LAHIRNYA IPS
DISUSUN OLEH :
Kelompok I
Alhamdulilllah, kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya,
makalah ini dapat kami selesaikan. Salawat dan salam kepada nabi Muhammad SAW,
Adapun pembuatan makalah ini dimaksudkan untuk diajukan sebagai syarat dalam
diskusi kelompok pada mata kuliah Konsep Dasar IPS di Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara (UINSU) dan atas dasar itulah maka kami mengharapkan semoga makalah ini bisa
Mengingat isinya sangat penting sebagai bahan pembelajaran agar tercapainya tujuan
dalam menghadapi dan memecahkan masalah, baik masalah individu ataupun masalah
kelompok.
Mudah-mudahan makalah ini besar manfaatnya bagi para pembaca dan khususnya
bagi penulis menjadi amal yang sholeh yang bisa menghantarkan kesuksesan dalam belajar.
Penulis
i
DAFTAR ISI
JUDUL ........................................................................................................................................
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 18
B. Saran ............................................................................................................................... 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perkembangan IPS dalam bidang pendidikan diawali dengan adanya suatu proses
analisis terhadap kehidupan sosial masyarakat dan juga nilai atau norma yang
tersebut berkembang menjadi menjadi ilmu sosial dan humaniora, kedua aspek sosial
tersebut diintegrasikan oleh IPS dalam proses penerapan dan pengembangannya, hal
ini diperkuat oleh pendapat Sumaatmadja ( 2006: 1.9) bahwa Ilmu sosial dan
humaniora mempunyai dua kajian yang berbeda, namun berkenaan dengan objek
mengintegrasikan keduanya, oleh karena itu IPS mempelajari kehidupan sosial yang
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat dipahami bahwa IPS berkembang dalam
atas dasar adanya interaksi antara manusia dengan lingkungannya, diterapkan pada
konsep pembelajaran melalui adanya penyederhanaan dari beberapa ilmu sosial yang
digunakan sebagai bahan pengembangan IPS secara pedagogis dan psikologis, hal ini
dilakukan agar terdapat suatu kesesuaian antara karakteristik pendidikan dan juga
tingkat perkembangan siswa sekolah dasar, sehingga dapat dijadikan sebagai alasan
untuk mencapai tujuan pendidikan, hal ini sesuai dengan pendapat dari Sapriya
(2009:11) bahwa. “ IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disilpin ilmu-ilmu
1
sosial dan humaniora serta kegiatan manusia yang diorganisasikan dan disajikan
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembahasan makalah ini, yaitu:
3. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ilmu pengetahuan sosial disingkat IPS merupakan nama mata pelajaran ditingkat
sekolah dasar dan menengah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik
dengan istilah “social studies” dan kurikulum persekolahan di negara lain, khususnya di
negara barat Australia dan amerika Serikat. Pengertian memiliki Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang disiplin ilmu sosial seperti
sebagainya. Disiplin ilmu tersebut mempunyai keterpaduan yang tinggi karena geografi
memberikan wawasan tentang berbagai macam kebutuhan manusia dan sosiologi atau
struktur social, lalu ilmu politik lebih kepada mengkaji hubungan antara warga dengan
warga negaranya, serta negara dengan negaranya, dan psikologi membahas mengenai
Bidang studi IPS, pada hakikatnya merupakan perpaduan pengetahuan sosial. Untuk
tingkat Sekolah Dasar (SD) intinya merupakan perpaduan antara giografi dan sejarah.
Untuk Sekolah Lanjut Menengah Pertama (SLTP) intinya merupakan perpaduan antara
geografi, sejarah dan ekonomi koperasi. Sedangkan untuk Sekolah Lanjut Tingkat Atas
(SLTA) intinya adalah perpaduan antara geografi, sejarah dan ekonomi koperasi dan
Antropologi.di tingkat perguruan tinggi, bidang studi IPS ini dikenal sebagai studi
sosial. IPS atau studi Sosial ini, merupakan perpaduan dari berbagai bidang keilmuan
3
Ilmu Sosial. Studi Sosial memiliki perbedaan yang prinsipiil dengan ilmu-ilmu sosial.
sesuai dengan kebutuhan dan tingkat usia peserta didik masing-masing. Ragam
pembelajarannya pun harus disesuaikan dengan apa yang terjadi dalam kehidupan.
