Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH EKONOMI PENDIDIKAN

BIAYA MANFAAT PENDIDIKAN

Disusun Oleh :
1. Ariska Gunawan (06031281823066)
2. Dyah Suci Wulandari (06031281823017)
3. Ria Septiani (06031381823051)
4. Risna Novita Sari (06031181823006)

Dosen Pengampu :
1. Drs. Ikbal Barlian, M.Pd
2. Dian Eka Amrina, S.Pd, M.Pd

PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan kemampuan,
kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan makalah Ekonomi Pendidikan yang berjudul “Biaya
Manfaat Pendidikan” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semuanya atas
bimbingan, pengarahan, dan kemudahan yang telah diberikan kepada penulis
dalam pengerjaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini.
Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca
sekalian. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya.

Senin, 15 Maret 2021

Kelompok 8

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2


DAFTAR ISI .................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 4


A. Latar Belakang ........................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
C. Tujuan Masalah .......................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 6


A. Manfaat Pendidikan ................................................................................... 6
B. Konsep Biaya Pendidikan .......................................................................... 7
C. Mengukur Biaya dan Manfaat Pendidikan ................................................ 9
D. Analisis Biaya dan Manfaat Pendidikan .................................................... 11

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 16


A. Kesimpulan ................................................................................................ 16
B. Saran .......................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses pembelajaran, pengetahuan, ataupun kemampuan
serta keterampilan yang dilihat dari kebiasaan setiap orang, pendidikan sangat
dibutuhkan sebagai penunjang pengetahuan, pelatihan, ataupun penelitian. Dalam UUD
nomor 20 tahun 2003, telah mengatur tentang sistem pendidikan Nasional dalam
pendidikan juga termuat tujuan pendidikan yang pada dasarnya sebagai wadah atau sarana
dalam mengembangkan kepribadian serta potensi meningkatkan pengetahuan.
Pendidikan berfungsi untuk membentuk diri yang baik dari kemampuan, keahlian,
etika, dan akhlak untuk menjadikan pribadi yang lebih baik. Pendidikan menjadi sarana
untuk membekali diri dalam menghadapi dunia bermasyarakat karena dunia bukan
hanya tentang pengetahuan melainkan meliputi dari sosial, etika, maupun adab. Tentulah
pendidikan memiliki manfaat bagi mereka yang mengikuti pendidikan, karena akan
sangat berpengaruh baik pada dirinya ataupun lingkungannya, akan lebih jelas lagi dikaji
pada pembahasan selanjutnya.
Hampir dapat dipastikan bahwa proses pendidikan tidak dapat berjalan tanpa dukungan
biaya yang memadai. Implikasi diberlakukannya kebijakan desentralisasi pendidikan,
membuat para pengambil keputusan sering kali mengalami kesulitan dalam mendapatkan
referensi tentang komponen pembiayaan pendidikan. Kebutuhan tersebut dirasakan
semakin mendesak sejak dimulainya pelaksanaan otonomi daerah yang juga meliputi
bidang pendidikan. Apalagi masalah pembiayaan ini sangat menentukan kesuksesan
program MBS, KBK, ataupun KTSP yang saat ini diberlakukan. Oleh karena itu biaya
manfaat pendidikan sangat perlu dibahas dalam makalah ini,

B. Rumusan Masalah
 Apa manfaat pendidikan ?
 Bagaimana konsep biaya pendidikan ?
 Bagaimana cara mengukur biaya dan manfaat pendidikan ?
 Apa itu analisis biaya manfaat pendidikan?

