Anda di halaman 1dari 55

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, saya panjatkan
puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah malimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga saya dapat
menyelesaikan buku pembelajaran mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD).
Buku pembelajaran Ilmu Sosial dan Budaya Dasar ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas
tambahan mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar di akhir pembelajaran semester 1 serta untuk
kebutuhan akan pembelajaran Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.
Saya mengucapkan banyak terimakasih pada pada pihak-pihak yang telah berkonstribusi dalam
pembuatan buku pembelajaran ini. Terima kasih kepada Allah SWT, kepada Bapak Dosen sebagai
pengajar dari mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, kepada teman-teman yang telah mendukung
dalam pembuatan makalah ini, kepada berbagai sumber yang menjadi bahan referensi, dan kepada
keluarga yang selalu mendukung.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat, tata
bahasa, maupun materi yang dibahas. Oleh karena itu saya menerima segala saran dan kritik yang
membangun dari pembaca agar saya dapat memperbaiki buku pembelajaran ini.
Saya berharap semoga buku pembelajaran mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar ini dapat
memberikan manfaat dan memberikan inspirasi bagi pembacanya.

Bandung, November 2018

Penulis,

Nadila Miftahul Janah

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………… 1
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….. 2
BAB I PENGANTAR ISBD
1.1 Dasar Pemikiran…………………………………………………………………………. 4
1.2 Pengertian Isbd…………………………………………………………………………… 5
1.3 Visi Dan Misi Isbd………………………………………………………………………... 5
BAB II MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA
2.1 Hakikat Manusia Dan Budaya…………………………………………………………… 6
2.2 Manusia Sebagai Pencipta Dan Pengguna Kebudayaan………………………………… 8
2.3 Substansi (Isi) Utama Budaya……………………………………………………………. 9
2.4 Manusia Sebagai Makhluk Budaya……………………………………………………… 10
2.5 Nilai-Nilai Kebudayaan………………………………………………………………….. 11
2.6 Problematika Kebudayaan……………………………………………………………….. 14
BAB III MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN SOSIAL
3.1 Manusia Sebagai Makhluk Individu……………………………………………………... 16
3.2 Manusia Sebagai Makhluk Sosial………………………………………………………… 18
3.3 Interaksi Sosial Dan Sosialisasi…………………………………………………………... 18
3.4 Pegembangan Manusia Sebagai Makhluk Individu Dan Sosial………………………… 23
BAB IV MANUSIA DAN PERADABAN
4.1 Pengertian, Wujud Dan Hakikat Peradaban……………………………………………… 25
4.2 Manusia Sebagai Makhluk Beradab Dan Masyarakat Adab……………………………. 26
4.3 Evolusi Budaya Dan Wujud Peradaban Dalam Kehidupan Sosial Budaya…………… …… 27
4.4 Dinamika Peradaban Global Pada Kehidupan Manusia………………………………… 28
4.5 Peradaban Dan Problematikanya Bagi Kehidupan Manusia……………………………. 30
BAB V MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN
5.1 Hakikat Keragaman Dan Kesetaraan Manusia…………………………………………... 31
5.2 Kemajemukan Dalam Dinamika Sosial Budaya………………………………………… 32
5.3 Keragaman Dan Kesetaraan Sebagai Kekayaan Sosial Budaya Bangsa……………….. 33
5.4 Problematika Keragaman Dan Kesetaraan Dalam Kehidupan Masyarakat Dan Negara …… 34
BAB VI MANUSIA, NILAI, MORAL DAN HUKUM
6.1 Pengertian Nilai, Moral Dan Hukum…………………………………………………….. 37
6.2 Hakikat Fungsi Perwujudan Nilai, Moral Dan Hukum………………………………….. 37
6.3 Keadilan, Ketertiban Dan Kesejahteraan………………………………………………… 41

2
6.4 Problematika Nilai, Moral Dan Hukum Dalam Masyarakat Dan Negara…………….... 42
BAB VII MANUSIA, SAINS, TEKNOLOGI DAN SENI
7.1 Pengertian Sains, Teknologi Dan Seni…………………………………………………... 44
7.2 Dampak Penyalahgunaan Ipteks Pada Kehidupan Sosial Budaya…………………….... 48
7.3 Problematika Pengembangan Dan Penggunaan Ipteks Di Indonesia…………………... 49
BAB VIII MANUSIA DAN LINGKUNGAN
8.1 Pengertian, Hakikat Dan Makna Lingkungan Bagi Manusia…………………………… 50
8.2 Kualitas Penduduk Dan Lingkungan Terhadap Kesejahteraan Manusia……………….…… 51
8.3 Problematika Sosial Budaya Yang Dihadapi Masyarakat………………………………. 53
8.4 Isu-Isu Penting Tentang Persoalan Lintas Budaya Dan Bangsa………………………… 54
DAFTAR PUSTAKA…….…………………………………………………………………… 55