Secara formal, proses pembelajaran dan membelajarkan itu terjadi di sekolah, baik di
IPS sebagai satu program pendidikan tidak hanya menyajikan tentang konsep-konsep
pengetahuan semata, namun harus pula mampu membina peserta didik menjadi warga
negara dan warga masyarakat yang tahu akan hak dan kewajibannya, yang juga
Sebagai bidang pengetahuan, ruang lingkup IPS dapat terlihat nyata dari tujuannya. Di
IPS mempersiapkan siswa untuk studi lanjut di bidang sosial sciences jika nantinya
IPS yang hakikatnya merupakan suatu kompromi antara 1 dan 2 tersebut di atas.
IPS yang mempelajari closed areas atau masalah-masalah sosial yang pantang
Ide IPS berasal dari literature pendidikan Amerika Serikat. Nama asli IPS di Amerika
Serikat adalah social studies. Istilah tersebut pertama kali digunakan seebagai nama sebuah
lembaga yang diberi nama committe of social studies. Lembaga ini merupakan himpunan
tenaga ahli yang berminat pada kurikulum ilmu-ilmu social ditingkat sekolah dan ahli-ahli
ilmu social yang mempunyai minat yang sama. Dalam perkembangannyastudy social
dimasukkan dalam kurikulum untuk dipelajari oleh peserta didik mulai dari jenjang
4
pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Secara lebih sfesifik study social mulai dimuat
dalam kurikulum 1975 dengan nama ilmu pengetahuan social (IPS). IPS merupakan
sebuah mata pelajaran yang dipelajari dari tingkat pendidikan dasar sampai tingkta
Pembahasan mengenai latar belakang lahirnya IPS akan dilihat dari dua aspek:
Tinjauan terhadap latar belakang sosiologis difokuskan pada tempat lahirnya IPS yang
pada awalnya bernama social studies. IPS dengan nama social studies pertama kali
digunakan dalam kurikulum sekolah rugby di inggris pada tahun 1827. Dr. Thomas
Arnold, derektur sekolah tersebut adalah orang pertama yang berjasa memasukkan IPS
Latar belakang dimasukkannya IPS ke dalam kurikulum sekolah berangkat dari kondisi
masyarakat Inggris pada waktu itu yang tengah mengalami kekacauan akibat revolusi
industri yang melanda negara itu. Masyarakat dan peradaban Inggris terancam dekadensi,
karena mekanisasi industri telah menimbulkan kesulitan besar bagi masyarakat Inggris,
Kaum kapitalis dan pemerintah yang kurang memperhatikan nasib kaum buruh yang
mengakibatkan terjadinya pemerasan dan penindasan. Selain itu, di Inggris juga terjadi
persaingan di kalangan buruh sendiri, yang menyebabkan hidup kaum tidak punya (the
haves not) menjadi sangat menderita. Kehidupan antar kaum buruh dan antara buruh
dengan majikan digambarkan oleh filosuf Inggris Thomas Hobbes sebagai homo homoni
lopus bellum omnium contra omnes ( manusia adalah srigala bagi yang lain, mereka saling
berperang).
