Disusun Oleh
Kelompok 1:
Karena mengingat wawasan dan pengalaman kami masih jauh dari kata sempurna,
kami dari kelompok 1 menyadari bahwa makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangannya.Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari bapak
ibu dosen dan teman-teman mahasiwa semua, agar makalah ini dapat menjadi
makalah yang lebih baik kedepannya dan agar makalah ini dapat menjadi referensi
untuk teman-teman mahasiswa yang akan dating.
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca dan
semoga ilmunya bermanfaat. Akhir kata,kami dari kelompok 1 mengucapkan
terimakasih.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
COVER .............................................................................................................. i
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan
makalah ini adalah:
1. Bagaimana Konsep dan Rasional “Sosial Studies”?
2. Apa Pengertian dan Tujuan Pendidikan IPS?
3. Bagaimana Perkembangan Masyarakat Indonesia?
4. Bagaimana Dinamika Gerakan Demokratisasi?
5. Bagaimana Paradigma Pendidikan IPS dalam Konteks Indonesia?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Social studies adalah kajian integrasi dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora dalam
meningkatkan kompetensi warga masyarakat. Di sekolah, social studies
memberikan kajian yang terkoordinasi dan sistematis atas beberapa disiplin ilmu
seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu
politik, psikologi, agama, dan sosiologi, serta materi yang sesuai dari humaniora,
matematika, dan ilmu pengetahuan alam, yang bertujuan membantu generasi muda
mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang rasional untuk
menjadi warga masyarakat yang baik, yang dapat hidup dalam masyarakat dengan
berbagai keragaman budaya dan demokratis di dunia yang saling ketergantungan.
Sejalan dengan itu, Gross et al. (1978: 3) menyatakan bahwa social studies adalah
dasar dalam pendidikan sosial, dalam mempersiapkan warga negara yang memiliki
pengetahuan, keterampilan dan sikap, sehingga memungkinkan mereka hidup
dengan baik beserta sesamanya, dan memberikan kontribusi dalam mewariskan
budaya.
3
Uraian di atas menunjukkan bahwa social studies merupakan gabungan dari ilmu-
ilmu sosial dan humaniora (antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah,
hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, agama, dan sosiologi, serta beberapa materi
yang sesuai dari disiplin ilmu matematika, dan ilmu pengetahuan alam), dengan
bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi warga negara yang baik, yang
memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat memungkinkan mereka
untuk hidup secara harmonis di lingkungan dengan budaya yang beragam.
Di Indonesia, IPS mengacu pada tiga tradisi social studies yang dikembangkan oleh
Barr dan kawan – kawan (1987: 17 – 19) yakni:
Untuk mencapai tujuan tersebut social studies pada masa ini dipandang penting
perlunya menyatukan, mensintesakan serta menerapkan materi ilmu-ilmu sosial
dalam mengkaji dan memecahkan masalah-masalah sosial dalam kehidupan sehari-
hari dalam upaya mendidik menjadi warganegara yang baik. Analisis tentang
definisi social studies dan pengindentifikasiansocial studies ke dalam tiga tradisi
pedagogis menurut Winataputra (2001: 97) bahwa definisi sosial studies tersirat
beberapa hal:
4
Sumber utama content social studies adalah social sciences dan humanities
(antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu
politik, psikologi, agama, dan sosiologi)
Dalam upaya penyiapan warga negara yang demokratis terbuka
kemungkinan perbedaan dalam orientasi dan strategi pembelajaran.
Sebagai rambu-rambu dalam rangka mewujudkan visi, misi, dan strategi baru studi
sosial tersebut, NCSS (1994) menggariskan hal-hal sebagai berikut:
5
2.2 Paradigma Pendidikan IPS
2.21 Pengertian dan Tujuan Pendidikan IPS
Pendidkan IPS terdiri dari dua kata yaitu pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS). Menurut Plato “pendidikan adalah proses yang dilakukan seumur hidup (life-
long) yang dimulai dari seseorang lahir hingga kematiannya, yang membuat
seseorang bersemangat dalam mewujudkan warga negara yang ideal dan
mengajarkannya bagaimana cara memimpin dan mematuhi yang benar” .
