Anda di halaman 1dari 17

HAKEKAT IPS DAN PENDIDIKAN IPS

MAKALAH KELOMPOK
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran IPS

Dosen Pengampu :
Novita Erliana Sari, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :
1. Anissa Happy Yunia Wiyono (2102107003)
2. Ardi Nur Choiri (2102107018)
3. Amalia Nanda Riris Sarofah (2102107023)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

UNIVERSITAS PGRI MADIUN

2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial).........................................................................................3
2.2 Pendidikan IPS.................................................................................................................3
2.3 Paradigma Pendidikan IPS...............................................................................................3
2.4 Sejarah Pendidikan IPS Di Indonesia...............................................................................4
2.5 Peranan Pendidikan IPS Di Era Globalisasi.....................................................................5
BAB III PENUTUP....................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................7
3.2 Saran............................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................8

ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur mari kita sama-sama panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas Rahmat dan
Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hakekat IPS dan
Pendidikan IPS” guna memenuhi tugas pada mata kuliah Pembelajaran IPS.
Tidak lupa kami ucapkan Terima kasih kepada Ibu Novita Erliana Sari, S.Pd., M,Pd. selaku
dosen pengajar mata kuliah Pembelajaran IPS yang telah mengajar dan juga telah
membimbing kami dalam proses pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa pada makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu kami
mengharapkan kritik, saran, dan juga masukan yang membangun untuk memperbaiki
makalah ini agar selanjutnya kami dapat membuat makalah lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Madiun, 15 Juni 2023

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia dalam kehidupannya, sebagai makhluk sosial baik secara individu maupun
kelompok tidak bisa lepas dari interaksi dengan lingkungannya, baik sesama manusia
maupun lingkungan alamnya. Corak hubungan antara manusia dengan lingkungannya
mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan kemajuan peradaban
manusia. Perubahan dan perkembangan ini juga yang membuat manusia dalam kehidupannya
dihadapkan pada berbagai persoalan sosial.
Persoalan-persoalan kehidupan manusia dilihat dari sisi sosial kian hari makin banyak, dan
makin kompleks. Bahkan akhir-akhir ini dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di
dunia, dan semakin terbatasnya sumber-sumber penghidupan manusia, membuat kehidupan
manusia semakin kompleks, kompetitif, dan menjadi tidak menentu tidak hanya keterbatasan
manusia secara fisik, karena kepadatan penduduk, tetapi juga persaingan hidup yang secara
sosial semakin sulit. Akibatnya, pendekatan ilmu tertentu tidak mungkin lagi untuk mengatasi
persoalan-persoalan kehidupan manusia yang terjadi, baik secara lokal, nasional, maupun
global.
Untuk membangun generasi muda yang peka terhadap masalah sosial dalam kehidupannya
perlu program pendidikan yang tidak hanya membekali sekedar pengetahuan secara
keilmuan, tetapi juga pemaknaan dan aplikasinya atas pengetahuan yang diperoleh dalam
kehidupannya sehari-hari.
Sementara itu untuk membekali pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta
kemampuan berpikir kritis dan kreatif dalam rangka mengambil keputusan, dibutuhkan
program pendidikan IPS. Melalui pendidikan IPS di sekolah diharapkan dapat membekali
pengetahuan dan wawasan tentang konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, memiliki
kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial di lingkungannya serta mampu memecahkan
masalah sosial dengan baik, yang pada akhirnya siswa yang belajar IPS dapat terbina menjadi
warga negara yang baik dan bertanggung jawab.
Pendidikan IPS di sekolah merupakan mata pelajaran atau bidang kajian yang menduduki
konsep dasar berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan
pertimbangan psikologis, serta bermaknanya, bagi siswa dalam kehidupannya mulai dari
tingkat SD sampai dengan SMA atau membekali dan mempersiapkan peserta didik untuk
dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, khususnya dalam bidang ilmu sosial di
perguruan tinggi. Pendidikan IPS(social studies) bukan merupakan program pendidikan
disiplin ilmu tetapi adalah suatu kajian tentang masalah-masalah sosial yang dikemas
sedemikian rupa dengan mempertimbangkan faktor psikologis perkembangan peserta didik
dan beban waktu kurikuler untuk program pendidikan
Perlu diketahui program pendidikan ditingkat sekolah tidak harus merupakan program
pendidikan disiplin ilmu, tetapi dapat secara interdisiplin, hal ini mengingat pendidikan
ditingkat sekolah adalah mempersiapkan siswa untuk terjun di masyarakat atau melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi. Untuk itu program pendidikan IPS disesuaikan dengan

