Anda di halaman 1dari 19

Pendidikan Ilmu Sosial

Tujuan & Perkembangan Pendidikan IPS

Dibuat oleh:
Gede Putra Yasa NIM: 1717011017 /TA: 2017
I Nyoman Dedi Arimawan NIM: 1717011042 /TA: 2017
Made Udi Astara Putra NIM: 1717011046 /TA: 2017
El Eleventro Gultom NIM: 1717011051 /TA:2017

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


SINGARAJA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Singaraja, 10 November 2018

Penyusun,

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial


i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................1

1. 1. Latar Belakang.......................................................................................................1

1. 2. Rumusan Masalah.................................................................................................2

1. 3. Tujuan.....................................................................................................................2

BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................3

2.1. Pengertian Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial...............................................3

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial


ii
2.2. Manfaat Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial...................................................4

2.3. Tujuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.....................................................6

2.4. Perkembangan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.......................................8

2.5. Konsep Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Mengacu pada Undang –


undang No. 20 Tahun 2003.................................................................................11

BAB III....................................................................................................................................14
PENUTUP...........................................................................................................................14

3.1. Kesimpulan...........................................................................................................14

3.2. Saran.....................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial


iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
Pendidikan Ilmu Sosial pada dasarnya merupakan sebuah bidang ilmu yang
membahas dan mengkaji mengenai kehidupan manusia baik itu sebagai seorang
individu maupun sebagai seorang mahluk sosial dan interaksinya terhadap lingkungan
sekitarnya. Dalam pembelajaran serta penerapan ilmu sosial ini, yang menjadi objek
adalah kehidupan manusia itu sendiri, lingkungan manusia serta aspek-aspek kehidupan
manusia.
Dalam proses pembelajaran ilmu sosial pada saat ini dibedakan menjadi
beberapa tingkatan disesuaikan dengan kematangan dan kemampuan berfikir seseorang,
seperti SD, SLTP, SLTA dan perguruan tinggi. Pada masing-masing tingkat atau
jengjang tersebut dalam pemberian materi pembelajarannya memliki makna yang
berbeda namun tetap memiliki satu tujuan, tujuan pendidikan ilmu sosisal jika dilihat
dari tujuan pendidikan nasional berdasarkan UUD 1945 adalah membentuk manusia
yang sehat jasmani dan rokhaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat
mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi
dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai
budi pekerti yang luhur, mencintai bangsa dan mencintai sesama manusia sesuai
ketentuan yang termaksud dalam UUD 2945.
Dari tujuan pendidikan nasional tersebut dapat dikaitkan dengan tujuan
pendidikan sosial pada saat ini, yaitu: mengembangkan potensi serta kemampuan
seseorang dalam berfikir untuk dapat melihat dan memecahkan masalah sosial
dilingkungannya dan meningkatkan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
Dalam eksistensinya pendidikan ilmu sosisal juga mengalami banyak
perkembangan mengikuti alur perubahan/perkembangan yang sedang terjadi (pengaruh
globalisasi, teknologi dan modernisasi) dalam segala aspek baik dari sistem
pembelajaran teori pembelajaran maupun filsafat-filsafat yang dijadikan sebagai acuan
untuk proses pembelajaran dan penerapannya.
Dari pernyataan serta permasalahan diatas, penulis berusaha memberikan
pemaparan materi yang lebih spesifik berkaitan dengan Pendidikan Ilmu sosial

1
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
khususnya didalam aspek tujuan dan perkembangannya berdasarkan sumber-sumber
serelevan mungkin.
1. 2. Rumusan Masalah
1.2.1. Pengertian Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
1.2.2. Manfaat Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
1.2.3. Tujuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
1.2.4. Perkembangan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
1.2.5. Konsep Pendidikan Ilmu Pendidikan Sosial
1. 3. Tujuan
1.3.1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pendidikan Ilmu Sosial” sekaligus agar
penyusun dan para pembacanya dapat menambah pengetahuan tentang
bagaimana dan apa itu Pendidikan Ilmu Sosial secara spesifik.
1.3.2. Mahasiswa yang bersangkutan dapat memaparkan dan menjelaskan baik itu
untuk pembaca maupun penulis berkaitan dengan rumusan masalah yang
dibuat.

