Anda di halaman 1dari 27

PENGEMBANGAN IPS

Dosen Pengampu : Syafruddin, M.Pd.

MUTYA FAHIRA
Penulis & Editor : Mutya Fahira (2021070406)
Kelas : PGSD 3K

Dosen Pengampu : Syafruddin, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) TAMAN SISWA BIMA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih


lagi Maha Penyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur
atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan buku tentang Pengembangan IPS.

Buku ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan


bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan buku ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan buku ini.

Selasa, 2 Januari 2023

Mutya Fahira

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................... i


Daftar Isi .............................................................................. ii
BAB 1 .................................................................................. 1
A. Hakikat Pengembangan IPS ..................................... 1
B. Perubahan Kurikulum dan Pengembangan IPS ........ 2
C. Nilai Keteladanan dalam Pembelajaran IPS ............. 5
BAB 2 .................................................................................. 8
A. Pengembangan Pembelajaran Terpadu ..................... 8
B. Pengembangan IPS dalam Pembelajaran Metode
Simulasi dan Karya Wisata model PJBL dan PBL ...10
BAB 3 ................................................................................. 14
A. Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti, dan
Kompetensi Dasar IPS SD ...................................... 14
B. Pengembangan Bahan Ajar IPS SD ........................ 16
C. Pengembangan Media Pembelajaran IPS ............... 18
D. Penilaian Hasil Belajar IPS SD, Program Tindak
Lanjut dan Penentuan KKM ................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ....................................................... 23

ii
BAB
1
A. Hakikat Pengembangan IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai mata pelajaran dalam


dunia pendidikan dasar dan menengah, secara historis muncul
bersamaan dengan diberlakukannya kurikulum tahun 1975. IPS
memiliki kekhasan dibandingkan dengan mata pelajaran lain sebagai
pendidikan disiplin ilmu, yakni kajian yang bersifat terpadu
(integrated), interdisipliner, multidimensional bahkan cross-
diciplinary (Numan Somantri, 2001: 101). Karakteristik ini terlihat
dari perkembangan IPS sebagai mata pelajaran di sekolah yang
cakupan materinya semakin meluas. Dinamika cakupan semacam itu
dapat dipahami mengingat semakin kompleks dan rumitnya
permasalahan sosial yang memerlukan kajian secara terintegrasi dari
berbagai disiplin IPS, ilmu pengetahuan alam, teknologi, humaniora,
lingkungan, bahkan sistem kepercayaan. Dengan demikian
diharapkan pendidikan IPS terhindar dari sifat ketinggalan zaman,
disamping keberadaannya yang diharapkan tetap koheren dengan
perkembangan sosial yang terjadi.
IPS merupakan studi terintegrasi dari ilmu sosial untuk
mengembangkan potensi kewarganegaraan yang dikoordinasikan
dalam program sekolah sebagai pembahasan sistematis yang
dibangun dalam beberapa disiplin ilmu, seperti antropologi,
arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, politik,
psikologi, agama, sosiologi, humaniora dan ilmu-ilmu alam.
Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik disiapkan dan
diarahkan agar mampu menjadi warga negara Indonesia yang
demokratis dan bertanggung jawab serta warga dunia yang cinta
damai.
Tujuan pembelajaran IPS (Pusat Kurikulum, 2006: 7), adalah
mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah
sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif ter-

PENGEMBANGAN IPS 1
hadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil
mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa
dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.
Menurut Fraenkel (1980: 8-11), ada empat kategori tujuan IPS,
yaitu pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai. Tujuan
pengetahuan ini adalah membantu siswa untuk belajar lebih banyak
tentang dirinya, fisiknya, dan dunia sosial. Ada beberapa
keterampilan dalam IPS, yaitu keterampilan berpikir, keterampilan
akademik, keterampilan penelitian, dan keterampilan sosial.
Sementara sikap diartikan sebagai kemahiran dalam mengembangkan
dan menerima keyakinan-keyakinan, ketertarikan, pandangan, dan
kecenderungan tertentu. Nilai diartikan sebagai kemahiran
memegang sejumlah komitmen yang mendalam, mendukung ketika
sesuatu dianggap penting dengan tindakan yang tepat.

B. Perubahan Kurikulum & Pengembangan IPS


Pada tahun 1968 lahirlah kurikulum 1968 yang masih belum
mengadakan materi IPS didalamnya. Karena pada kurikulum tahun
1968, pembelajaran mengarah pada kegiatan mempertinggi
keterampilan, kecerdasan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan
kuat14. Dikatakan bahwa pendidikan IPS dikenalkan dan diadakan
pada tahun 1970-an lebih tepatnya berada di kurikulum 1975 dan
1986. Pada kurikulum ini pendidikan IPS masih tampak berdiri
sendiri sendiri, dapat dikatakan bahwa pendidikan IPS pada
kurikulum ini tidak membentuk materi yang terpadu.
Pada kurikulum 2006 hingga pada kurikulum 2013 ini pendidikan
IPS diadakan secara terpadu. Kurikulum IPS SD tahun 2006 yang
disepakati berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Republik
Indonesia Nomor 22 tanggal 23 Mei 2006, memiliki ciri khas
tersendiri sejak berlakunya Kurikulum IPS 2006 tidak sesuai secara
teknis, tetapi sangat sederhana. Singkatnya, kriteria kemampuan dan
kemampuan dasar jauh lebih sederhana daripada kurikulum
sebelumnya dan memiliki waktu per minggu yang relatif lebih
sedikit.