4
C. Tujuan Masalah
 Untuk mengetahui manfaat pendidikan
 Untuk mengetahui konsep biaya pendidikan
 Untuk mengetahui cara mengukur biaya dan manfaat pendidikan
 Untuk mengetahui analisis biaya manfaat pendidikan

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Manfaat Pendidikan
Menurut Amartya sen, pemenang nobel ekonomi tahun 1998, manfaat pendidikan
memiliki nilai intrinsik dan instrumental; contohnya yang sederhana adalah kemampuan
dasar dalam membaca dan menulis (literacy) serta berhitung nomerasi yang memberi
manfaat sangat luas bagi masyarakat. Banyak manfaat sosial yang dapat diperoleh dengan
adanya kemampuan baca tulis dan berhitung oleh masyarakatnya. Dan kedua kemampuan
dasar tersebut dapa dicapai berkat adanya penyelenggaraan layanan satuan pendidikan
ditingkat dasar dan menengah. Sebagai konsekuensi dari luasnya cakupan manfaat
pendidikan dikedua jenjang pendidikan tersebut, akan mendorong terjadinya campur
tangan oleh pemerintah melalui berbagai produk kebijakan publik demi tersedianya akses
pendidikan yang seluas-luasnya bagu masyarakat contoh nya program pendidikan gratis 9
tahun di Indonesia.
Menurut Dr Sen, jika dibandingkan dengan berbagai jenjang pendidikan dibawahnya
maka manfaat jangka panjang pendidikan diperguruan tinggi justru akan lebih banyak
dinikmati leh individu yang mengikutinya karena fokus pembelajarannya lebih terletak
pada peningkatan pengetahuan dan keahlian khusus, yang akan berujung pada peningkatan
manfaat ekonomis bagi para lulusannya dimasa mendatang. Dengan demikian, dalam
konteks pembiayaan layanan pendidikan umum bagi masyarakat, prioritas kebijakan
alokasi pembiayaan untuk layanan pelayanan pendidikan publik semestunya memberi
manfaat bagi pesera didik ditingkat satuan pendidikan dijenjang yang lebih rendah
(dalam hal ini jenjang pedidikan dasar dan menengah).

Beberapa Manfaat Pendidikan:


1. Sebagai sarana Informasi serta Pemahaman, untuk meningkatkan dan memberikan
informasi serta pemahaman akan seluruh ilmu pengetahuan yang ada disetiap manusia.
2. Untuk menciptakan generasi penerus Bangsa yang unggul, menciptakan penerus
bangsa yang ahli diberbagai bidang.
3. Sebagai wadah untuk memperdalam suatu Ilmu Pengatahuan, pendidikan bisa
bermanfaat bagi seseorang yang ingin memperdalam suatu disiplin Ilmu.

6
4. Jalan untuk mendapatkan pekerjaan yang diharapkan, semakin tingginya jenjang
pendidikan yang dimiliki kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan yang
diinginkan semakin besar peluangnya.
5. Untuk membentuk pola pikir yang ilmiah, pendidikantinggi biasanya memiliki pola
pikir yang lebih ilmiah serta mereka akan berpikir dengan fakta-fakta yang ada
dibandingkan dari sisi emosional mereka.
6. Untuk mencegah adanya generasi yang tidak berpengetahuan, pendidikan akan dapat
membantu seseorang memahami apa saja hal –hal yang baik dan benar.
7. Menciptakan generasi muda bangsa yang cerdas, dengan melalui pendidikan dapat
membuat generasi muda yang mempunyai nilai moral serta integritas yang tinggi.

Ada empat kategori yang dapat dijadikan indikator dalam menentukan tingkat
keberhasilan pendidikan, yaitu :
1. Dapat tidaknya seseorang lulusan melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi.
2. Dapat tidaknya pekerjaan
3. Besar gaji yang diterima
4. Sikap perilaku dalam konteks sosial, budaya, dan politis.

