Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH MATA KULIAH

“PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR”

“Hakekat Pembelajaran Ips Di SD”

Dosen Pengampu :

 Dr. Sofwan, S.Pd. M.Pd


 Muhammad Sholeh, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh

Kelompok 1 :

 Nawang Anggi Rahmawati (A1D122105)


 Natasya Salsabila (A1D122108)
 Desi Fitriana (A1D122112)

Semester 3/ R004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2023/2024

-
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat

dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan

mengenai mata kuliah “Pembelajaran IPS Di SD” dengan judul “Hakekat

Pembelajaran IPS di SD”

Dengan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu untuk memahami makna

dari pembelajaran ips di SD, kami menyadari bahwa materi pada makalah ini

masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya

kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak, agar kedepannya

bisa menjadi lebih baik lagi.

Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna

bagi pembacanya, terutama mahasiswa dan diharapkan mampu menambah

pengetanuan tentang pengembangan literasi digital kependidikan di lingkungan

Kampus Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Muara Bulian, 26 Agustus 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI .............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2

1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 4

2.1 Pengertian IPS ......................................................................................... 4

2.2 Rasional Pembelajaran IPS di SD ......................................................... 6

2.3 Tujuan dan Peran IPS di SD ................................................................. 8

2.4 Disiplin Ilmu Sosial Dalam Pembelajaran IPS di SD .......................... 14

2.5 Pengorganisasian Materi IPS di SD ...................................................... 16

2.6 Kompetensi IPS yang Dikembangkan di SD ........................................ 19

BAB III PENUTUP ................................................................................................. 25

3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 25

3.2 Saran ........................................................................................................ 26

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

IPS merupakan mata pelajaran yang pembahasannya merupakan

penyederhanaan dari pembelajaran geografi, sosiologi, sejarah, ekonomi dan

lainnya (Fitria et al., 2021). Pada tingkat sekolah dasar, Pembelajaran IPS

merupakan salah satu bagian dari 5 mata pelajaran yang ada pada

pembelajaran tematik. Dewasa ini banyak para peserta didik yang masih

belum sepenuhnya memahami bagaimana memahami materi yang diajarkan

pada pelajaran IPS (Permana & Aryaningrum, 2020) (Farika et al., 2020). Hal

ini dapat terlihat pada hasil penelitian (Latifah, 2017).

Hakikat, tujuan dan karakteristik dari pembelajaran IPS di sekolah

dasar sangat penting untuk dibahas saat ini (Ariesta, 2018a) (Wahab &

Halimi, 2018) Bukan hanya permasalahan pada pemahaman hakikat, tujuan

dan karakteristik saja, pelajaran IPS juga dewasa ini masih menggunakan

metode yang monoto dalam penyampaian penjelasan di kelas. Pembelajaran

yang bermakna juga sangat menunjang dan menaikkan tingkat pemahaman

peserta didik (Ariesta, 2018b). Pembahasan pada hal tersebut akan dibahas

pada artikel ini untuk memberikan penjelasan secara mendalam terkait

hakikat, tujuan dan karakteristik pembelajaran sehingga menciptakan

pembelajaran bermakna pada peserta didik sekolah dasar. Bukan hanya untuk

peserta didik saja tapi pemahaman terhadap hakikat, tujuan dan karakteristik

1
pembelajaran IPS yang bermakna juga harus dapat dipahami oleh seluruh

pendidik. Hal ini dilakukan untuk menambah wawasan pendidik dan

mengembangkan kreatifitas pendidik saat mengajar materi IPS.

1.2 Rumusan Masalah

1. Menjelaskan Pengertian IPS

2. Menjelaskan Rasional Pembelajaran IPS di SD

3. Menjelaskan Tujuan Dan Peran IPS di SD

4. Menjelaskan Disiplin Ilmu Sosial Dalam Pembelajaran IPS di SD

5. Menjelaskan Pengorganisasian materi IPS di SD

6. Menjelaskan Kompetensi IPS yang dikembangkan di SD

2
1.3 Tujuan Penulisan

1. Memahami Tentang Pengertian IPS

2. Memahami Tentang Rasional Pembelajaran IPS di SD

3. Memahami Tentang Tujuan Dan Peran IPS di SD

4. Memahami Tentang Disiplin Ilmu Sosial Dalam Pembelajaran IPS di

SD

5. Memahami Tentang Pengorganisasian materi IPS di SD

6. Memahami Tentang Kompetensi IPS yang dikembangkan di SD

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian IPS

Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam lingkungan

pendidikan memiliki persepsi yang beragam. Kata Ilmu Pengetahuan Sosial

berasal dari Amerika, yaitu “Social Studies” yang memiliki makna

“Penelaahan atau kajian mengenai masyarakat”. Di sekolah dasar IPS adalah

suatu mata pelajaran tunggal atau berdiri sendiri yang terintegrasi dari

berbagai konsep-konsep ilmu disiplin sosial, sains, humaniora serta beragam

isu dan masalah kehidupan sosial.

