Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONSEP DASAR IPS SD

“PARADIGMA PEMBELAJARAN IPS (SOCIAL STUDIES)”

Dosen Pengampu : Fitriyani,S.Pd., M.Pd

Kelompok 3:

Anggi Nurbaiti (23.1.03.0007)

Nuraidah (23.1.03.0062)

Juhari (23.1.03.0037)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NGGUSUWARU
2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan kemudahan dan kesehatan kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan
sebuah makalah kelompok untuk mata pelajaran Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial SD
dengan judul “Paradigma Pembelajaran IPS (Social Studies)”

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu Fitriyani,S.Pd., M.Pd sebagai dosen
pengampu mata kuliah Konsep Dasar IPS SD, yang telah membantu memberikan arahan dan
pemahaman dalam penyusunan makalah ini. Kami juga saling berterimakasih atas kerja sama
anggota kelompok sehingga penulisan makalah ini dapat di selesaikan dengan baik.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyususn sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang di tulis dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.

Kota Bima, November 2023

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar belakang ................................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 3

C. Tujuan ............................................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 4

A. Pengertian Paradigma ..................................................................................................... 4

B. Paradigma Pendidikan IPS di Indonesia ......................................................................... 4

C. IPS Sebagai Transmisi Kewarganegaraan ...................................................................... 6

D. IPS Sebagai Ilmu Sosial .................................................................................................. 8

E. IPS Sebagai Reflektif Inquiry ......................................................................................... 9

F. IPS Sebagai Transformasi Sosial .................................................................................. 11

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 13

A.Kesimpulan....................................................................................................................... 13

B.Saran ................................................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Persoalan-persoalan kehidupan manusia dilihat dari sisi sosial kian hari makin banyak,
dan makin kompleks. Bahkan akhir-akhir ini dengan semakin bertambahnya jumlah
penduduk di dunia, dan semakin terbatasnya sumber-sumber penghidupan manusia, membuat
kehidupan manusia semakin kompleks, kompetitif, dan menjadi tidak menentu. Tidak hanya
keterbatasan manusia secara fisik, karena kepadatan penduduk, tetapi juga persaingan hidup
yang secara sosial semakin sulit. Akibatnya, pendekatan ilmu tertentu tidak mungkin lagi
untuk mengatasi persoalan-persoalan kehidupan manusia yang terjadi, baik secara lokal,
nasional, maupun global.

Untuk menbangun generasi muda yang peka terhadap masalah sosial dalam kehidupannya
perlu program pendidikan yang tidak hanya membekali sekedar pengetahuan secara
keilmuan, tetapi juga pemaknaan dan aplikasinya atas pengetahuan yang diperoleh dalam
kehidupannya sehari-hari.

Sementara itu untuk membekali pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta
kemampuan berfikir kritis dan kreatif dalam rangka mengambil keputusan, dibutuhkan
program IPS. Melalui pendidikan IPS di sekolah diharapkan dapat membekali pengetahuan
dan wawasan tentang konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, memiliki kepekaan dan
kesadaran terhadap masalah sosial di lingkungannya serta mampu memecahkan masalah
sosial dengan baik, yang pada akhirnya siswa yang belajar IPS dapat terbina menjadi warga
negara yang baik dan bertanggung jawab.

Paradigma pembelajaran IPS adalah model atau kerangka berpikir pengembangan IPS
yang diwacanakan dalam kurikulum pada sistem pendidikan, Paradigma juga merupakan
jalur berfikir dalam menyelesaikan masalah yang ada. IPS sendiri memiliki beberapa disiplin
ilmu pembentuk IPS yang mana pendidikan IPS tidak bisa dilepaskan dari interaksi
fungsional masyarakat Indonesia dengan sistem dan praktis pendidikan

Dalam kajian pendidikan IPS di Indonesia, digunakan pendekatan holistic, yang


mencakup pengalaman sejarah terlibat, kondisi alam objektif, sosial, ekonomi, politik,
budaya dan pengaruh dunia luar yang dihasilkan dari kehidupan yang semakin mengglobal.
Tujuan utama dari program pendidikan IPS adalah untuk menghasilkan guru IPS dan PPKN
yang pada dasarnya menguasai konsep-konsep esensial ilmu-ilmu sosial dan materi disiplin
ilmu lainnya dan mampu membelajarkan peserta didiknya secara bermakna.