Terdapat perbadaan yang esensial antara IPS sebagai ilmu-ilmu social (social
sciences) dengan pendidikan IPS sebagai social studies. Jika IPS lebih dipusatkan
pada pengkajian ilmu murni dari berbagai bidang yang termasuk dalam ilmu-ilmu
social (social sciences) atau dalam kata lain IPS adalah sebagai wujudnya. Setiap
disiplin ilmu yang tergabung dalam ilmu-ilmu social berusaha untuk
mengembangkan kajiannya sesuai dengan alur keilmuannya, dan menumbuhkan
“body of knowledge”.
6
Pendidikan IPS lebih ditekankan pada bagaimana cara mendidik tentang ilmu-ilmu
social atau lebih kepada penerapannya (application of knowledge social studies).
Ilmu yang disajikan dalam pendidikan IPS merupakan suatu synthetic antara ilmu-
ilmu social dengan ilmu ilmu-ilmu pendidikan. Pendidikan IPS merupakan hasil
rekayasa “inter cross” dan “trans disipliner” antara disiplin ilmu pendidikan dengan
disiplin ilmu sosial murni untuk tujuan pendidikan. Ilmu yang dikembangkan
melalui pendidikan IPS merupakan hasil seleksi, adaptasi dan modifikasi dari
hubungan interdisipliner antara disiplin ilmu pendidikan dan disiplin ilmu-ilmu
social yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan
pendidikan (Supriatna, dkk., 2010: 6)
Dapat disimpulkan bahwa Pendidikan IPS adalah suatu terapan dari berbagai ilmu-
ilmu sosial yang berkaitan dengan interaksi kemasyarakatan dengan mengikuti
rambu-rambu tujuan pendidikan yang telah ditentukan (kurikulum) untuk
digunakan siswa dalam menghadapi permasalahan yang timbul dilingkungannya
dari pengetahuan IPS yang telah dipelajarinya.
Supriatna,dkk (2010) menyebutkan ada tiga aspek yang harus dituju dalam
pendidikan IPS, yaitu aspek intelektual, kehidupan social, dan kehidupan
individual. Pengembangan kemampuan intelektual lebih didasarkan pada
pengembangan disiplin ilmu itu sendiri serta pengembangan akademik dan thinking
skills. Tujuan intelektual berupaya untuk mengembangkan kemampuan siswa
dalam memahami disiplin ilmu social, kemapuan berpikir, kemampuan prosesual
dalam mencari informasi dan mengkomunikasikan hasil temuan. Pengembangan
intelektual ini akan selalu berhubungan dengan aspek pengembangan individual.
7
yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi yang bermakna terhadap
perkembangan masyarakat Indonesia.
Perubahan merupakan bagian yang melekat dalam kehidupan manusia dan niscaya
terjadi secara terus-menerus. Proses perubahan yang dimaksud dalam pembahasan
ini adalah berbagai aspek perubahan yang berkaitan erat langsung atau tak langsung
dengan pemikiran, sikap, dan tindakan manusia dalam lingkup global yang
memberi konteks terhadap pemikiran, sikap, dan tindakan manusia Indonesia.
Dalam memasuki abad ke-21 awal milenium ketiga, Indonesia yang dulu oleh
pemerintah Orde Baru dicanangkan sudah bisa tinggal landas, secara mengejutkan
justru mengalami krisis dalam hampir seluruh aspek kehidupannya. Dimulai
dengan krisis moneter pada pertengahan tahun 1997, ternyata berlanjut ke krisis
kepercayaan, krisis ekonomi, krisis politik yang berujung dengan berhentinya
Presiden Soeharto dan tampilnya Wakil Presiden B.J. Habbibie menjadi Presiden
RI ke tiga dengan Kabinet Reformasi Pembangunan sebagai kelengkapan
pemerintahannya. Di dalam era kepemimpinan Presiden B.J. Habbibie, walaupun
berbagai upaya telah mulai dicoba untuk mengatasi berbagai krisis tersebut,
ternyata belum dapat menyentuh semua dimensi krisis tersebut, malahan kemudian
berkembang menjadi krisis sosial-budaya, termasuk di dalamnya krisis pendidikan.
