Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

LAHIRNYA IPS

Dosen Pengampu :Eka Yusnaldi, M.Pd

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Dari Konsep Dasar IPS

DISUSUN OLEH :

Kelompok I

Annisa Rahmadani (0306212134)


Friska Widia (0306212140)
Nurul Handini (0306212106)

Kelas : PGMI-3/ Semester 2

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Alhamdulilllah, kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya,

makalah ini dapat kami selesaikan. Salawat dan salam kepada nabi Muhammad SAW,

pembimbing umat menuju cahaya kebenaran illahi.

Adapun pembuatan makalah ini dimaksudkan untuk diajukan sebagai syarat dalam

diskusi kelompok pada mata kuliah Konsep Dasar IPS di Universitas Islam Negeri Sumatera

Utara (UINSU) dan atas dasar itulah maka kami mengharapkan semoga makalah ini bisa

digunakan sebagai bahan diskusi kelompok sebagaimana mestinya.

Mengingat isinya sangat penting sebagai bahan pembelajaran agar tercapainya tujuan

dalam menghadapi dan memecahkan masalah, baik masalah individu ataupun masalah

kelompok.

Mudah-mudahan makalah ini besar manfaatnya bagi para pembaca dan khususnya

bagi penulis menjadi amal yang sholeh yang bisa menghantarkan kesuksesan dalam belajar.

Medan,15 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

JUDUL ........................................................................................................................................

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1

1. Latar Belakang ............................................................................................................... 1


2. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
3. Tujuan ........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................ 2

A. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ............................................................................. 2


B. Latar Belakang Lahirnya IPS ........................................................................................ 4
a. Latar Belakang Sosiologis ..................................................................................... 4
b. Latar Belakang Pedagogis ..................................................................................... 7
C. Tiga Tradisi Pembelajaran IPS ...................................................................................... 8
1. Pembelajaran IPS sebagai transmisi kewarganegaraan ........................................... 8
2. Pembelajaran IPS sebagai ilmu sosial..................................................................... 9
3. Pembelajaran IPS sebagai inkuiri yang reflektif .................................................... 11
D. Ruang Lingkup IPS ......................................................................................................... 12
E. Tujuan Pembelajaran IPS ............................................................................................... 14

BAB III PENUTUP .................................................................................................................... 18

A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 18
B. Saran ............................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perkembangan IPS dalam bidang pendidikan diawali dengan adanya suatu proses

analisis terhadap kehidupan sosial masyarakat dan juga nilai atau norma yang

berlaku di masyarakat, analisis yang dilakukan terhadap nilai sosial masyarakat

tersebut berkembang menjadi menjadi ilmu sosial dan humaniora, kedua aspek sosial

tersebut diintegrasikan oleh IPS dalam proses penerapan dan pengembangannya, hal

ini diperkuat oleh pendapat Sumaatmadja ( 2006: 1.9) bahwa Ilmu sosial dan

humaniora mempunyai dua kajian yang berbeda, namun berkenaan dengan objek

yang sama yaitu kehidupan manusia di masyarakat, dan IPS sendiri

mengintegrasikan keduanya, oleh karena itu IPS mempelajari kehidupan sosial yang

kajiannya mengintegrasikan bidang ilmu-ilmu sosial dan humaniora.

Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat dipahami bahwa IPS berkembang dalam

aspek kehidupan masyarakat yang di dalamnya mengandung ilmu-ilmu sosial dan

humaniora, sehingga pada konteks pembelajarannya tidak terlepas dari adanya

perkembangan sosial dan kehidupan masyarakat sekitar yang menjadi bahan

pembelajaran.IPS yang merupakan salah satu mata pelajaran yang dikembangkan

atas dasar adanya interaksi antara manusia dengan lingkungannya, diterapkan pada

konsep pembelajaran melalui adanya penyederhanaan dari beberapa ilmu sosial yang

digunakan sebagai bahan pengembangan IPS secara pedagogis dan psikologis, hal ini

dilakukan agar terdapat suatu kesesuaian antara karakteristik pendidikan dan juga

tingkat perkembangan siswa sekolah dasar, sehingga dapat dijadikan sebagai alasan

untuk mencapai tujuan pendidikan, hal ini sesuai dengan pendapat dari Sapriya

(2009:11) bahwa. “ IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disilpin ilmu-ilmu

1
sosial dan humaniora serta kegiatan manusia yang diorganisasikan dan disajikan

secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan”

2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembahasan makalah ini, yaitu:

