MAKALAH
Oleh :
PAI III B
20.11.0101.0037
Dosen Pembimbing
TANJUNG REDEB
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Karena rahmat serta
hidayahnya sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyusun makalah yang
berjudul “Sosiologi Pendidikan” ini dengan baik dan tepat waktu. Shalawat serta
salam dicurahkan kepada rasulullah shallahualaihiwasallam yang mengantarkan
manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini.
Dalam penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna,
maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Apabila sewaktu pembaca
menemukan kata-kata yang kurang berkenan, penulis meminta maaf yang sebesar
besarnya kepada pembaca. Terimakasih atas perhatian dan waktunya dan penulis
berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca.
i
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1. Latar Belakang Masalah................................................................................1
2. Rumusan Masalah.........................................................................................2
3. Tujuan Penulisan Makalah............................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
1. SOSIOLOGI................................................................................................4
1.1 Definisi Sosiologi..................................................................................4
1.2 Objek Sosiologi dan Orientasi Sosiologi...............................................5
1.3 Ciri-ciri dan Hakikat Sosiologi..............................................................6
1.4 Pembagian Cabang-cabang Sosiologi....................................................7
1.5 Pendekatan, Fungsi, Tujuan, Metode Penelitian dan Perspektif
Sosiologi...........................................................................................................8
1.6 LAHIRNYA SOSIOLOGI..................................................................13
1.7 MASYARAKAT SEBAGAI SISTEM SOSIAL YANG DINAMIS..18
2. Sosiologi Pendidikan.................................................................................20
2.1 Pengertian Sosiologi Pendidikan.........................................................20
2.2 Objek Sosiologi Pendidikan................................................................21
2.3 Sejarah Sosiologi Pendidikan..............................................................22
2.4 Tokoh-Tokoh Sosiologi Pendidikan....................................................24
2.5 Kapan Lahirnya Sosiologi Pendidikan................................................26
3. SOSIOLOGI PENDIDIKAN ISLAM.....................................................28
3.1 Pengertian sosiologi pendidikan islam................................................28
3.2 Latar belakang Munculnya Sosiologi Pendidikan Islam.....................29
3.3 Tujuan Sosiologi Pendidikan Islam.....................................................30
3.4 Pendekatan- Pendekata Dalam Kajian Sosiologi Pendidikan Islam....33
4. SOSIOLOGI MENURUT IBNU KHALDUN........................................35
ii
4.1 Biogragfi Ibnu Khaldun.......................................................................35
4.2 Perjalanan Intelektual Ibnu Khaldun...................................................35
4.3 Mukaddimah karya Ibnu Khaldun Ibn Khaldun menghimpun aliran
sosiologinya dalam karyanya Mukaddimah...................................................37
4.4 Beberapa Pemikiran Ibnu Khaldun......................................................38
5. PERBANDINGAN ANTARA SOSIOLOGI PENDIDIKAN IBNU
KHALDUN DAN IBNU SINA........................................................................44
5.1 IBNU KHALDUN...............................................................................44
5.2 Karya-karya Ibnu Khaldun..................................................................44
5.3 Pendidikan islam menurut Ibnu Khaldun............................................45
5.4 Biografi Ibnu Sina................................................................................48
5.5 Karya-karya Ibnu Sina.........................................................................48
5.6 Pendidikan islam menurut Ibnu Sina...................................................50
5.7 Tujuan Pendidikan...............................................................................61
6 SOSIOLOGI PERKOTAAN DAN PEDESAAN...................................62
6.1 Pengertian Sosiologi dan Masyarakat..................................................62
6.2 Masyarakat Perkotaan..........................................................................63
6.3 Definisi dan pembahasan modernisasi.................................................63
6.4 Masyarakat Pedesaan...........................................................................64
6.5 Hubungan Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan.................................65
BAB III..................................................................................................................67
PENUTUP..............................................................................................................67
1. Kesimpulan.................................................................................................67
2. Saran............................................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................70
BIODATA DIRI....................................................................................................71
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Di dalam proses tersebut setiap orang mempelajari orang lain baik secara
langsung maupun tidak langsung. Maka dari itu sosiologi pendidikan tidak lepas
dari hubungan antara individu sebagai aktor yang mempelajari lingkungan
sosialnya. Dalam studi sosiologi pendidikan yang memadai mencakup pengertian
individu dan lingkungan sosialnya, dimana individu dan lingkungan sosialnya tadi
tidaklah berdiri sendiri-sendiri, tetapi terjalinlah hubungan timbal balik antara
keduanya. Tingkah laku individu dari semenjak lahir sampai meninggal dunia
adalah terus-menerus dikondisikan oleh kebudayaan masyarakat, maka sosiologi
pendidikan tidak hanya bersasaran khusus kepada lembaga-lembaga atau medan
pendidikan yang formalseperti sekolah tetapi harus meliputi juga lembaga-
lembaga yang lain misalnya keluarga, kelompok permainan, lembaga-lembaga
agama dan media-media lain.
1
2
2. Rumusan Masalah
1. Apa itu Sosiologi ?
2. Apa itu Sosiologi Pendidikan ?
3. Apa itu Sosiologi Pendidikan Islam ?
4. Siapa itu Ibnu Khaldun ?
5. Bagaimana pemikiran Ibnu Khaldun terhadap pendidikan islam?
6. Siapa itu Ibnu Sina?
7. Dan apa itu sosiologi perkotaan dan pedesaan?
3
PEMBAHASAN
1. SOSIOLOGI
Sosiologi berasal dari bahasa Latin socius yang artinya kawan dan logos
yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi, sosiologi ialah ilmu pengetahuan yang
mempelajari hubungan antara teman dan teman, yaitu hubungan antara seorang
dengan seorang, seorang dengan golongan maupun golongan dengan golongan.