B. Konsep Biaya Pendidikan


Biaya dalam pendidikan meliputi biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung
(indirect cost). Biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan
pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar siswa. Kebanyakan biaya langsung berasal
dari sistem persekolahan sendiri seperti SPP, dan Sumbangan Orang Tua murid untuk
pendidikan atau yang dikeluarkan sendiri oleh siswa untuk membeli perlengkapan dalam
melaksanakan proses pendidikannya, seperti biaya buku, peralatan dan uang saku.
Sedangkan biaya tidak langsung berupa keuntungan yang hilang dalam bentuk kesempatan
yang hilang dan dikorbankan oleh siswa selama belajar.
Biaya-biaya pendidikan yang dibelanjakan oleh murid, atau orang tua/keluarga dan
baiaya kesempatan pendidikan dalam penelitian ini tidak termasuk dalam pengertian biaya
pendidikan yang sifatnya nonbugetair. Pengertian pembiayaan pendidikan yang bersifat
budgetair, yaitu biaya pendidikan yag diperoleh dan dibelanjakan oleh oleh sekolah sebagai
suatu lembaga. Artinya biaya-biaya pendidikan yang bersifat budgetair dan non budgetait
termasuk dalam pengertian biaya pendidikan dalam arti yang luas.

7
Anggaran biaya pendidikan terdiri dari dua sisi yang berkaitan satu sama lain, yaitu sisi
anggaran penerimaan dan anggaran pengeluaran untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
Anggaran penerimaan adalah pendapatan yang diperoleh setiap tahun oleh sekolah dari
berbagai sumber resmi dan diterima secara teratur. Untuk sekolah dasar negeri,
umumnya memiliki sumber-sumber anggaran penerimaan, yang terdiri dari pemerintah
pusat, pemerintah daerah, masyarakat sekitar, orang tua murid dan sumber lain. Sedangkan
anggaran dasar pengeluaran adalah jumlah uang yang dibelanjakan setiap tahun untuk
kepentingan pelaksanaan pendidikan disekolah. Belanja sekolah sangat ditentukan oleh
komponen-komponen yang jumlah dan proporsinya bervariasi di antara sekolah yang satu
dan daerah yang lainnya. Serta dari waktu ke waktu.
Berdasarkan pendekatan unsur biaya (ingredient approach), pengeluaran sekolah dapat
dikategorikan ke dalam beberapa item pengeluaran, yaitu:
1. Pengeluaran untuk pelaksanaan pelajaran,
2. Pengeluaran untuk tata usaha sekolah,
3. Pemeliharaan untuk sarana dan prasarana sekolah,
4. Kesejahteraan pegawai,
5. Administrasi,
6. Pembinaan teknis educative,
7. Pendataan.

Perhitungan biaya dalam pendidikan akan ditentukan oleh unsur-unsur tersebut


didasarkan pula pada perhitungan biaya nyata (the real cost) sesuai dengan kegiatan
menurut jenis dan volumenya. Dalam konsep pembiayaan pendidikan dasar ada dua hal
penting yag perlu dikaji dan dianalisis, yairu biaya pendidikan secara keseluruhan (total
cost) dan biaya satuan per siswa (unit cost). Biaya satuan ditingkat sekolah
merupakan aggregate biaya pendidikan tingkat sekolah, baik yang bersumber dari
pemerintah, orangtua, dan masyarakat yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan
pendidikan dalam satu tahun pelajaran. Biaya satuan per murid merupakan ukuran yang
menggambarkan sebarapa besar uang yang dialokasiakan kesekolah-sekolah secara efektif
untuk kepetingan murid dalam menempuh pendidikan. Oleh karena biaya satuan ini
diperoleh dengan memperhitungkan jumlah murid pada masing-masinng sekolah, maka
ukuran biaya satuan dianggap standart dan dapat dibandingkan antara sekolah, maka
ukuran biaya satuan dianggap standard dan dapat dibandingkan antara sekolah satu dengan
sekolah lainnya. Analisis mengenai biaya dalam kaitannya dengan factor-faktor lain yang
8
mempengaruhi dapat dilakukan dengan menggunakan sekolah sebagai unit analisis.
Dengan menganalisis biaya satuan, memungkinkan untuk mengetahui efisiensi dalam
penggunaan sumber-sumber disekolah, keuntungan dari investasi pendidikan, dan
pemerataan pengeluaran masyarakat, pemerintah untuk pendidikan. Disamping itu, juga
dapat menilai bagaimana alternative kebijakan dalam upaya perbaikan atau peningkatan
sistem pendidikan. (Mingat, Tan, 1998).

