Disusun oleh :
KELOMPOK 2
Jauhar Latifah 1710125120027
Kamilah 1710125320091
Marlina 1710125320105
Melda 1710125320107
Misdarena 1710125120035
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana berkat Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Pendidikan Bahasa Indonesia SD 2 dengan judul “Metode dan Model
Pembelajaran pada Keterampilan Menyimak”
Salawat dan salam tak lupa pula kami haturkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW yang mana telah membawa dan menuntun kami dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang ini.
Terimakasih pula kami haturkan kepada semua pihak yang membantu
dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada dosen pengampu mata kuliah
Pendidikan Bahasa Indonesia SD 2, Rizky Amalia, M. Pd.
Tanpa bantuan dan dukungan dari semua pihak maka makalah ini tidak
dapat mencapai proses akhir penulisan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah
ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha
kita. Amin.
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan pembelajaran.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
b. Metode Lihat-Ucapkan..............................................................................4
d. Metode Dramatisasi...................................................................................7
e. Metode Bercerita.......................................................................................7
f. Metode Wawancara.................................................................................10
A. Kesimpulan.................................................................................................21
B. Saran............................................................................................................21
3
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................22
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa
merupakan sarana untuk berkomunikasi antarmanusia. Bahasa sebagai alat
komunikasi ini, dalam rangka memenuhi sifat manusia sebagai makhluk
sosial yang perlu berinteraksi dengan sesama manusia. Bahasa dianggap
sebagai alat yang paling sempurna dan mampu membawakan pikiran dan
perasaan baik mengenai hal-hal yang bersifat konkrit maupun yang bersifat
abstrak (Effendi, 1985:5). Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi manusia dituntut untuk mempunyai kemampuan berbahasa
yang baik. Seseorang yang mempunyai kemampuan berbahasa yang memadai
akan lebih mudah menyerap dan menyampaikan informasi baik secara lisan
maupun tulisan.
Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak atau
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Siswa harus menguasai
keempat aspek tersebut agar terampil berbahasa. Dengan demikian,
pembelajaran keterampilan berbahasa di sekolah tidak hanya menekankan
pada teori saja, tetapi siswa dituntut untuk mampu menggunakan bahasa
sebagaimana fungsinya, yaitu sebagai alat untuk berkomunikasi.Salah satu
aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa adalah berbicara, sebab
keterampilan berbicara menunjang keterampilan lainnya (Tarigan, 1986:86).
Keterampilan ini bukanlah suatu jenis keterampilan yang dapat diwariskan
secara turun temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah setiap manusia
dapat berbicara. Namun, keterampilan berbicara secara formal memerlukan
latihan dan pengarahan yang intensif. Stewart dan Kennert Zimmer (Haryadi
dan Zamzani, 1997:56) memandang kebutuhan akan komunikasi yang efektif
dianggap sebagai suatu yang esensial untuk mencapai keberhasilan setiap
individu maupun kelompok. Siswa yang mempunyai keterampilan berbicara
yang baik, pembicaraannya akan lebih mudah dipahami oleh penyimaknya.
Berbicara menunjang keterampilan membaca dan menulis. Menulis dan
berbicara mempunyai kesamaan yaitu sebagai kegiatan produksi bahasa dan
1
bersifat menyampaikan informasi. Kemampuan siswa dalam berbicara juga
akan bermanfaat dalam kegiatan menyimak dan memahami bacaan.
B. Rumusan Masalah
a. Apa saja macam-macam metode pada keterampilan berbicara?
b. Apa saja macam-macam model pembelajaran pada keterampilan
berbicara?
C. Tujuan pembelajaran
a. Untuk mengetahui macam-macam metode pada keterampilan berbicara.
b. Untuk mengetahui macam-macam model pembelajaran pada keterampilan
berbicara.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Jauh dalam panas hari,
Bunga layu setengah jalan.
