Anda di halaman 1dari 18

PARADIGMA PENDIDIKAN IPS

Mata Kuliah : Pembelajaran IPS SD


Kode Mata Kuliah : KPD620205
SKS : 3 SKS (3-0)
Semester : Ganjil (3)
Dosen Pengampu : a. Drs. Maman Surahman ,M.Pd
b. Deviyanti Pangestu, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh
Kelompok 1:

Anjelly Triane Chaterina (2063053003)


Arina Izzati (2013053096)
Atri Putri (2013053060)
Ayudia Lintang Ranumasari (2013053154)
Barata Jaguardo Sitanggang (2013053138)
Bisma Pamungkas (2013053129)

PRODRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang maha


Esa karena berkat dan rahmat-Nyalah kita dapat menjalankan perkuliahan ini
dengan baik dan karena rahmatnya pula kami dari kelompok 1 dapat menyelesaikan
tugas Makalah kami yang berjudul “ PARADIGMA PENDIDIKAN IPS” ini
dengan baik pula .

Kami kelompok 1 mengucapkan terimkasih banyak kepada Bapak Drs, Maman


Surahman, M.pd dan Ibu Deviyanti Pangestu, S.Pd., M.Pd selaku dosen pengampu
Mata Kuliah Pembelajaran IPS SD, yang selalu memberikan arahan dan
membimbing kami dalam membuat dan menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami juga mengucapkan terimakasih banyak kepada teman-teman mahasiswa kelas
B program studi PGSD yang selalu mensupport dan mengarahkan kami dalam
penyelesaian makalah ini, hingga kami dapat menyelesaikannya dengan tepat
waktu.

Karena mengingat wawasan dan pengalaman kami masih jauh dari kata sempurna,
kami dari kelompok 1 menyadari bahwa makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangannya.Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari bapak
ibu dosen dan teman-teman mahasiwa semua, agar makalah ini dapat menjadi
makalah yang lebih baik kedepannya dan agar makalah ini dapat menjadi referensi
untuk teman-teman mahasiswa yang akan dating.

Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca dan
semoga ilmunya bermanfaat. Akhir kata,kami dari kelompok 1 mengucapkan
terimakasih.

Kampus B Metro, 25 Agustus 2021

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2

1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3

2.1 Konsep dan Rasional “Social Studies” ................................................... 3

2.2 Paradigma Pendidikan IPS ..................................................................... 6

2.21 Pengertian dan Tujuan Pendidikan IPS ............................................... 6

2.22 Perkembangan Masyarakat Indonesia ................................................. 7

2.23 Dinamika Gerakan Demokratisasi ...................................................... 9

2.24 Paradigma Pendidikan IPS dalam Konteks Indonesia ....................... 11

BAB III ............................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan di
sekolah memiliki tujuan untuk memperbaiki, mengembangkan dan memajukan
hubungan-hubungan kemanusiaan dan kemasyarakatan. IPS terorganisasikan
secara sistematis dalam pengajaran dan kurikulum disekolah, berfungsi untuk
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan
dengan isu sosial. IPS terdiri dari materi; geografi, sejarah, sosiologi, ekonomi dan
PKn bertujuan untuk membangun peserta didik, agar menjadi warga negara
Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta menjadi warga dunia yang
cinta damai.

Mata pelajaran ini berperan mengfungsionalkan dan merealisasikan ilmu-ilmu


sosial yang bersifat teoritik kedalam dunia kehidupan nyata di masyarakat. Oleh
karenanya secara substansi materinya, IPS mengintegrasikan dan
mengorganisasikannya secara pedagogik dari berbagai ilmu sosial yang
diperuntukan bagi pembelajaran di tingkat persekolahan, sehingga dengan memulai
pembelajaran IPS diharapkan peserta didik mampu membawa dirinya secara
dewasa dan bijak dalam kehidupan nyata, dan peserta didik tidak hanya mampu
mengusai teori-teori kehidupan dalam masyarakat tapi mampu menjalani
kehidupan nyata di masyarakat sebagai insan sosial. Dalam mengawali pembahasan
mengenai teknis dan teori pendidikan IPS di SD lebih lanjut maka perlunya diawali
dengan penjelasan mengenai hakikat IPS secara mendalam dan juga landasan IPS,
khususnya landasan Filosofisnya. Maka dari itu penyusun bermaksud mengkaji
tentang paradigma dan landasan filosofis IPS dengan judul “Paradigma
Pendidikan IPS”