C. Mengukur Biaya dan Manfaat Pendidikan


1. Mengukur Biaya Pendidikan
Konsep biaya pendidikan sifatnya lebih kompleks dari keuntungan, karena komponen
biaya terdiri dari lembaga jenis dan sifatnya. Biaya pendidikan bukan hanya berbentuk
uang, tetapi juga dalam bentuk biaya kesempatan (opportunity cost). Biaya kesempatan ini
sering disebut “income forgone”. Income forgone yaitu potensi pendapatan bagi seorang
siswa selama ia mengikuti pelajaran atau menyelesaikan studi. Sebagai contoh, seorang
lulusan SMP yang tidak diterima untuk melanjutkan pendidikan di SMA, jika ia bekerja
tentu memperoleh penghasilan dan jika ia melanjutkan besarnya pendapatan selama 3 tahun
belajar di SMA harus diperhitungkan. Oleh karena itu, biaya pendidikan akan terdiri dari
biaya langsung dan biaya tidak langsung atau biaya kesempatan (opportunity cost). Dengan
demikian, biaya keseluruhan (C) selama di SMA terdiri dari biaya langsung (L), dan biaya
tidak langsung (K) atau pendapatan lulusan SMP.
C (SMA) = L (SMA) + K (SMA)
Keterangan:
C (SMA): biaya pendidikan
L (SMA) : biaya langsung dibayarkan untuk bersekolah di SMA
K (SMA) : jumlah rata-rata penghasilan lulusan SMP

Biaya pendidikan merupakan dasar empiris untuk memberikan gambaran karakteristik


keuangan sekolah. Analisis efisiensi keuangan sekolah dalam pemanfaatan sumber-sumber
keuangan sekolah dan hasil (output) sekolah dapat dilakukan dengan cara menganalisis
biaya satuan (unit cost) per siswa. Biaya satuan per siswa adalah biaya rata-rata per siswa
yang dihitung dari total pengeluaran sekolah dibagi seluruh siswa yang ada di sekolah
(enrollment) dalam kurun waktu tertentu. Dengan mengetahui besarnya biaya satuan per
siswa menurut jenjang dan jenis pendidikan berguna untuk menilai berbagai alternatif
kebijakan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.
9
Di dalam menentukan biaya satuan terdapat dua pendekatan yaitu pendekatan makro
dan mikro. Pendekatan makro mendasarkan perhitungan pada keseluruhan jumlah
pengeluaran pendidikan yang diterima dari berbagai sumber dana kemudian dibagi jumlah
siswa. Pendekatan mikro mendasarkan perhitungan biaya berdasarkan alokasi pengeluaran
per komponen pendidikan yang digunakan oleh siswa.

2. Mengukur Manfaat Pendidikan


Perlu dikemukakan bahwa keuntungan pendidikan tidak selalu dapat diukur dengan
standar nilai ekonomi atau uang. Hal ini disebabkan manfaat pendidikan, di samping
memiliki nilai ekonomi, juga memiliki nilai sosial. Dalam pengukuran dampak pendidikan
terhadap keuntungan ekonomi atau pendapat seseorang dari produktivitas yang
dimilikinya, memerlukan asumsi-asumsi. Asumsi-asumsi bahwa produktivitas seseorang
dianggap merupakan fungsi dari keahlian dan keterampilan yang diperoleh dari pendidikan.
Ukuran hasil pendidikan kita gabungkan dengan data biaya pendidikan dapat menjadi
ukuran efisiensi eksternal.
Dalam mengukur keuntungan pendidikan, digambarkan bagaimana cara mengukur
keuntungan pendidikan menurut nilai ekonomi (penghasilan) yang dibandingkan dengan
biaya (cost). Keuntungan tersebut diukur dengan menggunakan pola penghasilan seumur
hidup. Pola penghasilan seseorang sepanjang hayatnya akan berbentuk V balik yang
dimulai dengan penghasilan agak rendah pada usia muda, meningkat pada masa berikutnya,
dan menurun pada usia lanjut. Untuk memperoleh pola penghasilan seumur hidup ini
dilakukan dengan dua cara: cross sectional dan longitudinal. Berikut ini penjelasannya:
1. Cross sectional dengan jalan mengukur penghasilan dalam waktu yang bersamaan
kepada sejumlah orang yang bervariasi umumnya, kemudian dicari rata-rata
penghasilan dari orang-orang yang usianya sama.
2. Longitudinal dengan jalan mengikuti sejumlah orang yang seusia dan penghasilannya
diukur pada setiap usianya.