9. Paragraf
Guru menceritakan dalam bentuk paragraf lalu siswa menanggapi apa
yang disampaikan oleh guru. Saat siswa kurang menangkap apa yang
disampaikan guru siswa bisa bertanya dan guru akan memberitahukan
kata kunci lalu meceritakan kembali agar siswa dapat memahami dan
dapat mengulangnya untuk diceritakan kembali.
b. Metode Lihat-Ucapkan
a) Pengertian metode lihat-ucapkan
Menurut Djagon Tarigan (dalam Indra 2010:115) Model pembelajaran
lihat-ucapkan merupakan “pembelajaran lanjutan dari model pembelajaran
ulang-ucap”. Pada lihat-ucapkan peserta didik tidak mendengar ucapan
kata atau kalimat baik dari guru ataupun peserta didik akan tetapi melihat
tulisan, kartu berisi tulisan kata/kalimat atau bendatertentu kemudian
peserta didik menyebutkan nama benda tersebut. Benda-benda yang
diperlihatkan dipilih dengan cermat oleh guru disesuaikan dengan
lingkungan peserta didik. Bila bendanya tidak ada atau tidak mungkin
dibawa ke kelas benda tersebut dapat diganti dengan tiruan atau
gambarnya.
b) Kelebihan metode lihat-ucapkan
Menurut Djagon Tarigan (dalam Indra 2010:156) kelebihan metode
lihat-ucapkan adalah sebagai berikut :
1. Melatih peserta didik untuk belajar secara mandiri
2. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir aktif
dan tanggap
c) Kekurangan metode lihat-ucapkan
Menurut Djagon Tarigan (dalam Indra 2010:189) kekurangan
metode lihat-ucapkan adalah sebagai berikut:
1. Peserta didik belum bisa mengenal huruf atau membaca kalimat
yang ditunjukkan oleh gurunya.
2. Peserta didik saling berebut untuk maju untuk yang menyebutkan
kalimat yang ditunjukkan oleh guru
4
d) Langkah-langkah metode lihat-ucapkan
Menurut Djagon Tarigan (dalam Indra 2010:200) langkah-langkah
penggunaan metode lihat-ucapkan adalah sebagai berikut:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2. Guru menempelkan kertas kartun yang isinya sesuai dengan materi
yang akan disampaikan oleh guru.
3. Guru menyuruh seluruh peserta didik merperhatikan papan tulis dan
mengucapkan kalimat sepertiyang ditunjukkan oleh guru.
4. Guru menunjuk salah satu peserta didik mengucapkan kalimat yang
baru di tunjukan oleh guru, dilanjutkan dengan peserta didik yang
lain.
5. Guru menunjuk kembali kalimat yang lain, lalu melakukan langkah
ketiga dan keempat.
6. Guru menunjuk salah satu peserta didik mengucapkan kalimat yang
baru ditunjukkan oleh guru, lalu peserta didik yang lain
menyebutkan kembali kata atau kalimat yang baru ditunjukkan oleh
guru atau peserta didik.
7. Demikian seterusnya sampai seluruh peserta didik maju
menyebutkan kalimat dari guru.
8. Evaluasi.
9. Kesimpulan.
e) Pengaruh metode ulang-ucap terhadap hasil belajar bahasa indonesia
Pada pembelajaran tingkat SD penggunaan metode yang sesuai bisa
memudahkan pendidik dalam penyampaian materi pelajaran, serta dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik karena dengan penggunaan
metode yang tepat peserta didik dapat dengan mudah memahami
materi yang disampaikan. Metode ulang-ucap dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia khususnya pada standar kompetensi
berbicaramerupakan metode yang sangat tepat karena selain dapat
melatih peserta didik untuk berbahasa Indonesia dengan baik, metode
ini juga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
5
c. Metode Melanjutkan Cerita
a) Pengertian metode melanjutkan cerita
Dalam metode ini, guru menyusun suatu cerita lalu disampaikan
secara lisan kepada siswa. Cerita yang disampaikan baru sepertiganya,
guru berhenti bercerita. Cerita dilanjutkan oleh salah seorang siswa.