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan
makalah ini adalah:
1. Bagaimana Konsep dan Rasional “Sosial Studies”?
2. Apa Pengertian dan Tujuan Pendidikan IPS?
3. Bagaimana Perkembangan Masyarakat Indonesia?
4. Bagaimana Dinamika Gerakan Demokratisasi?
5. Bagaimana Paradigma Pendidikan IPS dalam Konteks Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk Mengetahui Konsep dan Rasional “Sosial Studies”
2. Untuk Mengetahui Pengertian dan Tujuan Pendidikan IPS
3. Untuk Mengetahui Perkembangan Masyarakat Indonesia
4. Untuk Mengetahui Dinamika Gerakan Demokratisasi
5. Untuk Mengetahui Paradigma Pendidikan IPS dalam Konteks Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan Rasional “Social Studies”


Edgar Bruce Wesley (1937) menyatakan bahwa social studies adalah ilmu – ilmu
sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan. The United States of
Education’s Standard Terminology for Curriculum and Instruction menyatakan
bahwa social studies berisi aspek – aspek ilmu sejarah, ilmu ekonomi, ilmu politik,
sosiologi, antropologi, psikologi, ilmu geografi, dan filsafat yang dipilih untuk
tujuan pembelajaran sekolah dan perguruan tinggi. Secara umum, pengertian social
studies menyiratkan hal – hal berikut:

 Social studies merupakan disiplin dari ilmu – ilmu sosial.


 Disiplin dikembangkan untuk memenuhi tujuan pendidikan / pembelajaran
baik pada tingkat sekolahan maupun perguruan tinggi.
 Aspek masing – masing disiplin ilmu perlu diseleksi sesuai dengan tujuan.

Social studies adalah kajian integrasi dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora dalam
meningkatkan kompetensi warga masyarakat. Di sekolah, social studies
memberikan kajian yang terkoordinasi dan sistematis atas beberapa disiplin ilmu
seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu
politik, psikologi, agama, dan sosiologi, serta materi yang sesuai dari humaniora,
matematika, dan ilmu pengetahuan alam, yang bertujuan membantu generasi muda
mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang rasional untuk
menjadi warga masyarakat yang baik, yang dapat hidup dalam masyarakat dengan
berbagai keragaman budaya dan demokratis di dunia yang saling ketergantungan.

Sejalan dengan itu, Gross et al. (1978: 3) menyatakan bahwa social studies adalah
dasar dalam pendidikan sosial, dalam mempersiapkan warga negara yang memiliki
pengetahuan, keterampilan dan sikap, sehingga memungkinkan mereka hidup
dengan baik beserta sesamanya, dan memberikan kontribusi dalam mewariskan
budaya.

3
Uraian di atas menunjukkan bahwa social studies merupakan gabungan dari ilmu-
ilmu sosial dan humaniora (antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah,
hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, agama, dan sosiologi, serta beberapa materi
yang sesuai dari disiplin ilmu matematika, dan ilmu pengetahuan alam), dengan
bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi warga negara yang baik, yang
memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat memungkinkan mereka
untuk hidup secara harmonis di lingkungan dengan budaya yang beragam.