Penghasilan atau gaji merupakan ukuran yang paling banyak digunakan untuk
menentukan keberhasilan pendidikan. Ada tiga alasan yang bisa dikemukakan, yaitu
sebagai berikut:
1. Baik logika maupun pengalaman menunjukkan bahwa mayoritas sosial bersekolah
sebagai sarana untuk mendapatkan manfaat ekonomi.
2. Mudah diukur.
10
3. Data gaji cukup tersedia, namun demikian ada beberapa hal yang perlu ditentukan
terlebih dahulu sebelum dilakukan pengukuran, yaitu:
a. Apa gaji awal atau gaji seumur hidup,
b. Menggunakan honor atau data kroseksional. Profil konseksional mengemukakan
gaji orang-orang yang berbeda usia, tetapi sama tingkat pendidikannya pada waktu
tertentu. Kohor menelusuri perkembangan gaji seseorang dalam perkembangan
waktu. Perlu juga diperhatikan bukan hanya besarnya gaji absolut, tetapi juga
seberapa besar pertambahan gaji setelah mendapat pendidikan dan latihan.

D. Analisis Biaya dan Manfaat Pendidikan


1. Pengertian Analisis Biaya dan Manfaat Pendidikan
Secara umum, CBA (Cost Benefit Analysis) atau analisis biaya manfaat adalah
pendekatan untuk rekomendasi kebijakan yang memungkinkan analis membandingkan dan
menganjurkan suatu kebijakan dengan cara menghitung total biaya dalam bentuk uang dan
total keuntungan dalam bentuk uang (Dunn, 2003:447). Awal perkembangan analisis biaya
manfaat (CBA) mulai familiar ketika menjadi klausul dalam Undang – Undang
Pengendalian Banjir AS (US Flood Control Act) tahun 1936. CBA berkembang sebagai
landasan teoritis ilmu ekonomi kesejahteraan, terutama konsep ilmu kesejahteraan yang
mengutamakan efisiensi (Pearce, 2008: 181).
CBA saat ini merupakan teknik mapan yang banyak digunakan dalam pemerintahan
maupun organisasi internasional. Meskipun tertentu yang mendasari konsep teknik berasal
dari Eropa pada 1840-an, penggunaan CBA di lingkungan ekonomi merupakan model
implementasi yang tergolong baru. Implementasi CBA mulai berjalan ketika peraturan
yang ditetapkan oleh pemerintah AS yang membuat penggunaan CBA wajib di keadaan
tertentu di tahun 1930. Dua konsep dasar yang berasal dari Eropa adalah konsep surplus
konsumen dan konsep eksternalitas. Konsep surplus konsumen diperdebatkan oleh Jules
Dupuitin 1844, ketika ia menunjukkan bahwa pengguna jalan dan jembatan di Perancis
menikmati keuntungan melebihi jumlah korban yang mereka bayar untuk penggunaan.
Pigou mengembangkan secara efektif konsep eksternalitas dengan menyatakan bahwa ada
perbedaan antara swasta ekonomi produksi dan produk ekonomi masyarakat (mishan and
Quah :243).
Secara Khusus, dalam bidang Pendidikan dalam Jurnal pendidikan dan kebudayaan
yang ditulis oleh Abbas Ghozali (Jakarta; 022, 2000: 57-85), analisis biaya dan manfaat
adalah penaksiran investasi yang membandingkan biaya dan manfaat suatu proyek untuk
11
mengukur keuntungan ekonominya. Investasi di pendidikan, seperti halnya investasi di
kapital fisik, mencakup biaya dan manfaat ekonomi.
Analisis biaya manfaat merupakan metodologi yang banyak digunakan dalam
melakukan analisis investasi pendidikan. Metode ini dapat membantu para pengambil
keputusan dalam menentukan pilihan diantara alternatif alokasi sumber-sumber pendidikan
yang terbatas tetapi memberikan keuntungan yang tinggi (Aryanto,
2009). Analisis manfaat biaya bersandar pada rasionalitas ekonomi yang
