Anda di halaman 1dari 21

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Dosen Pengampu : Endang Supriatna, M. Pd

Disusun Oleh Kelompok 1 :


Diki Septiansyah
Khasyafani Rahayu B
Reyhan Muhammad Fajar
Riska Rismawati

PROGRAM STRATA 1 (S1) PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI 2F


STKIP PGRI KOTA SUKABUMI
Jl. Karamat No. 69 Kel. Karamat Kec. Gunungpuyuh Kota Sukabumi Jawa Barat 43122 Telp
(0266) 22601
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL" dengan tepat waktu.

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk
itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Sukabumi, 06 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….i

DAFTAR ISI…...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………………………...………..1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………...………...1
C. Tujuan………………………………………………………………………..…………..1

BAB II PEMBAHASAN
A. Hubungan IPS dengan Ilmu-Ilmu Sosial…………………………………...……………2
B. Perkembangan PIPS di luar dan dalam Negeri…………………………...……………...3
1. Perkembangan PIPS di luar Negeri…………………………………...………………
3
2. Perkembangan IPS di Indonesia……………………………………...
……………….5
C. Dimensi dan Struktur PIPS…………………………………………...………………...7
1. Dimensi IPS……………………………………………………...………………...7
2. Struktur IPS……………………………………………………..…………………8
D. Pemikiran dalam Pembaruan Pembelajaran IPS…………………..…………………...9
E. Upaya Pembaruan di luar dan di dalam Negeri…………………..……………………9

1. Upaya Pembaruan PIPS di luar Negeri (AS)………………..…………………….9

2. Upaya Pembaruan PIPS di Indonesia……………………..……………………..10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan……...……………………………………………………………………15
B. Saran…………..……………………………………………………………………...17

Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Istilah IPS dikenal pertama kali di Amerika yang dikenal dengan social studies
yang artinya kajian sosial. Sehingga, dapat diartikan dengan "Penelaahan atau Kajian
tentang Masyarakat". Ilmu Pengetahuan Sosial atau IPS merupakan suatu ilmu
pengetahuan yang terpadu dari disiplin ilmu-ilmu sosial lain seperti Sejarah, Ekonomi,
Antropologi, Geografi, Sosiologi, Hukum, Psikologi, dan Politik. Disiplin ilmu-ilmu
sosial tersebut disederhanakan dalam Ilmu Pengetahuan Sosial dengan tujuan mendidik
serta membentuk karakter peserta didik untuk menjadi warga negara yang baik, peka
terhadap permasalahan sosial lingkungan sekitar, dan menumbuhkan sikap berpikir kritis
dan inkuiri. Sejalan dengan tujuan tersebut dibutuhkan suatu sistem pendidikan yang
mampu menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Social Studies atau pendidikan IPS
tidak hanya dikenal di Indonesia saja melainkan juga di Amerika Serikat dan Australia.
Sama halnya di Indonesia, di kedua negara tersebut Social Studies juga dilakukan upaya
pembaruan guna mencapai sistem pendidikan yang bermutu dan tentunya sesuai dengan
tujuan pendidikan di setiap negara.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan IPS dengan Ilmu-Ilmu Sosial?
2. Jelaskan perkembangan PIPS di luar dan dalam Negeri!
3. Apa saja dimensi dan struktur IPS?
4. Bagaimana Pemikiran dalam Pembaruan Pembelajaran IPS?
5. Apa saja upaya pembaruan IPS di luar dan di dalam Negeri?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hubungan IPS dengan Ilmu-Ilmu Sosial
2. Untuk mengetahui perkembangan PIPS di luar dan dalam Negeri
3. Untuk mengetahui dimensi dan struktur IPS
4. Untuk mengetahui Pemikiran dalam Pembaruan Pembelajaran IPS
5. Untuk mengetahui upaya pembaruan IPS di luar dan di dalam Negeri

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan IPS dengan Ilmu-Ilmu Sosial


Hubungan IPS dengan ilmu-ilmu sosial lainnya dapat dipahami dengan lebih jelas
berdasarkan konsep dasar dan generalisasi IPS yang dikembangkan. IPS merupakan
fusi dari beberapa disiplin ilmu sosial. IPS merupakan kajian atau bidang studi yang
mengambil fakta, konsep, dan generalisasi dari ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan
dan dikemas secara menarik untuk keperluan pendidikan, IPS berhubungan dengan
ilmu-ilmu sosial yang meliputi Geografi, Ekonomi, Politik, Sejarah, Antropologi,
Sosiologi, Psikologi Sosial dan Hukum.
1. Hubungan IPS dan Geografi
IPS mengambil materi dari Geografi yang terkait dengan ruang bumi, garis
lintang, bujur, arah, jarak, lokasi ruang, kondisi alam, tata lingkungan, sumber
daya alam, serta interaksi antar bangsa dan manusia dengan lingkungan.
2. Hubungan IPS dan Ilmu Ekonomi
IPS mengambil materi ilmu ekonomi terkait dengan usaha manusia untuk
mencapai kemakmuran, dan gejal-gejala serta hubungan yang timbul dari usaha
tersebut.
3. Hubungan IPS dan Ilmu Politik
IPS mengambil materi ilmu politik yang membahas usaha manusia
mengorganisasikan kekuasaan dalam mengatur manusia dan menyelenggarakan
kepentingan rakyat dan bangsa.
4. Hubungan IPS dan Ilmu Sejarah
IPS mengambil materi ilmu sejarah yang terkait dengan cara hidup manusia
dilihat dari kurun waktu masa lalu.
5. Hubungan IPS dan Antropologi
IPS mengambil materi antropologi yang terkait dengan kajian hasil budaya
manusia dalam menjaga eksistensinya dan usaha meningkatkan kehidupan, baik
aspek lahiriah maupun batiniah.
6. Hubungan IPS dan Sosiologi
IPS mengambil materi sosiologi yang mempelajari masyarakat secara keseluruhan
dan hubungan antar individu dan masyarakat tersebut.