PENGEMBANGAN IPS
2
Kurikulum 2006 lebih sederhana dan efektif, namun kokoh dan
memiliki paradigma baru dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial. Maka dari itu, guru diharapkan mampu secara mandiri dan
dengan sukarela menentukan pendekatan, metodologi dan alat
evaluasi mereka sendiri untuk kebutuhan dan keadaan khusus
mereka. Kurikulum IPS di SD meliputi 4 (empat) materi yaitu
geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi.
Pada kurikulum 2013 kajian IPS pada tingkat Sekolah Dasar
tidak terlihat secara nyata, akan tetapi tersusun secara terpadu dalam
standar kompetensi yang dimulai sejak kelas satu hingga dengan
kelas enam.
Pada kurikulum tahun 2013, pembelajaran IPS di sekolah dasar
terpadu dengan melalui pembelajaran dan buku materi buku tematik
dengan judul yang berbeda beda setiap temanya. Selain itu, pada
kurikulum 2013 ini menggunakan metode HOTS. HOTS (higher
order thinking skill) dalam pembelajaran pendidikan IPS menjadi hal
yang penting yang perlu dikembangkan oleh pendidik terutama untuk
siswa sekolah dasar di tengah-tengah adanya kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi di abad 21. HOTS menjadi suatu
keterampilan yang penting dan harus dimiliki oleh peserta didik
supaya dapat memenuhi tantangan perkembangan zaman, hingga
peserta didik bisa bersaing secara global.
Sekarang ini diluncurkan nya kurikulum Merdeka Belajar, adalah
salah satu program yang direncanakan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan bapak Nadiem Makarim. Merdeka belajar merupakan
bentuk dari penyesuaian kebijakanbuntuk mengembalikan esensi dari
penilaian yang semakin dilupakan. Menurut Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan tahun 2020, merdeka belajar adalah memberikan
kebebasan dan otonomi kepada lembaga pendidikan dan merdeka
dari birokratisasi, dosen dibebaskan dari birokrasi yang berbelit serta
mahasiswa diberikan kebebasan untuk memilih bidang yang mereka
sukai. Inti pokok dari Merdeka Belajar ini adalah bebas.

PENGEMBANGAN IPS
3
Bebas dalam artian bahwa sekolah, guru, maupun murid memiliki
kebebasan dalam berinovasi, berpikir kreatif, dan belajar mandiri.
Kurikulum Merdeka Belajar ini diluncurkan karena banyaknya
keluhan dari orang tua siswa yang mana pada sistem pendidikan
nasional yang berlaku selama ini, termasuk nilai ketuntasan
minimum, harus dicapai di setiap mata pelajaran oleh siswa. Dengan
adanya sistem Merdeka Belajar, diharapkan akan terciptanya suasana
belajar yang bahagia bagi siswa, ataupun pendidik sendiri.
Implikasi dari konsep Merdeka Belajar dalam
pengimplementasiannya di Sekolah Dasar yaitu penyederhanaan
kurikulum, penyelenggaraan ujian nasional, Penyederhanaan RPP,
dan profesi guru. Kajian pertama adalah penyederhanaan kurikulum.
Suyanto menyebutkan tujuan utama dari penyederhanaan kurikulum,
yang mana dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan utama dari
penyederhanaan kurikulum ini adalah untuk membuat kurikulum
lebih relevan sehingga kompetensi dari para lulusan pendidikan
selalu up to date atau seiringan dengan berkembangnya zaman.

Pendidikan IPS harus mengalami perubahan dan perkembangan


sesuai zaman, karena IPS mempelajari tentang kegiatan manusia
dalam suatu masyarakat baik prilaku maupun kebutuhannya.

PENGEMBANGAN IPS 4
C. Nilai Keteladanan Dalam Pemebalajaran IPS

1.Nilai Spiritual/ Religius


Materi pelajaran IPS harus dipilih dan dipilah yang mendukung
terhadap pencapaian KI-1. Materi yang dikembangkan dalam
pencapaian KI-1, dapat dilakukan dengan cara menghargai ajaran
agama dalam berpikir dan berperilaku manusia sebagai mahluk sosial
sekaligus sebagai mahluk yang beragama. Guru harus turut
memberikan pemahaman dan penghayatan terhadap ajaran agama
tertentu yang sangat diperlukan dalam menuntut ilmu. Ilmu dan
agama adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan,ibarat dua sisi dari
sebuah mata uang. Demikian juga pepatah mengatakan “Ilmu tanpa
agama buta, sedangkan agama tanpa ilmu lumpuh”. Oleh karena itu,
menuntut ilmu harus dilandasi dengan keyakinan agama dan amal
sholeh, sementara dalam mengamalkan agama harus dilandasi
dengan ilmu.

2. Nilai Sosial
Dalam Kurikulum 2013 menekankan pembelajaran dengan
pendektan saitifik, oleh sebab itu pembelajaran haruslah mendukung
pencapaian kompetensi yang diharapkan. Pada Kurikulum 2013
Kompetensi Inti (KI) kedua adalah kompetensi sikap. Kompetensi
sikap yaitu ekspresi dari nilai-nilai yang dimiliki oleh seseorang dan
diwujudkan dalam perilaku.
Materi pembelajaranan IPS yang mendukung pencapaian KI-2, dapat
dipilih materi yang memiliki muatan untuk membentuk perilaku
hormat pada orang lain sebagai salah satu karakter bangsa yang baik,
hormat pada orang tua, hormat pada guru, toleransi antar umat
beragama, suku, budaya daerah, peduli terhadap sesama, saling
memaafkan, dan tolong menolong.
Peserta didik dikembangkan kesadaran dan penghayatannya terhadap
keberadaannya di tengah-tengah masyarakat. Dari kesadarannya
terhadap keberadaan tadi, mereka disadarkan pula tentang
perasaannya masing-masing terhadap masyarakat, bahkan terhadap
alam lingkungan secara keseluruhan.

