Anda di halaman 1dari 51

REKAYASA IDE

“PERKEMBANGAN MANAJEMEN PADA INSTANSI PENDIDIKAN”

Dosen Pengampu: Desi Sijabat S.Pd., M.Pd

Disusun oleh:

Nama : Erwin junus siagian

NPM : 1801010035

Group : PG A1 PGSD

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN PEMATANGSIANTAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)

2020/2021
Abstrak

Erwin Junus Siagian, 1801010035. Rekasaya Ide Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
Makalah. Pematangsiantar : Fakultas Keguruan dam Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar (PGSD). Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar 2021.

Makalah ini bertujuan untuk menemukan perbandingan Strategi Manajemen Berbasis


Sekolah di Sekolah Dasar dari lima jurnal yang sudah saya observasi. Penerapan Manajemen
Berbasis Sekolah meliputi: Manajemen kurikulum, manajemen personalia, manajemen siswa,
manajemen pendanaan / keuangan, manajemen hubungan masyarakat, dan manajemen layanan
khusus termasuk perpustakaan dan UKS. Di setiap bidang, penerapan Manajemen Berbasis
Sekolah telah dilaksanakan sesuai dengan program kerja yang direncanakan dan disusun oleh
sekolah, sehingga program sekolah dapat tercapai dan berjalan dengan baik. Strategi Pelaksanaan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) harus melibatkan semua pemangku kepentingan sekolah
dalam pengambilan keputusan. Sehingga dalam menentukan strategi sekolah untuk
meningkatkan mutu pendidikan melalui penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
dilakukan secara bersama-sama. Dalam menentukan strategi. Langkah pertama adalah
menentukan visi, misi dan tujuan sekolah. Langkah kedua mengidentifikasi tantangan nyata
sekolah. Langkah ketiga mengidentifikasi fungsi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Langkah keempat adalah menggunakan analisis SWOT untuk memecahkan masalah dalam
mengembangkan rencana dan program sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Langkah kelima dari penerapan rencana peningkatan kualitas adalah memantau dan
mengevaluasi pelaksanaannya.

Kata Kunci : Strategi, MBS, Implementasi


Abstrack

Erwin Junus Siaagian. 1801010035. School Based Management Idea Engineering (MBS).
Papers. Pematangsiantar: Faculty of Teacher Training and Education, Primary School Teacher
Education Study Program (PGSD). HKBP Nommensen University Pematangsiantar 2021.

This paper aims to find a comparison of School Based Management Strategies in Primary
Schools from five journals that I have observed. Implementation of School Based Management
includes: Curriculum management, personnel management, student management, funding /
finance management, community relations management, and specialized service management
including libraries and UKS. In every field, the implementation of School Based Management
has been implemented in accordance with the work program planned and compiled by the
school, so that the school program can be achieved and run well. Strategies in School-Based
Management Implementation (SBM) should involve all school stakeholders in decision-making.
So when determining school strategies to improve the quality of education through the
implementation of School Based Management (SBM) is done together. In determining the
strategy. The first step is to determine the vision, mission and goals of the school. The second
step identifies the school's real challenge. The third step identifies the functions needed to
achieve the goal. The fourth step is to use SWOT analysis to solve problems in developing
school plans and programs in which to improve the quality of education. The fifth step of
implementing the quality improvement plan is then to monitor and evaluate the implementation

Keyword : Strategi, MBS, Implementasi


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
pertolonganNya saya dapat menyelesaikan Laporan Rekayasa Ide mata kuliah Manajemen
Berbasis Sekolah. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Desi Sijabat, S.Pd.,M.Pd selaku
dosen dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Tugas Rekasaya Ide (TRI) ini.
Penulis juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah
membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi topik pembahasan.

Laporan Rekayasa Ide ini disusun agar pembaca dapat memperluas Ilmu tentang “Strategi
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Di Sekolah Dasar”, yang disajikan berdasarkan
beberapa artikel/jurnal dan analisis data yang didapat dari jurnal tersebut. Semoga TRI ini dapat
memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca khusunya para guru dan seluruh
tenaga kependidikan.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan TRI ini sehingga penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan TRI ini. Penulis
mohon maaf jika di dalam TRI ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena
kesempurnaan hanya milik Tuhan, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. semoga
tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Pematangsiantar, 10 Januari 2021

Penyusun

Erwin Junus Siagian

1801010035
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................. 1

ABSTRAK.............................................................................................. 2

KATA PENGANTAR .......................................................................... 4

DAFTAR ISI ......................................................................................... 5

BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 7

A. Rasionalisasi Permasalahan............................................................. 7
B. Tujuan Penulisan TRI ..................................................................... 8
C. Manfaat TRI .................................................................................... 8

BAB II IDENTIFIKASI PERMASALAHAN .................................. 9

A. Permasalahan Umum Strategi Implementasi MBS ......................... 9


B. Identifikasi permasalahan ................................................................ 9
1. Permasalahan Pendidikan 1 ....................................................... 9
2. Permasalahan Pendidikan 2 ....................................................... 10
3. Permasalahan Pendidikan 3 ....................................................... 10
4. Permasalahan Pendidikan 4........................................................ 10
5. Permasalahan Pendidikan 5........................................................ 11
6. Permasalahan Pendidikan 6........................................................ 11

BAB III SOLUSI DAN PEMBAHASAN ........................................... 13

A. Pembahasan Isi Jurnal ..................................................................... 13


1. Solusi dan Pembahasan Permasalahan Pendidikan 1 ................ 13
2. Solusi dan Pembahasan Permasalahan Pendidikan 2 ................ 13
3. Solusi dan Pembahasan Permasalahan Pendidikan 3 ................ 14
4. Solusi dan Pembahasan Permasalahan Pendidikan 4 ................ 15
5. Solusi dan Pembahasan Permasalahan Pendidikan 5 ................ 16
6. Solusi dan Pembahasan Permasalahan Pendidikan 6 ................ 18

BAB IV PENUTUP .............................................................................. 19

A. Kesimpulan ..................................................................................... 19
B. Rekomendasi ................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 21


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desentralisasi atau otonomi pendidikan merupakan suatu bentuk reformasi yang perlu
dijalankan dengan baik. Reformasi sekolah meruppakan konsep perubahan ke arah peningkatan
mutu dalam konteks manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Sekolah sebagai satuan
pendidikan yang bertugas dan bertanggung jawab melaksanakan proses pembelajaran, tidak
hanya bertugas mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap saja, tetapi harus
menjaga dan meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani peserta didik serta memberikan
pelayanan keamanan bagi semua warga sekolah. Selain itu, kepemimpinan kepala sekolah juga
merupakan salah satu penentu kesuksesan implementasi MBS.

Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Derap
langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman
selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Suatu
pendidikan dipandang bermutu-diukur dari kedudukannya untuk ikut mencerdaskan kehidupan
bangsa dan memajukan kebudayaan nasional-adalah pendidikan yang berhasil membentuk
generasi muda yang cerdas, berkarakter, bermoral dan berkepribadian. Untuk itu perlu dirancang
suatu sistem pendidikan yang mampu menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang
menyenangkan, merangsang dan menantang peserta didik untuk mengembangkan diri secara
optimal sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Memberikan kesempatan kepada setiap peserta
didik berkembang secara optimal sesuai dengan bakat dan kemampuannya adalah salah satu
prinsip pendidikan demokratis.

Mengenai masalah pendidikan, perhatian pemerintah kita masih terasa sangat minim.
Gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang makin rumit. Kualitas siswa
masih rendah, pengajar kurang profesional, biaya pendidikan yang mahal, bahkan aturan uu
pendidikan kacau. Dampak dari pendidikan yang buruk itu, negeri kita kedepannya makin
terpuruk. Keterpurukan ini dapat juga akibat dari kecilnya rata-rata alokasi anggaran pendidikan
baik di tingkat nasional, propinsi, maupun kota dan kabupaten.
Penyelesaian masalah pendidikan tidak semestinya dilakukan secara terpisah-pisah, tetapi
harus ditempuh langkah atau tindakan yang sifatnya menyeluruh. Artinya, kita tidak hanya
memperhatikan kepada kenaikkan anggaran saja. Sebab percuma saja, jika kualitas sumber daya
manusia dan mutu pendidikan di indonesia masih rendah. Masalah penyelenggaraan wajib
belajar sembilan tahun sejatinya masih menjadi pr besar bagi kita. Kenyataan yang dapat kita
lihat bahwa banyak di daerah-daerah pinggiran yang tidak memiliki sarana pendidikan yang
memadai. Dengan terbengkalainya program wajib belajar sembilan tahun mengakibatkan anak-
anak indonesia masih banyak yang putus sekolah sebelum mereka menyelesaikan wajib belajar
sembilan tahun. Dengan kondisi tersebut, bila tidak ada perubahan kebijakan yang signifikan,
sulit bagi bangsa ini keluar dari masalah-masalah pendidikan yang ada, apalagi bertahan pada
kompetisi di era global.

Pengertian manajemen sebagaimana dikemukakan oleh beberapa ahli berikut ini, A.F.Stoner
mengemukakan manajemen adalah sebagai proses perencanaan, pengorganisasian dan
penggunaan sumber daya organisasi agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan (1982: 8).
Definisi tersebut senada dengan pendapat Terry dalam buku Principle of Management,bahwa
“Management is distinct process consisting of planning,organizing,actuating and
controlling,performed to determine and accomplish stated objective by the use of human being
and other recorces”. (1977: 4). Menurut Terry tersebut bahwa manajemen adalah proses yang
terinci tentang perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian suatu organisasi
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan manusia dan sumber daya
lainnya.

Robbins (1996: 8) mengemukakan bahwa manajemen adalah proses mengkoordinasikan dan


mengintegrasikan kegiatan kerja agar diselesaikan secara efektif dan efisien melalui orang lain.
Sedangkan Jonshon dalam Made Pidarta (1998: 15) memberikan definisi manajemen hampir
sama dengan pendapat Robbins,yaitu proses mengintegrasikan sumber-sumber yang tidak
berhubungan menjadi sistem total mencapai tujuan. Dari beberapa pendapat ahli tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa manajemen mempunyai makna sebagai suatu proses kegiatan yang
melibatkan sejumlah orang untuk mencapai tujuan tertentu yang ditetapkan secara efektif dan
efisien. Dalam manajemen terkandung unsur (1) proses kegiatan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan kontrol, (2) sekelompok orang yang bekerja sama di dalam
maupun di luar organisasi, (3) tujuan, bermaksud pencapaian sasaran yang ditargetkan, dan (4)
efektif dan efisien mempunyai maksud bahwa efektif yaitu kuantitas pencapaian hasil yang
diharapkan, sedangkan efisien memiliki arti sesuatu yang dikeluarkan dalam rangka pencapaian
tujuan, bisa berupa biaya,barang maupun waktu,sehingga semakin sedikit biaya yang
dikeluarkan berarti semakin efisien.

B. Tujuan Penulisan TRI


Saya menulis TRI ini guna untuk memenuhi salah satu tugas dalam Mata Kuliah Manajemen
Berbasis Sekolah, mengulas beberapa isi jurnal, mencari dan menentukan permasalahan yang
dapat dijadikan pedoman dalam membuat pemikiran ataupun ide baru, melatih diri berpikir kritis
dalam mencari informasi yang diberikan dari kelima jurnal dan mengetahui solusi dari
permasalahan yang terjadi dalam manajemen berbasis sekolah di Indonesia.

C. Manfaat TRI
Adapun manfaat ketika membaca TRI ini ialah untuk mengetahui bagaimana strategi
implementasi manajemen berbasisi sekolah yang diterapkan di setiap sekolah.
BAB II
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
A. Permasalahan Umum Strategi Implementasi MBS
MBS adalah bentuk otonomi manajemen pendidikan pada satuan pendidikan yang dalam hal
ini kepala sekolah dan guru dibantu oleh komite sekolah dalam mengelola kegiatan pendidikan
(Penjelasan Pasal 51 Ayat (1) UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Esensi MBS adalah pemberian otonomi sekolah dalam rangka peningkatan mutu sekolah. MBS
juga dapat didefinisikan sebagai pengelolaa sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh
sekolah, dengan mengikutsertakan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah
dalam pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan peningkatan mutu sekolah.
MBS bertujuan meningkatkan kemandirian sekolah melalui pemberian kewenangan yang
lebih besar melalui pemberian kewenangan yang lebih besar dalam mengelola sumber daya
sekolah, dan mendorong keikutsertaan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan
sekolah dalm pengambilan keputusan untuk peningkatan mutu sekolah.
B. Identifikasi Permasalahan
1. Permasalahan Pendidikan 1
a. Konsentrasi

Lembaga pendidikan dewasa ini menghadapi berbagai tantangan dari perkembangan zaman
era modern. Tantangan yang dimaksud antara lain kehadiran negara-negara tanpa batas
(bordeles) yang lebih populer dilabeli sebagai pergaulan global antarbangsa atau globalisasi
dalam segala bidang. Termasuk didalamnya adalah kehadiran abad informasi dengan pembaruan
teknologinya yang menjangkau setiap lembaga.

Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Derap
langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman
selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Bab
ini akan mengkaji mengenai permasalahan pokok pendidikan, dan saling keterkaitan antara
pokok tersebut, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya dan masalah-masalah
aktual beserta cara penanggulangannya
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya
mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan
menengah. Hal ini tidak terlepas dari masalah kebijakan pemerintah karena menyangkut
kebutuhan dasar rakyat. Perhatian pemerintah kita masih terasa sangat minim. Gambaran ini
tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang makin rumit. Kualitas siswa masih rendah,
pengajar kurang profesional, biaya pendidikan yang mahal, bahkan aturan UU pendidikan kacau.
Dampak dari pendidikan yang buruk itu, negeri kita kedepannya makin terpuruk. Keterpurukan
ini dapat juga akibat dari kecilnya rata-rata alokasi anggaran pendidikan baik ditingkat nasional,
propinsi, maupun kota dan kabupaten.

b.Teori dan Planning

Manajemen Pendidikan merupakan suatu cabang ilmu yang usianya relatif masih muda
sehingga tidaklah aneh apabila banyak yang belum mengenal. Istilah lama yang sering
digunakan adalah administrasi. Untuk memperjelas pengertian manajemen, tampaknya perlu ada
penjelasan lain yang lebih bervariasi mengenai makna manajemen.

Manajemen Pendidikan dalam kamus bahasa Belanda-Indonesia disebutkan bahwa istilah


manajemen berasal dari administratie yang berarti tata-usaha. Dalam pengertian manajemen
tersebut, administrasi menunjuk pada pekerjaan tulis-menulis di kantor. Pengertian inilah yang
menyebabkan timbulnya contoh-contoh keluhan kelambatan manajemen yang sudah disinggung,
karena manajemen dibatasi lingkupnya sebagai pekerjaan tulis-menulis.

Selain itu, Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengelola. Pengelolaan
dilakukan melalui proses dan dikelola berdasarkan urutan dan fungsi-fungsi manajemen itu
sendiri. Manajemen adalah melakukan pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah atau
organisasi yang diantaranya adalah manusia, uang, metode, material, mesin dan pemasaran yang
dilakukan dengan sistematis dalam suatu proses.

Mulyani A. Nurhadi menekankan adanya ciri-ciri atau pengertian Manajemen Pendidikan


yang terkandung dalam definisi tersebut sebagai berikut :

1. Manajemen merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan yang dilakukan dari, oleh dan bagi
manusia.
2. Rangkaian kegiatan itu merupakan suatu proses pengelolaan dari suatu rangkaian kegiatan
pendidikan yang sifatnya kompleks dan unik yang berbeda dengan tujuan perusahaan untuk
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya ; tujuan kegiatan pendidikan ini tidak
terlepas dari tujuan pendidikan secara umum dan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
oleh suatu bangsa.
3. Proses pengelolaan itu dilakukan bersama oleh sekelompok manusia yang tergabung dalam
suatu organisasi sehingga kegiatannya harus dijaga agar tercipta kondisi kerja yang
harmonis tanpa mengorbankan unsur-unsur manusia yang terlibat dalam kegiatan
pendidikan itu.
4. Proses itu dilakukan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya,
yang dalam hal ini meliputi tujuan yang bersifat umum (skala tujuan umum) dan yang
diemban oleh tiap-tiap organisasi pendidikan (skala tujuan khusus).
c.Umpan Balik

Pembangunan Pendidikan Nasional Indonesia mendapat roh baru dalam pelaksanaanya sejak
disahkannya Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Selaras
dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional maka Visi pembangunan pendidikan
nasional adalah “Terwujudnya Manusia Indonesia Yang Cerdas, Produktif dan Berakhlak
Mulia“. Beberapa indikator yang menjadi tolak ukur keberhasilan dalam pembangunan
pendidikan nasional :

1) Sistem pendidikan yang efektif, efisien.


2) Pendidikan Nasional yang merata dan bermutu.
3) Peran serta masyarakat dalam pendidikan.

Permasalahan klasik di dunia pendidikan dan sampai saat ini belum ada langkah-langkah
strategis dari pemerintah untuk mengatasinya antara lain;

1) Kurangnya Pemerataan kesempatan pendidikan. Sebagian besar masyarakat merasa hanya


memperoleh kesempatan pendidikan masih terbatas di tingkat sekolah dasar.
2) Rendahnya tingkat relevansi pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja. Hal ini dapat dilihat
dari jumlah angka pengangguran yang semakin meningkat di Indonesia, yang kenyataanya
tidak hanya dipengaruhi oleh terbatasnya lapangan kerja. Namun adanya perbedaan yang
cukup besar antara hasil pendidikan dan kebutuhan kerja.
3) Rendahnya mutu pendidikan. Untuk indikator rendahnya mutu pendidikan dapat dilihat dari
tingkat prestasi siswa. Semisal kemampuan membaca, pelajaran IPA dan Matematika. Studi
The Third International Mathematic and Science Study Repeat TIMSS-R pada tahun 1999
menyebutkan bahwa diantara 38 negara prestasi siswa SMP Indonesia berada pada urutan 32
untuk IPA dan 34 untuk Matematika.

2. Permasalahan Pendidikan 2

a. Konsentrasi

Di era globalisasi saat ini, banyak sekali perubahan secara terus menerus dalam segala
bidang kehidupan. Kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh kualitas SDM bangsa
tersebut. Kualitas SDM tergantung pada tingkat pendidikan masing-masing individu pembentuk
bangsa. Pendidikan yang visioner, memiliki misi yang jelas akan menghasilkan keluaran yang
berkualitas. Dari sanalah pentingnya manajemen pendidikan diterapkan.

Manajemen pendidikan merupakan hal yang harus diprioritaskan untuk kelangsungan


pendidikan, sehingga menghasilkan keluaran yang diinginkan. Kenyataannya, banyak institusi
pendidikan yang belum memiliki manajemen yang bagus dalam pengelolaan pendidikannya.
Manajemen yang digunakan masih konvensional, sehingga kurang bisa menjawab tantangan
zaman dan terkesan tertinggal dari modernitas. Hal ini mengakibatkan sasaran-sasaran ideal
pendidikan yang seharusnya bisa dipenuhi ternyata tidak bisa diwujudkan. Parahnya, terkadang
para pengelola pendidikan tidak menyadari akan hal itu.

b.Teori dan Planning

Manajemen pendidikan merupakan suatu proses untuk mengkoordinasikan berbagai sumber


daya pendidikan seperti guru, sarana dan prasarana pendidikan seperti perpustakaan,
laboratorium, dsb untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan, yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Manajemen adalah penggunaan efektif sumber tenaga manusia dan bukan manusia serta
bahan-bahan materil lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan itu.
Manajemen sebagai suatu proses sosial, meletakkan bobotnya pada interaksi orang-orang, baik
orang-orang yang berada di dalam maupun di luar lembaga-lembaga formal, atau yang berada di
atas maupun di bawah posisi operasional seseorang. Selain itu juga manajemen pendidikan
merupakan alternatif strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Peningkatan kualitas pendidikan bukanlah tugas yang ringan, karena tidak hanya berkaitan
dengan permasalahan teknis, tetapi mencakup berbagai persoalan yang rumit dan kompleks,
sehingga menuntut manajemen pendidikan yang lebih baik. Sayangnya, selama ini aspek
manajemen pendidikan pada berbagai tingkat dan satuan pendidikan belum mendapat perhatian
yang serius, sehingga seluruh komponen sistem pendidikan kurang berfungsi dengan baik.
Lemahnya manajemen pendidikan juga memberikan dampak terhadap efisiensi internal
pendidikan yang terlihat dari jumlah peserta didik yang mengulang dan putus sekolah.

c.Umpan Balik

Untuk mewujudkan manajemen yang baik, setiap subjek manajemen harus menguasai apa
saja yang dibutuhkan dalam manajemen itu sendiri. Untuk mewujudkan manajemen yang baik,
subjek manajemen harus mengerti tentang organisasi, manajemen, kepemimpinan, analisis
SWOT manajemen pendidikan, analisis kebutuhan manajemen dan prediksi manajemen
pendidikan itu sendiri.

Organisasi, manajemen dan kebutuhan merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat
terpisahkan. Ketiganya harus saling mendukung dan mempengaruhi. Sedangkan analisis SWOT,
analisis kebutuhan dan prediksi manajemen dibutuhkan agar manajemen pendidikan yang
diharapkan dapat berjalan dengan baik.

3. Permasalahan Pendidikan 3

a. Konsentrasi
Mutu pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan kualitas sumber
daya manusia. Dalam pendidikan terjadi proses transformasi informasi dan pengetahuan yang
sistematis. Mutu pendidikan seringkali tertuju pada mutu lulusan, tetapi lulusan yang bermutu
tidak bisa tercapai apabila tidak melalui proses pendidikan yang bermutu pula.

Menurut Oemar Hamalik, pengertian mutu dapat dilihat dari dua sisi yaitu segi normatif dan
segi deskriptif. Dalam artian normatif, mutu ditentukan berdasarkan pertimbangan intrinsik dan
ekstrinsik. Berdasarkan kriteria intrinsik, mutu pendidikan merupakan produk pendidikan yakni
manusia yang terdidik sesuai dengan standar ideal. Berdasarkan kriteria ekstrinsik, pendidikan
merupakan instrument untuk mendidik dan tenaga kerja yang terlatih. Dalam artian deskriptif,
mutu ditentukan berdasarkan keadaan hasil tes prestasi belajar. Dzaujak Ahmad mengemukakak
bahwa mutu pendidikan adalah kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara operasional dan
efisien terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah sehingga menghasilkan
nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma/standar yang berlaku. Jadi, mutu
produk pendidikan akan dipengaruhi oleh kemampuan lembaga dalam mengelola seluruh potensi
secara optimal mulai dari tenaga kependidikan, peserta didik, proses pembelajaran, sarana
pendidikan, keuangan dan termasuk hubungannya dengan masyarakat sehingga dapat melahirkan
lulusan yang bermutu.

b.Teori dan Planning

Menurut Mulyadi (2010:36) Meningkatkan mutu lembaga pendidikan demi tercapainya


tujuan dan keberhasilan pendidikan nasional tentu bukanlah perkara yang mudah. Upaya ini
harus benar-benar mendapatkan dukungan sepenuhnya dari berbagai pihak, agar dalam proses
pelaksanaannya tidak tersendat-sendat dan keberhasilan dapat dicapai dengan mudah. Berbagai
partisipasi dari seluruh elemen terkait pun sangat diperlukan, dalam hal ini ialah pemerintah,
warga sekolah, orang tua siswa, tokoh agama dan seluruh tokoh masyarakat lah yang harus
berperan aktif dalam meningkatkan mutu lembaga pendidikan melalui kerja sama yang solid.
Partisipasi mereka sangat dibutuhkan dan menentukan, serta mendukung upaya peningkatan
mutu lembaga pendidikan di negara ini. Peran aktif dan partisipasi mereka di antaranya adalah
proses penentuan, penataan dan pengaplikasian manajemen yang digunakan dalam sebuah
lembaga pendidikan. Demi meningkatkan mutu lembaga pendidikan, hal yang tidak boleh
diabaikan adalah manajemen yang digunakan. Dan di sinilah peran-peran stake holders serta
share holders sangat menentukan.