1. Apakah Pengertian dari Ilmu Pengetahuan Sosial?

2. Apa saja latar belakang lahirnya IPS?

3. Apakah Tiga Tradisi Pembelajaran IPS tersebut?


4. Apa saja ruang lingkup dalam IPS?

5. Apa saja tujuan Tujuan Pembelajaran IPS?

3. Tujuan

1. Menjelaskan Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

2. Menjelaskan latar belakang lahirnya IPS

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu pengetahuan sosial disingkat IPS merupakan nama mata pelajaran ditingkat

sekolah dasar dan menengah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik

dengan istilah “social studies” dan kurikulum persekolahan di negara lain, khususnya di

negara barat Australia dan amerika Serikat. Pengertian memiliki Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang disiplin ilmu sosial seperti

misalnya : sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik, psikologi, dan

sebagainya. Disiplin ilmu tersebut mempunyai keterpaduan yang tinggi karena geografi

memberikan wawasan yang berkenaan dengan wilayah-wilayah, sejarah memberikan

wawasan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, ekonomi

memberikan wawasan tentang berbagai macam kebutuhan manusia dan sosiologi atau

antropologi memberikan wawasan yang berkenaan dengan nilai-nilai, kepercayaan,

struktur social, lalu ilmu politik lebih kepada mengkaji hubungan antara warga dengan

warga negaranya, serta negara dengan negaranya, dan psikologi membahas mengenai

kondisi kejiwaan seseorang atau manusia.

Bidang studi IPS, pada hakikatnya merupakan perpaduan pengetahuan sosial. Untuk

tingkat Sekolah Dasar (SD) intinya merupakan perpaduan antara giografi dan sejarah.

Untuk Sekolah Lanjut Menengah Pertama (SLTP) intinya merupakan perpaduan antara

geografi, sejarah dan ekonomi koperasi. Sedangkan untuk Sekolah Lanjut Tingkat Atas

(SLTA) intinya adalah perpaduan antara geografi, sejarah dan ekonomi koperasi dan

Antropologi.di tingkat perguruan tinggi, bidang studi IPS ini dikenal sebagai studi

sosial. IPS atau studi Sosial ini, merupakan perpaduan dari berbagai bidang keilmuan

3
Ilmu Sosial. Studi Sosial memiliki perbedaan yang prinsipiil dengan ilmu-ilmu sosial.

Proses pembelajaran pendidikan IPS dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan

sesuai dengan kebutuhan dan tingkat usia peserta didik masing-masing. Ragam

pembelajarannya pun harus disesuaikan dengan apa yang terjadi dalam kehidupan.

Secara formal, proses pembelajaran dan membelajarkan itu terjadi di sekolah, baik di

dalam kelas maupun diluar kelas.

IPS sebagai satu program pendidikan tidak hanya menyajikan tentang konsep-konsep

pengetahuan semata, namun harus pula mampu membina peserta didik menjadi warga

negara dan warga masyarakat yang tahu akan hak dan kewajibannya, yang juga

memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan bersama yang seluas-luasnya.

Sebagai bidang pengetahuan, ruang lingkup IPS dapat terlihat nyata dari tujuannya. Di

sepanjang sejarahnya IPS memiliki lima tujuan yaitu:

 IPS mempersiapkan siswa untuk studi lanjut di bidang sosial sciences jika nantinya

masuk ke perguruan tinggi.

 IPS yang tujuannya mendidik kewarganegaraan yang baik.

 IPS yang hakikatnya merupakan suatu kompromi antara 1 dan 2 tersebut di atas.

IPS yang mempelajari closed areas atau masalah-masalah sosial yang pantang

untuk dibicarakan di muka umum.

B. Latar Belakang Lahirnya IPS

Ide IPS berasal dari literature pendidikan Amerika Serikat. Nama asli IPS di Amerika

Serikat adalah social studies. Istilah tersebut pertama kali digunakan seebagai nama sebuah

lembaga yang diberi nama committe of social studies. Lembaga ini merupakan himpunan

tenaga ahli yang berminat pada kurikulum ilmu-ilmu social ditingkat sekolah dan ahli-ahli

ilmu social yang mempunyai minat yang sama. Dalam perkembangannyastudy social

dimasukkan dalam kurikulum untuk dipelajari oleh peserta didik mulai dari jenjang

4
pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Secara lebih sfesifik study social mulai dimuat

dalam kurikulum 1975 dengan nama ilmu pengetahuan social (IPS). IPS merupakan

sebuah mata pelajaran yang dipelajari dari tingkat pendidikan dasar sampai tingkta

pendidikan tinggi pada jurusan atau program study tertentu.

Pembahasan mengenai latar belakang lahirnya IPS akan dilihat dari dua aspek:

a. Latar belakang sosiologis

Tinjauan terhadap latar belakang sosiologis difokuskan pada tempat lahirnya IPS yang

pada awalnya bernama social studies. IPS dengan nama social studies pertama kali

digunakan dalam kurikulum sekolah rugby di inggris pada tahun 1827. Dr. Thomas

Arnold, derektur sekolah tersebut adalah orang pertama yang berjasa memasukkan IPS

(social studies) kedalam kurikulum sekolah .