Dalam perumusan ini terdapat perkataan hubungan antara teman dengan teman.
Pengertian teman di sini berbeda dengan pengertian seharihari yang biasa kita
pakai. Pengertian teman di sini ialah bahwa di dalamnya termasuk pengertian
kawan dan lawan.
4
5
formula. Termasuk dalam metode ini adalah metode statistik di mana gejala-gejala
masyarakat dianalisis.
Di samping metode-metode di atas, masih ada beberapa metode lain sebagai
berikut.
1) Metode empiris, yaitu suatu metode yang mengutamakan
keadaankeadaan nyata di dalam masyarakat.
2) Metode rasional, yaitu suatu metode yang mengutamakan penalaran dan
logika akal sehat untuk mencapai pengertian tentang masalah
kemasyarakatan.
3) Metode deduktif, yaitu metode yang dimulai dari hal-hal yang berlaku
umum untuk menarik kesimpulan yang khusus.
4) Metode induktif, yaitu metode yang mempelajari suatu gejala khusus
untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum.
5) Metode fungsional, yaitu metode yang dipergunakan untuk menilai
kegunaan lembaga-lembaga sosial masyarakat dan struktur sosial
masyarakat.
1.2.4 Perspektif Sosiologi dan Hubungan Sosiologi Dengan Ilmu Lain
Untuk mempelajari sesuatu di masyarakat sebaiknya dimulai dengan
membuat asumsi tentang sifat-sifat objek yang akan dipelajari. Asumsi ini disebut
perspektif atau paradigma, yaitu suatu cara memandang atau cara memahami
gejala tertentu menurut keyakinan kita. Di dalam sosiologi terdapat beberapa
perspektif, yaitu sebagai berikut.
a. Perspektif Interaksionis
Memusatkan perhatian terhadap interaksi antara individu dengan kelompok,
terutama dengan menggunakan simbol-simbol, antara lain tanda, isyarat, dan kata-
kata baik lisan maupun tulisan.
b. Perspektif Evolusionis
Paradigma utama dalam sosiologi yang memusatkan perhatian pada pola
perubahan dan perkembangan yang muncul dalam masyarakat yang berbeda untuk
mengetahui urutan umum yang ada.
c. Perspektif Fungsionalis
12
a. Solidaritas Mekanis
Tipe solidaritas yang didasarkan atas persamaan. Bisa dijumpai pada
masyarakat yang masih sederhana dan mempunyai struktur sosial yang
bersifat segmenter. Struktur sosial terdiri atas segmensegmen yang homogen
dan kurang menunjukkan keterpaduan. Dalam masyarakat ini, semua
anggotanya mempunyai kesadaran kolektif yang sama. Apabila satu segmen
hilang maka kehilangan ini boleh dikatakan tidak berpengaruh terhadap
keseluruhan struktur masyarakat.
b. Solidaritas Organis
Merupakan sistem terpadu dalam organisme yang didasarkan atas
keragaman fungsi-fungsi demi kepentingan keseluruhan. Setiap organ
memiliki ciri-cirinya masing-masing yang tidak dapat diambil alih oleh
organ yang lain. Dalam masyarakat solidaritas organis terdapat saling
ketergantungan yang besar sehingga mengharuskan adanya kerja sama.
5. Max Weber (1864 - 1920)
Max Weber berpendapat bahwa metode-metode yang digunakan dalam
ilmu-ilmu alam tidak dapat diterapkan begitu saja pada masalahmasalah yang
dikaji dalam ilmu-ilmu sosial. Menurut beliau, karena para ilmuwan sosial
mempelajari dunia sosial di mana mereka hidup, tentu ada hal-hal yang subjektif
dalam penelitian mereka. Oleh karena itu, sosiologi seharusnya ”bebas - nilai”
(value free), tidak boleh terdapat bias yang mempengaruhi penelitian dan hasil-
hasilnya. Ia menyebutkan bahwa sosiologi ialah ilmu yang berupaya memahami
tindakan sosial. Dalam analisis yang dilakukan Weber terhadap masyarakat,
konflik menduduki tempat sentral. Konflik merupakan unsur dasar kehidupan
manusia dan tidak dapat dilenyapkan dari kehidupan budaya. Manusia dapat
mengubah sarana, objek, asas-asas, atau pendukung-pendukungnya, tetapi tidak
dapat membuang konflik itu sendiri.
Konflik terletak pada dasar integrasi sosial maupun perubahan sosial. Hal
ini terlihat paling nyata dalam politik dan dalam persaingan ekonomi. Max Weber
adalah seorang ilmuwan yang produktif dan berhasil menulis sejumlah buku.
Salah satu bukunya yang terkenal adalah The Protestant Ethic and the Spirit of
Capitalism. Ia mengemukakan pendapatnya yang terkenal mengenai keterkaitan
18
2. Sosiologi Pendidikan
2.1 Pengertian Sosiologi Pendidikan
Sosiologi pendidikan terdiri dari dua kata, sosiologi dan pendidikan.