3
BAB I
PENGANTAR ISBD

1.1 DASAR PEMIKIRAN

Menurut keputusan menteri pendidikan nasional republik Indonesia nomor 232/U/2000 tentang
pedoman penyusunan kurukulum pendidikan tinggi dan penilaian hasil belajar mahasiswa, kelompok
bahan kajian dan pelajaran yang dicakup dalamsuatu program studi yang dirumuskan dalam kurikulum
terdiri atas:
a. Kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) Adalah Kelompok Bahan Kajian Dan
Pelajaran Untuk Mengembangkan Manusia Indonesia Yang Beriman Dan Bertaqwa Kepada Tuhan
Yang Maha Esa, Berbudi Pekerti Luhur, Berkepribadian Mantap Dan Mandiri, Serta Mempunyai Rasa
Tanggung Jawab Kemasyarakatan Dan Kebangsaan.
b. Kelompok Mata Kuliah Keilmuan Dan Keterampilan (MKK) Adalah Kelompok Bahan Kajian Dan
Pelajaran Yang Ditujukan Terutama Untuk Memberikan Landasan Penguasaan Ilmu Dan
Keterampilan Tertentu.
c. Kelompok Matakuliah Keahlian Berkarya (MKB) Adalah Kelompok Bahan Kajian Dan Pelajaran
Yang Bertujuan Untuk Menghasilkan Tenaga Ahli Dengan Kekaryaan Berdasarkan Tenaga Ilmudan
Keterampilan Yang Dikuasai.
d. Kelompok Matakuliah Prilaku Berkarya (MPB) Adalah Kelompok Bahan Kajian Dan Pelajaran Yang
Bertujuan Umtuk Membentuk Sikap Dan Perilaku Yang Diperlukan Seseorang Dalam Karya Menurut
Tingkat Keahlian Berdasarkan Dasr Ilu Keterampilan Yang Dikuasai.
e. Kelompok Matakuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB) Adalah Kelompok Bahan Kajian Dan
Pelajaran Yang Diperlukan Untuk Dapat Memahami Kaidah Berkehidupan Bermasyarakat Sesuai
Dengan Pilihan Dengan Keahlian Dalam Berkarya.
Menurut surat keputusan menteri No.23/U/2000 tersebut ISD dan IBD termasuk dalam kelompok
MPK kurikulum institusional. kurikulum institusional merupakan sejumlah bahan kajian dan pelajaran
yang merupakan bagian dari kurukulum pendidikan tinggi, yang terdiri atas tambahan dari kelompok ilmu
dalam kurikulum inti yang disusun dengan memerhatikan keadaan dan kebutuhan lingkungan secara cirri
khas perguruan tinggi yang bersangkutan. sedangkan kelompok MPK kurikulum institusional yang lain,
misalnya bahasa Indonesia, bahasa inggris, ilmu alamiah dasar, filsafat ilmu, dan olahraga (pasal 10 ayat
2).
Selanjutnya terjadi perubahan berdasarkan surat keputusan dirjen dikti No.30 /Dikti/kep/2003
tentang rambu-rambu pelaksanaan kelompok matakuliah berkehibupan bermasyarakat di perguruan tinggi
maka ISBD termasik dalam kelompok MBB. selengkapnya, mata kuliah yang termasuk dalam MBB
terdiri atas:

4
a. Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar (ISBD)
b. Ilmu Kealaman Dasar (IAD)

1.2 PENGERTIAN ISBD

Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD) adalah cabang ilmu pengetahuan yang merupakan integrasi
dari dua ilmu lainnya, yaitu ilmu sosial yang juga merupakan sosiologi (sosio: sosial, logos: ilmu) dan
ilmu budaya yang merupakan salah satu cabang dari ilmu sosial. Pengertian lanjut tentang ilmu sosial
adalah cabang ilmu pengetahuan yang menggunakan berbagai disiplin ilmu untuk menanggapi masalah-
masalah sosial, sedangkan ilmu budaya adalah ilmu yang termasuk dalam pengetahuan budaya, mengkaji
masalah kemanusiaan dan budaya.
Secara umum dapat dikatakan Ilmu Sosial dan Budaya Dasar merupakan pengetahuan yang
diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang
dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah sosial manusia dan kebudayaan

1.3 VISI DAN MISI ISBD

a. Visi kelompok matakuliah berkehidupan bermasyarakat (MBB)