Latar belakang dimasukkannya IPS ke dalam kurikulum sekolah berangkat dari kondisi

masyarakat Inggris pada waktu itu yang tengah mengalami kekacauan akibat revolusi

industri yang melanda negara itu. Masyarakat dan peradaban Inggris terancam dekadensi,

karena mekanisasi industri telah menimbulkan kesulitan besar bagi masyarakat Inggris,

terutama kaum buruh.

Kaum kapitalis dan pemerintah yang kurang memperhatikan nasib kaum buruh yang

mengakibatkan terjadinya pemerasan dan penindasan. Selain itu, di Inggris juga terjadi

persaingan di kalangan buruh sendiri, yang menyebabkan hidup kaum tidak punya (the

haves not) menjadi sangat menderita. Kehidupan antar kaum buruh dan antara buruh

dengan majikan digambarkan oleh filosuf Inggris Thomas Hobbes sebagai homo homoni

lopus bellum omnium contra omnes ( manusia adalah srigala bagi yang lain, mereka saling

berperang).

Singkatnya, manusia menjadi kehilangan kemanusiaannya (dehumanisasi).Sebagai respon

terhadap keadaan yang demikian ironis, Arnold memasukkan IPS ke dalam kurikulum

5
sekolahnya. Upayanya kemudian ditiru oleh banyak sekolah lainnya, dan sekaligus

menjadi awal berkembangnya IPS sebagai matapelajaran di sekolah.

Latar belakang munculnya IPS di Amerika Serikat berbeda dari Inggris. Setelah Perang

Budak atau Perang Saudara antara penduduk Utara-Selatan (1861- 1865), di Amerika

terjadi kekacauan sosial. Masyarakat Amerika Serikat yang sangat beragam belum merasa

menjadi satu bangsa. Segregasi sosial masih kental dan lekat dengan kehidupan masyarakat

Amerika pada saat itu.

Sebagai respon atas keadaan masyarakat tersebut, para ahli kemasyarakatan Amerika

Serikat mencari upaya untuk membantu proses pembentukan bangsa Amerika Serikat,

antara lain dengan mengembangkan IPS sebagai jawaban atas situasi sosial. IPS

dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah, yang dipelopori oleh sekolah-sekolah di negara

bagian Wisconsin sejak 1892. Setelah dipelajari secara terus menerus sampai awal dasa

warsa abad ke-20, pada tahun 1916 panitia nasional untuk pendidikan menengah Amerika

Serikat menyetujui pengembangan dan pemasukan IPS ke dalam kurikulum sekolah.

Paparan tersebut menggambarkan bahwa situasi masyarakat di Inggris pada tahun

1827, yaitu awal industri modern, mirip dengan keadaan masyarakat Indonesia dewasa ini.

Industri sedang berkembang dan tanda-tanda dehumanisasi nampak pula di Indonesia. Di

antara indikator yang menunjukkan kemiripan tersebut adalah terjadinya berbagai tindak

kejahatan, seperti perampokan yang disertai pembunuhan, kurang terjaminnya kaum buruh,

individualisme yang mulai menggerayangi masyarakat perkotaan, tindakan mengobyekkan

para penganggur dan pencari pekerjaan melalui human trafficing, terdesaknya alat-alat

produksi tradisional oleh alat produksi buatan negara asing, dan penumpukan kekayaan

pada golongan minoritas.

Keadaan masyarakat yang demikian mengingatkan pada betapa pentingnya pembentukan

jiwa sosial yang humanis sedini mungkin melalui pembelajaran IPS di sekolah-sekolah.

6
b. Latar belakang pedagogis

Di samping sebagai reaksi atas keadaan masyarakat, seperti di Inggris, Amerika, dan

Indonesia, lahirnya IPS juga dilatarbelakangi oleh keinginan untuk menyiapkan peserta

didik agar menjadi warga masyarakat yang bertanggungjawab, yakni dapat mewujudkan

kewajiban dan hak- haknya dalam kehidupan sehari-hari.Dengan mempelajari IPS,

peserta didik diharapkan akan menjadi warga masyarakat yang tidak individualistik, yang

hanya mementingkan kebutuhan sendiri, dan mengesampingkan kebutuhan orang lain

atau warga masyarakat lainnya. Sebaliknya, mereka diharapkan menjadi warga

masyarakat yang memiliki watak sosial yang selalu sadar bahwa hidupnya hanya dapat

berlangsung bersama dan bekerja sama dengan orang lain, dan orang lain hanya mau

hidup bersama dan bekerja sama bila mendapat perlakuan yang baik dari mereka.

