Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PEMBELAJARAN IPS ABK


DisusunUntukMemenuhiTugas Mata KuliahPembelajaran IPS ABK
Dosenpengampu :YuniTanjungUtami, M.Pd

DISUSUN OLEH :
Kelompok 5:

AnisaKurniasih (2287190009)
ThusyaMaulda R (2287190011)
Soleha (2287190017)
Gabriel Kennedy Simbolon (2287190024)
Putri Indah Septiani (2287190052)

PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur sepenuhnya hanya untuk Allah
Swt., yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan
penulisan makalah ini. Dan salawat beserta salam buat junjungan nabi Muhammad Saw.,
beliau merupakan suri tauladan yang telah berhasil menegakkan kalimat tauhid di muka bumi
ini hingga perjuangan terakhir.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing Mata
KuliahPembelajaran IPS ABKyang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk
menyelesaikan penulisan makalah guna memenuhi tugas yang telah dibagikan.
Kemudian penulis juga merasakan masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan
dalam penulisan makalah ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca seluruhnya, terutama dari Dosen Pengampu agar tercipta
kesempurnaan terhadap penulisan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Serang, 04 September 2020

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1
B. Rumusan Penulisan Masalah...........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan Masalah..............................................................................................2
D. Manfaat Penulisan Masalah............................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI............................................................................................................3
A. Definisi Pendidikan IPS..................................................................................................3
B. Paradigma IPS.................................................................................................................4
C. Karakteristik Pendidikan IPS..........................................................................................4
D. Hakekat Pendidikan IPS..................................................................................................6
E. Fungsi Pendidikan IPS....................................................................................................6
F. Tujuan Pendidikan IPS....................................................................................................7
BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................................9
A. Konsep Pendidikan Global dalam pembelajaran IPS......................................................9
B. Materi Pendidikan Global.............................................................................................12
C. Kajian Masalah dan Isu-isu Global...............................................................................15
D. Kajian Sejarah Hubungan Antara Bangsa dan Saling Ketergantungan........................17
BAB IV PENUTUP.................................................................................................................20
A. Kesimpulan...................................................................................................................20
B. Saran..............................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................21

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu
sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan
disajikan secara ilmiah dan pedagogik/psikologis untuk tujuan pendidikan.
Pendidikan IPS sebagai mata pelajaran diterapkan dalam kurikulum di sekolah mulai
jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), hingga Sekolah
Menengah Atas/Kejuruan (SMA/SMK). Pendidikan IPS di jenjang persekolahan erat
kaitannya dengan disiplin ilmu sosial yang terintegrasi dengan pengetahuan lain yang
dikemas secara ilmiah dan pedagogis untuk kepentingan pembelajaran.

IPS di sekolah pada dasarnya bertujuan mempersiapkan peserta didik sebagai


warga negara yang baik (good citizenship). Sebagai warga negara yang baik, peserta
didik harus menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai
(attitude dan values) yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah pribadi
maupun sosial serta dapat mengambil keputusan untuk berpartisipasi dalam kegiatan
masyarakat di tingkat lokal, regional, maupun global.

Sejak tahun 1970-an, Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial mulai dikenal di


Indonesia sebagai hasil kesepakatan komunitas akademik. Pengertian IPS dalam
istilah asing lebih dikenal dengan nama Social Studies. Pengertian social studies yang
paling berpengaruh hingga akhir abad ke-20 adalah definisi yang dikemukakan Edgar
Wesley pada tahun 1937. Wesley mengatakan bahwa "Pendidikan IPS adalah ilmu
sosial yang disederhanakan untuk tujuan-tujuan pedagogi." Di Indonesia,
perkembangan social studies atau IPS tidak lepas dari peranan Profesor Muhamad
Nu'man Somantri yang merumuskan definisi Pendidikan IPS yang disampaikan dalam
forum Komunikasi II Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia
(HISPISI)

B. Rumusan Penulisan Masalah


1. Bagaimana Konsep pendidikan Global dalam Pembelajaran IPS?

1
2. Bagaimana Materi Pendidikan Global?
3. Bagaimana Kajian Masalah dan Isu-isu Global?
4. Bagaimana Kajian Sejarah Hubungan Antar Bangsa dan Saling
Ketergantungan?

C. Tujuan Penulisan Masalah


1. Untuk mengetahui Konsep pendidikan Global dalam Pembelajaran IPS!
2. Untuk mengetahui Materi Pendidikan Global!
3. Untuk mengetahui Kajian Masalah dan Isu-isu Global!
4. Untuk mengetahui Kajian Sejarah Hubungan Antar Bangsa dan Saling
Ketergantungan!

D. Manfaat Penulisan Masalah


Adapun manfaat penulisan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat bagi mahasiswa, makalah ini bermanfaat untuk mendapatkan nilai dari
Dosen, menambah sumber pengetahuan, dan melatih otak untuk berpikir kritis.
2. Manfaat bagi Dosen, laporan ini bermanfaat untuk mengukur kemampuan
menulis dan melihat sejauh mana pemahaman mahasiswa mengenai mata kuliah
Pembelajaran IPS ABK yang sudah di ajarkan kepada mahasiswa pada saat Mata
Kuliah berlangsung.

