaranya:
a. Keseluruhan masalah belajar dan upaya pemecahannya ditelaah secara
simultan. Semua situasi yang ada diperhatikan dan dikaji saling
keterkaitannya (sistemik), dan bukannya dikaji secara terpisah-pisah
(parsial).
b. Unsur-unsur yang berkepentingan diintegrasikan dalam suatu proses
kompleks secara sistemik, yaitu dirancang, dikembangkan,
dilaksanakan, dinilai, dikelola sebagai suatu kesatuan dan ditujukan
untuk memecahkan masalah
c. Penggabungan ke dalam proses yang kompleks dan perhatian atas gejala
secara menyeluruh, harus mengandung daya lipat atau sinergisme,
berbeda dengan hal dimana masing-masing fungsi berjalan sendiri.
Untuk mendapatkan teknologi pendidikan yaitu dengan:
a. Telaah secara simultan keseluruhan masalah-masalah belajar
b. Pengintegrasian secara sistemik kegiatan pengembangan, produksi,
pemanfaatan, pengelolaan dan evaluasi
c. Mengupayakan sinergisme atau interaksi terhadap seluruh proses
pengembangan dan pemanfaatan sumber belajar
3. Aksiologi Teknologi Pendidikan
Aksiologi merupakan asas dalam menggunakan pengetahuan yang
telah diperoleh dan disusun dalam tubuh pengetahuan tersebut. Landasan
aksiologi berkaitan dengan peningkatan produktivitas pendidikan dan

7
Rachmat, Aceng. Filsafat Ilmu Lanjutan, ( Jakarta: KENCANA, 2011 ) Hal 147

10
kualitas guru dalam mengemas materi, model, media dalam kegiatan
pendidikan dan pembelajaran secara ilmiah dan sistematis. Aksiologi
mempertanyakan “Apakah kegunaan dari pengetahuan yang telah diperoleh
dan dihimpun itu?”. Maka jawaban untuk pertanyaan ini disusun oleh
Presidential Commission on Instructional Technology menjadi8:
a. Meningkatkan produktivitas pendidikan, dengan jalan:
1) Memperlaju penahapan belajar
2) Membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik;
dan
3) Mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga guru
dapat lebih banyak membina dan mengembangkan kegairahan
belajar anak
b. Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual,
dengan jalan:
1) Mengurangi kontrol guru yang kakudan tradisional; dan
2) Memberikan kesempatan anak berkembang
c. Memberikan dasar pengajaran yang lebih ilmiah, dengan jalan:
1) Perencanaan program pengajaran yang lebih sistematik; dan
2) Pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi penelitian tentang
perilaku
d. Lebih memantapkan pengajaran dengan jalan :
1) Meningkatkan kapasitas manusia dengan berbagai media
komunikasi.
2) Penyajian informasi dan data secara lebih konkret
e. Memungkinkan belajar secara lebih akrab karena dapat:
1) Mengurangi jurang pemisah antara pelajaran di dalam dan diluar
sekolah, dan
2) Memberikan pengetahuan tangan pertama
f. Memungkinkan penyajian pendidikan lebih luas dan merata, terutama
dengan jalan:

8
Eveline Siregar, Landasan Teknologi Pendidikan (Jakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negri Jakarta, 2020 ) hal 7

11
1) Pemanfaatan bersama tenaga atau kejadian yang langka secara lebih
luas; dan
2) Penyajian informasi menembus batas geografi
Landasan pembenaran atau landasan aksiologis teknologi
pendidikan perlu dipikirkan dan dibahas terus menerus karena adanya
kebutuhan riil yang mendukung pertumbuhan dan perkembangannya.
Menurutnya landasan aksiologis teknologi pendidikan saat ini adalah tekad
mengadakan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar seperti:
a. Keharusan meningkatkan mutu pendidikan berupa, antara lain :
penyempurnaan kurikulum, penyediaan berbagai sarana pendidikan dan
peningkatan kemampuan tenaga pengajar lewat berbagai bentuk
pendidikan serta latihan.
b. Penyempurnaan sistem pendidikan dengan penelitian dan
pengembangan sesuai dengan tantangan zaman dan kebutuhan
pembangunan
c. Peningkatan partisipasi masyarakat dengan pengembangan dan
pemanfaatan berbagai wadah dan sumber pendidikan.
Dalam hal ini teknologi pendidikan secara aksiologis akan
menjadikan pendidikan menjadi9:
a. Produktif
b. Ilmiah
c. Individual
d. Serentak/actual
e. Merata
f. Berdaya serap tinggi
Teknologi pembelajaran juga menekankan pada nilai bahwa
kemudahan yang diberikan oleh aplikasi teknologi bukanlah tujuan,
melainkan alat yang dipilih dan dirancang strategi penggunaannya agar
menumbuhkan sifat bagaimana memanusiakan teknologi. Maka ketiga
landasan ontologi, epistemologi, dan aksiologi yang dijadikan sebagai