Disiplin ilmu-ilmu sosial dipandang tidak mendukung prinsip pedagogis di atas, karena

berbagai disiplin itu membawa masyarakat dalam keadaan terpisahpisah. Pengajaran IPS

juga lebih dekat dengan keadaan sekarang yang ada dalam lingkungan hidupnya. Dengan

demikian tidaklah terlalu sukar bagi peserta didik untuk mengamati, menggambarkan dan

memikirkannya, karena masih berada dalam jangkauan mereka, baik dari segi waktu

maupun tempatnya.

Itulah latar belakang pedagogis dikembangnya IPS. Mengingat berbagai kemiripan dan

kegunaanya bagi pembinaan masyarakat Indonesia, maka pengembangan IPS di dunia

pendidikan di Indonesia merupakan kebutuhan pedagogis sebagaimana halnya

pengalaman di Inggris dan Amerika Serikat sebagai wahana pembinaan sikap sosial bagi

peserta didik.

7
C. Tiga Tradisi Pembelajaran IPS

Pembelajaran IPS memiliki tiga tradisi yang berbeda satu dengan yang

lain. Ketiga tradisi tersebut adalah:

 Pembelajaran IPS sebagai transmisi kewarganegaraan,

 Pembelajaran IPS sebagai ilmu sosial, dan

 Pembelajaran IPS sebagai inkuiri yang reflektif.

Gambaran tentang ketiga tradisi pembelajaran IPS tersebut akan

dipaparkan dalam bahasan berikut.

Pembelajaran IPS sebagai Transmisi Kewarganegaraan Pembelajaran IPS sebagai transmisi

kewarganegaraan merupakan strategi pengajaran IPS yang berhubungan dengan penanaman

tingkah laku, pengetahuan, pandangan, dan nilai yang harus dimiliki oleh peserta didik.

Tingkah laku, pengetahuan, pandangan dan nilai yang akan diajarkan harus sesuai dengan

kekayaan nilai-nilai budaya yang berkembang di lingkungan peserta didik dan guru yang

mengajarkan IPS. Hal ini dimaksudkan agar nilai- nilai budaya yang ada dalam masyarakat

dapat ditransmisikan dari generasi ke generasi

1. Pembelajaran IPS sebagai Transmisi Kewarganegaraan

Pembelajaran IPS sebagai transmisi kewarganegaraan merupakan strategi pengajaran IPS

yang berhubungan dengan penanaman tingkah laku, pengetahuan, pandangan, dan nilai

yang harus dimiliki oleh peserta didik. Tingkah laku, pengetahuan, pandangan dan nilai

yang akan diajarkan harus sesuai dengan kekayaan nilai-nilai budaya yang berkembang di

lingkungan peserta didik dan guru yang mengajarkan IPS.

Hal ini dimaksudkan agar nilai- nilai budaya yang ada dalam masyarakat dapat

ditransmisikan dari generasi ke generasi. Pembelajaran IPS sebagai transmisi

kewarganegaraan merupakan proses pewarisan budaya dalam suatu masyarakat tertentu.

8
Pewarisan budaya ini merupakan budaya yang memilki nilai-nilai yang baik dan disepakati

oleh masyarakat. Pembelajaran IPS model transmisi kewarganegaraan di Amerika Serikat

bertujuan membina warga negara agar dapat memenuhi kewajiban dan tanggung jawab

yang baik, taat kepada hukum, membayar pajak, memenuhi kewajiban belajar, dan memiliki

dorongan diri yang kuat untuk mempertahankan negara (Sumaatmadja,1980).

Pembelajaran IPS sebagai transmisi kewarganegaraan juga merupakan suatu proses

pewarisan budaya dalam suatu masyarakat tertentu. Pewarisan budaya ini tentu merupakan

budaya yang memilki nilai-nilai yang baik dan disepakati oleh masyarakat, sehingga dapat

membentuk warga negara yang dapat memenuhi kewajiban, taat pada hukum, dan

bertanggung jawab dalam pembelaan negara. Tradisi pembelajaran IPS model transmisi

kewarganegaaraan ini, oleh sebagian ahli dipandang sebagai bentuk proses pendidikan yang

statis, bahkan konservatif.

Hal ini dikarenakan di tengah kehidupan masyarakat yang dinamis di tengah perkembangan

dunia yang terus mengalami perubahan, setiap anak manusia dituntut untuk memiliki

kemampuan, pemikiran, dan keterampilan yang lebih luas dan kompleks. Jika dikaitkan

dengan kehidupan masyarakat Indonesia yang sedang berkembang, maka pembelajaran

model transmisi kewarganegaraan ini kurang relevan. Oleh karena itu, proses pembelajaran

IPS yang relevan untuk masyarakat Indonesia saat ini perlu terus dikembangkan.

