Disusun untuk Memenuhi tugas Mata Kuliah Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial
Dosen Pengampu :
OLEH :
KELOMPOK 5
Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur atas rahmat dan ridho Allah
SWT,karena Rahmat dan Ridhonya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan tepat waktu.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Faizal, S.Pd., M.Si dan
Ibuk Silvina Noviyanti, S.Pd., M.Pd. Selaku dosen pengampu mata kuliah Konsep
Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial yang membimbing kami dalam pengerjaan makalah
ini. Kami juga ucapkan terima kasih kepada teman teman kami yang selalu setia
membantu dalam hal mengumpulkan data data dalam pembuatan makalah ini. Dalam
kami menjelaskan tentang Ruang lingkup kajian ips
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang Belum kami
ketahui. Maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman-teman maupun dosen.
Demi tercapainya makalah yang sempurna.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Filsafat, falsafah, atau filosofi (berakar dari kata Yunani φιλοσοφία, filosofia, arti
"cinta akan hikmat"[1][2] ) adalah metodologi yang mengkaji pertanyaan-pertanyaan
umum dan asasi, misalnya pertanyaan-pertanyaan tentang eksistensi, penalaran, nilai-
nilai luhur, akal budi, dan bahasa.[3] Istilah ini kemungkinan pertama kali diungkapkan
oleh Pythagoras (c. 570– 495SM). Metode yang digunakan dalam filsafat antara lain
mengajukan pertanyaan, diskusi kritikal, dialektik, dan presentasi sistematik.[4][5] Orang
yang mempelajari ilmu filsafat disebut "filsuf" atau "filosof", sementara sesuatu yang
berhubungan dengan konsep filsafat disebut "filosofis", "filsafati", atau "falsafi".
Filsafat adalah hasil dari tinjauan manusia mengenai dirinya, makna alam dan tujuan
hidup dengan menggunakan pikiran serta dibantu rasa dan keyakinan di dalam diri
tersebut. Sebagai suatu kesatuan, baik dalam memengaruhi atau membantu orang lain,
filsafat digunakan sebagai pedoman dalam memberi makna hidup.
Filsafat pendidikan merupakan ilmu filsafat yang mempelajari hakikat pelaksanaan
dan pendidikan. Bahan yang dipelajari meliputi tujuan, latar belakang, cara, hasil, dan
hakikat pendidikan. Metode yang dilakukan yaitu dengan analisis secara kritis struktur
dan manfaat pendidikan. Filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran teratur yang
menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan,
menyelaraskan, mengharmoniskan dan menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang ingin
dicapai.
Landasan filosofis pendidikan merupakan seperangkat pemikiran-pemikiran dan
asumsi yang dijadikan titik tolak dalam merumuskan konsep-konsep pendidikan.
Pragmatisme merupakan aliran filsafat pendidikan yang lahir di Amerika.Landasan
filosofis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari filsafat yang menjadi
titik tolak dalam rangka praktik pendidikan dan atau studi pendidikan (Hidayat &
Abdillah, 2019, hlm. 39). Spesifiknya, berbagai asumsi-asumsi tersebut berasal dari
filsafat pendidikan yang menyangkut keyakinan terhadap hakikat manusia, keyakinan
tentang sumber nilai, hakikat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik
dijalankan.Sementara itu menurut Syam, dkk (2021, hlm. 17) landasan filosofis
pendidikan merupakan suatu gagasan tentang pendidikan yang dijelaskan berdasarkan
filsafat umum dalam pendidikan yang terdiri dari metafisika, epistemologi, dan
aksiologi.
sosial masyarakat selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu, dinamisasi
kemajuan diberbagai bidang kehidupan harus dapat ditangkap dan diperhatikan oleh
lembaga pendidikan yang kemudian menjadi bahan materi pembelajaran, sehingga
bahan pelajaran secara formal dapat dituangkan dalam bentuk kurikulum. Kurikulum
IPS yang dikembangkan hendaknya memiliki landasan filosofis yang jelas, landasan
filosofis yang digunakan haruslah melihat kondisi nyata yang terjadi di masyarakat.
