Disusun oleh:
NPM : 1801010035
Group : PG A1 PGSD
2020/2021
Abstrak
Erwin Junus Siagian, 1801010035. Rekasaya Ide Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
Makalah. Pematangsiantar : Fakultas Keguruan dam Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar (PGSD). Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar 2021.
Erwin Junus Siaagian. 1801010035. School Based Management Idea Engineering (MBS).
Papers. Pematangsiantar: Faculty of Teacher Training and Education, Primary School Teacher
Education Study Program (PGSD). HKBP Nommensen University Pematangsiantar 2021.
This paper aims to find a comparison of School Based Management Strategies in Primary
Schools from five journals that I have observed. Implementation of School Based Management
includes: Curriculum management, personnel management, student management, funding /
finance management, community relations management, and specialized service management
including libraries and UKS. In every field, the implementation of School Based Management
has been implemented in accordance with the work program planned and compiled by the
school, so that the school program can be achieved and run well. Strategies in School-Based
Management Implementation (SBM) should involve all school stakeholders in decision-making.
So when determining school strategies to improve the quality of education through the
implementation of School Based Management (SBM) is done together. In determining the
strategy. The first step is to determine the vision, mission and goals of the school. The second
step identifies the school's real challenge. The third step identifies the functions needed to
achieve the goal. The fourth step is to use SWOT analysis to solve problems in developing
school plans and programs in which to improve the quality of education. The fifth step of
implementing the quality improvement plan is then to monitor and evaluate the implementation
Puji syukur saya panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
pertolonganNya saya dapat menyelesaikan Laporan Rekayasa Ide mata kuliah Manajemen
Berbasis Sekolah. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Desi Sijabat, S.Pd.,M.Pd selaku
dosen dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Tugas Rekasaya Ide (TRI) ini.
Penulis juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah
membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi topik pembahasan.
Laporan Rekayasa Ide ini disusun agar pembaca dapat memperluas Ilmu tentang “Strategi
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Di Sekolah Dasar”, yang disajikan berdasarkan
beberapa artikel/jurnal dan analisis data yang didapat dari jurnal tersebut. Semoga TRI ini dapat
memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca khusunya para guru dan seluruh
tenaga kependidikan.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan TRI ini sehingga penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan TRI ini. Penulis
mohon maaf jika di dalam TRI ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena
kesempurnaan hanya milik Tuhan, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. semoga
tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
Penyusun
1801010035
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................. 1
ABSTRAK.............................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 7
A. Rasionalisasi Permasalahan............................................................. 7
B. Tujuan Penulisan TRI ..................................................................... 8
C. Manfaat TRI .................................................................................... 8
A. Kesimpulan ..................................................................................... 19
B. Rekomendasi ................................................................................... 20
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Desentralisasi atau otonomi pendidikan merupakan suatu bentuk reformasi yang perlu
dijalankan dengan baik. Reformasi sekolah meruppakan konsep perubahan ke arah peningkatan
mutu dalam konteks manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Sekolah sebagai satuan
pendidikan yang bertugas dan bertanggung jawab melaksanakan proses pembelajaran, tidak
hanya bertugas mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap saja, tetapi harus
menjaga dan meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani peserta didik serta memberikan
pelayanan keamanan bagi semua warga sekolah. Selain itu, kepemimpinan kepala sekolah juga
merupakan salah satu penentu kesuksesan implementasi MBS.
Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Derap
langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman
selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Suatu
pendidikan dipandang bermutu-diukur dari kedudukannya untuk ikut mencerdaskan kehidupan
bangsa dan memajukan kebudayaan nasional-adalah pendidikan yang berhasil membentuk
generasi muda yang cerdas, berkarakter, bermoral dan berkepribadian. Untuk itu perlu dirancang
suatu sistem pendidikan yang mampu menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang
menyenangkan, merangsang dan menantang peserta didik untuk mengembangkan diri secara
optimal sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Memberikan kesempatan kepada setiap peserta
didik berkembang secara optimal sesuai dengan bakat dan kemampuannya adalah salah satu
prinsip pendidikan demokratis.
Mengenai masalah pendidikan, perhatian pemerintah kita masih terasa sangat minim.
Gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang makin rumit. Kualitas siswa
masih rendah, pengajar kurang profesional, biaya pendidikan yang mahal, bahkan aturan uu
pendidikan kacau. Dampak dari pendidikan yang buruk itu, negeri kita kedepannya makin
terpuruk. Keterpurukan ini dapat juga akibat dari kecilnya rata-rata alokasi anggaran pendidikan
baik di tingkat nasional, propinsi, maupun kota dan kabupaten.
Penyelesaian masalah pendidikan tidak semestinya dilakukan secara terpisah-pisah, tetapi
harus ditempuh langkah atau tindakan yang sifatnya menyeluruh. Artinya, kita tidak hanya
memperhatikan kepada kenaikkan anggaran saja. Sebab percuma saja, jika kualitas sumber daya
manusia dan mutu pendidikan di indonesia masih rendah. Masalah penyelenggaraan wajib
belajar sembilan tahun sejatinya masih menjadi pr besar bagi kita. Kenyataan yang dapat kita
lihat bahwa banyak di daerah-daerah pinggiran yang tidak memiliki sarana pendidikan yang
memadai. Dengan terbengkalainya program wajib belajar sembilan tahun mengakibatkan anak-
anak indonesia masih banyak yang putus sekolah sebelum mereka menyelesaikan wajib belajar
sembilan tahun. Dengan kondisi tersebut, bila tidak ada perubahan kebijakan yang signifikan,
sulit bagi bangsa ini keluar dari masalah-masalah pendidikan yang ada, apalagi bertahan pada
kompetisi di era global.
Pengertian manajemen sebagaimana dikemukakan oleh beberapa ahli berikut ini, A.F.Stoner
mengemukakan manajemen adalah sebagai proses perencanaan, pengorganisasian dan
penggunaan sumber daya organisasi agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan (1982: 8).
Definisi tersebut senada dengan pendapat Terry dalam buku Principle of Management,bahwa
“Management is distinct process consisting of planning,organizing,actuating and
controlling,performed to determine and accomplish stated objective by the use of human being
and other recorces”. (1977: 4). Menurut Terry tersebut bahwa manajemen adalah proses yang
terinci tentang perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian suatu organisasi
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan manusia dan sumber daya
lainnya.
C. Manfaat TRI
Adapun manfaat ketika membaca TRI ini ialah untuk mengetahui bagaimana strategi
implementasi manajemen berbasisi sekolah yang diterapkan di setiap sekolah.
BAB II
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
A. Permasalahan Umum Strategi Implementasi MBS
MBS adalah bentuk otonomi manajemen pendidikan pada satuan pendidikan yang dalam hal
ini kepala sekolah dan guru dibantu oleh komite sekolah dalam mengelola kegiatan pendidikan
(Penjelasan Pasal 51 Ayat (1) UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Esensi MBS adalah pemberian otonomi sekolah dalam rangka peningkatan mutu sekolah. MBS
juga dapat didefinisikan sebagai pengelolaa sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh
sekolah, dengan mengikutsertakan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah
dalam pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan peningkatan mutu sekolah.
MBS bertujuan meningkatkan kemandirian sekolah melalui pemberian kewenangan yang
lebih besar melalui pemberian kewenangan yang lebih besar dalam mengelola sumber daya
sekolah, dan mendorong keikutsertaan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan
sekolah dalm pengambilan keputusan untuk peningkatan mutu sekolah.
B. Identifikasi Permasalahan
1. Permasalahan Pendidikan 1
a. Konsentrasi
Lembaga pendidikan dewasa ini menghadapi berbagai tantangan dari perkembangan zaman
era modern. Tantangan yang dimaksud antara lain kehadiran negara-negara tanpa batas
(bordeles) yang lebih populer dilabeli sebagai pergaulan global antarbangsa atau globalisasi
dalam segala bidang. Termasuk didalamnya adalah kehadiran abad informasi dengan pembaruan
teknologinya yang menjangkau setiap lembaga.
Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Derap
langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman
selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Bab
ini akan mengkaji mengenai permasalahan pokok pendidikan, dan saling keterkaitan antara
pokok tersebut, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya dan masalah-masalah
aktual beserta cara penanggulangannya
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya
mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan
menengah. Hal ini tidak terlepas dari masalah kebijakan pemerintah karena menyangkut
kebutuhan dasar rakyat. Perhatian pemerintah kita masih terasa sangat minim. Gambaran ini
tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang makin rumit. Kualitas siswa masih rendah,
pengajar kurang profesional, biaya pendidikan yang mahal, bahkan aturan UU pendidikan kacau.
Dampak dari pendidikan yang buruk itu, negeri kita kedepannya makin terpuruk. Keterpurukan
ini dapat juga akibat dari kecilnya rata-rata alokasi anggaran pendidikan baik ditingkat nasional,
propinsi, maupun kota dan kabupaten.
Manajemen Pendidikan merupakan suatu cabang ilmu yang usianya relatif masih muda
sehingga tidaklah aneh apabila banyak yang belum mengenal. Istilah lama yang sering
digunakan adalah administrasi. Untuk memperjelas pengertian manajemen, tampaknya perlu ada
penjelasan lain yang lebih bervariasi mengenai makna manajemen.
Selain itu, Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengelola. Pengelolaan
dilakukan melalui proses dan dikelola berdasarkan urutan dan fungsi-fungsi manajemen itu
sendiri. Manajemen adalah melakukan pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah atau
organisasi yang diantaranya adalah manusia, uang, metode, material, mesin dan pemasaran yang
dilakukan dengan sistematis dalam suatu proses.
1. Manajemen merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan yang dilakukan dari, oleh dan bagi
manusia.
2. Rangkaian kegiatan itu merupakan suatu proses pengelolaan dari suatu rangkaian kegiatan
pendidikan yang sifatnya kompleks dan unik yang berbeda dengan tujuan perusahaan untuk
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya ; tujuan kegiatan pendidikan ini tidak
terlepas dari tujuan pendidikan secara umum dan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
oleh suatu bangsa.
3. Proses pengelolaan itu dilakukan bersama oleh sekelompok manusia yang tergabung dalam
suatu organisasi sehingga kegiatannya harus dijaga agar tercipta kondisi kerja yang
harmonis tanpa mengorbankan unsur-unsur manusia yang terlibat dalam kegiatan
pendidikan itu.
4. Proses itu dilakukan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya,
yang dalam hal ini meliputi tujuan yang bersifat umum (skala tujuan umum) dan yang
diemban oleh tiap-tiap organisasi pendidikan (skala tujuan khusus).
c.Umpan Balik
Pembangunan Pendidikan Nasional Indonesia mendapat roh baru dalam pelaksanaanya sejak
disahkannya Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Selaras
dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional maka Visi pembangunan pendidikan
nasional adalah “Terwujudnya Manusia Indonesia Yang Cerdas, Produktif dan Berakhlak
Mulia“. Beberapa indikator yang menjadi tolak ukur keberhasilan dalam pembangunan
pendidikan nasional :
Permasalahan klasik di dunia pendidikan dan sampai saat ini belum ada langkah-langkah
strategis dari pemerintah untuk mengatasinya antara lain;
2. Permasalahan Pendidikan 2
a. Konsentrasi
Di era globalisasi saat ini, banyak sekali perubahan secara terus menerus dalam segala
bidang kehidupan. Kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh kualitas SDM bangsa
tersebut. Kualitas SDM tergantung pada tingkat pendidikan masing-masing individu pembentuk
bangsa. Pendidikan yang visioner, memiliki misi yang jelas akan menghasilkan keluaran yang
berkualitas. Dari sanalah pentingnya manajemen pendidikan diterapkan.
Manajemen adalah penggunaan efektif sumber tenaga manusia dan bukan manusia serta
bahan-bahan materil lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan itu.
Manajemen sebagai suatu proses sosial, meletakkan bobotnya pada interaksi orang-orang, baik
orang-orang yang berada di dalam maupun di luar lembaga-lembaga formal, atau yang berada di
atas maupun di bawah posisi operasional seseorang. Selain itu juga manajemen pendidikan
merupakan alternatif strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Peningkatan kualitas pendidikan bukanlah tugas yang ringan, karena tidak hanya berkaitan
dengan permasalahan teknis, tetapi mencakup berbagai persoalan yang rumit dan kompleks,
sehingga menuntut manajemen pendidikan yang lebih baik. Sayangnya, selama ini aspek
manajemen pendidikan pada berbagai tingkat dan satuan pendidikan belum mendapat perhatian
yang serius, sehingga seluruh komponen sistem pendidikan kurang berfungsi dengan baik.
Lemahnya manajemen pendidikan juga memberikan dampak terhadap efisiensi internal
pendidikan yang terlihat dari jumlah peserta didik yang mengulang dan putus sekolah.
c.Umpan Balik
Untuk mewujudkan manajemen yang baik, setiap subjek manajemen harus menguasai apa
saja yang dibutuhkan dalam manajemen itu sendiri. Untuk mewujudkan manajemen yang baik,
subjek manajemen harus mengerti tentang organisasi, manajemen, kepemimpinan, analisis
SWOT manajemen pendidikan, analisis kebutuhan manajemen dan prediksi manajemen
pendidikan itu sendiri.
Organisasi, manajemen dan kebutuhan merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat
terpisahkan. Ketiganya harus saling mendukung dan mempengaruhi. Sedangkan analisis SWOT,
analisis kebutuhan dan prediksi manajemen dibutuhkan agar manajemen pendidikan yang
diharapkan dapat berjalan dengan baik.
3. Permasalahan Pendidikan 3
a. Konsentrasi
Mutu pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan kualitas sumber
daya manusia. Dalam pendidikan terjadi proses transformasi informasi dan pengetahuan yang
sistematis. Mutu pendidikan seringkali tertuju pada mutu lulusan, tetapi lulusan yang bermutu
tidak bisa tercapai apabila tidak melalui proses pendidikan yang bermutu pula.
Menurut Oemar Hamalik, pengertian mutu dapat dilihat dari dua sisi yaitu segi normatif dan
segi deskriptif. Dalam artian normatif, mutu ditentukan berdasarkan pertimbangan intrinsik dan
ekstrinsik. Berdasarkan kriteria intrinsik, mutu pendidikan merupakan produk pendidikan yakni
manusia yang terdidik sesuai dengan standar ideal. Berdasarkan kriteria ekstrinsik, pendidikan
merupakan instrument untuk mendidik dan tenaga kerja yang terlatih. Dalam artian deskriptif,
mutu ditentukan berdasarkan keadaan hasil tes prestasi belajar. Dzaujak Ahmad mengemukakak
bahwa mutu pendidikan adalah kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara operasional dan
efisien terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah sehingga menghasilkan
nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma/standar yang berlaku. Jadi, mutu
produk pendidikan akan dipengaruhi oleh kemampuan lembaga dalam mengelola seluruh potensi
secara optimal mulai dari tenaga kependidikan, peserta didik, proses pembelajaran, sarana
pendidikan, keuangan dan termasuk hubungannya dengan masyarakat sehingga dapat melahirkan
lulusan yang bermutu.