2
7. Hubungan IPS dan Psikologi Sosial
IPS mengambil materi dari psikologi sosial yang mempelajari prilaku individu,
kelompok, dan spekulasi.
8. Hubungan IPS dan Ilmu Hukum
IPS mengambil materi ilmu hukum yang berkaitan dengan peraturan tingkah laku
yang ditetapkan pemerintah.

B. Perkembangan PIPS di luar dan dalam Negeri


1. Perkembangan PIPS di luar Negeri
Pada tahun 1935 terjadi polemik di antara kalangan intelektual Amerika
Serikat (AS) mengenai Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang lebih dikenal dengan
“Social Studies”, kemudian hal tersebut dipublikasikan oleh Organisasi yang
bernama National Council for The Social Studies (NCSS). Namun menurut L.
Tildsley hal itu memberi tanda bahwa sejak awal pertumbuhannya bidang social
studies dihadapkan kepada tantangan untuk dapat membangun dirinya sebagai
disiplin yang solid.
Pilar historis-epistemologis, social studies yang pertama berupa definisi
tentang social studies oleh Edgar Bruce Wesley pada tahun 1937 (Barr, Bart, dan
Shermis, 1977 : 1 – 2) yaitu : The social Studies are the social sciences simplified
for pedagogical purposes. Maksudnya, social studies adalah ilmu-ilmu sosial
yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan, yang meliputi aspek–aspek Ilmu
Sejarah, Ekonomi, Politik, Sosiologi, Antropologi, Psikologi, Geografi, dan
Filsafat, yang dipilih untuk tujuan pembelajaran di sekolah dan perguruan tinggi.
Sekitar tahun 1940 – 1950 NCSS menjalani periode sulit, yang berkisar
pertanyaan tentang perlu tidaknya “social studies” menanamkan nilai dan sikap
demokratis kepada para pemuda. Kemudian melahirkan tuntutan bagi sekolah
untuk mengajarkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk
berpartisipasi dalam masyarakat demokratis.
Tahun 1955 terjadi terobosan besar dalam Barr, Bart, dan Shermis (1077 :
37) berupa inovasi Maurice Hunt dan Lawrence Metcalf yang mencoba cara baru
dalam pengintegrasian pengetahuan dan keterampilan ilmu sosial untuk tujuan
citizenship education (pendidikan kewarganegaraan).
Pada tahun 1960 timbul satu gerakan akademis mendasar dalam
pendidikan yang dikenal sebagai gerakan “the new social studies”. Namun
gagasan ini di tahun 1970 belum menjadi kenyataan, tetapi ditegaskan Barr, Bart,
dan Shermis (1977 : 36) yaitu terjadi tarik-menarik antara dua visi social studies
yang berbeda, yaitu gerakan untuk mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu sosial
untuk citizenship education (pendidikan kewarganegaraan) dan adanya gerakan
pemisahan berbagai disiplin ilmu yang memperlemah konsepsi social studies
education (Ilmu pendidikan sosial).

3
Setiap disiplin adalah unik karena seyogianya diajarkan secara terpisah.
Pandangan ini mendorong timbulnya upaya mentransformasikan “social studies”
ke dalam “social science” dan mengajarkannya sebagai disiplin akademik yang
terpisah. Gerakan ini mendorong berdirinya Social Science Education Consortium
(SSEC). Sedangkan NCSS tetap mengembangkan social studies yang terpisah
pada citizenship education.
Menurut Barr, Bart dan Shermis, mendefinisikan social studies dalam
beberapa bagian yaitu: Pertama, social studies merupakan satu sistem
pengetahuan terpadu ; Kedua, misi utama social studies adalah pendidikan
kewarganegaraan dalam suatu masyarakat yang demokratis ; Ketiga sumber
utama konten social studies adalah social science dan humanities, Keempat dalam
upaya penyiapan warga negara yang demokratis terbuka kemungkinan perbedaan
dalam orientasi, visi, tujuan dan metode pembelajaran. Diantaranya lahirlah visi,
misi dan strategi social studies itu adalah :
a. Social studies taught as citizenship transmission, bertujuan untuk
mengembangkan warga negara yang baik sesuai dengan norma yang berlaku
b. Social studies taught as social science, bertujuan untuk mengembangkan
karakter warga negara yang baik, ditandai dengan kemampuan dalam melihat
dan mengatasi masalah-masalah
c. Social studies taught as reflective inquiry, bertujuan untuk mengembangkan
karakter warga negara yang baik, ditandai dengan kemampuan mengambil
keputusan.
Tahun 1994 The Board of Directors of The National Council for The Social
Studies menerbitkan visi baru dalam dokumen resmi NCSS yang diberi judul
Expectations of Excellence : Curriculum Standard for Social Studies. Dokumen
ini mewarnai pemikiran praksis social studies di Amerika Serikat sampai saat ini.
Sebagai rambu-rambu dalam rangka mewujudkan visi, misi, dan strategi
baru Social Studies, NCSS (1994) menggariskan hal-hal sebagai berikut :
a. Program Social Studies mempunyai tujuan pokok yang ditegaskan kembali
bahwa civic competence bukanlah hanya menjadi tanggung jawab Social
Studies
b. Program Social Studies dalam dunia pendidikan persekolahan, mulai dari
Taman Kanak-Kanak sampai ke Pendidikan menengah, ditandai oleh
keterpaduan “…knowledge, skill, and attitudes within and across disciplines”
(NCSS, 1994:3) Pada kelas rendah ditekankan pada social studies yang
mengintegrasikan beberapa disiplin yang bertolak dari tema tertentu.
c. Program Social Studies dititik beratkan pada upaya membantu siswa dalam
membangun pengetahuan dan sikap yang aktif melalui cara pandang
akademik terhadap realita. (NCSS, 1994:4).