Di Indonesia, IPS mengacu pada tiga tradisi social studies yang dikembangkan oleh
Barr dan kawan – kawan (1987: 17 – 19) yakni:

1) The social studies taught as citizenship transmission: Menyatakan bahwa


pendidikan IPS menekankan pada tumbuhnya nilai-nilai kewarganegaraan,
moral ideologi negara dan agama
2) The social studies taught as social sciences: Menyatakan bahwa pendidikan
IPS menekankan pada isi dan metode berpikir disiplin ilmu-ilmu sosial.
3) The social studies taught as reflective inquiry: Menyatakan bahwa
pendidikan IPS menekankan pada reflective inquiry, yang merupakan cara
pembelajaran ilmu-ilmu sosial penekanan pada proses mencari,
menjelaskan dan menerapkan hasil inkuiri menjadi kajian yang bermakna
dan bernilai.

Untuk mencapai tujuan tersebut social studies pada masa ini dipandang penting
perlunya menyatukan, mensintesakan serta menerapkan materi ilmu-ilmu sosial
dalam mengkaji dan memecahkan masalah-masalah sosial dalam kehidupan sehari-
hari dalam upaya mendidik menjadi warganegara yang baik. Analisis tentang
definisi social studies dan pengindentifikasiansocial studies ke dalam tiga tradisi
pedagogis menurut Winataputra (2001: 97) bahwa definisi sosial studies tersirat
beberapa hal:

 Social studies merupakan suatu sistem,


 Misi utama social studies adalah pendidikan kewarganegaraan dalam suatu
masyarakat yang demokratis

4
 Sumber utama content social studies adalah social sciences dan humanities
(antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu
politik, psikologi, agama, dan sosiologi)
 Dalam upaya penyiapan warga negara yang demokratis terbuka
kemungkinan perbedaan dalam orientasi dan strategi pembelajaran.

Pengertian social studies terus mengalami perubahan dan perkembangan yang


disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Begitupun dengan
Ilmu Pengetahuan Sosial yang merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang
tanggung jawab utamanya adalah membantu peserta didik mengembangkan
pengetahuan keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diperlukan untuk
berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat baik tingkat lokal, nasional dan
internasional.

Sebagai rambu-rambu dalam rangka mewujudkan visi, misi, dan strategi baru studi
sosial tersebut, NCSS (1994) menggariskan hal-hal sebagai berikut:

1) Program studi sosial mempunyai tujuan pokok membangun warga negara


yang kompeten, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dibutuhkan oleh anak didik agar mampu berperan serta dalam kehidupan
yang demokratis
2) Program studi sosial dalam dunia pendidikan persekolahan, mulai dari
pendidikan taman kanak-kanak sampai dengan pendidikan menengah,
ditandai oleh keterpaduan pengetahuan, keterampilan, dan sikap di dalam
dan antardisiplin
3) Program studi sosial dititik beratkan pada upaya membantu siswa dalam
membangun pengetahuan. Di sini, siswa diperankan bukan sebagai
penerima pengetahuan yang pasif, tetapi sebagai pembangun pengetahuan
dan sikap yang aktif melalui cara pandang secara akademik terhadap realita.
4) Program pengetahuan dari studi sosial mencerminkan perubahan alami dari
pengetahuan, membantu pengembangan beragam pendekatan yang baru dan
terintegrasi untuk memecahkan isu-isu penting bagi manusia

5
2.2 Paradigma Pendidikan IPS
2.21 Pengertian dan Tujuan Pendidikan IPS
Pendidkan IPS terdiri dari dua kata yaitu pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS). Menurut Plato “pendidikan adalah proses yang dilakukan seumur hidup (life-
long) yang dimulai dari seseorang lahir hingga kematiannya, yang membuat
seseorang bersemangat dalam mewujudkan warga negara yang ideal dan
mengajarkannya bagaimana cara memimpin dan mematuhi yang benar” .