Arcaro S. Jerome menyampaikan bahwa terdapat lima karakteristik sekolah yang bermutu
yaitu: 1) Fokus pada pelanggan 2) Keterlibatan total 3) Pengukuran 4) Komitmen 5) Perbaikan
berkelanjutan. Mutu pendidikan akan dipengaruhi oleh sejauh mana lembaga mampu mengelola
seluruh potensi secara optimal mulai dari tenaga kependidikan, peserta didik, proses
pembelajaran, sarana pendidikan, keuangan dan termasuk hubungannya dengan masyarakat.
Secara operasional, mutu ditentukan oleh dua faktor, yaitu terpenuhinya spesifikasi yang telah
ditentukan sebelumnya dan terpenuhinya spesifikasi yang diharapkan menurut tuntutan dan
kebutuhan pengguna jasa. Mutu yang pertama disebut quality in fact (mutu sesungguhnya) dan
yang kedua disebut quality in perception (mutu persepsi). Dalam penyelenggaraannya, quality in
fact merupakan profil lulusan institusi pendidikan yang sesuai dengan kualifikasi tujuan
pendidikan, yang berbentuk standar kemampuan dasar berupa kualifiaksi akademik minimal
yang dikuasai oleh peserta didik. Sedangkan quality in perception pendidikan adalah kepuasan
dan bertambahnya minat pelanggan eksternal terhadap lulusan institusi pendidikan (Hasan
Baharun, 2017).
c.Umpan Balik
Implikasi harapan yang tertuang dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor
20 tahun 2003 menuntut manusia berkualitas untuk senantiasa mampu memecahkan persoalan-
persoalan kebutuhan hidupnya secara mandiri yang dilandasai keimanan dan ketakwaan Tuhan
Yang Maha Esa serta mampu memberikan kontribusi dalam mewujudkan terciptanya masyarakat
yang adil dan sejahtera. Strategi yang paling tepat untuk membawa manusia agar mampu
menapak kualitas hidupnya dapat dilakukan dengan pendekatan pembinaan secara simuhan dan
profesional. Pada kesempatan ini, lembaga pendidikan harus mampu merubah paradigma baru
pendidikan yang berorientasi pada mutu semua aktifitas yang berinteraksi di dalamnya,
seluruhnya mengarah pencapaian pada mutu. Suryadi Poerwanegara menyampaikan ada enam
ungsur dasar yang mempengarui suatu produk yaitu:
1) Manusia
2) Metode
3) Mesin
4) Bahan
5) Ukuran
6) Evaluasi Berkelanjutan
4. Permasalahan Pendidikan 4
a. Konsentrasi
Perencanaan manajemen pendidikan pada hakekatnya merupakan proses kerja sama dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, sehingga keberadaannya menjadi
sangat penting dalam mengelola program pendidikan. Dengan adanya kerja sama diantara
personal lembaga pendidikan, maka akan memudahkan pelaksanaan kegiatannya. Demikian pula
dalam menempatkan seseorang disesuaikan dengan profesi dan keahliannya (the right man in the
right place). Sebagai contoh, pada jenjang pendidikan tinggi dosen mengampu mata kuliah yang
bukan keahliannya. Hal itu berarti manajemen pendidikan pada lembaga pendidikan itu
kinerjanya buruk, sehingga tujuan pendidikan tidak tercapai dengan baik. Dalam ruang lingkup
pendidikan manajemen lembaga pendidikan berdasarkan tinjauan beberapa aspek memberikan
gambaran bahwa manajemen lembaga pendidikan merupakan manajemen pada suatu institusi
pendidikan sebagai kegiatan utama yang membedakan satu institusi dengan institusi lain dalam
memenuhi pelayanan kepada manusia dalam bidang pendidikan.Dan pada hakekatnya objek
kajian manajemen lembaga pendidikan merupakan sistem organisasi pendidikan, yaitu satu
kesatuan utuh yang terdiri dari bagian-bagian yang tersusun secara sistematis, mempunyai
hubungan antara satu dengan lainnya sesuai konteksnya.
Peserta didik merupakan subyek pendidikan dimana semua aktifitas yang dilakukan
dilembaga pendidikan (sekolah) pada akhirnya bermuara. Sesuai dengan definisi peserta didik di
dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 1 dinyatakan bahwa peserta didik
adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Mengacu pada
pernyataan tersebut, dalam mencermati upaya pengembangan potensi diri, maka pendidikan yang
dilakukan juga hendaknya memperhatikan adanya ketidaksamaan potensi yang dimilikinya.
Pemahaman berbagai karakteristik subyek didik secara menyeluruh akan mengantarkan para
guru atau pendidik kepada pemahaman dan penghayatan secara mendalam tentang keperbedaan
individual subyek didik. Dengan demikian guru akan mampu menyelenggarakan proses
pembelajaran secara arif dan bijaksana tanpa mengenyampingkan keunikan dan potensi masing-
masing peserta didik .
Evaluasi manajemen pendidikan dapat ditinjau dari tujuan manajemen pendidikan yang tidak
akan lepas dari tujuan pendidikan nasional, yaitu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tinjauan manajemen pendidikan dilihat dari bidang garapannya bertitik tolak pada aktifitas
“dapur inti” yaitu program pembelajaran di kelas, setidaknya ada 8 (delapan) bidang garapan
manajemen, meliputi manajemen peserta didik, manajemen kurikulum, manajemen personalia,
manajemen pembiayaan pendidikan, manajemen sarana dan prasarana, manajemen
ketatalaksanaan,manajemen organisasi dan manajemen humas. Di samping kedelapan bidang
garapan tersebut,ada unsur lain yang mempunyai fungsi membina dan mengendalikan masing-
masing atau pun keseluruhan bidang garapan manajemen tersebut yaitu supervisi pendidikan.
Pada pembahasan berikutnya yang menjadi sentral adalah ruang lingkup menurut bidang
garapan, sedangkan urutan kegiatan dan pelaksana secara implisit diintegrasikan pada setiap
bidang garapan tersebut. Urutan kegiatan yang dimaksudkan adalah adanya asumsi bahwa dalam
pengertian manajemen terkandung makna proses kegiatan yang berarti ada urutan kegiatan dari
awal sampai akhir. Proses kegiatan tersebut tidak lain adalah fungsi manajemen yang secara
umum diklasifikasikan menjadi tiga kegiatan, yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing) dan pengontrolan (controlling).
Tahap Pengadaan (Perekrutan) :Pada Proses aktifitas pengadaan personel atau perekrutan
dilakukan karena adanya formasi yang harus diisi. Formasi adalah susunan pegawai sesuai
dengan jumlah dan pangkat yang diperlukan untuk mampu melaksanakan tugas di suatu
lembaga.Adanya formasi bisa dikarenakan adanya tuntutan kebutuhan lembaga akibat
bertambahnya beban tugas dan atau terjadi mutasi personel.
Tahap Pemeliharaan Personel : Dalam tahap pemeliharaan personel sekolah ini memuat
tentang kewajiban dan hak personel yang mengacu pada UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 pasal
40 (ayat 1 dan 2), dinyatakan bahwa:
(1) Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban: a) menciptakan suasana pendidikan yang
bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. b) mempunyai komitmen secara
professional untuk meningkatkan mutu pendidikan. c) memberi teladan dan menjaga nama
baik lembaga profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
(2) Pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh: a) penghasilan dan jaminan
kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai. b) penghargaan sesuai dengan tugas dan
prestasi kerja. c) pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas. d)
perlindunganhukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil kekayaan intelektual. e)
kesempatan untuk menggunakan sarana dan prasarana serta fasilitas pendidikan untuk
menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.