4
d. Program Social Studies mencerminkan “…sifat pengetahuan yang berubah,
mendorong pendekatan yang sepenuhnya baru dan sangat terintegrasi untuk
menyelesaikan masalah yang penting bagi kemanusiaan” (NCSS, 1994:5).
Latar belakang lahirnya Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) akan dilihat dari dua
aspek, yakni latar belakang sosiologis dan pedagois dengan mempertimbangkan
aspek kemasyarakatan dan ilmu-ilmu sosial yang dikaji dalam Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS).
2. Perkembangan IPS di Indonesia
Sejarah Perkembangan IPS di Indonesia dan masuknya bidang studi IPS ke
dalam kurikulum sekolah di Indonesia di latar belakangi oleh situasi kacau dan
pertentangan politik bangsa, kondisi keragaman budaya bangsa (multikultur) yang
sangat rentan terjadinya konflik. Sehingga, situasi nasional bangsa yang tidak
stabil, terlebih adanya pemberontakan G30S/PKI, yang akhirnya dapat ditumpas
oleh pemerintahan Orde Baru. Istilah IPS pertama kali muncul dalam Seminar
Nasional tentang Civic Education tahun1972 di Tawamangu, Solo. Ada 3 istilah
yang muncul dalam Seminar Nasional di Tawamangudan digunakan secara
bertukar, yaitu:
a. Pengetahuan Sosial / Social Science. Achmad Sanusi memberikan batasan
tentang Ilmu Sosial (Saidihardjo,1996.h.2) adalah sebagai berikut: “Ilmu
Sosial terdiri dari disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertaraf
akademis dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi, makin lanjut
makin ilmiah”. Menurut Gross (Kosasih Djahiri,1981.h.1) Ilmu Sosial
merupakan disiplin intelektual yang mempelajari manusia sebagai makluk
sosial secara ilmiah, memusatkan pada manusia sebagai anggota masyarakat
dan kelompok atau masyarakat yang ia bentuk. Nursid Sumaatmadja,
menyatakan bahwa Ilmu Sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku manusia baik secara perorangan maupun tingkah
laku kelompok. Oleh karena itu Ilmu Sosial adalah ilmu yang mempelajari
tingkah laku manusia dan mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.
b. Studi Sosial / Social Studies. Berbeda dengan Ilmu Sosial, Studi Sosial bukan
merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin akademis, melainkan lebih
merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah sosial.
Tentang Studi Sosial ini, Achmad Sanusi (1971:18) memberi penjelasan
sebagai berikut : Sudi Sosial tidak selalu bertaraf akademis-universitas,
bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran bagi siswa sejak pendidikan dasar
dan dapat berfungsi sebagai pengantar bagi lanjutan kepada disiplin-disiplin
ilmu sosial.
c. Ilmu Pengetahuan Sosial / Social Education. Pada dasarnya Mulyono Tj.
(1980: 8) memberi batasan IPS adalah suatu pendekatan interdsipliner (Inter-
disciplinary Approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan
integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti Sosiologi,
Antropologi, Psikologi Sosial, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Ilmu Politik, dan

5
sebagainya. Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1996: 4) bahwa IPS
merupakan hasil kombinasi atau hasil perpaduan dari sejumlah mata pelajaran
seperti Geografi, Ekonomi, Sejarah, Sosiologi, Antropologi, dan
Politik.Tekanan yang dipelajari IPS berkenaan dengan gejala dan masalah
kehidupan masyarakat bukan pada teori dan keilmuannya, melainkan pada
kenyataan kehidupan kemasyarakatan. Dari kerangka dan masalah sosial,
ditelaah, dianalisis faktor-faktornya, sehingga dapat dirumuskan jalan
pemecahannya. Berdasarkan kerangka tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis
gejala dan masalah sosial dimasyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek
kehidupan. Untuk pertama kalinya konsep IPS masuk ke dalam dunia
pendidikan pada tahun 1972-1973, yakni dalam kurikulum Proyek Perintis
Sekolah Pembangunan (PPSP) IKIP Bandung. Dalam kurikulum SD 8 tahun
PPSP digunakan istilah “Pendidikan Kewarganegaraan Negara/Studi Sosial”
sebagai mata pelajaran sosial terpadu. Sedangkan dalam kurikulum Sekolah
Menengah 4 tahun, digunakan istilah “Studi Sosial, Pendidikan Kewargaan
Negara, dan Civics Hukum”. Kurikulum PPSP dapat dianggap sebagai pilar
kedua dalam perkembangan pemikiran mengenai pendidikan IPS, yakni
masuknya kesepakatan akademis mengenai IPS ke dalam kurikulum sekolah.
Dengan berkembangnya IPS dalam dunia pendidikan maka pada tahun 1975
dan 1984 IPS di masukan dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. Pada
kurikulum 1975 di nyatakan bahwa IPS adalah paduan sejumlah mata
pelajaran Ilmu Sosial. IPS terpadu untuk jenjang SD, pada jenjang SMP IPS
terkonfederasi meliputi mata pelajaran Geografi, Sejarah dan Koperasi.
Sedangkan untuk SMA, IPS menjadi suatu jurusan program studi bersama
IPA dan Bahasa. Di jenjang ini IPS terpisah-pisah mencakup beberapa mata
pelajaran ilmu sosial, seperti Geografi, Sejarah dan Ekonomi, pendidikan IPS
di Indonesia mempunyai 2 konsep, yaitu: pertama, Pendidikan IPS yang
diajarkan dalam tradisi Citizenship Transmission dalam bentuk mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dan Sejarah Nasional; kedua,
Pendidikan IPS yang diajarkan dalam tradisi social science dalam bentuk
pendidikan IPS terpisah di SMU, yang terkonfederasi di SLTP, dan yang
terintegrasi di SD. PIPS untuk tingkat perguruan tinggi pendidikan guru IPS,
direkonsep tualisasikan sebagai pendidikan disiplin ilmu, sehingga menjadi
pendidikan disiplin Ilmu Pengetahuan Sosial yang disingkat PDIPS.
Kemungkinan HISPISI akan memegang dua konsep yaitu konsep PIPS untuk
dunia persekolahan, dan konsep PDIPS untuk perguruan tinggi pendidikan
guru IPS. PIPS untuk dunia persekolahan terpilah menjadi 2 versi, yang
pertama, PIPS dalam tradisi citizenship transmission dalam bentuk mata
pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dan Sejarah Indonesia;
dan kedua, PIPS dalam tradisi social science dalam bentuk mata pelajaran IPS
terpadu untuk SD, mata pelajaran IPS terkonfederasi untuk SLTP, dan IPS
terpisah-pisah untuk SMU.