 Fakih samlawi dan Bunyamin Maftuh (1999:1) menyatakan bahwa IPS


merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari
berbagai ilmu sosial disusun melalui pendidikan dan psikologis serta
kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya.
 Supriatna (2010 : 5) Pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan
perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Berbagai dimensi manusia
dalam kehidupan sosialnya merupakan fokus kajian dari IPS. Aktivitas
manusia dilihat dari dimensi waktu yang meliputi masa lalu, sekarang, dan
masa depan. Aktivitas manusia yang berkaitan dalam hubungan
interaksinya dengan aspek keruangan atau geografis. Aktivitas social
manusia dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya dalam dimensi arus
produksi, distribusi, dan konsumsi. Selain itu dikaji pula bagaimana
manusia membentuk seperangkat peraturan social dalam menjaga pola
interaksi sosial antar manusia dan bagaimana cara manusia memperoleh dan
mempertahankan suatu kekuasaan. Pada intinya, focus kajian IPS adalah
berbagai aktivitas manusia dalam berbagai dimensi kehidupan social sesuai
dengan karakteristik manusia sebagai makhluk social (homo socius).

Terdapat perbadaan yang esensial antara IPS sebagai ilmu-ilmu social (social
sciences) dengan pendidikan IPS sebagai social studies. Jika IPS lebih dipusatkan
pada pengkajian ilmu murni dari berbagai bidang yang termasuk dalam ilmu-ilmu
social (social sciences) atau dalam kata lain IPS adalah sebagai wujudnya. Setiap
disiplin ilmu yang tergabung dalam ilmu-ilmu social berusaha untuk
mengembangkan kajiannya sesuai dengan alur keilmuannya, dan menumbuhkan
“body of knowledge”.

6
Pendidikan IPS lebih ditekankan pada bagaimana cara mendidik tentang ilmu-ilmu
social atau lebih kepada penerapannya (application of knowledge social studies).
Ilmu yang disajikan dalam pendidikan IPS merupakan suatu synthetic antara ilmu-
ilmu social dengan ilmu ilmu-ilmu pendidikan. Pendidikan IPS merupakan hasil
rekayasa “inter cross” dan “trans disipliner” antara disiplin ilmu pendidikan dengan
disiplin ilmu sosial murni untuk tujuan pendidikan. Ilmu yang dikembangkan
melalui pendidikan IPS merupakan hasil seleksi, adaptasi dan modifikasi dari
hubungan interdisipliner antara disiplin ilmu pendidikan dan disiplin ilmu-ilmu
social yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan
pendidikan (Supriatna, dkk., 2010: 6)

Dapat disimpulkan bahwa Pendidikan IPS adalah suatu terapan dari berbagai ilmu-
ilmu sosial yang berkaitan dengan interaksi kemasyarakatan dengan mengikuti
rambu-rambu tujuan pendidikan yang telah ditentukan (kurikulum) untuk
digunakan siswa dalam menghadapi permasalahan yang timbul dilingkungannya
dari pengetahuan IPS yang telah dipelajarinya.

Supriatna,dkk (2010) menyebutkan ada tiga aspek yang harus dituju dalam
pendidikan IPS, yaitu aspek intelektual, kehidupan social, dan kehidupan
individual. Pengembangan kemampuan intelektual lebih didasarkan pada
pengembangan disiplin ilmu itu sendiri serta pengembangan akademik dan thinking
skills. Tujuan intelektual berupaya untuk mengembangkan kemampuan siswa
dalam memahami disiplin ilmu social, kemapuan berpikir, kemampuan prosesual
dalam mencari informasi dan mengkomunikasikan hasil temuan. Pengembangan
intelektual ini akan selalu berhubungan dengan aspek pengembangan individual.

2.22 Perkembangan Masyarakat Indonesia


Pembahasan tentang pendidikan IPS tidak bisa dilepaskan dari interaksi fungsional
perkembangan masyarakat Indonesia dengan sistem dan praksis pendidikannya.
Yang dimaksud dengan interaksi fungsional di sini adalah bagaimana
perkembangan masyarakat mengimplikasi terhadap tubuh pengetahuan pendidikan
IPS, dan sebaliknya bagaimana tubuh pengetahuan pendidikan IPS turut
memfasilitasi pengembangan aktor sosial dan warga negara yang cerdas dan baik,

7
yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi yang bermakna terhadap
perkembangan masyarakat Indonesia.