9
Ibid hal 9.

12
penyangga bangunan atau pondasi dari teknologi pendidikan. 10 Ontologi,
epistemologi dan aksiologi merupakan wujud dari kegiatan berpikir yang
mendalam, mendasar dan menyeluruh mengenai gejala yang terjadi sebagai
wujud dari hasil pemikiran dibidangnya, dalam hal ini yaitu teknologi
pendidikan. Untuk mewujudkan harapan dan keinginan agar manusia
memperoleh kesempatan yang seluas- luasnya untuk belajar secara optimal,
teknologi memiliki falsafah yang dikemukakan oleh Miarso bahwa “agar
setiap orang memperoleh kesempatan belajar, baik sendiri maupun dalam
ikatan organisasi, seoptimal mungkin melalui pendekatan sistematik dan
sistemik atau proses, sumber dan sistem belajar sedemikian rupa agar
tercapainya efisiensi, efektivitas, dan keselarasan dengan perkembangan
masyarakat dan lingkungan, kearah terbentuknya masyarakat belajar”.
Sehingga dengan adanya teknologi yang semakin berkembang pesat dengan
berbagai aneka sumber, maka teknologi pendidikan memanfaatkannya
dalam upaya mengoptimalkan belajar siswa menuju kearah masyarakat
belajar dan berpengetahuan.
Berdasarkan falsafah tersebut, maka visi teknologi pendidikan menurut
Miarso, dirumuskan sebagai berikut: Terwujudnya berbagai pola pendidikan
dan pembelajaran dengar dikembangkan dan dimanfaatkannya aneka sumber,
proses dan sistem belajar sesuai dengan kondisi dan kebutuhan, menuju
terbentuknya masyarakat belajar dan berpengetahuan.
Untuk mewujudkan visi teknologi pendidikan, berikut misi yang
diusulkan, yaitu:
1. Dilakukannya pendekatan integratif dengan semua kegiatan pembangunan
di bidang pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia
2. Tersedianyatenagaahliuntukmengeloladan melaksanakan keglatan
3. Dihindari adanya gejolak negative
4. Dikembangkannya pola dan sistem yang memungkinkan keterlibatan
jumlah sasaran maksimal, perluasan pelayanan, dan desentralisasi kegiatan;
5. Dihasilkannya inovasi sistem pembelajaran yang efektif.

10
Ibid hal 10

13
Teknologi pendidikan telah melakukan berbagai upaya untuk
mewujudkan falsafah, visi dan misi tersebut dengan melaksanakan kegiatan
pendidikan inovatif seperti11:
1. Sistem pendidikan terbuka
2. Sistem pembelajaran jarak jauh
3. Sistem pembelajaran berjaringan
4. Paikem dan Paimo
5. Pembelajaran alternatif
6. Penyediaan dan pemanfaatan sumber belajar
7. Partisipasi masyarakat
8. Pendidikan tenaga ahli
Dengan upaya-upaya yang telah dilakukan tersebut, maka perlu
dilakukannya inovasi baru untuk mewujudkan falsafah, visi dan misi teknologi
pendidikan sehingga pendidikan secara merata dapat dirasakan oleh seluruh
pebelajar dengan optimal, mengingat teknologi saat ini telah mengalami banyak
perubahan, sehingga terdapat banyak peluang yang bisa dijadikan sebagai
inovasi- inovasi baru.
C. Landasan Psikologi Teknologi Pembelajaran
1. Hakikat psikologi
Psikologi berasal dari kata Yunani “psyche” yang artinya jiwa.
Logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi psikologi berarti :
“ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai gejalanya, prosesnya
maupun latar belakangnya”. Namun pengertian antara ilmu jiwa dan
psikologi sebenarnya berbeda atau tidak sama karena:

a. Ilmu jiwa adalah : ilmu jiwa secara luas termasuk khalayan dan
spekulasi tentang jiwa itu.
b. Ilmu psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh
secara sistematis dengan metode-metode ilmiah.12

11
Ibid Hal 12
12 Baharuddin, pendidikan dan psikologi perkembangan, (Jakarta : Ar-russ Media,2006), hal 25

14
Beberapa definisi tentang psikologi yang dikemukakan oleh
beberapa ahli antara lain :

a Willhelm Wundt menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu tentang


kesadaran manusia (the science of human consciouness). Definisi ini
sangat membatasi tentang garapan psikologi karena tidur dan mimpi
dianggap bukan sebagai kajian psikologi.
b Woodworth dan Marquis menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu
tentang aktivitas-aktivitas individu mencakup aktivitas motorik,
kognitif, maupun emosional.
c Branca dalam bukunya yang berjudul Psychology The Science of
Behavior, mendefinisikan psikologi sebagai ilmu tentang perilaku.
d Sartain dkk menyatakan bahwa psikologi merupakan ilmu tentang
perilaku manusia.
e Knight dan Knight menyatakan bahwa psikologi dapat didefinisikan
sebagai suatu study sistematis tentang pengalaman dan perilaku manusia
dan hewan, normal dan abnormal, individu dan social.
f Morgan dkk menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu tentang perilaku
manusia dan hewan, namun penerapan ilmu tersebut pada manusia (the
science of human and animal behavior; it includes the application of this
science to human problems).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu
yang memepelajari gejala kejiwaan yang ditampakkan dalam bentuk
perilaku baik manusia ataupun hewan yang pemanfaatannya untuk
kepentingan manusia ataupun aktivitas-aktivitas individu baik yang disadari
ataupun yang tidak disadari yang diperoleh melalui suatu proses atau
langkah-langkah ilmiah tertentu.13