terhadap keadaan yang demikian ironis, Arnold memasukkan IPS ke dalam kurikulum
5
sekolahnya. Upayanya kemudian ditiru oleh banyak sekolah lainnya, dan sekaligus
Latar belakang munculnya IPS di Amerika Serikat berbeda dari Inggris. Setelah Perang
Budak atau Perang Saudara antara penduduk Utara-Selatan (1861- 1865), di Amerika
terjadi kekacauan sosial. Masyarakat Amerika Serikat yang sangat beragam belum merasa
menjadi satu bangsa. Segregasi sosial masih kental dan lekat dengan kehidupan masyarakat
Sebagai respon atas keadaan masyarakat tersebut, para ahli kemasyarakatan Amerika
Serikat mencari upaya untuk membantu proses pembentukan bangsa Amerika Serikat,
antara lain dengan mengembangkan IPS sebagai jawaban atas situasi sosial. IPS
bagian Wisconsin sejak 1892. Setelah dipelajari secara terus menerus sampai awal dasa
warsa abad ke-20, pada tahun 1916 panitia nasional untuk pendidikan menengah Amerika
1827, yaitu awal industri modern, mirip dengan keadaan masyarakat Indonesia dewasa ini.
antara indikator yang menunjukkan kemiripan tersebut adalah terjadinya berbagai tindak
kejahatan, seperti perampokan yang disertai pembunuhan, kurang terjaminnya kaum buruh,
para penganggur dan pencari pekerjaan melalui human trafficing, terdesaknya alat-alat
produksi tradisional oleh alat produksi buatan negara asing, dan penumpukan kekayaan
jiwa sosial yang humanis sedini mungkin melalui pembelajaran IPS di sekolah-sekolah.
6
b. Latar belakang pedagogis
Di samping sebagai reaksi atas keadaan masyarakat, seperti di Inggris, Amerika, dan
Indonesia, lahirnya IPS juga dilatarbelakangi oleh keinginan untuk menyiapkan peserta
didik agar menjadi warga masyarakat yang bertanggungjawab, yakni dapat mewujudkan
peserta didik diharapkan akan menjadi warga masyarakat yang tidak individualistik, yang
masyarakat yang memiliki watak sosial yang selalu sadar bahwa hidupnya hanya dapat
berlangsung bersama dan bekerja sama dengan orang lain, dan orang lain hanya mau
hidup bersama dan bekerja sama bila mendapat perlakuan yang baik dari mereka.
Disiplin ilmu-ilmu sosial dipandang tidak mendukung prinsip pedagogis di atas, karena
berbagai disiplin itu membawa masyarakat dalam keadaan terpisahpisah. Pengajaran IPS
juga lebih dekat dengan keadaan sekarang yang ada dalam lingkungan hidupnya. Dengan
demikian tidaklah terlalu sukar bagi peserta didik untuk mengamati, menggambarkan dan
memikirkannya, karena masih berada dalam jangkauan mereka, baik dari segi waktu
maupun tempatnya.
Itulah latar belakang pedagogis dikembangnya IPS. Mengingat berbagai kemiripan dan
pengalaman di Inggris dan Amerika Serikat sebagai wahana pembinaan sikap sosial bagi
peserta didik.
7
C. Tiga Tradisi Pembelajaran IPS
Pembelajaran IPS memiliki tiga tradisi yang berbeda satu dengan yang
tingkah laku, pengetahuan, pandangan, dan nilai yang harus dimiliki oleh peserta didik.
