Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU

“Model-Model Pembelajaran Tematik, Kriteria dan Prosedur Pemilihan Tema, serta


Jaringan Tema/Topik dalam Mata Pelajaran di SD Kelas Rendah dan Kelas Tinggi“

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. Aisyah Fauziah (20129241)


2. Diana Aguti Rahayu (20129123)
3. Elin Marlina (20129266)
4. Raudatul Jamila (20129333)

DOSEN PENGAMPU :

Arwin, S.Pd, M.pd

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
TA. 2021/2022
KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena


penulisan makalah ini telah selesai tepat pada waktunya dengan judul “Model-
Model Pembelajaran Tematik, Kriteria dan Prosedur Pemilihan Tema, serta
Jaringan Tema/Topik dalam Mata Pelajaran di SD“. Makalah ini disusun sebagai
salah satu tugas mata kuliah Pembelajaran Tematik Terpadu ini di tahun ajaran
2020/2021 dan merupakan salah satu persyaratan untuk menyempurnakan nilai
mata kuliah Pembelajaran Tematik Terpadu.
Besar harapan penulis, semoga dengan dibuatnya makalah tentang Model
Pembelajaran Tematik, Kriteria dan Prosedur Pemilihan Pembelajaran Tematik
Terpadu ini menjadi salah satu sarana untuk menambah pengetahuan baik untuk
pembaca ataupun penulis.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dikatakan sempurna, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk makalah dimasa
yang akan datang. Terlepas dari segala kekurangan penulis berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi pihak lain yang membutuhkannya.

Padang, 5 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................1
D. Manfaat Penulisan...................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Model-Model Pembelajaran Tematik Terpadu........................................3


B. Model PT yang dikembangkan di SD, Connected, Webbing,
Integrated.................................................................................................8
C. Kriteria dan Prosedur Pemilihan Tema..................................................12
D. Jaringan Tema/Topik dalam Mata Pelajaran di SD Kelas Rendah
dan Kelas Tinggi....................................................................................17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................21
B. Saran......................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran
terpadu yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik
secara individu maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta
prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik (Rusman,
2012:254). Pembelajaran tematik adalah suatu model pembelajaran yang memadukan
beberapa materi pembelajaran dari berbagai standar kompetensi dan kompetensi
dasar dari satu atau beberapa mata pelajaran.
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan
beberapa mata pelajaran kedalam sebuah tema, pembelajaran tematik di sekolah
dasar menekankan keaktifan siswa pada pembelajaran, sehingga dengan keterlibatan
siswa secara aktif maka hasil belajar yang diperoleh akan lebih baik dan
pembelajaran akan lebih bermakna.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja model-model yang ada dalam pembelajaran tematik?
2. Bagaimanakah model PT yang dikembangkan di SD, Connected, Webbing,
Integrated?
3. Apa saja kriteria dan prosedur pemilihan tema?
4. Bagaiamana jaringan tema/topik dalam mata pelajaran di SD kelas rendah
dan kelas tinggi?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui model-model yang ada dalam pembelajaran tematik.

2. Untuk mengetahui model PT yang dikembangkan di SD, Connected,


Webbing, Integrated.

1
3. Untuk mengetahui kriteria dan prosedur pemilihan tema.

4. Untuk mengetahui jaringan tema/topik dalam mata pelajaran di SD kelas


rendah dan kelas tinggi.

D. Manfaat Penulisan

Dapat dijadikan sebagai sumber informasi terkait model pembelajaran


tematik, kriteria dan prosedur pemilihan pembelajaran tematik terpadu.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Model-Model Pembelajaran Tematik Terpadu


Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan
digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehinggga dapat
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. (Depdiknas, 2006: 5).
Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit
tematisnya, menurut seorang ahli yang bernama Robin Fogarty (1991)
mengemukakan bahwa terdapat sepuluh cara atau model dalam merencanakan
pembelajaran terpadu. Kesepuluh cara atau model tersebut adalah sebagai berikut:

1. Model Terpisah (Fragmented)


Model fragmented ditandai oleh ciri pemaduan yang hanya terbatas pada satu
mata pelajaran saja. Misalnya, dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, materi
pembelajaran tentang menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dapat dipadukan
dalam materi pembelajaran keterampilan berbahasa. Dalam proses pembelajarannya,
butir-butir materi tersebut dilaksanakan secara terpisah-pisah pada jam yang berbeda-
beda.
 Merupakan berbagai disiplin ilmu yang berbeda dan saling terpisah.
 Kelebihan dari model jenis ini adalah adanya kejelasan dan pandangan yang
terpisah dalam suatu mata pelajaran.
 Sedangkan kelemahannya adalah keterhubungan menjadi tidak jelas dan
lebih sedikit transfer pembelajaran.