2. Aplikasi landasan teori psikologi dalam pendidikan

13 Dirgagunarsa, Singgih, 1983. Pengantar Psikologi. (Jakarta : Mutiara,1983)

15
Aplikasi landasan teori psikologi dalam pendidikan
ditekankan pada dua kajian dalam psikologi yaitu psikologi perkembangan
dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang
mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya
sedangkan psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang
perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang
hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku
individu lainnya dalam belajar.

a Psikologi Perkembangan
Secara umum periodisasi (tahapan) perkembangan peserta didik
dibagi menjadi tiga aspek yaitu tahapan perkembangan Fisik, Tahapan
perkembangan psikis dan tahapan perkembangan paedagogis.

b Periodisasi perkembangan berdasarkan fisik.


Perkembqngan fisik (phsycal) adalah perubahan kualitatif terhadap
fungsi jasmani. Proses perkembangan fisik anak terkadang sejak ia lahir
hingga umur 21 atau 22 tahun. Ada bermacam-macam tahapan
perkembangan fisik menurut Feud ada 6 perkembangan fisik, menurut
Montessori ada 4 macam dan menurut Charles Buhler ada 5 tahap
perkembangan fisik manusia.

c Periodisasi perkembangan berdasarkan Psikis.


Perkembangan psikis (psychology) adalah perubahan kulitatif
terhadap fungsi-fungsi jiwa. Keadaan psikis adalah khas dialami oleh
setiap anak dalam masa-masa perkembangan itu dan bahwa anak selama
masa perkembangan itu mengalami masa-masa keguncangan.
Perkembangan psikis pribadi manusia dimulai sejak masa hingga
dewasa. Perkembangan psikis melalui pertumbuhan tertentu yang
berbeda dengan perkembangan fisik, berbicara tentang psikis, maka
yang dipakai sebagai landasan juga sebagai keadaan psikis anak.

d Periodisasi Perkembangan berdasarkan Paedagogis.

16
Dasar didaktis yang digunakan para ahli disi ada beberapa
kemungkinan yaitu: apa yang harus diberikan kepada anak-anak didik
pada masa tertentu dan bagaimana caranya mengajar atau mendidik
peserta didik pada masa-masa tertentu. Menurut Sigmund Freud
mengemukakan ada enam tahap perkembangan fisiologis manusia, yaitu
sebagai berikut: tahap oral (umur 0 sampai sekitar 1 tahun), tahap anal
(antara umur 1 sampai 3 tahun), tahap falish (antara umur 3 sampai 5
tahun), tahap latent (antara umur 5 tahun samapai 12-13 tahun), tahap
pubertas (antara 5 tahun samapai 12-13 tahun), tahap pubertas (antara
umur 12-13 tahun sampai 20 tahun), tahap genital (setelah umur 20
tahun dan seterusnya)

3. Aspek-aspek Perkembangan Peserta Didik.

Setiap orang tidak terkecuali anak-anak oatau orang dewasa dan


seorang diri atau kelompok itu disebut individu, individu menunjukkan
kedudukan seseorang atau perorangan. Ciri atau sifat yang berbeda antara
orang satu dengan orang lainnya disebut perbedaan individual. Perbedaan
individu menyangkut parias pada aspek pisik maupun psikologis. Berikut
ini akan dijelaskan perbdaan pisik serta psikis anak dan remaja kaitannya
dengan perkembangan fisik, intelektual, bahasa, social, moral, emosi, riligi,
tapi yang dibahas hanya fisik dan intelektual saja. Karena dua ini yang
dominan dapat diamati dalam proses pendidikan.

a Perkembangan Fisik Anak dan Remaja, terdiri dari:


1) Periode Pra-Lahir
Periode pra-lahir ini merupakan awal terbentuknya organ-
organ tubuh dan tersusunnya jaringan syaraf yangm embentuk
system yang lengkap. Perkembangan dan pertumbuhan janin
berakhir saat kelahiran.
2) Periode Pasca- Lahir
Sesudah bayi lahir pertumbuhan dan perkembangan fisik
(biologis) yang dimilikinya mempunyai pola urutan yang teratur.
Bayi mampu mengerakkan kepalanya setelah umur satu bulan