Perubahan merupakan bagian yang melekat dalam kehidupan manusia dan niscaya
terjadi secara terus-menerus. Proses perubahan yang dimaksud dalam pembahasan
ini adalah berbagai aspek perubahan yang berkaitan erat langsung atau tak langsung
dengan pemikiran, sikap, dan tindakan manusia dalam lingkup global yang
memberi konteks terhadap pemikiran, sikap, dan tindakan manusia Indonesia.

Dalam memasuki abad ke-21 awal milenium ketiga, Indonesia yang dulu oleh
pemerintah Orde Baru dicanangkan sudah bisa tinggal landas, secara mengejutkan
justru mengalami krisis dalam hampir seluruh aspek kehidupannya. Dimulai
dengan krisis moneter pada pertengahan tahun 1997, ternyata berlanjut ke krisis
kepercayaan, krisis ekonomi, krisis politik yang berujung dengan berhentinya
Presiden Soeharto dan tampilnya Wakil Presiden B.J. Habbibie menjadi Presiden
RI ke tiga dengan Kabinet Reformasi Pembangunan sebagai kelengkapan
pemerintahannya. Di dalam era kepemimpinan Presiden B.J. Habbibie, walaupun
berbagai upaya telah mulai dicoba untuk mengatasi berbagai krisis tersebut,
ternyata belum dapat menyentuh semua dimensi krisis tersebut, malahan kemudian
berkembang menjadi krisis sosial-budaya, termasuk di dalamnya krisis pendidikan.

Harapan yang besar seluruh rakyat Indonesia kemudian digantungkan pada


pemerintahan Indonesia yang baru di bawah kepemimpinan nasional Presiden
Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan wakil Presiden Megawati Soekarnoputri yang
benar-benar memperoleh legitimasi MPR hasil Pemilihan Umum 7 Juni 1999 yang
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dan dilanjutkan oleh Presiden
Megawati Sukarnoputri dan Wakil Presiden Hamzah Haz. Kini, di bawah
kepemimpinan presiden yang baru Susilo Bambang Yudoyono, bangsa Indonesia
menanamkan harapan besar. Namun demikian, situasi kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara Indonesia sampai saat ini masih tetap diliputi
ketidakpastian dengan krisis multidimensional yang terus berkepanjangan.
Kehidupan politik dengan sistem multipartai tampak penuh dengan euforia
demokrasi yang salah kaprah ternyata berujung pada ketidakserasian hubungan
antara lembaga legislatif dan eksekutif. Keadaan itu semua ternyata telah

8
memperparah kehidupan ekonomi yang juga secara langsung atau tidak langsung
telah menimbulkan dampak sosial-kultural yang juga penuh dengan ketidakpastian.

Jika dilihat secara analitik, praksis pendidikan IPS dalam kehidupan masyarakat
bangsa negara Indonesia, menunjukkan suatu bidang permasalahan yang bersifat
utuh, menyeluruh, dan multidimensional. Di situ ada kontribusi pengalaman
sejarah; kondisi objektif alam, sosial, ekonomi, politik, budaya; dan pengaruh dunia
luar sebagai dampak dari kehidupan yang semakin mendunia. Oleh karena itu,
pendekatan yang perlu digunakan dalam pengkajian pendidikan IPS Indonesia
adalah pendekatan holistik, yang disebut sebagai pendekatan yang menuntut
kearifan intuisi dan bersifat ekologis. Tentu saja kaidah-kaidah keilmuan pada
tataran epistemologi harus tetap menjadi rujukan konseptual.

2.23 Dinamika Gerakan Demokratisasi


Negara Indonesia terkenal dengan negara yang demokratis, karena kedaulatan
negara Indonesia ini berada di tangan rakyat. Negara Indonesia juga memberikan
jaminan kepada rakyatnya, untuk bebas dalam berpendapat dan memiliki hak suara
untuk memilih sistem politik negaranya. Fenomena demokratisasi ini benyak
digunakan setiap negara untuk menjelaskan sebuah fenomena politik, ekonomi dan
konflik atau perang.