Visi kelompok mbb di perguruan tinggi merupakan sumber nilai dan pedoman bagi penyelenggaraan
program studi guna mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadianm kepekaan social,
kemampuan hidup bermasyarakat, pengetahuan tentang pelestarian, pemanfaatan sumber daya alam
dan lingkungan hidup, dan mempunyai wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni.
b. Misi kelompok matakuliah berkehidupan bermasyarakat (MBB)
Misi kelompok MBB di pergguruan tinggi membantu meumbuhkembangkan daya kritis, daya
creative, apresiasi, dan kepekaan mahasiswa terhadap nilai-nilai social dan budaya demi memantapkan
kepribadiannya sebagai bekal hidup bermasyarakat selaku makhluk hidup dan makhluk social yang
mwmiliki sifat sebagai berikut :
1. Bersikap demokratis, berkeadapan, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, bermartabat serta peduli
terhadap pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.
2. Memiliki kemampuan untuk menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
3. Ikut berperan mencari solusi pemecahan masalah social budaya dan lingkungan hidup secara arif.

5
BAB II
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA

2.1 HAKIKAT MANUSIA DAN BUDAYA

Sebelum dipaparkan hubungan antara manusia dan budaya terlebih dahulu akan dipaparkan
pengertian atau defenisi dari manusia dan budaya itu sendiri.
a. Pengertian Manusia
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti
berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara
istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah
kelompok (genus) atau seorang individu.
Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living
organism). Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat
dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi),
horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan. Tatkala seoang bayi lahir, ia merasakan
perbedaan suhu dan kehilangan energi, dan oleh kaena itu ia menangis, menuntut agar perbedaan itu
berkurang dan kehilangan itu tergantikan. Dari sana timbul anggapan dasar bahwa setiap manusia
dianugerahi kepekaan (sense) untuk membedakan (sense of discrimination) dan keinginan untuk
hidup. Untuk dapat hidup, ia membutuhkan sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan itu bersumber
dari lingkungan. Oleh karena itu lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap manusia itu sendiri
b. Pengertian Budaya
Kata budaya merupakan bentuk majemuk kata budi-daya yang berarti cipta, karsa, dan rasa.
Sebenarnya kata budaya hanya dipakai sebagai singkatan kata kebudayaan, yang berasal dari Bahasa
Sangsekerta budhayah yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Budaya atau
kebudayaan dalam Bahasa Belanda di istilahkan dengan kataculturur. Dalam bahasa Inggris culture.
Sedangkan dalam bahasa Latin dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan,
dan mengembangkan tanah (bertani). Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu
sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Budaya mempunyai
tiga unsur yang berada dalam diri manusia dan saling melengkapi satu sama lain dalam satu kesatuan
kebudayaan seutuhnya. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut.
 Cipta, adalah akal pikiran yang di milik oleh manusia, sehingga dengan akal pikiran tersebut
manusia dapat berkreasi menuangkan segala ide yang non kebendaan. Namun cipta yang ada dalam
diri manusia bersifat tidak universal dalam hal karya. Artinya dalam hal keterampilan berkarya
manusia tentu saja memiliki keahlian yang berbeda-beda satu sama lain, seseorang yang terampil