17
mampu memutarkan badannya, umur tiga bulan bayi dapat
duduk, dengan sediki dapat duduk sendiri (tanpa bantuan).
Berdiri dan melangkah satu dua langkah. Hal ini menunjukkan
bahwa perkembangan kemampuan pisik anak menunjukkan
keteraturan.
3) Pekembangan Fisik remaja
Remaja dikenal dalam bahasa Inggris Puberty disebut pula
dalam istilah pubertas. Pubertas sering artikan sebagai masa
kematangan seksual ditinjau dari aspek biologis. Selain istilah
purbertas Adalah adolescence yang mempunyai kesamaan arti yaitu
masa remaja yang menunjukkan masa tercepat antara usia 12–22
tahun dengan mengikuti urutan- urutan tertentu.
b Perkembangan Intelektual Peserta didik.
Istilah Intelektual menujukkan kata benda intelek yang
mengandung arti cendikiawan atau cerdik pandai. Intelektual
Menunjukkan suatu aspek berfikir. Menurut kamusWebster New World
Dictionary of The American Language (Baharuddin, 2009:115) istilah
intelek berarti; (a) kecakapan berfikir, mengamati, atau mengerti:
kecakapan untuk mengamati hubungan-hubungan, perbedaan-
perbedaan, dan sebagainya; (b) kecakapan mental yang besar; dan (c)
berfikir atau intelegensi
Intelegensi sebagai keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir
dan bertindak secarah terarah, serta kemampuan menguasai lingkungan
secara efektif. Intelegensi mengandung arti yang sama dengan intelek
menggambarkan kemampuan seorang dalam berfikir dan bertindak.

c Tahap-Tahap Perkembangan Intelektual.

Menurut teori Piaget, perkembangan intelektual melalui tahapan


sebagai berikut:
1) Tahap sensoriotor (sejak lahir s.d 2 tahun), yaitu tahap sikuensial
tatanan operasi mental yang progresif. Karakteristiknya meliputi:

18
meniru, mengingat, berfikir, mulai mengenal dunia luar, aktivitas
gerak refleks.
2) Tahap praoperasional (usia 2 s.d 7 tahun ) urutan yang hierarki yang
membentuk suatu tatanan operasi mental yang makin mantap dan
terpadu. karakteristiknya: mengembangkan kecakapan berbahasa,
mempunyai kemampuan berfikir dalam bentuk simbol, dan berfikir
logis.
3) Tahap operasi nyata (usia 7 s.d 11 tahun) pencapaian bervariasi
dengan keterbatasan tertentu yang menggabungkan pengaruh
pembawaan dengan lingkungan. Karakteristiknya: mampu
memecahkan masalah yang nyata dan mengerti hukum dan mampu
membedakan yang baik dan buruk.
4) Tahap operasi Formal (usia 11 – dst) yaitu memasukkan pengalaman
baru ke dalam pola yang ada. Karakteristiknya: mampu
memecahkan masalah yang absrak, dapat berfikir ilmiah,
mengembangkan keperibadian.
Dalam proses pendidikan intelektual menentukan perkembangan
berfikir seseorang dalam hal belajar.

d Perbedaan Perkembangan Intelektual Individu


Perbedaan intelegensi manusia berbeda satu sama lain. Jika diukur
dengan tes IQ maka akan didapat orang-orang yang sangat cerdas sama
banyaknya dengan orang terbelakang, orang yang superior sama
banyaknya dengan orang tergolong perbatasan.

4. Beberapa teori dalam psikologi yang berhubungan dengan


pengembangan teknologi pendidikan.
Aplikasi psikologi pendidikan dalam teknologi pendidikan adalah
yang menyangkut dengan aspek-aspek perilaku dalam ruang lingkup belajar
mengajar. Secara psikologis, manusia adalah mahluk individual namun juga
sebagai makhluk social dengan kata lain manusia itu sebagai makhluk yang
unik. Maka dari itu kajian teori dalam psikologi dalam Teknologi
pendidikan seharusnya memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap

19
individu baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap,
motivasi, perasaan serta karakteristik-karakteristik individu lainnya. Dan
strategi belajar seperti itu terdapat dalam kajian ilmu Teknologi Pendidikan.
Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui
pertimbangan – pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat:
a Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat
b Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
c Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.
d Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.
e Menciptakan iklim belajar yang kondusif.
f Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.
g Menilai hasil pembelajaran yang adil.
Pembelajaran pada hakekatnya mempersiapkan peserta didik untuk
dapat menampilkan tingkah laku hasil belajar dalam kondisi yang nyata, atau
untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Untuk itu,
pengembang program pembelajaran selalu menggunakan teknik analisis
kebutuhan belajar untuk memperoleh informasi mengenai kemampuan yang
diperlukan peserta didik. Bahkan setelah peserta didik menyelesaikan
kegiatan belajar selalu dilakukan analisis umpan balik untuk melihat
kesesuaian hasil belajar dengan kebutuhan belajar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengaplikasian teori psikologi (baik
psikologi pendidikan maupun psikologi belajar) terhadap teknologi
pendidikan sangat erat karena dalam membuat strategi belajar dan untuk
mengetahui teknik belajar yang baik maka terlabih dahulu kita sebagai guru
harus mengerti ilmu jiwa atau ilmu perilaku.
D. Landasan Sosial Budaya Teknologi Pembelajaran