2
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial


Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial pada dasarnya merupakan sebuah bidang
ilmu yang membahas dan mengkaji mengenai kehidupan manusia baik itu sebagai
seorang individu maupun sebagai seorang mahluk sosial dan interaksinya terhadap
lingkungan sekitarnya. Dalam pembelajaran serta penerapan ilmu sosial ini, yang
menjadi objek adalah kehidupan manusia itu sendiri, lingkungan manusia serta aspek-
aspek kehidupan manusia.
Ilmu pengetahuan Sosial sendiri bukan sebuah sub-disiplin ilmu melainkan salah
satu program pendidikan atau integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yang bersifat
terpadu dimana didalamnya terdapat bebrapa mata pelajaran yang terkait dengan ilmu
atau program pendidikan ini, seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum,
sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya. Sedangkan dalam bidang
pengetahuan sosial, terdapat beberapa istilah-istilah yang juga mewakili pemaparan
aspek ilmu pengetahuan sosial ini, seperti:
2.1.1. Ilmu Sosial (Social Science)
Achmad Sanusi memberikan batasan tentang Ilmu Sosial (Saidihardjo,
1996:2) adalah sebagai berikut: “Ilmu Sosial terdiri disiplin – disiplin ilmu
pengetahuan sosial yang bertarap akademis dan biasanya dipelajari pada tingkat
perguruan tinggi, makin lanjut makin ilmiah”.
Nursid Sumaatmadja (depdiknas), menyatakan bahwa Ilmu Sosial adalah
cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia baik secara
perorangan maupun tingkah laku kelompok. Oleh karena itu Ilmu Sosial adalah
ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan mempelajari manusia sebagai
anggota masyarakat.
2.1.2. Studi Sosial (Social Studies)
Tentang Studi Sosial ini, Achmad Sanusi (Depdiknas, 1971:18) memberi
penjelasan sebagai berikut: Sudi Sosial tidak selalu bertaraf akademis –
universitas, bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran bagi siswa sejak
pendidikan dasar.

3
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
2.1.3. Pengetahuan social (IPS)
Pada dasarnya Mulyono Tj. (Depdiknas, 1980:8) memberi batasan IPS
adalah merupakan suatu pendekatan interdsipliner (Inter-disciplinary Approach)
dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang
Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah,
geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal ini lebih ditegaskan lagi
oleh Saidiharjo (Depdiknas, 1996:4) bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau
hasil pemfungsian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi,
ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik.
2.2. Manfaat Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Berdasarkan fenomena dan peran pendidikan sosial, maka visi utama pendidikan
IPS adalah untuk penanaman dan pembentukan nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan
sosial masyarakat (Banks, 1993: 42), pendidikan IPS menjadi bagian integral dan
memiliki peran yang sangat penting dalam rangka pengembangan kesadaran
kebersamaan, karena melalui pembelajaran IPS dibangun prinsip-prinip kehidupan
sosial yang demokratis dan penanaman nilai-nilai sosial budaya dalam kehidupan
bersama dan kebersamaan. (Banks: 1993: 48). Di dalam dokumen "expeciations of
excellence: Curriculum Stundards for Social Studies” hasil kerja Task Force NCSS
1994, dinyatakan bahwa program pendidikan IPS membantu anak membangun
pengetahuan dasar dan sikap-sikap yang berasal dari disiplin-disiplin akademik sebagai
cara-cara yang khas dalam memandang realitas. Setiap disiplin dimulai dari sebuah
persepktif khas dan keunikan mengaplikasikan proses menjadi “tahu” (process of
knowing) dalam mengkaji realitas. Oleh karena itu, anak penting untuk mengerti,
menghargai, dan menerapkan pengetahuan, proses-proses dan sikap-sikap dari disiplin
akademik. Akan tetapi, belajar berbasis disiplin harus secara simultan ditarik dari
terbagai disiplin dalam menjernihkan konsep-konsep tertentu (NCSS, 1994: 4).
Berdasarkan deskripsi di atas, perbandingan pembeajaran IPS di indonesia
dengan yang ada di Amerika, dapat dibuat penjabaran sebagai Berikut:
2.2.1. Pembelajaran IPS di Amerika Serikat berpangkal dari mata pelajaran sejarah,
geografi dan good behavior (tahun 1779) yang berorientasi kepentingan nasional
Amerika Serikat, bukan berorientasi pada lnggris, Jerman, Perancis dan lain-lain.
Orientasi kepentingan Amerika Serikat tersebut secara tegas membedakan