Kehidupan sosial manusia di masyarakat beraspek majemuk yang meliputi aspek


hubungan sosial, ekonomi, sosial, budaya, politik, psikologi. Melalui ilmu-ilmu sosial
dikembangkan bidang-bidang ilmu tertentu sesuai dengan aspek kehidupan sosial masing-
masing. Paradigma pendidikan IPS di Indonesia banyak dipengaruhi oleh pemikiran “social
studies” di Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang memiliki pengalaman panjang
dan reputasi akademis yang signifikan dalam bidang itu.

Kesulitan belajar yang dialami siswa merupakan bentuk gangguan fisik dan psikis, hal
tersebut didorong dari faktor internal dan eksternal. Kaidah-kaidah akademis, pedagogis, dan
psikologis tidak bisa ditinggalkan dalam upaya pengorganisasian dan penyajian upaya
tersebut. Dengan cara demikian, pendidikan IPS diharapkan tidak kehilangan berbagai fungsi
yang diembannya, apalagi jika dikaitkan secara langsung dengan pencapaian tujuan
institusional pendidikan dasar dan menengah dalam kerangka mewujudkan tujuan pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang mempelajari


kehidupan manusia dalam berbagai dimensi ruang dan waktu serta berbagai aktivitas
kehidupan. Menurut Numan Soemantri (2001), ilmu sosial merupakan gabungan dari
geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan
humaniora, pendidikan dan agama. , nilai dan sikap yang dikembangkan dari masyarakat dan
ilmu sosial. Disiplin ilmu Pengelolaan keempat muatan tersebut di atas dilakukan dalam
pembelajaran terpadu melalui kajian muatan informasi.

Tujuan IPS adalah untuk menghasilkan warga negara yang religius, jujur, kritis,
demokratis, kreatif, metakognitif, kritis yang peduli. Tentang pertanyaan lingkungan sosial
dan fisik yang turut mendorong berkembangnya kehidupan sosial dan budaya serta mampu
berkomunikasi dengan baik dan produktif. Dalam pembelajaran IPS terdapat permasalahan
yang terjadi dalam proses pembelajarannya. Baik itu datangnya dari dalam diri siswa atau
guru dan faktor dari luar diri. Dari faktor internal merupakan faktor yang muncul dari dalam
diri siswa faktor ini berhubungan dengan faktor fisiologi (berkaitan dengan jasmani atau fisik
seperti sakit dan cacat fisik) dan psikologi (berkaitan dengan mental atau rohani siswa seperti
intelegensi, bakat, minat, motivasi dan kesehatan mental).
B. Rumusan Masalah
a. Apa itu Paradigma?

b. Bagaimana Paradigma Pendidikan IPS di Indonesia?

c. Bagaimana IPS sebagai Transmisi Kewarganegaraan?

d. Bagaimana IPS sebagai Ilmu Sosial?

e. Bagaimana IPS sebagai Reflektif?

f. Bagaimana IPS sebagai Transformasi Sosial?

C. Tujuan
a. Mengetahui Apa itu Paradigma

b. Mengetahui Paradigma Pendidikan IPS di Indonesia

c. Mengetahui IPS sebagai Transmisi Kewarganegaraan

d. Mengetahui IPS sebagai Ilmu Sosial

e. Mengetahui IPS sebagai Reflektif

f. Mengetahui IPS sebagai Transformasi Sosial


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Paradigma
Istilah “Paradigma” pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu pendidikan terutama
dalam kaitannya dengan filsafat ilmu penegetahuan. Secara terminologis tokoh yang
mengembangkan istilah tersebut dalam dunia ilmu pengetahuan adalah Thomas S. Khun
dalam bukunya yang berjudul The Structure of Scientific Revolution (1970 : 49). Inti sari
pengertian Paradigma adalah suatu asumsi asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoritis yang
umum

(merupakan suatu sumber nilai), sehingga merupakan suatu sumber hukum-hukum, metode,
serta penerapan ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri, serta karakter ilmu
pengetahuan itu sendiri.