1. Sosiologi dan Pendidikan


Sebelum membahas lebih lanjut tentang pengertian Sosiologi
Pendidikan, maka sebelumnya makalah ini akan membahas satu persatu
tentang pengertian sosiologi dan pengertian pendidikan.
Secara etimologi, sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu socious
dan logos, socious berarti teman dan logos berarti pengetahuan. Pengertian

20
tersebut diperluas menjadi ilmu pengetahuan tentang pergaulan hidup
manusia atau masyarakat. Seiring dengan perkembangan sosiologi, para ahli
telah memberikan definisi dengan sudut pandang yang berbeda-beda,
seperti berikut ini.14
a. Menurut Roucek dan Warren sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
hubungan manusia dalam kelompok.
b. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi menyatakan bahwa sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial,
termasuk perubahan sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan
antara unsur-unsur sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-
kelompok sosial, dan lapisan-lapisan sosial.
c. August Comte berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu terutama
mempelajari manusia sebagai makhluk yang mempunyai naluri untuk
senantiasa hidup bersama dengan sesamanya.
d. Menurut Abu Ahmadi Objek penelitian sosiologi adalah tingkah laku
manusia dalam kelompok. Sudut pandangnya ialah memandang hakekat
masyarakat, kebudayaan dan individu secara ilmiah. Sedangkan
susunan pengetahuan dalam sosiologi terdiri atas konsep-konsep dan
prinsip-prinsip mengenai kehidupan kelompok sosial, kebudayaan dan
perkembangan pribadi.
e. Sosiologi juga dapat didefinisikan sebagai studi ilmiah tentang
masyarakat dan tentang aspek kehidupan manusia yang diambil dari
“kehidupan di dalam masyarakat”.
Sosiologi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu sosiologi
umum yang menyelidiki gejala sosio-kultural secara umum, dan sosiologi
khusus, yaitu pengkhususan dari sosiologi umum yang menyelidiki aspek
kehidupan sosio-kultural
secara mendalam, salah satunya adalah sosiologi pendidikan.
Sosiologi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

14Made, Pidarta.,Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia,( Jakarta:


Rineka Cipta, 2000), hal 98.

21
a) empiris : bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang terjadi di
lapangan.
b) teoretis : merupakan peningkatan fase penciptaan, bisa disimpan dalam
waktu
lama dan dapat diwariskan kepada generasi muda.
c) komulatif : berkomulasi mengarah kepada teori yang lebih baik.
d) nonetis : menceritakan apa adanya, tidak menilai apakah hal itu baik
atau buruk.
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa
sosiologi adalah ilmu yang membahas atau mempelajari interaksi dan
pergaulan antara manusia dalam kelompok dan struktur sosial.

Pendidikan adalah asas, dasar atau fondasi yang memperkuat dan


memperkokoh dunia pendidikan dalam rangka untuk menciptakan
pendidikan yang berkualitas dan bermutu. Sama halnya dengan pengertian
manusia, pengertian pendidikan banyak sekali ragam dan berbeda satu
dengan lainnya. Hal ini tergantung dari sudut pandang masing-masing.
Beberapa ahli mendefinisikan pendidikan sebagai berikut:
a Menurut Driyakarya, pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia
muda.
b Crow and Crow berpendapat bahwa pendidikan adalah proses yang
berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk
kehidupan sosialnya, membantu meneruskan adat dan budaya serta
kelembagaan sosial dari generasi ke generasi.
c Sedangkan Ki Hajar Dewantara juga berpendapat bahwa pendidikan
berarti daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan
batin), pikiran
(intelek) dan jasmani anak.
d Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 bab 1 ayat 1 dinyatakan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia

22
serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat.
Dari beberapa pendapat tentang pengertian pendidikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses
mendidik, yakni proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar
mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dalam lingkungannya sehingga
akan menimbulkan perubahan dalam dirinya, yang dilakukan dalam bentuk
pembimbingan, pengajaran, dan atau pelatihan.
Unsur sosial merupakan aspek individual alamiah yang ada sejak
manusia itu lahir. Langeveld mengatakan “Setiap bayi yang lahir dikaruniai
potensi sosialitas atau kemampuan untuk bergaul, saling berkomunikasi
yang pada hakikatnya terkandung unsur saling memberi dan saling
menerima. 15 Aktivitas sosial tercermin pada pergaulan sehari-hari, saat
terjadi interaksi sosial antarindividu yang satu dengan yang lain atau
individu dengan kelompok, serta antar kelompok. Di dalam interaksi ini ada
keterkaitan saling mempengaruhi. Langeveld dalam Abu Ahmadi
menyatakan, tiap-tiap pergaulan orang dewasa (orang tua) dengan anak
merupakan lapangan atau suatu tempat dimana pekerjaan mendidik itu
berlangsung.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, sosiologi merupakan ilmu
yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok
dan struktur sosialnya, selain mempelajari cara manusia berhubungan satu
dengan yang lain dalam kelompoknya serta susunan dan keterkaitan unit-
unit masyarakat atau unit sosial dalam suatu wilayah. Salah satu bagian
sosiologi yang dapat dipandang sebagai sosiologi khusus adalah sosiologi
pendidikan. Dapat pula dikatakan ilmu ini merupakan analisa ilmiah
terhadap proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem
pendidikan.
Wuradji menulis bahwa sosiologi pendidikan meliputi :
a. interaksi guru-siswa;