Menurut Miftahuddin (2016), ia menyampaikan bahwa ada

beberapa pendapat ahli yang berpendapat mengenai pengertia IPS,

diantaranya:

1. Menurut Moeljono Cokrodikardji, Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan

bentuk perwujudan dari salah satu pendekatan interdisipliner ilmu-ilmu

sosial. Ia mengemukakan bahwa cabang dari ilmu sosial ialah antropologi

budaya, sejarah, sosiologi, psikologi, ekonomi, ilmu politik, geografi

serta ekologi manusia yang kemudian disusun sedemikian rupa dalam

mencapai tujuan instruksional serta disederhanakan guna memudahkan

ketika dipelajari.

2. Menurut Nu’man Soemantri, Ilmu Pengetahuan Sosial ialah ilmu-ilmu

sosial yang dipelajari dengan menyederhanakan materi pada pendidikan,

4
baik di tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama maupun di

sekolah mengengah atas. Kata penyederhanaan yang dikemukakan oleh

Nu’man memiliki arti sebagai berikut:

a. Tingkat kesulitan yang ada didalam ilmu-ilmu sosial biasanya

diturunkan tingkatannya sesuai dengan kematangan berpikir para

siswa dan siswi di jenjang pendidikan tersebut.

b. Keberagaman cabang ilmu-ilmu sosial dipadukan serta dikaitkan

dengan kehidupan di masyarakat, sehingga bisa menghasilkan sebuah

pelajaran yang mudah untuk diterima dan dicerna.

3. Menurut S. Nasution, Ilmu Pengetahuan sosial ini dianggap sebagai

cabang disiplin ilmu yang menghargai, mengolah, mempelajari dan

membahas hal-hal yang memiliki keterkaitan dengan isu-isu hubungan

manusia sehingga dapat dimengerti dan diperoleh pemecahannya secara

tuntas. Dalam penyajiannya, IPS harus disajikan secara terpadu sesuai

dengan cabang ilmu sosial yang dipilih, seperti sejarah, ekonomi,

sosiologi, geografi, antropologi serta psikologi sosial. Lalu,

disederhanakan berdasarkan kepada kepentingan setiap sekolah maupun

tingkat pendidikannya, (Ratnawati, n.d.).

Dari beberapa pendapat ahli yang telah disampaikan dapat

disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan cabang

disiplin ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan kehidupan

nyata dan ilmu-ilmu sosial, seperti geografis, sejarah, antropologi budaya,

psikologi sosial, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi dan ilmu-ilmu sosial

lainnya. Dengan mempelajari IPS banyak manfaat yang bisa dirasakan, sesuai

5
dengan tujuan dari pembelajaran IPS, yaitu untuk mempersiapkan dan

menjadikan peserta didik sebagai warga negara yang baik, mempunyai

kemampuan berpikir kritis dan mampu meneruskan kebudayaan bangsanya.

2.2 Rasional Pembelajaran IPS di SD

Menurut Masitoh, Susilo, dan Soewarso 2007: 3-5, “rasionalisasi

mempelajari IPS untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah yaitu agar

siswa dapat:

1. Mensistematisasikan bahan, informasi, dan kemampuan yang telah

dimiliki tentang manusia dan lingkungannya menjadi lebih bermakna;

2. Lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional

dan bertanggung jawab;

3. Mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan

antar manusia”.

Maksud dari ketiga rasionalisasi mempelajari IPS yaitu siswa dapat

mengetahui informasi yang luas mengenai manusia dan gejala-gejala

lingkungan yang timbul. Siswa juga lebih cepat memahami sesuatu tentang

berbagai masalah sosial yang bermunculan di lingkungan sekitar. Selain itu,

siswa juga dapat memiliki rasa saling menghormati dan menghargai diri

sendiri serta orang lain.

6
Scunche dalam Ali, dkk 2007: 271 menguraikan bahwa “program

pembelajaran IPS harus mampu memberikan pengalaman-pengalaman

belajar yang berorientasi pada aktivitas belajar siswa”. Pelibatan siswa secara

penuh dalam serangkaian aktivitas dan pengalaman belajar mampu

memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk terlibat dalam proses

memecahkan masalah di dalam lingkungan belajar yang dibuat sebagaimana

realitas yang sesungguhnya. Pembelajaran IPS di SD menurut Masitoh,

Susilo, dan Soewarso 2010: 4, sebagai berikut:

perkembangannya, siswa sekolah dasar belum mampu memahami

keluasan dan kedalaman masalah- masalah sosial secara utuh. Melalui

pelajaran IPS mereka dapat diperkenalkan kepada masalah-masalah sosial.

Mereka dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kepekaan

untuk menghadapi hidup dengan tantangan-tantangannya. Akhirnya mereka

diharapkan mampu bertindak secara rasional dalam memecahkan masalah-

masalah sosial yang dihadapinya. Jadi, pembelajaran IPS di SD disesuaikan

dengan tingkat perkembangan siswa tersebut. Sementara siswa SD belum

banyak mengetahui permasalahan- permasalahan sosial di lingkungan sekitar.