Keduanya secara etimologi tentu berbeda maksudnya, tetapi dalam sejarah
kehidupan manusia yang selalu bersentuhan dengan proses pendidikan kedua
istilah ini menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, artinya sosiologi
dalam arti masyarakat membutuhkan pendidikan dan sebaliknya pendidikan juga
membutuhkan masyarakat.Persoalan-persoalan pendidikan bisa diselesaikan
dengan menggunakan pendekatan sosiologis dan sebaliknya persoalan-persoalan
sosial juga bisa diselesaikan dengan menggunakan pendekatan pendidikan. Kata
sosiologi pendidikan merupakan dua kata yang integral dalam pengetahuan ilmiah
ilmu pendidikan dan mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan usaha-usaha
pencapaian tujuan pendidikan secara universal.
Sosiologi pendidikan menurut Dictionary of sociology adalah sosiologi
yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang
fundamental (Ary H. Gunawan, 2000: 45). George Payne, menjelaskan bahwa
sosiologi pendidikan ialah studi yang komprehensif tentang segala aspek
pendidikan dari segi ilmu sosiologi yang diterapkan. Bagi Payne sosiologi
pendidikan tidak hanya meliputi segala sesuatu dalam bidang sosiologi yang dapat
bertalian dengan proses belajar dan sosialisasi, akan tetapi juga segala sesuatu
dalam pendidikan yang dapat dikenakan analisis sosiologis.
Tujuan utamanya adalah memberikan guru-guru, para peneliti dan orang
lain yang menaruh perhatian akan pendidikan latihan yang serasi dan efektif
dalam sosiologi yang dapat memberikan sumbangannya kepada pemahaman yang
lebih mendalam tentang pendidikan. (George Payne dalam Nasution, 1994: 4)
Lebih lanjut dijelaskan bahwa sosiologi pendidikan adalah ilmu yang berusaha
untuk mengetahui cara-cara individu agar lebih baik.
Pengertian lain tentang sosiologi pendidikan disampaikan oleh F. G.
Robins dan Brown bahwa sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang
bertugas menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan.. Sosiologi
pendidikan adalah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-
hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta
21
Pola interaksi sosial dan struktur masyarakat sekolah, yang antara lain
meliputi berbagai hubungan antara berbagai unsur di sekolah,
kepemimpinan dan hubungan kekuasaan, stratifikasi sosial dan pola
interaksi informal dan lain sebagainya
Pengaruh sekolah terhadap perilaku dan kepribadian semua pihak di sekolah/
lembaga pendidikan, meliputi :
Peranan sosial guru-guru/tenaga pendidikan
Hakekat kepribadian guru/tenaga pendidikan
Pengaruh kepribadian guru/tenaga pendidikan terhadap kelakuan
anak/peserta didik
Fungsi sekolah/lembaga pendidikan dalam sosialisasi murid
Sekolah dalam masyarakat, meliputi :
Pengaruh masyarakat atas organisasi sekolah
Analisis proses pendidikan yang terdapat dalam sistem sosial dalam
masyarakat luar sekolah
Hubungan antar sekolah dan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan.
Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam masyarakat berkaitan dengan
organisasi sekolah.
2.3 Sejarah Sosiologi Pendidikan
Sosiologi lahir sejak manusia bertanya tentang masyarakat, terutama
tentang perubahannya. Ratusan tahun sebelum masehi, pertanyaan tentang
perubahan masyarakat sudah muncul. Namun, sosiologi dalam pengertian sebagai
ilmu yang mempelajari masyarakat baru lahir belasan abad kemudian
Perkembangan Awal
apalagi menentukan apa yang terjadi pada masyarakat. Pertanyaan (mengapa bisa
begini atau mengapa bisa begitu) dan pertanggungjawaban ilmiah (buktinya ini
atau itu) tentang perubahan masyarakat belum terpikirkan pada masa itu.
Sosiologi modern berakar pada karya para penikir Abad Pencerahan, pada
abad ke-17 M. abad itu ditandai oleh beragam penemuan di bidang ilmu
pengetahuan. Derasnya perkembangan ilmu pengetahuan membawa pengaruh
terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat. Pandangan itu harus juga
berciri ilmiah. Artinya, perubahan yang terjadi di dalam masyarakat harus dapat
dijelaskan secara masuk akal (rasional), berpedoman pada akal budi manusia.
Caranya dengan menggunakan metode ilmiah. Francis Bacon dari Inggris, Rene
Descartes dari Prancis, dan Wilhelm Leibnitz dari Jerman merupakan sejumlah
pemikir yang menekankan pentingnya metode ilmiah untuk mengamati
masyarakat
1. Tahap Teologis. Pada tahap ini orang lebih suka dengan pertanyaan yang
tidak dapat dipecahkan, yaitu tentang hal-hal yang tidak data diamati.
3. Tahap Positif. Pada tahap ini, manusia mulai mencari jawaban yang tidak
bersifat mutlak, dengan mempertanyakan kaitan statis serta dinamis dari
gejala-gejala yang muncul.
1. Kaum borjuis (kaum kapitalis), adalah kelas yang terdiri dari orang-orang
yang menguasai alat-alat produksi dan modal.
2. Kaum proletar, adalah kelas yang terdiri dari orang-orang yang tidak
mempunyai alat produksi dan modal sehingga di eksploitasi untuk
kepentingan kaum kapitalis.
Tahap-tahap dalam proses evolusi social dengan tipe-tipe masyarakat, dibagi oleh
Spencer menjadi 3 bagian, yaitu:
Sosiologi Pendidikan Islam terdiri dari tiga kata, yaitu Sosiologi yang
diartikan sebagai “Ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial,
terutama di dalamnya perubahan-perubahan sosial”
Sedangkan pendidikan berasal dari kata didik , lalu kata ini mendapat
awalan pe dan akhiran an sehingga menjadi .pendidikan, yang artinya proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia, melalui upaya pengajaran dan pelatihan atau proses
perbuatan cara mendidik.