PENGEMBANGAN IPS
5
3. Nilai Teoritis
Upaya pencapaian Kompetensi inti ketiga yaitu aspek
pengetahuan, dimana dalam pengetahuan peserta didik diajarkan
akan nilai-nilai teoritis yang harus dikuasainya. Membina peserta
didik hari ini pada proses perjalanannya diarahkan menjadi Sumber
Manusia untuk hari esok. Oleh karena itu, pendidikan IPS tidak
hanya menyajikan dan membahas kenyataan, fakta, dan data yang
terlepas-lepas, melainkan lebih jauh dari pada itu menelaah
keterkaitan suatu aspek kehidupan sosial dengan yang lainnya.
Peserta didik dibina dan dikembangkan kemampuan nalarnya ke arah
dorongan mengetahui sendiri kenyataan dan dorongan yang menggali
sendiri di lapangan. Kemampuan menyelidiki dan meneliti dengan
mengajukan berbagai pertanyaan mereka dibina serta dikembangkan.

Dengan demikian kemampuan mereka mengajukan hipotesis dan


dugaan-dugaan terhadap suatu persoalan, juga berkembang. Dengan
perkataan lain, kemampuan mereka berteori dalam pendidikan IPS,
dibina dan dikembangkan. Dalam menghadapi kehidupan sosial yang
berkembang dan berubah, kemampuan berteori ini sangat berguna
serta strategis. Melalui pendidikan IPS, nilai teoritis ini dibina dan
dikembangkan.

PENGEMBANGAN IPS
6
4. Nilai Praktis
Nilai praktis yang ditanamkan kepada siswa mendukung proses
pencapaian kompetensi inti keempat dalam kurikulum 2013 yaitu
kompetensi keterampilan yang dapat diterapkan dalam kehidupan
peserta didik kelak. Oleh karena itu, kompetensi dasar/pokok bahasan
IPS itu, jangan hanya tentang pengetahuan yang konseptual-teoritis
belaka, melainkan digali dari kehidupan sehari-hari mulai dari
lingkungan keluarga, di pasar, di jalan, di tempat bermain dan
seterusnya. Dalam hal ini nilai praktis itu, disesuaikan dengan tingkat
umur dan kegiatan peserta didik sehari-hari. Pengetahuan IPS yang
praktis tersebut bermanfaat dalam mengikuti berita, mendengarkan
radio, membaca buku cerita, menghadap permasalahan kehidupan
sehari-hari.

5. Nilai Edukatif
Setiap pelajaran haruslah memiliki nilai edukatif tidak terkecuali
dengan mata pelajaran IPS, dimana harus mampu mengedukasi
peserta didik untuk dapat menjadi manusia yang berguna bagi
masyrakat dan diri sendiri. Dalam kurikulum 2013 nilai edukatif
terkandung dalam setiap Kompetensi Inti (KI) yang ada. Pada KI satu
tentang kompetensi spiritual, siswa diedukasi tentang nilai-nilai
religius agar siswa belajar dan terbiasa dengan kehidupan religius,
Kemudian pada Kompetensi Inti kedua tentang kompetensi sikap,
siswa diedukasi tentang bagaiamana bersikap dalam kehidupan
sosialnya, sehingga dapat menjadi anggota masyrakat yang peka dan
cerdas dalam kehidupan sosialnya. Selanjutnya pada Kompetensi Inti
ketiga tentang pengetahuan, siswa diberikan pengetahuan-
pengetahuan yang relevan dengan materi pelajaran guna pengetahuan
mereka untuk masa sekarang dan masa yang aka datang. Sedangkan
pada Kompetensi Inti terakhir yakni tentang keterampilan, siswa
diedukasi untuk dapat memiliki skill atau keterampilan yang relevan
dengan tujuan pelajaran yang diajarkan.

PENGEMBANGAN IPS
7
BAB
2
A. Pengembangan Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu, siswa diharapkan memiliki kemampuan


untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, menilai dan menggunakan
informasi yang ada di sekitarnya secara bermakna. Apabila dikaitkan
dengan tingkat perkembangan anak, pembelajaran terpadu
merupakan pendekatan pembelajaran yang memperhatikan dan
menyesuaikan pemberian konsep sesuai dengan tingkat
perkembangan anak. (Iif Khoiru Ahmadi dkk: 2011; 45) Pendekatan
yang dilakukan menolak drill-system sebagai dasar pembentukan
pengetahuan dan struktur intelektual anak. Melibatkan beberapa
bidang studi untuk memberikan pengalaman bermakna kepada anak
didik. Di sinilah, ia akan memahami konsep-konsep yang mereka
pelajari melalui pengamatan langsung dan menghubungkannya
dengan konsep lain.
Dengan demikian, dibutuhkan sekolah sebagai salah satu
lingkungan sosial yang berfungsi memperluas kehidupan interaksi
sosial anak. Tempat ia belajar menyesuaikan diri terhadap
bermacam- macam situasi, oleh karena itu, sekolah menjadi tempat
kedua yang penting dalam pembentukan karakter anak. Ketika
Pendidikan berbasis karakter disisipkan ke kurikulum dan silabus,
setidaknya pendidik/guru memahami pengertian karakter itu sendiri.
Apabila guru-guru merasa kegamangan dalam menerapkan materi
pelajaran yang disisipi pembentukan karakter peserta didiknya, maka
merupakan potret nyata bahwa selama ini pendidikan di Indonesia
hanya pandai mencerdaskan otak, namun gagal dalam membenrtuk
siswa yang berkarakter.
Untuk pengembangan pembelajaran di sekolah yang menjadi
tanggung jawab guru, maka pembelajaran terpadu (intergrated
learning), merupakan pembelajaran yang berupaya memadukan
berbagai penguasaan dari beberapa mata pelajaran atau pembahasan