Perencanaan :
Perencanaan pendidikan yang mencakup seluruh aspek yang terkait dengan proses
pembangunan pendidikan yang esensial, dalam koridor perencanaan pembangunan nasional,
dalam hal ini perencanaan pendidikan ada keterpaduan atau keterkaitan secara sistemik dengan
perencanaan pembangunan bidang ekonomi, politik, hukum dan sebagainya.Perencanaan
pendidikan komprehensif yaitu perencanaan pendidikan yang disusun secara sistematik, rasional,
objektif, yang menyangkut keseluruhan konsep penting dalam layanan pendidikan, sehingga
perencanaan itu memberikan suatu pemahaman yang lengkap atau sempurna tentang apa dan
bagaimana memberikan layanan pendidikan yang berkualitas.Perencanaan pendidikan strategik,
yaitu perencanaan pendidikan yang mengandung pokok-pokok perencanaan untuk menjawab
persoalan atau opini, atau isu mutakhir yang dihadapi oleh dunia pendidikan misalnya persoalan
yang dihadapi dunia pendidikan sekarang adalah masalah rendahnya kualitas guru.
Pelaksanaan :
Evaluasi:
Faktor Pendukung :
Faktor yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan suatu sekolah, yaitu: 1) terkait dengan
pendidik dan tenaga kependidikan (strong eduational leadership); 2) terkait dengan kurikulum
(emphasis on acquiring basic skills); 3) terkait dengan konteks/ lingkungan (An orderly and
secure environment); 4) terkait dengan peserta didik (high expectations of pupil attainment) dan
5) terkait dengan proses pembelajaran (frequent assessment of pupil progress). Hal ini
menunjukkan bahwa keberhasilan suatu sekolah ditentukan oleh faktor pendidik dan tenaga
kependidikan, kurikulum, konteks/lingkungan, peserta didik dan proses pembelajaran.
c.Umpan Balik
Jika dilihat secara lebih khusus tujuan dari pelaksanaan manajemen pendidikan adalah
terciptanya sistem pengelolaan yang relevan, efektif dan efisien yang dapat dilaksanakan dengan
mencapai sasaran dengan suatu pola struktur organisasi pembagian tugas dan tanggungjawab
yang jelas antara pemimpin program, tenaga pelatih fasilitator, tenaga perpustakaan, tenaga
teknis lain, tenaga tata usaha dan tenaga pembina. Selain itu manajemen pendidikan bertujuan
untuk memperlancar pengelolaan program pendidikan dan keterlaksanaan proses pembelajaran
berdasarkan pendekatan cara belajar siswa aktif.
5. Permasalahan Pendidikan 5
a. Konsentrasi
Berangkat dari titik tolak pemikiran ini maka perlu ada pengaturan hubungan antara sekolah
dengan masyarakat. Piet A. Sahertian (1994 : 233) menjelaskan bahwa humas dengan sekolah
adalah salah satu bagian dari subtansi administrasi pendidikan sekolah. Dengan adanya
hubungan sekolah dengan masyarakat, sekolah dapat mengetahui sumber-sumber yang ada
dalam masyarakat yang kemudian di daya gunakan untuk kepentingan kemajuan pendidikan
anak di sekolah. Di pihak lain, masyarakat juga dapat mengambil manfaat dengan turut
mengenyam dan menyarap ilmu pengetahuan sekolah. Oleh karenanya masyarakat dapat
mengerti dan memahami tujuan pendidikan dan pelaksanaan yang berlangsung di sekolah
tersebut. Salah satu jalan masuk yang terdekat menuju peningkatan mutu dan relevansi adalah
demokratisasi, partisipasi dan akuntabilitas pendidikan. Kepala sekolah, guru dan masyrakat
adalah pelaku utama dan terdepan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah sehingga segala
keputusan mengenai penanganan persoalan pendidikan harus di hasilkan dari interaksi ketiga
pihak tersebut. Masyarakat adalah stakeholder pendidikan yang memiliki kepentingan akan
keberhasilan pendidikan di sekolah, karena mereka adalah pembayar pendidikan, baik melalui
uang sekolah maupun pajak, sehingga sekolah- sekolah seharusnya bertanggung jawab terhadap
masyarakat.
Manajemen hubungan masyarakat merupakan komunikasi dua arah antara organisasi dengan
publik (masyarakat) secara timbal balik dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan manajemen
dengan meningkatkan pembinaan kerja sama serta pemenuhan kepentingan bersama. Hubungan
masyarakat adalah fungsi manajemen yang berkelanjutan dan terarah lewat mana organisasi
lembaga pendidikan negeri maupun swasta,berusaha mempertahankan pengertian, simpati,dan
dukungan orang-orang yang mereka inginkan dengan menilaipendapat masyarakat di sekitar
mereka sendiri, untuk kemudian dihubungkan sejauh mungkin dengan karsa dan tingkah
lakunya, guna mencapai kerja sama lebih produktif dan lebih efisien untuk memenuhi
kepentingan mereka bersama, dengan suatu informasi yang direncanakan dan disebar luaskan.
Manajemen hubungan masyarakat dapat dilihat secara konseptual, dan unsur-unsurnya dalam
aktivitas atau kegiatan serta faktor-faktor yang mempengaruhi pengertian manajemen hubungan
masyarakat dalam suatu organisasi. Baik untuk tujuan komunikasi dua arah timbal-balik,
membangun hubungaan baik maupun komunikasi persuasive atau searah, yang pada akhirnya
bertujuan untuk membangun saling pengertian, menghargai, dukungan yang baik hingga
menciptakan citra positif. Hubungan masyarakat bukan sekedar katalisator organisasi, dalam
mana memacu reaksi tetapi tidak ikut bereaksi dalam urusan dari keseluruhan komposisi yang
ada. Banyak orang tidak menyadari hal tersebut, sehingga memposisikan humas sebagai bagian
organisasi yang berdiri sendiri, hidup sendiri, malahan tidak diberi akses untuk berhubungan
dengan bagian yang lain. Top manager seringkali melihat atau memposisikan humas sekedar
sebagai instrument, atau alat bagi organisasi bahkan individu-individu pemilik kehumasan.
Keadaan semacam ini mengakibatkan kefatalan ganda, yakni: disatu sisi institusi humas menjadi
buta, tidak mengetahui perkembangan yang terjadi dalam lingkungan internalnya, disisi lain
humas tidak mampu mengembangkan “analisis kritis”nya karena terpaksa atau dipaksa keadaan,
sehingga keberadaannya seperti tidak ada.
Manajemen merupakan proses yang sistematis yang terdiri dari pelaksanan fungsi-fungsi
dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan melalui pendayagunaan sumber daya yang dimiliki baik itu berupa manusia
maupun sumber daya non manusia lainnya. Istilah manajemen jika dikaji lebih dalam itu
mengacu pada proses pelaksanaan aktivitas yang diselesaikan secara efisien dengan melalui
pendayagunaan orang lain agar mencapai tujuan secara efektif. Sebuah gambaran yang sederhana
namun cukup menjadi sebuah strategi untuk pemberdayaan seluruh potensi yang ada dalam suatu
lembaga yang pasti diarahkan untuk pencapaian tujuan-tujuan dari lembaga tersebut. Membahas
terkait humas pasti ingatan kita akan tertuju pada hal yang berhubungan dengan komunikasi,
konfrensi pers, informasi, public relation, dan semacamnya. Secara garis besar agar dapat
menyeimbangkan dan menyamakan visi lembaga pendidikan dengan masyarakat perlu adanya
pengelolaan hubungan antara lembaga dan masyarakatnya.