memperhitungkan sisi efisiensi. Dengan perkataan lain, suatu pilihan akan dilaksanakan
manakala manfaat yang ditimbulkan lebih tinggi dari biaya yang dikeluarkan, dan
sebaliknya berdasarkan teknik ini, suatu pilihan akan dihindari manakala manfaat yang
dihasilkan tidak sebanding (lebih kecil) dengan biaya yang dikeluarkan.
Apabila dihubungkan dengan teknik ABM dalam lapangan pendidikan, maka kita akan
berhadapan dengan ’nilai manfaat’ yang terkait dengan pembangunan manusia yang tidak
mudah dinilai dengan ukuran uang. Dengan perkataan lain, suatu proyek pendidikan yang
berorientasi sepenuhnya kepada pembangunan karakter manusia akan mendapatkan nilai
manfaat yang sangat tinggi. Oleh karena itu, pengukuran efisiensi (menimbang besaran
biaya terhadap manfaat) akan berhadapan dengan nilai manfaat (investasi sumber daya
insani) yang seolah tanpa batas.
Dalam penerapannya di lapangan pendidikan, ABM dapat secara tajam
menghitung cost (biaya). Biaya pendidikan menurut Prof. Dr. Dedi Supriadi, merupakan
salah satu komponen instrumental (instrumental input) yang sangat penting dalam
penyelenggaraan pendidikan (di sekolah). Biaya dalam pengertian ini memiliki cakupan
yang luas, yakni semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan
pendidikan, baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga (yang dapat dihargakan
uang).
Dalam konsep dasar pembiayaan pendidikan ada dua hal penting yang perlu dikaji atau
dianalisis, yaitu biaya pendidikan secara keseluruhan (total cost) dan biaya satuan per
siswa). Biaya satuan ditingkat sekolah merupakan aggregate biaya pendidikan tingkat
sekolah baik yang bersumber dari pemerintah, orang tua, dan masyarakat yang dikerluarkan
untuk menyelenggarakan pendidikan dalam satu tahun pelajaran.
Biaya satuan per murid merupakan ukuran yang menggambarkan seberapa besar uang
yang dialokasikan sekolah secara efektif untuk kepentingan murid dalam menempuh
pendidikan. Oleh karena biaya satuan ini diperoleh dengan memperhitungkan jumlah murid

12
pada masing-masing sekolah, maka ukuran biaya satuan dianggap standard dan dapat
dibandingkan antara sekolah yang satu dengan yang lainnya.
Analisis mengenai biaya satuan dalam kaitannya dengan faktor-faktor lain yang
mempengaruhinya dapat dilakukan dengan menggunakan sekolah sebagai unit analisis.
Dengan menganalisis biaya satuan, memungkinkan kita untuk mengetahui efisiensi dalam
penggunaan sumber-sumber di sekolah, keuntungan dari investasi pendidikan, dan
pemerataan pengeluaran masyarakat, pemerintah untuk pendidikan. Disamping itu, juga
dapat menjadi penilaian bagaimana alternatif kebijakan dalam upaya perbaikan atau
peningkatan sistem pendidikan.
Komponen biaya pendidikan meliputi:
1. Peningkatan KBM
2. Pembinaan tenaga kependidikan
3. Pengadaan alat-alat belajar
4. Pengadaan bahan pelajaran
5. Sarana kelas
6. Sarana sekolah
7. Pembinaan siswa
8. Pengelolaan sekolah
9. Pemeliharaan dan penggantian sarana dan prasarana pendidikan
10. Biaya pembinaan, pemantauan, pengawasan dan pelaporan.
11. Peningkatan mutu pada semua jenis dan jenjang pendidikan;
12. Peningkatan kemampuan dalam menguasai iptek.
13. Peningkatan pembinaan kegiatan siswa
14. Rumah tangga sekolah
15. Kesejahteraan
16. Perawatan
17. Pengadaan alat-alat belajar
18. Pembinaan tenaga kependidikan
19. Pengadaan bahan pelajaran.