Tingkah laku, pengetahuan, pandangan dan nilai yang akan diajarkan harus sesuai dengan
kekayaan nilai-nilai budaya yang berkembang di lingkungan peserta didik dan guru yang
mengajarkan IPS. Hal ini dimaksudkan agar nilai- nilai budaya yang ada dalam masyarakat
yang berhubungan dengan penanaman tingkah laku, pengetahuan, pandangan, dan nilai
yang harus dimiliki oleh peserta didik. Tingkah laku, pengetahuan, pandangan dan nilai
yang akan diajarkan harus sesuai dengan kekayaan nilai-nilai budaya yang berkembang di
Hal ini dimaksudkan agar nilai- nilai budaya yang ada dalam masyarakat dapat
8
Pewarisan budaya ini merupakan budaya yang memilki nilai-nilai yang baik dan disepakati
bertujuan membina warga negara agar dapat memenuhi kewajiban dan tanggung jawab
yang baik, taat kepada hukum, membayar pajak, memenuhi kewajiban belajar, dan memiliki
pewarisan budaya dalam suatu masyarakat tertentu. Pewarisan budaya ini tentu merupakan
budaya yang memilki nilai-nilai yang baik dan disepakati oleh masyarakat, sehingga dapat
membentuk warga negara yang dapat memenuhi kewajiban, taat pada hukum, dan
bertanggung jawab dalam pembelaan negara. Tradisi pembelajaran IPS model transmisi
kewarganegaaraan ini, oleh sebagian ahli dipandang sebagai bentuk proses pendidikan yang
Hal ini dikarenakan di tengah kehidupan masyarakat yang dinamis di tengah perkembangan
dunia yang terus mengalami perubahan, setiap anak manusia dituntut untuk memiliki
kemampuan, pemikiran, dan keterampilan yang lebih luas dan kompleks. Jika dikaitkan
model transmisi kewarganegaraan ini kurang relevan. Oleh karena itu, proses pembelajaran
IPS yang relevan untuk masyarakat Indonesia saat ini perlu terus dikembangkan.
Pembelajaran IPS sebagai ilmu sosial didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik dapat
berpikir secara kritis, mampu mengobservasi dan meneliti seperti apa yang dilakukan oleh
ahli ilmu sosial. Tujuan pengajaran IPS sebagai ilmu sosial adalah menciptakan warga
negara yang mampu belajar dan berpikir secara baik, seperti yang dilakukan oleh ahli ilmu
9
sosial. Cara berpikir demikian harus menjadi landasan untuk menanggapi,
Peserta didik harus mampu berpikir sesuai dengan bidang keilmuan ilmu sosial yaitu
berpikir sesuai dengan struktur ilmu sosial. Cara berpikir demikian penting untuk menyusun
generalisasi pada suatu bidang ilmu sosial dalam rangka memperoleh dan menemukan
pengetahuan yang baru. Dalam hal ini tiap bidang keilmuan memiliki teknik untuk
Guru yang mengajarkan IPS sebagai ilmu sosial harus memiliki keyakinan bahwa cara ini
merupakan sarana yang baik untuk mempersiapkan warga negara yang dapat berpikir
seperti ahli ilmu sosial. Mereka dapat merumuskan hipotesis, mengumpulkan data,
melakukan analisa data, dan dapat menarik simpulan sesuai dengan berbagai bidang
keilmuan ilmu sosial. Dengan demikian, mereka diharapkan dapat menjadi warga negara
yang demokratis, dan dapat berpikir seperti apa yang dilakukan oleh para ahli ilmu sosial.
Kondisi tersebut sesuai dengan keinginan para ahli ilmu sosial bahwa anggota masyarakat
sejak usia muda dapat mengamati dunia sekitarnya melalui penglihatan seperti ahli ilmu
sosial, mengajukan berbagai pertanyaan, dan menerapkan metode analisis serta konsep-
konsep yang digunakan para ahli ilmu sosial. Dengan cara demikian, para peserta didik
dapat memahami struktur dan proses sosial di sekitarnya. Pembinaan warga negara atau
warga manyarakat tidak hanya ditekankan pada aspek kemampuan intelektuanya, tetapi
yang bersifat akademis terhadap ilmu sosial seperti digambarkan di atas seolah- olah tidak
10
3. Pembelajaran IPS sebagai Inkuiri Reflektif
Sebelum meninjau pembelajaran IPS sebagai inkuiri reflektif, terlebih dahulu akan dibahas
apa yang dimaksud dengan inkuairi reflektif agar mudah memahami bahasan selanjutnya.
Inkuiri dalam bahasa Indonesia berarti pertanyaan atau pemeriksaan, sedangkan inkuiri pada
konteks IPS tidak hanya berarti pertanyaan atau pemeriksaan, tetapi lebih luas dari pada
pengertian tersebut. Sehubungan dengan itu, John Jarolimek mengemukakan hal berikut.