Paradigma sendiri asalnya dari bahasa latin, yakni para dan deigme. Secara
etimologis, para artinya (di sebelah, di samping) kemudian deigme artinya (menampakkan,
yang berarti, model, contoh, arketipe, ideal). Bagus memberikan uraian (Pujileksono, 2015:
16) menyatakan paradigma berarti di sisi model, adanya pola ataupun contoh. Pujileksoni
(dalam Toni Nasution 2023) berpendapat bahwa paradigm merupakan pandangan, konsep,
nilai-nilai dan praktek, dan bagaimana seseorang memandang sesuatu terhadap disiplin ilmu.
Paradigma dipakai untuk landasan ataupuun untuk dasar berpijak dalam berpikir seorang
peneliti bagaimana ia melihat dunia. Disini seorang peneliti memakai paradigm sebagai rute
dalam berfikir untuk penyelesaian problem yang beda. Paradigma ada tiga kisaran area, yang
mewakili tiga pertanyaan filosofis yang berhubungan dengan penelitian: ontology (ontology),
pertanyaan tentang sifat realita; epistemology (epistemology), pertanyaan tentang bagaimana
kita tahu sebuah hal, dan aksiologi (axiology), pertanyaan tentang apa yang layak untu
diketahui (West dan Turner dalam Toni Nasution 2023, hal.111)

B. Paradigma Pendidikan IPS di Indonesia


Paradigma IPS adalah model atau kerangka berpikir pengembangan IPS yang
diwacanakan dalam kurikulum pada system pendidikan di Indonesia. IPS merupakan studi
yang mempelajari tentang masyarakat atau manusia dan merupakan ilmu pengetahuan sosial
yang di ambil dari ilmu sosial. Ada tiga istilah yang termaksud bidang penegtahuan sosial
yaitu : Ilmu Sosial ( Social Science), Studi Sosial ( Social Studies), dan Ilmu Pengetahuan
Sosial ( IPS). Selain istilah tersebut ada juga istilah yang kadang-kadang digunakan dalam
menyebut bidang studi IPS, yaitu: Social Education dan Social Learning, yang menurut
Cheppy kedua istilah tersebut lebih menitik beratkan kepada berbagai pengalaman disekolah
yang dipandang dapat membantu anak didik untuk lebih mampu bergaul di tengah-tengah
masyarakat.

1. Ilmu Sosial (Sosial Science)


Nursyid Sumatmaja, menyatakan bahwa ilmu sosial adalah cabang ilmu pengetahuan
yang mempelajari tingkah laku manusia baik secara perorangan maupun tingkah laku
kelompok atau masyarakat yang ia bentuk
2. Studi Sosial (Sosial Studies)
Berbeda dengan ilmu sosial, studi bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau
disiplin akademis melaikan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala
dan masalah sosial dimasyarakat. Tentang studi Sosial ini, Ahmad Sanusi ( 1971:18)
memberikan penjelasan bahwa Studi Sosial tidak selalu bertaraf akademis universitas,
bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran bagi siswa sejak pendidikan dasar dan
dapat berfungsi sebagai pengantar bagi lanjutan kepada disiplin-disiplin ilmu sosial
3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang-cabang ilmu-ilmu Sosial, seperti
sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu
politik, dan sebagainya.

Tujuan utama pendidikan IPS di SD mengembangkan potensi peserta didik agar peka
terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap
perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi
sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun masyarakat.