2. Model Keterkaitan/Keterhubungan (Connected)


Model connected dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelajaran
dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Butir-butir pembelajaran
seperti: kosakata, struktur, membaca, dan mengarang misalnya, dapat dipayungkan
pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Penguasaan butir-butir
pembelajaran tersebut merupakan keutuhan dalam membentuk kemampuan
berbahasa dan bersastra. Hanya saja pembentukan pemahaman, keterampilan, dan
pengalaman secara utuh tersebut tidak berlangsung secara otomatis. Karena itu, guru
harus menata butir-butir pembelajaran dan proses pembelajarannya secara terpadu.
 Adalah topik-topik dalam satu disiplin ilmu yang berhubungan satu sama
lain.
 Kelebihan dari model jenis ini adalah yaitu konsep–konsep utama saling
terhubung, mengarah pada pengulangan (review), rekonseptualisasi, dan
asimilasi gagasan-gagasan dalam suatu disiplin.
 Sedangkan kelemahannya adalah disiplin-disiplin ilmu tidak berkaitan;
kontent tetap terfokus pada satu disiplin ilmu.

3. Model Berbentuk Sarang/kumpulan (Nested)


Model nested merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep
keterampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Pembelajaran berbagai bentuk
penguasaan konsep dan keterampilan tersebut keseluruhannya tidak harus
dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Keterampilan dalam mengembangkan daya
imajinasi dan berpikir logis dalam hal ini disikapi sebagai bentuk keterampilan yang
tergarap saat siswa memakai kata-kata, membuat ungkapan dan mengarang puisi.
Untuk mengetahui telah dikuasainya keterampilan tersebut ditunjukkan oleh
kemampuan mereka dalam membuat ungkapan dan mengarang puisi.
 Memiliki defenisi yaitu keterampilan-keterampilan sosial, berpikir, dan
kontent (contents skill ) dicapai di dalam satu mata pelajaran (subject area).
 Kelebihan dari model jenis ini adalah memberi perhatian pada berbagai
mata pelajaran yang berbeda dalam waktu yang bersamaan, memperkaya
dan memperluas pembelajaran.
 Sedangkan kelemahannya adalah peserta didik bisa menjadi binggung dan
juga kehilangan arah mengenai konsep-konsep utama dari suatu pelajaran
atau suatu kegiatan.

4. Model Dalam Satu Rangkaian (Sequence)


Model sequenced merupakan model pemaduan topik-topik antarmata
pelajaran yang berbeda secara paralel. Isi cerita dalam roman sejarah, misalnya; topik
pembahasannya secara paralel atau dalam jam yang sama dapat dipadukan dengan
ikhwal sejarah perjuangan bangsa, karakteristik kehidupan sosial masyarakat pada
periode tertentu maupun topik yang menyangkut perubahan makna kata. Topik-topik
tersebut dapat dipadukan pembelajarannya pada alokasi jam yang sama.
 Persamaan-persamaan yang ada diajarkan secara bersamaan, meskipun
termasuk ke dalam mata pelajaran yang berbeda.
 Kelebihan dari model jenis ini adalah memfasilitasi transfer pembelajaran
melintasi beberapa mata pelajaran.
 Sedangkan kelemahannya adalah membutuhkan kolaborasi yang terus
menerus dan kelenturan (fleksibilitas) yang tinggi karena guru-guru memilki
lebih sedikit otonomi untuk mengurutkan (merancang) kurikula.