Dengan adanya pembelajaran IPS di SD, siswa akan lebih banyak belajar

tentang masalah sosial yang bermunculan. Mereka akan memperoleh

pengetahuan, sikap, dan keterampilan memecahkan permasalahan sosial yang

ada di lingkungan sekitar.

7
2.3 Tujuan Dan Peran IPS di SD

A. Tujuan Pembelajaran IPS

Pendidikan IPS merupakan ilmu yang membahas antara manusia

dan lingkungannya. Dimana lingkungan tersebut tempat anak didik tumbuh

Dan berkembang diberbagai kegiatan masyarakat, dan dihadapkan dengan

bergabai permasalahan yang terjadi didalam masyarakat tersebut. Dengan

adanya pembelajaran IPS di SD di harapkan peserta didik mampu mengatasi

apa yang terjadi di lingkungan mereka. Tujuan pendidikan IPS

dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa pendidikan IPS merupakan

terjalin suatudisiplin ilmu. Oleh, karena itu, pendidikan IPS harus mengacu

pada tujuan Pendindikan Nasional. Dengan demikian tujuan pendidikan IPS

adalah mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menguasai disiplin

ilmu-ilmu sosial untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih tinggi. Ada

tiga aspek yang harus dituju dalam pengembangan pendidikan IPS, yaitu

aspek intelektual, kehidupan sosial, dan kehidupan individual.

Pengembangan kemampuan intelektual lebih didasarkan pada pengembangan

disiplin ilmu itu sendiri serta pengembangan akademik dan thinking skill.

Tujuan intelektual berupayan untuk mengembangkan kemampuan siswa

dalam memahami disiplin ilmu sosial, kemampuan berzikir, kemampuan

prosesual dalam mencari informasi dan mengkonsumsi hasil temuan.

Pengembangan kehidupan sosial ber kaitan dengan pengambangan

kemampuan dan tanggung jawab siswa sebagai anggota masyarakat.

8
Tujuan ini mengem bangkan kemampuan seperti berkomu nikasi,

rasa tanggung jawab sebagai warga dunia, kemampuan berpartisipasi dalam

kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dan bangsa. Termasuk dalam tujuan ini

adalah pengembangan pemahaman dan sikap positif siswa terhadap nilai,

norma dan moral yang berlaku dalam masyarakat. (Sundawa, 2006). Tujuan

mata pelajaran IPS sebagai berikut:

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat

dan lingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin

tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan

sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi

dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global

(Sapriya,2009).

Berdasarkan dari beberapa pandangan terkait tujuan pembelajaran

IPS diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan pembelajaran IPS

diharapkan peserta didik peka terhadap masalah– masalah sosial yangterjadi

di masyarakat dan menjadi warga negara yang baik dengan memiliki

kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,

memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. Kemudian,

Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya,

9
melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

Ada 3 kajian utama berkenaan dengan dimensi tujuan pembelajaran IPS di

SD, yaitu:

a. Pengembangan Kemampuan Intelektual Siswa

Pengembangan kemampuan intelektual adalah pengembangan

kemampuan siswa dalam berpikir tentang ilmu-ilmu sosial dan masalah-

masalah kemasyarakatan. Udin S. Winataputra (1996) mengemukakan

bahwa dimensi intelektual merujuk pada ranah kognitif terutama yang

berkenaan dengan proses berpikir atau pembelajaran yang menyangkut

proses kognitif bertaraf tinggi dari mulai kemampuan pemahaman sampai

evaluasi. S. Hamid Hasan (1998) menambahkan bahwapada proses

berpikir mencakup pula kemampuan dalam mencari informasi, mengolah

informasi dan mengkomunikasikan temuan. Jadi kemampuan intelektual

siswa berkaitan dengan kepentingan ilmu pengetahuan khususnya ilmu-

ilmu sosial.

b. Pengembangan Nilai dan Etika Sosial.

S. Hamid Hasan (1996) mengartikan nilai sebagai sesuatu yang menjadi

kriteria suatu tindakan, pendapat atau hasil kerja itu bagus/ positif atau

tidak bagus/ negatif. Franz Von Magnis (1985) menyatakan bahwa etika

adalah penyelidikan filsafat tentang bidang moral, ialah bidang yang

mengenai kewajibankewajiban manusia serta tentang yang baik dan yang

buruk. Pengembangan yang kedua ini berorientasi pada pengembangan

diri siswa dan kepentingan masyarakat.

c. Pengembangan Tanggung Jawab dan Partisipasi Sosial

10
Mengembangkan tanggung jawab dan partisipasi sosial yakni yang

mengembangkan tujuan IPS dalam membentuk warga negara yang baik,

ialah warga negara yang berpartisipasi aktif dalam kehidupan

bermasyarakat.