15
Ruswandi, Uus. Hermawan Heris, A. Nurhamzah.,Landasan Pendidikan, (Bandung: CV. Insan
Mandiri, 2008, hal 78.

23
b. dinamika kelompok di kelas dan di organisasi intra sekolah
c. struktur dan fungsi sistem pendidikan dan
d. sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap pendidikan. Wujud dari
sosiologi pendidikan adalah tentang konsep proses sosial.
Menurut Made Pidarta, pembentukan karakter berdasarkan interaksi
sosial melalui empat bentuk :
a Imitasi (peniruan)
b Sugesti (menerima atau tertarik pada pandangan atau sikap orang lain
yang berwibawa atau berwenang atau mayoritas. Dalam hal ini sugesti
bisa terjadi baik melalui himbauan atau paksaan)
c Identifikasi (berusaha menyamakan dirinya dengan orang lain secara
sadar ataupun dibawah sadar)
d Simpati (terjadi manakala seseorang merasa tertarik kepada orang lain
atau berdasarkan kesenangan).
e Empati
f Introspeksi
Untuk mempermudah sosialisasi dalam pendidikan, maka seorang guru
harus menciptakan situasi, terutama pada dirinya, agar faktor-faktor
yang mendasari sosialisasi itu muncul pada diri peserta didik. Interaksi
sosial akan terjadi apabila memenuhi dua syarat yaitu kontak sosial dan
komunikasi. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu :
1) kontak antar individu; 2) kontak antar individu dengan kelompok atau
sebaliknya; 3) kontak antar kelompok.
Dalam dunia pendidikan ada istilah kelompok sosial. Kelompok ini
dapat berbentuk kelompok personalia sekolah, kelompok guru,
kelompok siswa, kelas, subkelas, kelompok belajar di rumah dan
sebagainya. Suatu kelompok sosial dikatakan dinamis dan stabil, jika
kelompok ini berusaha maju mengikuti arah perkembangan zaman atau
mengantisipasi perkembangan ilmu dan teknologi dengan tetap
memperhatikan kestabilan kelompok.
Wuradji menyebutkan tiga prisip yang melandasi kestabilan kelompok,
yaitu : integritas, ketenangan dan konsensus. Untuk menciptakan

24
dinamika yang stabil di sekolah, sebaiknya sekolah berperan sebagai
micro order atau keteraturan kecil atau sekolah kecil sebagai masyarakat
kecil.
Dalam sosiologi, perilaku manusia bertalian dengan nilai-nilai, dan
sekolah-sekolah harus memperhatikan pengembangan nilai-nilai ini
pada peserta didik di sekolah. Tugas-tugas tersebut harus sejalan dengan
salah satu pasal dalam UU pendidikan RI yang mengatakan bahwa
sekolah/pemerintah, orang tua, siswa dan masyarakat secara bersama-
sama bertanggung jawab atas lancarnya pelaksanaan pendidikan. Hal ini
senada dengan pendapat Wuradji yang mengemukakan sekolah sebagai
kontrol sosial dan sebagai perubahan sosial.

2. Kebudayaan dan Pendidikan

a. Pengertian Kebudayaan
Beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli tentang
pengertian kebudayaan:
1) Menurut Taylor kebudayaan adalah totalitas yang kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat dan
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh
orang sebagai anggota masyarakat.
2) Imran Hasan mengemukakan bahwa kebudayaan adalah
keseluruhan hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi
terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang
merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat dan nilai-nilai kepandaian.
3) Sedangkan Kneller mengatakan kebudayaan adalah cara hidup yang
telah dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat.
b. Hubungan Kebudayaan dengan Pendidikan.
Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat
erat dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yaitu
nilai-nilai. Pendidikan membuat orang berbudaya, pendidikan dan
budaya bersama dan memajukan. Makin banyak orang menerima