iv
kebutuhan peserta didik di tingkat sekolah dan hakekat ilmu pengetahuan itu sendiri. Program
pembelajaran IPS dilakukan secara terpadu, mulai dari terpadu penuh hingga semi terpadu,
makin tinggi tingkat pendidikannya semakin longgar keterpaduannya Pendidikan terpadu,
yaitu dilakukan dengan menaikkan bahan kompetensi, dan kajiannya baik.
Socialsciences (ilmu-ilmu sosial) yang lebih menekankan pada program pengembangan
pendidikan disiplin ilmu sosial. Program ini banyak dikembangkan di perguruan tinggi yang
secara fakultatif mengembangkan keilmuan disiplin tentang ilmu-ilmu sosial. Pesan yang
disampaikan oleh socialsciences adalah menjadikan ahli dalam bidang disiplin ilmu sosial
bukan sebagai guru ilmu pengetahuan sosial.
Oleh karena itu, kami menyusun makalah yang berjudul Hakekat IPS dan Pendidikan IPS
ini sebagai salah satu alternatif untuk menjawab pertanyaan yang sering muncul khususnya di
kalangan masyarakat, dan akademisi pendidikan IPS dan sekaligus sebagai fasilitas sumber
belajar untuk meningkatkan mutu pendidikan di tanah air.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan IPS ?
2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan IPS ?
3. Bagaimana paradigma pendidikan IPS ?
4. Bagaimana sejarah pendidikan IPS di Indonesia ?
5. Bagaimana peranan pendidikan IPS di era globalisasi ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan IPS.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pendidikan IPS.
3. Mengetahui paradigma pendidikan IPS.
4. Mengetahui tentang sejarah pendidikan IPS di Indonesia.
5. Mengetahui peranan pendidikan IPS di era globalisasi.

v
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)
Ilmu Pengetahuan Sosial yang disingkat IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran
integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial
lainnya. IPS adalah terjemahan dari Social Studies yang ada di Amerika yang berarti
“penelaahan atau kajian tentang masyarakat”.
Menurut Moeljono Cokrodikardjo dalam Miftahuddin, M, IPS adalah perwujudan dari
suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. Sedangkan, menurut Nu’man Somantri IPS
adalah pelajaran ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP,
dan SLTA.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, pengertian IPS adalah studi sosial yang mengangkat
konsep-konsep, teori-teori ilmu sosial secara terintegrasi untuk memahami, mempelajari,
memikirkan pemecahan masalah-masalah yang ada di masyarakat.

2.2 Pendidikan IPS


Al Muhtar (2004:2) dalam Gunawan, berpendapat bahwa pendidikan IPS sebagai salah
satu program pendidikan, dihadapkan dengan tantangan untuk dapat meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia, sehingga menghasilkan manusia Indonesia yang mampu berbuat dan
berkiprah dalam kehidupan masyarakat modern.
Sedangkan menurut Somantri (2001:89) dalam Sapriya, pendidikan IPS adalah seleksi dari
disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan
dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.
Sehingga pendidikan IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang
didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, dan ilmu sosial lainnya
dengan menampilkan permasalahan sehari-hari masyarakat.

2.3 Paradigma Pendidikan IPS


Pendidikan IPS adalah salah satu mata pelajaran pada jenjang pendidikan mulai dari
sekolah dasar sampai perguruan tinggi sekaligus sebagai suatu upaya formal dan institusional
untuk menjawab kebutuhan memperoleh pribadi yang berkarakter, berintegrasi dan mampu
memotivasi peserta didik untuk hidup berdampingan secara damai serta membangun
masyarakat yang multikultural. Secara umum pembelajaran pendidikan IPS didasarkan pada
standar isi dan standar kompetensi dalam berbagai materi yang dapat membentuk kompetensi
siswa secara komprehensif, maksudnya pengkajian berbagai materi dalam pembelajaran
pendidikan IPS berorientasi pada pencapaian kompetensi peserta didik secara komprehensif
yakni aspek kognitif afektif, dan psikomotor. Nilai yang dapat ditanamkan dan dimantapkan
berkaitan dengan kompetensi kepribadian yakni nilai-nilai yang menyangkut:

vi
a. Peserta didik dilatih untuk patuh pada kesepakatan dan aturan yang diambil dalam
kelas atau kelompok kerja agar peserta didik merasa bangga pada pribadi sendiri yang taat
pada kesepakatan dan aturan,
b. Kemandirian dan etos kerja yang tinggi senantiasa dituntut di seluruh proses
penyelenggaraan pendidikan pada program pendidikan IPS,
c. Saling berpengaruh secara positif dan disegani, norma-norma religius dan
keteladanan, kejujuran juga akan tumbuh dengan sendirinya dalam interaksi proses belajar.
Selanjutnya ditegaskan bahwa pembelajaran pendidikan IPS mengupayakan peserta didik
untuk memiliki kemampuan pengetahuan yang berkualitas berlandaskan moral dan etika serta
berkarakter profesional, mampu untuk menjadi pribadi yang berkarakter agar dapat dicontoh
karena keteladanan dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Serta agar
mampu mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mengimplementasikan konsep
pemecahan permasalahan pembelajaran dalam konteks kehidupan sosial kemasyarakatan
sehingga dapat meningkatkan kapasitas pemahaman dan pengetahuan serta peran masyarakat
dalam pembangunan negara.
Sehubungan dengan itu, maka proses belajar yang diharapkan adalah terjadinya perubahan
yang relatif permanen terhadap kemampuan keterampilan, sikap, dan perilaku siswa dan
sebagai akibat dari pengalaman atau pelatihan dalam kegiatan belajar. Yang paling penting
peserta didik diharapkan mampu mewujudkan sikap dan perilaku rajin belajar dan mampu
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga generasi bangsa menjadi tangguh,
berbobot serta berkarakter yang baik sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh
bangsa Indonesia. Untuk mencapai tujuan proses belajar mengajar yang baik secara optimal
memerlukan berbagai sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai, selain itu harus
menghindari bahwa proses pembelajaran hanya berpusat kepada guru melainkan dapat juga
terpusat pada siswa.