Arcaro S. Jerome menyampaikan bahwa terdapat lima karakteristik sekolah yang bermutu
yaitu: 1) Fokus pada pelanggan 2) Keterlibatan total 3) Pengukuran 4) Komitmen 5) Perbaikan
berkelanjutan. Mutu pendidikan akan dipengaruhi oleh sejauh mana lembaga mampu mengelola
seluruh potensi secara optimal mulai dari tenaga kependidikan, peserta didik, proses
pembelajaran, sarana pendidikan, keuangan dan termasuk hubungannya dengan masyarakat.
Secara operasional, mutu ditentukan oleh dua faktor, yaitu terpenuhinya spesifikasi yang telah
ditentukan sebelumnya dan terpenuhinya spesifikasi yang diharapkan menurut tuntutan dan
kebutuhan pengguna jasa. Mutu yang pertama disebut quality in fact (mutu sesungguhnya) dan
yang kedua disebut quality in perception (mutu persepsi). Dalam penyelenggaraannya, quality in
fact merupakan profil lulusan institusi pendidikan yang sesuai dengan kualifikasi tujuan
pendidikan, yang berbentuk standar kemampuan dasar berupa kualifiaksi akademik minimal
yang dikuasai oleh peserta didik. Sedangkan quality in perception pendidikan adalah kepuasan
dan bertambahnya minat pelanggan eksternal terhadap lulusan institusi pendidikan (Hasan
Baharun, 2017).

c.Umpan Balik

Implikasi harapan yang tertuang dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor
20 tahun 2003 menuntut manusia berkualitas untuk senantiasa mampu memecahkan persoalan-
persoalan kebutuhan hidupnya secara mandiri yang dilandasai keimanan dan ketakwaan Tuhan
Yang Maha Esa serta mampu memberikan kontribusi dalam mewujudkan terciptanya masyarakat
yang adil dan sejahtera. Strategi yang paling tepat untuk membawa manusia agar mampu
menapak kualitas hidupnya dapat dilakukan dengan pendekatan pembinaan secara simuhan dan
profesional. Pada kesempatan ini, lembaga pendidikan harus mampu merubah paradigma baru
pendidikan yang berorientasi pada mutu semua aktifitas yang berinteraksi di dalamnya,
seluruhnya mengarah pencapaian pada mutu. Suryadi Poerwanegara menyampaikan ada enam
ungsur dasar yang mempengarui suatu produk yaitu:

1) Manusia
2) Metode

3) Mesin

4) Bahan

5) Ukuran

6) Evaluasi Berkelanjutan

4. Permasalahan Pendidikan 4

a. Konsentrasi

Perencanaan manajemen pendidikan pada hakekatnya merupakan proses kerja sama dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, sehingga keberadaannya menjadi
sangat penting dalam mengelola program pendidikan. Dengan adanya kerja sama diantara
personal lembaga pendidikan, maka akan memudahkan pelaksanaan kegiatannya. Demikian pula
dalam menempatkan seseorang disesuaikan dengan profesi dan keahliannya (the right man in the
right place). Sebagai contoh, pada jenjang pendidikan tinggi dosen mengampu mata kuliah yang
bukan keahliannya. Hal itu berarti manajemen pendidikan pada lembaga pendidikan itu
kinerjanya buruk, sehingga tujuan pendidikan tidak tercapai dengan baik. Dalam ruang lingkup
pendidikan manajemen lembaga pendidikan berdasarkan tinjauan beberapa aspek memberikan
gambaran bahwa manajemen lembaga pendidikan merupakan manajemen pada suatu institusi
pendidikan sebagai kegiatan utama yang membedakan satu institusi dengan institusi lain dalam
memenuhi pelayanan kepada manusia dalam bidang pendidikan.Dan pada hakekatnya objek
kajian manajemen lembaga pendidikan merupakan sistem organisasi pendidikan, yaitu satu
kesatuan utuh yang terdiri dari bagian-bagian yang tersusun secara sistematis, mempunyai
hubungan antara satu dengan lainnya sesuai konteksnya.

Peserta didik merupakan subyek pendidikan dimana semua aktifitas yang dilakukan
dilembaga pendidikan (sekolah) pada akhirnya bermuara. Sesuai dengan definisi peserta didik di
dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 1 dinyatakan bahwa peserta didik
adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Mengacu pada
pernyataan tersebut, dalam mencermati upaya pengembangan potensi diri, maka pendidikan yang
dilakukan juga hendaknya memperhatikan adanya ketidaksamaan potensi yang dimilikinya.
Pemahaman berbagai karakteristik subyek didik secara menyeluruh akan mengantarkan para
guru atau pendidik kepada pemahaman dan penghayatan secara mendalam tentang keperbedaan
individual subyek didik. Dengan demikian guru akan mampu menyelenggarakan proses
pembelajaran secara arif dan bijaksana tanpa mengenyampingkan keunikan dan potensi masing-
masing peserta didik .

Evaluasi manajemen pendidikan dapat ditinjau dari tujuan manajemen pendidikan yang tidak
akan lepas dari tujuan pendidikan nasional, yaitu  bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

b.Teori dan Planning

Tinjauan manajemen pendidikan dilihat dari bidang garapannya bertitik tolak pada aktifitas
“dapur inti” yaitu program pembelajaran di kelas, setidaknya ada 8 (delapan) bidang garapan
manajemen, meliputi manajemen peserta didik, manajemen kurikulum, manajemen personalia,
manajemen pembiayaan pendidikan, manajemen sarana dan prasarana, manajemen
ketatalaksanaan,manajemen organisasi dan manajemen humas. Di samping kedelapan bidang
garapan tersebut,ada unsur lain yang mempunyai fungsi membina dan mengendalikan masing-
masing atau pun keseluruhan bidang garapan manajemen tersebut yaitu supervisi pendidikan.
Pada pembahasan berikutnya yang menjadi sentral adalah ruang lingkup menurut bidang
garapan, sedangkan urutan kegiatan dan pelaksana secara implisit diintegrasikan pada setiap
bidang garapan tersebut. Urutan kegiatan yang dimaksudkan adalah adanya asumsi bahwa dalam
pengertian manajemen terkandung makna proses kegiatan yang berarti ada urutan kegiatan dari
awal sampai akhir. Proses kegiatan tersebut tidak lain adalah fungsi manajemen yang secara
umum diklasifikasikan menjadi tiga kegiatan, yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing) dan pengontrolan (controlling).

 Ruang Lingkup Manajemen Personalia Pendidikan


Pada dasarnya proses memenej personel khususnya di sekolah meliputi tahap-tahap:
Pengadaan (perekrutan), penempatan (penugasan), pemeliharaan, pembinaan dan
pengembangan, pemutusan hubungan kerja dan pensiun.

Tahap Pengadaan (Perekrutan) :Pada Proses aktifitas pengadaan personel atau perekrutan
dilakukan karena adanya formasi yang harus diisi. Formasi adalah susunan pegawai sesuai
dengan jumlah dan pangkat yang diperlukan untuk mampu melaksanakan tugas di suatu
lembaga.Adanya formasi bisa dikarenakan adanya tuntutan kebutuhan lembaga akibat
bertambahnya beban tugas dan atau terjadi mutasi personel.

Tahap Penempatan (Penugasan) : Prinsip dasar penempatan (penugasan) adalah kesesuaian


tugas dengan kemampuan yang dimiliki personel (the right man in the right place).Dalam tahap
ini dibutuhkan kecermatan dalam menempatkan dan menugaskan personel sesuai dengan latar
belakang pendidikan, kemampuan, pengalaman dan kesanggupannya.

Tahap Pemeliharaan Personel : Dalam tahap pemeliharaan personel sekolah ini memuat
tentang kewajiban dan hak personel yang mengacu pada UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 pasal
40 (ayat 1 dan 2), dinyatakan bahwa:

(1) Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban: a) menciptakan suasana pendidikan yang
bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. b) mempunyai komitmen secara
professional untuk meningkatkan mutu pendidikan. c) memberi teladan dan menjaga nama
baik lembaga profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
(2) Pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh: a) penghasilan dan jaminan
kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai. b) penghargaan sesuai dengan tugas dan
prestasi kerja. c) pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas. d)
perlindunganhukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil kekayaan intelektual. e)
kesempatan untuk menggunakan sarana dan prasarana serta fasilitas pendidikan untuk
menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.

Tahap Pembinaan (Pengembangan) Personel :Maksud pembinaan atau pengembangan


personel yaitu usaha-usaha yang dilakukan untuk memajukan dan meningkatkan mutu serta
efisiensi kerja semua tenaga personalia yang berada di lingkungan lembaga baik pendidik
maupun tenaga kependidikan yang lain.

Tahap Pemutusan Hubungan Kerja : Maksud pemutusan hubungan kerja adalah


pemberhentian seorang pegawai, sehingga yang bersangkutan kehilangan statusnya sebagai
pegawai.

Pengembangan manajemen pada instansi pendidikan :

Perencanaan :

Perencanaan pendidikan yang mencakup seluruh aspek yang terkait dengan proses
pembangunan pendidikan yang esensial, dalam koridor perencanaan pembangunan nasional,
dalam hal ini perencanaan pendidikan ada keterpaduan atau keterkaitan secara sistemik dengan
perencanaan pembangunan bidang ekonomi, politik, hukum dan sebagainya.Perencanaan
pendidikan komprehensif yaitu perencanaan pendidikan yang disusun secara sistematik, rasional,
objektif, yang menyangkut keseluruhan konsep penting dalam layanan pendidikan, sehingga
perencanaan itu memberikan suatu pemahaman yang lengkap atau sempurna tentang apa dan
bagaimana memberikan layanan pendidikan yang berkualitas.Perencanaan pendidikan strategik,
yaitu perencanaan pendidikan yang mengandung pokok-pokok perencanaan untuk menjawab
persoalan atau opini, atau isu mutakhir yang dihadapi oleh dunia pendidikan misalnya persoalan
yang dihadapi dunia pendidikan sekarang adalah masalah rendahnya kualitas guru.

Pelaksanaan :

Melaksanakan kajian terhadap sistem pendidikan dan komponen-komponennya. Perencanaan


berfungsi sebagai pemberi arah bagi terlaksananya aktivitas yang disusun secara komprehensif,
sistematis, dan transparan. Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang paling mungkin
untuk dilaksanakan. Melalui perencanaan dapat dijelaskan tujuan yang akan dicapai, ruang
lingkup pekerjaan yang akan dijalankan, orang-orang yang terlibat dalam pekerjaan itu, berbagai
sumber daya yang diperlukan, serta langkah-langkah dan metode kerja yang dipilih berdasarkan
urgensi dan prioritasnya. Semua itu menjadi arah dan panduan dalam mengorganisir unsur
manusia dalam pendidikan, pengerahan, dan pemanfaatan berbagai sumber daya guna
menunjang proses pencapaian tujuan dan dapat dijadikan sebagai alat pengendalian tentang
pencapaian tujuan. Kekeliruan dan kesalahan semestinya dapat dihindari dengan adanya rencana
yang komprehensif, terintergrasi, dan berdasarkan pada pemilihan strategi yang tepat. Ketepatan
dan keberhasilan dalam perencanaan menjadi barometer suksesnya pelaksanaan kegiatan dan
bermaknanya proses pengendalian kegiatan serta menjadi kunci bagi efisiensi pemanfaatan
berbagai sumber daya dan efektivitas dalam pencapaian tujuan.

Evaluasi:

Mengidentifikasi berbagai kebijakan terkait dengan sistem pendidikan.Mengevaluasi dan


mempertimbangkan berbagai alternatif metode pendidikan dan dalam kaitannya dengan masalah-
masalah khusus pendidikan; Mencermati masalah-masalah kritis yang memerlukan perhatian,
penelitian, dan pengembangan.Mengevaluasi keunggulan dan kelemahan sistem pendidikan yang
ada.

Faktor Pendukung :

Faktor yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan suatu sekolah, yaitu: 1) terkait dengan
pendidik dan tenaga kependidikan (strong eduational leadership); 2) terkait dengan kurikulum
(emphasis on acquiring basic skills); 3) terkait dengan konteks/ lingkungan (An orderly and
secure environment); 4) terkait dengan peserta didik (high expectations of pupil attainment) dan
5) terkait dengan proses pembelajaran (frequent assessment of pupil progress). Hal ini
menunjukkan bahwa keberhasilan suatu sekolah ditentukan oleh faktor pendidik dan tenaga
kependidikan, kurikulum, konteks/lingkungan, peserta didik dan proses pembelajaran.

c.Umpan Balik

Jika dilihat secara lebih khusus tujuan dari pelaksanaan manajemen pendidikan adalah
terciptanya sistem pengelolaan yang relevan, efektif dan efisien yang dapat dilaksanakan dengan
mencapai sasaran dengan suatu pola struktur organisasi pembagian tugas dan tanggungjawab
yang jelas antara pemimpin program, tenaga pelatih fasilitator, tenaga perpustakaan, tenaga
teknis lain, tenaga tata usaha dan tenaga pembina. Selain itu manajemen pendidikan bertujuan
untuk memperlancar pengelolaan program pendidikan dan keterlaksanaan proses pembelajaran
berdasarkan pendekatan cara belajar siswa aktif.
5. Permasalahan Pendidikan 5

a. Konsentrasi

Manajemen yang penting di sekolah adalah manajemen hubungan masyarakat (humas),


karena sekolah berada di tengah-tengah masyarakat dan selalu berhubungan dalam menjalin
kerja sama yang pedagogis dan sosiologis yang menguntungkan kedua bela pihak. Hubungan
masyarakat telah di fomulasikan dengan cara yang berbeda-beda tergantung pada lembaga atau
organisasi yang membuat formulasi tersebut.