PENGEMBANGAN IPS
8
yang mengajarkan adanya keterkaitan berdasarkan pada suatu tema,
sehingga anak terbiasa memandang segala sesuatu dalam gambaran
yang utuh. Integrasi proses pembelajaran di sekolah baik model,
metode, ataupun pendekatan pembelajaran, dirasa perlu untuk
menginterpretasikan kembali seluruh materi pelajaran sekolah
dengan muatan-muatan nilai yang Islami. Tujuannya tidak semata-
mata mendorong anak didik untuk memiliki kemampuan dalam
memahami pembelajaran, namun sekaligus anak dapat memecahkan
masalah dengan baik dan utuh, dengan memperhatikan berbagai
aspek.
Selain itu Model pembelajaran terpadu (Integrated learning) pada
hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun
kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta
prinsip secara holistik dan otentik. Pendekatan pembelajaran ini
menyajikan bahan-bahan pelajaran secara terpadu dengan
menghubungkan atau mengaitkan bahan pelajaran sehingga tidak
berdiri sendiri atau terpisah-pisah, dan siswa dibuat secara aktif
terlibat dalam proses pembelajaran dan membuat keputusan.
Keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran sangat tergantung
pada strategi dan pendekatan yang dilaksanakan, untuk itu perlu
adanya suatu pengembangan dalam pembelajaran,khususnya dalam
pembentukan karakter siswa. Pembelajaran terpadu bisa dijadikan
alternative model dalam pembelajaran, karena dalam proses
pembelajaran terpadu siswa dikondisikan aktif dan kreatif sehingga
belajar berdasarkan pada pengalaman langsung. Hal ini tercermin
dari siswa secara aktif mencari, menggali dan menemukan konsep
serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Ini
semua adalah pengalaman langsung siswa dalam kegiatan
pembelajaran dan sekaligus proses belajar dari beberapa mata
pelajaran secara serempak. Tentunya ini yang menjadi agenda
kurikulum 2013.
Melalui pembelajaran terpadu, nilai-nilai karakter juga dapat
tertanam secara langsung, hal ini bisa dilakukan dengan

PENGEMBANGAN IPS
9
menerapkan character-based approach ke dalam setiap mata pelajaran
yang ada di samping mata pelajaran khusus untuk pendidikan
karakter, seperti pendidikan Pancasila dan Pendidikan Agama.
Komponen pendidikan yang sangat terpenting adalah Strategi
pembelajaran yang berpusat pada aktivitas peserta didik (student
centris) dalam suasana yang lebih demokratis, menyenangkan,
menggairahkan, membangkitkan, minat belajar, merangsang
timbulnya inspirasi, imajinasi, kreasi dan inovasi dalam
pembelajaran.

B. Pengembangan IPS Dalam Pendekatan Pembelajaran Metode


Simulasi dan Karya Wisata Dan Model PJBL dan PBL
a. Hakikat Metode Simulasi
Seorang guru dalam proses pembelajaran harus menggunakan
metode yang bervariasi dan tidak disarankan untuk menggunakan
metode yang menoton. Guru dituntut untuk mampu memberikan dan
melaksanakan kegiatan belajar mengajaryang baik. seorang guru
harus memilih metode yang tepat sesuai dengan situasi dan materi
yang disajikan.
Metode adalah suatu pengeatahuan tentang cara-cara mengajar
yang digunakan oleh seorang guru. Sedangkan simulasi berasal dari
kata simulate yang berarti pura-pura atau berbuat seolah-olah atau
simulation yang berarti tiruan yang hanya berpura-pura saja. Sebagai
metode mengajar, simulasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
yang menggambarkan kejadian atau peristiwa sebenarnya.
Menurut Depdiknas, simulasi adalah suatu metode pelatihan yang
memperagakan sesuatu dalam bentuk tiruan (imitasi) yang mirip
dengan keadaan yang sesungguhnya; simulasi: penggambaran suatu
sistem atau proses dengan peragaan memakai model statistik atau
pameran. Simulasi pada dasarnya semacam permainan dalam
pengajaran yang diangkat dari realita kehidupan. Tujuannya untuk
memberikan pemahaman tentang sesuatu konsep atau prinsip atau
dapat juga untuk melatih kemampuan memecahkan masalah yang
bersumber dari realita kehidupan.