Hubungan masyarakat dalam dunia Pendidikan adalah salah satu bagian dari komponen
kegiatan manajerial lembaga pendidikan, yang berkaitan dengan terwujudnya kerjasama yang
harmonis antara pihak dari lembaga pendidikan dengan masyarakat sebagai salah satu yang
menjadi pengguna dari lulusannya. Karena salah satu tugas humas terhadap masyarakat adalah
membuat sebuah kepercayaan kepada lembaga pendidikan, yang tentu saja akan berdampak
positif seperti menambah perhatian dan kepedulian masyarakat terkait peningkatan kualitas
pendidikan, yang pada akhirnya dapat menunjang proses kegiatan belajar mengajar di lembaga
pendidikan yang bersangkutan. Dengan adanya manajemen humas, tentu kinerjanya dapat
membantu lembaga pendidikan baik dari dalam lembaga maupun dari luar lembaganya. Akan
tetapi, humas dalam sebuah lembaga tidak hanya bertugas untuk publisitas belaka, namun lebih
bersifat agar bagaimana pihak lembaga dapat membangun hubungan kerja sama dengan pihak-
pihak dari luar lembaga yang berupa networking. Yang mana hubungan kerja sama ini sangatlah
urgen untuk dilaksanakan terutama dengan kondisi zaman sekarang yang serba modern, dan
tetap bertujuan agar memudahkan dalam meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan di
sebuah lembaga pendidikan. Dalam konteks pendidikan ini humas atau public relation (PR)
adalah termasuk salah satu elemen yang penting dalam suatu lembaga pendidikan yang
berkembang maupun yang sudah maju. Sebab untuk menarik kepedulian dan partisipasi
masyarakat tidaklah mudah, karena persepsi setiap masyarakat terhadap lembaga pendidikan itu
berbeda, sehingga dengan adanya manajemen humas diharapkan semua kalangan masyarakat
ikut peduli dan berpartisipasi bahkan berkontribusi dalam upaya meningkatkan kualitas
pendidikan.
Pengertian Lembaga Pendidikan Sekolah
Lembaga pendidikan adalah bagian-bagian dari sistem pendidikan, yang terdiri dari
beberapa unsur dan fungsi yang saling berkaitan. Sejak zaman pendidikan china kuno dan
yunani kuno telah di jumpai adanya sekolah sebagai lembaga pendidikan. Sekolah berasal dari
bahasa yunani schola yang artinya waktu senggang. Bangsa yunani kuno menggunakan waktu
senggangnya untuk berdiskusi guna menambah ilmu dan mencerdaskan akal. Dan kegiatan
tersebut di lakukan secara teratur dan terencana, dan akhirnya di bangunlah sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal yang bertugas untuk menambah ilmu pengetahuan dan kecerdasan
akal.
Konsep Humas Dalam Mengembangkan Lembaga Pendidikan
Humas memiliki peran dalam sebuah lembaga terutama pendidikan, karena berhubungan
dengan fungsi-fungsi manajemen maupun tujuan utama yang ada pada lembaga pendidikan.
Fungsi yang paling mendasar tersebut merupakan proses untuk mencapai tujuan pokok dari
sebuah lembaga yang pada umumnya berkaitan dengan pemanfaatan berbagai macam sumber
daya yang dimiliki dan yang ada di lembaga tersebut. Sumber daya yang dimiliki oleh lembaga
yakni meliputi sumber daya manusia, sumber daya material, sumber daya sarana dan prasarana,
sumber pembiayaan untuk mencukupi biaya operasional, dan strategi dan metode yang
digunakan untuk menggerakan kelembagaan tersebut, serta lembaga pendidikan diharapkan
dapat mewujudkan kerjasama dengan pihak luar agar mudah mendapatkan kepercayaan,
perhatian, dan kepedulian masyarakat sehingga memudahkan dalam mengembangkan
pendidikan yang berkualitas.
6. Permasalahan Pendidikan 6
a. Konsentrasi
Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari “school based management”.
Istilah ini pertama kali muncul di Amerika Serikat ketika masyarakat mulai mempertanyakan
relevansi pendidikan dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat setempat. Manajemen
berbasis sekolah merupakan paradigma baru pendidikan yang memberikan otonomi luas pada
tingkat sekolah (pelibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional.
Manajemen berbasis sekolah menuntut partisipasi lebih besar dari staf dan para orang tua dalam
proses pembuatan kebijakan dan keputusan sekolah. menurut ketentuan, keputusan-keputusan
dibuat secara kolektif dan kolegial oleh para stakeholder yang relevan, bukan oleh kepala
sekolah secara individual dan wakilnya.
Dalam konteks manajemen berbasis sekolah terdapat beberapa kesempatan bagi peningkatan
profesionalisme staf dan kerjasama staf-orangtua dalam pendidikan siswa. Menurut pendapat
Selamet P.H, dalam buku karangan mulyono istilah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) berasal
dari tiga kata, yaitu manajemen, berbasis dan sekolah. Manajemen berarti pengkoordinasian
Penerapan manajemen dalam pendidikan sangat penting, karena pendidikan merupakan
kebutuhan dasar manusia, bahkan merupakan salah satu dinamisator pembangunan itu sendiri,
sehingga dapat dikatakan manajemen pendidikan merupakan sub sistem dari manajemen
pembangunan nasional.
Banyak manfaat yang telah dapat dirasakan baik oleh pemerintah daerah maupun pihak
sekolah yang secara langsung menjadi sasaran pelaksanaan. Hal ini karena dalam melaksanakan
program-program ini diterapkan prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah (MBS), mulai dari
proses perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan proses pelaporan dan umpan baliknya. Dengan
kata lain program-program yang dilaksanakan menganut prinsip-prinsip demokratis, transparan,
profesional dan akuntabel.
Melalui pelaksanaan program ini para pengelola pendidikan di sekolah termasuk kepala
sekolah, guru, komite sekolah dan tokoh masyarakat setempat dilibatkan secara aktif dalam
setiap tahapan kegiatan. Disinilah proses pembelajaran itu berlangsung dan semua pihak saling
memberikan kekuatan untuk memberikan yang terbaik bagi kemajuan sekolah.
b.Teori dan Planning
Manajemen sekolah pada hakikatnya mempunyai pengertian yang sama dengan manajemen
pendidikan. Namun, manajemen pendidikan mempunyai jangkauan yang lebih luas daripada
manajemen sekolah. Menurut Rohiat (2009: 14), manajemen sekolah adalah melakukan
pengelolaan sumber daya yang dimiliki sekolah. Hal ini berarti manajemen sekolah sebagai
pengelolaan sekolah yang dilakukan dengan dan melalui sumber daya yang dimiliki sekolah
untuk mencapai tujuan sekolah. Manajemen pendidikan umumnya dan manajemen sekolah
khususnya merupakan pengelolaan institusi (sekolah) yang dilakukan dengan dan melalui
pendidik dan tenaga kependidikan untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien.
Dewan pengendali ini bertugas merumuskan apa yang dibutuhkan siswa, apa yang dibutuhkan
orang tua dan masyarakat dan apa yang dibutuhkan oleh sekolah di jenjang atasnya, serta
kebutuhan yang dianggap perlu.
c.Umpan Balik
Penerapan Manajemen Pendidikan di Indonesia memiliki dua hal yang harus diperhatikan
berkaitan dengan dunia pendidikan, yakni evaluasi pendidikan, dan pemikiran untuk
memfungsikan pendidikan di Indonesia. Dari dua hal ini ketika kita tarik kedalam menejemen
pendidikan yang berjalan di Indonesia, ada beberapa fenomena menarik yang sangat menonjol
dewasa ini, diantaranya ialah :
peserta didik.
Fenomena tersebut di atas, itu semua adalah tentang evaluasi dari pendidikan kita yang ada
sekarang ini. Sedangkan pemikiran untuk memfungsikan pendidikan di Indonesia dirasa selain
merupakan tuntutan kebutuhan di atas, juga dibutuhkan adanya :
HAM,
(4) pendidikan yang mampu membangun keutuhan pribadi manusia
berbudaya.
Dari persoalan tersebut diatas, jelas bahwa dunia pendidikan kita masih jauh dari nilai-nilai
yang ingin dicapai. Apa yang salah dari ini semua? Sebuah pertanyaan yang mungkin akan kita
jawab bersama sebagai manusia yang peduli terhadap dunia pendidikan. Kalau kita cermati lebih
jauh, apa yang telah diperbuat oleh lembaga pendidikan dewasa ini - yang telah dengan susah
payah menerapkan berbagai teori manajemen pendidikan yang cocok untuk mencapai tujuan
pendidikan yang diharapkan – masih jauh dari harapan yang sebenarnya.