2. Pembelajaran IPS sebagai Ilmu Sosial

Pembelajaran IPS sebagai ilmu sosial didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik dapat

berpikir secara kritis, mampu mengobservasi dan meneliti seperti apa yang dilakukan oleh

ahli ilmu sosial. Tujuan pengajaran IPS sebagai ilmu sosial adalah menciptakan warga

negara yang mampu belajar dan berpikir secara baik, seperti yang dilakukan oleh ahli ilmu

9
sosial. Cara berpikir demikian harus menjadi landasan untuk menanggapi,

menginterpretasikan dan menggunakan pengetahuan sosial.

Peserta didik harus mampu berpikir sesuai dengan bidang keilmuan ilmu sosial yaitu

berpikir sesuai dengan struktur ilmu sosial. Cara berpikir demikian penting untuk menyusun

generalisasi pada suatu bidang ilmu sosial dalam rangka memperoleh dan menemukan

pengetahuan yang baru. Dalam hal ini tiap bidang keilmuan memiliki teknik untuk

melakukan penelitian yang memerlukan pengujian suatu hipotesis.

Guru yang mengajarkan IPS sebagai ilmu sosial harus memiliki keyakinan bahwa cara ini

merupakan sarana yang baik untuk mempersiapkan warga negara yang dapat berpikir

seperti ahli ilmu sosial. Mereka dapat merumuskan hipotesis, mengumpulkan data,

melakukan analisa data, dan dapat menarik simpulan sesuai dengan berbagai bidang

keilmuan ilmu sosial. Dengan demikian, mereka diharapkan dapat menjadi warga negara

yang demokratis, dan dapat berpikir seperti apa yang dilakukan oleh para ahli ilmu sosial.

Kondisi tersebut sesuai dengan keinginan para ahli ilmu sosial bahwa anggota masyarakat

sejak usia muda dapat mengamati dunia sekitarnya melalui penglihatan seperti ahli ilmu

sosial, mengajukan berbagai pertanyaan, dan menerapkan metode analisis serta konsep-

konsep yang digunakan para ahli ilmu sosial. Dengan cara demikian, para peserta didik

dapat memahami struktur dan proses sosial di sekitarnya. Pembinaan warga negara atau

warga manyarakat tidak hanya ditekankan pada aspek kemampuan intelektuanya, tetapi

diseimbangkan dengan aspek kemampuan emosional dan keterampilannya. Pengajaran IPS

yang bersifat akademis terhadap ilmu sosial seperti digambarkan di atas seolah- olah tidak

memperhatikan aspek emosional, sementara kehidupan bermasyarakat sarat dengan

ungkapkan dan gejala-gejala sosial yang bersifat emosional.

10
3. Pembelajaran IPS sebagai Inkuiri Reflektif

Sebelum meninjau pembelajaran IPS sebagai inkuiri reflektif, terlebih dahulu akan dibahas

apa yang dimaksud dengan inkuairi reflektif agar mudah memahami bahasan selanjutnya.

Inkuiri dalam bahasa Indonesia berarti pertanyaan atau pemeriksaan, sedangkan inkuiri pada

konteks IPS tidak hanya berarti pertanyaan atau pemeriksaan, tetapi lebih luas dari pada

pengertian tersebut. Sehubungan dengan itu, John Jarolimek mengemukakan hal berikut.

The Major goal of inquiry oriented teaching is to develop in pupils those attitudes and skills

that will enable them to be independent problem solvers. This involves more than simply

knowing where to go to get needed information. It requires an attitude of curiosity, the

ability to anylize a problem, the ability to make and test “hunches” (hypotheses), and the

ability to use information in validating conclusion, inquairy always involves a search for

information that is problem related, such problem being in part generated by the pupils

themselves.

Jadi, pengertian inkuiri tidak hanya terbatas pada pertanyaan atau pemeriksaan, tetapi

meliputi pula proses penelitan, keingintahuan, analisis sampai dengan penarikan simpulan

tentang hal-hal yan diperiksa atau diteliti. Dalam rangka pengajaran IPS, wawasan inkuiri

ini diarahkan kepada kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis dan menjadi orang

yang secara bebas dapat memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya. Berkenaan dangan

inkuiri ini, James L. Barth & S.Samuel Shomis juga mengemukakan penjelasan sebagai

berikut: Inquiry as a method means that a teacher & his student will identify a problem that

is of considerable concern to them and to our society and that relevant facts & values will be

examined in the light of criteria. Pada penjelasan ini, pengertian inkuiri juga meliputi

pengidentifikasian masalah sosial yang harus ditelaah.

11
Jadi, proses inkuiri merupakan proses bepikir yang lebih kritis dan lebih mendalam. Dalam

kaitannya dengan hal tersebut, yang dimaksudkan dengan inkuiri reflektif adalah proses

berpikir yang mendalam dan merefleksikan pengalaman, atau dengan perkataan lain dapat

dikatakan sebagai proses merenung. Oleh karena itu, proses inkuairi reflektif atau berpikir

dan merenung tidak hanya berpikir untuk memeriksa atau meneliti sesuatu persoalan, tetapi

berhubungan pula dengan sikap penilaian pengungkapan pengalaman. Konsep inkuiri

reflektif yang diterapkan pada IPS sebagai inkuiri reflektif diambil dari filsafat John Dewey

yang mulai berkembang pada permulaan abad ke-20.