2
BAB II KAJIAN TEORI

A. Definisi Pendidikan IPS


Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-
ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan
disajikan secara ilmiah dan pedagogik/psikologis untuk tujuan pendidikan.
Pendidikan IPS sebagai mata pelajaran diterapkan dalam kurikulum di sekolah
mulai jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),
hingga Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/SMK). Pendidikan IPS di
jenjang persekolahan erat kaitannya dengan disiplin ilmu sosial yang terintegrasi
dengan pengetahuan lain yang dikemas secara ilmiah dan pedagogis untuk
kepentingan pembelajaran.

IPS di sekolah pada dasarnya bertujuan mempersiapkan peserta didik


sebagai warga negara yang baik (good citizenship). Sebagai warga negara yang
baik, peserta didik harus menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan
(skills), sikap dan nilai (attitude dan values) yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah pribadi maupun sosial serta dapat mengambil keputusan
untuk berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat di tingkat lokal, regional, maupun
global.

Sejak tahun 1970-an, Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial mulai dikenal di


Indonesia sebagai hasil kesepakatan komunitas akademik. Pengertian IPS dalam
istilah asing lebih dikenal dengan nama Social Studies. Pengertian social
studies yang paling berpengaruh hingga akhir abad ke-20 adalah definisi yang
dikemukakan Edgar Wesley pada tahun 1937. Wesley mengatakan bahwa
"Pendidikan IPS adalah ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan-tujuan
pedagogi." Di Indonesia, perkembangan social studies atau IPS tidak lepas dari
peranan Profesor Muhamad Nu'man Somantri yang merumuskan definisi
Pendidikan IPS yang disampaikan dalam forum Komunikasi II Himpunan Sarjana
Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia (HISPISI).

3
B. Paradigma IPS
Istilah “Paradigma” pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan
terutama dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan. Secara terminologis
tokoh yang mengembangkan istilah tersebut dalam dunia ilmu pengetahuan adalah
Thomas S. Khun dalam bukunya yang berjudul The Structurre of Scientific
Revolution (1970 : 49). Inti sari pengertian paradigma adalah suatu asumsi-asumsi
dasar dan asumsi-asumsi teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai),
sehingga merupakan suatu sumber hukum-hukum, metode, serta penerapan dalam
ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu
pengetahuan itu sendiri.
Paradigma IPS  adalah model atau kerangka berpikir pengembangan IPS yang
diwacanakan dalam kurikulum pada sistem pendidikan Indonesia, dan IPS
merupakan studi yang mempelajari tentang masyarakat atau manusia, dan
merupakan ilmu pengetahuan sosial yang diambil dari ilmu sosial. Ada tiga istilah
yang termasuk bidang pengetahuan sosial, yaitu: Ilmu Sosial ( Social Sciences ),
Studi Sosial ( Social Studies ), dan Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ). Selain istilah
tersebut ada juga istilah yang kadang-kadang digunakan dalam menyebut bidang
studi IPS, yaitu: Social Education dan Social Learning, yang menurut Cheppy
kedua istilah tersebut lebih menitik beratkan kepada berbagai pengalaman
disekolah yang dipandang dapat membantu anak didik untuk lebih mampu bergaul
di tengah-tengah masyarakat.

C. Karakteristik Pendidikan IPS


Pendidikan IPS merupakan gabungan ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi atau
terpadu. Pengertian terpadu, bahwa bahan atau materi IPS diambil dari Ilmu-ilmu
Sosial yang dipadukan dan tidak terpisah-pisah dalam kotak disiplin ilmu (Lili M
Sadeli, 1986:21). Berikut ini dikemukakan karakteristik IPS dilihat dari materi dan
strategi penyampaiannya.
1. Materi IPS
Mempelajari IPS pada hakekatnya adalah menelaah interaksi antara
individu dan masyarakat dengan lingkungan (fisik dan social-budaya). Materi
IPS digali dari segala aspek kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh
karena itu, pengajaran IPS yang melupakan masyarakat sebagai sumber dan

4
objeknya merupakan suatu bidang ilmu yang tidak berpijak pada kenyataan.
Menurut Mulyono Tjokrodikaryo, (1986:21) ada 5 macam sumber materi IPS
antara lain:
a. Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak
dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas
negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya.
b. Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan,
keagamaan, produksi, komunikasi, transportasi.
c. Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan
antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat
sampai yang terjauh.
d. Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah
yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh,
tentang tokohtokoh dan kejadian-kejadian yang besar.
e. Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan,
pakaian, permainan, keluarga.
Dengan demikian masyarakat dan lingkungannya, selain menjadi sumber
materi IPS sekaligus juga menjadi laboratoriumnya. Pengetahuan konsep,
teori-teori IPS yang diperoleh anak di dalam kelas dapat dicocokkan dan
dicobakan sekaligus diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari di
masyarakat.

2. Strategi Penyampaian Pengajaran IPS


Strategi penyampaian pengajaran IPS, sebagaian besar adalah didasarkan
pada suatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan: anak (diri sendiri),
keluarga, masyarakat/tetangga, kota, region, negara, dan dunia. Tipe
kurikulum seperti ini disebut “The Wedining Horizon or Expanding
Enviroment Curriculum” (Mukminan, 1996:5).
Tipe kurikulum tersebut, didasarkan pada asumsi bahwa anak pertama-
tama dikenalkan atau perlu memperoleh konsep yang berhubungan dengan
lingkungan terdekat atau diri sendiri. Selanjutnya secara bertahap dan
sistematis bergerak dalam lingkungan konsentrasi keluar dari lingkaran
tersebut, kemudian mengembangkan kemampuannya untuk menghadapai
unsur-unsur dunia yang lebih luas.
5
D. Hakekat Pendidikan IPS
Hakikat Pendidikan Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) adalah kajian tentang
manusia dan lingkungannya dimana kehidupan manusia merupakan suatu
dinamika yang tidak pernah berhenti dan selalu aktif. Dinamika yang
menggabungkan manusia dengan sesamanya dan dengan lingkungannya sebagai
ungkapan jiwa bahwa manusia sebagai makhluk yang berakal budi dan juga
sebagai makhluk sosial.