Demokratisasi adalah transisi ke rezim politik yang lebih demokratis. Tetapi secara
umum, demokratisasi adalah proses pendemokrasian, agar rakyat turut serta dalam
kegiatan politik suatu negara. Proses demokratisasi ini bukanlah proses yang
mudah. Karena rakyat harus menyuarakan pendapatnya melalui Dewan Perwakilan
Rakyat atau DPR, atau rakyat ikut serta dalam kegiatan kemasyarakatan atau
kenegaraan, dengan menyamakan hak dan kewajiban seluruh masyarakat.

Dengan adanya demokratisasi ini, rakyat bisa bebas dalam melakukan berbagai
kegiatan di negaranya, dengan bebas berpendapat dan pluralisme yang berkembang
dalam negara tersebut. Dalam demokratisasi ini ada beberapa faktor yang bisa
mewujudkan suatu demokratisasi. Ada juga faktor yang bisa membatasi adanya
demokratisasi, tetapi faktor tersebut masih diperdebatkan.

9
Berikut faktor umum adanya demokratisasi:

1) Faktor Ekonomi

Menurut sebuah penelitan, faktor ekonomi sangat berengaruh dengan adanya


demokratisasi. Karena adanya peningkatan pembangunan ekonomi, bisa
menyebabkan terjadinya transisi ke demokrasi, walaupun hanya dalam waktu 10
hingga 20 tahun saja.

2) Faktor Sosial

Faktor yang selanjutnya adalah faktor sosial atau faktor kesetaraan sosial. Adanya
perbedaan status dan pendapatan pada masyarakat, bisa mempengaruhi
demokratisasi. Contohnya, semakin rendah status dan pendapatan orang, akan
semakin rendah mendapatkan peluang dalam demokratisasi.

3) Budaya

Ada beberapa pendapat, bahwa beberapa kebudayaan lebih mudah menerima


demokratisasi daripada kebudayaan lainnya. Biasanya budaya Barat lebih terbuka
tentang demokratisasi. Tetapi di zaman modern ini, ada beberapa negara non-Barat
sudah mulai menjunjung budaya demokratisasi seperti India, Jepang, Indonesia,
Namibia, Botswana, Taiwan dan Korea Selatan.

4) Intervensi Asing

Intervensi adalah campur tangan suatu negara dalam urusan negara seperti politik
ataupun militer dari negara lain. Negara yang menganut sistem demokratisasi,
merupakan negara yang sudah pernah mendapatkan intervensi militer. Seperti
negara yang sudah pernah mendapatkan intervensi antara Jepang dan Jerman saat
perang dunia ke 2.

Menurut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat 2, kedaulatan berada di tangan


rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-undang Dasar. Sehingga negara
Indonesia merupakan negara demokratis, yang menjunjung tinggi demokratisasi
dan mendahulukan pendapat rakyat.

10
Dengan adanya demokratisasi ini, negara dapat menekankan faktor ekonomi,
budaya, sosial, kepercayaan dan toleransi, untuk mencegah konflik dan menguatkan
hubungan dengan negara lain, yang menganut sistem demokratisasi juga.

2.24 Paradigma Pendidikan IPS dalam Konteks Indonesia


Paradigma IPS adalah model atau kerangka berpikir pengembangan IPS yang
diwacanakan dalam kurikulum pada sistem pendidikan Indonesia, dan IPS
merupakan studi yang mempelajari tentang masyarakat atau manusia, dan
merupakan ilmu pengetahuan sosial yang diambil dari ilmu sosial.

Pemikiran mengenai konsep pendidikan IPS di Indonesia banyak dipengaruhi oleh


pemikiran “social studies” di Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang
memiliki pengalaman panjang dan reputasi akademis yang signifikan dalam bidang
itu. Reputasi tersebut tampak dalam perkembangan pemikiran mengenai bidang itu
seperti dapat disimak dari berbagai karya akademis yang antara lain dipublikasikan
oleh National Council for the Social Studies (NCSS).