Suatu tujuan dalam pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan

perilaku (performance) murid-murid yang kita harapkan setelah mereka

mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan. Suatu tujuan pengajaran

menyatakan suatu hasil yang kita harapkan dari pengajaran itu dan bukan

sekedar proses dari pengajaran itu sendiri. Seperti dikatakan Mager (1975:5),

sedikitnya ada tiga alasan pokok mengapa guru harus memperhatikan atau

merumuskan tujuan pengajarannya. Pertama, jika guru tidak merumuskan

tujuan atau menentukan tujuan pengajaran tetapi kurang jelas, maka ia tidak

akan dapat memilih atau merancang bahan pengajaran, isi, ataupun metode

yang tepat untuk dipergunakan dalam pengajaran itu. Dari pengamatan dan

pengalaman kita mengetahui, karena tidak pernah merumuskan tujuan

pengajaran guru-guru pada umumnya cenderung hanya menggunakan satu

metode yang dianggap paling mudah yakni metode ceramah. Apapun bahan

pengajaran yang diberikan, baik bahan pengajaran yang berisi aspek

pengetahuan (cognitif domain) maupun yang lebih mengutamakan aspek

keterampilan (psychomotor domain) atau aspek sikap (affective domain),

semuanya diberikan dengan metode yang sama.

Dengan demikian, tujuan-tujuan yang sebenarnya diharapkan

kurikulum sering tidak tercapai. Kedua, tidak adanya rumusan tujuan

11
pengajaran yang jelas bagi guru sehingga sukar mengukur atau menilai

sampai sejauh mana keberhasilan pengajaran itu. Rumusan tujuan yang jelas

dan menggambarkan suatu performance yang diharapkan dikuasai oleh murid

setelah mempelajari bahan pelajaran tertentu. Makin jelas rumusan tujuan,

makin mudah bagi guru memilih instrumen penilaian mana yang tepat

dipergunakan untuk mengukur atau menilai keberhasilan tujuan yang telah

dirumuskan itu. Sebaliknya tanpa tujuan yang jelas, guru akan menggunakan

instrumen penilaian dengan sembarangan saja, sehingga hasilnya pun tidak

relevan, tidak fair, dan tidak inovatif. Ketiga, tanpa adanya rumusan tujuan

yang jelas, sukar bagi guru untuk mengorganisasikan kegiatan-kegiatan dan

usaha-usaha siswa pencapaian tujuan pengajaran itu.

Seperti telah dikatakan di atas, dengan adanya tujuan yang jelas

memungkinkan guru memilih metode mana yang sesuai dirumuskan. Bagi

guru, setiap pemilihan metode berarti menentukan jenis proses

belajarmengajar mana yang dianggap lebih efektif untuk mencapai tujuan

yang telah dirumuskan. Di samping ketiga alasan yang telah dikemukakan di

atas, ada satu hal lagi yang penting dan perlu dikemukakan di sini. Yakni

dengan tidak adanya rumusan tujuan pengajaran yang jelas, sukar bagi guru

untuk mengadakan balikan (feedback) terhadap proses belajar-mengajar yang

telah dilaksanakan. Sebenarnya hal itu sangat erat hubunganya dengan apa

yang telah dikemukakan pada alasan kedua. Dengan melihat hasil evaluasi

yang diperoleh setelah mengalami proses belajar tertentu, seyogianya guru

dapat melihat kembali apakah program pengajaran yang telah disusunnya itu

baik. Jika belum, di mana letak kekurangan dan kesalahannya, apakah pada

12
pemilihan bahan pengajaran yang terlalu sukar atau terlalu mudah, pada

pemilihan dan penggunaan alat bantu mengajar yang kurang sesuai, ataukah

pada pemilihan metode mengajar yang kurang tepat? Semua ini tidak

mungkin dilaksanakan jika tujuan pengajaran itu sendiri tidak dirumuskan

dengan jelas. (Purwanto, 2006).

B. Peran Pembelajaran IPS

Pembelajaran IPS memiliki peranan penting dalam pembentukan

karakter siswa. Didalam penelitiannya Ali Ibrahim Akbar (dalam Marhayani,

D. A. 2018:68) menjelaskan bahwa kesuksesan seseorang hanya ditentukan

20%oleh hard skill dansisanya 80% oleh sof skill. Dari pernjelasan tersebut

menunjukkan bahwa sangat penting sekali dalam melakukan pembentukan

karakter terhadap siswa. Siswa yangmemiliki kekuatan mental dan memiliki

akhlak yang baik tentunya akan dapat memiliki kepribadian yang berkarakter.

Hal tersebut dapat membedakannya dengansiswa yang lain. Pembelajaran

IPS dalam pembentukan karakter siswa tentunyabukanlah hal yang mudah,

perlu perjuangan yang berkesinambungan agar menghasilkan hasil yang

sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Pembelajaran IPS berperan penting dalam pembentukan karakter

bangsaIndonesia. Sebab, pembelajaran IPS memiliki kesamaan dengan

pendidikan karakter yang keduanya bertujuan untuk menjadikan psiswa

sebagai warga negara yang baik, perduli terhadap masalah sosial dan

lingkungan yang ada, serta juga sama-samamemiliki rasa kebangsaan yang

tinggi. Akan tetapi, pembelajaran IPS dipandangolehmasyarakat sebagai mata

13
pelajaran yang tidak penting. Hal tersebut mengakibatkanpandangan siswa

terhadap mata pelajaran IPS ini kurang begitu tertarik. Dengandemikian

dapat dipastikan bahwa proses pembelajaran IPS tidak optimal yangberimbas

kepada tujuan pembelajaran IPS sebagai bagian dari proses

pembentukankarakter tidak dapat tercapat dengan baik (Sardiman, S.