25
pendidikan makin berbudaya orang itu dan makin tinggi kebudayaan
makin tinggi pula pendidikan atau cara mendidiknya.
Karena ruang lingkup kebudayaan sangat luas, mencakup segala
aspek kehidupan manusia, maka pendidikan sebagai salah satu aspek
kehidupan dalam kebudayaan. Pendidikan yang terlepas dari
kebudayaan akan menyebabkan alienasi dari subjek yang dididik dan
seterusnya kemungkinan matinya kebudayaan itu sendiri. Oleh karena
itu kebudayaan umum harus diajarkan pada semua sekolah. Sedangkan
kebudayaan daerah dapat dikaitkan dengan kurikulum muatan lokal, dan
kebudayaan populer juga diajarkan dengan proporsi yang kecil.
Maka dapat kita simpulkan bahwa pendidikan adalah bagian dari
kebudayaan. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa
berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah
kebudayaan. Pendidikan adalah suatu proses membuat orang
memasukkan budaya, membuat orang berprilaku mengikuti budaya
yang memasuki dirinya. Sekolah sebagai salah satu dari tempat
enkulturasi suatu budaya sesungguhnya merupakan bahan masukan bagi
anak dalam mengembangkan dirinya.

3. Fungsi Sosial Budaya terhadap Pendidikan


Kegiatan pendidikan merupakan proses interaksi antara dua individu,
dua generasi yang memungkinkan generasi muda mengembangkan dirinya.
Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi dalam lembaga yang disebut
SEKOLAH. Sekolah sengaja dibentuk oleh masyarakat agar pola dan
kegiatan pendidikan semakin intensif .
Interaksi antar individu, antar kelompok, terjadi karena ada aksi dan
reaksi (dalam fisika dinyatakan sebagai Hukum 3 Newton), yaitu hubungan
antara gaya dua benda yang besarnya sama namun arahnya berlawanan.
Interaksi ini terjadi dalam dunia persekolahan sebagai bagian kecil dari
masyarakat pendidikan yang membentuk karakter peserta didik.
Dari interaksi sosial ini akan memunculkan budaya-budaya, seperti :
budaya berpakaian, budaya bertingkah laku, budaya berkarakter, budaya

26
belajar, budaya menulis, budaya mendengarkan, budaya mengajar, serta
budaya-budaya yang lain yang terjadi dari interaksi sosial tersebut.
Secara normatif benturan-benturan sosiokultural dapat di-enkulturasi
dan di-asimilasi dalam Budaya Pancasila sebagaimana butir-butir sila yang
ada dan sudah dijalan sejak dulu kala, namun perkembangan kemajuan,
perkembangan zaman, perkembangan pergaulan masyarakat lokal,
nasional, regional, global menuntut adanya peningkatan hubungan tersebut.
Sosiologi pendidikan adalah sebuah warisan budaya dari generasi
kegenerasi, agar kehidupan masyarakat berkelanjutan, dan identitas
masyarakat itu tetap terpelihara. Sosial budaya merupakan bagian hidup
manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan hampir setiap
kegiatan manusia tidak terlepas dari unsur sosial budaya. Dalam
perkembangan landasan sosial budaya memiliki fungsi yang amat penting
dalam dunia pendidikan yaitu :

a. Mewujudkan masyarakat yang cerdas


Yaitu masyarakat yang Pancasilais yang memiliki cita-cita dan
harapan bangsa, demokratis dan beradab, menjunjung tinggi hak-hak
asasi manusia dan bertanggung jawab dan berakhlak mulia tertib dan
sadar hukum, kooperatif dan kompetitif serta memiliki kesadaran dan
solidaritas antar generasi dan antara bangsa.
b. Transmisi budaya
Sekolah berfungsi sebagai reproduksi budaya menempatkan sekolah
sebagai pusat penelitian dan pengembangan. Fungsi semacam ini
merupakan fungsi pada perguruan tinggi. Pada sekolah-sekolah yang
lebih rendah, fungsi ini tidak setinggi pada tingkat pendidikan tinggi.
c. Pengendalian Sosial
Pengendalian sosial berfungsi memberantas atau memperbaiki suatu
perilakuyang menyimpang. Pengendalian sosial juga berfungsi
melindungikesejahteraan masyarakat seperti lembaga pemasyarakatan
dan lembaga pendidikan.
d. Meningkatkan Iman dan Taqwa kepada Tuhan YME

27
Pendidikan sebagai budaya haruslah dapat membuat anak-anak
mengembangkan kata hati dan perasaannya taat terhadap ajaran-ajaran
agama yang dipeluknya.
e. Analisis Kedudukan Pendidikan dalam Masyarakat
Hubungan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dapat
dianalogikan sebagai selembar kain batik. Dalam hal ini motif-motif
atau pola-pola gambarnya adalah lembaga pendidikan dan kain latarnya
adalah masyarakat. Antara lembaga pendidikan dengan masyarakat
terjadi hubungan timbal balik simbiosis mutualisme. Pendidikan atau
sekolah memberi manfaat untuk meningkatkan peranan mereka sebagai
warga masyrakat.