2.4 Sejarah Pendidikan IPS Di Indonesia


Perkembangan Studies di dunia khususnya di Amerika Serikat telah banyak memengaruhi
pemikiran Pendidikan IPS (PIPS) di Indonesia. Namun, untuk menelusuri perkembangan
pemikiran atau konsep PIPS di Indonesia secara historis dirasakan sulit. Hal Ini diakui oleh
Winataputra (2001) karena dua alasan: Pertama, di Indonesia belum ada lembaga profesional
bidang PIPS setua dan sekuat NCSS atau SSEC. Lembaga serupa yang dimiliki Indonesia,
yakni HISPIPSI (Himpunan Sarjana Pendidikan IPS Indonesia yang sekarang telah berubah
nama menjadi HISPISI Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Sosial Indonesia) usianya masih
sangat muda dan produktivitas akademisnya masih belum optimal; Kedua, perkembangan
kurikulum dan pembelajaran IPS sebagai ontologi ilmu pendidikan (disiplin) IPS sampai saat
ini sangat tergantung pada pemikiran individual dan atau kelompok pakar yang ditugasi
secara insidental untuk mengembangkan perangkat kurikulum IPS melalui Pusat
Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan Balitbang Dikbud (Puskur). Selain itu,
tradisi yang dikembangkan oleh komunitas akademik khususnya melalui HISPISI belum

vii
dapat menembus atau memengaruhi kebijakan pemerintah dalam pengembangan kurikulum
sebagaimana yang telah dilakukan oleh NCSS dan SSEC di Amerika Serikat.
Keberadaan PIPS dalam sistem pendidikan di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari sistem
kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia. Seperti telah dikemukakan oleh sejumlah pakar
bahwa secara embrionik kurikuler, PIPS di lembaga pendidikan formal atau sekolah di
Indonesia pernah dimuat dalam Kurikulum tahun 1947, Kurikulum berpusat mata pelajaran
terurai tahun 1952, Kurikulum tahun 1964, dan Kurikulum 1968. baru dalam Kurikulum
tahun 1975, Kurikulum 1984, dan Kurikulum tahun 1994, PIPS telah menjadi salah satu mata
pelajaran yang berdiri sendiri pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah yang
disesuaikan dengan karakteristik atau kebutuhan peserta didik. Sejak dikeluarkannya
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
maka tidak ada lagi kurikulum yang bersifat terpusat (kurikulum nasional). Menurut PP
tersebut, penyusunan kurikulum menjadi kewenangan satuan pendidikan. Oleh karena itu,
kurikulum yang berlaku adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pemerintah
Pusat yang menugaskan kepada Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) hanya memiliki
kewenangan menyusun standar nasional termasuk dalam membuat Standar Isi (SI) dan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang mulai tahun 2006 diterbitkan dalam bentuk
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 tentang Standar Isi (SI)
dan Nomor 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
1. Pendidikan IPS pada tahun 1945-1964
Pada kurun waktu tahun 1945-1964 istilah IPS di Indonesia belum dikenal.
Namun, pembelajaran yang memiliki karakteristik sama dengan IPS merujuk kepada
definisi social studies menurut Edgar Wesley (1937) yang menyatakan bahwa "social
studies are the social sciences simplified for pedagogical purposes" (Pendidikan IPS
adalah ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan). Kenyataan ini
dapat dilihat dari adanya mata pelajaran sejarah, geografi, civics, koperasi yang
disampaikan secara terpisah di sekolah dasar, dan mata pelajaran ekonomi, sosiologi,
dan antropologi di sekolah menengah.
2. Pendidikan IPS dalam Kurikulum 1964 dan 1968
Dalam Kurikulum 1964, ada perubahan pendekatan dalam pengajaran IPS di
Indonesia, meskipun istilah IPS pada kurun waktu ini belum dikenal. Dimyati (1989)
menamakan pendekatan yang digunakan bersifat korelatif dari ilmu-ilmu sosial.
Dalam kurikulum tersebut, ada mata pelajaran pendidikan kemasyarakatan yang
terdiri atas korelasi dari mata pelajaran ilmu bumi, sejarah, dan civics. Pada tahun
1968, terjadi perubahan kurikulum yang ditandai oleh adanya pengelompokan mata
pelajaran sesuai dengan orientasi dan perkembangan pendidikan. Pada saat ini mulai
diperkenalkan nama pendidikan kewarganegaraan sehingga pendidikan
kemasyarakatan diubah menjadi pendidikan kewarganegaraan yang merupakan
korelasi dari ilmu bumi, sejarah, dan pengetahuan kewarganegaraan.
Ketika kurikulum 1968 masih berlaku, istilah IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)
mulai muncul dalam Seminar Nasional tentang Civic Education tahun 1972 di
Tawang Manggu Solo. Menurut Winataputra (2001), dalam Laporan Seminar tersebut