Pemahaman konsep ilmu sosial di Indonesia sebagian besar terkait dengan gagasan
bahwa "Ilmu Sosial" di Amerika Serikat adalah negara dengan pandangan luas dan reputasi
akademik yang signifikan di bidang tersebut. Reputasi ini tercermin dalam perluasan
pemahaman lapangan, yang dibuktikan dengan beberapa karya akademik yang diterbitkan
oleh National Council for Social Research (NCSS). Oleh karena itu, perlu diketahui bahwa
memperluas pemahaman ilmu-ilmu sosial di Indonesia secarahistoris sangat sulit secara
epistemologis dan ada dua alasannya: Pertama, Indonesia tidak memiliki lembaga yang
memang ahlinya (professional) ilmu-ilmu sosial yang tua dan kuat pengaruhnya. NCSS atau
SSEC. Badan atau lembaga sejenis kepunyaan Indonesia yaitu HISPIPSI (Himpunan Sarjana
Pendidikan Ilmu Sosial Indonesia) terbilang terlalu muda dan produktivitas akademiknya
masih belum dioptimalkan sebab sangat terbatas dimana hanya melakukan pertemuan
tahunan dan diskusi antar anggota yang masih bersifat sesekali. Kedua, pengembangan dan
pembelajaran kurikulum IPS sebagai ontologi (disiplin) IPS selama ini terlalu terikat pada
pemahaman para pakar yang individualistis dan berbasis kelompok yang tugasnya hanya
iseng-iseng mengembangkan kurikulum ilmu sosial.

Pusat Pengembangan Kurikulum dan Lembaga Pelatihan Balitbang Dikbud (Buskur).


Jumlah peneliti komunitas ilmiah yang terlibat dalam pengembangan IPS sangat terbatas,
sebatas yang disalurkan melalui anggotanya yang kebetulan terlibat dalam berbagai kegiatan
tersebut. Dengan demikian, sangat berbeda dengan peran dan kontribusi NCSS atau SSEC
Social Studies Curriculum Task Force di Amerika Serikat. Secara analitis, praktik IPS
menunjukkan suatu wilayah permasalahan dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang
bersifat intangible, komprehensif dan multidimensional. Pengalaman sejarah terlibat, kondisi
alam objektif, sosial, ekonomi, politik, budaya dan pengaruh dunia luar yang dihasilkan dari
kehidupan yang semakin mengglobal. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan dalam
kajian pendidikan IPS di Indonesia adalah pendekatan holistic (Fanny,MahyaArif. 2017).

C. IPS Sebagai Transmisi Kewarganegaraan


Latar belakang IPS diajarkan sebagai ilmu sosial disebabkan krisis moral yang
menimpa masyarakat Amerika Serikat saat itu, sehingga para ahli pendidikan khususnya para
pakar ilmu sosial memandang perlunya IPS diajarkan sebagai transmisi kewarganegaraan.

Transmisi kewarganegaraan ialah tradisi pembelajaran IPS yang menekankan pada


pewarisan nilai-nilai kepada peserta didik agar mereka memiliki pedoman dalam berperilaku
dan menjadi warga negara yang baik

IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) merupakan sumpah yang mencakup berbagai topik
mengenai sosial, seperti budaya, politik, ekonomi, dan geografi. Salah satu peran IPS adalah
sebagai transmisi kewarganegaraan, yang berarti menyediakan pemahaman dan pengetahuan
tentang kewarganegaraan dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

Dalam konteks transmisi kewarganegaraan, IPS:


a. Menyediakan pemahaman tentang norma-norma yang berlaku dalam masyarakat,
yang dapat berupa aturan atau ketentuan yang dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia
b. Menjelaskan bagaimana masyarakat berinteraksi satu sama lain dan bagaimana
perubahan dalam masyarakat dapat mempengaruhi cara orang berinteraksi
c. Menyediakan pemahaman tentang berbagai budaya yang ada di dunia dan bagaimana
mereka berbeda dengan budaya local

Dalam konteks transmisi kewarganegaraan, IPS juga menyediakan pemahaman


tentang berbagai isu-isu yang mungkin dihadapi oleh masyarakat, seperti konflik, perbedaan
budaya, dan perubahan politik Dengan mempelajari IPS, siswa dapat meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan tentang kewarganegaraan dan mengembangkan kemampuan
untuk menghadapi tantangan dan mengelola masalah yang mungkin dihadapi oleh
masyarakat.