PENGEMBANGAN IPS
10
Tujuannya untuk memberikan pemahaman tentang sesuatu
konsep atau prinsip atau dapat juga untuk melatih kemampuan
memecahkan masalah yang bersumber dari realita kehidupan.Udin
Syaefudin Saud mengatakan bahwa, simulasi adalah sebuah sistem,
misalnya sebuah perencanaan pendidikan, yang berjalan pada kurun
waktu yang tertentu.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa simulasi merupakan matode
yang digunakan oleh guru dalam bentuk permainan dan menampilkan
ciri utama dari sistem kehidupan yang nyata. Simulasi memodifikasi
keputusankeputusan yang menentukan bagaimana ciri-ciri utama itu
bisa dimodifikasi secara nyata.
Dalam pembelajaran yang menggunakan metode simulasi, siswa
dibina kemampuannya dalam berinteraksi dan berkomunikasi dalam
kelompok. Selain itu juga, dalam metode simulasi, siswa diajak untuk
bermain peran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
diinginkan.Beberapa peran guru yang harus dilakukan dalam
melaksanakan metode simulasi antara lain:
1. Menjelaskan (explaning), guru dapat menjelaskan sekadarnya
kepada siswa, siswa harus memahami aturan dan kegiatan
simulasi.
2. Menjelaskan (refreeing), guru membentuk kelompok-kelompok
dan membagi siswa kedalam kelompok atau peran sesuai dengan
kemampuan dan keinginan siswa. Guru harus mengawasi
partisipasi siswa dalam permainan simulasi. Disini guru
bertindak sebagai wasit/pengawas yang menyelenggarakan
aturan-aturan permainan agar ditaati oleh siswa.
3. Melatih (coaching), di mana guru bertindak sebagai pelatih yang
memberikan petunjuk-petunjuk kepada siswa agar mereka dapat
bermain dengan baik.
4. Memimpin diskusi (discussing), selama permainan berlangsung
guru akan memimpin kelas dalam suasana diskusi.

PENGEMBANGAN IPS
11
b. Metode Karya Wisata
Menurut Sudraja Metode
karyawisata adalah cara penyampaian
materi dengan membawa siswa keluar
dari lingkungan kelas sehingga mereka
bisa langsung berinteraksi dengan objek
belajar. Adapun manfaat penggunaan
metode ini bisa memberikan pengalaman
langsung kepada siswa, dan dapat
menambat wawasan.
Langkah pembelajaran metode Karya Wisata terdiri dari tiga
tahap : Pertama, Perencanaan Karyawisata. Pada tahap ini guru
merencanakan tujuan karya wisata, objek, waktu, dan skenario
pembelajaran yang akan dilakukan. Kedua, Pelaksanaan Karya
Wisata. Siswa dan guru melaksnakan pembelajaran di tempat
karyawisata dengan bimbingan guru. Kegiatan belajar ini harus
diarahkan kepada tujuan materi yang telah ditentukan yaitu siswa
mampu mengamati, mencari tahu dan mendiskusikan tentang
kegiatan ekonomi yang terdapat dalam suatu daerah. Ketiga, Tindak
lanjut. Laporan dari siswa dituangkan secara tertulis tentang materi
yang didapat pada saat karya wisata.
Penggunaan metode ini bisa memberikan pengalaman langsung
kepada siswa, memberikan pengalaman mengenai kenyataan yang
ada, dan dapat menambah wawasan guna mengembangkan aspek
perkembangan sosial anak.

c. Pengembangan Pembelajaran IPS dengan Metode PBL


Pembelajaran yang dimulai dari akar suatu permasalahan,
biasanya disebut dengan metode Problem Based Learning. Problem
Based Learning merupakan model pembelajaran yang dirancang
dengan menghadapkan peserta didik pada masalah aktual yang terjadi
di sekitarnya (Modul Tanoto Foundation: 2019). Melalui masalah
yang dimunculkan, peserta didik akan mencoba memahami masalah,
merencanakan penyelesaiannya,

PENGEMBANGAN IPS
12
melaksanakan langkah-langkah penyelesaian masalah yang
ditetapkan. Hasil pembelajaran tersebut akan membentuk
pengetahuan dan pengalaman baru. Yang dapat digunakan
menghadapi tantangan kehidupan di masa mendatang.
Sebagai contoh pada pembelajaran IPS di kelas V (lima) materi
tentang Menghargai Perjuangan Para Tokoh Kemerdekaan. Siswa
dan siswi SDN 4 Tegorejo, Kecamatan Pegandon, Kendal diminta
memecahkan masalah rendahnya apresiasi dan rasa hormat atas hasil
perjuangan para tokoh kemerdekaan.
Siswa secara berkelompok menginventarisir penyebabkan
permasalahan terjadi. Lalu, mereka mencari sumber referensi yang
dibutuhkan. Baik dari buku, media massa, maupun dari internet.
Setelah itu, mereka akan melakukan telaah bersama. Bagaimana cara
menghormati, mengapresiasi, serta menjaga hal-hal yang diwariskan
para pejuang kemerdekaan. Inventarisir terakhir yakni apa penyebab
generasi sekarang tidak secara nyata bisa mengapresiasi dan
menghormati perjuangan para tokoh kemerdekaan.
Hasil yang sudah ditemukan masing-masing kelompok dibawa di
dalam pleno bersama. Pada pleno, kelompok lain diberi kesempatan
untuk bertanya atau bahkan memberi masukan juga kritisi pada
kelompok yang presentasi. Temuan para siswa seringkali belum tentu
mendapatkan hasil mendetail ataupun sesuai yang diharapkan.

PENGEMBANGAN IPS
13
BAB
3
A. Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti, dan
Kompetensi Dasar IPS

a). Standar Kompetensi Lulusan


Standar Kompetensi Lulusan (SKL) satuan pendidikan adalah
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencangkup pengetahuan,
ketrampilan dan sikap, yang digunakan sebagai pedoman penilaian
dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.
SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau
kelompok mata pelajaran.
SKL pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan
dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut. SKL pada jenjang pendidikan menengah umum bertujuan
untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut. SKL pada satuan pendidikan menengah
kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan
kelulusan peserta didik. Standar Kompetensi Lulusan tersebut
meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan
dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok
mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata
pelajaran. Pelaksanaan SI-SKL Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia No 24 Tahun 2006 menetapkan tentang
pelaksanaan standar isi dan standar kompetensi lulusan untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah.