Kunci proses inkuiri reflektif tardapat pada konsep-konsep, minat, nilai, berpikir kritis, dan

terlibat ke dalam ha-hal yang janggal di sekitar. Pembelajaran IPS sebagai inkuiari reflektif

berlangsung ketika peserta didik dilibatkan ke dalam suasana kehidupan yang nyata, yang

penuh dengan persoalan yang harus diteliti dan dipikirkan secara kritis. Peserta didik dilatih

untuk membuat suatu keputusan tentang hal-hal yang berkenaan dengan kebijakan dan

kehidupan demokrasi, mereka harus mampu mengelola dirinya sendiri, serta mampu

berlaku dan bertindak sebagai anggota masyarakat.

Pengajaran IPS sebagai inkuiri reflektif atau sebagai proses penelaahan dan pemikiran yang

mendalam, merupakan teknik atau strategi pembelajaran yang bermanfaat dalam membina

peserta didik menjadi kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya.

Secara lebih jauh lagi, peserta didik dapat diarahkan mampu membuat keputusan yang

berkaitan dengan hal-hal yang dialaminya sehari-hari. Dengan demikian, model

pembelajaran inkuairi merupakan salah satu model yang tepat untuk menciptakan manusia

sebagai cendekia.

D. Ruang Lingkup IPS


Menurut seorang ahli, dijelaskan bahwa yang menjadi ruang lingkup IPS adalah

manusia sebagai anggota masyarakat atau manusia dalam konteks sosial. Oleh
12
karenanya pembelajaran IPS tidak hanya menekankan pada aspek pengetahuan saja,

melainkan juga pembinaan peserta didik untuk mengembangkan dan menerapkan nilai-

nilai pengetahuan tersebut di tengah masyarakat. Nilai- nilai itu setenggang rasa dan

tepo sliro, kepedulian terhadap sesama dan lingkungan, disiplin, ketaatan, keteraturan,

etos kerja, dan lain-lain.

Penerapaan nilai-nilai pengetahuan dimulai dari lingkup yang paling kecil, misalnya

di dalam keluarga sampai pada lingkup global. Setiap lingkungan akan mempengaruhi

terhadap pembentukan kepribadian peserta didik atau individu. Keanekaragaman

kelompok masyarakat dengan karakternya yang berbeda-beda adalah contoh konkret

sebuah lingkungan yang mempengaruhi kepribadian seseorang. Oleh sebab itu

seseorang harus mampu menerapkan nilai-nilai IPS dalam segala macam lingkungan di

mana individu tersebut berada. Dalam lingkup yang lebih luas, peserta didik diharapkan

dapat menjadi warga negara yang baik, bertanggung jawab terhadap lingkungan.

joker888 Dari uraian tersebut dapat kita ketahui bahwa ruang lingkup IPS adalah semua

aspek hidup dan kehidupan seseorang di tengah-tengah masyarakatnya.

Di samping menguasai pengetahuan tenatang materi IPS, seseorang harus mampu

menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam pengetahuan yang telah mereka kuasai.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang dibelajarkan

di SMP/MTs. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang

berkaitan dengan isu sosial. Mapel IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

Ekonomi. Membelajarkan IPS secara terpadu hendaknya mempertimbangkan keempat

kajian tersebut. Materi esensial dari keempatnya di dapat dari

13
E. Tujuan Pembelajaran IPS

Tujuan yang dikemukakan di sini adalah tujuan yan mungkin dapat dicapai pendidikan

ilmu-ilmu sosial yang dikembangkan berdasarkan pemikiran filosofis keilmuan dan

kependidikan. Tujuan pendidikan ilmu-ilmu sosial yang dibahas disini pada hakikatnya

adalah pendidikan suatu disiplin ilmu. Dapat dikatakan tujuan pendidikan ilmu-ilmu

pengetahuan sosial adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menguasai disiplin

ilmu-ilmu sosial untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih tinggi.

Tujuan yang lebih tinggi terkandung makna bahwa tujuan yang harus dicapai pendidikan

ilmu-ilmu pengetahuan soaial lebih luas. Keluasan tujuan itu dapat dicapai mengingat

pendidikan ilmu-ilmu sosial adalah wahana pendidikan. Sebagai wahana pendidikan maka

kepedulian yang paling utama adalah kepentingan bangsa, masyarakat, dan pribadi siswa

dan oleh karena itu tujuan pendidikan ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu lainnya haruslah

dikaitkan dengan fungsinya sebagai wahana pendidikan.