Pada dasarnya, hakikat manusia itulah yang membedakan manusia dengan


makhluk lainnya. Manusia bukan hanya sebagai makhluk biologis, melainkan juga
sebagai makhluk yang berinteraksi dengan aspek sosial, budaya, ekonomi, politik,
hukum, dan sebagainya. Aspek-aspek tersebut menghasilkan ilmu pengetahuan
sosial (IPS) dan berkembang menjadi disiplin ilmu sesuai dengan perkembangan
masyarakat seperti ilmu ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, geografi, dan
sebagainya.

Sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan sesamanya.


Dalam kehidupannya manusia harus menghadapi tantangan-tantangan yang
berasal dari lingkungannya maupun sebagai hidup bersama. Ilmu Pendidikan
Sosial (IPS) melihat bagaimana manusia hidup bersama dengan sesamanya,
dengan tetangganya dari lingkungan dekat sampai yang jauh. Bagaimana
keserasian hidup dengan lingkungannya baik dengan sesama manusia maupun
lingkungan alamnya. Bagaimana mereka melakukan aktivitas untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Dengan kata lain bahan kajian atau bahan belajar IPS adalah
manusia dan lingkungannya sebagai hakikat pendidikan IPS.

E. Fungsi Pendidikan IPS


Salah satu fungsi pengajaran IPS adalah mentransmisikan pengetahuan dan
pemahaman tentang masyarakat berupa fakta-fakta dan ide-ide kepada anak.
Selain itu juga mengembangkan rasa kontinuitas dan stabilitas, memberikan
informasi dan teknik-teknik sehingga mereka dapat ikut memajukan masyarakat
sekitarnya. Sebagai contohnya tradisi dan nilai-nilai dalam masyarakat,
kebudayaan dari berbagai lingkungan serta pengaruhnya terhadap hubungan

6
dengan warga masyarakat lainnya, pengelolaan dan penggunaan sumber-sumber
ekonomi oleh masyarakat.

F. Tujuan Pendidikan IPS


Tujuan pendidikan IPS tidak terlepas dari tujuan pendidikan nasional yang
dirumuskan berdasarkan pada falsafah negara Pancasila dan UUD 1945, yaitu:
“Berdasarkan pada falsafah negara tersebut, maka telah dirumuskan tujuan
pendidikan nasional, yaitu: membentuk manusia pembangunan yang ber-
Pancasila dan untuk membentuk manusia yang sehat jasmani dan rokhaninya,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan
tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa,
dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang
luhur, mencintai bangsanya, dan mencintai sesama manusia sesuai ketentuan
yang termaksud dalam UUD 1945”
Berdasarkan tujuan pendidikan nasional di atas, maka tujuan pendidikan di
atas harus dikaitkan dengan kebutuhan dan disesuaikan dengan tantangan-
tantangan kehidupan yang akan dihadapi siswa. Beberapa pendapat yang berkaitan
dengan tujuan pendidikan IPS, yaitu:
Kurikulum 2004 (tingkat SD) menyatakan bahwa, Pengetahuan Sosial
bertujuan untuk:
1. mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah,
dan kewarganegaraan, pedagogis, dan psikologis.
2. mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan sosial
3. membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan
4. meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global.
IPS juga bertujuan untuk mengembangkan sikap belajar yang baik. Artinya
dengan belajar IPS anak memiliki kemampuan menyelidiki (inkuiri) untuk
menemukan ide-ide, konsep-konsep baru sehingga mereka mampu melakukan
perspektif untuk masa yang akan datang. Sikap belajar tersebut diarahkan pada
pengembangan motivasi untuk mengetahui, berimajinasi, minat belajar,

7
kemampuan merumuskan masalah, dan hipotesis pemecahannya, keinginan
melanjutkan eksplorasi IPS sampai ke luar kelas, dan kemampuan menarik
kesimpulan berdasarkan data.