The Major goal of inquiry oriented teaching is to develop in pupils those attitudes and skills
that will enable them to be independent problem solvers. This involves more than simply
ability to anylize a problem, the ability to make and test “hunches” (hypotheses), and the
ability to use information in validating conclusion, inquairy always involves a search for
information that is problem related, such problem being in part generated by the pupils
themselves.
Jadi, pengertian inkuiri tidak hanya terbatas pada pertanyaan atau pemeriksaan, tetapi
meliputi pula proses penelitan, keingintahuan, analisis sampai dengan penarikan simpulan
tentang hal-hal yan diperiksa atau diteliti. Dalam rangka pengajaran IPS, wawasan inkuiri
ini diarahkan kepada kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis dan menjadi orang
yang secara bebas dapat memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya. Berkenaan dangan
inkuiri ini, James L. Barth & S.Samuel Shomis juga mengemukakan penjelasan sebagai
berikut: Inquiry as a method means that a teacher & his student will identify a problem that
is of considerable concern to them and to our society and that relevant facts & values will be
examined in the light of criteria. Pada penjelasan ini, pengertian inkuiri juga meliputi
11
Jadi, proses inkuiri merupakan proses bepikir yang lebih kritis dan lebih mendalam. Dalam
kaitannya dengan hal tersebut, yang dimaksudkan dengan inkuiri reflektif adalah proses
berpikir yang mendalam dan merefleksikan pengalaman, atau dengan perkataan lain dapat
dikatakan sebagai proses merenung. Oleh karena itu, proses inkuairi reflektif atau berpikir
dan merenung tidak hanya berpikir untuk memeriksa atau meneliti sesuatu persoalan, tetapi
reflektif yang diterapkan pada IPS sebagai inkuiri reflektif diambil dari filsafat John Dewey
Kunci proses inkuiri reflektif tardapat pada konsep-konsep, minat, nilai, berpikir kritis, dan
terlibat ke dalam ha-hal yang janggal di sekitar. Pembelajaran IPS sebagai inkuiari reflektif
berlangsung ketika peserta didik dilibatkan ke dalam suasana kehidupan yang nyata, yang
penuh dengan persoalan yang harus diteliti dan dipikirkan secara kritis. Peserta didik dilatih
untuk membuat suatu keputusan tentang hal-hal yang berkenaan dengan kebijakan dan
kehidupan demokrasi, mereka harus mampu mengelola dirinya sendiri, serta mampu
Pengajaran IPS sebagai inkuiri reflektif atau sebagai proses penelaahan dan pemikiran yang
mendalam, merupakan teknik atau strategi pembelajaran yang bermanfaat dalam membina
peserta didik menjadi kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya.
Secara lebih jauh lagi, peserta didik dapat diarahkan mampu membuat keputusan yang
pembelajaran inkuairi merupakan salah satu model yang tepat untuk menciptakan manusia
sebagai cendekia.
manusia sebagai anggota masyarakat atau manusia dalam konteks sosial. Oleh
12
karenanya pembelajaran IPS tidak hanya menekankan pada aspek pengetahuan saja,
melainkan juga pembinaan peserta didik untuk mengembangkan dan menerapkan nilai-
nilai pengetahuan tersebut di tengah masyarakat. Nilai- nilai itu setenggang rasa dan
tepo sliro, kepedulian terhadap sesama dan lingkungan, disiplin, ketaatan, keteraturan,
Penerapaan nilai-nilai pengetahuan dimulai dari lingkup yang paling kecil, misalnya
di dalam keluarga sampai pada lingkup global. Setiap lingkungan akan mempengaruhi
seseorang harus mampu menerapkan nilai-nilai IPS dalam segala macam lingkungan di
mana individu tersebut berada. Dalam lingkup yang lebih luas, peserta didik diharapkan
dapat menjadi warga negara yang baik, bertanggung jawab terhadap lingkungan.