Berangkat dari titik tolak pemikiran ini maka perlu ada pengaturan hubungan antara sekolah
dengan masyarakat. Piet A. Sahertian (1994 : 233) menjelaskan bahwa humas dengan sekolah
adalah salah satu bagian dari subtansi administrasi pendidikan sekolah. Dengan adanya
hubungan sekolah dengan masyarakat, sekolah dapat mengetahui sumber-sumber yang ada
dalam masyarakat yang kemudian di daya gunakan untuk kepentingan kemajuan pendidikan
anak di sekolah. Di pihak lain, masyarakat juga dapat mengambil manfaat dengan turut
mengenyam dan menyarap ilmu pengetahuan sekolah. Oleh karenanya masyarakat dapat
mengerti dan memahami tujuan pendidikan dan pelaksanaan yang berlangsung di sekolah
tersebut. Salah satu jalan masuk yang terdekat menuju peningkatan mutu dan relevansi adalah
demokratisasi, partisipasi dan akuntabilitas pendidikan. Kepala sekolah, guru dan masyrakat
adalah pelaku utama dan terdepan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah sehingga segala
keputusan mengenai penanganan persoalan pendidikan harus di hasilkan dari interaksi ketiga
pihak tersebut. Masyarakat adalah stakeholder pendidikan yang memiliki kepentingan akan
keberhasilan pendidikan di sekolah, karena mereka adalah pembayar pendidikan, baik melalui
uang sekolah maupun pajak, sehingga sekolah- sekolah seharusnya bertanggung jawab terhadap
masyarakat.
Manajemen hubungan masyarakat merupakan komunikasi dua arah antara organisasi dengan
publik (masyarakat) secara timbal balik dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan manajemen
dengan meningkatkan pembinaan kerja sama serta pemenuhan kepentingan bersama. Hubungan
masyarakat adalah fungsi manajemen yang berkelanjutan dan terarah lewat mana organisasi
lembaga pendidikan negeri maupun swasta,berusaha mempertahankan pengertian, simpati,dan
dukungan orang-orang yang mereka inginkan dengan menilaipendapat masyarakat di sekitar
mereka sendiri, untuk kemudian dihubungkan sejauh mungkin dengan karsa dan tingkah
lakunya, guna mencapai kerja sama lebih produktif dan lebih efisien untuk memenuhi
kepentingan mereka bersama, dengan suatu informasi yang direncanakan dan disebar luaskan.
Manajemen hubungan masyarakat dapat dilihat secara konseptual, dan unsur-unsurnya dalam
aktivitas atau kegiatan serta faktor-faktor yang mempengaruhi pengertian manajemen hubungan
masyarakat dalam suatu organisasi. Baik untuk tujuan komunikasi dua arah timbal-balik,
membangun hubungaan baik maupun komunikasi persuasive atau searah, yang pada akhirnya
bertujuan untuk membangun saling pengertian, menghargai, dukungan yang baik hingga
menciptakan citra positif. Hubungan masyarakat bukan sekedar katalisator organisasi, dalam
mana memacu reaksi tetapi tidak ikut bereaksi dalam urusan dari keseluruhan komposisi yang
ada. Banyak orang tidak menyadari hal tersebut, sehingga memposisikan humas sebagai bagian
organisasi yang berdiri sendiri, hidup sendiri, malahan tidak diberi akses untuk berhubungan
dengan bagian yang lain. Top manager seringkali melihat atau memposisikan humas sekedar
sebagai instrument, atau alat bagi organisasi bahkan individu-individu pemilik kehumasan.
Keadaan semacam ini mengakibatkan kefatalan ganda, yakni: disatu sisi institusi humas menjadi
buta, tidak mengetahui perkembangan yang terjadi dalam lingkungan internalnya, disisi lain
humas tidak mampu mengembangkan “analisis kritis”nya karena terpaksa atau dipaksa keadaan,
sehingga keberadaannya seperti tidak ada.

b.Teori dan Planning

 Manajemen Hubungan Masyarakat

Manajemen merupakan proses yang sistematis yang terdiri dari pelaksanan fungsi-fungsi
dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan melalui pendayagunaan sumber daya yang dimiliki baik itu berupa manusia
maupun sumber daya non manusia lainnya. Istilah manajemen jika dikaji lebih dalam itu
mengacu pada proses pelaksanaan aktivitas yang diselesaikan secara efisien dengan melalui
pendayagunaan orang lain agar mencapai tujuan secara efektif. Sebuah gambaran yang sederhana
namun cukup menjadi sebuah strategi untuk pemberdayaan seluruh potensi yang ada dalam suatu
lembaga yang pasti diarahkan untuk pencapaian tujuan-tujuan dari lembaga tersebut. Membahas
terkait humas pasti ingatan kita akan tertuju pada hal yang berhubungan dengan komunikasi,
konfrensi pers, informasi, public relation, dan semacamnya. Secara garis besar agar dapat
menyeimbangkan dan menyamakan visi lembaga pendidikan dengan masyarakat perlu adanya
pengelolaan hubungan antara lembaga dan masyarakatnya.
Hubungan masyarakat dalam dunia Pendidikan adalah salah satu bagian dari komponen
kegiatan manajerial lembaga pendidikan, yang berkaitan dengan terwujudnya kerjasama yang
harmonis antara pihak dari lembaga pendidikan dengan masyarakat sebagai salah satu yang
menjadi pengguna dari lulusannya. Karena salah satu tugas humas terhadap masyarakat adalah
membuat sebuah kepercayaan kepada lembaga pendidikan, yang tentu saja akan berdampak
positif seperti menambah perhatian dan kepedulian masyarakat terkait peningkatan kualitas
pendidikan, yang pada akhirnya dapat menunjang proses kegiatan belajar mengajar di lembaga
pendidikan yang bersangkutan. Dengan adanya manajemen humas, tentu kinerjanya dapat
membantu lembaga pendidikan baik dari dalam lembaga maupun dari luar lembaganya. Akan
tetapi, humas dalam sebuah lembaga tidak hanya bertugas untuk publisitas belaka, namun lebih
bersifat agar bagaimana pihak lembaga dapat membangun hubungan kerja sama dengan pihak-
pihak dari luar lembaga yang berupa networking. Yang mana hubungan kerja sama ini sangatlah
urgen untuk dilaksanakan terutama dengan kondisi zaman sekarang yang serba modern, dan
tetap bertujuan agar memudahkan dalam meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan di
sebuah lembaga pendidikan. Dalam konteks pendidikan ini humas atau public relation (PR)
adalah termasuk salah satu elemen yang penting dalam suatu lembaga pendidikan yang
berkembang maupun yang sudah maju. Sebab untuk menarik kepedulian dan partisipasi
masyarakat tidaklah mudah, karena persepsi setiap masyarakat terhadap lembaga pendidikan itu
berbeda, sehingga dengan adanya manajemen humas diharapkan semua kalangan masyarakat
ikut peduli dan berpartisipasi bahkan berkontribusi dalam upaya meningkatkan kualitas
pendidikan.
 Pengertian Lembaga Pendidikan Sekolah
Lembaga pendidikan adalah bagian-bagian dari sistem pendidikan, yang terdiri dari
beberapa unsur dan fungsi yang saling berkaitan. Sejak zaman pendidikan china kuno dan
yunani kuno telah di jumpai adanya sekolah sebagai lembaga pendidikan. Sekolah berasal dari
bahasa yunani schola yang artinya waktu senggang. Bangsa yunani kuno menggunakan waktu
senggangnya untuk berdiskusi guna menambah ilmu dan mencerdaskan akal. Dan kegiatan
tersebut di lakukan secara teratur dan terencana, dan akhirnya di bangunlah sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal yang bertugas untuk menambah ilmu pengetahuan dan kecerdasan
akal.
 Konsep Humas Dalam Mengembangkan Lembaga Pendidikan

Humas memiliki peran dalam sebuah lembaga terutama pendidikan, karena berhubungan
dengan fungsi-fungsi manajemen maupun tujuan utama yang ada pada lembaga pendidikan.
Fungsi yang paling mendasar tersebut merupakan proses untuk mencapai tujuan pokok dari
sebuah lembaga yang pada umumnya berkaitan dengan pemanfaatan berbagai macam sumber
daya yang dimiliki dan yang ada di lembaga tersebut. Sumber daya yang dimiliki oleh lembaga
yakni meliputi sumber daya manusia, sumber daya material, sumber daya sarana dan prasarana,
sumber pembiayaan untuk mencukupi biaya operasional, dan strategi dan metode yang
digunakan untuk menggerakan kelembagaan tersebut, serta lembaga pendidikan diharapkan
dapat mewujudkan kerjasama dengan pihak luar agar mudah mendapatkan kepercayaan,
perhatian, dan kepedulian masyarakat sehingga memudahkan dalam mengembangkan
pendidikan yang berkualitas.

Tahap mengembangkan kepedulian masyarakat dalam mengembangkan pendidikan yang


berkualitas, yaitu:
 Perencanaan:
1) Perencanaan pemasangan spanduk pendaftaran agar masyarakat tahu mengenai pendaftaran
siswa baru yang berkenaan dengan waktu, biaya, persyaratan-persyaratan yang harus di
penuhi.
2) Perencanaan mengadakan pertemuan wali/orang tua murid dengan guru dan pengurus
sekolah.
3) Perencanaan rapat koordinasi dalam mengesahkan anggaran pendapatan dan belanja
sekolah.
4) Perencanaan penyampaian informasi perkembangan siswa dan sekolah kepada orang
tua/wali siswa yang di laksanakan rutin setiap semesternya.
5) Merencanakan kerjasama dengan pihak luar agar mudah mendapatkan kepercayaan,
perhatian, dan kepedulian dari masyarakat.
6) Perencanaan program halal bi halal dengan keluarga besar sekolah.
7) Pelibatan komite sekolah dalam menyusun rencana program sekolah dan perencanaan
kegiatan pengumpulan zakat oleh sekolah.
 Pelaksanaan:
1) Pemasangan spanduk pendaftaran yang di lakukan oleh sekolah.
2) Pengesahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah
3) Kunjungan sosial terhadap orang tua yang mendapatkan musibah bersifar incidential
4) Kunjungan kelompok belajar di rumah siswa
5) Bakti sosial terhadap para keluaraga miskin yang dilakukan pada waktu hari-hari besar
agama atau hari-hari besar nasional.
6) Peringatan hari besar bersama masyarakat
7) Menyampaikan informasi siswa bermasalah pada orang tua siswa sesuai dengan kondisi
waktu yang di butuhkan.
 Evaluasi:
1) Evaluasi kegiatan yang di lakukan dalam membentuk kerjasama dengan pihak luar
2) Evaluasi setiap kegiatan yang dilakukan setiap hati ataupun yang di lakukan setiap semester
atau aktifitas yang di laksanakan
3) Evaluasi pembelajaran yang di berikan kepada siswa
4) Evaluasi laporan perkembangan yang di alami sekolah ataupun yang di alami siswa
5) Evaluasi mengenai perkembangan kerjasama terhadap pihak luar
 Faktor Pendukung
1) Kemampuan seorang pemimpin dalam mengkoordinir setiap personil agara dapat
menyelesaikan setiap pekerjaan sesuai jatwal yang telah di tetapkan dan mensinkron
dengan kegiatan-kegiatan lain.
2) Guru yang kreatif dan inovatif serta memiliki jiwa kepemimpinan yang bertanggung jawab
3) Tersedianya fasilitas yang menunjang
4) Keuangan yang mendukung seperti kegiatan memplubikasikan dengan melakukan promosi
atau menyampai kan informasi kepada pers.
5) Berjalan lancaranya kerjasama yang di lakukan dnega pihak lain di dalam lembaga maupun
di luar lembaga.
c.Umpan Balik
Dalam melakukan manajemen hubungan masyarakat dalam mengembangkan lembaga
pendidikan pasti terjadi hal yang tidak di inginkan, seperti :
1) Sulitnya siswa untuk fokus dan mengerti pelajaran yang di sampaikan oleh guru
2) Banyaknya tentangan yang di lakukan masyarakat pada awal kerjasama yang di lakukan
3) Minimnya partisipan pengorganisasian kegiatan
4) Minimnya minat siswa dlam melaksanakan keguatan
5) Kurangnya guru yang mampu mengarahkan siswa agar memiliki kompetensi di bidangnya
6) Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap kegiatan yang di lakukan oleh sekolah
7) Kurangnya respon dari orang tua terhadap laporan yang di lakukan oleh pihak sekolah
terhadap hasil atau penilaian siswa
8) Kurangnya minat orang tua terhadap kerjasama yang di anjurkan oleh pihak sekolah untuk
melakukan rapat orang tua di sekolah mengenai tingkahlaku siswa dan mengenai anggaran
dana yang akan di berikan oleh masyarakat.
Untuk itu hal yang perlu di lakukan adalah program humas harus dilaksanakan secara
harmonis, artinya lembaga dan masyarakat harus saling bekerjasama, bahu membahu, tolong
menolong untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah secara efektif dan efesien. Untuk
memperbaiki kinerha humas selama melaksanakan semua program humas, tentu di perlukan
evaluasi mengamati, mengoreksi dan menilai selama proses manajerial maupun pelaksanaan
program humas. Evaluasi yang di lakukan oleh orang banyak tentu akan lebih mudah
mendapatkan kritik, saran dan pendapat yang membangun untuk pengembangan kinerja
selanjutnya. Pelaksanaan kegiata yang di lakukan manajemen hubungan mesyarakat lebih padah
usaha menggiatkan program kerja yang melibatkan lebih banyak pratisipasi masyarakat untuk
terus aktif dan berpesan dalam meningkatkan mutu pendidikan dan untuk mencapai kesuksesan
program hubungan masyarakat di sekolah adalah tanggung jawab bersama kemauan setiap
personil yang telah di berikan tugas dalam melaksanakan kewajibannya. Dan yang paling
bertanggung jawab terhadap semua kegiatan pendidikan adalah pemimpin, seorang pemimpin
harus mampu memotivasi setiap anggotanya untuk bekerja keras dengan penuh semangat, agar
tujuan yang di harapkan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut dapat tercapai dengan hasil yang
memuaskan.