Atas dasar pemikiran tersebut maka tujuan pendidikan ilmu-ilmu sosial dikelompokan

dalam tiga kategri yaitu pengembangan kemampuan intelektual siswa, pengembangan

kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa, serta

pengembangan diri siswa sebagai pribadi. Tujuan pertama berorientasi pada

pengembangan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan diri siswa dan

kepentingan ilmu, tujuan kedua berorientasi pada pengembangan diri siswa dan

kepentingan masyarakat, sedangkan tujuan ketiga lebih berorientasi pada pengembangan

pribadi siswa baik untuk kepentinagan dirinya, masyarakat maupun ilmu.

Pengembangan kemampuan intelektual adalah tujuan yang mengembangkan kemampuan

siswa dalam memahami disiplin ilmu sosial, kemampuan berpikir dalam disiplin ilmu-ilmu

sosial, serta kemampuan prosesual dalam mencari informasi, mengolah informasi, dan

mengkomunikasikan hasil temuan. Walaupun tujuan ini tidak dapat dilepaskan dari

14
pengembangan pribadi siswa, kepedulian utama dari tujuan dalam kategori ini ialah

kepentingan disiplin ilmu-ilmu sosial.

Pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial dapat disebut secara singkat

sebagai kemampuan sossial. Tujuan ini mengembangkan kemampuan dan tingkat tanggung

jawab siswa sebagai anggota masyarakat.oleh karena itu dalam tujuan ini dikembangka

pula kemampuannya, seperti berkomunikasi dengan anggota masyarakat lainnya, rasa

tanggung jawab sebagai warganegara dan warga dunia, kemampuan berpartisipasi dalam

kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dan bangsa. Termasuk dalam tujuan ini ialah

pengembangan pemahaman dan sikap positif siswa terhadap nilai, norma, dan moral yang

berlaku dalam masyarakat.

Tujuan yan mengembangkan kepribadian siswa berkenaan dengan pengembangan sikap,

nilai, norma, dan moral yang menjadi antara siswa. Kemauan untuk terus menerus

mengembangkan diri melalui belajar di jenjang pendidikan lebih lanjut maupun di luar

jalur pendidikan persekolahan, pembentukan kebiasaan positif untuk kehidupan

pribadinya, serta sikap positif terhadap diri untuk memacu perkembangan diri sebagai

pribadi, kemajuan masyarakat atau bangsa, dan juga ilmu pengetahuan, adalah tujuan yang

termasuk ke dalam kelompok tujuan pengembangan diri pribadi siswa.

IPS merupakan perpaduan mata pelajaran geografi, ekonomi, sejarah, antropologi,

sosiologi, politik, psikologi yang diberikan kepada anak-anak usia Sekolah Dasar (SD),

Sekolah Lanjut Menengah Pertama (SLTP), Sekolah Lanjut Tingkat Akhir (SLTA), dan

Perguruan Tinggi dengan perpaduan mata pelajaran IPS yang berbeda-beda sesuai dengan

kebutuhan dan tingikat usia peserta didik menjadi warganegara dan warga masyarakat

yang tahu akan hak dan kewajibannya, yang juga memiliki tanggung jawab atas

kesejahteraan bersama yang seluas-luasnya.

Sejarah munculnya IPS pertama kali di Amerika Serikat pada tahun 1916 dengan tujuan

15
mempersatukan negara bagain utara dan selatan menjadi satu Amerika. Masalah

perpecahan ini muncul karena adanya pembedaan ras kulit putih dan ras kulit hitam, selain

itu ras kulit hitam lebih sering dianggap budak oleh ras kulit putih, namun pada

kenyataannya ras kulit hitamlah yang telah memajuakan kondisi ekonomi disana. Karena

konflik tak kunjung reda, maka para sarjana di sana mendirikan sebuah lembaga yang

diberi nama NCSS (The National Council for The Social Studies) yang bertujuan untuk

memberikan pendidikan bagi warganegara sehingga membentuk good citizenship dan

warga negara yang cinta tanah air Di Indonesia sendiri IPS pertama kali muncul dalam

seminar Nasional tentang Civic Education tahun 1972 di Tawangmangu Solo Jawa

Tengah. Dalam laporan seminar tersebut, muncul 3 istilah dan digunakan secara bentukar

pakai yaitu:

1. Pengetahuan Sosial

2. Studi Sosial

3. Ilmu Pengetahuan Sosial

Pendidikan ilmu pengetahuan sosial juga memiliki tujuan yang lebih tinggi terkandung

makna bahwa tujuan yang harus dicapai pendidikan ilmu-ilmu pengetahuan soaial lebih

luas. Keluasan tujuan itu dapat dicapai mengingat pendidikan ilmu-ilmu sosial adalah

wahana pendidikan. Sebagai wahana pendidikan maka kepedulian yang paling utama

adalah kepentingan bangsa, masyarakat, dan pribadi siswa dan oleh karena itu tujuan

pendidikan ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu lainnya haruslah dikaitkan dengan fungsinya

sebagai wahana pendidikan.