viii
ada tiga istilah yang muncul dan digunakan secara bertukar-pakai (interchangeable),
yakni pengetahuan sosial, studi sosial, dan ilmu pengetahuan sosial, yang diartikan
sebagai suatu studi masalah-masalah sosial yang dipilih dan dikembangkan dengan
menggunakan pendekatan interdisipliner dan bertujuan agar masalah-masalah sosial
itu dapat dipahami siswa.
IPS sebagai mata pelajaran pertama kali masuk dalam dunia persekolahan terjadi
pada tahun 1972-1973, yakni dalam Kurikulum Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan (PPSP) IKIP Bandung (Winataputra, 2001). Pada saat itu, mata
pelajaran IPS belum masukke dalam kurikulum SD, SMP, maupun SMA. Menurut
Winataputra, dalam Kurikulum SD 8 tahun PPSP digunakan istilah "Pendidikan
Kewargaan Negara atau Studi Sosial" sebagai mata pelajaran sosial terpadu. Dalam
Kurikulum SD PPSP tersebut, IPS diartikan sama Pendidikan kewargaan negara.
3. Pendidikan IPS dalam Kurikulum 1975 dan 1984
Sebagai hasil kesepakatan komunitas akademik pada tahun sebelumnya, maka
pada tahun 1975 mulai diperkenalkan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(disingkat IPS) dalam sistem kurikulum di Indonesia. IPS sebagai mata pelajaran baru
dalam Kurikulum 1975 diberikan untuk jenjang SD, SMP, dan SMA menggunakan
pendekatan yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan karakteristik peserta
didik yang ada di tiap jenjang tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam
pengembangan kurikulum ini adalah berbasis pada materi pelajaran (Content Based
Curriculum). Ciri yang menonjol dari pengembangan materi dalam kurikulum ini
adalah pengembangan dimensi nilai berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Menurut Winataputra (2001), Kurikulum 1975 menampilkan pendidikan IPS
dalam empat profil sebagai berikut: (1) pendidikan moral Pancasila menggantikan
pendidikan kewargaan negara sebagai suatu bentuk pendidikan IPS khusus yang
mewadahi tradisi "citizenship transmision"; (2) pendidikan IPS terpadu (integrated)
untuk Sekolah Dasar; (3) pendidikan IPS terkonfederasi untuk SMP yang
menempatkan IPS sebagai konsep payung yang menaungi mata pelajaran geografi,
sejarah, dan ekonomi koperasi; dan (4) pendidikan IPS terpisah-pisah yang mencakup
mata pelajaran sejarah, geografi, dan ekonomi untuk SMA, atau sejarah dan geografi
untuk SPG.
Dalam Kurikulum 1984, pengajaran IPS di sekolah khususnya pada jenjang
sekolah menengah diuraikan berdasarkan disiplin ilmu sosial untuk masing-masing
mata pelajaran atau bahkan pembahasan tersendiri secara terpisah. Pada hakikatnya,
model kurikulum 1984 untuk jenjang SMP dan SMA tidak banyak mengalami
perubahan karena sebagai penyempurnaan dari Kurikulum 1975. Demikian pula untuk
jenjang SD, mata pelajaran IPS tidak mengalami perubahan, artinya kurikulum yang
berlaku adalah Kurikulum 1975.
4. Pendidikan IPS dalam Kurikulum 1994
Pada Kurikulum 1994, mata pelajaran IPS mengalami perubahan yang cukup
signifikan. Hal ini terjadi setelah diberlakukannya Undang- undang Nomor 2/1989