Siswa ini menghentikan ceritanya pada bagian tertentu. Setelah itu,
siswa lain tampil untuk melanjutkan cerita tersebut. Pada batas tertentu
siswa kedua berhenti bercerita, lalu dilanjutkan siswa berikutnya
sampai cerita selesai. Guru memeriksa kesinambungan cerita, apakah
logis atau tidak.
Guru : Kancil dan kera. Seekor kera sedang asik memakan buah pisang.
Satu per satu buah pisang yang masak di tandan itu dipetiknya.
Dikupasnya dengan hatihati lalu dimakannya. Coba, teruskan.
Ani..
Ani : Kancil ingin juga menikmati buah pisang itu. Bagaimana cara
mengambilnya? Memintanya? Ah, pasti tidak diberi. Kancil tahu
benar kera itu sangat kikir.
Guru : Terima kasih, stop. Sekarang, lanjutkan. Adi ….
Adi : Kancil menemukan akal. Dilemparinya kera itu dengan butir-butir
tanah. Kancil terus menerus melempari kera. Ia berusaha
membuat kera marah.
Guru : Terima kasih. Bagus sekali. Stop, lanjutkan … Ana.
Ana : Lama-kelamaan kera menjadi kesal dan marah. Ia berbalik
melempari kancil. Satu per satu buah pisang yang masak
dijadikannya peluru. Kancil menjadi sasaran peluru pisang.
d. Metode Dramatisasi
a) Pengertian metode dramatisasi
Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan
suatu pekerjaan agar tercapai sesuai yang dikehendaki
(KBBI,2003:740). Metode dramatisasi yaitu suatu cara dalam
menyampaikan bahan pelajaran yang memainkan suatu peran tertentu
dalam berbicara. “Bermain peran (role playing) merupakan proses
belajar dalam upaya memecahkan suatu masalah melalui tindakan
6
(action)” (Nurdiana 2004:8). Metode dramatisasi memiliki seperti
tercantum di bawah ini (Nurdiana 2004:43).
1. Ada masalah/peristiwa/kejadian yang dapat dibawa ke kelas untuk
dipelajari para siswa, dan hal ini cukup penting atau bermakna bagi
siswa.
2. Masalah diidentifikasi, diuraikan, untuk selanjutnya didiskusikan.
3. Pemeran didasarkan atas keinginan atau kesediaan siswa sendiri.
4. Jalan cerita diskusikan dan dibuat sebelum pemeranan berlangsung
dan hanya garis besarnya saja. Selebihnya, para pemeran berdiskusi
sendiri dan harus mampu menggali terhadap masalah/peristiwa yang
didiskusikannya.
5. Selain pemeran diskusi ada pula yang bertugas sebagai pengamat.
Dengan seperti ini seluruh siswa terlibat di dalam kegiatan
pembelajaran.
e. Metode Bercerita
a) Pengertian metode bercerita
Tarigan (1981:35) menyatakan bahwa cerita merupakan salah satu
keterampilan berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi
kepada orang lain. Dikatakan demikian karena bercerita termasuk
dalam situasi informatif yang ingin membuat pengertian atau makna
dengan jelas. Dengan bercerita seseorang dapat menyampaikan suatu
informasi kepada orang lain. Tokoh lain berpendapat bercerita adalah
sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau kejadian dan
disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan
pengetahuan kepada orang lain menurut Bachtiar (2005:10). Sedangkan
metode bercerita merupakan salah satu pemberian rangsangan
pengalaman belajar bagi anak usia dini dengan membawakan cerita
secara lisan. Menurut Moeslichatoen (2004:157), bahwa metode
bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi
anak dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang
dibawakanpun harus menarik dan mengundang perhatian.
7
Metode bercerita berarti penyampaian cerita dengan cara bertutur
yang membedakan antara bercerita dengan metode penyampaian cerita
lain adalah lebih menonjol aspek teknis penceritaan lainnya.