2010:158) Tidak dapat dipungkiri bahwa guru juga memiliki peranan penting

dalampembelajaran IPS untuk membentuk karakter siswa. Peran guru tidak

semata hanyacukup sebagai pendidik akademik, tetapi juga sebagaipendidik

karakter, moral danbudaya bagi siswanya. Guru dituntut menjadi seorang

teladan, seorang model danjuga mentor bagi para siswanya dalam

mewujudkan prilaku yang memiliki karakter meliputi olah rasa, olah pikir,

dan olah hati (Fuad, A. N. 2018).

2.4 Disiplin Ilmu Sosial Dalam Pembelajaran IPS di SD

Pendidikan IPS yang dikembangkan pada tingkat persekolahan akan

sangat berbeda dengan pendidikan IPS yang dikembangkan di tingkat

perguruan tinggi. Pendidikan IPS yang dikembangkan di tingkat

persekolahan memiliki tujuan untuk membina peserta didik menjadi anggota

masyarakat yang dikehendaki bangsa dan masyarakatnya. Tujuan ini menurut

Hasan (1996) dinamakan dengan tujuan kepribadian umum. Tujuan

kepribadian umum ini harus jelas terumus dan menjadi salah satu patokan

dalam mengembangkan tujuan pengajaran dan pemilihan materi pelajaran.

Dalam hal pemilihan materi maka pendidikan IPS di jenjang persekolahan

14
melakukan pemilihan yang sangat berorientasi kepada kepentingan

pendidikan, bukan pada keilmuan semata.

Materi adalah apa yang dipelajari oleh siswa berdasarkan tujuan

yang akan dicapai. Pendidikan IPS merupakan sintetis antara disiplin ilmu

pendidikan dengan disiplin ilmu-ilmu sosial maka materi yang dipelajari

siswa adalah materi yang berkaitan dengan pencapaian tujuan pendidikan.

Oleh karena itu materi yang dikembangkan dalam pendidikan IPS tidak dapat

melepaskan diri dari materi yang dikembangkan dari luar disiplin ilmu sosial

yaitu materi-materi yang digunakan untuk mengembangkan sikap dalam

proses belajar.

Materi pendidikan IPS dikembangkan dari disiplin-disiplin ilmu

sosial yang kemudian disintesiskan dengan ilmu pendidikan dan disajikan

dengan didasarkan pada tujuan pendidikan tertentu. Timbul pertanyaan,

disiplin-disiplin ilmu sosial apa saja yang dikembangkan dalam pendidikan

IPS di Indonesia? Untuk dapat menjawab pertanyaan ini, silahkan Anda

perhatikan perkembangan disiplin-disiplin ilmu sosial yang dikembangkan

dalam pendidikan IPS di Indonesia berikut ini.

disiplin ilmu sosial yang dikembangkan dalam pendidikan IPS di

Indonesia dianggap dapat mewakili pencapaian tujuan yang diharapkan.

Pengembangan pendidikan IPS yang ditujukan sebagaipembentukan

kewarganegaraan dapat dikembangkan melalui pendidikan Pancasila dan

kewarganegaraan serta sejarah. Pengembangan pendidikan IPS sebagai ilmu

sosial yang merujuk pada pengembangan segi keilmuan sosial itu sendiri

15
dapat diwakili oleh beberapa disiplin ilmu seperti geografi, ekonomi, sejarah,

sosiologi, dan antropologi.

Untuk Indonesia sendiri, tradisi pendidikan IPS yang berlaku

biasanya diberikan dalam bentuk inter dan mono disipliner. Setiap tingkatan

persekolahan diberikan pendidikan IPS dengan struktur pemberian materi

yang berbeda yang disesuaikan dengan tingkat usia siswa. Untuk tingkat

sekolah dasar diberikan materi pendidikan IPS yang dikemas secara terpadu

dengan mengambil tema-tema yang berkaitan dengan bidang sosial. Pada

tingkat SLTP, pendidikan IPS diberikan secara interdisipliner yang terdiri

dari bidang ilmu sejarah, geografi dan ekonomi. Sedangkan pendidikan

Pancasila dan kewarganegaraan diberikan secara terpisah. Sementara itu

untuk tingkat sekolah menengah atas, pendidikan IPS diberikan secara

terpisah dalam arti dikembangkan secara tersendiri menurut masing-masing

disiplin ilmu.

2.5 Pengorganisasian Materi IPS di SD

Pengorganisasian materi mata pelajaran IPS menganut pendekatan

terpadu (integrated), artinya mata pelajaran dikembangkan dan disusun tidak

mengacu pada disiplin ilmu yang terpisah melainkan mengacu pada aspek

kehidupan nyata (factual/real) peserta didik (Sapriya, 2008 : 160).