6. Permasalahan Pendidikan 6

a. Konsentrasi

Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari “school based management”.
Istilah ini pertama kali muncul di Amerika Serikat ketika masyarakat mulai mempertanyakan
relevansi pendidikan dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat setempat. Manajemen
berbasis sekolah merupakan paradigma baru pendidikan yang memberikan otonomi luas pada
tingkat sekolah (pelibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional.
Manajemen berbasis sekolah menuntut partisipasi lebih besar dari staf dan para orang tua dalam
proses pembuatan kebijakan dan keputusan sekolah. menurut ketentuan, keputusan-keputusan
dibuat secara kolektif dan kolegial oleh para stakeholder yang relevan, bukan oleh kepala
sekolah secara individual dan wakilnya.

Dalam konteks manajemen berbasis sekolah terdapat beberapa kesempatan bagi peningkatan
profesionalisme staf dan kerjasama staf-orangtua dalam pendidikan siswa. Menurut pendapat
Selamet P.H, dalam buku karangan mulyono istilah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) berasal
dari tiga kata, yaitu manajemen, berbasis dan sekolah. Manajemen berarti pengkoordinasian
Penerapan manajemen dalam pendidikan sangat penting, karena pendidikan merupakan
kebutuhan dasar manusia, bahkan merupakan salah satu dinamisator pembangunan itu sendiri,
sehingga dapat dikatakan manajemen pendidikan merupakan sub sistem dari manajemen
pembangunan nasional.

Banyak manfaat yang telah dapat dirasakan baik oleh pemerintah daerah maupun pihak
sekolah yang secara langsung menjadi sasaran pelaksanaan. Hal ini karena dalam melaksanakan
program-program ini diterapkan prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah (MBS), mulai dari
proses perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan proses pelaporan dan umpan baliknya. Dengan
kata lain program-program yang dilaksanakan menganut prinsip-prinsip demokratis, transparan,
profesional dan akuntabel.

Melalui pelaksanaan program ini para pengelola pendidikan di sekolah termasuk kepala
sekolah, guru, komite sekolah dan tokoh masyarakat setempat dilibatkan secara aktif dalam
setiap tahapan kegiatan. Disinilah proses pembelajaran itu berlangsung dan semua pihak saling
memberikan kekuatan untuk memberikan yang terbaik bagi kemajuan sekolah.
b.Teori dan Planning

Manajemen sekolah pada hakikatnya mempunyai pengertian yang sama dengan manajemen
pendidikan. Namun, manajemen pendidikan mempunyai jangkauan yang lebih luas daripada
manajemen sekolah. Menurut Rohiat (2009: 14), manajemen sekolah adalah melakukan
pengelolaan sumber daya yang dimiliki sekolah. Hal ini berarti manajemen sekolah sebagai
pengelolaan sekolah yang dilakukan dengan dan melalui sumber daya yang dimiliki sekolah
untuk mencapai tujuan sekolah. Manajemen pendidikan umumnya dan manajemen sekolah
khususnya merupakan pengelolaan institusi (sekolah) yang dilakukan dengan dan melalui
pendidik dan tenaga kependidikan untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien.

Dalam sistem otonomi pendidikan, di mana dalam penerapannya menggunakan Manajemen


Berbasis Sekolah, pendidikan tidak dikendalikan secara hirarkis vertikal oleh pejabat, akan tetapi
lebih menggunakan paradigma heterarkis dengan pengendalian oleh "dewan pengedali" yang
unsur-unsurnya dapat terdiri dari jenis:

(1) kepala sekolah,

(2) unsur guru

(3) unsur siswa

(4) unsur orang tua

(5) unsur masyarakat

(6) unsur lain yang dianggap perlu.

Dewan pengendali ini bertugas merumuskan apa yang dibutuhkan siswa, apa yang dibutuhkan
orang tua dan masyarakat dan apa yang dibutuhkan oleh sekolah di jenjang atasnya, serta
kebutuhan yang dianggap perlu.
c.Umpan Balik
Penerapan Manajemen Pendidikan di Indonesia memiliki dua hal yang harus diperhatikan
berkaitan dengan dunia pendidikan, yakni evaluasi pendidikan, dan pemikiran untuk
memfungsikan pendidikan di Indonesia. Dari dua hal ini ketika kita tarik kedalam menejemen
pendidikan yang berjalan di Indonesia, ada beberapa fenomena menarik yang sangat menonjol
dewasa ini, diantaranya ialah :

a) pendidikan kita tidak mendewasakan anak didik,

b) pendidikan kita telah kehilangan objektivitasnya,

c) pendidikan kita tidak menumbuhkan pola berfikir,

d) pendidikan kita tidak menghasilkan manusia terdidik,

e) pendidikan kita dirasa membelenggu,

f) pendidikan kita belum mampu membangun individu belajar,

g) pendidikan kita dirasa linier-indroktinatif,

h) pendidikan kita belum mampu menghasilkan kemandirian, dan

i) pendidikan kita belum mampu memberdayakan dan membudayakan

peserta didik.

Fenomena tersebut di atas, itu semua adalah tentang evaluasi dari pendidikan kita yang ada
sekarang ini. Sedangkan pemikiran untuk memfungsikan pendidikan di Indonesia dirasa selain
merupakan tuntutan kebutuhan di atas, juga dibutuhkan adanya :

(1) “peace education” pendidikan yang damai / menyejukkan;

(2) pendidikan yang mampu membangun kehidupan demokratik;

(3) pendidikan yang mampu menumbuhkan semangat menjunjung tinggi

HAM,
(4) pendidikan yang mampu membangun keutuhan pribadi manusia

berbudaya.

Dari persoalan tersebut diatas, jelas bahwa dunia pendidikan kita masih jauh dari nilai-nilai
yang ingin dicapai. Apa yang salah dari ini semua? Sebuah pertanyaan yang mungkin akan kita
jawab bersama sebagai manusia yang peduli terhadap dunia pendidikan. Kalau kita cermati lebih
jauh, apa yang telah diperbuat oleh lembaga pendidikan dewasa ini - yang telah dengan susah
payah menerapkan berbagai teori manajemen pendidikan yang cocok untuk mencapai tujuan
pendidikan yang diharapkan – masih jauh dari harapan yang sebenarnya.

BAB III
SOLUSI DAN PEMBAHASAN
A. Pembahasan Isi Jurnal
1. Solusi dan Pembahasan Pendidikan 1
a. Gagasan
1. Strategi Pendidikan nasional

Untuk mengantisipasi permasalahan pada pembangunan jangka panjang kedua ini


pemerintah melalui kebijakan pembangunan pendidikan antara lain :

1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang


bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya manusia Indonesia
berkualitas tinggi dengan peningkatan anggaran pendidikan secara berarti.
2. Meningkatkan kemampuan akademik dan profesional serta meningkatkan jaminan
kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga tenaga pendidik mampu berfungsi secara
optimal terutama dalam peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat
mengembalikan wibawa lembaga dan tenaga kependidikan.
3. Melakukan pembaharuan sistem pendidikan termasuk pembaharuan kurikulum, berupa
diversifikasi kurikulum untuk melayani keberagaman peserta didik, penyusunan kurikulum
yang berlaku nasional dan lokal sesuai dengan kepentingan setempat, serta diversifikasi jenis
pendidikan secara profesional.
4. Memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah sebagai pusat
pembudayaan nilai, sikap, dan kemampuan, serta meningkatkan partisipasi keluarga dan
masyarakat yang didukung oleh sarana dan prasarana memadai.
5. Melakukan pembaharuan dan pemantapan sistem pendidikan nasional berdasarkan prinsip
desentralisasi, otonomi keilmuan dan manajemen.
6. Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh masyarakat
maupun pemerintah untuk memantapkan sistem pendidikan yang efektif dan efisien dalam
menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
7. Mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara terarah, terpadu dan
menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh komponen bangsa agar
generasi muda dapat berkembang secara optimal disertai dengan hak dukungan dan
lindungan sesuai dengan potensinya.
8. Meningkatkan penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi, termasuk teknologi bangsa sendiri dalam dunia usaha, terutama usaha kecil,
menengah, dan koperasi guna meningkatkan daya saing produk yang berbasis sumber daya
lokal.

Kemudian kebijakan tersebut dituangkan ke dalam program-program pembagunan antara


lain :

a. Program Pendidikan Dasar dan Prasekolah


b. Program Pendidikan Menengah
c. Program Pendidikan Tinggi
d. Program Pembinaan Pendidikan Luar Sekolah
e. Program Sinkronisasi dan Koordinasi Pembangunan Pendidikan Nasional
f. Program Penelitian, Peningkatan Kapasitas, dan Pengembangan Kemampuan Sumber Daya
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
g. Program Peningkatan Kemandirian dan Keunggulan Iptek
b.Pembahasan

Luther Gulick dalam T. Hani Handoko, mendefinisikan manajemen sebagai suatu bidang
ilmu pengetahuan (science) yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan
bagaimana manusia bekerja sama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerjasama ini
lebih bermanfaat bagi kemanusiaan.

Manajemen dapat berarti pencapaian tujuan melalui pelaksanaan fungsi-fungsi tertentu, tetapi
dalam hal ini belum ada persamaan pendapat dari para ahli manajemen tentang apa fungsi-fungsi
itu. Salah satu klasifikasi paling awal dari fungsi-fungsi manajerial dibuat oleh Henry Fayol,
yang menyatakan bahwa perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian pemberian perintah
dan pengawasan adalah fungsi-fungsi utama. Berikut ini akan digambarkan beberapa pendapat
tentang fungsi-fungsi yang dilaksanakan manajer dalam proses manajemen.

Sekolah dapat menjadi efektif dan sekaligus menjadi efesien. Sekolah efektif karena
pencapaian hasil yang baik, sedangkan sekolah yang efesien ialah penggunaan sumber daya yang
hemat. Untuk mengetahui indikator prestasi pelajar dapat dilihat antara lain dari absensi
(kehadiran), tingkah laku di sekolah, laporan kejahatan/penyimpangan, dan hasil ujian negara.
Sekolah yang unggul tersebut adalah sekolah yang efektif dan efesien dengan menjanjikan
lulusan yang terbaik, keunggulannya secara kompetitif dan komparatif. Keunggulan kompetitif
dimiliki antar lulusan sejenis dalam jurusan yang sama, sedangkan komparatif antar lulusan
berbeda dari satu sekolah dengan sekolah lain.

Usaha – usaha untuk meningkatkan efektivitas sekolah dalam konteks pentingnya sekolah
efektif sebagai sebuah gerakan menuju mutu terpadu sebagaimana dikemukakan Edmonds dalam
Beare, dkk (1989:47 ) yaitu :

a. Efektivitas sekolah adalah tentang sekolah.


b. Sekolah yang efektif berimplikasi terhadap keberadaan pengukuran hasil mengenai standar
skor prestasi dalam membaca dan matematika.
c. Sekolah efektif juga memusatkan terhadap 8 produktivitas, efesiensi dan akuntabilitas.
d. Menentukan reaksi dalam membuat tujuan program dalam kehidupan kelas sosial, dan
e. Sekolah efektif biasanya melibatkan beberapa jenis evaluasi dan riview. Gerakan sekolah
efektif berjalan dengan resiko dalam pengawasan, khususnya manajemen dan pengaruh
politik. Terutama dalam menentukan bentuk kurikulum untuk anak-anak di sekolah.

2). Solusi dan Pembahasan Pendidikan 2


a. Gagasan

Dalam perkembangannya, manajemen pendidikan memerlukan Good Management Practice


untuk pengelolaannya. Tetapi pada prakteknya, ini masih merupakan suatu hal yang elusif.
Banyak penyelenggara pendidikan yang beranggapan bahwa hal tersebut bukanlah suatu hal
yang penting. Maka dari itu perkembangan manajemen pendidikan harus menyesuaikan dengan
zaman yang ada, sehingga instansi pendidikan dapt menggunakan manajemen pendidikan yang
sesuai dengan zamannya.

b.Pembahasan

Manajemen dapat diterapkan di berbagai bentuk organisasi, termasuk lembaga pendidikan.