6
C. Dimensi dan Struktur PIPS
1. Dimensi IPS
Dimensi dalam Pembelajaran IPS diajarkan secara terpadu dari 4 kajian,
yaitu Geografi, Ekonomi, Sejarah dan Sosiologi melalui pendekatan tema.
Pembelajaran ini berbasis pada kontekstual dengan mengamati dan belajar dari
pengalaman sekelilingnya. Karakteristik IPS ini mampu menjadikan
perkembangan psikologis peserta didik pada usia tersebut yang selalu ingin tau,
berpikir kritis dan senang bereksplorasi.
Menurut Sapriya, program pendidikan IPS yang komperhensif adalah
program yang mencakup empat dimensi, yaitu : dimensi pengetahuan
(knowledge), dimensi keterampilan (skill), dimensi nilai dan sikap (values and
attitudes), dimensi tindakan (action). Walaupun keempat dimensi ini memiliki
karakteristik yang berbeda, namun dalam proses pembelajaran keempat dimensi
ini saling melengkapi. Untuk kepentingan analisis akademik, keempat dimensi ini
dibedakan agar guru dapat merancang pembelajaran IPS secara sistematis dan
untuk meyakinkan bahwa semua kawasan sudah terliput.
a. Dimensi Pengetahuan (knowledge)
Setiap orang memiliki wawasan tentang pengetahuan sosial yang berdeda-
beda. Ada yang berpendapat bahwa pengetahuan sosial meliputi persitiwa
yang terjadi di lingkungan masyarakat tertentu. Ada pula yang
mengemukakan bahwa pengetahuan sosial mencakup keyakinan-keyakinan
dan pengalaman belajar siswa. Pengetahuan mencakup 4 hal diantaranya
pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan
pengetahuan metakognitif yang dipahami oleh peserta didik.
b. Dimensi Keterampilan
Pendidikan IPS sangat memperhatikan dimensi keterampilan disamping
pemahaman dalam dimensi pengetahuan. Kecakapan mengolah dan
menerapkan informasi merupakan keterampilan yang sangat penting untuk
mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang mampu berpartisipasi
secara cerdas dalam masyarakat demokrastis.
c. Dimensi Nilai dan Sikap
Pada hakikatnya nilai merupakan sesuatu yang berharga. Nilai yang
dimaksud disini ialah seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku yang telah
mempribadi dalam diri seseorang atau sekelompok masyarakat tertentu yang
terungkap ketika berfikir atau bertindak. Nilai biasanya dipelajari sebagai
hasil dari pergaulan atau komunikasi antar individu dalam kelompok seperti
keluarga, himpunan keagamaan, kelompok masyarakat atau persatuan dari
orang-orang yang memiliki tujuan yang sama. Agar ada kejelasan dalam
mengkaji nilai dimasyarakat, maka nilai dapat dibedakan atas nilai substantif
dan nilai prosedural.

7
d. Dimensi Tindakanan sosial
Dapat diajarkan pada semua jenjang dan semua tingkatan kelas kurikulum
IPS. Dimensi tindakan sosial untuk pembelajaran IPS meliputi 3 model
aktivitas sebagai berikut :
1) Percontohan kegiatan dalam memecahkan masalah dikelas seperti cara
berorganisasi dan bekerja sama. Misalnya, siswa usia 5 tahun memberikan
pendapat kepada gurunya tentang tempat-tempat piknik apa saja sebagai
alternatif dan mana yang akan dipilih.
2) Berkomunikasi dengan anggota masyarakat dapat diciptakan, misalnya
dengan kelompok masyarakat pecinta lingkungan, masyarakat perajin,
pedagang, dan melakukan survey, pengamatan, serta wawancara dengan
pedagang di pasar tradisional.
3) Pengambilan keputusan dapat menjadi bagian kegiatan kelas, khususnya
pada saat siswa diajak untuk melakukan inkuiri
2. Struktur IPS
Struktur IPS terdiri dari fakta, konsep, generalisasi, dan teori. Pemanfaatan
fakta, konsep, generalisasi, dan teori dalam pengajaran IPS bukanlah suatu hal
yang baru. Namun dalam proses belajar mengajar sering kali penggunaan istilah
ini kurang tepat bahkan para peserta didik sering bingung apa yang dimaksud
dengan fakta, konsep, generalisasi, dan teori tersebut. Hal ini disebabkan
pengetahuan tentang fakta, konsep, generalisasi, dan teori tersebut bersifat
abstrak.
Jacob Bronowski menjelaskan bahwa ilmu adalah aktivitas menyusun fakta-
fakta yang diketahui dalam kelompok-kelompok dibawah konsep-konsep umum,
dan konsep-konsep itu dinilai berdasarkan pernyataan dari tindakan-tindakan yang
kita dasarkan padanya.
a. Fakta adalah hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan yang
sungguh-sungguh terjadi dan terjamin kebenarannya. atau sesuatu yang benar-
benar ada atau terjadi. Fakta merupakan salah satu materi yang dikaji dalam
IPS. Dengan fakta-fakta yang ada kita dapat menyimpulkan sesuatu atau
beberapa peristiwa yang pernah terjadi. Fakta merupakan titik awal untuk
membentuk suatu konsep. Dari beberapa konsep yang saling berkaitan kita
dapat membentuk suatu generalisasi.
b. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:588), pengertian konsep
adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar
bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Konsep
Dasar IPS merupakan mata kuliah yang memadukan konsep-konsep dasar dari
berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan
psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi mahasiswa dan calon
guru pada lingkungan kehidupannya.