Pendidikan formal di sekolah tidak akan pernah lepas dari campur tangan
guru. Guru merupakan seorang administrator, informator, konduktor, dan
sebagainya, yang diharuskan memiliki kelakuan dan kandas yang sesuai dengan
harapan masyarakat. Sebagai pendidik dan pembangun generasi, seorang guru
diharapkan memiliki tingkah laku yang bermoral tinggi yang dapat ditiru dan
dijadikan tauladan bagi para siswa demi masa depan bangsa dan Negara.
Ada tiga komponen yang harus dibaca dalam pendidikan islam, yaitu;
Hubungan antara pendidikan islam dan agama islam dapat digambarkan dalam
pokok-pokok sebagai berikut:
Pada intinya, individu adalah manusia yang tidak hanya memiliki peranan
khas dan lingkungan sosialnya, maliankan juga mempunyai kepribadian serta pola
34
tingkah laku spesifik dirinya, karena dalam diri individu manusia mempunyai tiga
aspek, yaitu apek organik jasmani, aspek psikis rohaniah dan aspek sosial
kebersamaan. Ketiga aspek tersebut saling mempengaruhi dan keguncangan pada
satu aspek akan membawa akibat pada aspek yang lain
Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih, individu
manusia dimana kalakuan individu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki
kelakuan individu lainnya atau sebaliknya. Definidi ini menekankan pada
hubunagn timbak balik interaksi sosial antara dua atau lebih manusia. Interaksi
sosial dilakukan dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan afeksi atau cinta
kasih, kkebutuhan inklusi atau mendapatkan kepuasan dan mempertahankan serta
memenuhi kebutuhan kontrol. Beberapa faktor yang melatarbelakangi tejadinya
interaksi adalah adanya imitasi, sugesti, identifikasi, simpati dan motivasi.
35
Ibnu Khaldun mempelajari ilmu pada sejumlah guru, yang terpenting adalah:
Abu Abdillah Muhammad bin al-Arabi al-Hashasyiri, Abu al-Abbas Ahmad bin
al-Qushshar, dan guru lainnya. Ia mempunyai kecerdasan yang cemerlang,
sehingga banyak yang mengatakan bahwa Ibnu Khaldun adalah seorang
Ensiklopedis (kamus berjalan).
Setelah menginjak dewasa, Ibnu Khaldun aktif dalam kegiatan politik yang
mengantarkannya menduduki posisistrategis. Khaldun muda oleh Sultan Abu
Inan dari Fez, Maroko mendapatkan kepercayaan untuk menjadi sekretarisnya,
padahal waktu itu usianya masih 20 tahun. Dia menetap di Maroko antara tahun
1354 sampai 1362 dan akhirnya meninggalkan Afrika Utara menuju Granada,
Spanyol pada tanggal 26 Desember 1362.
4.3 Mukaddimah karya Ibnu Khaldun Ibn Khaldun menghimpun aliran sosiologinya
dalam karyanya Mukaddimah.
Pikiran-pikiran Ibn Khaldun sangat luas. Dia memahami masyarakat dalam
segala totalisnya, dia menunjukkan segala fenomena untuk bahan studinya. Dia
mencoba untuk memahami gejala-gejala itu dan menjelaskan hubungan
kausalitas (sebab akibat) di bawah sorotan sinar sejarah. Dia mensistematik
proses peristiwa-peristiwa dan kaitannya dalam suatu kaidah sosial yang umum.
Diantara beberapa keunggulan dari Mukaddimah karya Ibn Khaldun sebagai
berikut:
c. Ibnu Khaldun merupakan pengasas ilmu peradaban atau falsafat sosial. Pokok
bahasannya ialah kesejahteraan masyarakat manusia dan kesejahteraan sosial.
Dalam karya Mukaddimah ini, Ibnu Khaldun membagi topik kedalam 6 fasal
besar, yaitu:
1. Tentang masyarakat manusia secara keseluruhan dan jenis-jenisnya
dan perimbangannya dengan bumi, “Ilmu Sosiologi Umum”.
2. Tentang masyarakat pengembara dengan menyebut kabilah-kabilah
dan etnis yang biadab, “Sosiologi Pedesaan”.
3. Tentang negara, khilafah dan pergantian sultan-sultan, “Sosiologi
Politik”
4. Tentang masyarakat menetap, negeri-negeri dan kota, “Sosiologi
Kota”.
5. Tentang pertukangan, kehidupan, penghasilan dan aspek-aspeknya,
“Sosiologi Industri”.
6. Tentang ilmu pengetahuan, cara memperolehnya dan
mengajarkannya, “Sosiologi Pendidikan”.
Ibnu Khaldun menyatakan bahwa ilmu ini merupakan kumpulan dari segala
ilmu pengetahuan, termasuk di antaranya ilmu sosiologi. Al-Umrân mempunyai
makna luas, meliputi seluruh aspek aktifitas kemanusiaan, di antaranya frame
geografi peradaban, perekonomian, sosial, politik, dan ilmu pengetahuan.