Berdasarkan hal tersebut maka disimpulkan bahwa metode bercerita
adalah salah satu strategi pembelajaran dimana penyampaiannya
melalui tutur kata secara lisan dengan menceritakan kisah atau suatu
peristiwa dan informasi tanpa meninggalkan tujuan dari pembelajaran
tersebut.
b) Tujuan Metode Bercerita
Kegiatan bercerita merupakan salah satu cara yang ditempuh guru
untuk memberikan pengalaman belajar agar anak memperoleh
penguasaan isi cerita yang disampaikan lebih baik. Menurut
Moeslichatoen (2004:170) tujuan kegiatan bercerita bagi anak adalah
sebagai berikut :
1. Memberikan informasi atau menanamkan nilai-nilai sosial, moral
dan keagamaan, pemberian informasi tentang lingkungan fisik dan
lingkungan sosial.
2. Anak menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatan
bercerita.
3. Anak mampu mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang
disampaikan oleh orang lain.
4. Anak dapat bertanya apabila tidak memahaminya.
5. Anak dapat menjawab pertanyaan.
6. Anak dapat menceritakan dan mengekspresikan terhadap apa yang
didengarkan dan diceritakannya,sehingga hikmah dari isi cerita dapat
dipahami dan lambat laun didengarkan, diperhatikan, dilaksanakan
dan diceritakannya pada orang lain.
Pendapat lain dikemukakan Abdul Aziz (2002:64), bahwa ada tujuan
dari metode bercerita yaitu untuk menghibur anak dan menyenangkan
mereka dengan bercerita yang baik, menambah pengetahuan anak.
Berdasarkan uraian diatas maka metode bercerita bertujuan untuk
melatih anak berkomunikasi dengan baik, mendengarkan apa yang
8
disampaikan dengan seksama, mengerti pesan dari cerita dan mampu
menambah wawasan dan pengetahuan secara luas.
c) Fungsi Metode Bercerita
Metode bercerita dapat menjadikan suasana belajar menyenangkan
dan menggembirakan dengan penuh dorongan dan motivasi sehingga
pembelajaran yang disampaikan dapat dengan mudah dipahami oleh
anak. Tampubolon (1991:50) menjelaskan bahwa bercerita kepada anak
memainkan peranan penting bukan saja dalam menumbuhkan minat dan
kebiasaan membaca, tetapi juga dalam mengembangkan bahasa dan
pikiran anak. Dengan demikian, fungsi kegiatan bercerita bagi anak usia
4-6 tahun adalah memberikan stimulasi pada aspek perkembangan
anak. Pendapat diatas menegaskan bahwa metode bercerita dapat
membantu mengoptimalkan kemampuan mengungkapkan bahasa,
dengan menambah perbendaharaan kosa kata, kemampuan
mengucapkan kata-kata, melatih merangkai kalimat sesuai tahap
perkembangannya, dan selanjutnya anak dapat mengekspresikan
dirinya.
f. Metode Wawancara
a) Pengertian metode wawancara
Yang dimaksud dengan wawancara menurut Nazir (1988) adalah
proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara
dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang
dinamakan interview guide (panduan wawancara).
Walaupun wawancara adalah proses percakapan yang berbentuk tanya
jawab dengan tatap muka, wawancara adalah suatu proses pengumpulan
data untuk suatu penelitian. Beberapa hal dapat membedakan
wawancara dengan percakapan sehari-hari adalah antara lain:
1. Pewawancara dan responden biasanya belum saling kenal-mengenal
sebelumnya.
2. Responden selalu menjawab pertanyaan.
3. Pewawancara selalu bertanya.
9
4. Pewawancara tidak menjuruskan pertanyaan kepada suatu jawaban,
tetapi harus selalu bersifat netral.
5. Pertanyaan yang ditanyakan mengikuti panduan yang telah dibuat
sebelumnya. Pertanyaan panduan ini dinamakan interview guide.
b) Keunggulan dan Kelemahan Wawancara
Kebaikan metode wawancara terletak pada keluwesannya. Artinya,
wawancara dapat dengan mudah disesuaikan dengan kondisi yang
terjadi pada saat wawancara berlangsung. Selain itu, melalui wawancara
dapat juga diungkap hal-hal yang tersembunyi yang mungkin tidak
dapat diungkap dengan metode lain, asalkan pewawancaranya memiliki
ketrampilan yang dibutuhkan.