joker888 Dari uraian tersebut dapat kita ketahui bahwa ruang lingkup IPS adalah semua
menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam pengetahuan yang telah mereka kuasai.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang dibelajarkan
di SMP/MTs. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang
berkaitan dengan isu sosial. Mapel IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan
13
E. Tujuan Pembelajaran IPS
Tujuan yang dikemukakan di sini adalah tujuan yan mungkin dapat dicapai pendidikan
kependidikan. Tujuan pendidikan ilmu-ilmu sosial yang dibahas disini pada hakikatnya
adalah pendidikan suatu disiplin ilmu. Dapat dikatakan tujuan pendidikan ilmu-ilmu
Tujuan yang lebih tinggi terkandung makna bahwa tujuan yang harus dicapai pendidikan
ilmu-ilmu pengetahuan soaial lebih luas. Keluasan tujuan itu dapat dicapai mengingat
pendidikan ilmu-ilmu sosial adalah wahana pendidikan. Sebagai wahana pendidikan maka
kepedulian yang paling utama adalah kepentingan bangsa, masyarakat, dan pribadi siswa
dan oleh karena itu tujuan pendidikan ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu lainnya haruslah
Atas dasar pemikiran tersebut maka tujuan pendidikan ilmu-ilmu sosial dikelompokan
kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa, serta
kepentingan ilmu, tujuan kedua berorientasi pada pengembangan diri siswa dan
siswa dalam memahami disiplin ilmu sosial, kemampuan berpikir dalam disiplin ilmu-ilmu
sosial, serta kemampuan prosesual dalam mencari informasi, mengolah informasi, dan
mengkomunikasikan hasil temuan. Walaupun tujuan ini tidak dapat dilepaskan dari
14
pengembangan pribadi siswa, kepedulian utama dari tujuan dalam kategori ini ialah
Pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial dapat disebut secara singkat
sebagai kemampuan sossial. Tujuan ini mengembangkan kemampuan dan tingkat tanggung
jawab siswa sebagai anggota masyarakat.oleh karena itu dalam tujuan ini dikembangka
tanggung jawab sebagai warganegara dan warga dunia, kemampuan berpartisipasi dalam
pengembangan pemahaman dan sikap positif siswa terhadap nilai, norma, dan moral yang
nilai, norma, dan moral yang menjadi antara siswa. Kemauan untuk terus menerus
mengembangkan diri melalui belajar di jenjang pendidikan lebih lanjut maupun di luar
pribadinya, serta sikap positif terhadap diri untuk memacu perkembangan diri sebagai
pribadi, kemajuan masyarakat atau bangsa, dan juga ilmu pengetahuan, adalah tujuan yang
sosiologi, politik, psikologi yang diberikan kepada anak-anak usia Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Lanjut Menengah Pertama (SLTP), Sekolah Lanjut Tingkat Akhir (SLTA), dan
Perguruan Tinggi dengan perpaduan mata pelajaran IPS yang berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan dan tingikat usia peserta didik menjadi warganegara dan warga masyarakat
yang tahu akan hak dan kewajibannya, yang juga memiliki tanggung jawab atas
Sejarah munculnya IPS pertama kali di Amerika Serikat pada tahun 1916 dengan tujuan
15
mempersatukan negara bagain utara dan selatan menjadi satu Amerika. Masalah
perpecahan ini muncul karena adanya pembedaan ras kulit putih dan ras kulit hitam, selain
itu ras kulit hitam lebih sering dianggap budak oleh ras kulit putih, namun pada
kenyataannya ras kulit hitamlah yang telah memajuakan kondisi ekonomi disana. Karena
konflik tak kunjung reda, maka para sarjana di sana mendirikan sebuah lembaga yang
diberi nama NCSS (The National Council for The Social Studies) yang bertujuan untuk
warga negara yang cinta tanah air Di Indonesia sendiri IPS pertama kali muncul dalam
seminar Nasional tentang Civic Education tahun 1972 di Tawangmangu Solo Jawa