Maksud dari al-umrân dalam kerangka pemikiran Ibnu Khaldun adalah ilmu
metodologi umum yang membahas tentang dasar-dasar peradaban, dan
dengannya, tercapai puncak peradaban bumi. Secara natural, menurut Ibn
Khaldun, manusia membutuhkan interaksi dalam menumbuhkan peradaban,
karena menurutnya manusia secara tabiat adalah makhluk sosial. Oleh karena itu,
manusia harus berkumpul, karena hal ini merupakan karakteristik kesosialannya.
39
Hal seperti ini mengandung makna esensial dari sebuah peradaban. Pertemuan
sangat urgen bagi kehidupan manusia. Tanpa pertemuan, keberadaannya tidak
sempurna. Tuhan berkeinginan memakmurkan bumi ini oleh mereka semua dan
memberikan khilafahnya hanyalah kepada mereka.
bangsa Arab menurut Ibnu Khaldun mampu merebut kekuasaan dari pihak lain
dengan ‘ashabiyahnya. Namun, kekuasaan ini cepat lepas karena kondisi mereka
yang berpindah-pindah. Padahal, kekuasaan itu bisa dipertahankan melalui
dukungan solidaritas dari golongannya yang terus membantu dan membelanya
dalam setiap waktu. Hal ini sulit diperoleh karena setiap waktu, sebagai
penggembala, mereka dituntut untuk berkelana.
sekuler an sich. Contoh formulasi yang kedua ini adalah negeri Saba’. Sebelum
Islam datang, Arab merupakan komunitas badui yang terbelakang dan tidak
diperhitungkan dalam peradaban dunia.
Tradisi ini dirintis oleh Ibnu Khaldun, yang kemudian dikembangkan oleh
generasi sesudahnya, termasuk di antaranya Arkaun dan Nashr Hamid Abu
Zaid.10 Dalam wacana hermeneutika, sebuah tradisi akan mati, kering dan
mandeg jika tidak dihidupkan secara terus-menerus melalui penafsiran ulang
sejalan dengan dinamika sosial. Sebagai seorang sosiolog yang juga pemerhati
sejarah, Ibnu Khaldun menganjurkan untuk memahami sejarah, sebagai substansi
dan kondisi pelaku sejarah tersebut.
Hermeneutika terdiri dari tiga elemen pokok, yaitu: pengarang, teks dan
pembaca. Ketiganya mempunyai dunia tersendiri, sehingga harus terjalin
hubungan yang dinamis, dialogis dan terbuka. Ada interaksi yang saling terkait
antara ketiganya. Di satu sisi seorang pembaca ketika berhadapan dengan teks,
hasil yang ia peroleh tergantung pada keberaniannya mengenali arti dan muatan
teks. Sedangkan di sisi lain, pembaca dituntut untuk mengenali lebih jauh
terhadap pribadi pengarang sehingga mampu menangkap aspirasi yang ada dalam
nurani pengarang secara keseluruhan. Sering pembaca menarik benang merah
yang tidak sesuai dengan pesan pengarang, karena kurang memahami maksud
pengarang.
43
Sedangkan dalam filsafat sejarah Ibnu Khaldun, struktur ini terdiri: pelaku
sejarah, substansi sejarah dan pembaca sejarah. Seorang pembaca sejarah harus
menguasai kaidah dalam periwayatan sejarah, karakteristik pelaku sejarah, tabiat
yang ada, problematika perpecahan umat dan sebagainya. Hal ini agar sejarah
yang dibacanya dapat dipahami secara utuh dan terhindar dari keterputusan mata
rantai generasi. Ketiganya harus saling berkaitan dan tidak mungkin
meninggalkan salah satunya. Menurutnya, seorang ahli sejarah ketika menerima
riwayat atau memaparkan suatu peristiwa harus memahami fenomena dan kondisi
sosial masyarakat pada waktu itu. Sebab, sejarah pada masa lalu tidak mungkin
terulang, demikian halnya dengan prestasi-prestasi sejarah yang terjadi. Kalaupun
seseorang ingin memahami substansi sejarah, berarti harus menafsirkan sejarah
berikut kondisi sosial yang ada. Sejarah menurutnya terdiri dari dua unsur, yaitu:
pertama, unsur keabsahan riwayat (tarikh dzahir) dan kedua, unsur sosiologis
(tarikh batin).
44
Menurut Ibnu Khaldun Ilmu itu ada dua macam; pertama ilmu yang
menjadi tujuan (ulumun maqsudan bidzatiha) seperti ilmu-ilmu syariah dan kedua
ilmu alat atau pelantara untuk memahami ilmu pertama, seperti ilmu bahasa, ilmu
hitung, ilmu ushul fiqh, ilmu logika dan lain-lain.
Tujuan pendidikan menurut Ibnu Khaldun ada enam tujuan pendidikan, yaitu :
Ibnu Khaldun menganjurkan agar para guru bersikap dan berprilaku penuh
kasih sayang kepada peserta didiknya, mengajar mereka dengan sikap lembut dan
saling pengertian, tidak menerapkan prilaku keras dan kasar sebab sikap demikian
dapat membahayakan peserta didik, bahkan dapat merusak mental mereka. Peserta
didik yang diperlakukan secara kasar akan berlaku bohong, malas, bicara kotor
dan penuh kepura-puraan, karena didorong rasa takut dimarahi guru atau takut
dipukul.
Ibnu Sina wafat pada usia 58 tahun, tepatnya pada tahun 1037 M
diHamadan, Iran, karena penyakit maag yang kronis. Beliau wafat ketikasedang
mengajar di sebuah sekolah.