4
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
kewarganegaraan, artinya warga negara Amerika Serikat berbeda kepentingan
dengan warga negara Inggris walaupun ia keturunan Inggris. Pembelajaran IPS di
Indonesia berpangkal dari mata pelajaran sejarah, geografi dan pendidikan budi
pekerti berorientasi Indonesia tersebut tercetum pada kongres pendidikan nasional
tahun 1935. Keputusan kongres pendidikan nasional tahun 1935 tentang isi
pendidkan kebudyaan nasional Indonesia, agama, sejarah Indonesia, geografi
Indonesia, bahasa Indonesia, dan pekerjaan tangan.
2.2.2. Pembelajaran IPS di Amerika Serikat berkembang pada periode kematangan dan
sintesis ilmu-ilmu sosial yang berkedudukan lemah di Indonesia. Penelitian
tentang masyarakat Indonesia baru dilakukan secara baik sesudah tahun 1965-an.
Sebagai ilustrasi buku Sejarah Indonesia baru tersusun tahun 1977 Walaupun
pentingnya pembeajaran sejarah berorientasi Indonesia telah muncul sebelumnya.
2.2.3. Selama tujuh puluh-delapan puluh tahunan (sejak lahirnya IPS tahun 1916) di
Amerika Serikat telah berkembang empat jenis IPS, yaitu IPS gaya lama, IPS
prorgresivisme, social science education dan IPS gaya baru. Selama empat puluh
tahun pasca kemerdekaan, sekolah-sekolah di Indonesia baru melaksanakan jenis
IPS gaya lama dan IPS progresivisme, dan Pembelajaran IPS berpola CBSA
dengan pendekatan inkuiri atau humanistis baru.
2.2.4. Mata pelajaran yang tergabung dalam IPS di Amerika Serikat dan Indonesia
berbeda Mata pelajaran IPS yang tergabung dalan IPS di Amerika Serikar adalah
sejarah geograti, ekonomi, ilmu politik, antrapologi, sosiologi dan psikologi
sosial. Sedangakan mata-mata pelajaran IPS yang tergabung dalam IPS di
Indonesia adalah sejarah, geografi dan ekonomi di tingkat sekolah dasar. Di
sekolah lanjutan ditambah dengan antropologi dan sosiologi. Mata pelajaran
civics (bagian dari ilmu politik atau ilmu hukum) diangkat menjadi Pendidikan
Moral Pancasila (PMP). Sebab civics tersebut terjalin dengan filsafat dan ideologi
Pancasila. Dengan kata lain pembelajaran IPS di Indonesia adalah social kajian
dan filsafat pancasila.
2.2.5. Pembelajaran IS dan IPS di Amerika Serikat telah lama diteliti oleh ahli-ahli
pendidikan sejalan dengan perkembangan penelitan ilmu-ilmu sosial. Penelitian
pengajaran berbagai ilmu di Amerika Serikat semakin intensif sejak perang dunia
kedua sedangkan kajian IS dan kajian IPS di Indonesia baru dan dalam tahap
permulan. Oleh karena itu pembelajaran IS dan IPS di Indonesia banyak

5
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
memperoleh bantuan dari hasil kajian IS dan pembelajaran IPS dari Amerika
Serikat dan negara maju.

2.3. Tujuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial


Secara akademis pendidikan IPS (social kajianes) merupakan program
pendidikan yang materinya bersumber dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora dalam
kerangka mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik dan
mempersiapkan peserta didik untuk bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi. Program pendidikan IPS menjadi sangat penting dalam kancah menghadapi
berbagai tantangan dan peluang serta berbagai permasalahan sosial yang makin
kompleks dan tidak menentu di era sekarang dan era globalisasi. Era globalisasi yang
sedang kita lalui membutuhkan kesiapan hidup dan kehidupan melalui program belajar
sehingga pengalaman dan pengetahuan serta ketrampilan dan kecakapan hidup menjadi
tuntutan setiap manusia. Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi
tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan
setiap saat. Oleh karena itu, mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial dalam
memasuki kehidupan bermasyarat yang dinamis.
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis dan terpadu dalam proses
pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat.
Dengan pendekatan tersebut, peserta didik diharapkan akan memperoleh pemahaman
yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Tujuan utama
pendidikan IPS pada dasarnya adalah mempersiapkan siswa sebagai seorang warga
negara agar dapat mengambil keputusan secara reflektif dan partisipasi sepenuhnya
dalam kehidupan sosialnya sebagai pribadi warga masyarakat, bangsa dan warga dunia.
Menurut Banks (1990) ada 4 kategori yang berkontribusi terhadap tujuan utama
pendidikan IPS yaitu: (1) knowledge (2) skills, (3) attitudes and values and (4) citizen
action. Mata pelajarar IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut:
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, Rasa ingin tahu, Inkuiri
memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan social.