8
BAB III PEMBAHASAN

A. Konsep Pendidikan Global dalam pembelajaran IPS


Menurut kamus Bahasa Inggris Longman Dictionary of Contemporary
English, mengartikan global dengan ”concerning the whole earth”. Sesuatu hal yang
berkaitan dengan dunia, internasional, atau seluruh alam jagat raya. Sesuatu hal yang
dimaksud di sini dapat berupa masalah, kejadian, kegiatan atau bahkan sikap. Yang
berkaitan dengan masalah misalnya kebakaran hutan menimbulkan asap dan ini
berdampak global di mana negara lain di Asia Tenggara bahkan seluruh Asia
mengalami sesak nafas. Yang berkaitan dengan kejadian dalam masyarakat dengan
adanya ”penculikan: terhadap para aktivis di Indonesia dapat mempengaruhi opini
dunia terhadap bangsa kita. Seluruh bangsa dunia mempertanyakan hal tersebut.
Sedangkan yang berkaitan dengan kegiatan lainnya dapat kita lihat misalnya India dan
Pakistan berlomba-lomba mengadakan percobaan nuklir, ini akan merangsang negara
lain untuk bertindak, misalnya mengutuk perbuatan tersebut, atau bahkan
mengimbangi dengan membuat nuklir pula.
Adapula Globalisasi adalah proses penduniaan, artinya segala aktivitas
diperhitungkan untuk kepentingan dunia. Ini disebabkan oleh saat ini tidak ada lagi
suatu bangsa yang homogen dan statis. Setiap bangsa berkembang berkat interaksi
dengan bangsa lainnya. Kita harus terbuka dengan dunia luar, tetapi kita harus tetap
kokoh dengan akar budaya bangsa kita. Globalisasi mempunyai dampak baik positif
maupun negatif. Sebagaimana dikemukakan oleh Tilaar (1998) bahwa dampak
positifnya akan menyebabkan munculnya masyarakat megakompetisi, di mana setiap
orang berlomba untuk berbuat yang terbaik untuk mencapai yang terbaik pula. Untuk
berkompetisi ini diperlukan kualitas yang tinggi. Dalam era globalisasi adalah era
mengejar keunggulan dan kualitas, sehingga masyarakat menjadi dinamis, aktif dan
kreatif. Sebaliknya, globalisasi juga bisa menjadi ancaman terhadap budaya bangsa.
Globalisasi akan melahirkan budaya global dan akan menjadi ancaman bagi budaya
lokal, atau budaya bangsa. Rendahnya tingkat pendidikan akan menjadi salah satu
penyebab cepatnya masyarakat terseret oleh arus globalisasi dengan menghilangkan
identitas diri atau bangsa. Sebagai contoh, ”anak remaja” kita dengan cepat meniru

9
potongan rambut, model pakaian atau perilaku yang tidak cocok dengan jati diri
bangsa kita.
Pendidikan global merupakan upaya sistematis untuk membentuk wawasan
dan perspektif para siswa, karena melalui Pendidikan Global para siswa dibekali
materi yang bersifat utuh dan menyeluruh yang berkaitan dengan masalah global.
Pendidiskan global menawarkan suatu makna bahwa kita hidup di dalam masyarakat
manusia, suatu perkampungan global di dalam mana manusia dihubungkan; baik
suku, maupun bangsa, dan batas negara tidak menjadi penghalang, dan merupakan
komunalitas dari perbedaan di antara orang-orang yang berbeda bangsa. Hoopes
(Garcia 1977) mengatakan bahwa pendidikan global mempersiapkan siswa untuk
memahami dan mengatasi adanya ketergantungan global dan keragaman budaya, yang
mencakup hubungan, kejadian dan kekuatan yang tidak dapat diisikan ke dalam batas-
batas negara dan budaya.
Pendidikan global mempersiapkan masa depan siswa dengan memberikan
keterampilan analisis dan evaluasi yang luas. Keterampilan ini akan membekali siswa
untuk memahami dan memberi reaksi terhadap isu internasional dan antarbudaya.
Pendidikan global juga mengenalkan siswa dengan berbagai strategi untuk berperan
serta secara lokal, nasional dan internasional. Mata pelajaran harus menyajikan
informasi yang relevan untuk meningkatkan kemampuan terlibat dalam pencaturan
kebijakan publik. Oleh karena itu, Pendidikan Global mengaitkan isu global dengan
kepentingan lokal. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Pendidikan
Global adalah suatu pendidikan yang berusaha untuk meningkatkan kesadaran siswa,
bahwa mereka hidup dan berada pada satu area global yang saling berkaitan. Oleh
karena itu, siswa perlu diberikan informasi tentang keadaan dan sistem global.
Berhard G. Killer (dalam Hamalik, 1992: 6), menyatakan bahwa ilmu
pengetahuan sosial adalah studi yang memberikan pemahaman/pengertian pengertian
tentang cara-cara manusia hidup, tentang kebutuhan-kebutuhan dasar manusia, dan
tentang lembaga-lembaga yang dikembangkan sehubungan dengan hal tersebut.
Uraian tersebut menjelaskan bahwa IPS erat pertaliannya dengan manusia sebagai
anggota masyarakat dan interaksinya dengan dunia sekitarnya. Jadi, dapat dikatakan
bahwa sumber IPS sesungguhnya terletak pada pusat-pusat kegiatan itu sendiri. Ada
pendapat yang mengatakan bahwa IPS sebagai suatu mata pelajaran yang bertujuan
mengantarkan siswa untuk mengetahui, mengenal dunia, maka tekanan yang
diberikan adalah tentang fakta-fakta. Berbeda jika IPS sebagai pengetahuan yang
10
bertalian dengan hubungan manusia satu sama lain dan hubungannya dengan dunia
sekitarnya, yang diajarkan dengan tujuan membantu peserta didik untuk memahami,
berpartisipasi, dan membina masyarakat, maka tekanannya pada pemecahan
persoalan-persoalan kehidupan nyata. Pendapat terakhirlah yang sesungguhnya yang
diharapkan dalam pembelajaran IPS.
Pada kenyataan di lapangan pembelajaran IPS masih berorientasi pada hanya
menghafal fakta-fakta tanpa mau mengkaitkan dengan pesoalan yang sedang dihadapi
masyarakat pada umumnya dan individu pada khususnya, apalagi mengkaitkan
dengan masalah-masalah global yang sesungguhnya juga dapat mempengaruhi
kehidupan individu dan masyarakat luas. Jadi, peserta didik tidak terlatih untuk
berpikir kritis dan berusaha mengatasi tantangan dalam kehidupan ini, sehingga
pembelajaran tidak menjadi bermakna, karena hanya berlalu begitu saja (Sumantri,
1995). Pendidikan hanya akan dianggap bermakna apabila ditujukan sebagai
persiapan siswa dalam menghadapi tugas hidupnya kelak di masyarakat.
Dalam hal ini pembelajaran IPS di SD dapat memberikan sumbangan yang
berharga dalam rangka mendidik siswa menjadi warga masyarakat yang mampu
bermasyarakat, mampu bekerjasama dengan orang lain, dan mampu memecahkan
masalah-masalah sosial, ekonomi, politik yang dihadapinya di masyarakat. Belajar
IPS tidak hanya belajar tentang masyarakat, tetapi belajar bagaimana cara
bermasyarakat, baik secara lokal maupun global.
Mengajar IPS dengan memasukkan pendidikan global dalam proses
pembelajaran adalah mencari suatu kesempatan (strategi) untuk memperjelas kondisi
manusia sebagai makhluk individu maupun sosial dalam kurikulum, supaya peserta
didik dapat mengenal kualitas manusia yang unik dan merupakan makhluk yang
berharga. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kekuatan hidup supaya mereka
mempunyai harapan besar terhadap masa depan dan mampu berperan aktif dalam
memberi kontribusi terhadap persoalan-persoalan global. Ketika guru berinisiatif
dengan pendidikan global, maka harus mempersiapkan mengembangkan bahan-bahan
atau materimateri pokok (dasar) tentang unsur-unsur pendidikan global seperti:
(1) nilai-nilai, (2) multikultural, (3) ekonomi global, (4) isu-isu global, (5)
interaksi pertukaran budaya. Guru juga membutuhkan pengetahuan global tentang
dunia pada umumnya sesuai dengan mata pelajaran yang akan diajarkan. Seorang
guru bahasa tidak hanya mempelajari atau menelaah dari literatur (bacaan) dari
perbedaan kultur atau budaya dalam wilayah yang berbeda, namun juga belajar dalam
11
konteks, sejarah, dan perspektif politik dari pengarang buku yang akan dibahas. Guru
harus mau melakukan studi di kampus maupun di luar kampus untuk mengidentifikasi
hal-hal yang berhubungan dengan kemanusiaan, ilmu pengetahuan, studi sosial agar
dapat menumbuhkan pengetahuan baru dalam bidangnya. Di samping itu guru juga
harus memiliki rasa ketertarikan terhadap kejadian dan kegiatan pada masyarakat
lokal, nasional, global, aktif mencari dan menyimpan informasi yang bersifat dunia,
mempunyai sifat terbuka dalam hal mau menerima setiap adanya pembaharuan, serta
mampu menyeleksi informasi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sosial
budaya masyarakat.
Mengajar dengan memasukkan pendidikan global dalam pembelajaran IPS,
dapat dilakukan melalui pengalaman seharihari anak dalam hal, musik, seni, ilmu
pengetahuan, sebagai contoh, ketika peserta didik di SD belajar IPS dengan topik
rumah dan keluarga. Saatnya guru memulai mengembangkan pengertian, bahwa
orangorang di seluruh dunia membutuhkan rumah dan mereka membangun rumahnya
dengan cara yang berbeda-beda dan memiliki variasi berbeda-beda yang dapat
menunjukkan identitas dari suatu bangsa. Dengan memulai pembelajaran yang
demikian guru sudah mengawalinya dengan pendidikan global yang dapat memberi
“pesan” bahwa ada persamaan dan perbedaan yang mendasar pada setiap bangsa di
dunia yang dikarenakan oleh perbedaan geografi, kultur, sejarah, termasuk cara hidup
di dunia modern.