8
c. Menurut Nursid Sumaatmadja (1980:83), generalisasi adalah hubungan dua
konsep atau lebih dalam bentuk kalimat lengkap, yang merupakan pernyataan
deklaratif dan dapat dijadikan suatu prinsip atau ketentuan dalam IPS.
d. Teori
Sebuah teori adalah sepasang proposisi yang berhubungan, dan menerangkan
hubungan antara beberapa generalisasi. Kekuatan teori terletak pada
kemampuannya menerangkan dan meramalkan fenomena. Menurut Skager
dan Weinberg, makin bersemangat lapangan inquiry makin mendekati
kenyataan teori-teori tersebut (Husein Achmad, 1982:9). Proposisi yang
menghubungkan fakta merupakan teori yang lebih mudah dari pada proposisi
yang menghubungkan konsep. Selanjutnya proposisi yang menghubungkan
konsep, lebih mudah dari proposisi yang menghubungkan generalisasi.
Sedangkan teori yang lebih tinggi akan mengembangkan bentuk konsep yang
lebih umum.

D. Pemikiran dalam Pembaruan Pembelajaran IPS


Dalam rangka pengembangan pembelajaran IPS atau memahami masalah
pendidikan IPS dengan berpedoman pada landasan-landasan itu, maka seperti
dikemukakan oleh Sapriya , seseorang hendaknya memiliki pemahaman yang baik
tentang disiplin ilmu-ilmu sosial yang meliputi struktur, ide fundamental, pertanyaan
pokok , metode yang digunakan dan konsep-konsep setiap disiplin ilmu, disamping
pemahamannya tentang prinsip-prinsip kependidikan dan psikologis serta
permasalahan sosial. Inkuiri merupakan salah satu pendekatan yang saat ini
digunakan oleh para pengembang kurikulum khususnya di sekolah-sekolah Australia
dan Amerika Serikat sebagai suatu pendekatan dalam proses belajar mengajar PIPS.

E. Upaya Pembaruan di luar dan di dalam Negeri


1. Upaya Pembaruan PIPS di luar Negeri (AS)
Pembaruan pendidikan di Amerika Serikat saat ini telah menyadarkan para
pendidik dan masyarakat umum tentang banyaknya kelemahan dalam program
pembelajaran social studies. Banyak program pembaruan telah didukung oleh
Dewan Nasional Social Studies (the National Council for the Social Studies-
NCSS). Dan kelompok profesional lainnya yang berpengaruh. Namun beberapa
upaya mulia ini menjadi terpecah-pecah dan seringkali memper sempit lapangan
social studies karena tekanannya pada pembelajaran disiplin ilmu yang terpisah-
pisah (sejarah, geografi, kewarganegaraan) tanpa mengkaji hubungan dengan
kurikulum secara menyeluruh. Memperhatikan kurangnya hubungan yang
menyeluruh ini menyebabkan badan-badan pemerintah Asosiasi Kesejarahan
Amerika (AHA) dan NCSS memanggil Komisi Nasional untuk memberikan
pemikiran tentang cara-cara meningkatkan kualitas pembelajaran mata pelajaran
social studies. Dua organisasi dan organisasi lainnya mendirikan Komisi Nasional
Social Studies di sekolah-sekolah. Komisi ini mengkaji muatan isi dan efektivitas
pembelajaran social studies, dan menyusun beberapa prioritasnya. Pada tahun

9
1989, Komisi Tenaga Pelaksanaan Kurikulum menyebarkan temuan-temuannya
terhadap masyarakat pendidikan dan masyarakat umum. Pandangan tentang
program social studies abad XXI yang komprehensif diantaranya sebagai berikut :
a. Kurikulum social studies yang lengkap memberikan pengalaman belajar yang
konsisten dan bersifat kumulatif sejak taman kanak-kanak (TK) sampai
sekolah menengah. Pada setiap jenjang pendidikan para siswa harus
menjadikan pengetahuan dan keterampilan yang pernah dipelajari sebagai
andalan dan harus pula mempersiapkan diri untik memasuki jenjang
pendidikan berikutnya.
b. Social studies memberikan hubungan yang jelas antara humanitis dan disiplin
ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu alam. Integrasi dari ilmu-ilmu lainnya harus
ditingkatkan, bila mungkin untuk membantu para siswa memahami saling
keterkaitan diantara cabang-cabang ilmu pengetahuan.
c. Materi pembelajaran social studies jangan hanya dijadikan sebagai
pengetahuan yang harus diterima dan diingat saja, tetapi juga sebagai bahan
yang bisa dikaji dan diperdebatkan melalui pertanyaan-pertanyaan (inquiries).
Misalnya, para siswa harus sampai menyadari bahwa peristiwa-peristiwa saat
ini terjadi karena adanya perbuatan orang-orang masa dahulu.
d. Membaca, menulis, mengamati, berdebat, bermain peran dalam pengadilan
tidak sungguhan atau bermain simulasi, bekerja dengan menggunakan data
statistik, dan menggunakan kemampuan berpikir kritis harus menjadi bagian
integral di dalam pembelajaran social studies. Strategi pembelajaran harus
membantu para siswa menjadi peserta didik yang independen dan kooperatif
yang mampu mengembangkan kemampuan memecahkan masalah,
pengambilan keputusan, bernegosiasi, dan dapat menyelesaikan konflik.
Dari beberapa rekomendasi yang dikeluarkan oleh Komisi Nasional Social
Studies Amerika Serikat ini terdapat dua sisi pokok yakni tentang perumusan
bahan pembelajaran dan strategi pembelajaran untuk social studies. Komisi ini
mengusulkan agar bahan pembelajaran diorganisasikan secara terpadu
(integrated), bukan hanya antar disiplin ilmu-ilmu sosial melainkan juga antar
disiplin ilmu sosial, ilmu alam dan humanitis. Sementara strategi pembelajaran
yang diusulkan antara lain strategi belajar yang dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan.
Strategi yang dituntut oleh komisi ini tampaknya cenderung mengarah kepada
perlunya pengembangan strategi pembelajaran atau pendekatan inquiri karena
pendekatan ini memiliki karakteristik tentang kemampuan-kemampuan belajar di
atas.
2. Upaya Pembaruan PIPS di Indonesia
a. Pembaharuan kurikulum
Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam sistem pendidikan di
Indonesia baru dikenal sejak lahirnya Kurikulum tahun 1975. Sebelumnya,