5. Model Terbagi (Shared)


Model shared merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya
overlapping konsep atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih. Butir-butir
pembelajaran tentang kewarganegaraan dalam PPKn misalnya, dapat bertumpang
tindih dengan butir pembelajaran dalam Tata Negara, PSPB, dan sebagainya.
 Perencanaan tim dan atau pengajaran yang melibatkan dua disiplin
difokuskan pada konsep, keterampilan, dan sikap-sikap ( attitudes ) yang
sama.
 Kelebihan dari model jenis ini adalah terdapat pengalaman-pengalaman
instruksional bersama; dengan dua orang guru di dalam satu tim, akan lebih
mudah untuk berkolaborasi.
 Sedangkan kelemahannya adalah membutuhkan waktu, kelenturan,
komitmen, dan kompromi.
6. Model Bentuk Jaring Laba-Laba (Webbed)
Model ini bertolak dari pendekatan tematis sebagai pemadu bahan dan
kegiatan pembelajaran. Dalam hubungan ini tema dapat mengikat kegiatan
pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran.
 Pengajaran tematis, menggunakan suatu tema sebagai dasar pembelajaran
dalam berbagai disiplin mata pelajaran
 Kelebihan dari model jenis ini adalah dapat memotivasi murid-murid:
membantu murid-murid untuk melihat keterhubungan antar gagasan.
 Sedangkan kelemahannya adalah tema yang digunakan harus dipilih baik-
baik secara selektif agar menjadi berarti, juga relevan dengan content.

7. Model Dalam Satu Alur (Threaded)


Model threaded merupakan model pemaduan bentuk keterampilan, misalnya;
melakukan prediksi dan estimasi dalam matematika, ramalan terhadap kejadian-
kejadian, antisipasi terhadap cerita dalam novel, dan sebagainya. Bentuk threaded ini
berfokus pada apa yang disebut meta-curriculum.
 Merupakan keterampilan-keterampilan sosial, berpikir, berbagai jenis
kecerdasan, dan keterampilan belajar ‘direntangkan’ melalui berbagai
disiplin.
 Kelebihan dari model jenis ini adalah murid-murid mempelajari cara mereka
belajar; memfasilitas transfer pembelajaran selanjutnya.
 Sedangkan kelemahannya adalah disiplin-disiplin ilmu yang bersangkutan
tetap terpisah satu sama lain.

8. Model Terpadu (Integrated)


Model integrated merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran
yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Topik evidensi
yang semula terdapat dalam mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia,
Pengetahuan Alam, dan Pengetahuan Sosial, agar tidak membuat muatan kurikulum
berlebihan, cukup diletakkan dalam mata pelajaran tertentu, misalnya Pengetahuan
Alam. Contoh lain, dalam teks membaca yang merupakan bagian mata pelajaran
Bahasa Indonesia, dapat dimasukkan butir pembelajaran yang dapat dihubungkan
dengan Matematika, Pengetahuan Alam, dan sebagainya. Ditinjau dari
penerapannya, model ini sangat baik dikembangkan di SD.
 Memiliki definisi yaitu dalam berbagai prioritas yang saling tumpang tindih
dalam berbagai disiplin ilmu, dicari keterampilan, konsep, dan sikap-sikap
yang sama.
 Kelebihan dari model jenis ini adalah Mendorong murid-murid untuk
melihat keterkaitan dan kesalingterhubungan di antara disiplin-disiplin ilmu;
murid-murid termotivasi dengan melihat berbagai keterkaitan tersebut.
 Sedangkan kelemahannya adalah membutuhkan tim antar departemen yang
memiliki perencanaan dan waktu pengajaran yang sama.

9. Model Celupan (Immersed)


Model immersed dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring dan
memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan medan
pemakaiannya. Dalam hal ini tukar pengalaman dan pemanfaatan pengalaman sangat
diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.
 Pelajar memadukan apa yang dipelajari dengan cara memandang seluruh
pengajaran melalui perspektif bidang yang disukai.
 Kelebihan dari model jenis ini adalah keterpaduan berlangsung di dalam
pelajar itu sendiri
 Sedangkan kelemahannya adalah dapat mempersempit fokus pelajar
tersebut.

10. Model Membentuk Jejaring (Networked)


Model networked merupakan model pemaduan pembelajaran yang
mengandaikan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah,
maupu tuntutan bentuk keterampilan baru setelah siswa mengadakan studi lapangan
dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda-beda. Belajar disikapi sebagai
proses yang berlangsung secara terus-menerus karena adanya hubungan timbal balik
antara pemahaman dan kenyataan yang dihadapi siswa.
B. Model PT yang Dikembangkan di SD, Connected, Webbing, Integrated
Tentu saja dari model-model pembelajaran terpadu seperti yang telah
dikemukakan oleh Robin Fogarty dan Jacobs di atas, tidak semuanya tepat
diterapkan di sekolah dasar di Indonesia. Menurut hasil pengkajian Tim Pengembang
PGSD (1997), terdapat tiga model pembelajaran terpadu yang nampaknya paling
cocok atau tepat diterapkan di sekolah dasar kita, yaitu model jaring laba-laba
(webbing), model keterhubungan (connected), dan model keterpaduan (integrated).
Di bawah ini diuraikan ketiga model pembelajaran terpadu tersebut beserta kelebihan
dan kelemahan dalam pelaksanaannya.