Pembelajaran IPS Terpadu merupakan gabungan dari berbagai disiplin ilmu

sosial. Di sekolah, guru yang tersedia umumnya merupakan guru dengan

disiplin ilmu yang terpisah-pisah. Hal ini tentunya mengundang masalah bagi

guru untuk beradaptasi dalam pengintegrasian disiplin ilmu sosial tersebut.

16
Secara umum terdapat empat pandangan tentang bagaimana cara

mengorganisasikan isi materi dalam suatu mata pelajaran. Cara tersebut

adalah

1) separated Subject Curriculum,

2) Correlated Curruculum,

3) Broad Field Cururiculum,

4) Integrated Curuiculum.

Meskipun mungkin dalam literatur yang lain lebih dari itu, secara rinci

pengorganisasian isi materi dalam mata pelajaran diuraikan sebagai berikut:

1. Separated subject curriculum

Pengorganisasian materi atau isi mata pelajaran secara separated Subject

Curriculum berarti materi matapelajaran disusun secara logis dan

sistematis dari suatu disiplin ilmu tertentu. Penyajian struktur mata

pelajaran di sekolah pada kurikulum ini adalah terpisah- pisah. Artinya,

mata pelajaran disajikan secara sendiri-sendiri.

Contoh dari pengorganisasian materi secara separated subject curriculum

sebagaimana tercermin dalam nama matakuliah yang pada umumnya kita

pelajari di perguruan tinggi, misalnya nama mata kuliah Ekonomi Mikro.

Ekonomi Makro, SKI.dll. Pada jenjang pendidikan menengah seperti

matapelajaran Ekonomi, Sosiologi, Sejarah, Geografi. dsb. Dalam praktek

pembelajaran masing-masing matapelajaran tersebut disajikan oleh guru

mata pelajaran secara mandiri.

2. Correlated Curriculum

17
Pengorganisasian materi dengan cara ini berarti materi disusun secara

logis dan sistematis dari suatu disiplin ilmu tertentu. Penyajian struktur

matapelajaran di sekolah pada kurikulum ini adalah terpisah-pisah.

Artinya, matapelajaran disajikan secara sendiri- sendiri. Misalnya

Ekonomi, sejarah, geografi, sosiologi (rumpun ilmu sosial), dan fisika,

kimia, biologi (rumpun ilmu sains), dan dalam praktiknya masing-masing

mapel disajikan oleh guru masing-masing mapel dengan adanya

koordinasi dengan guru mapel lain untuk kemungkinan diadakan korelasi

kompetensi dasar dari masing-masing mapel.

3. Broad Fields Curriulum

Pengorganisasian materi mapel secara ini berarti materi mapel disusun

secara kombinasi dari berbagai disiplin ilmu tertentu yang biasanya

disajikan secara mandiri pada kedua jenis pengorganisasian isi mapel

sebelumnya (separated Subject Curriculum dan Correlated Curruculum).

Selain itu, umumnya memunculkan nama mapel baru dari penggabungan

berbagai disiplin ilmu atau beberapa mapel yang lebur didalamnya.

4. Integrated Curriculum

Pengorganisasian materi mapel secara integrated curriculum berarti matei

mapel merupakan produk atau hasil integrasi berbagai bahan kajian dari

mata pelajaran. Integrasi diciptakan dengan memuatkan pada masalah

tertentu (umumnya diikat dengan suatu tema tertentu). Selanjutya, dikaji

atau dicarikan solusinya dengan atau melalui materi atau bahan kajian

dari berbagai disiplin ilmu atau mata pelajaran, contoh yang umum terjadi

adalah model penerapan pembelajaran tematik dikelas rendah (kelas 1, 2,

18
3 di sekolah dasar/mi), Namun, praktik pembelajam tematik ini juga

dapat diterpakan sampai pada jenjang pendidikan tinggi ( di pergurum

tinggi), dengan menerapkan pembelajaran berbasisi masalah.

Pada praktik pembelajarn tematik sebagai wujud dari pelaksanaan

pengorganisasian isi materi dari kurikuum ini, mempersyaratkan semua

maslah atau kajian harus saling berkaitan antara satu dengan yang lain

membentuk satu tema menembus batas-batas disiplin ilmu atau mata

pelajaran.

2.6 Kompetensi IPS Yang Dikembangkan di SD

Kompetensi yang dikembangkan dalam pendidikan IPS di SD

meliputi kemampuan pengembangan aspek intelektualisme serta

pengembangan keterampilan sosial yang dibutuhkan oleh siswa dalam

kehidupan bermasyarakat. Kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik

dalam rumpun mata pelajaran IPS adalah berupa keterampilan intelektual

yang meliputi keterampilan dasar sebagai kemampuan yang terendah,

kemudian diikuti dengan keterampilan melakukan proses, dan keterampilan

tertinggi berupa keterampilan investigasi. Pengembangan pendidikan IPS

tidak hanya diarahkan pada pengembangan kompetensi yang berkaitan

dengan aspek intelektual saja.