10
pembelajaran ilmu-ilmu sosial untuk tingkat sekolah menggunakan istilah
yang berubah-ubah sesuai dengan situasi politik pada masa itu. Pembaharuan
kurikulum IPS di Indonesia diantaranya :
Kurikulum 1964 menggunakan istilah Pendidikan Kemasyarakatan. Ada
dua kelompok mata pelajaran, ialah kelompok dasar yang terdirir atas Sejarah
Indonesia dan Geografi Indonesia, Bahasa Indonesia dan Civics dan kelompok
cipta yang terdiri atas Sejarah Dunia dan Geografi Dunia. Dan kemudian
digabungkan selanjutnya berubah menjadi Pendidikan Kewargaan Negara
yang merupakan korelasi dari ilmu bumi, sejarah dan pengetahuan kewargaan
negara.
Pada tahun 1968 terjadi perubahan pengelompokkan mata pelajaran
sebagai akibat perubahan orientasi pendidikan. Mata pelajaran di sekolah
dibedakan menjadi Pendidikan Jiwa Pancasila, Pembinaan Pengetahuan Dasar
dan Pembinaan Kecakapan Khusus.
Pada tahun 1975, lahirlah Kurikulum 1975 yang mengelompokkan tiga
jenis pendidikan, yakni pendidikan umum, pendidikan akademis dan
pendidikan keahlian khusus. Dalam Kurikulum 1975 dikemukakan secara
eksplisit istilah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang
merupakan fusi (perpaduan) dari mata pelajaran Sejarah, Geografi dan
Ekonomi. Selain mata pelajaran IPS, Pendidikan Kewarga Negaraan dijadikan
sebagai mata pelajaran tersendiri ialah Pendidikan Moral Pancasila (PMP).
Dalam Kurikulum 1975, IPS termasuk kelompok pendidikan akademis
sedangkan PMP termasuk kelompok pendidikan umum. Namun IPS sebagai
pendidikan akademis mempunyai misi menyampaikan nilai-nilai berdasarkan
filsafat Pancasila dan UUD 1945. Dengan demikian mata pelajaran IPS pun
berfungsi dan mendukung tercapainya tujuan PMP.
Menjelang adanya perbaikan Kurikulum 1975, tahun 1980 muncul bidang
studi PSPB, gagasan dari Kemendikbud mata pelajaran ini hampir sejenis
dengan IPS Sejarah dan PMP. Upaya perbaikan Kurikulum IPS 1975 (KYD)
baru terwujud pada tahun 1984.
Kurikulum IPS 1984 pada hakikatnya menyempurnakan atau memperbaiki
kelemahan-kelmahan Kurikulum 1975. Ditinjau dari segi pendekatan
(metodologi) pembelajaran, Kurikulum IPS 1975 dan 1984 menggunakan
pendekatan integrative dan structural untuk IPS SMP dan pendekatan disiplin
terpisah (separated disciplinary approach) untuk SMA. Sedangkan pendekatan
untuk IPS Sekolah Dasar (SD) lebih mirip menggunakan integrative
(integrated approach).
Pada tahun 1994, terjadi lagi perubahan kurikulum IPS. Dalam Kurikulum
1994 dinyatakan bahwa IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari
kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian Geografi, Ekonomi,
Sosiologi, Antropologi, Tata Negara, dan Sejarah. Untuk IPS SD, bahan
kajian pokok dibedakan atas dua bagian, ialah Pengetahuan Sosial dan