1. Model Keterhubungan (Connected)


Model keterhubungan adalah model pembelajaran terpadu yang secara
sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu
topik dengan topik lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, tugas-tugas
yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas-tugas yang dilakukan di hari
berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari dalam satu semester dengan ide-ide yang
akan dipelajari pada semester berikutnya di dalam satu mata pelajaran.

Kekuatan pembelajaran terpadu model keterhubungan adalah:


 Dengan mengaitkan ide-ide dalam satu mata pelajaran, siswa memiliki
keuntungan gambaran yang besar seperti halnya suatu mata pelajaran yang
terfokus pada satu aspek.
 Konsep-konsep kunci dikembangkan siswa secara terus-menerus sehingga
terjadi internalisasi.
 Mengaitkan ide-ide dalam suatu mata pelajaran memungkinkan siswa
mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, dan mengasimilasi ide secara
berangsur-angsur dan memudahkan transfer atau pemindahan ideide tersebut
dalam memecahkan masalah.

Kelemahan model pembelajaran keterhubungan adalah:


 Berbagai mata pelajaran di dalam model ini tetap terpisah dan nampak tidak
terkait, walaupun hubungan dibuat secara eksplisit antara mata pelajaran
(interdisiplin).
 Guru tidak didorong untuk bekerja secara bersama-sama sehingga isi
pelajaran tetap terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep dan ide-ide
antara mata pelajaran.
 Usaha-usaha yang terkonsentrasi untuk mengintregrasikan ide-ide dalam
suatu mata pelajaran dapat mengabaikan kesempatan untuk mengembangkan
hubungan yang lebih global dengan mata pelajaran lain.

Langkah-langkah yang akan ditempuh dalam model pembelajaran ini, diantaranya


sebagai berikut :
a. Pendidik menentukan tema yang dipilih dalam silabus.
b. Pendidik mencari tema yang hampir sama atau relevan dengan tema-tema
yang lain.
c. Tema-tema tersebut diorganisasikan pada tema induk.
d. Pendidik menjelaskan materi yang terdiri dari beberapa tema diatas.
e. Pendidik mengadakan tanya jawab tentang materi yang diajarkan.
f. Dengan bimbingan pendidik para anak / siswa membentuk kelompok kecil.
g. Dengan bimbingan pendidik pula anak / siswa diminta mengerjakan soal
yang telah dipersiapkan dan mengerjakan tugas kelompok dari pendidik.
h. Pendidik memberikan kesimpulan, penegasan, evaluasi dan sebagai tindak
lanjut pendidik menugaskan pada siswa untuk menyusun portofolio dan
dikumpulkan waktu yang akan datang.

2. Model Jaring Laba-laba (Webbing)


Model pembelajaran ini adalah model pembelajaran terpadu yang
menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini dimulai dengan menentukan tema,
yang kemudian dikembangkan menjadi subtema dengan memperhatikan keterkaitan
tema tersebut dengan mata pelajaran yang terkait. Dari subtema tersebut diharapkan
aktivitas siswa dapat berkembang dengan sendirinya.
Kekuatan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba adalah sebagai berikut:
 Adanya faktor motivasional yang dihasilkan dari menyeleksi tema yang
sangat diminati.
 Model jaring laba-laba relatif lebih mudah dilakukan oleh guru yang belum
berpengalaman.
 Model ini mempermudah perencanaan kerja tim untuk mengembangkan tema
ke dalam semua bidang isi pelajaran.

Kelemahan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba sebagai berikut:


 Langkah yang sulit dalam pembelajaran terpadu model jaring laba-laba
adalah menyeleksi tema.b. Adanya kecenderungan merumuskan suatu tema
yang dangkal sehingga hal ini hanya berguna secara artifisial di dalam
perencanaan kurikulum.
 Guru dapat menjaga misi kurikulum.
 Dalam pembelajaran guru lebih fokus pada kegiatan daripada pengembangan
konsep.

Langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut :


a. Pendidik menyelipkan tema utama.
b. Pendidik menyiapkan tema-tema yang telah dipilih.
c. Pendidik menjelaskan tema-tema yang terkait sehingga materinya lebih luas.
d. Pendidik memilih konsep atau informasi yang dapat mendorong belajar siswa
dengan pertimbangan lain yang memang sesuai dengan prinsip-prinsip
pembelajaran terpadu

3. Model Keterpaduan (Integrated)


Model ini merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan
antarmata pelajaran. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan mata
pelajaran dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menentukan keterampilan,
konsep, dan sikap yang saling tumpang-tindih di dalam beberapa mata pelajaran.
Kekuatan model keterpaduan antara lain:
 Memudahkan siswa untuk mengarahkan keterkaitan dan keterhubungan di
antara berbagai mata pelajaran.
 Memungkinkan pemahaman antarmata pelajaran dan memberikan
penghargaan terhadap pengetahuan dan keahlian.
 Mampu membangun motivasi.

Kelemahan model keterpaduan antara lain:


 Model ini model yang sangat sulit diterapkan secara penuh.
 Model ini menghendaki guru yang terampil, percaya diri dan menguasai
konsep, sikap dan keterampilan yang sangat diprioritaskan.
 Model ini menghendaki tim antarmata pelajaran yang terkadang sulit
dilakukan, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan.

Adapun langkah-langkah pembelajaran ini sebagi berikut:


a. Pendidik menentukan salah satu tema dalam mata pelajaran yang akan
dipadukan dengan tema-tema pada mata pelajaran lain.
b. Pendidik mencari tema-tema dari mata pelajaran lain yang memiliki makna
yang sama.
c. Pendidik memadukan tema-tema dari beberapa mata pelajaran yang dikemas
menjadi satu tema besar.
d. Pendidik menyusun rencana pembelajaran (RPP/SKH) yang terdiri dari
gabungan konsep beberapa mata pelajaran.
e. Pendidik menentukan alokasi waktu karena untuk pembelajaran biasanya
memerlukan waktu lebih dari satu kali pertemuan.

B. Kriteria dan Prosedur Pemilihan Tema


Tema sudah menjadi titik poin dalam pembelajaran tematik, karena tema
memiliki fungsi untuk memadukan beberapa mata pelajaran. Maka dari itu dalam
menentukan tema harus benar-benar dilakukan secara hati-hati agar tema tersebut
mampu memadukan beberapa mata pelajaran maupun kompetensi dasar.
Tema untuk pembelajaran tematik dapat berasal dari beberapa sumber, diantaranya:
 Isu-isu
 Masalah-masalah
 Event-event khusus
 Minat siswa
 Literatur

1. Kriteria Pemilihan Tema


Tema-tema dalam pembelajaran tematik, juga dapat dikembangkan
berdasarkan kriteria berikut :
 Minat siswa-siswi yang pada umumnya dapat menarik untuk dijadikan
kriteria penentuan tema, seperti hari libur. Kegiatan hari libur sangat
menyenangkan bagi siswa-siswi. Banyak yang dapat dilakukan oleh siswa-
siswi, seperti memain bola, ke sawah, dan sebagainya.
 Minat guru yang berhubungan dengan sekolah, siswa-siswi atau proses
pembelajaran yang disesuaikan dengan pemahaman siswa-siswi. Misalnya,
guru dapat memilih tema koperasi sekolah
 Kebutuhan siswa-siswi, seperti perkelahian antara siswa-siswi yang perlu
pemecahan dan jalan keluar. Siswa-siswi dapat dilibatkan dalam mengambil
pemecahan perkelahian antara siswa-siswi. Oleh karena itu, perkelahian dapat
dijadikan sebagai tema.

Selain kriteria tersebut, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam
penentuan tema, yaitu :
 Penentuan tema merupakan hasil ramuan dari berbagai disiplin ilmu.
 Tema diangkat sebagai sarana untuk mencapai sasaran materi pelajaran dan
prosedur penyampaian.
 Tema sesuai dengan karakteristik belajar siswa-siswi sehingga perkembangan
anak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
 Tema harus bersifat cukup problematik sehingga kemungkinan luas untuk
melaksanakan kegiatan belajar yang lebih efektif dibanding dengan proses
belajar mengajar yang konvensional.

2. Prosedur Pemilihan Tema


Penentuan tema dapat dilakukan oleh guru melalui tema konseptual yang
cukup umum tetapi produktif. Dapat pula ditetapkan dengan negosiasi antara guru
dengan siswa, atau dengan cara diskusi sesama siswa.

Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara yakni:


a. Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam
masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang
sesuai.
b. Menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk
menentukan tema tersebut, guru dapat bekerjasama dengan peserta didik
sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

Menurut Abdul Majid dalam menentukan tema yang bermakna, kita harus
memperhatikan dan mempertimbangkan:
a. Pemikiran konseptual
Tema yang baik tidak hanya memberikan fakta-fakta kepada siswa. Tema
yang baik bisa mengajak siswa untuk menggunakan keterampilan berpikir
yang lebih tinggi.
b. Pengembangan keterampilan dan sikap
Apakah tema yang sudah disepakati bisa mengembangkan keterampilan
siswa. Misalnya, keterampilan berfikir, berkomunikasi, sosial, eksplorasi,
mengorganisasi, dan pengembangan diri. Pembentukan sikap juga harus bisa
di akomodasi dalam pilihan tema, seperti sikap menghargai, percaya diri,
kerja sama, komitmen, kreativitas, rasa ingin tahu, berempati, antusias,
mandiri, jujur, menghormati dan toleransi.
c. Kesinambungan Tema
Tema yang baik bisa mengakomodasi pengetahuan awal yang dimiliki siswa
sebelum belajar tentang sesuatu yang baru. Pengetahuan awal itu tentu sudah
dipelajari siswa sebelumnya.
d. Materi Belajar Utama dan Tambahan
Materi dan sumber pembelajaran tematik biasa kita bagi menjadi dua sumber
dan materi, yaitu utama dan tambahan. Contoh sumber atau materi belajar
utama adalah para ahli atau orang-orang yang mempunyai profesi atau
kompetensi dasar dalam bidang tertentu, tempat-tempat yang bisa dipelajari,
suasana belajar didalam kelas, lingkungan, komunitas, dan kesenian.
Sedangkan musik, materi audio visual, literature, progam computer, dan
internet adalah sumber materi pembelajaran tambahan bagi siswa. Dengan
demikian, pemlihan tema harus juga memperhatikan kesediaan kedua sumber
belajar itu.
e. Terukur dan Terbukti
Guru juga perlu memperhatikan hasil pembelajaran apa yang akan siswa
capai dalam pembelajaran tematik. Apa yang bisa siswa kerjakan dalam
proses pembelajaran tematik. Perlu juga menunujukkan bukti-bukti itulah
yang dinilai guru dan dicatat sebagai bukti bagaimana siswa menguasai tema
yang diajarkan. Yang pada akhirnya akan dijadikan bahan evaluasi dan
laporan kepada orang tua siswa.
f. Kebutuhan Siswa,
Dalam memilih tema, guru perlu memperhatikan kebutuhan siswa. Apakah
tema yang kita pilih bisa menjawab kebutuhan siswa. Apakah tema yang
dipilih sudah bisa membekali siswa dengan lima cara berfikir untuk masa
depan. Kebutuhan siswa yang lain bisa juga dilihat melalui perkembangan
psikologi (imajinasi), perkembangan motorik, dan perkembangan kebahasaan
siswa.
g. Keseimbangan Pemilihan Tema
Dalam satu tahun pembelajaran biasanya siswa bisa mempelajari 5-6 tema.
Para guru hendaknya bisa memilih tema yang bisa mengakomodasi mata
pelajaran bahasa, ilmu sosial, lingkungan, kesehatan, dan sains saja, tetapi
tema-tema lain yang bervariasi.
h. Aksi Nyata
Pembelajaran tematik hendaknya tidak hanya mengembangkan pengetahuhan
dan sikap siswa, namun juga bisa membimbing siswa untuk melakukan aksi
yang bermanfaat. Aksi yang dilakukan siswa akan memperkaya siswa dengan
pengetahuan lain serta memberikan dampak bagi kehidupan orang lain dan
lingkungan dimana siswa hidup.

Setelah tema tersebut disepakati, dikembangkan sub-sub tema dengan


memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Menutur BSNP (2006),
setelah ditemukan tema yang berfungsi sebagai pemersatu atau paying antar bidang
studi yang dipadukan, dilakukan pemetaan dengan membagi habis semua kompetensi
dasar dan indicator berdasarkan hasil analisis terhadap kompetensi dasar yang telah
dilakukan sebelumnya. Kemudian dibuat diagram kaitan (jaringan) antara tema
dengan kompetensi dasar dan indicator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini
selanjutnya dijabarkan dalam satuan pembelajaran yang memuat aktivitas belajar
siswa.