Karyanya dalam bidang ilmu kedokteran. Buku yang terbagi atas 3 jilid
ini pernah menjadi satu-satunya rujukan dalam bidang kedokteran di Eropa
selama lebih kurang lima abad. Buku ini merupakan iktisar pengobatan Islam dan
diajarkan hingga kini di timur. Buku ini di telah diterjemahkan ke bahasa Latin.
2. Kitab Ash-Shifa’
Sebuah karya kitab dalam bidang filsafat. Kitab ini antara lain berisikan
tentang uraian filsafat dengan segala aspeknya, dan karena sangat lus
cakupannya, maka bermunculan nama-nama terjemahan yang dilakukan oleh
para ahli terhadap hasil karya filsafat Ibn Sina ini. Karya ini merupakan titik
puncak filsafat parapatetik dalam Islam.
3. Kitab An-Najat.
Sebuah karya kitab dalam bidang ilmu fisika. Buku ini ditulis dalam bahasa
Arab dan masih tersimpan dalam berbagai perpustakaan di Istanbul,
penerbitannya pertama kali dilakukan di Kairo pada tahun 1910 M, sedangkan
terjemahannya dalam bahasa Yahudi dan Latin masih terdapat hingga sekarang.
5. Kitab Lisanu al-‘Arab.
Kitab ini merupakan hasil karyanya dalam bidang sastra Arab. Kitab ini
berjumlah mencapai 10 jilid. Menurut suatu informasi menjelaskan bahwa buku
ini Ibn Sina susun sebagai jawaban terhadap tantangan dari seorang pujangga
sastra bernama Abu Manshur al- ubba’I di hadapan Amir ‘Ala ad-Daulah di
Ishfaha.
6. Kitab Al-Isharat wa al-Tanbihat,
Ibnu Sina menegaskan tahap awal pendidikan anak adalah pendidikan akhlak.
Ibnu Sina menggunakan istilah Ta’dib bagi menjelaskan kepentingan pendidikan
akhlak yang bersifat definsif iaitu sebelum kanak-kanak ini berhadapan dengan
tingkahlaku yang tidak baik dan kecenderungan yang buruk ( al-akhlak al-
laimah ). Ini sesudah tentu dalam kontek pergaulan dengan rakan sebaya dan lain-
lain. Alasan Ibnu Sina dalam konteks ini ialah biasanya kanak-kanak itu cepat
boleh terpengaruh dengan bentuk-bentuk akhlak yang buruk atau tabiat yang tidak
baik.
Mereka juga katanya belum tahu tentang nilai dan perbezaan baik-buruk dan
belum tahu untuk mengelak darinya. Justeru itu adalah lebih berfaedah kepada
mereka sendiri supaya senantiasa berjauhan dari bentuk-bentuk berkenaan. Inilah
pendekatan definsif yang ditekankan oleh Ibnu Sina pada tahap awal ini.
Dalam akhlak, Ibnu Sina berpendapat bahwa siapa yang akan membimbing
orang lain, haruslah terlebih dahulu dapat membimbing dirinya sendiri, kerana
dirinya itulah yang terdekat kepadanya, paling mulia dan paling perlu mendapat
perhatian. Bahkan mengendalikan diri itu lebih susah daripada mengendalikan
orang lain. Sehingga siapa yang sanggup mengendalikan dirinya dengan sebaik-
baiknya, tidak akan susah mengatur suatu bandar, malah suatu negara.
Kekuatan jiwa ada tiga, yaitu syahwat, marah (ghadhab) dan akal, yang
merupakan tiga kehinaan (razilah). Tetapi ketiga macam keluruhan/kekuatan ini,
terdapat keluruhan yang disebut keadilan, yaitu yang menghimpunkan segala
macam keluruhan itu. Ketika melengkapkan setiap kumpulan itu dengan cabang-
51
Menurut Ibnu Sina fungsi pendidikan dapat dilihat dari dua bentuk, yakni:
Selain itu tujuan pendidikan yang dikemukakan Ibnu Sina tersebut tampak
didasarkan pada pandangannya tentang Insan Kamil (manusia yang sempurna),
yaitu manusia yang terbina seluruh potensi diinya secara seimbang dan
menyeluruh. Selain harus mengenbangkan potensi dan bakat dirinya secara
optimal dan menyeluruh, juga harus mampu menolong manusia agar eksis dalam
melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di masyarakat.
sebagai alat mempertemukan kedua pihak sehingga anak didik dapat mewujudkan
bakatnya secara optimal dean belajar menyumbangkan jasanya untuk
meningkatkan mutu kehidupan dalam masyarakatnya.
Mengenai mata pelajaran olah raga, Ibnu Sina memiliki pandangan yang
banyak dipengaruhi oleh pandangan psikologisnya. Dalam hubungan ini Ibnu Sina
menjelaskan ketentuan dalam berolahraga yang disesuaikan dengan tingkat
perkembangan usia anak didik serta bakat yang dimilikinya. Dengan cara
demikian dapat diketahui dengan pasti mana saja diantara anak didik yang perlu
diberikan pendidikan olahraga sekedarnya saja, dan mana saja diantara anak didik
yang perlu dilatih olah raga lebih banyak lagi. Ibnu Sina lebih lanjut memperinci
tentang mana saja olahraga yang memerlukan dukungan fisik yang kuat serta
keahlian dan mana saja olahraga yang tergolong ringa, cepat, lambat, memerlukan
peralatan dan sabagainya. Menurutnya semua jenis olahraga ini disesuaikan
dengan kebutuhan bagi kehidupan anak didik. Dari sekian banyak olahraga,
menurut Ibnu Sina yang perlu dimasukan kedalam kurikulum adalah olahraga
kekuatan, gulat meloncat, jalan cepat, memanah, berjalan dengan satu kaki dan
mengendarai unta.
hendak bangun kembali. Dengan cara demikian, dapat diketahui mana saja anak
yang telah dapat menerapkan hidup sehat, dan mana saja anak yang
berpenampilan kotor dan kurang sehat. Selanjutnya kurikulum untuk usia 6
sampai 14 tahun menurut Ibnu Sina adalah mencakup pelajaran membaca dan
menghafal Al-Qur’an, pelajaran agama, pelajaran sya’ir dan pelajaran olah raga.