11
Sejarah. Bahan kajian pengetahuan sosial meliputi lingkungan sosial, ilmu
bumi, ekonomi, dan pemerintahan, sedangkan bahan kajian sejarah mencakup
perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga kini. Ada
perbedaan yang cukup menonjol dalam Kurikulum IPS Sekolah Dasar 1994
dibandingkan dengan Kurikulum IPS sebelumnya, yakni dalam metode dan
penilaian. Kurikulum IPS 1994 hanya memberikan anjuran umum bahwa
pelaksanaan proses belajar mengajar hendaknya para guru menerapkan prinsip
belajar aktif. Dari bunyi rambu-rambu yang terakhir ini, menunjukkkan bahwa
Kurikulum IPS 1994 memberikan keleluasaan atau kekuasaan otonom yang
cukup besar terhadap guru.
Memasuki Abad 21 yang ditandai oleh perubahan mendasar dalam segala
aspek kehidupan khususnya perubahan dalam bidang politik, hukum, dan
kondisi ekonomi telah menimbulkan perubahan ekonomi yang sangat
signifikan dalam sistem pendidikan di Indonesia. Pada tahun 2003
disahkanlah Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Undang-undang tersebut telah menimbulkan dampak
yang cukup signifikan terhadap perubahan sistem kurikulum di Indonesia.
Pada tahun 2004, pemerintah melakukan perubahan kurikulum kembali yang
dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Namun
pengembangan kurikulum IPS diusulkan menjadi Pengetahuan Sosial untuk
merespon secara positif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan,
dan teknologi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi program
pembelajaran Pengetahuan Sosial dengan keadaan dan kebutuhan setempat
Ketentuan tentang implikasi dari peraturan perundangan tersebut adalah
dikeluarkannya kebijakan tentang Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan
(KTSP) beserta pedomannya dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Nomor 23
Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dengan panduan
KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) tahun 2006 ini, antara IPS dan
PKn dipisahkan kembali. Hal ini memperhatikan berbagai masukan dan kritik
ahli pendidikan serta kepentingan pendidikan nasional dan politik bangsa
yaitu perlunya pendidikan kewarganegaraan bangsa, maka antara IPS dan PKn
meskipun tujuan dan kajiannya adalah sama yaitu membentuk warganegara
yang baik, maka PKn tetap diajarkan sebagai mata pelajaran di sekolah secara
terpisah dengan IPS.
b. Pembaharuan KBM
IPS merupakan seperangkat fakta, peristiwa, konsep, dan generalisasi
yang berkaitan dnegan perilaku dan tindakan manusia untuk membangun
dirinya, masyarakatnya, bangsanya, dan lingkungannya berdasarkan pada
pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini, dan diantisiapsi
untuk masa yang akan datang.

12
Ada beberapa strategi dalam mengajarkan keterampilan sosial kepada
peserta didik melalui IPS, di antaranya:
Guru IPS harus menyajikan pembelajaran IPS dengan menggunakan
pendekatan-pendekatan dan model-model pembelajaran yang relevan dengan
tujuan pembelajarannya. Salah satu model pembelajaran yang relevan adalah
cooperative learning. Dengan pembelajaran cooperative learning, maka
siswa tidak saja menghafal fakta, konsep dan pengetahuan yang bersifat
kognitif rendah dan guru sebagai satu-satunya sumber informasi, melainkan
akan membawa siswa untuk berpartisipasi aktif karena siswa akan diminta
melakukan tugas-tugas seperti bekerja kelompok, melakukan inkuiri dan
melaporkan hasil kegiatannya kepada kelas. Ini artinya guru bukan satu-
satunya sumber informasi karena siswa akan mencari sumber yang beragam
dan terlibat dalam berbagai kegiatan belajar yang beragam pula. Guru selain
berperan sebagai fasilitator dalam semua kegiatan siswa, juga harus
mengamati proses pembelajaran untuk memberikan penilaian (assessment)
baik untuk pengetahuan ke-IPS-an juga menilai keterampilan social (social
skill) selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Strategi serta pendekatan konstruktivisme yang menempatkan siswa
sebagai mitra pembelajaran dan pengembangan materi pelajaran dapat
digunakan oleh guru IPS dalam mengembangkan keterampilan sosial.
Keterampilan siswa dalam hal memperoleh, mengolah dan memanfaatkan
informasi dapat dilakukan melalui proses pembelajaran di kelas. Guru IPS
konstruktivis harus dapat memfasilitasi para siswanya dengan kesempatan
untuk berlatih dalam mengklasifikasi, menganalisis, dan mengolah informasi
berdasarkan sumber-sumber yang mereka terima. Sikap kritis siswa terhadap
informasi harus dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran di kelas.
Guru juga harus selalu membiasakan siswa untuk memprediksi,
mengklasifikasi dan menganalisis dengan demikian aspek kognitif siswa yang
dikembangkan tidak hanya keterampilan dalam menghafal dan mengingat
melainkan juga menganalisis, memprediksi, mengkritisi dan mengevaluasi
informasi yang diterima.
Strategi inkuiri yaitu strategi yang menekankan peserta didik menggunkan
keterampilan sosial dan intelektual dalam memperoleh pengalaman baru atau
informasi baru melalui investigasi yang sifatnya mandiri. Menurut Supriatna
ada beberapa keuntungan dari strategi ini, yaitu:
1) Strategi ini memungkinkan peserta didik melihat isi pelajaran lebih
realistis dan positif ketika menganalisis dan mengklasifikasikan data
dalam memecahkan masalah.
2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk merefleksikan isu-isu
tertentu, mencari data yang relevan serta membuat keputusan yang
bermakna bagi mereka secara pribadi.

13
3) Menempatkan guru sebagai fasilitator belajar sekaligus mengurangi
perannya sebagai pusat kegiatan belajar.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Hubungan IPS dengan Ilmu-Ilmu Sosial
IPS merupakan kajian atau bidang studi yang mengambil fakta, konsep, dan
generalisasi dari ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan dan dikemas secara menarik
untuk keperluan pendidikan, IPS berhubungan dengan ilmu-ilmu sosial yang meliputi
Geografi, Ekonomi, Politik, Sejarah, Antropologi, Sosiologi, Psikologi Sosial dan
Hukum.
2. Perkembangan PIPS di luar dan dalam Negeri
a. Perkembangan PIPS di luar Negeri
Pada tahun 1935 terjadi polemik di antara kalangan intelektual Amerika
Serikat (AS) mengenai Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) .
Sekitar tahun 1940 – 1950 NCSS menjalani periode sulit, yang berkisar
pertanyaan tentang perlu tidaknya “social studies” menanamkan nilai dan sikap
demokratis kepada para pemuda.
Tahun 1955 terjadi terobosan besar dalam Barr, (1077 : 37) berupa inovasi
Maurice Hunt dan Lawrence Metcalf yang mencoba cara baru dalam
pengintegrasian pengetahuan dan keterampilan ilmu sosial untuk tujuan
citizenship education (pendidikan kewarganegaraan).
Pada tahun 1960 timbul satu gerakan akademis mendasar dalam
pendidikan yang dikenal sebagai gerakan “the new social studies”
Tahun 1994 The Board of Directors of The National Council for The
Social Studies menerbitkan visi baru dalam dokumen resmi NCSS yang diberi
judul Expectations of Excellence : Curriculum Standard for Social Studies.
Dokumen ini mewarnai pemikiran praksis social studies di Amerika Serikat
sampai saat ini.
b. Perkembangan IPS di Indonesia
Sejarah Perkembangan IPS di Indonesia dan masukkannya bidang studi
IPS ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia di latar belakangi oleh peristiwa
G30S PKI. Istilah IPS pertama kali muncul dalam Seminar Nasional tentang Civic
Education tahun1972 di Tawamangu, Solo.
IPS masuk ke dalam dunia pendidikan pada tahun 1972-1973, yakni dalam
kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) IKIP Bandung. Dalam