6
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
c. Memiliki komitemen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sesial dan kemanusiaan.
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi. Bekerjasama, dan berkompetisi dalam
masyarakat majemuk, di tingkat lokal. Nasional. Dan global.
Selanjutrya Social Education Associaion of Ausralia Narsh, 1991:3) juga
merumuskan tujuan pendidikan IPS (social kajianes):
a) a sense of identity with all members of globel sociery.
b) a sense of personal worth.
c) a capacity to live and work with other and develop productive inerpersonal
relationship.
d) a conmitment to care about one self and others.
e) a commitmeni to human rights and a just society.
f) a critcal and reflective approach to social action.
g) a sense of empowermert and an obility to influence life sitnationa.
Sesuai dengan tujuan tersebut, jelaslah bahwa pendidikan IPS dimaksudkan untuk
bimbing tingkah laku sosial tertentu (behavior), mendorong pembentukan motivasi dan
sikap-sikap tertentu (attitude), mempersiapkan kecakapan-kecakapan atau hubangan-
hubungan sosial tertentu (skill), dan menambah pengetahuan-pengetahuan sosial
tertentu (knowledge) sehingga setiap warga negara memiliki rasa kepedulian dan
komitmen yang tinggi, bertanggung jawab dan kritis terhadap diri dan lingkungan
sosial maupun lingkungan hidup yang berpengaruh terhadap situasi kehidupan, baik
secara lokal maupun global. Murid yang menguasai pengetahuan sosial banyak
diharapkan dapat berpikir reflektif, kritis, dan mampu mengambil keputusan dengan
bijak dan tepat. Pengetahuan sosial diperoleh dari berbagai cabang disiplin ilmu-ilmu
sosial dan humaniora. Untuk memperoleh pengetahuan yang lebih banyak dan
mencalam dapat belajar IPS di tingkat sekolah atau belajar disiplin ilmu sosial di
tingkat mahasiswa. Beberapa ketrampilan sosial yang diperoleh dari pendidikan IPS
adalah sebagai berikut:
a) Thinking skilis, seperti kecakapan konseptualisai dan interpretasi, analisis, dan
generalisasi, menerapkan pengetahuan dan evaluasi pengetahuannya.
b) Social science inquiry skill yaitu kecakapan memformulasikan pertanyaan dan
hipotesa mengumpulkan data dan menggunakan data untuk pembuktian dan
generalisasi.

7
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
c) Academic or study skills, termasuk kecakapan memperoleh informasi melalui
membaca, mendengar, observasi, argument dan menulis laporan yang baik dalam
bentuk buku maupun penggunaan media masa termasuk internet.
d) Group kilis yaitu termasuk kecakapan performence (tampilan) yang efekif, baik
pemimpin (leader), maupun staf atau pelaksana. Dalam hal ini dapat dilihat dari
efektif dalam berkemunikasi dalam kelompok. Kepedulian membantu sesama dan
di semua kalangan.
Sebagai warga negara harus berkomitmen terhadap nilai – nilai demokrasi dan
HAM, termasuk mengakui kesetaraan setiap umat manusia. Untuk itu dalam belajar IPS
jangan hanya belajar pengetahuan tentang konsep fakta dan generalisasi saja, tetapi
juga bagaimana memaknai pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari dengan
pertimbangan nilai-nilai sosial yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian belajar
pengetahuan sosial dapat membentuk manusia-manusia yang bijak dan tepat dalam
mengambil keputusan. Tujuan akhir dari pendidikan IPS adalah membentuk manusia
yang mau berkorban, memiliki kemampuan dan terlibat dalam kehidupan nyata di
lingkungannya bahkan yang lebih baik lagi ketika sebagai warga sosial masyarakat
dapat menjadi contoh teladan dan membantu sesama terutama terhadap yang
membutuhkan.
2.4. Perkembangan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Secara historis dapat dikemukakan bahwa masyarakat dan kebudayaan Indonesia
bermula sejak hadirnya manusia purba seperti Homo Wajakensis sekitar 40.000 tahun
yang lalu. Letak Indonesia di jalur lintasan internasional mengakibatkan kebudayaan
Indonesia tidak terlepas dari kemajuan kebudayaan dunia. Masyarakat Indonesia selalu
bergumul dengan bermacam-macam pengaruh kebudayaan asing. Pasang surut
pergumulan pengaruh kebudayaan tersebut tercermin pada timbul dan tenggelamnya
negara-negara lokal di nusantara. Hampir dapat dikatakan bahwa selama sembilan belas
abad sebelum proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945,
masyarakat Indonesia telah berakulturasi dengan kebudayaan asing, dan sekaligus
mengaklualisasi keindonesiaan. Oleh karena itu, berbagai unsur kebudayaan nusantara
seperti kesenian, macam-macam alat, pengetahuan pra-ilmu, teknologi sederhana,
bahasa lokal, dan agama asli dapat ditemukan di seluruh nusantara. Perdagangan
internasional dan perpindahan bangsa-bangsa terjadi di Asia, Eropa, Afrika, kemudian
Amerika dan Australia adanya perpindahan penduduk dunia menyebabkan terjadinya
persebaran kebudayaan secara bergelombang ke beberapa kebudayaan seperti