BAB III
SOLUSI DAN PEMBAHASAN
A. Pembahasan Isi Jurnal
1. Solusi dan Pembahasan Pendidikan 1
a. Gagasan
1. Strategi Pendidikan nasional
Luther Gulick dalam T. Hani Handoko, mendefinisikan manajemen sebagai suatu bidang
ilmu pengetahuan (science) yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan
bagaimana manusia bekerja sama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerjasama ini
lebih bermanfaat bagi kemanusiaan.
Manajemen dapat berarti pencapaian tujuan melalui pelaksanaan fungsi-fungsi tertentu, tetapi
dalam hal ini belum ada persamaan pendapat dari para ahli manajemen tentang apa fungsi-fungsi
itu. Salah satu klasifikasi paling awal dari fungsi-fungsi manajerial dibuat oleh Henry Fayol,
yang menyatakan bahwa perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian pemberian perintah
dan pengawasan adalah fungsi-fungsi utama. Berikut ini akan digambarkan beberapa pendapat
tentang fungsi-fungsi yang dilaksanakan manajer dalam proses manajemen.
Sekolah dapat menjadi efektif dan sekaligus menjadi efesien. Sekolah efektif karena
pencapaian hasil yang baik, sedangkan sekolah yang efesien ialah penggunaan sumber daya yang
hemat. Untuk mengetahui indikator prestasi pelajar dapat dilihat antara lain dari absensi
(kehadiran), tingkah laku di sekolah, laporan kejahatan/penyimpangan, dan hasil ujian negara.
Sekolah yang unggul tersebut adalah sekolah yang efektif dan efesien dengan menjanjikan
lulusan yang terbaik, keunggulannya secara kompetitif dan komparatif. Keunggulan kompetitif
dimiliki antar lulusan sejenis dalam jurusan yang sama, sedangkan komparatif antar lulusan
berbeda dari satu sekolah dengan sekolah lain.
Usaha – usaha untuk meningkatkan efektivitas sekolah dalam konteks pentingnya sekolah
efektif sebagai sebuah gerakan menuju mutu terpadu sebagaimana dikemukakan Edmonds dalam
Beare, dkk (1989:47 ) yaitu :
b.Pembahasan
Manajemen pendidikan memerlukan sumber daya manusia yang baik dan berkualitas , oleh
karena itu pelaksanaan manajemen pendidikan di sekolah di kelola langsung oleh kepala sekolah.
Menurut Wahjosumidjo dalam Aedi Nur, (2016 :34) kepala sekolah adalah tenaga fungsional
guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah,tempat diselenggarakan proses belajar
mengajar atau tempat terjadinya interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid
menerima pelajaran. Sedangkan dalam peraturan pemerintah No 28 tahun 1990 tentang
pendidikan Dasar pasal 12 ayat (1) yang berbunyi bahwa “ kepala sekolah bertanggung jawab
atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan
lainya dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana. “
Kepala sekolah memiliki posisi strategis dalam mengkoordinasikan upaya bersama dalam
mencapai tujuan pendidikan pada sekolah yang dipimpin.Tetapi kepala sekolah bukan
merupakan satu-satunya yang bertanggung jawab dalam upaya pencapaian tujuan tersebut karena
masih banyak faktor –faktor yang dibutuhkan untuk memenuhi tanggung jawab tersebut seperti
para guru, staf karyawan sekolah , peserta didik dan lingkungan dalam proses pembelajaran.
Dalam UU RI No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa “guru adalah
pendidik professional dengan tugas utama ,mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Berdasarkan pernyataan diatas bahwa guru
memiliki peranan strategis dalam proses pembelajaran yang tidak hanya mengenai penyaluran
ilmu saja tetapi juga pembentukan karakter peserta didik. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
kualitas pendidikan dapat ditentukan oleh kualitas dan mutu guru tersebut. Karena guru
merupakan ujung tombak dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia yang masih
rendah.
Meskipun pemerintah telah berupaya untuk mensejahterakan guru melalui sertifikasi pada
kenyataanya pelaksanaan sertifikasi guru hasilnya belum bermutu. Tetapi bukan berarti program
tersebut harus dihentikan dan ditentang pelaksananya, sebaliknya program tersebut harus tetap
berjalan dan dievaluasi agar lebih baik lagi demi meningkatkan kualitas guru. PKG sangat
diperlukan dalam kaitanya sertifikasi guru yang dilanjutkan dengan pengembangan keprofesian
berkelanjutan (PKB) sehingga terbangun perubahan berkesinambungan yang dimulai dari
perubahan pola pikir guru tersebut diharapkan dapat menjadi titik tolak peningkatan kualitas
pendidikan.
b.Pembahasan
Dalam rangka pengembangan mutu pendidikan, maka memerlukan partisipasi aktif dan
dinamis dari orang tua, siswa, guru dan staf lainnya termasuk institusi yang mempunyai
kepedulian terhadap pendidikan. Pada hakekatnya tujuan institusi pendidikan adalah untuk
menciptakan dan mempertahankan kepuasan para pelanggan dan dalam Total Quality
Management (TQM) kepuasan pelanggan ditentukan oleh stakeholder lembaga pendidikan
tersebut. Oleh karena hanya dengan memahami proses dan kepuasan pelanggan maka organisasi
dapat menyadari dan menghargai kualitas. Semua usaha/manajemen dalam TQM harus
diarahkan pada suatu tujuan utama, yaitu kepuasan pelanggan, apa yang dilakukan manajemen
tidak ada gunanya bila tidak melahirkan kepuasan pelanggan.
Kerjasama tim merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya meningkatkan mutu
Pendidikan. Tim adalah sekelompok orang bekerja secara bersama-sama dan mempunyai tujuan
bersama yaitu untuk memberikan kepuasan kepada seluruh stakeholders. Kerja tim dalam sebuah
organisasi merupakan komponen penting dalam TQM, mengingat kerja tim akan meningkatkan
kepercayaan diri, komunikasi dan mengembangkan kemandirian. Kerjasama tim dalam
menangani proyek perbaikan atau pengembangan mutu pendidikan merupakan salah satu bagian
dari pemberdayaan (empowerment) pegawai dan kelompok kerjanya dengan pemberian
tanggungjawab yang lebih besar. Eksistensi kerjasama dalam sebuah lembaga pendidikan
madrasah sebagai modal utama dalam meraih mutu dan kepuasan stakeholders melalui proses
perbaikan mutu secara berkesinambungan.
Guru, staf dan setiap orang yang bekerja dalam masing-masing institusi turut memberikan
jasa kepada para kolega mereka adalah pelanggan internal. Hubungan internal yang kurang baik
akan menghalangi perkembangan sebuah institusi sekolah dan akhirnya membuat pelanggan
eksternal menderita. Salah satu tujuan TQM adalah untuk merubah sebuah institusi sekolah
manjadi sebuah tim yang ikhlas, tanpa konflik, dan kompetisi internal, untuk meraih sebuah
tujuan tunggal yaitu memuaskan seluruh pelanggan. Penting melibatkan siswa dalam proses
pembuatan keputusan seperti dalam penyusunan kurikulum dan hal-hal yang berkenaan dengan
desain materi pembelajaran. Sebuah lingkungan kelas yang memberi otonomi atau keleluasaan
bagi siswa mempunyai kaitan erat dengan kemampuan siswa dalam berekspresi, kreatif
menunjukkan kemampuan diri belajar secara konseptual dan senang terhadap tantangan.