3. Prinsip Penentuan Tema


Menurut Abdul Majid (2014:103) dalam menetapkan tema perlu
memperhatikan beberapa prinsip yaitu :
a. Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan peserta didik.
b. Mulai dari yang termudah menuju yang sulit.
c. Mulai dari yang sederhana menuju yang kompleks
d. Dari yang konkret menuju ke yang abstrak.
e. Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri
peserta didik.
f. Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan peserta
didik, termasuk minat, kebutuhan peserta didik, termasuk minat, kebutuhan,
dan kemampuannya.

Sedangkan menurut Trianto (2011: 154-156) prinsip-prinsip pembelajaran


tematik dapat diklasifikasikan menjadi beberapa prinsip yakni prinsip penggalian
tema, prinsip pengelolaan pembelajaran, prinsip evaluasi, dan prinsip reaksi yang
secara rinci akan diuraikan seperti berikut :
a. Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan
untuk memadukan banyak mata pelajaran.
b. Tema harus bermakna dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan
psikologis dan mewadahi sebagian besar minat anak.
c. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa
autentik yang terjadi dalam rentang waktu belajar, ketersediaan sumber
belajar dan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat (asas
relevansi).
d. Guru hendaknya jangan menjadi single actor yang mendominasi pembicaraan
dalam pembelajaran.
e. Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap
tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok.
f. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri (self
evaluation) disamping bentuk evaluasi lainnya.
g. Guru harus mampu bereaksi terhadap aksi siswa dalam setiap peristiwa dan
tidak mengarahkan aspek yang sempit, tetapi ke sebuah kesatuan yang utuh
dan bermakna.

D. Jaringan Tema/Topik dalam Mata Pelajaran di SD Kelas Rendah dan Kelas


Tinggi
Setelah melakukan pemetaan, dapat dibuat jaringan tema, yaitu
menghubungkan kompetensi dasar dengan tema pemersatu, dan mengembangkan
indicator pencapaiannya untuk setiap kompetensi dasar yang terpilih. Dengan
jaringan tema tersebut, akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar, dan
indicator dari setiap mata pelajaran.
Buatlah jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar dengan tema
pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema,
kompetensi dasar dan indicator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat
dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema.
Menurut Abdul Majid (2014:106) secara umum dalam merencanakan
pembelajaran terpadu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, di antaranya profil
siswa yang akan diharapkan, kebijakan-kebijakan kurikulum, kerangka kerja dan
silabus.
Lonning menggungkapkan mengungkapkan bahwa untuk merancang
pembelajaran terpadu model webbed hendaknya memerhatikan langkah-langkah
berikut:
 Menentukan atau memilih tema sentral.
 Mengidentifikasi konsep-konsep yang akan dibahas,
 Memilih kegiatan pembelajaran yang sesuai,
 Menyusun jadwal kegiatan secara sistematis.
 Menetapkan tema sentral hendaknya berorientasi pada kondisi fisik
lingkungan siswa dan masalah yang dihadapi oleh masyarakatnya. Siswa
diharapkan dapat mengenal dan mencintai masyarakatnya sehingga dia tidak
terisolasi dari kehidupan asalnya.

Untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran terpadu, guru merencanakan