Transmisi kewarganegaraan ialah tradisi pembelajaran IPS yang menekankan pada


pewarisan nilai-nilai kepada peserta didik agar mereka memiliki pedoman dalam berperilaku
dan menjadi warga negara yang baik.

Pembelajaran IPS sebagai transmisi kewarganegaraan merupakan strategi pengajaran


IPS yang berhubungan dengan penanaman tingkah laku, pengetahuan, pandangan, dan nilai
yang harus dimiliki oleh peserta didik. Tingkah laku, pengetahuan, pandangan dan nilai yang
akan diajarkan harus sesuai dengan kekayaan nilai-nilai budaya yang berkembang di
lingkungan peserta didik dan guru yang mengajarkan IPS. Hal ini dimaksudkan agar nilainilai
budaya yang ada dalam masyarakat dapat ditransmisikan dari generasi ke generasi.

Pembelajaran IPS sebagai transmisi kewarganegaraan merupakan proses pewarisan


budaya dalam suatu masyarakat tertentu. Pewarisan budaya ini merupakan budaya yang
memilki nilai-nilai yang baik dan disepakati oleh masyarakat.

Pembelajaran IPS model transmisi kewarganegaraan di Amerika Serikat bertujuan


membina warga negara agar dapat memenuhi kewajiban dan tanggung jawab yang baik, taat
kepada hukum, membayar pajak, memenuhi kewajiban belajar, dan memiliki dorongan diri
yang kuat untuk mempertahankan Negara. Pembelajaran IPS sebagai transmisi
kewarganegaraan juga merupakan suatu proses pewarisan budaya dalam suatu masyarakat
tertentu. Pewarisan budaya ini tentu merupakan budaya yang memilki nilai-nilai yang baik
dan disepakati oleh masyarakat, sehingga dapat membentuk warga negara yang dapat
memenuhi kewajiban, taat pada hukum, dan bertanggung jawab dalam pembelaan negara.

Tradisi pembelajaran IPS model transmisi kewarganegaaraan ini, oleh sebagian ahli
dipandang sebagai bentuk proses pendidikan yang statis, bahkan konservatif. Hal ini
dikarenakan di tengah kehidupan masyarakat yang dinamis di tengah perkembangan dunia
yang terus mengalami perubahan, setiap anak manusia dituntut untuk memiliki kemampuan,
pemikiran, dan keterampilan yang lebih luas dan kompleks. Jika dikaitkan dengan kehidupan
masyarakat Indonesia yang sedang berkembang, maka pembelajaran model transmisi
kewarganegaraan ini kurang relevan. Oleh karena itu, proses pembelajaran IPS yang relevan
untuk masyarakat Indonesia saat ini perlu terus dikembangkan.

D. IPS Sebagai Ilmu Sosial


Latar belakang IPS diajarkan sebagai ilmu sosial disebabkan kebutuhan intelektual.
Paradigma sebelumnya yaitu transmisi kewarganegaraan hanya sedikit sekali yang memiliki
hubungan dinamika masyarakat dan juga kurang berkaitan dengan perkembangan intelektual.
Sementara itu, masyarakat sudah mulai mengalami perkembangan intelektual. Oleh sebab itu

IPS diajarkan sebagai ilmu sosial diperlukan agar peserta didik dapat berpikir kritis dan
melakukan penelitian seperti yang telah dilakukan oleh beberapa ahli sosial.

IPS diajarkan sebagai ilmu sosial dengan harapan siswa dapat menjadi warga yang baik
dan peka terhadap masalah yang ada di masyarakat serta belajar untuk memecahkan masalah
tersebut.