ix
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sebagai implikasi dari pelaksanaan UU tersebut
muncul kajian kurikuler yang menggantikan mata pelajaran Pendidikan Moral
Pancasila (PMP) menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPK).
Kedudukan PPKn ini masih tetap sebagai mata pelajaran dalam lingkup IPS khusus
dan wajib diikuti oleh semua siswa pada semua jenjang (SD, SMP, SMA). Untuk
mata pelajaran IPS, Kurikulum 1994 menetapkan karakteristik sebagai berikut: (1)
mata pelajaran IPS untuk SD masih tetap menggunakan pendekatan terpadu
(integrated) dan berlaku untuk kelas III s/d kelas VI sedangkan untuk Kelas I dan II
tidak secara eksplisit bahwa IPS sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri; (2) mata
pelajaran IPS untuk SMP tidak mengalami perubahan pendekatan artinya masih
bersifat terkonfederasi (correlated) yang mencakup geografi, sejarah, dan ekonomi
koperasi; dan (3) mata pelajaran IPS untuk SMA menggunakan pendekatan terpisah-
pisah (separated) atas mata pelajaran sejarah nasional dan sejarah umum untuk kelas I
dan II; ekonomi dan geografi untuk Kelas I dan II; sosiologi Kelas II; sejarah budaya
untuk belas III program bahasa; ekonomi, sosiologi, tata negara, dan antropologi
untuk kelas III Program IPS.
Khusus untuk IPS SD, materi pelajaran dibagi atas dua bagian, yakni materi
sejarah dan materi pengetahuan sosial. Materi pengetahuan sosial meliputi lingkungan
sosial, geografi, ekonomi, dan politik/ pemerintahan sedangkan cakupan materi
sejarah meliputi sejarah lokal dan sejarah nasional. Tujuannya adalah untuk
mengembangkan pengetahuan siswa dan keterampilan dasar yang akan digunakan
dalam kehidupannya serta meningkatkan rasa nasionalisme dari peristiwa masa lalu
hingga masa sekarang agar para siswa memiliki rasa kebanggaan dan cinta tanah air.
Karena IPS untuk SMP dan SMA menganut pendekatan konfederasi dan terpisah-
pisah maka tujuannya disesuaikan dengan karakteristik tiap mata pelajaran yang
terpisah-pisah. Tujuan mata pelajaran sejarah nasional dan sejarah umum untuk SMA,
misalnya, adalah untuk "... menanamkan pemahaman tentang perkembangan
masyarakat masa lampau hingga masa kini, menumbuhkan rasakebangsaan dan cinta
tanah air serta rasa bangga sebagai warga bangsa Indonesia, dan memperluas
wawasan hubungan masyarakat antar bangsa di dunia". (Depdikbud, 1993:23-24).
Mata pelajaran ekonomi bertujuan untuk "... memberikan pengetahuan konsep-
konsep dan teori sederhana dan menerapkannya dalam pemecahan masalah-masalah
ekonomi yang dihadapinya secara kritis dan obyektif". (Depdikbud, 1993:29). Mata
pelajaran sosiologi memiliki tujuan "... untuk memberikan kemampuan memahami
secara kritis berbagai persoalan dalam kehidupan sehari-hari yang muncul seiring
dengan perubahan masyarakat dan budaya, menanamkan kesadaran perlunya
ketentuan masyarakat, dan mampu menempatkan diri dalam berbagai situasi sosial
budaya sesuai dengan kedudukan, peran, norma, dan nilai sosial yang berlaku di
masyarakat" (Depdikbud, 1993, 30).
Mata pelajaran geografi bertujuan untuk "... memberikan bekal kemampuan dan
sikap rasional yang bertanggung jawab dalam menghadapi gejala alam dna kehidupan
di muka bumi serta permasalahannya yang timbul akibat interaksi antara manusia

x
dengan lingkungannya" (Depdikbud, 1993:30). Adapun mata pelajaran Tata negara
bertujuan "... untuk meningkatkan kemampuan agas siswa memahami
penyelenggaraan negara sesuai dengan tata kelembagaan negara, tata peradilan negara
sesuai dengan tata kelembagaan negara, tata peradilan, sistem pemerintahan Negara
RI maupun negara lain". (Depdikbud, 1993:31).
5. Pendidikan IPS dalam Permendiknas
Memasuki Abad 21 yang ditandai oleh perubahan mendasar dalam segala aspek
kehidupan khususnya perubahan dalam bidang politik, hukum, dan kondisi ekonomi
telah menimbulkan perubahan yang sangat signifikan dalam sistem pendidikan di
Indonesia. Setelah perubahan Kurikulum 1994 secara tambal sulam yakni melalui
perubahan dengan diberlakukannya Kurikulum Suplemen ternyata dirasakan masih
belum memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat secara luas. Oleh karena itu, para
ahli pengembang kurikulum yang difasilitasi oleh Pusat Pengembangan Kurikulum
Depdiknas mengadakan berbagai uji coba model kurikulum. Pada saat itu pula
digulirkan gagasan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang sempat mendapat
tanggapan pro dan kontra tetapi nama KBK menjadi sangat populer karena gemanya
bukan hanya terjadi di jenjang sekolah melainkan hingga ke berbagai jenjang dan
jenis pendidikan bahkan tingkat perguruan tinggi.
Pada tahun 2003 disahkanlah Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Undang-undang tersebut telah menimbulkan dampak
yang cukup signifikan terhadap perubahan sistem kurikulum di Indonesia. Salah satu
implikasi dari ketentuan undang- undang tersebut adalah lahirnya Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Dalam PP tersebut dikemukakan bahwa standar nasional adalah kriteria minimal
tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Menurut Pasal 35 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Standar Nasional
Pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. Oleh karena itu, adanya standar
nasional pendidikan telah berimplikasi terhadap sejumlah kebijakan bidang
pendidikan yang lebih rendahnya.
Sementara itu dalam Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005
dinyatakan bahwa lingkup standar nasional meliputi:
a) standar isi;
b) standar proses;
c) standar kompetensi lulusan; standar pendidik dan tenaga kependidikan
d) standar sarana dan prasarana;
e) standar pengelolaan;
f) standar pembiayaan;
g) standar penilaian pendidikan.