Untuk menelusuri perkembangan pemikiran atau konsep pendidikan IPS di


Indonesia secara historis epistemologis terasa sangat susah karena dua alasan.

1. Di Indonesia belum ada lembaga professional bidang pendidikan IPS setua


dan sekuat pengaruh NCSS atau SSEC. Lembaga serupa yang dimiliki
Indonesia, yakni HISPIPSI (Himpunan Sarjana pendidikan IPS Indonesia)
usianya masih sangat muda dan produktivitas akademisnya masih belum
optimal, karena masih terbatas pada pertemuan tahunan dan komunikasi
antar anggota masih insidental.
2. Perkembangan kurikulum dan pembelajaran IPS sebagai ontologi ilmu
pendidikan (disiplin) IPS sampai saat ini sangat tergantung pada pemikiran
individual dan atau kelompok pakar yang ditugasi secara insidental untuk
mengembangkan perangkat kurikulum IPS melalui Pusat pengembangan
Kurikulum dan Sarana Pendidikan Balitbang Dikbud (Puskur). Pengaruh
akademis dari komunitas ilmiah bidang ini terhadap pengembangan IPS
tersebut sangatlah terbatas, sebatas yang tersalur melalui anggotanya yang

11
kebetulan dilibatkan dalam berbagai kegiatan tersebut. Jadi, sangat jauh
berbeda dengan peranan dan kontribusi Social Studies Curriculum Task
Force-nya NCSS, atau SSEC di Amerika Serikat.

Oleh karena itu, perkembangan pemikiran mengenai pendidikan IPS di Indonesia


akan ditelusuri dari alur perubahan kurikulum IPS dalam dunia persekolahan,
dikaitkan dengan beberapa konten pertemuan ilmiah dan penelitian yang relevan
dalam bidang itu.

Istilah IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial), sejauh yang dapat ditelusuri, untuk pertama
kalinya muncul dalam Seminar Nasional tentang Civic Education tahun 1972 di
Tawangmangu Solo. Menurut Laporan Seminar tersebut ada tiga istilah yang
muncul dan digunakan secara bertukar pakai yakni “pengetahuan social, studi
social, dan Ilmu Pengetahuan Sosial” yang diartikan sebagai suatu studi masalah-
masalah social yang dipilih dan dikembangkan dengan menggunakan pendekatan
interdisipliner dan bertujuan agar masalah-masalah social itu dapat dipahami siswa.
Dengan demikian, para siswa akan dapat menghadapi dan memecahkan masalah
sosial sehari-hari. Pada saat itu, konsep IPS tersebut belum masuk ke dalam
kurikulum sekolah, tetapi baru dalam wacana akademis yang muncul dalam
seminar tersebut. Kemunculan istilah tersebut bersamaan dengan munculnya istilah
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam wacana akademis pendidikan Sains.
Pengertian IPS yang disepakati dalam seminar tersebut dapat dianggap sebagai pilar
pertama dalam perkembangan pemikiran tentang pendidikan IPS. Berbeda dengan
pemunculan pengertian social studies dari Edgar Bruce Wesley yang segera dapat
respon akademis secara meluas dan melahirkan kontroversi akademik, pemunculan
pengertian IPS dengan mudah dapat diterima dengan sedikit komentar.

Konsep IPS untuk pertama kalinya masuk ke dalam dunia persekolahan pada tahun
1972-1973, yakni dalam Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP)
IKIP Bandung. Hal ini terjadi karena, barangkali kebetulan beberapa pakar yang
menjadi pemikir dalam Seminar Civic Education di Tawangmangu itu, seperti
Achmad Sanusi, Noeman Soemantri, Achmad Kosasih Djahiri, dan Dedih Suwardi
berasal dari IKIP Bandung, dan pada pengembangan Kurikulum PPSP FKIP
Bandung berperan sebagai anggota tim pemnegmbang kurikulum tersebut.