8
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
kebudayaan Hindu, Islam, Kristen dan Barat masuk dalam memperkenalkan bahasa,
adat-istiadat, tata kemasyarakatan, dan agama, maka kebudayaan barat (Eropa)
memperkenalkan unsur yang lain juga. kebudayaan Eropa memperkenalkan filsafat,
ideology, sistem-sistem persekolahan, ilmu pengetahuan dan teknologi sistem
persekolahan, ilmu pengetahuan, sistem ekonomi dan politik Eropa bertahan tidak
langsung perekonomian dualistis sistem pembelajaran dualistis berlangsung selama
pemerintahan Hindia Belanda.
Sistem persekolahan dan ilmu pengetahuan pada masyarakat Eropa berhasil
mendorong kecepatan perubahan masyarakat tradisional menjadi masyarakat industri
sejak abad tujuh belas. Sistem persekolahan dan ilmu pengetahuan dalam masa
pemerintahan Hindia Belanda menghasilkan masyarakat yang dualistis. Masyarakat
yang disintegrasi dan kebudayaan yang statis tersebut ditemukan pada akhir
pemerintahan Hindia Belanda, bahkan juga masih ditemukan pada pasca kemerdekaan.
Seperti kategoris kebudayaan Indonesia pasca kemerdekaan masih berada pada tahap
mistis dan ontologis. Sistem sekolah telah diadaptasi oleh masyarakat Indonesia selama
450 tahunan terhitung sejak Portugis membuka sekolah di Ternate tahun 1538.
Hadirnya sistem sekolah barat berarti persebaran ilmu pengetahuan, bahasa asing
dan bahasa keilmuan perilaku semakin sistematis dan intensif, Pembelajaran ilmu-ilmu
sosial seperti geografi, sejarah, pengetahuan dagang dibelajarkan di sekolah rendah dan
menengah dengan orientasi kepentingan negeri Belanda. Pembelajaran ilmu-ilmu sosial
di sekolah-sekolah pada jaman Hindia Belanda berada dalam dilema. Apabila
pembelajaran ilmu pengetahuan alam di sekolah-sekolah Eropa abad XVII mendorong
percepatan terbentuknya masyarakat industri Eropa yang kemudian menjadi negara
merdeka dan maju, maka pembelajaran sejarah geografi, perdagangan dalam rangka
sistem pembelajaran dualistis berorientasi pada kepentingan Belanda.
Kaum pergerakan pendidikan kemudian menyelenggarakan Kongres Pendidikan
Nasional Indonesia tahun 1935 dengan tujuan: (i) merumuskan maksud pendidikan dan
pembelajaran nasional. dan (ii) mencari bentuk sekolah dan isi pembelajaran. Diantara
rumusan adalah bahwa: (i) dasar adalah kebudayaan nasional, (ii) isi pendidikan dan
pembelajaran adalah kebudayaan nasional, pendidikan agama, bahasa Indonesia
(bahasa Melayu, geografi Indonesia sejarah Indonesia dan pekerjaan tangan), Secara
historis diketahui bahwa pembelajaran ilmu sosial di sekolah dasar dan menengah,
zaman Hindia Belanda ada di dalam dilema. Pembelajaran geograti, sejaran dan cabang
ilmu sosial lain pada umunya menggunakan pendekatan meluas artinya berpangkal dari