PENGEMBANGAN IPS
14
Tujuan yang dimaksud adalah tujuan standar kompetensi lulusan
dari berbagai jenjang. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 26 Ayat (1)
sampai (3) menyatakan:
1. Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan dasar
bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2. Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah
umum bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
3. kompetensi lulusan pada satuan menengah kejuruan bertujuan
untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut sesuai kejuruannya.
b). Kompetensi Inti
Kompetensi inti adalah kompetensi utama yang diuraikan ke
dalam beberapa aspek, yaitu aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan dan harus dipelajari oleh peserta didik di setiap jenjang
dan mata pelajaran.
Menurut Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016, kompetensi inti
pada kurikulum 2013 adalah kemampuan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan yang harus dimiliki peserta didik setiap tingkat
kelas. Kompetensi ini tidak diajarkan langsung dalam pembelajaran,
melainkan setiap mata pelajaran harus memiliki tujuan yang sama
dengan rumusan kompetensinya.
Tujuannya Kompetensi Inti adalah membentuk karakter unggul
bagi peserta didik melalui kegiatan pembelajaran. Hal itu sejalan
dengan tujuan yang ingin dicapai melalui kurikulum 2013.

PENGEMBANGAN IPS
15
B. Pengembangan Bahan Ajar IPS SD
Wina Sanjaya (2007) menjelaskan bahwa bahan atau materi
kurikulum (curriculum material) adalah isi atau muatan kurikulum
yang harus dipahami oleh siswa dalam upaya mencapai tujuan
kurikulum. Sementara menurut Depdiknas (2006) bahan ajar atau
materi pembelajaran (instructionalmaterials) secara garis besar terdiri
dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari
siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah
ditentukan.
Adapun sumber bahan ajar yaitu,
1. Buku teks
Buku teks yang diterbitkan oleh berbagai penerbit dapat dipilihuntuk
digunakan sebagai sumber bahan ajar. Buku teks yang digunakan
sebagai sumber bahan ajar untuk suatu jenismatapelajaran tidak harus
hanya satu jenis, apa lagi hanyaberasal dari satu pengarang atau
penerbit. Gunakan sebanyakmungkin buku teks agar dapat diperoleh
wawasan yang luas.
2. Laporan hasil penelitian
laporan hasil penelitian yang diterbitkan oleh lembaga penelitianatau
oleh para peneliti sangat berguna untuk mendapatkansumber bahan
ajar yang atual atau mutakhir.
3. Jurnal (penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah)
Penerbitan berkala yang berisikan hasil penelitian atau
hasilpemikiran sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai
sumberbahan ajar. Jurnal-jurnal tersebut berisikan berbagai
hasilpenelitian dan pendapat dari para ahli di bidangnya masing-
masing yang telah dikaji kebenarannya.
4. Pakar bidang studi
Pakar atau ahli bidang studi penting digunakan sebagai sumberbahan
ajar. Pakar tadi dapat dimintai konsultasi mengenaikebenaran materi
atau bahan ajar, ruang lingkup, kedalaman, urutan, dsb.

PENGEMBANGAN IPS
16
5. Profesional
Kalangan professional adalah orang-orang yang bekerja pada bidang
tertentu. Kalangan perbankan misalnya tentu ahli di bidang ekonomi
dan keuangan. Sehubungan dengan itu bahanajar yang berkenaan
dengan eknomi dan keuangan dapatditanyakan pada orang-orang
yang bekerja di perbankan.
6. Buku kurikulum
Materi yang tercantum dalam kurikulum hanya berisikan pokok-
pokok materi. Gurulah yang harus menjabarkan materi pokokmenjadi
bahan ajar yang terperinci.
7. Penerbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan.
Penerbitan berkala seperti Koran banyak berisikan informasiyang
berkenaan dengan bahan ajar suatu matapelajaran.
8. Internet
Bahan ajar dapat pula diperoleh melalui jaringan internet. Di internet
kita dapat memperoleh segala macam sumber bahanajar. Bahkan
satuan pelajaran harian untuk berbagaimatapelajaran dapat kita
peroleh melalui internet. Bahantersebut dapat dicetak atau dikopi.
9. Media audiovisual (TV, Video, VCD, kaset audio)
Berbagai jenis media audiovisual berisikan pula bahan ajar untuk
berbagai jenis mata pelajaran. Kita dapat mempelajarigunung berapi,
kehidupan di laut, di hutan belantara melaluisiaran televisi.
10. Lingkungan ( alam, sosial, senibudaya, teknik, industri,
ekonomi)
Berbagai lingkungan seperti lingkungan alam, lingkungansocial,
lengkungan seni budaya, teknik, industri, dan lingkunganekonomi
dapat digunakan sebgai sumber bahan ajar. Untukmempelajari abrasi
atau penggerusan pantai, jenis pasir, gelombang pasang misalnya kita
dapat menggunakanlingkungan alam berupa pantai sebagau sumber.
Mengajar bukanlah menyelesaikan satu buku, tetapi membantusiswa
mencapai kompetensi. Karena itu, hendaknya guru menggunakan
banyak sumber materi.

PENGEMBANGAN IPS 17
Dalam mengembangkan bahan ajar tentu perlu
memperhatikanprinsisp-prinsip pembelajaran. Gafur (1994)
menjelaskan bahwabeberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
penyusunanbahan ajar atau materi pembelajaran diantaranya
meliputiprinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Ketiga
penerapanprinsip-prinsip tersebut dipaparkan sebagai berikut:
1. Prinsip Relavansi. artinya keterkaitan. Materi
pembelajaranhendaknya relevan atau ada kaitan atau ada
hubungannya dengan pencapaian SK dan KD. Cara termudah
ialah denganmengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar
yang harus di kuasai siswa.
2. Prinsip Kosistensi. artinya keajegan. Jika kompetensi dasaryang
harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus
diajarkan juga harus meliputi empat macam. Misalnya, siswa
diminta menyebutkan masing-masing empat contoh
alattransportasi yang ada di daratan, perairan dan udara.
3. Prinsip Kecukupan. artinya materi yang diajarkan
hendaknyacukup memadai dalam membantu siswa menguasai
kompetensidasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu
sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak.