xi
Dalam Pasal 37 UU Sisdiknas dikemukakan bahwa mata pelajaran IPS
merupakan muatan wajib yang harus ada dalam kurikulum pendidikan dasar dan
menengah. Lebih lanjut dikemukakan pada bagian Penjelasan UU Sisdiknas Pasal 37
bahwa bahan kajian ilmu pengetahuan sosial, antara lain, ilmu bumi, sejarah,
ekonomi, kesehatan, dan sebagainya dimaksudkan untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi
sosial masyarakat.
Dengan adanya ketentuan undang-undang yang mewajibkan IPS sebagai mata
pelajaran dalam sistem pendidikan di Indonesia telah menjadikan kedudukan IPS
semakin jelas dan kokoh. Hal ini sekaligus menjawab berbagai keraguan dan
kekhawatiran yang pernah dialami oleh para akademisi dan praktisi IPS di berbagai
lembaga pendidikan pada saat sebelum lahirnya undang-undang.
Pada saat itu, yakni sebelum lahirnya UU Nomor 20 Tahun 2003 muncul
sejumlah gagasan yang dilontarkan tentang perlunya perubahan nama sejumlah mata
pelajaran sekolah dengan alasan jumlah mata pelajaran sekolah agar lebih ramping.
Salah satu target perubahan tersebut adalah mata pelajaran IPS dan PPKn terutama di
jenjang SD dan SMP. Nama yang ditawarkan antara lain mata pelajaran Pengetahuan
Sosial (PS) yang isi di dalamnya memuat materi pendidikan kewarganegaraan dan
masalah-masalah sosial kemasyarakatan, sementara mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dihilangkan. Dalam gagasan lain,
memunculkan nama Pendidikan Kewarganegaraan dan Pengetahuan Sosial (PKPS)
yang mengandung muatan sama dengan Pengetahuan Sosial di atas. Pada jenjang
SMP dan SMA nama mata pelajaran PPKn diubah menjadi mata pelajaran
kewarganegaraan.
Perubahan nama mata pelajaran ini bahkan sudah diujicoba di berbagai daerah
dan LPTK serta divalidasi oleh para guru dan ahli terkait. Hasilnya adalah dokumen
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan nama mata pelajaran ada yang
disebut Pengetahuan Sosial, ada yang dinamakan mata pelajaran kewarganegaraan,
dan ada yang berlabel mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan dan pengetahuan
sosial untuk SD dan SMP bahkan telah dicetak, diedarkan, dan dilaksanakan pada
sejumlah sekolah padahal tidak pernah disahkan oleh Menteri Pendidikan Nasional
(Mendiknas RI).
Namun, setelah disahkannya UU No.20/2003 yang diikuti oleh adanya Peraturan
Pemerintah Nomor 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang
mengamanatkan perlu adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) maka
pengembangan kurikulum mata pelajaran sekolah umumnya dan khususnya untuk
mata pelajaran IPS mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) Nomor 22 tentang Standar Isi dan Nomor 23 tentang Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) dengan panduan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