Keterampilan sosial menjadi salah satu faktor yang dikembangkan

sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dalam pendidikan IPS.

Keterampilan mencari, memilih, mengolah, dan menggunakan informasi

untuk memberdayakan diri serta keterampilan bekerjasama dengan kelompok

19
yang majemuk nampaknya merupakan aspek yang sangat penting dimiliki

oleh peserta didik yang kelak akan menjadi warganegara dewasa dan

berpartisipasi aktif di era global. Alasannya adalah, era global yang ditandai

dengan persaingan dan kerjasama di segala aspek kehidupan

"mempersyaratkan" mereka memiliki kerampilan-keterampilan tertentu.

Rumusan tujuan pendidikan yang terdapat dalam pasal 3 undang-

undang no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional berikut ini:

"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulai, schat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab". Demikian maka kompetensi yang dikembangkan dalam pendidikan

IPS meliputi kemampuan pengembangan aspek intelektualisme serta

pengembangan keterampilan sosial yang dibutuhkan oleh siswa dalam

kehidupan bermasyarakat. Pembelajaran IPS tidak dapat lepas dari belajar

untuk menguasai proses ilmiah dalam aspek ilmu sosial untuk

menemukan/merumuskan konsep/produk ilmiah yang didasari oleh sikap

ilmiah secara interdisipliner. Oleh karena itu, kompetensi yang harus dikuasai

oleh peserta didik dalam rumpun mata pelajaran ini adalah berupa

keterampilan intelektual yang meliputi keterampilan dasar sebagai

kemampuan yang terendah, kemudian diikuti dengan keterampilan

melakukan proses, dan keterampilan tertinggi berupa keterampilan

20
investigasi. Keterampilan dasar mencakup keterampilan mengamati gejala

sosial yang selalu berubah, mengumpulkan dan menyeleksi informasi, dan

mengikuti instruksi yang sudah tersusun. Keterampilan melakukan proses

ilmiah meliputi menginferensi dan menyeleksi berbagai cara/prosedur.

Keterampilan investigasi adalah keterampilan inkuiri berupa

merencanakan dan melaksanakan serta melaporkan hasil investigasi terhadap

materi pembelajaran dari dalam/luar kelas, termasuk fenomena sosial.

Berkaitan dengan kompetensi pengembangan intelektualisme tidak terlepas

dari faktor tingkat perkembangan usia peserta didik. Dalam hal ini kita bisa

merujuk pedapat Piaget, seorang psikolog yang telah merumuskan sejumlah

kemampuan yang dapat dicapai oleh manusia sesuai dengan tingkatan

perkembangan usianya. Menurut Piaget, tingkat perkembangan tersebut

meliputi sensorimotor, tingkat preoperasional, tingkat operasi konkret dan

tingkat operasi formal.

Berdasarkan tingkat usianya, siswa SD berada pada taraf

perkembangan operasi konkret. Pada tingkatan operasi konkret, anak mulai

mengembangkan kemampuan berpikir beraneka. Mereka sudah dapat

membedakan mana benda atau kondisi yang t tidak berubah dan mana yang

berubah. Kemampuan mengelompokkan sudah berkembang pada masa ini

walaupun masih terbatas pada hal-hal yang konkret. Kemampuan berpikir

yang lebih abstrak belum sepenuhnya berkembang pada masa operasi

konkret. Kemampuan berpikir yang formal dan abstrak baru dapat

berkembang dengan baik dimulai pada usia 12 tahun.

21
Pendidikan IPS tidak bisa melepaskan diri dari kewajiban

mengembangkan aspek afektif. Aspek afektif ini adalah tujuan yang

berkenaan dengan aspek sikap, nilai dan moral. Dimana dengan memberikan

ketiga aspek ini diharapkan dapat menimbulkan suatu pribadi yang utuh dari

mereka-mereka yang dibekali dengan pendidikan IPS. Keterampilan sosial

yang dibangun melalui ranah kognitif menjadi dasar untuk mengembangkan

penguasaan ranah afektif berupa keterampilan sosial dalam kerja sama dan

berkomunikasi dengan kelompok yang majemuk, mencintai lingkungan fisik

dan sosialnya, serta kemampuan dalam memecahkan berbagai masalah sosial.

Keterampilan mencari, memilih, mengolah, dan menggunakan

informasi untuk memberdayakan diri serta keterampilan bekerjasama dengan

kelompok yang majemuk nampaknya merupakan aspek yang sangat penting

dimiliki oleh peserta didik yang kelak akan menjadi warganegara dewasa dan

berpartisipasi aktif di era global. Alasannya adalah, era global yang ditandai

dengan persaingan dan kerjasama di segala aspek kehidupan

"mempersyaratkan mereka memiliki keterampilan-keterampilan tertentu.

Keterampilan-keterampilan apakah yang harus dikembangkan

dalam proses pembelajaran IPS di kelas ? Setiap negara memiliki rumusan-

rumusan keterampilan serta kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta

didiknya agar mereka kelak menjadi warga yang berpartisipasi aktif dalam

masyarakat dan memenangkan persaingan dan kerjasama di era global ini.