Hikmahnya :
2. khawatir kalau anak-anak tidak terus belajar lalu keluar sebelum sampai
membaca/ menghafal al-qur’an. Akhirnya anak-anak tidak mengenal al-
qur’an sama sekali.
Selanjutnya kurikiulum untuk usia 14 tahun ke atas menurut Ibnu Sina mata
pelajaran yang diberikan amat banyak jumlahnya, namun pelajaran tersebut perlu
dipilih sesuai dengan bakat dan minat si anak. Ini menunjukkan perlu adanya
pertimbangan dengan kesiapan anak didik. Dengan cara demikian, si anak akan
memiliki kesiapan untuk menerima pelajaran tersebut dengan baik. Ibnu Sina
menganjurkan kepada para pendidikagar memilihkan jenis pelajaran yang
berkaitan dengan keahlian tertentu yang dapat dikembangkan lebih lanjut oleh
muridnya.
56
Konsep metode yang ditawarkan Ibnu Sina antara lain terlihat pada setiap
materi pelajaran. Dalam setiap pembahasan materi pelajaran Ibnu Sina selalu
membicarakan tentang cara mengajarkan kepada anak didik. Berdasarkan
pertimbangan psikologinya, Ibnu Sina berpendapat bahwa suatu materi pelajaran
tertentu tidak akan dapat dijelaskan kepada bermacam-macam anak didik dengan
satu cara saja, melainkan harus dicapai dengan berbagai cara sesuai dengan
perkembangan psikologisnya.
Yang dimaksud dengan metode talqin dalam cara kerjanya digunakan untuk
mengajarkan membaca al-qur’an, dimulai dengan cara memperdengerkan bacaan
al-qur’an kepada anak didik sebagian demi sebagian. Setelah itu anak tersebut
disuruh mendengarkan dan disuruh mengulangi bacaan tersebut perlahan-lahan
dan dilakukan berulang-ulang hingga hafal. Cara seperti ini dalam ilmu
pendidikan modern dikenal dengan nama tutor sebaya, sebagaimana dikenal
dalam pengajaran dengan modul.
Berkenaan dengan metode magang, Ibnu Sina telah menggunakan metode ini
dalam kegiatan pengajaran yang dilakukannya. Para murid Ibnu Sina yang
mempelajari ilmu kedokteran dianjurkan agar menggabungkan teori dan praktek.
Yaitu satu hari diruang kelas untuk mempelajari teori dan hari berikutnya
mempraktekan teori tersebut dirumah sakit atau balai kesehatan.
Ibnu Sina membolehkan pelaksanaan hukuman dengan cara yang ekstra hati-
hati, dan hal itu hanya boleh dilakukan dalam keadaan terpaksa atau tidak normal.
Sedangkan dalam keadaan normal, hukuman tidak boleh dilakukan. Sikap
humanistic ini sangat sejalan dengan alam demokrasi yang menuntut keadilan,
kemanusiaan, kesederajatan, dan sebagainya.
59
Keluarga merupakan denyut nadi kehidupan yang dinamis dan termasuk salah
satu pranata yang secara kontributif mempunyai andil besar dalam pembentukan,
pertumbuhan, dan pengembangan pendidiakn karakter anak, karena keluarga
dibangun lewat hubungan-hubungan kemanusiaan yang akrab dan harmonis, sarta
lahir dan tumbuh gejala sosial dan pendidikan dilingkungan pergaulan keluarga.
lebih luas daripada itu. Pelaksanaan berkait rapat dan takrif ilmu, yang
pembagiannya kepada ilmu teoritikal dan ilmu pratikal, ta’rif ilmu pratikal
menurut Ibnu sina adalah pengetahuan terhadap perkara-perkara yang wujudnya
bergantung pada perbuatan dan kemauan kita, seperti akhlak, politik, keluarga,
syariat. Tujuan ilmu ini adalah kebaikan, sedangkan tujuan ilmu teorikal adalah
kebenaran. Oleh itu ilmu yang dikaitkan dengan amalan dan kemauan kita disebut
ilmu pratikal, dan itulah yang kita maksudkan dengan pelaksanaan, seperti yang
kita lihat, pelaksanaan memang melibatkan perancangan, pentadbiran, pengajaran,
kaidah dan aspek-aspek lain yang boleh disebut sebagai pelaksanaan itu. Falsafah
pratikal ini menurut Ibnu Sina, terbagi empat bahagian ilmu yaitu akhlak,
pengurusan bandar, pengurusan keluarga dan ilmu Nabi.
Konsep guru yang ditawarkan Ibnu Sina antara lain berkisar tentang guru
yang baik. Dalam hubungan ini Ibnu Sina mengatakan bahwa guru yang baik
adalah berakal cerdas, beragama, mengetahui cara mendidik akhlak, cakap dalam
mendidik anak, berpenampilan tenang, jauh dari berolok-olok dan main-main
dihadapan muridnya, tidak bermuka masam, sopan santun, dan suci murni.