Kondisi masyarakat yang terjadi saat ini adalah masyarakat yang senantiasa mengalami
perubahan- perubahan yang disebabkan adanya interaksi sosial baik antar individu
nmaupum kelompok. Dalam mencermati perubahan tersebut, maka kurikulum harus
memiliki landasan filosofis humanistik, dimana Ilmu Pengetahuan Sosial menjunjung
tinggi sifat-sifat dasar kemanusiaan. Perkembangan istilah atau nama Social Studies
pertama kali dimasukan secara resmi kedalam kurikulum sekolah Rugby di Inggris pada
tahun 1827, Dr. Thomas Arnold direktur sekolah tersebut adalah orang pertama yang
berjasa memasukan Social Studies kedalam kurikulum sekolah.
B.Rumusan Masalah
1. Apa Latar belakang Pengembangan landasan Filosofis Pendidikan Ips
2. Apa perbedaan Konsep,Fakta,Teori dan Generalisasi. Proses dan sikap Nilai
dan moral dari pembelajaran pegembangan dan Pengorganisasian Ips di
Sekolah Dasar
3. Apa perbedaan Pembelajaran pengembangan dan pengorganisasian Ips di
Sekolah Dasar
4. Apa saja Contoh Pembelajaran pengembangan dan Pengorganisasian Ips di
Sekolah Dasar
C. Tujuan pembahasan
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
(2) Perenialsme
Perenialsme; adalah aliran yang memandang , bahwa sasaran yang harus dicapai oleh
pendidikan adalah kepemilikan atas prinsip-prinsip tentang kenyataan, kebenaran dan
nilai yang abadi, serta tidak terkait oleh ruang dan waktu. Dalam pandangan aliran
Perenialisme kurikulum akan menjadi sangat ideologis karena dengan pandangan-
pandangan ini menjadikan siswa atau peserta didik sebagai warga Negara yang
memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diinginkan oleh Negara.
Pandangan perenialisme lebih menekankan pada Transfer Budaya (transfer of culture),
seperti dalam Implementasinya pada kurikulum IPS yang bertujuan pada
pengembangan dan pembangunan jati diri bangsa peserta didik dalam rangka menuju
tercapainya integrasi bangsa. Aliran ini juga dikenal menekankan pada kebenaran yang
absolut, kebenaran universal yang tidak terikat pada ruang dan waktu, aliran ini lebih
berorientasi ke masa lalu.
(3) Progresivisme
Progresivisme;
adalah aliran ini memandang bahwa sekolah memiliki tujuan yakni kecerdasan yang
praktis dan membuat siswa lebih efektif dalam memecahkan berbagai masalah yang
disajikan oleh guru atau pendidik. Masalah tersebut biasanya ditemukan berdasarkan
pengalaman siswa. Pembelajaran yang harus dikembangkan oleh aliran Progresivisme
adalah memperhatikan kebutuhan individual yang dipengaruhi oleh latar belakang
sosial-budaya dan mendorong untuk berpartisipasi aktif sebagai warga Negara dewasa,
terlibat dalam pengambilan keputusan, dan memiliki kemampuan dalam memecahkan
masalah pada kehidupan sehari-hari. Implementasi IPS dalam pandangan aliran filsafat
Progresivisme adalah bagaimana mata pelajaran IPS mampu membekali kepada siswa
agar dapat memecahkan permasalahan- permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-harinya, misalnya kemiskinan, pengangguran, kebodohan, ketertinggalan,
kenakalan remaja atau narkoba dan lainnya.