Pembelajaran IPS sebagai ilmu sosial didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik dapat
berpikir secara kritis, mampu mengobservasi dan meneliti seperti apa yang dilakukan oleh
ahli ilmu sosial. Tujuan pengajaran IPS sebagai ilmu sosial adalah menciptakan warga negara
yang mampu belajar dan berpikir secara baik, seperti yang dilakukan oleh ahli ilmu sosial.

Menurut Barr, IPS sebagai ilmu sosial bertujuan menciptakan warga negara yang
sempurna yang telah menguasai cara berpikir para ahli ilmu sosial. Cara berpikir tersebut
berhasi melahirkam ahli-ahli riset yang mengetahui bagaiman mengintetprestasikan dan
menggunakan pengetahaun sosial yang dapat melihat dan membedakan masalah.

Cara berpikir demikian harus menjadi landasan untuk menanggapi, menginterpretasikan


dan menggunakan pengetahuan sosial. Peserta didik harus mampu berpikir sesuai dengan
bidang keilmuan ilmu sosial yaitu berpikir sesuai dengan struktur ilmu sosial. Cara berpikir
demikian penting untuk menyusun generalisasi pada suatu bidang ilmu sosial dalam rangka
memperoleh dan menemukan pengetahuan yang baru. Dalam hal ini tiap bidang keilmuan
memiliki teknik untuk melakukan penelitian yang memerlukan pengujian suatu hipotesis.

Guru yang mengajarkan IPS sebagai ilmu sosial harus memiliki keyakinan bahwa cara ini
merupakan sarana yang baik untuk mempersiapkan warga negara yang dapat berpikir seperti
ahli ilmu sosial. Mereka dapat merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, melakukan
analisa data, dan dapat menarik simpulan sesuai dengan berbagai bidang keilmuan ilmu
sosial. Dengan demikian, mereka diharapkan dapat menjadi warga negara yang demokratis,
dan dapat berpikir seperti apa yang dilakukan oleh para ahli ilmu sosial.

Kondisi tersebut sesuai dengan keinginan para ahli ilmu sosial bahwa anggota masyarakat
sejak usia muda dapat mengamati dunia sekitarnya melalui penglihatan seperti ahli ilmu
sosial, mengajukan berbagai pertanyaan, dan menerapkan metode analisis serta konsep-
konsep yang digunakan para ahli ilmu sosial. Dengan cara demikian, para peserta didik dapat
memahami struktur dan proses sosial di sekitarnya.

Pembinaan warga negara atau warga manyarakat tidak hanya ditekankan pada aspek
kemampuan intelektuanya, tetapi diseimbangkan dengan aspek kemampuan emosional dan
keterampilannya. Pengajaran IPS yang bersifat akademis terhadap ilmu sosial seperti
digambarkan di atas seolaholah tidak memperhatikan aspek emosional, sementara kehidupan
bermasyarakat sarat dengan ungkapkan dan gejala-gejala sosial yang bersifat emosional.

E. IPS Sebagai Reflektif Inquiry


Menurut Barr, dkk(1987, p. 116-164) ada 3 fenomena yang melatar belakangi reflektif
inquiry diperlukan yaitu “perubahan sosial yang cepat, kelompok yang bertentangan, dan
ledakan ilmu pengetahuan”.

Pada tahun 1916 para dewan mengembangkan konsep yang revulisioner tentang studi-
studi sosial, seperti:

a. Studi-studi sosial harus didasarkan pada minat dan kebutuhan siswa.


b. Interpretasi sejarah sekolah-sekolah umum tidak terhambat batasan kronologis dan
geografis.
c. Guru tidak hanya memindahkan isi, tetapi harus membantu siswa mengidentifikasi
dan menyelidiki problem.
d. Problem tersebut merupakan kebutuhan mendesak murid atau hal yang vital bagi
masyarakat.
Sebelum meninjau pembelajaran IPS sebagai reflektif inquiri, terlebih dahulu akan
dibahas apa yang dimaksud dengan reflektif inkuairi agar mudah memahami bahasan
selanjutnya. Inkuiri dalam bahasa Indonesia berarti pertanyaan atau pemeriksaan, sedangkan
inkuiri pada konteks IPS tidak hanya berarti pertanyaan atau pemeriksaan, tetapi lebih luas
dari pada pengertian tersebut.