Penelitian mengenai variabel biaya pendidikan dengan komponen tujuan pendidikan


telah dilakukan oleh beberapa ahli, salah satu penelitian itu berusaha mengaitkan beberapa
variabel biaya pendidikan dengan mutu pendidikan (Fattah, 2002:45). Hasil penelitian lain
menyatakan bahwa upaya meningkatkan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan
13
di daerah pedesaan menunjukkan upaya pemborosan yang tinggi sehingga menurunkan
tingkat efisiensi pendidikan di tingkat Sekolah Dasar (Behrmean & Birdsall dalam
Triwiyanto dan Nurabadi, 2015:26). Sebaliknya hasil penelitian lain menyimpulkan bahwa
upaya meningkatkan pemerataan kesempatan akan pendidikan di Sekolah Dasar telah
memberikan “rate of return” yang cukup tinggi (Foster, 1980; Corney et al, 1982). Studi
yang dilakukan Budiono dan Mc Mahon (1992) membuktikan bahwa upaya meningkatkan
pemerataan kesempatan akan pendidikan di Sekolah Dasar dengan Sekolah Menengah
Tingkat Atas di Indonesia telah juga berhasil meningkatkan tingkat efisiensi sistem
pendidikan di sekolah. Perbedaan hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan betapa
komponen biaya pendidikan memiliki elastisitas pengelolaan yang berdampak pada
tercapainya tujuan pendidikan.