B. Materi Pendidikan Global


Willard M. Kniep (1986) mengemukakan bahwa isi pendidikan global
dirumuskan dari realitas sejarah dan kondisi saat ini yang menggambarkan dan
menunjukkan dunia sebagai masyarakat global. Dari hasil analisisnya ini, Kniep
(1986, h.437) memperkenalkan empat unsure kajian yang dianggap esensil dan
mendasar bagi pendidikan global: (1) kajian tentang nilai manusia (the study of
human values); (2) kajian tentang system global (the study of global system); (3)
kajian tentang masalah-masalah dan isu-isu global (the study of global problems and
issues); (4) kajian tentang sejarah hubungan dan saling ketergantungan antar orang,
budaya dan bangsa (the study of the history of contacts and interdependence among
people, cultures, and nations).
1. Kajian tentang nilai manusia

12
Nilai-nilai yang dianut banyak orang mencerminkan sikap dan
keyakinan dan dibentuk oleh pengalamannya. Nilai-nilai yang kita
miliki menentukan bagaimana kita memandang dunia dan bagaimana
nilai-nilai itu mempengaruhi keputusan dan perilaku kita sebagaimana
yang kita lakukan dalam aktivitas hidup. Di samping nilai-nilai yang
kita anut itu bersifat pribadi dan terkadang aneh (idiosyncratic) seperti
perasaan dan pilihan, hal-hal yang paling penting adalah kebersamaan
dalam kelompok etnis, nasional dan agama. Nilai-nilai bersama yang
kita miliki terkadang melampaui identitas kita yang mungkin dianggap
universal dan menentukan kita sebagai manusia. Dalam pendidikan
global, khususnya, kita tertarik dengan nilai-nilai manusia universal
yang melampaui identitas kelompok dan perbedaan nilai-nilai yang
menentukan keanggotaan kelompok dan memberikan kontribusi
terhadap pandangan dunia dan perspektif kita yang unik.