9
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
lingkup terdekat ke yang terjauh. Dengan arti akan membangkitkan bangsa Indonesia.
Walaupun secara pedagogis memang relevan Kedudukan pembelajaran ilmu-ilmu
sosial pasca kemerdekaan telah bergeser, walaupun belum sepenuhnya keluar darı
dilema Pembelajaran ilmu-ilmu sosial seperti sejarah Indonesia, geografi Indonesia,
ekonomi civics: Sosilogi, antropologi diajarakan di sekolah dan pembelajaran tinggi
dengan proporsi berbeda sesuai jenjang sekolah. Pembelajaran ilmu-ilmu sekolah
mengalami kemajuan yang sejalan dengan wawasan pendidikan yang digunakan.
Sedangkan ilmu-ilmu sosial di penddikan tinggi dipelajari secara keilmuan.
Khususnya di fakultas atau jurusan yang memusatkan kajian pada cabang ilmu
sosial tertentu. Dilema pembelajaran ilmu-ilmu sosial terkait pada kedudukannya
dalam perkembangan keilmuan di masyarakat Indonesia. Ilmu pengetahuan secara
sosiologi adalah hal yang telah dikenal oleh masyarakat Indonesia telah diketahui
bahwa masyarakat suku-suku bangsa di nusantara memiliki pengetahuan pra-ilmu
tentang kondisi alam, manusia perorangan ataupun masyarakat disamiping agama-
agama lokal. Berkenaan dengan persebaran lembaga sekolah di seluruh nusantara.
Secara sosiologis dan psikologis bertemulah jenis pengetahuan pengetahuan
kemasyarakatan pra-ilmu. Wawasan-wawasan tentang masyarakat berdasarkan
psmikiran religious.
Pengetahuan kemasyarakatan yang bersifat unscientific pada umumnya masih
hidup dan berlaku dalam masyarakat local wawasan religious tentang masyarakat
berkembang sesuai dengan perkembangan agama di Indonesia. Dilema pembelajaran
ilmu-ilmu sosial tersebut berupa pergeseran dari berpikir pra-ilmu tentang masyarakat.
Perkembangan pembelajaran ilmu-ilmu sosial pada masa setelah kemerdekaan adalah :
2.4.1. Pembelajaran ilmu-ilmu sosial seperi sejarah, geografi, ekonomi, civics diajarkan
di sekolah dasar, sedangkan ekonomi, sosiologi dan antropologi diajarkan di
sekolah lanjutan Pengajaran ilmu-ilmu sosial ini telah berlangsung sejak awal
kemerdekaan Indonesia.
2.4.2. Secara kurikuler, pembelajaran ilmu-ilmu sosial tergabung dalam kurikulum
sekolah tahun 1947, kurikulum berpusat mata pelajaran terurai tahun 1952,
kurikulum tahun 1964 kurikulum 1968, kurikulum 1975. dan kurikulum
disempurnakan tahun 1984.
2.4.3. Secara kategoris wawasan pembelajaran IPS, pembelajaran ilmu-ilmu sosial di
sekolah dasar dan lanjutan sejak tahun 1945 sampai sekarang, dapat dibedakan
menjadi jenis IPS sebagai berikut :