8
memperparah kehidupan ekonomi yang juga secara langsung atau tidak langsung
telah menimbulkan dampak sosial-kultural yang juga penuh dengan ketidakpastian.
Jika dilihat secara analitik, praksis pendidikan IPS dalam kehidupan masyarakat
bangsa negara Indonesia, menunjukkan suatu bidang permasalahan yang bersifat
utuh, menyeluruh, dan multidimensional. Di situ ada kontribusi pengalaman
sejarah; kondisi objektif alam, sosial, ekonomi, politik, budaya; dan pengaruh dunia
luar sebagai dampak dari kehidupan yang semakin mendunia. Oleh karena itu,
pendekatan yang perlu digunakan dalam pengkajian pendidikan IPS Indonesia
adalah pendekatan holistik, yang disebut sebagai pendekatan yang menuntut
kearifan intuisi dan bersifat ekologis. Tentu saja kaidah-kaidah keilmuan pada
tataran epistemologi harus tetap menjadi rujukan konseptual.
Demokratisasi adalah transisi ke rezim politik yang lebih demokratis. Tetapi secara
umum, demokratisasi adalah proses pendemokrasian, agar rakyat turut serta dalam
kegiatan politik suatu negara. Proses demokratisasi ini bukanlah proses yang
mudah. Karena rakyat harus menyuarakan pendapatnya melalui Dewan Perwakilan
Rakyat atau DPR, atau rakyat ikut serta dalam kegiatan kemasyarakatan atau
kenegaraan, dengan menyamakan hak dan kewajiban seluruh masyarakat.
Dengan adanya demokratisasi ini, rakyat bisa bebas dalam melakukan berbagai
kegiatan di negaranya, dengan bebas berpendapat dan pluralisme yang berkembang
dalam negara tersebut. Dalam demokratisasi ini ada beberapa faktor yang bisa
mewujudkan suatu demokratisasi. Ada juga faktor yang bisa membatasi adanya
demokratisasi, tetapi faktor tersebut masih diperdebatkan.
9
Berikut faktor umum adanya demokratisasi:
1) Faktor Ekonomi
2) Faktor Sosial
Faktor yang selanjutnya adalah faktor sosial atau faktor kesetaraan sosial. Adanya
perbedaan status dan pendapatan pada masyarakat, bisa mempengaruhi
demokratisasi. Contohnya, semakin rendah status dan pendapatan orang, akan
semakin rendah mendapatkan peluang dalam demokratisasi.
3) Budaya
4) Intervensi Asing
Intervensi adalah campur tangan suatu negara dalam urusan negara seperti politik
ataupun militer dari negara lain. Negara yang menganut sistem demokratisasi,
merupakan negara yang sudah pernah mendapatkan intervensi militer. Seperti
negara yang sudah pernah mendapatkan intervensi antara Jepang dan Jerman saat
perang dunia ke 2.
10
Dengan adanya demokratisasi ini, negara dapat menekankan faktor ekonomi,
budaya, sosial, kepercayaan dan toleransi, untuk mencegah konflik dan menguatkan
hubungan dengan negara lain, yang menganut sistem demokratisasi juga.
11
kebetulan dilibatkan dalam berbagai kegiatan tersebut. Jadi, sangat jauh
berbeda dengan peranan dan kontribusi Social Studies Curriculum Task
Force-nya NCSS, atau SSEC di Amerika Serikat.