4. Dampak Konsep Pendidikan


Konsep pendidikan mengangkat derajat manusia sebagai makhluk
budaya yaitu makhluk yang diberkati kemampuan untuk menciptakan nilai
kebudayaan dan fungsi budaya dan pendidikan adalah kegiatan melontarkan
nilai-nilai kebudayaan dari generasi ke generasi.
a. Kebudayaan masyarakat jika dikaitkan dengan pendidikan maka
ditemukan sejumlah konsep pendidikan.
b. Keberadaan sekolah tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat
sekitarnya.
c. Perlu dibentuk badan kerjasama antara sekolah dengan tokoh-tokoh
masyarakat termasuk wakil orang tua siswa untuk ikut memajukan
pendidikan.
d. Proses sosialisasi anak-anak perlu ditingkatkan.
e. Dinamika kelompok dimanfaatkan untuk belajar.
f. Kebudayaan menyangkut seluruh cara hidup dan kehidupan manusia
yang diciptakan oleh manusia ikut mempengaruhi pendidikan atau
perkembangan anak. Sebaliknya pendidikan juga dapat mengubah
kebudayaan anak.16

16 Sutikno Sobry, M, Landasan Pendidikan, (Bandung: Prospect, 2008), hal 26

28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Teknologi pendidikan adalah suatu disiplin ilmu yang memfokuskan diri
dalam upaya memfasilitasi belajar pada manusia. Jadi obyek formal teknologi
pendidikan menurut pengertian ini adalah bagaimana memfasilitasi belajar
dengan cara melalui identifikasi, pengembangan, pengorganisasian, dan
pemanfaatan secara sistematis seluruh sumber belajar. Disamping itu melalui
pengelolaan yang baik dan tepat terhadap proses secara sistematis pada seluruh
sumber belajar.
Filsafat dalam pendidikan merupakan teori umum dari pendidikan,
landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan. Ontologi dari filsafat
ilmu teknologi pendidikan adalah masalah-masalah yang ada di dalam
pendidikan dan pembelajaran, fenomena-fenomena dan hal-hal yang penting
namun belum menjadi perhatian dari bidang ilmu yang lain. Adapun
Epistemologi teknologi pendidikan adalah keseluruhan masalah belajar dan
upaya pemecahannya ditelaah secara simultan, Unsur-unsur yang
berkepentingan diintegrasikan dalam suatu proses kompleks secara sistemik,
penggabungan ke dalam proses yang kompleks dan perhatian atas gejala secara
menyeluruh.
Pengaplikasian teori psikologi (baik psikologi pendidikan maupun
psikologi belajar) terhadap teknologi pendidikan sangat erat karena dalam
membuat strategi belajar dan untuk mengetahui teknik belajar yang baik maka
terlebih dahulu kita sebagai guru harus mengerti ilmu jiwa atau ilmu perilaku.
Sosiologi adalah ilmu yang membahas atau mempelajari interaksi dan
pergaulan antara manusia dalam kelompok dan struktur sosial. Kebudayaan
mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat dan
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang
sebagai anggota masyarakat. Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Bila
kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan

29
berubah akan dapat mengubah kebudayaan. Pendidikan adalah suatu proses
membuat orang memasukkan budaya, membuat orang berperilaku mengikuti
budaya yang memasuki dirinya.
B. Saran
Bagi pembaca diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
menambah kesempurnaan makalah ini. Selain itu, diharapkan kepada pembaca
khususnya mahasiswa untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang
landasan teknologi pembelajaran agar memperluas wawasan selain dari materi
makalah ini.

30
DAFTAR PUSTAKA

Assosiation for Educational Communication and Technology. 1986. Definisi


Technologi Pendidikan, Terjemahan. Jakarta; Raja wali. Artikel-artikel
TeKnoLogi. E-majalah.com
Baharuddin. 2006. Pendidikan Dan Psikologi Perkembangan. Jakarta : Ar-russ
Media
Bloom, Benjamin., ect, 1956. Taxonomy of Educational Objecties: the
Classificational Goals, Handbook I Cognitive Domain. Newyork:
Longmans, Green and co
Brameld, Theodore. 1955. Philosophies of Education in Cultural Perspective.
United of State Amerika: Holt, Rinehart and Wisnton, Inc
Dirgagunarsa, Singgih. 1983. Pengantar Psikologi. Jakarta : Mutiara

Eveline Siregar. 2020. Landasan Teknologi Pendidikan. Jakarta: Fakultas Ilmu


Pendidikan Universitas Negri Jakarta
Made, Pidarta. 2000. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak
Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Mairso. 2016. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: kencana

Poedjawijatna I.R. 1997. Pembimbing ke Arah Alam Filsafat. Jakarta: Rineka Cipta

Rachmat, Aceng. 2011. Filsafat Ilmu Lanjutan. Jakarta: Kencana

Ruswandi, Uus. Hermawan Heris, A. Nurhamzah. 2008. Landasan Pendidikan.


Bandung: CV. Insan Mandiri
Salibury, F.B. Ross, C.W. 2007. Fisiologi Tumbuhan, Bandung: ITB

Sutikno Sobry, M. 2008. Landasan Pendidikan, Bandung: Prospect

31

Anda mungkin juga menyukai