C. Pengembangan Media Pembelajaran IPS

Pengertian tentang media pembelajaran akan didefinisikan secara


proporsional dalam bab ini. Beberapa definisi tentang media
pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Smaldino
Media berasal dari bahasa Latin dan dalam bentuk tunggal
berasal dari kata medium. Media secara harfiah bermakna perantara
atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
2. AECT (Association for Education Communications and
Technology)
Mendefinisikan media pembelajaran sebagai segala bentuk dan
aluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau
informasi.

PENGEMBANGAN IPS
18
3. Schramm
Mendefinisikan media pembelajaran adalah teknologi pembawa
pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
4. Sadiman
Menyatakan bahwa media adalah perantara atau pengantar pesan
dari pengirim ke penerima pesan. Apapun batasan yang diberikan,
ada persamaan diantara batasan terebut yaitu bahwa media adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga
proses belajar terjadi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah
sebuah bahan atau alat yang digunakan seorang guru untuk
menyampaikan materi pembelajaran agar siswa lebih mudah
memahami dan mengerti tentang materi yang diajarkan.
Pemanfaatan media pengajaran pada hakikatnya bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengajaran. Dengan bantuan
media, siswa diharapkan menggunakan sebanyak mungkin alat
inderanya untuk mengamati, mendengar, merasakan, meresapi,
menghayati dan pada akhirnya memiliki sejumlah pengetahuan, sikap
dan keterampilan sebagai hasil belajar. Beberapa peranan media
dalam pembelajaran, diantaranya sebagai berikut:
1. Memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat
memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
2. Meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat
menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara
siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar
sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
3. Mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.
4. Memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang
peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkin-kan
terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan
lingkungannya misalnya melalui karyawisata, kunjungan-kunjungan
ke museum atau kebun binatang.

PENGEMBANGAN IPS
19
D. Penilaian Hasil Belajar IPS, Program Tindak Lanjut dan
Penentuan KKM
a). Program Tindak Lanjut
Evaluasi Program dan Tindak Lanjut adalah salah satu komponen
manajemen program yang esensial dalam program bimbingan dan
konseling. Evaluasi merupakan pengukuran ketercapaian program
pendidikan, perencanaan suatu program substansi pendidikan. Pada
Kurikulum Berbasis Kompetensi, komponen penilaiannya dikenal
dengan Penilaian Berbasis Kelas. Hasil penilaian sikap perlu
dimanfaatkan dan ditindaklanjuti. Hasil pengukuran dan penilaian sikap
siswa dalam kelas, tujuan utamanya bukanlah untuk dilaporkan dalam
bentuk angka, seperti nilai penguasaan pengetahuan(domain kognitif)
atau keterampilan (domain psikomotor). Secara terperinci, hasil
pengukuran dan penilaian sikap dalam kelas dapat dimanfaatkan untuk
hal-hal sebagai berikut:
1) Pembinaan sikap siswa, baik secara pribadi maupun klasikal, perlu
memperhatikan teori pembentukan dan perubahan sikap. Sebagian dari
teori itu telah dijelaskan penilaian bagian awal dari naskah pedoman ini
2) Perbaikan proses pembelajaran, misalnya secara umum siswa
menunjukkan sikap negatif terhadap pokok bahasan atau mata pelajaran
tertentu, ada kemungkinan siswa belum dapat menyerap dengan benar
materi pelajaran dan belum dapat memahami dengan benar konsep-
konsepnya.Dalam hal ini, guru perlu mengkaji lebih mendalam dan
mungkin perlu memberikan perhatian khusus dan penekanan-
penekanan tertentu dalam proses pembelajaran
3) Peningkatan profesionalitas guru. Hasil pengukuran dan penilaian
sikap dapat dimanfaatkan pula dalam rangka pembinaan
profesionalisme guru. Berdasarkan Hasil pengukuran dan penilaian
sikap, guru dapat memperoleh informasi tentang kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya berdasarkan persepsi siswa. Informasi
Tersebut sangat bermanfaat dalam rangka melakukan upaya-upaya
perbaikan dan peningkatan kualitas pribadi dan kemampuan profesional
guru.