Pada hakikatnya seluruh organisasi memiliki normanya sendiri dalam menerapkan manajemen
sebagai sistem yang menjalankan roda organisasi. Oleh sebab itu jenis-jenis manajemen dapat
dilihat dari berbagai sudut pandang. Menurut Made Pidarta sebagai sebuah sistem, lembaga
pendidikan merupakan kajian ilmu manajemen yang apabila dilihat dalam perspektif tujuannya,
terdiri atas beberapa sudut pandang, yaitu sebagai berikut :

1. Manajemen berdasarkan sasaran atau tujuan yang hendak dicapai.


2. Manajemen berdasarkan struktur.
3. Manajemen berdasarkan teknik.
4. Manajemen berdasarkan personil organisasi.
5. Manajemen berdasarkan informasi.

Manajemen pendidikan memerlukan sumber daya manusia yang baik dan berkualitas , oleh
karena itu pelaksanaan manajemen pendidikan di sekolah di kelola langsung oleh kepala sekolah.
Menurut Wahjosumidjo dalam Aedi Nur, (2016 :34) kepala sekolah adalah tenaga fungsional
guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah,tempat diselenggarakan proses belajar
mengajar atau tempat terjadinya interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid
menerima pelajaran. Sedangkan dalam peraturan pemerintah No 28 tahun 1990 tentang
pendidikan Dasar pasal 12 ayat (1) yang berbunyi bahwa “ kepala sekolah bertanggung jawab
atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan
lainya dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana. “

Berdasarkan penjelasan tersebut kepala sekolah sangat berpengaruh dalam menciptakan


sekolah yang berkualitas. Aedi Nur (2016:1) mengemukakan bahwa Sekolah yang unggul adalah
sekolah yang menunjukan tingkat keefektifan tinggi dalam artian sekolah dapat mencapai visi,
misi serta tujuanya diwujudkan dalam aktivitas sekolah yang efektif dengan adanya daya dukung
tinggi dari seluruh komponen sekolah. Daya dukung ini salah satunya ditunjukan dari performa
kerja kepala sekolah yang mampu mengelola sumberdaya manusianya serta performa kerja
seluruh tenaga pendidik dan tenaga kependidikanya yang bekerja secara profesional. Dalam
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 1992 pasal 3ayat 3 dijelaskan bahwa “pengelola satuan
pendidikan terdiri atas kepala sekolah, direktur, ketua, rektor dan pimpinan satuan pendidikan
luar sekolah”. Kepala sekolah sebagai salah satu pengelola satuan pendidikan juga disebut
sebagai administrator, dan disebut juga sebagai manajer pendidikan.

Kepala sekolah memiliki posisi strategis dalam mengkoordinasikan upaya bersama dalam
mencapai tujuan pendidikan pada sekolah yang dipimpin.Tetapi kepala sekolah bukan
merupakan satu-satunya yang bertanggung jawab dalam upaya pencapaian tujuan tersebut karena
masih banyak faktor –faktor yang dibutuhkan untuk memenuhi tanggung jawab tersebut seperti
para guru, staf karyawan sekolah , peserta didik dan lingkungan dalam proses pembelajaran.

Kepemimpinan kepala sekolah seyogyanya dapat memerikan pengaruh dalam menciptakan


iklim kerja dan hubungan kondusif serta harmonis antar sumberdaya manusia disekitarnya. Oleh
karena itu kemampuan, keahlian, kecakapan dalam memimpin sangatlah penting untuk dimiliki
seorang kepala sekolah demi menciptakan manajemen pendidikan yang efektif guna mencapai
tujuan pendidikan. Demi mencapai tujuan pendidikan tersebut tidak hanya membutuhkan
kecakapan kepala sekolah dalam mengelola sumberdaya manusia disekolahnya tetapi juga
membutuhkan peran tenaga pendidik yaitu guru yang dapat berinteraksi langsung dengan peserta
didik. Kinerja guru yang baik akan menentukan kualitas pembelajaran yang diciptakan dan
menjadi tolak ukur terhadap tinggi rendahnya mutu pendidikan.

Dalam UU RI No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa “guru adalah
pendidik professional dengan tugas utama ,mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Berdasarkan pernyataan diatas bahwa guru
memiliki peranan strategis dalam proses pembelajaran yang tidak hanya mengenai penyaluran
ilmu saja tetapi juga pembentukan karakter peserta didik. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
kualitas pendidikan dapat ditentukan oleh kualitas dan mutu guru tersebut. Karena guru
merupakan ujung tombak dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia yang masih
rendah.

Pendidikan di Indonesia masih dikatakan rendah yaitu menduduki urutan ke 57 dari 65


negara menurut World Education Ranking yang diterbitkan oleh Organization For Economic
Cooperation And Development pada tahun 2016. Rendahnya kualitas guru disebabkan karena
kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya
sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003,yaitu merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan Penelitian dan pengabdian
masyarakat. Kenyataan yang terlihat bahwa kondisi pendidikan saat ini memiliki masalah serius
diberbagai jenjang pendidikan,baik pendidikan formal maupun non formal sehingga dapat
menghambat penyedian sumber daya manusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk
memenuhi pembangunan bangsa diberbagai bidang. Pemerintah telah berupaya meningkatkan
kualitas pendidikan dengan berbagai cara dan ragam kegiatan .Salah satu upaya untuk melihat
adanya kemampuan professional dan akademik yang memadai dari seorang guru adalah dengan
program sertifikasi dan uji kompetensi guru (UKG). Di Kabupaten Blora guru yang sudah
bersertifikasi sekitar 6000 guru dengan dana yang sudah dikeluarkan sebanyak 60 miliar. Namun
dengan adanya sertifikasi tersebut tidak menjamin kinerja guru sudah memenuhi profesionalitas.

Meskipun pemerintah telah berupaya untuk mensejahterakan guru melalui sertifikasi pada
kenyataanya pelaksanaan sertifikasi guru hasilnya belum bermutu. Tetapi bukan berarti program
tersebut harus dihentikan dan ditentang pelaksananya, sebaliknya program tersebut harus tetap
berjalan dan dievaluasi agar lebih baik lagi demi meningkatkan kualitas guru. PKG sangat
diperlukan dalam kaitanya sertifikasi guru yang dilanjutkan dengan pengembangan keprofesian
berkelanjutan (PKB) sehingga terbangun perubahan berkesinambungan yang dimulai dari
perubahan pola pikir guru tersebut diharapkan dapat menjadi titik tolak peningkatan kualitas
pendidikan.

3). Solusi dan Pembahasan Pendidikan 3


a. Gagasan

Dalam mengantisipasi keadaan-keadaan yang terjadi yaitu dengan memperkuat kemampuan


bersaing di berbagai bidang dengan pengembangan SDM Dalam upaya peningkatan SDM,
peranan pendidikan sangat signifikan. Oleh karena itu sangat penting bagi pembangunan
nasional untuk memfokuskan peningkatan mutu pendidikan. Pendidikan yang bermutu akan
diperoleh pada madrasah yang bermutu, dan madrasah yang bermutu akan menghasilkan SDM
yang bermutu pula. Berkaitan dengan peningkatan mutu bahwa 85% dari masalah-masalah mutu
terletak pada manajemen (pengelolaan), oleh sebab itu sejak dini manajemen haruslah
dilaksanakan seefektif dan seefisien mungkin. Salah satu bentuk manajemen yang berhasil
dimanfaatkan dalam dunia industri dan bisa diadaptasi dalam dunia pendidikan adalah TQM
(Total Quality Management) pada sistem pendidikan yang sering disebut sebagai: Total Quality
Management in Education (TQME). Dengan manajemen, manusia mampu mengenali
kemampuannya berikut kelebihannya serta kekurangannya. Begitu juga dalam dimensi
pendidikan Islam manajemen telah menjadi sebuah istilah yang tak dapat dihindari demi
tercapainya suatu tujuan. Untuk mencapai tujuannya, maka pendidikan Islam mesti dan harus
mempunyai manajemen yang baik dan terarah.

b.Pembahasan

Dalam rangka pengembangan mutu pendidikan, maka memerlukan partisipasi aktif dan
dinamis dari orang tua, siswa, guru dan staf lainnya termasuk institusi yang mempunyai
kepedulian terhadap pendidikan. Pada hakekatnya tujuan institusi pendidikan adalah untuk
menciptakan dan mempertahankan kepuasan para pelanggan dan dalam Total Quality
Management (TQM) kepuasan pelanggan ditentukan oleh stakeholder lembaga pendidikan
tersebut. Oleh karena hanya dengan memahami proses dan kepuasan pelanggan maka organisasi
dapat menyadari dan menghargai kualitas. Semua usaha/manajemen dalam TQM harus
diarahkan pada suatu tujuan utama, yaitu kepuasan pelanggan, apa yang dilakukan manajemen
tidak ada gunanya bila tidak melahirkan kepuasan pelanggan.

Kerjasama tim merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya meningkatkan mutu
Pendidikan. Tim adalah sekelompok orang bekerja secara bersama-sama dan mempunyai tujuan
bersama yaitu untuk memberikan kepuasan kepada seluruh stakeholders. Kerja tim dalam sebuah
organisasi merupakan komponen penting dalam TQM, mengingat kerja tim akan meningkatkan
kepercayaan diri, komunikasi dan mengembangkan kemandirian. Kerjasama tim dalam
menangani proyek perbaikan atau pengembangan mutu pendidikan merupakan salah satu bagian
dari pemberdayaan (empowerment) pegawai dan kelompok kerjanya dengan pemberian
tanggungjawab yang lebih besar. Eksistensi kerjasama dalam sebuah lembaga pendidikan
madrasah sebagai modal utama dalam meraih mutu dan kepuasan stakeholders melalui proses
perbaikan mutu secara berkesinambungan.

Guru, staf dan setiap orang yang bekerja dalam masing-masing institusi turut memberikan
jasa kepada para kolega mereka adalah pelanggan internal. Hubungan internal yang kurang baik
akan menghalangi perkembangan sebuah institusi sekolah dan akhirnya membuat pelanggan
eksternal menderita. Salah satu tujuan TQM adalah untuk merubah sebuah institusi sekolah
manjadi sebuah tim yang ikhlas, tanpa konflik, dan kompetisi internal, untuk meraih sebuah
tujuan tunggal yaitu memuaskan seluruh pelanggan. Penting melibatkan siswa dalam proses
pembuatan keputusan seperti dalam penyusunan kurikulum dan hal-hal yang berkenaan dengan
desain materi pembelajaran. Sebuah lingkungan kelas yang memberi otonomi atau keleluasaan
bagi siswa mempunyai kaitan erat dengan kemampuan siswa dalam berekspresi, kreatif
menunjukkan kemampuan diri belajar secara konseptual dan senang terhadap tantangan.

Keterlibatan orang tua dalam proses pendidikan anak di sekolah merupakan hal yang penting
dilakukan oleh institusi pendidikan dan inilah salah satu unsur penting dalam Total Quality
Management (TQM). Peran orang tua dalam pembentukan motivasi dan penguasaan diri anak
sejak dini merupakan modal besar bagi kesuksesan anak di sekolah. Peran orang tua adalah
mendukung perkembangan intelektual anak dan kesuksesan akademik anak dengan memberi
mereka kesempatan dan akses ke sumber-sumber pendidikan seperti jenis sekolah yang dimasuki
anak atau akses ke perpustakaan, multi media seperti internet dan televisi pendidikan. Orang tua
juga dapat membentuk perkembangan kognitif anak dan pencapaian akademik secara langsung
dengan cara terlibat langsung dalam aktivitas pendidikan mereka. Orang tua juga mengajarkan
anak norma dalam berhubungan dengan orang dewasa dan teman sebaya yang relevan dengan
suasana kelas. Dengan demikian, instansi pendidikan dapat menghasilkan lulusan yang bermutu
sehingga mutu suatu instansi pendidikan dapat berkembang dan semakin meningkat.