penjelajahan tema dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk berbicara,
bertanya, membaca, dan menulis sehingga mereka dapat mengembangkan
kreativitasnya.
Berikut diberikan contoh langkah-langkah membuat jaringan tema keterhubungan
menurut Rusman (2015: 156-161) :
a. Menetapkan Mata Pelajaran yang akan dipadukan.
Tahap ini sebaiknya dilakukan setelah membuat pemetaan kompetensi
dasar secara menyeluruh pada semua mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah dasar dengan maksud supaya terjadi pemerataan keterpaduan. Pada
saat menetapkan beberapa mata pelajaran yang akan dipadukan sebaiknya
sudah disertai dengan alasan atau rasional yang berkaitan dengan pencapaian
kompetensi dasar oleh siswa dan kebermaknaan belajar.
b. Mempelajari kompetensi dasar dan indicator dari muatan mata pelajaran yang
akan dipadukan.
Pada tahap ini dilakukan pengkajian atas kompetensi dasar pada
jenjang dan kelas yang sama dari beberapa muatan mata pelajaran yang
memungkinkan untuk diajarkan dengan menggunakan paying sebuah tema
oemersatu. Sebelumnya perlu ditetapkan terlebih dahulu aspek-aspek dari
setiap muatan mata pelajaran yang dapat dipadukan.
c. Memilih dan Menetapkan Tema/Topik Pemersatu.
Tahap berikutnya yaitu memilih dan menetapkan tema yang dapat
mempersatukan kompetensi-kompetensi dasar dan indikator pada setiap mata
pelajaran yang akan dipadukan pada kelas dan semester yang sama. Dalam
memilih dan menetapkan tema terdapat beberapa hal yang perlu
pertimbangan, di antaranya:Tema yang dipilih harus memungkinkan
terjadinya proses berpikir pada diri siswa serta terkait dengan cara dan
kebiasaan belajarnya, ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan
perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya, dan
Penetapan tema dimulai dari lingkungan yang terdekat dan dikenali oleh
siswa.
d. Menghubungkan kompetensi dasar dengan tema pemersatu.
Pada tahap ini dilakukan pemetaan keterhubungan kompetensi dasar
masing-masing matapelajaran yang akan dipadukan dengan tema pemersatu.
Pemetaan tersebut dapat dibuat dalam bentuk bagan dan/atau matriks jaringan
tema yang memperlihatkan kaitan antara tema pemersatu dengan kompetensi
dasar dari setiap mata pelajaran. Tidak hanya itu, dalam pemetaan ini harus
tampak juga hubungan tema pemersatu dengan indikator-indikator
pencapaiannya.
e. Penyusunan Silabus Pembelajaran Tematik.
Dari hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap
sebelumnya dijadikan dasar dalam penyusunan silabus pembelajaran tematik.
Secara umum, silabus ini diartikan sebagai garis-garis besar, ringkasan,
ikhtisar, atau pokok-pokok isi/materi pembelajaran tematik. Silabus
merupakan penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi, kompetensi dasar
yang ingin dicapai, dan pokok-pokok materi yang perlu dipelajari siswa.
Dalam menyusun silabus perlu didasarkan pada matriks/bagan keterhubungan
yang telah dikembangkan. Kompetensi dasar setiap matapelajaran yang tidak
bisa dikaitkan dalam pembelajaran tematik disusun dalam silabus tersendiri.
Format silabus disusun dalam bentuk matriks dan memuat tentang mata
pelajaran yang akan dipadukan, kompetensi dasar dan indikatornya yang akan
dicapai, materi pokok, strategi atau langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilakukan, alokasi waktu yang dibutuhkan, dan sumber bahan pustaka yang
dijadikan rujukan.
f. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik.
Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran tematik perlu disusun
suatu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Penyusunan rencana
pembelajaran ini merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang
telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Komponen rencana
pembelajaran tematik meliputi:
g. Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas,
semester, dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).
Kompetensi dasar dan indikator yang hendak dicapai. Materi pokok
beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai
kompetensi dasar dan indikator. Strategi pembelajaran (kegiatan
pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi
dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi
dasar dan indikator).Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar
pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus
dikuasai. Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan
digunakan untuk menilai pencapaian belajar siswa serta tindak lanjut hasil
penilaian).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan


digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Model pembelajaran tematik terpadu terdiri dari Tipe Connected, Tipe


Webbed, dan Tipe Integrated.

Model pembelajaran tematik ini juga kiranya lebih relevan diterapkan, sebab
model pembelajaran tematik ini juga dapat membantu membangkitkan minat belajar
siswa. Karena dalam pengemasan mata pelajaran menggunakan model pembelajaran
tematik ini, mata pelajaran yang disaling kait-kaitkan dikemas dalam bentuk
penyampaian materi yang didalamnya terdapat unsur bermain, sehingga siswa
sekolah dasar akan lebih menyukainya.

B. Saran

Adapun saran penulis sehubungan dengan bahasan makalah ini, kepada


pembaca agar lebih meningkatkan, menggali dan mengkaji lebih dalam tentang
bagaimana model pembelajaran tematik, kriteria dan prosedur pemilihan
pembelajaran tematik terpadu.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Rusman. 2015. Pembelajaran Tematik Terpadu. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Trianto. 2010. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: PT Prestasi


Pustakarya.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Tim Pengembang PGSD. (1997). Pembelajaran Terpadu D-II dan S-I Pendidikan
Dasar. Jakarta: Dirjen Dikti, Bagian Proyek Pengembangan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar.

http://syahsurantaputri.blogspot.com/2017/05/model-model-ptt.html?m=1

https://media.neliti.com/media/publications/219871-none.pdf

https://www.scribd.com/document/270049489/Model-Pembelajaran-Terpadu-Di-
Sekolah-Dasar

http://uswahputri.blogspot.com/2015/05/pembelajaran-tematik.html

Anda mungkin juga menyukai