2. Kajian tentang system global


Kita melakukan hubungan dengan setiap bangsa di seluruh
dunia sampai pada tahap yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya.
Adanya saling hubungan dan ketergantungan antar bangsa inilah
adalah akibat dari keikutsertaan bangsa kita dalam system yang sedang
berjalan di dunia saat ini yang sering dinamakan system global.
Besarnya ruang lingkup saling ketergantungan sebagaimana yang kita
sadari telah semakin meningkat sejak berakhirnya Perang Dunia II.
Perubahan ini dapat ditelusuri dari adanya kemajuan dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) yang nampaknya telah menciutkan
dunia dan juga perubahan interaksi antar negara yang telah berhasil
membentuk organisasi internasional PBB dan menghentikan tradisi
imperalisme dan kolonialisme.

Karena kita berada di tengah system interaksi global, maka kita


merasakan pula saling ketergantungan global. Semua system ini
tentunya memiliki karakteristik, komponen, peluang interaksi, serta
aturan main dan pengaruhnya. Salah satu komponen yang menjadi
perhatian kita saat ini adalah komponen pendidikan global. Dalam hal

13
ini, untuk membantu para siswa memahami secara mendalam hakekat
saling ketergantungan itu, maka materi pembelajarannya harus
dikaitkan dengan kajian system global di bidang ekonomi, politik,
ekologi dan teknologi sejalan dengan tempat di lingkungan mana
mereka hidup. Dengan cara demikian, maka diharapkan para siswa
dapat berpartisipasi secara efektif dan bertanggung jawab dalam
lingkungan global.

3. Kajian tentang masalah-masalah dan isu-isu global

Setiap hari, sebagian dari hidup kita dibombardir oleh masalah-


masalah dan isu-isu internasional. Apabila para remaja memahami
tentang dunianya, maka pendidikan harus dikaitkan dengan penelitian
tentang sebab-sebab, akibat-akibat dan kemungkinan penyelesaian
tentang isu-isu global saat ini. Seperti dalam kajian system, para siswa
harus mengetahui bagaimana mereka mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh masalah-masalah dan isu-isu ini. Sehingga, mereka berhak
mengetahui bagaimana mereka dapat menjadi bagian dari isu-isu dan
masalah-masalah global dan bagaimana mereka dapat memberikan
kontribusi dalam proses penyelesaian itu.
Apakah ciri isu-isu dan masalah-masalah global itu? Pertama,
ruang lingkupnya bersifat transnasional. Asal-usul dan akibat dari
masalah melintasi lebih dari satu negara. Kedua, isu-isu dan masalah-
masalah hanya dapat diselesaikan melalui tindakan multilateral:
penyelesaian dan perbaikan tidak dapat dicapai hanya oleh tindakan
satu negara.

4. Kajian sejarah hubungan antara bangsa dan saling ketergantungan

Perspektif sejarah yang meliputi evolusi nilai-nilai


kemanusiaan yang berbeda dan yang universal, pembangunan sejarah
system global kontemporer, dan kondisi dan sebab-sebab dari isu-isu

14
dan masalah-masalah global saat ini merupakan fondasi bagi
pendidikan global. Sayangnya, sejarah yang dipelajari oleh
kebanyakan siswa kita hanya sedikit mengembangkan perspektif dunia
yang saling ketergantungan saat ini. Sejarah dunia yang diajarkan
adalah sejarah peradaban Barat atau pengaruh Barat terhadap dunia
lainnya. Seringkali, sejarah dunia merupakan sejarah yang
memisahkan wilayah-wilayah regional dan hubungannya antara negara
tersebut. Biasanya semua sejarah memfokuskan pada perkembangan
negara-negara yang lebih kuat dalam dunia kontemporer.

C. Kajian Masalah dan Isu-isu Global


Setiap hari, sebagian dari hidup kita dibombardir oleh masalah-masalah dan
isu-isu internasional. Apabila para remaja memahami tentang dunianya, maka
pendidikan harus dikaitkan dengan penelitian tentang sebab-sebab, akibat-akibat dan
kemungkinan penyelesaian tentang isu-isu global saat ini. Seperti dalam kajian
system, para siswa harus mengetahui bagaimana mereka mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh masalah-masalah dan isu-isu ini. Sehingga, mereka berhak
mengetahui bagaimana mereka dapat menjadi bagian dari isu-isu dan masalah-
masalah global dan bagaimana mereka dapat memberikan kontribusi dalam proses
penyelesaian itu. Apakah ciri isu-isu dan masalah-masalah global itu? Pertama, ruang
lingkupnya bersifat transnasional. Asal-usul dan akibat dari masalah melintasi lebih
dari satu negara. Kedua, isu-isu dan masalah-masalah hanya dapat diselesaikan
melalui tindakan multilateral: penyelesaian dan perbaikan tidak dapat dicapai hanya
oleh tindakan satu negara.
Kniep (1986, h.442-444) mengemukakan empat kategori pemikiran isi
pendidikan global yang dapat menjadi masukan untuk kurikulum:
1)      Isu-isu perdamaian dan keamanan
Dunia sekarang tempat kita tinggal merupakan obsesi bagi
keamanan nasional. Setiap tahun, negara-negara di dunia
menghabiskan sekitar $750 billion atau sekitar 6% GNP dunia untuk
membangun persenjataan. Jumlah ini mendekati %150 per-orang yang
ada di bumi. Sejak Perang Dunia II, walaupun bukan satu negara saja