4). Solusi dan Pembahasan Pendidikan 4


a. Gagasan

Dalam mengantisipasi keadaaan-keadaan yang terjadi yaitu dengan meningkatkan


Keterampilan Teknik (Technical Skills), yang merupakan kemampuan untuk menggunakan alat-
alat, prosedur, teknik suatu bidang khusus; Ahli bedah, Teknik, Pemusik, Akuntan.
Meningkatkan Keterampilan Manusiawi (Human Skills), yang merupakan kemampuan untuk
bekerja dengan orang lain, memahami orang lain dan mendorong orang lain baik sebagai
perorangan maupun kelompok. Meningkatkan Keterampilan Konseptual (Conceptual Skills),
merupakan kemampuan mental untuk mengkoordinasi dan memadukan semua kepentingan dan
kegiatan organisasi yang meliputi melihat organisasi secara keseluruhan; danmemahami
perubahan pada setiap bagian yang dapat mempengaruhi organisasi.

b.Pembahasan

Manajemen pendidikan pada dasarnya adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan melalui
pengolahan bidang-bidang pendidikan. Bidang garapan manajemen pendidikan meliputi semua
kegiatan yang menjadi saran penunjang proses belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan.

Menurut Baharuddin (2010: 55) ruang lingkup manajemen pendidikan antara lain sebagai
berikut:

1. Manajemen Kurikulum.Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan


mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran dalam mencapai tujuan pendidikan secara efektif
dan efisien.
2. Manajemen Personalia.Manajemen personalia adalah serangkaian proses kerja sama mulai
dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dalam bidang personalia
dengan mendayagunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien sehingga semua
personil sekolah menyumbang secara optimal bagi pencapaian tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan.
3. Manajemen Peserta Didik. Manajemen peserta didik merupakan upaya penataan peserta
didik mulai dari masuk sampai dengan mereka lulus sekolah, dengan cara memberikan
layanan sebaik mungkin pada peserta didik (Baharuddin, 2010: 67). Tujuan manajemen
peserta didik adalah mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar kegiatan tersebut
menunjang proses pembelajaran sehingga dapat berjalan lancar, tertib dan teratur serta dapat
memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan yang ditetapkan.
4. Manajemen Sarana dan Prasarana.Manajemen sarana dan prasarana merupakan suatu
kegiatan bagaimana mengatur dan mengelola sarana dan prasarana pendidikan secara efisien
dan efektif dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
5. Manajemen Keuangan/Pembiayaan. Manajemen keuangan/pembiayaan adalah serangkaian
kegiatan perencanaan, melaksanakan dan mengavaluasi serta mempertanggungjawabkan
pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah (Mulyasa, 2005: 47).
Pengelolaan keuangan yang baik dalam lembaga akan meningkatkan efisiensi
penyelenggaraan pendidikan. Dengan tersedianya biaya, pencapaian tujuan pendidikan yang
lebih produktif, efektif, efisien dan relevan memungkinkan kebutuhan akan segera terwujud.
6. Manajemen Administrasi. Administrasi dalam perspektif manajemen dipandang mempunyai
peran penting sebagai “prevoyange” atau kemampuan melihat masa depan. Hal ini berarti
administrasi dinilai mampu melihat keadaan masa yang akan datang dan mempunyai
kesiapan untuk menghadapinya. Wujud dari hubungan administrasi dengan manajemen
pendidikan tampak pada aktivitas kepala sekolah sebagai pembuat keputusan dan
penanggung jawab penuh atas keputusan/kebijakan yang dibuatnya.
7. Manajemen Humas Humas merupakan fungsi manajemen yang diadakan untuk menilai dan
menyimpulkan sikap-sikap publik, menyesuaikan policy dan prosedur instansi atau
organisasi untuk mendapatkan pengertian dan dukungan masyarakat
5). Solusi dan Pembahasan Pendidikan 5
a. Gagasan

Untuk mengatasi berbagai macam hal yang akan terjadi dalam menjalankan manajemen
hubungan masyarakat dalam mengembangkan lembaga pendidikan kita dapat menerapkan
fungsi-fingsi humas yang cukup relevan dalam menghadapi perubahan zaman, yaitu dengan:

1) Mampu sebagai motivator dalam menyampaikan komunikasi secara langsung


(komunikasi tatap muka) dan tidak langsung (melalui media pers) kepada pimpinan
lembaga dan publik intern (dosen/guru, karyawan, dan mahasiswa/siswa).
2) Mendukung dan menunjang kegiatan-kegitan yang berkaitan dengan mempublikasi
lembaga pendidikan. Dalam hal ini humas bertindak sebagai pengelola informasi
kepada publik intern dan publik ekstern, seperti: menyampaikan informasi kepada
pers dan promosi.
3) Menciptakan suatu citra yang positif terhadap lembaga pendidikannya.
Sedangkan untuk menunjang keberhasilan dalam mencapai tujuan utama lembaga
pendidikan, dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak lain baik di dalam lembaga maupun di
luar lembaga tersebut. Dengan demikian pihak humas dalam lembaga pendidikan harus
berfungsi sedemikian rupa agar dapat meningkatkan mutu serta relevansi dan efisiensi sebuah
lembaga pendidikan agar siap dan mudah dalam mengahadapi tantangan dan tuntutan
perubahan kehidupan. Sehingga diperlukan pembaharuan pendidikan dibidang hubungan
lembaga dengan masyarakatnya agar lebih terencana dan terarah, serta berkesinambungan
dalam upaya mewujudkannya.
b.Pembahasan
Seorang kepala sekolah sebagai pemimpin merupakan pengelola dan pengendali utama
dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditargetkan, bahkan dalam mengembangkan lembaga
pendidikan seorang pemimpin menjadi faktor penentu keberhasilan dari pengembangan
lembaga tersebut. Di sekolah ini kepala sekolah juga memberikan ruang gerak yang bebas
namun tetap dalam prosedur yang telah ditentukan dalam mengembangkan pribadi dari setiap
pihak yang memiliki tanggung jawab dan kepentingan dalam mengurus dan mengelola
hubungan lembaga dengan masyarakatnya. Persoalan ini sesuai dengan temuan lain yang
mengemukakan bahwa pihak humas memang seharusnya memiliki kemampuan untuk dapat
menjalin komunikasi dan kerjasama yang baik dan harmonis dengan masyarakat, agar tercipta
pandangan yang positif dari masyarakat terhadap kondisi lembaga maupun pendidikannya.
Dengan demikian baik kepala sekolah maupun waka humas di lembaga pendidikan tidak
terlepas dari prinsip-prinsip komunikasi yang efektif dalam hubungannya dengan masyarakat
agar mudah menyelesaikan persoalan yang di hadapi:
1) Prinsip human relations dalam komunikasi dengan sesama manusia. Manusia memang tidak
dapat terlepas dari interaksi dengan sesama melalui kegiatan berkomunikasi.
2) Prinsip komunikasi interpersonal. Komunikasi ini yang diciptakan bersifat dua arah dan
dialogis. Komunikasi tersebut merupakan salah satu prinsip humas dalam membentuk
pribadi manusia sebagai pihak yang mewakili lembaganya dengan masyarakat sebagai
pemakai.
3) Prinsip gaya partisipatif dilakukan untuk menggali aspirasi.
4) Prinsip persuasif. Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan pempengaruhi orang lain.
Untuk mempersuasif orang lain pemimpin harus bisa dipercayai, karena kejujuran,
objektivitas, lebih memikirkan pihak lain, lebih memberi dan memperhatikan pelayanan,
menunjukan profesionalitas, luas pandangan dan supel, sehingga menyebabkan
pemimpin tersebut berpengaruh terhadap bawahan maupun teman kerja.
5) Prinsip informatif.
6) Prinsip pembinaan hubungan. Dalam hal ini harus memiliki kreatifitas dan inovasi dalam
membina hubungan masyarakat.

Dengan adanya humas dalam sebuah lembaga pendidikan sangat dibutuhkan dalam rangka
mempertahankan eksistensi kelembagaan, karena sebagian besar masyarakat memandang semua
lembaga pendidikan sebagai lembaga yang kompeten dalam bidang pendidikan bagi generasi
penerus mereka. dalam prosesnya betul-betul mengimplementasikan prinsip partisipasi
masyarakat, sebab mereka menganggap masyarakat juga memegang dan menentukan kualitas
dalam mengembangkan lembaga pendidikannya. Dan dengan semakin tingginya tingkat
partisipasi, semakin besar pula rasa memiliki dan tanggungjawab terhadap lembaga
pendidikannya dan pada akhirnya semakin besar pula loyalitas yang dimiliki terhdap
lembaganya. Perlunya menerapkan prinsip untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam
bidang pendidikan. Sehingga mengharapkan lembaga pendidikan yang mampu berkomunikasi
secara aktif dengan masyarakat. Adanya partisipasi publik internal maupun eksternal dalam
mewujudkan lembaga pendidikan yang berkualitas perlu dimaksimalkan.
Upaya-upaya humas dalam peningkatan partipasi masyarakat terhadap keberhasilan
pengembangan pendidikan di sekolah, diantaranya :

1) Menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan Orang Tua dan Masyarakat.
2) Melakukan sosialisasi
3) Kerja sama dengan instansi lain

6). Solusi dan Pembahasan Pendidikan 6


a. Gagasan

Untuk mengatasi permasalahan manajemen berbasis sekolah sebagai berikut :


1. Memberdayakan komite sekolah/majelis madrasah dalam peningkatan mutu pemelajaran di
sekolah. Unsur pemerintah Kab/Kota dalam hal ini instansi yang terkait antara lain Dinas
Pendidikan, Badan Perencanaan Kab/Kota, Departemen Agama (yang menangani
pendidikan MI, MTs dan MA), Dewan Pendidikan Kab/Kota terutama membantu dalam
mengkoordinasikan dan membuat jaringan kerja (akses) ke dalam siklus kegiatan
pemerintahan dan pembangunan pada umumnya dalam bidang pendidikan.
2. Memberdayakan tenaga kependidikan, baik tenaga pengajar (guru), kepala sekolah, petugas
bimbingan dan penyuluhan (BP) maupun staf kantor, pejabat-pejabat di tingkat kecamatan,
unsur komite sekolah tentang Manajemen Berbasis Sekolah, pembelajaran yang bermutu
dan peran serta masyarakat.
3. Mengadakan pelatihan dan pendampingan sistematis bagi para kepala sekolah, guru, unsur
komite sekolah pada pelaksanaan peningkatan mutu pembelajaran.
4. Melakukan supervisi dan monitoring yang sistematis dan konsisten terhadap pelaksanaan
kegiatan pembelajaran di sekolah agar diketahui berbagai kendala dan masalah yang
dihadapi, serta segera dapat diberikan solusi/pemecahan masalah yang diperlukan.
5. Mengelola kegiatan yang bersifat bantuan langsung bagi setiap sekolah untuk peningkatan
mutu pembelajaran, Rehabilitasi/Pembangunan sarana dan prasarana Pendidikan, dengan
membentuk Tim yang sifatnya khusus untuk menangani dan sekaligus melakukan dukungan
dan pengawasan terhadap Tim bentukan sebagai pelaksana kegiatan tersebut.
Faktor Pendukung Keberhasilan Manajemen Berbasis Sekolah

1. Kepemimpinan dan manajemen sekolah yang baik

MBS akan berhasli jika ditopang oleh kemampuan professional kepala sekolah atau
madrasah dalam memimpin dan mengelola sekolah atau madrasah secara efektif dan efisien,
serta mampu menciptakan iklim organisasi yang kondusif untuk proses belajar mengajar.

2. Kondisi social, ekonomi dan apresiasi masyarakat terhadap pendidikan

Faktor eksternala yang akan turut menentukan keberhasilan MBS adalah kondisi tingkat
pendidikan orangtua siswa dan masyarakat, kemampuan dalam membiayai pendidikan, serta
tingkat apresiasi dalam mendorong anak untuk terus belajar.

3. Dukungan pemerintah

Faktor ini sangat membantu efektifitas implementasi MBS terutama bagi sekolah atau
madrasah yang kemampuan orangtua/ masyarakatnya relative belum siap memberikan kontribusi
terhadap penyelenggaraan pendidikan. alokasi dana pemerintah dan pemberian kewenangan
dalam pengelolaan sekolah atau madrasah menjadi penentu keberhasilan.

4. Profesionalisme

Faktor ini sangat strategis dalam upaya menentukan mutu dan kinerja sekolah atau
madrasah. Tanpa profesionalisme kepala sekolah atau madrasah, guru, dan pengawas, akan sulit
dicapai program MBS yang bermutu tinggi serta prestasi siswa.

b.Pembahasan

Manajemen pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerja sama yang sistematis
dan koprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional, sementara manajemen
berbasis sekolah sebagaimana yang diungkapkan oleh E. Mulyasa adalah pemberian otonomi
luas pada tingkat sekolah agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana dengan
mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tangap terhadap kebutuhan
setempat.
Komponen-Komponen Sekolah
1) Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran

Pengembangan kurikulum agar efektif dan program pengajaran dapat terjamin, maka kepala
sekolah sebagai pengelola program pengajaran bersama dengan guru-guru harus menjabarkan isi
kurikulum secara jelas dan terperinci dengan memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:

a) Tujuan yang dikehendaki harus jelas, makin operasional tujuan yang dirumuskan, maka makin
mudah terlihat dan makin tepat program-program yang dikembangkan untuk mencapai
tujuan.

b) Program harus sederhana dan fleksibel

c) Program-program yang disusun dan dikembangkan harus sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.

d) Program yang dikembangkan harus menyeluruh dan harus jelas pencapaiannya.

e) Harus ada koordinasi antar komponen pelaksana program di sekolah.