15
kurikulum SD 8 tahun PPSP digunakan istilah “Pendidikan Kewarganegaraan
Negara/Studi Sosial” sebagai mata pelajaran sosial terpadu. Sedangkan dalam
kurikulum Sekolah Menengah 4 tahun, digunakan istilah “Studi Sosial,
Pendidikan Kewargaan Negara, dan Civics Hukum”.
Dengan berkembangnya IPS dalam dunia pendidikan maka pada tahun
1975 dan 1984 IPS di masukan dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. Pada
kurikulum 1975 di nyatakan bahwa IPS adalah paduan sejumlah mata pelajaran
Ilmu Sosial. IPS terpadu untuk jenjang SD, pada jenjang SMP IPS terkonfederasi
meliputi mata pelajaran geografi, sejarah dan koperasi. Sedangkan untuk SMA,
IPS menjadi suatu jurusan program studi bersama IPA dan Bahasa.
3. Dimensi dan Struktur PIPS
a. Dimensi IPS
Dimensi dalam Pembelajaran IPS diajarkan secara terpadu dari 4 kajian,
yaitu geografi, ekonomi, sejarah dan sosiologi melalui pendekatan tema.
Menurut Sapriya, program pendidikan IPS yang komperhensif adalah
program yang mencakup empat dimensi, yaitu : dimensi pengetahuan
(knowledge), dimensi keterampilan (skill), dimensi nilai dan sikap (values and
attitudes), dimensi tindakan (action).
b. Struktur IPS
Struktur IPS terdiri dari fakta, konsep, generalisasi, dan teori.
4. Pemikiran dalam Pembaruan Pembelajaran IPS
Seperti dikemukakan oleh Sapriya , seseorang hendaknya memiliki pemahaman
yang baik tentang disiplin ilmu-ilmu sosial yang meliputi struktur, ide fundamental,
pertanyaan pokok , metode yang digunakan dan konsep-konsep setiap disiplin ilmu,
disamping pemahamannya tentang prinsip-prinsip kependidikan dan psikologis serta
permasalahan sosial. Inkuiri merupakan salah satu pendekatan yang saat ini
digunakan oleh para pengembang kurikulum khususnya di sekolah-sekolah Australia
dan Amerika Serikat sebagai suatu pendekatan dalam proses belajar mengajar PIPS.
5. Upaya Pembaruan di luar dan di dalam Negeri (AS)
a. Upaya Pembaruan PIPS di luar Negeri (AS)
Dari beberapa rekomendasi yang dikeluarkan oleh Komisi Nasional Social
Studies Amerika Serikat ini terdapat dua sisi pokok yakni tentang perumusan
bahan pembelajaran dan strategi pembelajaran untuk social studies. Komisi ini
mengusulkan agar bahan pembelajaran diorganisasikan secara terpadu
(integrated), bukan hanya antar disiplin ilmu-ilmu sosial melainkan juga antar
disiplin ilmu sosial, ilmu alam dan humanitis. Sementara strategi pembelajaran
yang diusulkan antara lain strategi belajar yang dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan.

16
Strategi yang dituntut oleh komisi ini tampaknya cenderung mengarah kepada
perlunya pengembangan strategi pembelajaran atau pendekatan inquiri karena
pendekatan ini memiliki karakteristik tentang kemampuan-kemampuan belajar di
atas.
b. Upaya Pembaruan PIPS di Indonesia
Upaya pembaruan PIPS di Indonesia meliputi : Pembaruan kurikulum, dan
pembaruan KBM

B. Saran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan perpaduan dari beberapa mata
pelajaran seperti Geografi, Sejarah, Ekonomi, Sosiologi, Antropologi, Psikologi Sosial,
Politik, dan Hukum. IPS sendiri selalu mengalami perkembangan dan perubahan
pembaruan oleh Karena itu, kita sebagai pelajar dituntut untuk selalu mencari tahu dan
mempelajari tentang perkembangan IPS itu sendiri.

17
Daftar Pustaka

Syarifah, Mushlihatun. 2019. “IPS Dalam Fakta, Konsep, Generalisasi, dan Teori”,
https://www.msyarifah.my.id/ips-dalam-fakta-konsep-generalisasi-dan-teori/, diakses pada 30
Maret 2022 pukul 18.44

Cholifah, Cindy Dwi Nur, Dita Maya Angelina, Inas Hanan Nazihan, Nida Nuha Afifah,
Tarinda Isnindya Sari, Vihayuning Putri. 2021. “Sejarah Perkembangan IPS”,
http://didaktis.xyz/sejarah-perkembangan-ips/, diakses pada 05 April 2022 pukul 13.10

Quessthy, Athy. 2019. “Sejarah Perkembangan IPS di Indonesia”,


https://www.academia.edu/40575356/Sejarah_Perkembangan_IPS_di_Indonesia, diakses pada
05 April 2022 pukul 13.20

https://oktaseiji.wordpress.com/2011/04/24/upaya-pembaharuan-pendidikan-ips-di-
indonesia/

https://osf.io/kqyb5/download/?format=pdf

18

Anda mungkin juga menyukai