10
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
a) Wawasan pembelajaran IPS yang menganut konsep "the social kajianes are
the social sciences simplified for pendagogical purpose" Pembelajaran IPS
dipandang sebagai pembelajaran ilmu sosial yang disederhanakan untuk
mencapai tujuan pendidikan. Konsep pembelajaran ini berlaku pada
kurikulum SD-SMP dan sekolah lanjutan tahun 1945-1964.
b) Wawasan pembelajaran IPS yang menganut konsep "pembelajaran IPS
sebagai korelasi dari mata pelajaran ilmu-ilmu sosial". Pada kurikulun 1964
ditemukan adanya mata pelajaran pendidikan kemasyarakatan yang
mengkorelasikan ilmu bumi, sejarah dan kewarganegaraan negara (civics).
c) Pada kurikulum 1968 terjadi perubahan pengelompokan Mata pelajaran
sebagai akibat perubahan orientasi pendidikan. Mata pelajaran di sekolah
dibedakan menjadi kelompok-kelompok pembinaan kecakapan khusus.
Mata pelajaran pendidikan Kemasyarakatan (kurikulum 1964) diubah
menjadi pendidikan kewarganegaraan. Mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan ini merupakan korelasi dari ilmu bumi.
d) Wawasan pembelajaran IPS yang menganut konsep "IPS adalah fungsi
mata pelajaran baru, sejarah, geografi, dan ekonomi" Pada kurikulum 1975
terjadi pengelompokan Kurikulum sekolah berisi tiga jenis pendidikan,
yaitu pendidikan umum, pendidikan akademis, dan pendidikan keahlian
khusus. Kurikulum 1975 mengemukakan bidang kajian bernama ilmu
pengetahuan sosial (IPS) dan bidang kajian pendidikan moral pancasila
(PMP). Bidang kajian IPS termasuk bidang kajian pada pendidikan
akademis dan bidang kajian PMP Termasuk kelompok pendidikan umum.
e) Pada tahun 1980-an kurikulum 1975 akan diperbaiki. Munculah bidang
kajian Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sederajat dengan
PMP dan erat hubungan dengan IPS/Sejarah Misi PSPB adalah
menciptakan suasana belajar ber- CBSA sehingga dominan kognitif dan
efektif tercapai. Usaha-usaha perbaikan tersebut akhirnya terwujud pada
kurikulum 1975 yang disempurnakan atau kurikulum 1984. Kurikulum
1984 yang disempurnakan berusaha memperbaiki kelemahan-kelemahan
kurikulum 1975, Kemudian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
melakukan perbaikan kurikulum pada tahun 1994 yang lebih dikenal
dengan "kurikulum 1994" dimana di dalamnya terjadi perubahan nama
mata pelajaran. seperti PMP dan KN menjadi PPKn.

11
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
2.5. Konsep Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Mengacu pada Undang – undang
No. 20 Tahun 2003
Dari konsideran Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (untuk selanjutnya akan disebut UU Sisdiknas Baru) dengan jelas
dapat dipahami mengapa diperlukan adanya UU Sisdiknas Baru dikarenakan adanya
dua pertimbangan yang sangat substansial yang pertama, UUD 1945 yang
mengamanatkan Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial; kedua,
mengamanatkan Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqawaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang
diatur dengan undang-undang. Kedua pertimbangan tersebut mengisyaratkan bahwa
pendidikan nasional Indonesia harus bersifat mengembangkan insan Indonesia yang
baik dan cerdas.
Dalam konteks itu dikonsepsikan bahwa pendidikan itu harus merupakan “usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan
spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”. Sebagai usaha
sadar dan terencana maka yang harus diupayakan adalah membangun suasana belajar
dan pembelajaran yang mendidik dan mencerdaskan dengan peserta didik sebagai
pusatnya.
Dilihat dari dasarnya, Pendidikan nasional secara konsisten tetap berlandaskan
pada “Pancasila dan Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945”
(Pasal 2), dengan sendirinya termasuk dengan seluruh Amandemennya. Sementara itu
dalam konteks makro, pendidikan nasional berfungsi “mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa” (Pasal 3). Dengan kata lain hasil akhir dari
pendidikan nasional itu adalah berkembangnya kemampuan individu, terbentuknya
watak dan peradaban bangsa yang bermartabat, dan kehidupan bangsa yang cerdas.
Untuk mencapai semua itu maka yang harus dilakukan oleh dan dalam dunia
pendidikan adalah membangun proses pendidikan yang memungkinkan