Tengah. Dalam laporan seminar tersebut, muncul 3 istilah dan digunakan secara bentukar
pakai yaitu:
1. Pengetahuan Sosial
2. Studi Sosial
Pendidikan ilmu pengetahuan sosial juga memiliki tujuan yang lebih tinggi terkandung
makna bahwa tujuan yang harus dicapai pendidikan ilmu-ilmu pengetahuan soaial lebih
luas. Keluasan tujuan itu dapat dicapai mengingat pendidikan ilmu-ilmu sosial adalah
wahana pendidikan. Sebagai wahana pendidikan maka kepedulian yang paling utama
adalah kepentingan bangsa, masyarakat, dan pribadi siswa dan oleh karena itu tujuan
pendidikan ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu lainnya haruslah dikaitkan dengan fungsinya
Atas dasar pemikiran tersebut maka tujuan pendidikan ilmu-ilmu sosial dikelompokan
kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa, serta
16
pengembangan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan diri siswa dan
kepentingan ilmu, tujuan kedua berorientasi pada pengembangan diri siswa dan
Ranah kognitif didasarkan pada taksonomi bloom. Tujuan kognitifadalah, tujuan yang
Sedangakan tujuan ranah afektif pembelajaran IPS adalah menekankan pada perasaan
emosi, dan derajatpenerimaan atau penolakan siswa terhadap materi pembelajaran IPS yang
diberikan. Yang termasuk tujuan afektif: penerimaan, jawaban dan sambutan, penghargaan,
Tujuan ranah psikomotorik dapat dikelompokan pada tujuh kelompok besar, yakni:
Penginderaan, Kesiapan bertindak, Respon atau sambutan terbimbing, Mekanisme atau
tindakan yang otomatis, Keterampilan yang dilakukan secara hati-hati, Adaptasi
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ide IPS berasal dari literatur pendidikan Amerika Serikat. Nama asli IPS di Amerika Serikat
adalah social studies. Istilah tersebut pertama kali digunakan sebagai nama sebuah lembaga
yang diberi nama committee of social studies.
Lembaga ini merupakan himpunan tenaga ahli yang berminat pada kurikulum ilmu-ilmu
sosial di tingkat sekolah dan ahli-ahli ilmu sosial yang mempunyai minat yang sama. Nama
lembaga ini kemudian dipergunakan untuk nama kurikulum yang mereka hasilkan, yakni
kurikulum social studies. Nama social studies makin terkenal ketika pemerintah mulai
memberikan dana untuk mengembangkan kurikulum tersebut. Kurikulum tersebut ahirnya
dikembangkan dengan nama kurikulum social studies. Di Indonesia social studies dikenal
dengan nama studi sosial. Dalam Kurikulum 1975, pendidikan ilmu sosial kemudian
ditetapkan dengan nama Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS merupakan sebuah mata
pelajaran yang dipelajari dari tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi
pada jurusan atau progrsam studi tertentu.
Istilah IPS pertama kali muncul dalam Seminar Nasional tentang Civic Education tahun
1972 di Tawamangu, Solo.
B. Saran
Mata kuliah ini sangat penting untuk calon guru, sehingga penulis berharap agar dosen juga
mengarahkan apabila dalam pemaparan isi dan lainnya kami melakukan kesalahan
18
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, Rifki. (2011). Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPS di Sekolah
Dasar. Jurnal Pedagogia, Vol. 1 (1),
Astawa, Ida Bagus Made. 2017. Pengantar Ilmu Sosial. Depok: Rajagrafindo Persada
Cheppy HC. tt. Strategi Ilmu Pengetahuan Sosial. Surabaya: Karya Anda. Fatimah, Siti.
2015. Pembelajaran IPS. Padang: UNP.
Hartomo dan Arnicum Aziz. 1990. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Sapriya. (2008). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Laboratorium PKn UPI.
Sapriya, Sadjaruddin & Susilawati. (2007). Konsep Dasar IPS. Bandung: Laboratorium
Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan PKn FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia
19