Istilah IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial), sejauh yang dapat ditelusuri, untuk pertama
kalinya muncul dalam Seminar Nasional tentang Civic Education tahun 1972 di
Tawangmangu Solo. Menurut Laporan Seminar tersebut ada tiga istilah yang
muncul dan digunakan secara bertukar pakai yakni “pengetahuan social, studi
social, dan Ilmu Pengetahuan Sosial” yang diartikan sebagai suatu studi masalah-
masalah social yang dipilih dan dikembangkan dengan menggunakan pendekatan
interdisipliner dan bertujuan agar masalah-masalah social itu dapat dipahami siswa.
Dengan demikian, para siswa akan dapat menghadapi dan memecahkan masalah
sosial sehari-hari. Pada saat itu, konsep IPS tersebut belum masuk ke dalam
kurikulum sekolah, tetapi baru dalam wacana akademis yang muncul dalam
seminar tersebut. Kemunculan istilah tersebut bersamaan dengan munculnya istilah
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam wacana akademis pendidikan Sains.
Pengertian IPS yang disepakati dalam seminar tersebut dapat dianggap sebagai pilar
pertama dalam perkembangan pemikiran tentang pendidikan IPS. Berbeda dengan
pemunculan pengertian social studies dari Edgar Bruce Wesley yang segera dapat
respon akademis secara meluas dan melahirkan kontroversi akademik, pemunculan
pengertian IPS dengan mudah dapat diterima dengan sedikit komentar.
Konsep IPS untuk pertama kalinya masuk ke dalam dunia persekolahan pada tahun
1972-1973, yakni dalam Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP)
IKIP Bandung. Hal ini terjadi karena, barangkali kebetulan beberapa pakar yang
menjadi pemikir dalam Seminar Civic Education di Tawangmangu itu, seperti
Achmad Sanusi, Noeman Soemantri, Achmad Kosasih Djahiri, dan Dedih Suwardi
berasal dari IKIP Bandung, dan pada pengembangan Kurikulum PPSP FKIP
Bandung berperan sebagai anggota tim pemnegmbang kurikulum tersebut.
12
Dalam Kurikulum SD 8 tahun PPSP digunakan istilah “Pendidikan Kewargaan
Negara/ Studi Sosial” sebagai mata pelajaran social terpadu. Penggunaan garis
miring nampaknya mengisyaratkan adanya pengaruh dari konsep pengajaran social
yang awalaupun tidak diberi label IPS, telah diadopsi dalam Kurikulum SD tahun
1968. Dalam Kurikulum tersebut digunakan istilah Pendidikan Kewargaan Negara
yang di dalamnya tercakup sejarah Indonesia, Ilmu Bumi Indonesia, dan Civics
yang diartikan sebagai Pengetahuan Kewargaan Negara. Oleh karena itu, dalam
kurikulum SD PPSP tersebut, konsep IPS diartikan sama dengan Pendidikan
Kewargaan Negara. Penggunaan istilah Studi Sosial nampaknya dipengaruhi oleh
pemikiran atau penafsiran Achmad Sanusi yang pada tahun 1972 menerbitkan
sebuah manuskrip berjudul “Studi Sosial: Pengantar Menuju Sekolah
Komprehensif”.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Paradigma Pendidikan IPS Paradigma IPS adalah model atau kerangka berpikir
pengembangan IPS yang diwacanakan dalam kurikulum pada sistem pendidikan
Indonesia, dan IPS merupakan studi yang mempelajari tentang masyarakat atau
manusia, dan merupakan ilmu pengetahuan sosial yang diambil dari ilmu sosial.
3.2 Saran
Sebagai calon guru SD yang dicetak sebagai guru kelas (guru semua mata pelajaran,
termasuk IPS), seharusnya kita mengetahui hal di atas sebagai pengantar agar
memahami lebih jauh dan selanjutnya dapat menjelaskan Konsep Pengajaran IPS
sebagai suatu bidang yang memusatkan perhatian pada berbagai masalah
konseptual.
14
DAFTAR PUSTAKA
Winaputra, Udin S, dkk. 2016. Materi dan Pembelajaran IPS SD. Cet.14; Edisi 1.
Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka
15