xii
2.5 Peranan Pendidikan IPS Di Era Globalisasi
Indonesia memerlukan sumber daya manusia yang unggul sebagai modal utama dalam
pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya tersebut pendidikan memiliki peran yang
sangat penting. Pendi- dikan merupakan suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan
pendidikan. Suatu usaha pendidikan menyangkut tiga unsur pokok, yaitu input, proses, dan
output. Input pendidikan adalah peserta didik dengan berbagai ciri-ciri yang ada pada peserta
didik. Proses pendidikan terkait berbagai hal seperti pendidik, kurikulum, gedung, buku,
metode mengajar. Output atau hasil pendidikan dapat berupa pengetahuan, sikap, dan
keterampilan (Widiyarti & Suranto, t.t., hal. 1).
Pendidikan IPS para era globalisasi sangat dibutuhkan. Kajian IPS yang merupakan
pengembangan potensi jati diri sebagai makhluk sosial yang harus memiliki kecakapan
berfikir, kecakapan akademik, kecakapan sosial. Globalisasi menyangkut suatu kesadaran
baru mengenai dunia sebagai satu kesatuan interaksi dan saling ketergantungan yang semakin
besar dalam era baru yang perlu dijawab dengan tepat. Sementara kemampuan bersaing
penduduk Indonesia dalam menghadapi era globalisasi masih sangat lemah dibandingkan
dengan negara lain. Hal ini disebabkan karena masih lemahnya kualitas sumber daya manusia
yang ada. Sebagai contoh tenaga kerja Indonesia maupun tenaga kerja wanita yang dikirim ke
luar negeri hanya diposisikan sebagai tenaga buruh, seperti pembantu rumah tangga, perawat,
buruh perkebunan, buruh bangunan, sopir dan tenaga kasar lainnya. Sedangkan tenaga asing
yang bekerja di Indonesia justru sebaliknya, mereka adalah kalangan pengusaha, investor,
profesional tenaga ahli, dan pemilik perusahaan. Para pekerja yang dikirim ke luar negeri
kebanyakan tidak memiliki keterampilan atau minim dalam penguasaan ilmu pengetahuan
serta rendahnya penguasaan kemampuan bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Inilah
kendala yang sering kali orang Indonesia rasakan sejak adanya pengiriman tenaga kerja ke
luar negeri hingga sekarang telah memasuki era globalisasi.
Rendahnya kualitas tenaga kerja di Indonesia berkaitan erat dengan rendahnya
pendidikan yang diperoleh. Sistem pendidikan yang telah dirancang sedemikian rupa dalam
teori belum bisa menjawab tantangan zaman dalam praktiknya. Adanya keinginan untuk
bersaing dengan bangsa lain dalam memperebutkan lapangan kerja harus dimulai terlebih
dahulu dalam pembaharuan pendidikan, terutama secara praktik. Pendidikan harus benar-
benar diberdayakan oleh semua pihak sehingga ke depan mampu memberdayakan
masyarakat secara luas. Masyarakat yang terberdayakan oleh sistem pendidikan nasional
diharapkan akan memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dalam konteks persaingan
global.
Konsekuensi dari penjelasan di atas bahwa pendidikan harus dikonseptualisasikan
sebagai suatu usaha dan proses pemberdayaan yang benar-benar harus disadari secara
kolektif, baik oleh individu, keluarga, masyarakat, serta oleh pemerintah. Pendidikan sebagai
investasi masa depan bangsa yang menjadi dasar kualitas sumber daya manusia yang unggul
yang harus pula diiringi moralitas yang tinggi dan integritas kebangsaan yang kuat, tidak
korup, jujur, kreatif, dan memiliki visi ke depan yang diasumsikan akan mempercepat bangsa
ini keluar dari krisis yang berlarut-larut. Sebagai perbandingan, negara- negara seperti
Malaysia, Thailand, Filipina, mereka mengalami kemajuan yang pesat dalam upaya keluar
dari krisis seperti yang dialami Indonesia. Negara-negara tersebut dahulu berada di bawah