Atas dasar pemikiran tersebut maka tujuan pendidikan ilmu-ilmu sosial dikelompokan

dalam tiga kategri yaitu pengembangan kemampuan intelektual siswa, pengembangan

kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa, serta

pengembangan diri siswa sebagai pribadi. Tujuan pertama berorientasi pada

16
pengembangan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan diri siswa dan

kepentingan ilmu, tujuan kedua berorientasi pada pengembangan diri siswa dan

kepentingan masyarakat, sedangkan tujuan ketiga lebih berorientasi pada pengembangan

pribadi siswa baik untuk kepentinagan dirinya, masyarakat maupun ilmu.

Ranah kognitif didasarkan pada taksonomi bloom. Tujuan kognitifadalah, tujuan yang

berkenaan dengan ingatan dan pengenalan kembali pengetahuan, perkembangan

kemampuan intelektual dan keterampilan intelektua. Dengan demikian tujuan kognitif

pembelajaran IPS lebih mengarah kepada tujuan memperoleh pengetahuan, pemahaman,

intelegensi, dan keterampilan berpikir siswa.

Sedangakan tujuan ranah afektif pembelajaran IPS adalah menekankan pada perasaan

emosi, dan derajatpenerimaan atau penolakan siswa terhadap materi pembelajaran IPS yang

diberikan. Yang termasuk tujuan afektif: penerimaan, jawaban dan sambutan, penghargaan,

pengorganisasian, karakteristik nilai.

Tujuan ranah psikomotorik dapat dikelompokan pada tujuh kelompok besar, yakni:
Penginderaan, Kesiapan bertindak, Respon atau sambutan terbimbing, Mekanisme atau
tindakan yang otomatis, Keterampilan yang dilakukan secara hati-hati, Adaptasi

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ide IPS berasal dari literatur pendidikan Amerika Serikat. Nama asli IPS di Amerika Serikat
adalah social studies. Istilah tersebut pertama kali digunakan sebagai nama sebuah lembaga
yang diberi nama committee of social studies.
Lembaga ini merupakan himpunan tenaga ahli yang berminat pada kurikulum ilmu-ilmu
sosial di tingkat sekolah dan ahli-ahli ilmu sosial yang mempunyai minat yang sama. Nama
lembaga ini kemudian dipergunakan untuk nama kurikulum yang mereka hasilkan, yakni
kurikulum social studies. Nama social studies makin terkenal ketika pemerintah mulai
memberikan dana untuk mengembangkan kurikulum tersebut. Kurikulum tersebut ahirnya
dikembangkan dengan nama kurikulum social studies. Di Indonesia social studies dikenal
dengan nama studi sosial. Dalam Kurikulum 1975, pendidikan ilmu sosial kemudian
ditetapkan dengan nama Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS merupakan sebuah mata
pelajaran yang dipelajari dari tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi
pada jurusan atau progrsam studi tertentu.
Istilah IPS pertama kali muncul dalam Seminar Nasional tentang Civic Education tahun
1972 di Tawamangu, Solo.
B. Saran

Mata kuliah ini sangat penting untuk calon guru, sehingga penulis berharap agar dosen juga
mengarahkan apabila dalam pemaparan isi dan lainnya kami melakukan kesalahan

18
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Rifki. (2011). Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPS di Sekolah
Dasar. Jurnal Pedagogia, Vol. 1 (1),

Ahmadi, Abu. 1991. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.

Astawa, Ida Bagus Made. 2017. Pengantar Ilmu Sosial. Depok: Rajagrafindo Persada

Cheppy HC. tt. Strategi Ilmu Pengetahuan Sosial. Surabaya: Karya Anda. Fatimah, Siti.
2015. Pembelajaran IPS. Padang: UNP.

Hartomo dan Arnicum Aziz. 1990. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Sapriya. 2017. Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sapriya. (2008). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Laboratorium PKn UPI.

Sumaatmadja, Nursid. 1986. Pengantar Studi Sosial. Bandung: Alumni.

Supardi. 2011. Dasar-dasar Ilmu Sosial. Ombak: Yogyakarta.

Rusdi, Muhammad. Dkk. 1983. Pengantar Ilmu Pengetahuan Sosial.


Surabaya: Tim IPS FPIS IKIP Surabaya.

Sumaatmadja, Nursid. 1980. Metodologi Pembelajaran IPS. Bandung: PT.Alumni.

Sapriya, Sadjaruddin & Susilawati. (2007). Konsep Dasar IPS. Bandung: Laboratorium
Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan PKn FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia

19

Anda mungkin juga menyukai