(4) Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme
; adalah aliran ini berpendapat bahwa sekolah harus diarahkan kepada pencapaian
tatanan demokrasi yang mendunia. Aliran filsafat ini menghendaki agar setiap individu
dan kelompok tanpa mengabaikan nilai-nilai masa lalu, mampu mengembangkan
pengetahuan, teori, atau pandangan tertentu yang paling relevan dengan kepentingan
mereka melalui pemberdayaan peserta didik dalam proses pembelajaran guna
memproduksipengetahuan baru. Dalam pandangan aliran filsafat ini lebih menekankan
agar siswa dalam pembelajaran mampu menemukan (inquiri), penemuan yang bersifat
informasi baru bagi siswa berdasarkan bacaan yang ia lakukan. Pembelajaran lebih
ditekankan pada proses bukan hasilnya. Aktivitas siswa menjadi perioritas utama dalam
berlangsungnya pembelajaran. Dalam implementasi pembelajaran IPS , misalnya siswa
mempelajari fakta-fakta disekelilingnya, berdasarkan fakta tersebut siswa menemukan
definisi mengenai sesuatu, tanpa harus didefinisikan terlebih dahulu oleh guru.
Misalnya dalam pelajaran ekonomi diperkenalkan adanya fakta orang-orang yang
mekakukan kegiatan jual – beli. Setelah melihat aktivitas orang-orang tersebut
akhirnya siswa menemukan definisi mengenai penjualan, pembelian, penawaran, pasar,
uang dan lainnya dalam aktivitas jual-beli. Dengan demikian guru tidak menjelaskan
atau membuat definisi, tetapi dari
fakta-fakta tersebut siswalah yang aktif melihat fakta dan dapat mendifinisikannya.
menyimpulkan sesuatu atau beberapa peristiwa yang pernah terjadi, yangdimana fakta
merupakan titik awal untuk membentuk konsep dan dari beberapa konsep dapat
membentuk sebuah Generalisasi. Fakta, Konsep danGeneralisasi merupakan sutu kajian
dalam IPS yang harus dipahami olehsiswa.Fakta dapat dipahami secara umum dalam
tiga bentuk:1.Fakta yang berupa benda seperti batu, pohon, orang, dan
sebagainya.2.Fakta yang berupa situasi atau kondisi seperti panas, kotor, bising
dansebagainya.3.Fakta yang berupa peristiwa atau kejadian seperti kebakaran,
perkelahiandan proses lainnya.
4 Berdasarkan contoh fakta yang pernah terjadi di masa lalu seperti contohfakta diatas
maka banyak sekali contoh-contoh fakta yang dapat diambil dandijadikan sebagai
tambahan materi dari definisi fakta tersebut.
• Pengorganisasian :
1. Pengorganisasian terpisah
Contohnya sejarah diajarkan terlepas dari geografi,ekonomi,
sosiologi, antropologi atau politik.
2. Pengorganisasian korelatif
Contohnya antropologi membahas nilai yang berlaku dalam hubungan
antara orang yang dianggap tua dan muda, sehingga siswa akan
memahami bagaimana hubungan antara tokoh soekarno hatta yang
dianggap tua dengan golongan muda pada saat menjelang proklamasi
kemerdekaan
3. Pengorganisasian fusi
Contohnya apabila pokok bahasan yang diidentifikasi dan akan
diajarkan adalah penduduk, maka konsep-konsep penting digunakan
untuk membahas pokok bahasan tersebut tanpa mengidentifikasi
disiplin ilmu asal konsep tersebut
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keberehasilan pendidikan dan pengajaran IPS akan dapat memberikan
kontribusi yang besar terhadap pembangunan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Kajian Teoritis Landasan Filosofis Kurikulum Pendidikan IPS
Pengembangan suatu kurikulum haruslah memiliki landasan filosofis,
dimaksudkan agar memiliki arah dan tujuan yang jelas dalam implimentasinya.
Filsafat pendidikan mengandung suatu nilai-nilai atau cita-cita masyarakat,
berdasarkan cita-cita tersebut terdapat sebuah landasan, yang tidak lain mau
dibawa kemana arah pendidikan anak didik tersebut. Filsafat pendidikan
menjadi landasan untuk merancang tujuan pendidikan, prinsif – prinsif
pembelajaran, serta perangkat pengalaman belajar yang bersifat mendidik.
DAFTAR PUSTAKA