Jadi, yang dimaksud dengan manajemen kurikulum dan program pengajaran dalam
manajemen berbasis sekolah adalah kewenangan sekolah untuk mengatur, mengelola kurikulum
dan program pengajaran untuk disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan sekolah.
2) Manajemen Tenaga Kependidikan

Manajemen tenaga kependidikan atau manajemen personalia pendidikan bertujuan untuk


mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efesien untuk mencapai hasil yang
optimal. Manajemen personalia dilaksanakan oleh seorang manajer agar kinerja mereka dapat
dipertahankan dan semakin meningkat.

Kualitas program pendidikan tidak hanya tergantung pada konsep-konsep yang cerdas, akan
tetapi juga pada personil pengajar yang mempunyai keinginan dan kesanggupan untuk
berprestasi. Manajemen tenaga kependidikan mencakup: (1) perencanaan pegawai, (2)
pengadaan pegawai, (3) pembinaan dan pengembangan pegawai, (4) promosi dan mutasi, (5)
pemberhentian pegawai, (6) konpensasi, dan (7) penilaian pegawai.
Dalam kaitannya dengan manajemen tenaga kependidikan tugas kepala sekolah sebagai top
manajer di sekolah bukanlah pekerjaan yang mudah. Karena selain dia mengusahakan
tercapainya tujuan sekolah tetapi sesorang kepala sekolah juga harus memikirkan tujuan tenaga
kependidikan secara pribadi. Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut untuk mengerjakan
instrumen pengelolaan tenaga kependidikan untuk membantu terlaksananya Manajemen Berbasis
Sekolah yang dipimpinnya.
3) Manajemen Kesiswaan 

Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan
dengan peserta didik, mulai masuk sampai keluarnya peserta didik dari sekolah.

Dalam pelaksanaan menjemen kesiswaan sebagai kepala sekolah setidaknya ada tiga hal
yang perlu diperhatikan, yaitu: menerima siswa baru, kegiatan kemajuan belajar, serta bimbingan
dan pembinaan disiplin.

4) Manajemen Keuangan

Komponen keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah merupakan salah satu komponen
produksi yang menentukan kesuksesan dalam pelaksanaan kegiatan bejalar mengajar. Oleh
karena itu, dalam manajemen keuangan haruslah memperhatikan komponen utama manajemen,
meliputi: (1) prosedur anggaran; (2) prosedur akuntansi keuangan; (3) pembelajaran,
pergudangan, dan prosedur pendistribusian; (4) prosedur investasi; dan (5) prosedur pemeriksaan

5) Manajemen Sarana dan Prasarana

Pelaksanaan manajemen sarana dan prasarana yang baik di sekolah yaitu yang menciptakan
sekolah yang bersih, rapi, dan indah sehingga menciptakan situasi dan kondisi yang
menyenangkan bagi warga sekolah. Selain itu dengan tersedianya perlengkapan dan fasilitas
belajar yang memadai di sekolah diharapkan akan semakin meningkatkan semangat dan kualitas
pendidikan di sekolah. Karena manajemen sarana dan prasarana pendidikan dapat memberikan
konstribusi secara optimal pada jalannya proses belajar mengajar    

6) Manajemen Hubungan Masyarakat


Hubungan sekolah dengan masyarakat ini pada hakekatnya adalah suatu sarana yang cukup
mempunyai peranan yang menentukan dalam rangka usaha dalam pembinaan pertumbuhan dan
perkembangan siswa di sekolah. Hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan antara lain
untuk memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan anak, memperkokoh tujuan serta
meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat dan menggairahkan masyarakat untuk
menjalin hubungan dengan sekolah.       

7) Manajemen Layanan Khusus

Layanan khusus ini diberikan sekolah kepada para siswanya dengan tujuan agar dengan
tersedianya beberapa layanan ini akan menambah semangat dan motivasi belajar yang pada
akhirnya akan mendorong peningkatan prestasi belajarnya. Jadi, yang dimaksud manajemen
layana khusus adalah kewenangan sekolah untuk memberikan berbagai layanan khusus kepada
siswanya untuk menambah semangat dan motivasi belajar siswa dalam meningkatkan prestasi
belajar.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sekolah sebagai lembaga pendidikan dalam model manajemen berbasis sekolah memiliki
fungsi dan peran yang sangat besar. Otonomi pendidikan merupakan suatu bentuk baru yang
harus di kembangkan oleh sekolah. Masalah keuangan, kegiatan atau program, sarana prasarana,
dan seluruh komponen penunjang, merupakan tanggung jawab sekolah. Sekolah bukan lagi
sebagai pelaksana, melainkan juga perencana, pelaksana, dan pengontrol. Bersama masyarakat,
sekolah mempunyai hak yang sangat luas untuk mengendalikan laju pendidikan yang ada di
bawah kekuasaannya. MBS memberi peluang bagi kepala sekolah, guru, dan peserta didik untuk
melakukan inovasi dan improvisasi di sekolah, berkaitan dengan masalah kurikulum,
pembelajaran, manajerial dan lain sebagainya yang tumbuh dari aktivitas, kreativitas, dan
profesionalisme yang dimiliki. Pelibatan masyarakat dalam dewan sekolah dibawah monitoring
pemerintah, mendorong sekolah untuk lebih terbuka, demokratis, dan bertanggung jawab.
Pemberian kebebasan yang lebih luas memberi kemungkinan kepada sekolah untuk dapat
menemukan jati dirinya dalam membina peserta didik, guru, dan petugas lain yang ada di
lingkungan sekolah. Manajemen Berbasis Sekolah secara konsepsional akan membawa dampak
terhadap peningkatan kinerja sekolah dalam hal mutu, efesiensi manajemen keuangan,
pemerataan kesempatan dan pencapaian tujuan politik (perkembangan iklim demokrasi) suatu
bangsa lewat perubahan kebijakan desentralisasi di berbagai aspek seperti politik, edukatif,
administrative, dan anggaran pendidikan. MBS selain akan meningkatkan kualitas belajar
mengajar dan efesiensi operasional pendidikan, juga meningkatkan tujuan politik terutama iklim
demokratisasi di sekolah.
Dalam penerapan MBS, kekuatan kepemimpinan tim sangat menentukan. Perencanaan dan
manajemen tim mencakup orang tua siswa, guru, administrator dan profesional lainnya di
sekolah, dan kepala sekolah melayani kepemimpinan tim. Dalam hal ini tim adalah
bertanggungjawab bagi pendayagunaan masukan dari seluruh warga sekolah yang digunakan
untuk menciptakan rencana dan sasaran peningkatan sekolah.

B. Rekomendasi

1.Rekomendasi Permasalahan Pendidikan 1

a. Seluruh stakeholder yang terlibat dan bertanggung jawab terhadap sistem dan proses
pendidikan di Indonesia seharusnya mengetahui dan memahami seutuhnya tentang
manajemen pendidikan mengingat pentingnya manajemen pendidikan dalam
keberhasilan pendidikan.
b. Manajemen pendidikan di masa depan hendaknya dilakukan dengan melakukan usaha
bersama secara kolektif, efektif dan efisien serta melakukan manajemen kurikulum
dengan baik dan benar, sehingga tujuan dan cita-cita pendidikan bisa terwujud.

2.Rekomendasi Permasalahan Pendidikan 2

Diharapkan manajemen pendidikan di Indonesia dapat terus berkembang dan ditingkatkan


seiiring dengan berubahnya zaman. Dan juga untuk para pendidik dan kepala sekolah agar dapat
melakukan manajemen pendidikan yang sesuai dengan institut pendidikan yang dijalankan guna
memenuhi tujuan pendidikan di Indonesia.

3.Rekomendasi Permasalahan Pendidikan 3

Masih banyak kita dapati kelemahan dalam pengelolaan manajemen intansi pendidikan yang
menyangkut Quality Planning, Quality Control, dan Quality Inprovement. Akibatnya, instansi
pendidikan tidak menjadi semakin dekat dengan keinginan stakeholdernya tapi semakin jauh
bahkan ditinggalkan. Untuk itu perlu bahkan harus madrasah kita selalu melakukan Scool
Review, Continous Improvement dan Quality Control.

4.Rekomendasi Permasalahan Pendidikan 4

Seperti yang kita ketahui masih banyak kelemahan dalam pengelolaan manajemen intansi
pendidikan yang menyangkut ruang lingkup pendidikan.

a. Bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan:Pendidik dan tenaga kependidikan


diharapkan mampu memahami visi dan misi dengan baik agaryang dilakukan
sesuai dengan visi dan misidan tenaga kependidikan diharapkan profesional dan
memiliki komitmen serta tanggung jawab yang kuat terhadap perbaikan kualitas
pendidikan.
b. Bagi Kepala Sekolah:Kepala sekolah diharapkan dapat melaksanakan supervisi,
mengetahui kesempatan yangsesuai dengan yangdiharapkan demi kemajuan proses
pendidikan.
c. Komite Sekolah:Komite sekolah lebih berperan serta secara aktif untuk
mendukung peningkatan pelayanan pendidikan bagi peserta didik dengan
melibatkan semua elemen untuk memberikan pendukung baik yang berwujud
finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan.

5.Rekomendasi Permasalahan Pendidikan 5

Bagi perangkat sekolah ataupun siswa yang ada di sekolah di harapkan untuk bekerjasama
untuk membangun ketertiban dengan masyarakat seta untuk memperlancar kegiatan yang di
selenggarakan oleh masyarakat ataupun oleh sekolah tersebut. Semakin banyak partisipan yang
ikut dalam lembaga sekolah dan semakin besar peran manajemen hubungan masyarakat terhadap
perkembangan pendidikan di sekolah tersebut. Kerjasama yang diperlukan untuk memperlancar
jalannya suatu acara iitu sangat penting karena yang berperan penting dalam kasus ini adalah
masyarakat dan warga sekolah untuk menciptakan lingkungan yang mendukung berkembangnya
pendidikan tersebut bagi masyarakat maupun bagi siswa dan perangkat sekolah.

6.Rekomendasi Permasalahan Pendidikan 6

Seluruh stakeholder yang terlibat dan bertanggung jawab terhadap sistem dan proses
pendidikan di Indonesia  seharusnya mengetahui dan memahami seutuhnya tentang manajemen
pendidikan mengingat pentingnya manajemen pendidikan dalam keberhasilan Pendidikan.
Manajemen pendidikan di masa depan hendaknya dilakukan dengan melakukan usaha bersama
secara kolektif, efektif dan efisien serta melakukan manajemen kurikulum dengan baik dan
benar, sehingga tujuan dan cita-cita pendidikan bisa terwujud.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, S. (2017131-151). Manajemen Hubungan Masyarakat dalam Meningkatkan Partisipasi
Masyarakat Sekitar di MA At-Tahzib Kekait Gunungsari. Jurnal Penelitian Keislaman.
Arikuntoi, S., & Yuliana, L. (2008). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media.
B, S. (2004). Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
B, S. (n.d.). Manajemen Pendidikan di Sekolah.
Engkoswara, H., & Komariah, A. (2011). Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
F, N. (2008). Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan dalam Perspektif Manajemen Berbasis
Sekolah di MTS Negeri Babat Lamongan. Malang: UIN Malang.
Farikhah, S. (2015). Manajemen Lembaga Pendidikan. Temanggung: Aswaja Pressindo.
Irawan, E., & Prasetia, I. (2020). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Jurnal Pendidikan
Dasar, Menengah dan Tinggi.
Kompri. (n.d.). Manajemen Pendidikan I. Bandung: Alfabeta.
Kristiawan, M. d. (2017). Manajemen Pendidikan . Yogyakarta: Deepublish.
Kurniawan, S. (2017). Pengembangan Manajemen Mutu Pendidikan Islam di Madrasah . Jurnal
Al-Tanzim, 25-36.
M, S. (2017). Analisis Manajemen Humas dalam Upaya Meningkatkan Partisipasi Masyarakat
terhadap lembaga Pendidikan. Jpurnal of Islamic Education Management, 117-126.
Moedjiarto. (2003). Manajemen Sekolah Unggul. Jakarta : Duta Graha Pustaka.
Mukhtar, Rusmini, & Samsu. (2003). Sekolah Berprestasi. Jakarta: Nimas Multima.
Mulyasa. (2005). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Mustari, M. (n.d.). Manajemen Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
N, M. (2019). Manajemen Hubungan Masyarakat dalam Mengembangkan :embaga Pendidikan .
Manajemen Pendidikan Islam, 121-139.

Anda mungkin juga menyukai