Kelemahan metode wawancara adalah dari segi banyaknya waktu,
tenaga, dan biaya yang dibutuhkan. Selain itu, pewawancara yang
memiliki ketrampilan yang tinggi tidak mudah diperoleh, selain mahal,
juga sulit atau lama untuk melatihnya
10
kopetensi peserta didik dalam proses belajar mengajar. Dalam metode
ini siswa dituntut untuk berimajinasi serta menuangkan kreatifitas yang
dimiliki. Sesuai dengan judul model pembelajaran berbicara yaitu
Menyambung Cerita, maka tidak akan terlepas dari karangan prosa
fiksi.
Tujuan model pembelajaran melanjutkan cerita adalah
mengembangkan kreatifitas serta imajinatif peserta didik dalam
menciptakan cerita dengan spontan.
b) Kelebihan Model Pembelajaran Melanjutkan Cerita
1. Peserta didik dituntut aktif dalam proses belajar mengajar di dalam
kelas, dengan
2. menginplementasikan keterampilan menyimak dan berbicara.
3. Merangsang peserta didik untuk bebas berimajinasi, akan tetapi tidak
keluar dari tema yang sudah dipaparkan.
4. Dapat membuat proses belajar mengajar di dalam kelas menjadi
hidup dan terarah.
5. Menciptakan peserta didik yang kreatif, inovatif serta berani belajar
berbicara di depan teman sebayanya.
11
Selanjutnya ketika guru bercerita dengan cerpen yang belum utuh,
kemudian guru menunjuk salah satu muridnya untuk melanjutkan
cerita yang terpotong itu.
Setelah peserta didik pertama bercerita, kemudian guru memotong
ceritanya untuk dilanjutkan oleh temannya sampai 10 (sepuluh)
peserta didik.
Kemudian langkah terakhir, guru memerintahkan peserta didik
yang terakhir untuk menyimpulkan cerita yang tadi sudah
dituangkan secara spontan oleh temannya.
3. Penutup
Membuat kesimpulan setelah Menyambung Cerita selesai.
Memberikan Apresiasi kepada siswa-siswa serta memberikan
penghargaan.
12
c) Kelebihan model pembelajaran menjawab pertanyaan
1. Siswa dilatih untuk menguasai kemampuan bertanya
2. Siswa dilatih untuk berpikir kritis dan lebih kreatif dalam bertanya
3. Siswa dilatih untuk aktif dalam bertanya
4. Model ini merupakan pengembangan afektif dan kognitif agar lebih
bermakna dalam berdiskusi
5. Melatih percaya diri siswa dalam bertanya
13
11. Penutup
14
1. Parafrase Kalimat; artinya memisahkan sebuah kalimat menjadi
beberapa kata menurut jabatannya, yaitu: Subjek, Predikat, Objek,
Keterangan.
2. Parafrase Suku Kata; artinya memisahkan sebuah kata meurut suku
katanya.
3. Parafrase Puisi; artinya mengubah bentuk puisi ke bentuk prosa atau
narasi.
15
sebagai moderator dan motivator. Pada pembelajaran awal
dimungkinkan mengangkat tema-tema cerita dari gagasan peserta didik
sendiri, namun seiring waktu ide/tema cerita berasal atau ditentukan
guru. Tentu saja tema cerita yang menggugah, menarik dan aktual. Bisa
juga dimulai cerita dari lingkungan kehidupan sehari-hari peserta didik,
lalu menuju lingkungan/kawasan yang luas dan lebih kompleks.
16
f. Model Pembelajaran Menceritakan Kembali
a) Pengertian model pembelajaran menceritakan kembali
Menurut Bachtiar S. Bachri (2005: 160), kegiatan bercerita
merupakan umpan balik akan memberikan gambaran tentang segala
sesuatu yang telah diterima atau direspon anak setelah mendengar
cerita. Maksud dari umpan balik tersebut yaitu segala sesuatu yang
menggambarkan perilaku yang diperoleh melalui proses yang telah
dilaluinya. Penceritaan yang disajikan oleh anak bertujuan untuk
mengungkapkan kemampuan dan keterampilan anak bercerita.