Keterlibatan orang tua dalam proses pendidikan anak di sekolah merupakan hal yang penting
dilakukan oleh institusi pendidikan dan inilah salah satu unsur penting dalam Total Quality
Management (TQM). Peran orang tua dalam pembentukan motivasi dan penguasaan diri anak
sejak dini merupakan modal besar bagi kesuksesan anak di sekolah. Peran orang tua adalah
mendukung perkembangan intelektual anak dan kesuksesan akademik anak dengan memberi
mereka kesempatan dan akses ke sumber-sumber pendidikan seperti jenis sekolah yang dimasuki
anak atau akses ke perpustakaan, multi media seperti internet dan televisi pendidikan. Orang tua
juga dapat membentuk perkembangan kognitif anak dan pencapaian akademik secara langsung
dengan cara terlibat langsung dalam aktivitas pendidikan mereka. Orang tua juga mengajarkan
anak norma dalam berhubungan dengan orang dewasa dan teman sebaya yang relevan dengan
suasana kelas. Dengan demikian, instansi pendidikan dapat menghasilkan lulusan yang bermutu
sehingga mutu suatu instansi pendidikan dapat berkembang dan semakin meningkat.
b.Pembahasan
Manajemen pendidikan pada dasarnya adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan melalui
pengolahan bidang-bidang pendidikan. Bidang garapan manajemen pendidikan meliputi semua
kegiatan yang menjadi saran penunjang proses belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan.
Menurut Baharuddin (2010: 55) ruang lingkup manajemen pendidikan antara lain sebagai
berikut:
Untuk mengatasi berbagai macam hal yang akan terjadi dalam menjalankan manajemen
hubungan masyarakat dalam mengembangkan lembaga pendidikan kita dapat menerapkan
fungsi-fingsi humas yang cukup relevan dalam menghadapi perubahan zaman, yaitu dengan:
Dengan adanya humas dalam sebuah lembaga pendidikan sangat dibutuhkan dalam rangka
mempertahankan eksistensi kelembagaan, karena sebagian besar masyarakat memandang semua
lembaga pendidikan sebagai lembaga yang kompeten dalam bidang pendidikan bagi generasi
penerus mereka. dalam prosesnya betul-betul mengimplementasikan prinsip partisipasi
masyarakat, sebab mereka menganggap masyarakat juga memegang dan menentukan kualitas
dalam mengembangkan lembaga pendidikannya. Dan dengan semakin tingginya tingkat
partisipasi, semakin besar pula rasa memiliki dan tanggungjawab terhadap lembaga
pendidikannya dan pada akhirnya semakin besar pula loyalitas yang dimiliki terhdap
lembaganya. Perlunya menerapkan prinsip untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam
bidang pendidikan. Sehingga mengharapkan lembaga pendidikan yang mampu berkomunikasi
secara aktif dengan masyarakat. Adanya partisipasi publik internal maupun eksternal dalam
mewujudkan lembaga pendidikan yang berkualitas perlu dimaksimalkan.
Upaya-upaya humas dalam peningkatan partipasi masyarakat terhadap keberhasilan
pengembangan pendidikan di sekolah, diantaranya :
1) Menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan Orang Tua dan Masyarakat.
2) Melakukan sosialisasi
3) Kerja sama dengan instansi lain
MBS akan berhasli jika ditopang oleh kemampuan professional kepala sekolah atau
madrasah dalam memimpin dan mengelola sekolah atau madrasah secara efektif dan efisien,
serta mampu menciptakan iklim organisasi yang kondusif untuk proses belajar mengajar.
Faktor eksternala yang akan turut menentukan keberhasilan MBS adalah kondisi tingkat
pendidikan orangtua siswa dan masyarakat, kemampuan dalam membiayai pendidikan, serta
tingkat apresiasi dalam mendorong anak untuk terus belajar.
3. Dukungan pemerintah
Faktor ini sangat membantu efektifitas implementasi MBS terutama bagi sekolah atau
madrasah yang kemampuan orangtua/ masyarakatnya relative belum siap memberikan kontribusi
terhadap penyelenggaraan pendidikan. alokasi dana pemerintah dan pemberian kewenangan
dalam pengelolaan sekolah atau madrasah menjadi penentu keberhasilan.
4. Profesionalisme
Faktor ini sangat strategis dalam upaya menentukan mutu dan kinerja sekolah atau
madrasah. Tanpa profesionalisme kepala sekolah atau madrasah, guru, dan pengawas, akan sulit
dicapai program MBS yang bermutu tinggi serta prestasi siswa.
b.Pembahasan
Manajemen pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerja sama yang sistematis
dan koprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional, sementara manajemen
berbasis sekolah sebagaimana yang diungkapkan oleh E. Mulyasa adalah pemberian otonomi
luas pada tingkat sekolah agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana dengan
mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tangap terhadap kebutuhan
setempat.
Komponen-Komponen Sekolah
1) Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran
Pengembangan kurikulum agar efektif dan program pengajaran dapat terjamin, maka kepala
sekolah sebagai pengelola program pengajaran bersama dengan guru-guru harus menjabarkan isi
kurikulum secara jelas dan terperinci dengan memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:
a) Tujuan yang dikehendaki harus jelas, makin operasional tujuan yang dirumuskan, maka makin
mudah terlihat dan makin tepat program-program yang dikembangkan untuk mencapai
tujuan.
c) Program-program yang disusun dan dikembangkan harus sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
Jadi, yang dimaksud dengan manajemen kurikulum dan program pengajaran dalam
manajemen berbasis sekolah adalah kewenangan sekolah untuk mengatur, mengelola kurikulum
dan program pengajaran untuk disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan sekolah.
2) Manajemen Tenaga Kependidikan
Kualitas program pendidikan tidak hanya tergantung pada konsep-konsep yang cerdas, akan
tetapi juga pada personil pengajar yang mempunyai keinginan dan kesanggupan untuk
berprestasi. Manajemen tenaga kependidikan mencakup: (1) perencanaan pegawai, (2)
pengadaan pegawai, (3) pembinaan dan pengembangan pegawai, (4) promosi dan mutasi, (5)
pemberhentian pegawai, (6) konpensasi, dan (7) penilaian pegawai.
Dalam kaitannya dengan manajemen tenaga kependidikan tugas kepala sekolah sebagai top
manajer di sekolah bukanlah pekerjaan yang mudah. Karena selain dia mengusahakan
tercapainya tujuan sekolah tetapi sesorang kepala sekolah juga harus memikirkan tujuan tenaga
kependidikan secara pribadi. Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut untuk mengerjakan
instrumen pengelolaan tenaga kependidikan untuk membantu terlaksananya Manajemen Berbasis
Sekolah yang dipimpinnya.
3) Manajemen Kesiswaan
Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan
dengan peserta didik, mulai masuk sampai keluarnya peserta didik dari sekolah.
Dalam pelaksanaan menjemen kesiswaan sebagai kepala sekolah setidaknya ada tiga hal
yang perlu diperhatikan, yaitu: menerima siswa baru, kegiatan kemajuan belajar, serta bimbingan
dan pembinaan disiplin.