xiii
Indonesia, kualitas sumber daya manusianya, akan tetapi saat ini mereka dapat menjadi
negara yang bangkit dari masalah dalam negerinya. Contohnya Malaysia dapat memulihkan
kondisi ekonomi tanpa bantuan dari IMF.
Era globalisasi sebenarnya justru membutuhkan pendidikan IPS lebih tinggi dibanding
sebelumnya. Dengan adanya pendidikan IPS dapat menjawab tantangan yang ada dan muncul
di era globalisasi. Begitu lengkapnya kajian IPS dengan semua rumpun keilmuannya jika
betul-betul dipahami dan dilaksanakan akan dapat memunculkan bangsa Indonesia sebagai
bangsa yang terkemuka. Selain Indonesia memiliki wilayah yang luas, alam yang kaya, juga
penduduk yang banyak, sebetulnya semua bisa menjadi modal untuk menjadi pemimpin
dunia. Hanya saja, jika bangsa Indonesia sudah kurang perduli terhadap masalah bangsanya,
maka dengan mudah penjajahan bentuk baru akan ada dan bertahan di bumi Indonesia.
Giddens (2000) yang dikutip Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI (2009:71)
mengatakan bahwa "kita tidak akan pernah mampu menjadi penguasa sejarah kita sendiri,
tetapi kita dapat dan harus mencari cara untuk membuat dunia yang tak terkendali ini menjadi
terkendali".
Pendidikan IPS adalah seleksi dan rekonstruksi dari disiplin ilmu pendidikan dan disiplin
ilmu-ilmu sosial, humaniora, yang diorganisirdan disajikan secara psikologis dan ilmiah
untuk tujuan pendidikan (Somantri, 2001, hal. 191). Jati diri IPS ini perlu ditegaskan
berulang- ulang agar selalu mengingatkan kita bahwa pendidikan IPS tidak mungkin bisa
berdiri sendiri. IPS merupakan mitra bagi ilmu-ilmu lainnya. Pendidikan IPS berusaha
mengorganisasikan dan mengembangkan substansi ilmu-ilmu sosial secara ilmiah dan
psikologis untuk tujuan pendidikan. Pendidikan IPS mempunyai peran yang penting dalam
membangun identitas nasional untuk menjadikan peserta didik kreatif, mampu memecahkan
masalah diri dan lingkungannya, serta menjadi warga negara yang baik dan bermoral. Untuk
menghadapi tantangan dan dinamika masyarakat dan globalisasi, maka perlu konsolidasi
kurikulum yang meliputi:
(a) Penetrasi jati diri pendidikan IPS ke dalam primarystructure, (b) Mata kuliah yang
tidak begitu penting disederhanakan dan menampilkan pendidikan global, (c) Semua mata
kuliah disiplin ilmu diperkuat sehingga setaraf dengan mata kuliah di universitas untuk
mendukung primary structure, (d) Diadakan mata kuliah yang berorientasi pada bisnis dan
bahasa asing; (e) Perlu ada monitoring yang intensif terhadap perkembangan pembangunan
nasional, globalisasi sebagai bahan untuk memperkaya kurikulum FPIPS dengan pengetahuan
fungsional (functional knowledge) (Somantri, 2001, hal. 190).
Di tengah iklim globalisasi, pendidikan IPS tetap diperlukan, baik sebagai penopang
identitas nasional maupun pemecahan masalah lokal, regional, nasional, dan global. Masalah
akan selalu ada, dalam mengatasi segala kendala yang muncul di era globalisasi dibutuhkan
keterlibatan semua pihak. Masalah dalam pendidikan IPS, baik dari kurikulum,
pengembangan perguruan tinggi, kemampuan guru dalam pembelajaran, kebijakan
pemerintah, peran masyarakat itu sendiri harus bekerja sinergis, karena hasil yang didapat
pun akan dirasakan oleh seluruh lapisan. Dan keberhasilan yang akan diperoleh, juga akan
menjadi buah yang manis yang bisa dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

xiv
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
IPS atau Ilmu Pengetahuan Sosial adalah studi sosial yang mengangkat konsep-konsep,
teori-teori ilmu sosialsecara terintegrasi untuk memahami, mempelajari, memikirkan
pemecahan masalah-masalah yang ada di masyarakat. Sedangkan pendidikan IPS adalah
mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian
geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, dan ilmu sosial lainnya dengan menampilkan
permasalahan sehari-hari masyarakat.
Secara umum pembelajaran pendidikan IPS didasarkan pada standar isi dan standar
kompetensi dalam berbagai materi yang dapat membentuk kompetensi siswa secara
komprehensif, maksudnya pengkajian materi dalam berbagai materi dalam pembelajaran
pendidikan IPS berorientasi pada pencapaian kompetensi peserta didik secara komprehensif
yakni aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

1.2 Saran
Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat membantu pembaca untuk memperoleh
informasi mengenai hakekat IPS dan pendidikan IPS. Namun, kami sadar bahwa dalam
makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu kami mengharap bantuan dan saran
dari pembaca untuk membantu kami dalam pembuatan makalah selanjutnya.

xv
DAFTAR PUSTAKA
Biringan, 2021. Buku Implementasi Kurikulum 2013 Berbasis KKNI dan Pendidikan
Karakter. 198.
Gunawan,2016. Pendidikan IPS Filosofi, Konsep, dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta, cv
Miftahuddin, M. (2016). Revitaslisasi IPS dalam perspektif Global. Tribakti: Jurnal
Pemikiran Keislaman, 27 (2), 267-284. Diakses tanggal : 17 Juni 2023. Link :
https://doi.org/10.33367/tribakti.v27i2.269
Peraturan Menteri Penddikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang
Standar Kompetensi Lulusan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan.

Sapriya, 2014. Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


Somantri, M. N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung:PT. Remaja
Rosdakarya.

Somantri, Nu’man. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS.Dedi Supriyadi &


Rohmat Mulyana (ed). Bandung: PPS-FPIPS UPI dan PT. Remadja Rosda
Karya.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan


Nasional. Jakarta: Depdiknas, Ditjen Dikdasmen

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan


Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Wahab Abdul Aziz. (1998). Rerientasi Dan Revitalisasi Pendidikan ilmu-ilmu Sosial Di
Sekolah. Bandung: PPS IKIP Bandung.

Widiyarti, & Suranto. (t.t.). Konsep Mutu Dalam Manajemen PendidikanVokasi. Semarang:
Sindur Press.

Winataputra, Udin S (2001) Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan SebagaiWahana Sistematik


Pendidikan Demokrasi Suatu Kajian KompetensiDalam Konteks Penelitian
IPS (Disertasi), Bandung PPS upi. (Unpubliser)

xvi
xvii

Anda mungkin juga menyukai