Menurut Nurbiana Dhieni, dkk. (2005: 6.3), bercerita adalah suatu
kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain
dengan alat atau tanpa alat 15 tentang apa yang harus disampaikan
dalam bentuk pesan, informasi, atau hanya sebuah dongeng yang
diperdengarkan dengan rasa menyenangkan.
Menurut Muh. Nur Mustakim (2005: 187-188), menceritakan
kembali merupakan kegiatan anak setelah anak memahami dan
menceritakan kembali isi cerita. Ada tiga hal yang diharapkan dari
kegiatan ini yaitu anak mampu menyusun kembali cerita yang disimak
dari proses penceritaan, anak terampil menggunakan bahasa lisan
melalui kegiatan berbicara produktif, dan anak terampil
mengekspresikan perilaku dan dialog cerita dalam simulasi kreatif.
Bachtiar S. Bachri (2005: 10), mengungkapkan bercerita merupakan
menutur sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau sesuatu yang
mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan
secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan
kepada orang lain. Dalam konteks pembelajaran anak usia dini bercerita
dikatakan sebagai upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan
bahasa anak melalui pendengaran kemudian menuturkan kembali
dengan tujuan melatih keterampilan anak dalam bercakap-cakap untuk
menyampaikan ide atau hal lain dalam bentuk lisan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan pengertian menceritakan
kembali yaitu kegiatan menyusun kembali cerita yang telah disimak
17
dari proses penceritaan dengan tujuan memberikan informasi dan
pengetahuan kepada orang lain secara lisan. Ketika guru meminta anak
untuk menceritakan kembali isi cerita yang telah didengar, peran guru
memotivasi agar anak dapat berpikir secara logis dan dapat
menceritakan kembali isi cerita dengan baik.
Menurut Bachtiar S. Bachri (2005: 161-163), anak dapat
menceritakan kembali isi cerita melalui beberapa cara yaitu:
1. Ungkapan-ungkapan spontan yaitu anak selama menceritakan
kembali isi cerita dapat digunakan untuk mengetahui seberapa
pemahaman anak tentang cerita yang telah dibacakan guru.
2. Penjelasan lisan yaitu anak yang aktif mendengarkan dengan
memahami, mengikuti, dan memaknai secara menyeluruh isi dari
cerita yang dibacakan guru maka anak akan dapat menceritakan
kembali isi cerita dengan baik.
3. Peragaan yaitu menceritakan kembali isi cerita dapat dilakukan
anak dengan bahasa non verbal berupa peragaan. Anak yang
cenderung mempunyai tipe visual akan lebih mudah menangkap,
mengolah, dan menceritakan kembali isi cerita juga secara visual.
4. Simulasi/bermain peran yaitu bermain peran atau melakukan
simulasi dapat mempermudah anak untuk menceritakan kembali
isi cerita karena anak mendapat pengalaman langsung meskipun
sebatas peragaan antar teman sesuai dengan cerita yang telah
dibacakan guru.
b) Manfaat perkembangan kemampuan menceritakan kembali
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat
menceritakan kembali bagi anak yaitu;
1. mengembangkan kemampuan anak dalam berbicara,
2. mengembangkan imajinasi anak,
3. membantu membentuk kepribadian dan
4. moral yang baik pada anak,
5. menambah wawasan dan cara berpikir anak, dan
18
6. menceritakan kembali isi cerita sangat baik untuk melatih
konsentrasi dan
7. daya ingat anak.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam ketereampilan berbicara banyak terdapat macam-macam Metode
dan Model-model Pembelajaran. Macam-macam metode tersebut yaitu:
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami
sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin.
20
DAFTAR PUSTAKA
Bandung: Angkasa.
Berbicara, 22.
21