15
yang berperang telah diumumkan sedikitnya 160 konflik bersenjata
telah terjadi sehingga sekitar 16 juta jiwa meninggal dunia. Lembaran
semua peristiwa hitam ini adalah ancaman perang nuklir yang
kemungkinannya lebih banyak memakan korban jiwa.
Pada dasarnya, bangsa-bangsa mengetahui keamanan karena
kehadiran atau ketiadaan ancaman terhadap nilai-nilai atau sumber-
sumber dasar yang menjadi landasan kehidupan. Perhatian terhadap
keamanan dapat beragam, dari mulai perlindungan atas hak asasi
manusia dan otonomi nasional sampai pada mempertahankan
kebebasan ekonomi. Menciptakan keamanan dan mempertahankan
perdamaian telah menjadi pemikiran bangsa-bangsa sepanjang sejarah
karena system internasional tidak mempunyai pusat otoritas untuk
melaksanakan hokum dan menyelesaikan konflik dengan suatu system
kedaulatan bangsa-bangsa.
2)      Isu-isu pembangunan
Studi tentang isu-isu pembangunan akan mengajak para siswa
dalam memperjuangkan rakyat dan bangsa untuk memperoleh
kebutuhan dasar, mencapai pertumbuhan ekonomi nasional, dan
memperluas kebebasan politik, ekonomi dan social mereka. Studi ini
terutama akan memfokuskan pada sejumlah isu-isu dan masalah-
masalah sekitar pelebaran kesenjangan antara orang kaya dan orang
miskin di dunia dan ketidakadilan serta penderitaan akibat dari
kesenjangan ini. Kita dapat menangkap sejumlah dimensi kesenjangan
antara si kaya dan si miskin ini dengan membandingkan urutan
penduduk paling kaya di dunia dan urutan penduduk paling miskin di
dunia.

3)      Isu-isu lingkungan
Isu-isu lingkungan terutama berkaitan dengan akibat-akibat
eksploitasi sumber daya manusia dan pengelolaan kekayaan bumi:
tanah, lautan dan unsure-unsur lainnya. Masalah yang berkaitan
dengan akibat-akibat aktivitas manusia terhadap lingkungan bukanlah
persoalan baru, tetapi karena penduduk bumi berkembang sangat cepat
dan meningkatnya konsumerisme maka akibat-akibat tersebut
16
diperluas menjadi masalah-masalah krisis. Hujan asam, polusi sungai
dan laut, pembentukan karbondioksida dalam atmosfir, polusi udara
industri yang kita hirup, pemusnahan jenis tanaman dan hewan,
penipisan hutan dan sebagainya.
Masalah-masalah dan isu-isu yang menghendaki pemecahan ini
sangat penting untuk disadari oleh umat manusia marena ini milik kita
bersama demikian pula ribuan jenis tanaman dan hewan. Semuanya
dapat melampaui batas-batas nasional dan menghendaki kepedulian
bersama. Pendidikan global akan memberi kesempatan kepada para
siswa untuk melihat perannya dalam isu-isu dan masalah-masalah
global demikian pula peran orang dan system lainnya. Fokus utama
kajian akan mempertimbangkan dan menganalisis solusi serta perlunya
kerjasama secara multilateral untuk menemukan solusi tersebut.

4)      Isu-isu hak asasi manusia


Beberapa dekade setelah Perang Dunia II muncul perhatian
yang besar terhadap hal asasi manusia di seluruh dunia. Kepedulian ini
sebagai akibat dari banyaknya kekejaman yang dilakukan oleh manusia
terhadap manusia lainnya selama peperangan. Demikian pula kejahatan
kaum kolonial/imperialis Barat terhadap penduduk jajahan yang berada
di luar batas-batas perikemanusiaan. Deklarasi PBB tentang Hak Asasi
Manusia merupakan reaksi langsung terhadap peristiwa tersebut.
Alasan kedua adanya perhatian yang besar terhadap hak asasi
manusia berasal dari adanya saling keterkaitan dunia modern yang
belum pernah sebelumnya. Kepedulian ini bukan hanya karena orang
mempunyai kesadaran yang lebih besar terhadap isu-isu hak asasi
manusia melalui jaringan komunikasi global tetapi orang tersebut pun
mempunyai rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dunia
dan secara pribadi menolak terhadap pengabdian atas hak asasi
manusia.