Lebih lanjut Ibnu Sina menambahkan bahwa seorang guru itu sebaiknya dari
kaum pria yang terhormat dan menonjol budi pekertinya, cerdas, teliti, sabar,
telaten dalam membingbing anak-anak, adil, hemat dalam penggunaan waktu,
gemar bergaul dengan anak-anak dll.
Jika diamati secara seksama, tampak bahwa potret guru yang dikehendaki
Ibnu Sina adalah guru yang lebih lengkap dari potret guru yang dikemukakan para
61
ahli sebelumnya. Dalam pendapatnya itu Ibnu Sina selain menekankan unsure
kompetensi atau kecakapan dalam mengajar, juga berkepribadian yang baik.
Dengan kompetensi itu, seorang guru akan dapat mencerdaskan anak didiknya
dengan berbagai pengetahuan yang diajarkannya, dan dengan akhlak ia dapat
membina mental dan akhlak anak. Ibnu Sina mengungkapkan, seseorang harus
memiliki profesi tertentu dan harus bisa berkontribusi bagi masyarakat.
Menurut Ibnu Sina seorang guru yang baik adalah guru yang bijak dan
beragama, sentiasa praktis akhlak yang baik dan ada minat untuk menolong kanak
atau pelajar, bersih, amanah, mudah mestra, mempunyai adab, makan-minum,
berbicara dan bersosial.
Selain itu tujuan pendidikan menurut Ibn Sina harus diarahkan pada upaya
mempersiapkan seseeorang agar dapat hidup di masyarakatsecara bersama-sama
dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang dipilihnya sesuai dengan bakat,
kesiapan, kecenderungan dan potensiyang dimilikinya.
PENUTUP
1. Kesimpulan
1) Sosiologi disebut ilmu kemasyarakatan karena mempelajari struktur-struktur
dan proses-proses kemasyarakatan. Sosiologi termasuk kelompok ilmu sosial,
tetapi masih muda usianya.
2) Dari beberapa pengertian tentang sosiologi pendidikan tersebut di atas dapat
saya simpulkan bahwa sosiologi pendidikan ialah suatu ilmu yang mengkaji
masalah-masalah fundamental pendidikan dari perspektif sosiologis atau
dengan menggunakan pendekatan sosiologis.
3) dapat kita simpulkan bahwa Sosiologi Pendidikan Islam adalah ilmu yang
berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk
mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik sesuai dengan ajaran
agama Islam, mengatur bagaimana seorang individu berhubungan dengan
individu yang lain sesuai dengan kaidah-kaidah Islam yang akan
mempengaruhi individu tersebut dalam mendapatkan serta
mengorganisasikan pengalamannya.
4) Nama lengkap Ibnu Khaldun adalah Waliyuddîn Abu Zaid Abdurrahmân bin
Muhammad Ibnu Khaldun al-Hadrami al-Ishbili. Beliau dilahirkan di Tunisia
pada awal Ramadlan 732 H atau tanggal 27 Mei 13322 dan wafat di Kairo
pada tanggal 17 Maret 1406. Keluarganya berasal dari Hadramant yang
kemudian berimigrasi ke Seville (Spanyol) pada abad ke-8 setelah
semenanjung itu dikuasai Arab Muslim. Ibnu Khaldun merupakan tokoh yang
banyak memberikan kontribusi dalam wacana pengembangan peradaban
dunia, khususnya umat Islam. Konsep dan teori yang tertuang dalam magnum
opusnya, Muqaddimah, telah memberikan inspirasi para intelektual Barat
maupun Islam dalam membangun peradaban. Sejarawan Inggris, A.J.
Toynbee menyebut Muqaddimah sebagai karya monumental yang sangat
berharga.
5) Beberapa pemikiran Ibnu Khaldun ialah sebagai berikut :
67
68
2. Saran
1) Dalam hidup ini, ada baiknya kita mempelajari mana sosiologi (ilmu
bermasyarakat) yang benar dan salah dalam kehidupan sehari – hari agar
dapat bersosialisai dengan benar dan baik kepada masyarakat.
2) Dalam dunia pendidikan sebaiknya kita sebagai tenaga pendidik untuk lebih
memahami sosiologi pendidikan agar dapat menciptakan hubungan yang baik
antara guru dan murid.
3) Sangat di sarankan untuk mengetahui sosiologi pendidikan islam agar
nantinya seorang tenaga didik mampu memberikan ilmu yang berguna bagi
anak didik baik dari segi duniawi maupun ukhrowi (akhirat).
4) Setelah pembaca mengetahui siapa itu ibnu khaldun kita dapat ambil banyak
pengajaran dari pengalaman kehidupan beliau di mulai dari kecil sampai
dengan sekarang yang sudah menjadi bapak sosiologi islam.
5) Setelah melihat dan mengetahui pemikiran atau pandangan Ibnu Khaldun
terhadap sosiologi penulis berharap agar pembaca dapat dengan bijak
memilah ilmu yang baik dan benar.
6) Setelah mengetahui biografi Ibnu Sina, penulis berharap semoga pembaca
mampu dan mengetahui hidup seorang Ibnu Sina.
7) penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu
penulis berharap agar pembaca mampu memahami dan memberikan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi sebuah perbaikan karya karya
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
70
BIODATA DIRI
MOTO HIDUP
71