2. Tujuan Menghitung Cost Benefit Analysis Dalam Pendidikan


Tujuan analisis manfaat biaya dalam lapangan pendidikan adalah untuk memberikan
kemudahan, memberikan informasi pada para pengambil keputusan untuk menentukan
langkah/cara dalam pembuatan kebijakan sekolah, guna mencapai efektivitas maupun
efisiensi pengolahan dana pendidikan serta peningkatan mutu pendidikan (Kawulusan,
2016).
Secara khusus, analisis manfaat biaya pendidikan bagi pemerintah menjadi acuan untuk
menetapkan anggaran pendidikan dalam RAPB, dan juga sebagai dasar untuk
meningkatkan kualitas SDM dengan meningkatkan mutu pendidikan nasional.Sedangkan
bagi masyarakat, analisis manfaat biaya pendidikan ini berguna sebagai dasar/pijakan
dalam melakukan investasi di dunia pendidikan. Hal ini dirasakan penting untuk diketahui
dan dipelajari, karena menurut sebagian masyarakat pendidikan hanya menghabis-habiskan
uang tanpa ada jaminan/prospek peningkatan hidup yang jelas dimasa yang akan datang.
Penerapan analisis manfaat-biaya dalam pendidikan dapat digunakan untuk
mengevaluasi secara kritis kebijakan-kebijakan pendidikan yang menyerap dana sangat
besar. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemanfaatan yang dihasilkan
dari sejumlah biaya yang sedemikian besar telah dikeluarkan. Misalnya dalam kasus
kebijakan UN, anggaran yang diusulkan oleh pemerintah sebesar Rp 754 Milyar, yang
terdiri dari anggaran untuk UN (Ujian Nasional) tingkat SD (Sekolah Dasar) dalam
RAPBN 2008 sebesar Rp 500 miliar untuk sekitar lima juta murid.
Adapun untuk pelaksanaan UN tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) sederajat
dialokasikan Rp 150 miliar dan di level SMA (Sekolah Menengah Atas) sederajat
14
direncanakan sebesar Rp 104 miliar. Meskipun banyak pihak menganggap bahwa
penyelenggaraan UN ini merupakan suatu kebijakan yang mubazir, namun pemerintah
menganggap bahwa manfaat dari UN sangat besar (strategis) bila dibandingkan dengan
pilihan tidak melaksanakan UN. Argumentasi pemerintah ini sesunggunya dapat dikritisi
dengan melakukan analisis biaya manfaat melalui pendekatan opportunity cost. Berapa
besar kerugian yang ditimbulkan dengan hilangnya kesempatan bagi pemerintah dengan
biaya sebesar itu bila dipakai untuk menjalankan kebijakan lain, misalnya pembangunan
dan perbaikan gedung SD.
Secara sederhana dapat dibandingkan manfaat yang didapatkan dengan pelaksanaan
UAN, dengan manfaat apabila dana sebesar itu digunakan untuk menyediakan dan atau
memperbaiki sarana dan prasarana sekolah, terutama yang berada di pelosok desa. Dengan
analisis manfaat biaya ini, diharapkan semua debat dan kontroversi masalah UN dapat
diselesaikan secara rasional, bukan emosional ataupun politik.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manfaat pendidikan memiliki nilai intrinsik dan instrumental, contohnya yang
sederhana adalah kemampuan dasar dalam membaca dan menulis (literacy) serta berhitung
nomerasi yang memberi manfaat sangat luas bagi masyarakat. Banyak manfaat sosial
yang dapat diperoleh dengan adanya kemampuan baca tulis dan berhitung oleh
masyarakatnya. Biaya dalam pendidikan meliputi biaya langsung (direct cost) dan biaya
tidak langsung (indirect cost).
Analisis biaya manfaat merupakan metodologi yang banyak digunakan dalam
melakukan analisis investasi pendidikan. Metode ini dapat membantu para pengambil
keputusan dalam menentukan pilihan diantara alternatif alokasi sumber-sumber pendidikan
yang terbatas tetapi memberikan keuntungan yang tinggi (Aryanto, 2009).
Apabila dihubungkan dengan teknik ABM dalam lapangan pendidikan, maka kita akan
berhadapan dengan ’nilai manfaat’ yang terkait dengan pembangunan manusia yang tidak
mudah dinilai dengan ukuran uang. Dengan perkataan lain, suatu proyek pendidikan yang
berorientasi sepenuhnya kepada pembangunan karakter manusia akan mendapatkan nilai
manfaat yang sangat tinggi. Oleh karena itu, pengukuran efisiensi (menimbang besaran
biaya terhadap manfaat) akan berhadapan dengan nilai manfaat (investasi sumber daya
insani) yang seolah tanpa batas.

B. Saran
Untuk pengembangan lebih lanjut makalah ini, maka kami berharap pembaca dapat
memberikan saran yang sangat bermanfaat dan dapat membantu kesempurnaan makalah
ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Husain Muhammad Fadli. 2020. Benefit atau Manfaat Pendidikan.


https://www.researchgate.net/publication/339469232_BENEFIT_ATAU_MANFAAT_P
ENDIDIKAN
(Diakses pada tanggal 14 Maret 2021)

Wildelion. 2019. Analisis Biaya dan Manfaat Pendidikan. http://wild-


delion.blogspot.com/2019/10/analisis-biaya-dan-manfaat-pendidikan.html
(Diakses pada tanggal 14 Maret 2021)

Nur Nova Khasanah. 2018. Cost Benefit Dalam Pendidikan.


http://novanurkhasanah4.blogspot.com/2018/04/cost-benefit-analysis-dalam-
pendidikan.html
(Diakses pada tanggal 14 Maret 2021)

17

Anda mungkin juga menyukai