17
D. Kajian Sejarah Hubungan Antara Bangsa dan Saling Ketergantungan
Pada umumnya, pendekatan-pendekatan tradisional untuk mengkaji sejarah
dunia masih sedikit mengungkap pengertian saling ketergantungan antar bangsa
karena pendekatan ini tidak menekankan pada akar sejarah dari saling ketergantungan
tersebut. Dengan demikian, apabila para siswa kita betul-betul memahami saling
ketergantungan dalam dunia kontemporer maka mereka harus mendasarkan
pengetahuan tentang kontak dan pertukaran antar peradaban yang telah berlangsung
sedikitnya sejak 2000 tahun yang lalu. Bukti adanya kontak dan pertukaran tersebut
pernah dikemukakan oleh sejarahwan yang bernama William Mc Neill yang mengacu
pada ‘the ecumene’ sebagai bukti kontak antar bangsa dari Spayol sampai Afrika
Utara hingga Laut Cina selama Kekaisaran Romawi dan Han. Kontak ini dilakukan
melalui jalur laut maupun darat menlintasi wilayah Timur Tengah. Perpindahan
tanaman dan hewan terjadi antara lain dengan adanya katun, gula dan ayam yang
dikembangkan di India menyebar hingga ke Cina dan Erasia. Rahasia teknologi
berpindah secara perlahan. Baja India diekspor oleh Kekaisaran Romawi namun
teknologi pembuatannya tidak mengalami peralihan. Sutra Cina diekspor ke India,
Timur Tengah dan Romawi dari abad ke-2 M namun rahasia pertanian tidak terjadi
hingga abad ke-6 M.
Sejarahwan lain percaya bahwa kontak ini didasarkan pada kesamaan budaya
yang konkrit antara Asia dan Amerika dan bahwa terdapat pengaruh-pengaruh dari
Asia tentang perkembangan masyarakat di Amerika. Untuk mendukung teori-teori
tersebut, para sejarahwan mengemukakan bahwa ribuan tahun sebelum Columbus
menginjakkan kakinya di Benua Amerika, kapal-kapal yang melintasi Sri Langka dan
Jawa dengan penumpang sekitar 200 orang. Kapal-kapal yang melintasi Samudera
India tersebut berbobot 75 ton bahkan Cina mempunyai kapal yang berbobot 800 ton
sebelum abad ke-7 M.
Kontak, pertukaran dan saling ketergantungan telah berlangsung sepanjang
sejarah Misionaris global yang berasal dari Eropa abad 15 dan 16 M semakin cepat
meningkat melalui kontak migrasi, perdagangan dan perang 400 tahun yang lalu yang
sekarang telah ditransfer dalam dunia masa kini melalui travel udara global dan
komunikasi satelit.
Kerangka piker yang telah dikemukakan disini dimaksudkan untuk mendorong
pemikiran dan dialog agar para siswa memiliki dasar untuk mengembangkan
perspektif global. Apabila ada pihak lain yang tidak setuju dengan unsure-unsur

18
tertentu yang telah terpilih untuk menyusun kerangka pikir ini, diharapkan mereka
akan termotivasi untuk mengembangkan gambaran alternatif tentang dasar substantif
pendidikan global. Apabila kita sungguh-sungguh dalam mengintegrasikan perspektif
global ke dalam pengajaran di persekolahan maka kita harus mengembangkan
gambaran substantif tentang pengembangan dan implementasinya.
Fungsi yang sangat bermanfaat dari kerangka yang dikembangkan ini adalah
untuk mengukur kelayakan program yang ada dan sebagai pedoman untuk
mengembangkan program atau kurikulum baru pendidikan global. Oleh karena itu,
semua unsure yang ada dalam setiap dimensi merupakan bagian penting dari disiplin
ilmu-ilmu social seperti sejarah, geografi, politik dan lain-lain. Untuk kepentingan
pengajaran di persekolahan, semua bagian ini dapat diintegrasikan dalam mata
pelajaran IPS sehingga tuntutan untuk proses belajar mengajar akan betul-betul
bersifat global. Demikian pula para guru IPS tentu saja dituntut untuk mempersiapkan
diri dalam kemampuan wawasan global sehingga tuntutan kurikulum maupun kondisi
di masa depan akan tercapai sesuai harapan.

19
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan global merupakan upaya sistematis untuk membentuk wawasan
dan perspektif para siswa, karena melalui Pendidikan Global para siswa
dibekali materi yang bersifat utuh dan menyeluruh yang berkaitan dengan
masalah global. Pendidiskan global menawarkan suatu makna bahwa kita
hidup di dalam masyarakat manusia, suatu perkampungan global di dalam
mana manusia dihubungkan; baik suku, maupun bangsa, dan batas negara
tidak menjadi penghalang, dan merupakan komunalitas dari perbedaan di
antara orang-orang yang berbeda bangsa. Hoopes (Garcia 1977) mengatakan
bahwa pendidikan global mempersiapkan siswa untuk memahami dan
mengatasi adanya ketergantungan global dan keragaman budaya, yang
mencakup hubungan, kejadian dan kekuatan yang tidak dapat diisikan ke
dalam batas-batas negara dan budaya.

B. Saran
semua unsure yang ada dalam setiap dimensi merupakan bagian penting dari
disiplin ilmu-ilmu social seperti sejarah, geografi, politik dan lain-lain. Untuk
kepentingan pengajaran di persekolahan, semua bagian ini dapat diintegrasikan
dalam mata pelajaran IPS sehingga tuntutan untuk proses belajar mengajar
akan betul-betul bersifat global. Demikian pula para guru IPS tentu saja
dituntut untuk mempersiapkan diri dalam kemampuan wawasan global
sehingga tuntutan kurikulum maupun kondisi di masa depan akan tercapai
sesuai harapan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Journal Pendidikan. Lembaran Ilmu Kependidikan. Volume 45. Nomor 2.


September 2016
https://pgsd.binus.ac.id/2018/01/08/karakteristik-ips-di-sekolah-dasar/
file:///C:/Users/user/Downloads/Pradigma%20IPS%20(1).pdf
http://ahmadarchery.blogspot.com/2014/05/pendidikan-global.html
http://repository.ut.ac.id/4082/2/PDGK4303-M1.pdf

21

Anda mungkin juga menyukai