12
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
“berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
(Pasal 3). Guna mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut, digariskan
prinsip-prinsip pendidikan demokratis dan berkeadilan, sistemik, terbuka, dan multi
makna, pembudayaan dan pemberdayaan, pemberian keteladanan, pembangunan
kemauan, dan pengembangan kreativitas; pengembangan budaya baca, tulis dan hitung,
dan pemberdayaan masyarakat. (Pasal 4).
Pada tataran kurikuler, khususnya untuk pendidikan dasar dan menengah
ditetapkan pendidikan kewarganegaraan, dan bahan kajian ilmu pengetahuan sosial,
bahasa dan seni serta budaya. Secara substantif dan pedagogis kedua bidang kajian
tersebut mempunyai hubungan kontributif terhadap semua aspek tujuan pendidikan
nasional dengan titik berat pada pengembangan wawasan keilmuan, kecakapan
personal dan sosial-kultural, kreativitas, kemandirian, dan karakter warganegara yang
demokratis dan bertanggung jawab. Oleh karena itu proses belajar dan pembelajaran
secara pedagogis dan sosial kultural menuntut adanya integrasi dari proses
pemberdayaan dan pembudayaan dalam bingkai pembelajaran yang mendidik dan
mencerdaskan. Dengan demikian maka yang menjadi pilar utama pendidikan
kewarganegaraan dan ilmu pengetahuan sosial serta humaniora adalah belajar hidup
bermasyarakat (learning to live together) yang ditopang oleh pilar belajar untuk tahu
tentang apa, mengapa, dan bagaimana (learning to know) dan pilar belajar untuk
berbuat (learning to do), yang pada akhirnya dikristalisasikan dalam pilar belajar untuk
hidup menjadi manusia yang utuh (learning to be).
Dari analisis terhadap substansi dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional
dan landasan serta subsatansi kurikuler sebagaimana tertuang dalam UU Sisdiknas Baru
itu, maka model belajar dan pembelajaran pendidikan sosial dan humaniora yang perlu
dikembangkan untuk pendidikan dasar dan menengah adalah paradigma integrated
social studies atau studi sosial/ kajian sosial terpadu sebagaimana digagas dan
ditawarkan oleh Hartonian (1992) sebagai integrated system of knowledge.

13
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pendidikan Ilmu Sosial pada dasarnya merupakan sebuah bidang ilmu yang
membahas dan mengkaji mengenai kehidupan manusia baik itu sebagai seorang
individu maupun sebagai seorang mahluk sosial dan interaksinya terhadap lingkungan
sekitarnya. Dalam pembelajaran serta penerapan ilmu sosial ini, yang menjadi objek
adalah kehidupan manusia itu sendiri, lingkungan manusia serta aspek-aspek kehidupan
manusia.
Pendidikan IPS memiliki peran yang sangat penting dalam rangka pengembangan
kesadaran kebersamaan, karena melalui pembelajaran IPS dibangun prinsip-prinip
kehidupan sosial yang demokratis dan penanaman nilai-nilai sosial budaya dalam
kehidupan bersama dan kebersamaan. Pendidikan IPS juga membantu anak dalam
membangun pengetahuan dasar dan sikap-sikap yang berasal dari disiplin-disiplin
akademik sebagai cara-cara yang khas dalam memandang realitas.
Oleh karena itu, pendidikan IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial dalam memasuki
kehidupan bermasyarat yang dinamis. Diharapkan dengan Mata pelajaran IPS ini
peserta didik dapat memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, Rasa ingin tahu,
Inkuiri memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
c. Memiliki komitemen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sesial dan kemanusiaan.

14
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi. Bekerjasama, dan berkompetisi dalam
masyarakat majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.
Sedangkan konsep dari pendidikan IPS ini mengacu pada 2 buah pertimbangan
yang tercetus dari penetapan UU Sisdiknas Baru yaitu yang pertama, UUD 1945 yang
mengamanatkan Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial; kedua,
mengamanatkan Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqawaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang
diatur dengan undang-undang.
3.2. Saran
Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih terdapat beberapa kesalahan baik
dari isi dan cara penulisan. Untuk itu kami sebagai penulis mohon maaf apabila
pembaca merasa kurang puas dengan hasil yang kami sajikan, dan kritik beserta saran
juga kami harapkan agar dapat menambah wawasan untuk memperbaiki penulisan
makalah kami.

DAFTAR PUSTAKA

[Depdiknas] Departemen Pendidikan Nasional. 2013. Kurikulum 2013. Kementrian


Pendidikan dan Kebudayaan.
Raniwidiantari45. 2015. “Perkembangan IPS Di Indonesia”. Tersedia pada
https://raniwidiantari45.wordpress.com/2015/02/10/perkembangan-ips-di-indonesia/.
(di akses pada 16.09.2018, Pukul 19.09 Wita).
Zulfiati, Heri Maria dan Chairiyah. 2014. Bahan Ajar Pendidikan IPS. Yogyakarta:
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

15
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Anda mungkin juga menyukai