12
Dalam Kurikulum SD 8 tahun PPSP digunakan istilah “Pendidikan Kewargaan
Negara/ Studi Sosial” sebagai mata pelajaran social terpadu. Penggunaan garis
miring nampaknya mengisyaratkan adanya pengaruh dari konsep pengajaran social
yang awalaupun tidak diberi label IPS, telah diadopsi dalam Kurikulum SD tahun
1968. Dalam Kurikulum tersebut digunakan istilah Pendidikan Kewargaan Negara
yang di dalamnya tercakup sejarah Indonesia, Ilmu Bumi Indonesia, dan Civics
yang diartikan sebagai Pengetahuan Kewargaan Negara. Oleh karena itu, dalam
kurikulum SD PPSP tersebut, konsep IPS diartikan sama dengan Pendidikan
Kewargaan Negara. Penggunaan istilah Studi Sosial nampaknya dipengaruhi oleh
pemikiran atau penafsiran Achmad Sanusi yang pada tahun 1972 menerbitkan
sebuah manuskrip berjudul “Studi Sosial: Pengantar Menuju Sekolah
Komprehensif”.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Social studies merupakan gabungan dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora


(antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik,
psikologi, agama, dan sosiologi, serta beberapa materi yang sesuai dari disiplin ilmu
matematika, dan ilmu pengetahuan alam), dengan bertujuan untuk membentuk
peserta didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang dapat memungkinkan mereka untuk hidup secara
harmonis di lingkungan dengan budaya yang beragam.

Paradigma Pendidikan IPS Paradigma IPS adalah model atau kerangka berpikir
pengembangan IPS yang diwacanakan dalam kurikulum pada sistem pendidikan
Indonesia, dan IPS merupakan studi yang mempelajari tentang masyarakat atau
manusia, dan merupakan ilmu pengetahuan sosial yang diambil dari ilmu sosial.

Pemikiran mengenai konsep pendidikan IPS di Indonesia banyak dipengaruhi oleh


pemikiran “social studies” di Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang
memiliki pengalaman panjang dan reputasi akademis yang signifikan dalam bidang
itu. Reputasi tersebut tampak dalam perkembangan pemikiran mengenai bidang itu
seperti dapat disimak dari berbagai karya akademis yang antara lain dipublikasikan
oleh National Council for the Social Studies (NCSS).

3.2 Saran

Sebagai calon guru SD yang dicetak sebagai guru kelas (guru semua mata pelajaran,
termasuk IPS), seharusnya kita mengetahui hal di atas sebagai pengantar agar
memahami lebih jauh dan selanjutnya dapat menjelaskan Konsep Pengajaran IPS
sebagai suatu bidang yang memusatkan perhatian pada berbagai masalah
konseptual.

14
DAFTAR PUSTAKA

Winaputra, Udin S, dkk. 2016. Materi dan Pembelajaran IPS SD. Cet.14; Edisi 1.
Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka

Hermansyah, Agung. 2014. Paradigma dan Landasan Flosofis Pendidikan Ilmu


Pengetahuan Sosial di SD.

Ramdhany, M.A. 2012. Pengertian Konsep dan Konsep IPS, tersedia:


https://jodenmot.wordpress.com/2012/12/29/pengertian-konsep-ips/
diakses pada 25 Agustus 2021 pukul 19.27

Putera, Rachmat Panca. 2016. Paradigma IPS di Indonesia, tersedia:


http://rachmatpancaputera.blogspot.com/2016/02/paradigma-ips-di-
indonesia.html

Christvidya, Kezia Prasetya. 2020. Pengertian Demokratisasi dan Faktor Penting


Adanya Demokrasi, tersedia: https://www.fimela.com/lifestyle/read/
4399046/pengertian-demokratisasi-dan-faktor-penting-adanya-demokrasi
diakses pada 26 Agustus pukul 11.25

15

Anda mungkin juga menyukai