4) Manajemen Keuangan
Komponen keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah merupakan salah satu komponen
produksi yang menentukan kesuksesan dalam pelaksanaan kegiatan bejalar mengajar. Oleh
karena itu, dalam manajemen keuangan haruslah memperhatikan komponen utama manajemen,
meliputi: (1) prosedur anggaran; (2) prosedur akuntansi keuangan; (3) pembelajaran,
pergudangan, dan prosedur pendistribusian; (4) prosedur investasi; dan (5) prosedur pemeriksaan
Pelaksanaan manajemen sarana dan prasarana yang baik di sekolah yaitu yang menciptakan
sekolah yang bersih, rapi, dan indah sehingga menciptakan situasi dan kondisi yang
menyenangkan bagi warga sekolah. Selain itu dengan tersedianya perlengkapan dan fasilitas
belajar yang memadai di sekolah diharapkan akan semakin meningkatkan semangat dan kualitas
pendidikan di sekolah. Karena manajemen sarana dan prasarana pendidikan dapat memberikan
konstribusi secara optimal pada jalannya proses belajar mengajar
Layanan khusus ini diberikan sekolah kepada para siswanya dengan tujuan agar dengan
tersedianya beberapa layanan ini akan menambah semangat dan motivasi belajar yang pada
akhirnya akan mendorong peningkatan prestasi belajarnya. Jadi, yang dimaksud manajemen
layana khusus adalah kewenangan sekolah untuk memberikan berbagai layanan khusus kepada
siswanya untuk menambah semangat dan motivasi belajar siswa dalam meningkatkan prestasi
belajar.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sekolah sebagai lembaga pendidikan dalam model manajemen berbasis sekolah memiliki
fungsi dan peran yang sangat besar. Otonomi pendidikan merupakan suatu bentuk baru yang
harus di kembangkan oleh sekolah. Masalah keuangan, kegiatan atau program, sarana prasarana,
dan seluruh komponen penunjang, merupakan tanggung jawab sekolah. Sekolah bukan lagi
sebagai pelaksana, melainkan juga perencana, pelaksana, dan pengontrol. Bersama masyarakat,
sekolah mempunyai hak yang sangat luas untuk mengendalikan laju pendidikan yang ada di
bawah kekuasaannya. MBS memberi peluang bagi kepala sekolah, guru, dan peserta didik untuk
melakukan inovasi dan improvisasi di sekolah, berkaitan dengan masalah kurikulum,
pembelajaran, manajerial dan lain sebagainya yang tumbuh dari aktivitas, kreativitas, dan
profesionalisme yang dimiliki. Pelibatan masyarakat dalam dewan sekolah dibawah monitoring
pemerintah, mendorong sekolah untuk lebih terbuka, demokratis, dan bertanggung jawab.
Pemberian kebebasan yang lebih luas memberi kemungkinan kepada sekolah untuk dapat
menemukan jati dirinya dalam membina peserta didik, guru, dan petugas lain yang ada di
lingkungan sekolah. Manajemen Berbasis Sekolah secara konsepsional akan membawa dampak
terhadap peningkatan kinerja sekolah dalam hal mutu, efesiensi manajemen keuangan,
pemerataan kesempatan dan pencapaian tujuan politik (perkembangan iklim demokrasi) suatu
bangsa lewat perubahan kebijakan desentralisasi di berbagai aspek seperti politik, edukatif,
administrative, dan anggaran pendidikan. MBS selain akan meningkatkan kualitas belajar
mengajar dan efesiensi operasional pendidikan, juga meningkatkan tujuan politik terutama iklim
demokratisasi di sekolah.
Dalam penerapan MBS, kekuatan kepemimpinan tim sangat menentukan. Perencanaan dan
manajemen tim mencakup orang tua siswa, guru, administrator dan profesional lainnya di
sekolah, dan kepala sekolah melayani kepemimpinan tim. Dalam hal ini tim adalah
bertanggungjawab bagi pendayagunaan masukan dari seluruh warga sekolah yang digunakan
untuk menciptakan rencana dan sasaran peningkatan sekolah.
B. Rekomendasi
a. Seluruh stakeholder yang terlibat dan bertanggung jawab terhadap sistem dan proses
pendidikan di Indonesia seharusnya mengetahui dan memahami seutuhnya tentang
manajemen pendidikan mengingat pentingnya manajemen pendidikan dalam
keberhasilan pendidikan.
b. Manajemen pendidikan di masa depan hendaknya dilakukan dengan melakukan usaha
bersama secara kolektif, efektif dan efisien serta melakukan manajemen kurikulum
dengan baik dan benar, sehingga tujuan dan cita-cita pendidikan bisa terwujud.
Masih banyak kita dapati kelemahan dalam pengelolaan manajemen intansi pendidikan yang
menyangkut Quality Planning, Quality Control, dan Quality Inprovement. Akibatnya, instansi
pendidikan tidak menjadi semakin dekat dengan keinginan stakeholdernya tapi semakin jauh
bahkan ditinggalkan. Untuk itu perlu bahkan harus madrasah kita selalu melakukan Scool
Review, Continous Improvement dan Quality Control.
Seperti yang kita ketahui masih banyak kelemahan dalam pengelolaan manajemen intansi
pendidikan yang menyangkut ruang lingkup pendidikan.
Bagi perangkat sekolah ataupun siswa yang ada di sekolah di harapkan untuk bekerjasama
untuk membangun ketertiban dengan masyarakat seta untuk memperlancar kegiatan yang di
selenggarakan oleh masyarakat ataupun oleh sekolah tersebut. Semakin banyak partisipan yang
ikut dalam lembaga sekolah dan semakin besar peran manajemen hubungan masyarakat terhadap
perkembangan pendidikan di sekolah tersebut. Kerjasama yang diperlukan untuk memperlancar
jalannya suatu acara iitu sangat penting karena yang berperan penting dalam kasus ini adalah
masyarakat dan warga sekolah untuk menciptakan lingkungan yang mendukung berkembangnya
pendidikan tersebut bagi masyarakat maupun bagi siswa dan perangkat sekolah.
Seluruh stakeholder yang terlibat dan bertanggung jawab terhadap sistem dan proses
pendidikan di Indonesia seharusnya mengetahui dan memahami seutuhnya tentang manajemen
pendidikan mengingat pentingnya manajemen pendidikan dalam keberhasilan Pendidikan.
Manajemen pendidikan di masa depan hendaknya dilakukan dengan melakukan usaha bersama
secara kolektif, efektif dan efisien serta melakukan manajemen kurikulum dengan baik dan
benar, sehingga tujuan dan cita-cita pendidikan bisa terwujud.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, S. (2017131-151). Manajemen Hubungan Masyarakat dalam Meningkatkan Partisipasi
Masyarakat Sekitar di MA At-Tahzib Kekait Gunungsari. Jurnal Penelitian Keislaman.
Arikuntoi, S., & Yuliana, L. (2008). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media.
B, S. (2004). Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
B, S. (n.d.). Manajemen Pendidikan di Sekolah.
Engkoswara, H., & Komariah, A. (2011). Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
F, N. (2008). Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan dalam Perspektif Manajemen Berbasis
Sekolah di MTS Negeri Babat Lamongan. Malang: UIN Malang.
Farikhah, S. (2015). Manajemen Lembaga Pendidikan. Temanggung: Aswaja Pressindo.
Irawan, E., & Prasetia, I. (2020). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Jurnal Pendidikan
Dasar, Menengah dan Tinggi.
Kompri. (n.d.). Manajemen Pendidikan I. Bandung: Alfabeta.
Kristiawan, M. d. (2017). Manajemen Pendidikan . Yogyakarta: Deepublish.
Kurniawan, S. (2017). Pengembangan Manajemen Mutu Pendidikan Islam di Madrasah . Jurnal
Al-Tanzim, 25-36.
M, S. (2017). Analisis Manajemen Humas dalam Upaya Meningkatkan Partisipasi Masyarakat
terhadap lembaga Pendidikan. Jpurnal of Islamic Education Management, 117-126.
Moedjiarto. (2003). Manajemen Sekolah Unggul. Jakarta : Duta Graha Pustaka.
Mukhtar, Rusmini, & Samsu. (2003). Sekolah Berprestasi. Jakarta: Nimas Multima.
Mulyasa. (2005). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Mustari, M. (n.d.). Manajemen Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
N, M. (2019). Manajemen Hubungan Masyarakat dalam Mengembangkan :embaga Pendidikan .
Manajemen Pendidikan Islam, 121-139.