PENGEMBANGAN IPS
20
Tujuan dari kegiatan tindak lanjut adalah untuk mengoptimalkan hasil belajar
siswa. Berikut ini beberapa kegiatan tindak lanjut yang dapat dilakukan guru dalam
upaya mengoptimalkan penguasaan siswa (Ruhimat, 2007).
1. Memberikan tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah (PR)Dalam
memberikan tugas dan latihan guru perlu memperhatikan waktu yang tersedia dan
kemampuan yang dimiliki siswa. Setiap pemberian tugas kepada siswa harus orientasi
pada Kompetensi yang harus mencapai dan harus memberikan manfaat bagi siswa.
2. Membahas kembali bahan pelajaran yang belum dikuasai siswa sebagai tindak
lanjut dari adanya kemampuan yang belum dikuasai siswa , guru hendaknya
merancang kegiatan untuk membantu siswa menguasai kemampuan yang belum
dikuasainya.
3. Membaca materi dari sumber lain , Kegiatan inidapat ditugaskan kepada siswa
yang belum ataupun yang sudah menguasai kompetensi yang telah ditetapkan.
4. Memberikan motivasi atau bimbingan belajar, guru hendaknya membeikan
bimbingan kepada siswa agar mereka mampu memperbaiki kekurangannya. Bimbi
gan tersebut berupa arahan atau petunjuk yang jelas kepada siswa sehingga tugas yang
diberikan dapat diselesaikan secar maksimal.
5. Menginformasikan topik yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya, Halini
dilakukan untuk membimbing atau mengarahkan siswa dalam kegiatan belajar yang
dilakukan di luar jam pelajaran.
Program pembelajaran merupakan hal yang kompleks Belajar disekolah terkait
dengan beberapa hal. Dalam tindak belajar siswa berhubungan dengan guru, bahan
belajar, pemerolehan pengetahuan dan pengalaman, dan tatacara evaluasi belajar. Di
samping itu, siswa secara inten menghadapi disiplin, kebiasaan semangat belajarnya
sendiri ;
1. Pengamatan perilaku belajar. Guru selaku pemelajar bertindak membelajarkan
dengan mengajar. Guru selaku pengamat, melakukan pengmatan terhadap perilaku
siswa dalam pengamatan tersebut guru juga mewawancarai siswa atau teman
belajarnya.
2. Analisis hasil belajar, merupakan pekerjaan khusus hal ini pada tempatnya
dikuasaindan di kerjakan oleh guru. Dalam menganalisis hasil belajar guru memulai
sejak awal semester sjalan dengan desain instuktional.
3. Tes hasil blajar, pada penggal proses belajar dilancarkan tes hasil belajar , adapun
jenis tes yang digunakan umumnya digolongkan sebagai tes lisan dan tes tulis.

PENGEMBANGAN IPS
21
b). Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Kriteria Ketuntasan Minimal yang selanjutnya disebut KKM
adalah kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan
pendidikan dengan mengacu pada standar kompetensi lulusan. Dalam
menetapkan KKM, satuan pendidikan harus merumuskannya secara
bersama antara kepala sekolah, pendidik, dan tenaga kependidikan
lainnya. KKM dirumuskan setidaknya dengan memperhatikan 3
(tiga) aspek: karakteristik peserta didik (intake), karakteristik mata
pelajaran (kompleksitas materi/kompetensi), dan kondisi satuan
pendidikan (daya dukung) pada proses pencapaian kompetensi.
Secara teknis prosedur penentuan KKM mata pelajaran pada satuan
pendidikan dapat dilakukan antara lain dengan cara berikut.
Menghitung jumlah KD setiap mata pelajaran pada masing-
masing tingkat kelas dalam satu tahun pelajaran. Menentukan nilai
aspek karakteristik peserta didik (intake), karakteristik mata pelajaran
(kompleksitas materi/kompetensi), dan kondisi satuan pendidikan
(daya dukung) dengan memperhatikan komponen-komponen berikut.
KKM berfungsi sebagai ;
1) Sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta
didik sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti
2) Sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri
mengikuti penilaian mata pelajaran.
3) Dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan
evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah.
Faktor-Faktor Dalam Perhitungan KKM yaitu ;
1. Tingkat kompleksitas (kerumitan dan kesulitan) setiap indikator,
KD dan SK permata pelajaran yang harus dicapai oleh siswa
2. Tingkat kemampuan (intake) rata-rata siswa pada
sekolah/madrasah yang bersangkutan. 3. Kemampuan sumber daya
pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran pada masing-
masing sekolah/madrasah.

PENGEMBANGAN IPS
22
DAFTAR PUSTAKA

Numan Somantri. (2001). Menggagas pembaharuan pendidikan IPS.


Bandung: Remaja
Rosdakarya. Barth, J. L. (1990). Methods of instruction in social studies
education. Maryland: University Press of America.
Jarolimek, J. (1967). Social studies in elementary education. New York:
Macmillan.
NCSS. (2003). Social studies definition. Diambil pada tanggal 20 Agustus
2008 dari
Martorella, P.H. (1994). Social studies for elementary school children,
developing young citizen. New York: Merill.
Depdiknas. (2006). Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta:
Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Dirjen Dikti Depdiknas. (2006). Standar Kompetensi Guru Kelas SD/MI
Lulusan S1 PGSD.
Jakarta: Dit. Ketenagaan. Ditjen Dikti.
Gunansyah,Ganes.2010. Analisis Bahan Ajar IPS di Sekolah Dasar.
Ryoriawan.2011. Pengembangan Tema Dan Bahan Ajar Ips.
Amri, S. (2013). Pengembangan & Model Pembelajaran dalam Kurikulum
2013. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya.
Anonim. 2009. Pengertian dan Komponen RPP. (Online).
Al Lamri Ichas dkk.2006. Pengembangan Pendidikan Nilai dalam
Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas.(2006).Pedoman dan Menyusun Bahan Ajar.Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Sucahyo, A., Budi , H.S., dan Chamdani, M.(2015).Penerapan Model
Kooperatif Tipe Make a Match dalam Peningkatan Pembelajaran IPS
Tentang kegiatan Ekonomi
Dalam Memanfaatkan Sumber Daya Alam. Jurnal Kalam Cendekia
Binaan.2017. Belajar Sepanjang Hayat.
http://binaan.belajarsepanjanghayat.id/bimtek
Supaksma/aljufri.pdf
Kementerian Agama
Ri.2020.https://bdkdenpasar.kemenag.go.id/berita/model-problem-
Based learning.denpasar.

PENGEMBANGAN IPS
23

Anda mungkin juga menyukai