Departemen Pendidikan Nasional misalnya, melalui Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi dan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

22
telah merumuskan profil Lulusan pendidikan sekolah umum yang antara lain

memiliki keterampilan dalam mengikuti perkembangan global. Profil lulusan

yang diharapkan memiliki kompetensi atau keterampilan dalam beberapa hal,

antara lain:

a. mampu mencari, memilah dan mengolah informasi dari berbagai sumber

b. mampu mempelajari hal-hal baru untuk memecahkan masalah sehari-hari

c. memiliki keterampilan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan

d. memahami, menghargai dan mampu bekerjasama dengan orang lain yang

majemuk

e. mampu mentransformasikan kemampuan akademik dan beradaptasi

dengan perkembangan masyarakat, lingkungan dan perkembangan global

serta aturan- aturan yang melingkupinya, serta keterampilan-keterampilan

lainnya yang relevan.

Sebuah kurikulum memuat sejumlah tujuan dan kompetensi yan

diharapkan muncul pada diri siswa setelah melalui proses pendidikan.

Kurikulum mengisyaratkan tujuan akhir dari proses pendidikan IPS pada

tingkat sekolah dasar adalah untuk mengarahkan peserta didik agar dapat

menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab,

serta warga dunia yang cinta damai. Tujuan ini telah mengarahkan pada

pengembangan diri siswa untuk menjadi warga negara dan warga dunia yang

baik. Pengembangan kompetensi sosial yang dikembangkan pada Kurikulum

tidak hanya diarahkan pada pengembangan kemampuan siswa untuk hidup

pada masa sekarang akan tetapi sudah diarahkan pada tantangan masa depan.

23
Hal ini terlihat dari latar belakang yang dirumuskan dalam kurikulum yang

menyebutkan bahwa di masa yang akan datang peserta didik akan

menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu

mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS

dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan

kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki

kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

24
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa

Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam lingkungan pendidikan

memiliki persepsi yang beragam. Kata Ilmu Pengetahuan Sosial berasal dari

Amerika, yaitu “Social Studies” yang memiliki makna “Penelaahan atau

kajian mengenai masyarakat”. Dengan pembelajaran IPS diharapkan peserta

didik peka terhadap masalah– masalah sosial yang terjadi di masyarakat dan

menjadi warga negara yang baik dengan memiliki kemampuan dasar untuk

berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan

keterampilan dalam kehidupan sosial. Disiplin ilmu sosial yang

dikembangkan dalam pendidikan IPS di Indonesia dianggap dapat mewakili

pencapaian tujuan yang diharapkan. Pengembangan pendidikan IPS sebagai

ilmu sosial yang merujuk pada pengembangan segi keilmuan sosial itu

sendiri dapat diwakili oleh beberapa disiplin ilmu seperti geografi, ekonomi,

sejarah, sosiologi, dan antropologi. Kompetensi yang dikembangkan dalam

pendidikan IPS di SD meliputi kemampuan pengembangan aspek

intelektualisme serta pengembangan keterampilan sosial yang dibutuhkan

oleh siswa dalam kehidupan bermasyarakat.

25
3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan

dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut

dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggung

jawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai

pembahasan makalah dalam kesimpulan diatas.

26
DAFTAR PUSTAKA

Hopeman, T.A., Hidayah Nur., Anggraeni, W.A. (2022). Hakikat, Tujuan dan

Karakteristik Pembelajaran IPS yang Bermakna Pada Peserta Didik

Sekolah Dasar. Jurnal Kiprah Pendidikan, 1(3), Halaman. 141-149.

Mei Nur.R , Siti A.N, Tin Rustini. (2023). PERAN PELAJARAN IPS

DALAM PENGUATAN KARAKTER PESERTA DIDIK DI

SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Pendidikan Guru Sekolah

Dasar, Universitas Pendidikan Indonesia

Mursidul Amin. PERAN PEMBELAJARAN IPS DALAM PEMBENTUKAN

KARAKTER SISWA. Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat

Banjarmasin

Parni. (2020). Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Jurnal Kajian Perbatasan

Antarnegara, Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin

Sambas

Permana, P., & Aryaningrum, K. (2020). ANALISIS KEMAMPUAN

PEMAHAMAN IPS PADA PESERTA DIDIK KELAS V SD

NEGERI 1 UJUNG TANJUNG. Wahana Didaktika: Jurnal Ilmu

Kependidikan, 18(3), 257–365.

Rahmad. (2016). Kedudukan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada Sekolah

Dasar. Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Halaman. 67-78.

Rizqa Nurhuda, (Agustus 2019), KOMPETENSI PENDIDIKAN IPS DI SD,

Singkawang

27
Roudhotul J, Siti U.J, Ayu Wijayanti. (2017). Pengorganisasian materi IPS

SD/MI Serta pembelajarannya. Jurusan tarbiyah prodi PGMI sekolah

tinggi agama Islam at tahdzib (STAIA) Jombang

28

Anda mungkin juga menyukai