Jadi, pengertian inquiri tidak hanya terbatas pada pertanyaan atau pemeriksaan, tetapi
meliputi pula proses penelitan, keingintahuan, analisis sampai dengan penarikan simpulan
tentang hal-hal yang diperiksa atau diteliti. Dalam rangka pengajaran IPS, wawasan inkuiri
ini diarahkan kepada kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis dan menjadi orang yang
secara bebas dapat memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya.

Filsuf pendidikan Amerika terkenal, John Dewey, menyarankan langkah-langkah


pembelajaran inquiry dalam buku klasiknya How We Think yang diterbitkan tahun 1910
sebagai berikut :

1. Menggambarkan indicator-indikator masalah atau situasi


2. Memberikan kemungkian jawaban atau penjelasan
3. Mengumpulkan bukti-bukti yang dapat digunakan untuk menguji kebenaran jawaban
atau penjelasan
4. Menguji kebenaran jawabn sesuai dengan bukti bukti yang terkumpul
5. Merumuskan kesimpulan yang didukung oleh bukti yang terbaik.[4]

Tujuan dari pembelajaran Reflektif Inquiry yaitu :

1. Mengajarkan kepada para siswa menjadi warga negara yang mampu membuat
keputusan
2. Agar murid mampu mengidentifikasi masalah dan meresponnya serasional mungkin
3. Membantu para siswa untuk berpikir secara kritis tentang isu yang terjadi.[5]

Pada penjelasan ini, pengertian inkuiri juga meliputi pengidentifikasian masalah sosial
yang harus ditelaah. Jadi, proses inkuiri merupakan proses bepikir yang lebih kritis dan lebih
mendalam. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, yang dimaksudkan dengan inkuiri reflektif
adalah proses berpikir yang mendalam dan merefleksikan pengalaman, atau dengan perkataan
lain dapat dikatakan sebagai proses merenung. Oleh karena itu, proses inkuairi reflektif atau
berpikir dan merenung tidak hanya berpikir untuk memeriksa atau meneliti sesuatu persoalan,
tetapi berhubungan pula dengan sikap penilaian pengungkapan pengalaman.

Pembelajaran IPS sebagai inkuiari reflektif berlangsung ketika peserta didik


dilibatkan ke dalam suasana kehidupan yang nyata, yang penuh dengan persoalan yang harus
diteliti dan dipikirkan secara kritis. Peserta didik dilatih untuk membuat suatu keputusan
tentang hal-hal yang berkenaan dengan kebijakan dan kehidupan demokrasi, mereka harus
mampu mengelola dirinya sendiri, serta mampu berlaku dan bertindak sebagai anggota
masyarakat.

Pengajaran IPS sebagai inkuiri reflektif atau sebagai proses penelaahan dan pemikiran
yang mendalam, merupakan teknik atau strategi pembelajaran yang bermanfaat dalam
membina peserta didik menjadi kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah yang
dihadapinya. Secara lebih jauh lagi, peserta didik dapat diarahkan mampu membuat
keputusan yang berkaitan dengan hal-hal yang dialaminya sehari-hari. Dengan demikian,
model pembelajaran inkuairi merupakan salah satu model yang tepat untuk menciptakan
manusia sebagai cendekia.

F. IPS Sebagai Transformasi Sosial


IPS diajarkan sebagai transformasi sosial dilatarbelakangi perubahan sosial yang cepat
seperti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan. Hakikat IPS sebagai
transformasi sosial ialah sebuah tradisi pembelajaran IPS mendorong siswa untuk membawa
perubahan sosial di masyarakat.

Transformasi sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat baik


dalam bentuk sifat, watak, dan struktur.Perubahan tersebut terjadi karena masuknya ide-ide
pembaharuan yang diadopsi oleh paraanggota sistem sosial. Proses perubahan tersebut terjadi
melalui tiga tahap, yaitu:

1. Invensi, yaitu proses dimana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan.

2. Difusi, yaitu proses dimana ide-ide baru tersebut dikomunikasikan kedalam sistem
sosial.

Konsekuensi, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem sosial akibat


pengadopsian atau penolakan inovasi. Perubahan terjadi jika penggunaan atau penolakan ie
baru itu mempunyai akibat.
Tujuan dari pembelajaran transformasi sosial :

1. Siswa mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan sosial yang terjadi di


masyarakat.

2. Siswa mampu memberikan solusi kepada masyarakat tentang masalah sosial yang ada

3. Siswa mampu mempertahankan kebudayaan dan nilai-nilai yang baik dari bangsanya.

Metode yang digunakan dalam pembelajaran transformasi sosial antara lain :

1. Problem Solving, yaitu pemecahan masalah yang ada di masyarakat yang telah
dibawa guru kedalam kelas untuk didiskusikan

2. Discovery Learning, yaitu menemukan solusi, prinsip atau konsep atas suatu masalah
untuk diberikan kepada masyarakat sepertipara pengambil kebijakan, guna
menyelesaikan masalah yang ada.

3. Pembelajarn Proyek, yaitu siswa diajak langsung untuk ikut serta dalam berbagi
proyek pembangunan sosial.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
1. Pembelajaran IPS sebagai transmisi kewarganegaraan merupakan strategi pengajaran
IPS yang berhubungan dengan penanaman tingkah laku, pengetahuan, pandangan, dan
nilai yang harus dimiliki oleh peserta didik. Tingkah laku, pengetahuan, pandangan
dan nilai yang akan diajarkan harus sesuai dengan kekayaan nilai-nilai budaya yang
berkembang di lingkungan peserta didik dan guru yang mengajarkan IPS. Hal ini
dimaksudkan agar nilainilai budaya yang ada dalam masyarakat dapat ditransmisikan
dari generasi ke generasi.
2. Pembelajaran IPS sebagai ilmu sosial didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik
dapat berpikir secara kritis, mampu mengobservasi dan meneliti seperti apa yang
dilakukan oleh ahli ilmu sosial.
3. Pembelajaran IPS sebagai inkuiari reflektif berlangsung ketika peserta didik
dilibatkan ke dalam suasana kehidupan yang nyata, yang penuh dengan persoalan
yang harus diteliti dan dipikirkan secara kritis. Peserta didik dilatih untuk membuat
suatu keputusan tentang hal-hal yang berkenaan dengan kebijakan dan kehidupan
demokrasi, mereka harus mampu mengelola dirinya sendiri, serta mampu berlaku dan
bertindak sebagai anggota masyarakat.
4. Transformasi sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat baik
dalam bentuk sifat, watak, dan struktur.
B.Saran
Hendaknya makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pembelajaran bagi
pembaca. Dan makalah ini bisa bermanfaat bagi banyak pihak, utamanya bagi penyusun dan
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Biringan, J. (2013). Paradigma Pembelajaran Pendidikan IPS sebagai Implementasi


Pembentukkan Karakter Bangsa.

Sina, A., Dini, A., & Nurhalimah, N. (2023). Paradigma Pembelajaran IPS Dan
Permasalahannya. Faidatuna, 4(2), 164-174.

Siska, Y. (2018). Pembelajaran Ips Di Sd/Mi. Garudhawaca.

Afifah, S. N., Komalasari, K., Disman, D., & Malihah, E. (2022). Pembelajaran IPS Berbasis
Blended Learning sebagai Upaya Memenuhi Tantangan Abad 21. Jurnal
Basicedu, 6(3), 4289-4298.

Endayani, Henni. (2017). Pengembangan Materi Ilmu Pengetahuan Sosial. Jurnal Program
studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, vol. 1(1), 9-11.

Anda mungkin juga menyukai