6
mengelola kayu menjadi barang-barang meubel belum tentu terampil dalam hal olah vocal,
begitupun seorang penyanyi yang mahir melantunkan lagu-lagu belum tentu dalam hal merancang
busana dan sebagainya.
 Rasa, adalah tanggapan atau reaksi perasaan ketiak melihat ataupun mendengar sesuatu satu bentuk
karya, tanggapan ini dapat berupa kepuasan, keterangan, kekaguman, kesedihan, ketidakpuasan dan
sebagainya. Selain di bekali kekuatan menciptakan manusia juga di lengkapi dengan perasaan
hingga hasil karya yang dibuatnya dapat bernilai seni tinggi. Dengan adanya rasa yang di miliki
oleh manusia maka sudah tentu ia dapat membedakan mutu suatu karya cipta satu dengan yang
lain.
 Karsa, adalah kehendak, dorongan atau motivasi yang lahir dari hasrat seseorang. Seseorang yang
memiliki keterampilan luar bisa dan perasaan yang begitu peka tidak akan berbuah apa-apa jika
tidak didasari keinginan dari orang tersebut. Karsa biasa saja berasal dari diri, tersendiri atau
bahkan dari orang lain yaitu berupa rangsangan atau pengaruh yang diterima oleh daya nalar kita.
Ketiga unsur inilah yang mendasari manusia berbudaya, dengan adanya unsur-unsur tersebut
dalam diri manusia maka dapat di katakan bahwa manusia adalah makhluk yang senantiasa memiliki
kebudayaan. Antara manusia dan masyarakat serta kebudayaan ada hubungan erat. Tanpa masyarakat,
manusia dan kebudayaan tidak mungkin berkembang layak. Tanpa manusia tidak mungkin ada
kebudayaan, tanpa manusia tidak mungkin ada masyarakat. Dalam diri manusia wujud kebudayaan
ada yang rohani misalnya adat istiadat dan ilmu pengetahuan. Ada yang jasmani misalnya rumah dan
pakaian. Buku adalah kebudayaan jasmani, akan tetapi isi buku adalah kebudayaan rohani. Ilmu
pengetahuan merupakan unsur kebudayaan universal yang rohani.
Sebagai insan yang berkebudayaan maka sepatutnya manusia menjaga citra di muka bumi ini
bahkan budaya telah menjadikan manusia sebagai makhluk beradab sekaligus telah mengantar
manusia ke kasta tertinggi makhluk-makhluk  penghuni bumi yang lain yaitu sebagai yang paling
sempurna di bandingkan dengan yang lainnya.
Akan tetapi manusia sebagai makhluk budaya, budaya bukan berarti bahwa manusia dibebaskan
untuk berkarya apapun itu tanpa menilainya dari segi norma maupun hukum. Budaya yang seperti ini
adalah kebudayaan yang bersifat merusak dan sangat berbahaya bagi keutuhan bangsa dan negara.
Untuk itu diperlukan kesadaran manusia sebagai makhluk budaya agar dalam berbudaya memang
teguh norma-norma yang berlaku agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Budaya bahkan dapat menambah rasa rasionalisme seseorang warga negara Indonesia misalnya,
memiliki kebudayaan yang amat sangat beraneka ragam bentuk dan ciri khasnya yang tidak semua
bangsa memilikinya. Hal ini tentu saja merupakan kebanggaan tersendiri bangsa Indonesia yang
akhirnya berimbas pada tingginya nasionalisme para warga negara.
Berikut pengertian budaya adalah kebudayaan dari beberapa ahli:

7
1. E. B. Tylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang di
dapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat
2. R. Linton, Kebudayaan dapat sebagai konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah
laku yang dipelajari, dimana unsur pembentuknya didukung dan diterapkan oleh anggota
masyarakat lainnya.
3. Koentjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, milik diri
manusia dengan belajar.
4. Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardi, mengatakan bahwa kebudayaan adalah semua hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat
5. Herkovitas, kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia.   
Dengan demikian, kebudayaan menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia baik material
maupun non material. Sebagian besar ahli mengatakan kebudayaan seperti ini kemungkinan besar
sangat dipengaruhi oleh pandangan evolusionisme, yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa
kebudayaan itu akan berkembang dari tahapan yang sederhana menuju tahapan yang lebih kompleks.
      
2.2 MANUSIA SEBAGAI PENCIPTA DAN PENGGUNA KEBUDAYAAN

Tercipta adalah terwujudnya suatu  kebudayaan  sebagai hasil interaksi antara manusia dengan


segala isi alam raya ini. Manusia yang telah dilengkapi Tuhan dengan akal dan pikirannya menjadikan
mereka khalifah di muka bumi dan diberikan kemampuan yang disebutkan oleh Supartono (dalam Rafael
Raga Maran, 1999:36) sebagai daya manusia, manusia memiliki kemampuan daya antara lain akal,
intelegensi dan intuisi perasaan dan emosi kemauan, fantasi dan perilaku.
Dengan sumber-sumber kemampuan daya manusia tersebut, nyatalah bahwa manusia menciptakan
kebudayaan ada hubungan dialektika antara manusia dan kebudayaan. Kebudayaan adalah produk
manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk kebudayaan. Dengan kata lain, kebudayaan ada karena
ada manusia penciptanya dan manusia dapat hidup ditengah kebudayaan yang sebagai pendukungnya.
Dialektika ini didasarkan pada pendapat Peter dan Berger yang menyebutkan sebagai dialektika
fundamental. Dialektika fundamental ini terdiri dari tiga tahap; tahap eksternalisasi, tahap objektivasi, dan
tahap internalisasi.
Tahap eksternalisasi adalah proses pencurahan diri manusia secara terus menerus ke dalam dunia
melalui aktivitas fisik dan mental. Tahap objektivasi adalah tahap aktivitas manusia menghasilkan suatu
realita objektif, yang berada di luar diri manusia.
Tahap internalisasi adalah tahap dimana realitas objektif hasil ciptaan manusia diserap oleh
manusia kembali, jadi adanya hubungan berkelanjutan antara realitas internal dengan realitas eksternal.

8
Kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia, bermacam-macam kekuatan yang
harus dihadapi masyarakat dan anggotanya seperti kekuatan alam maupun kekuatan lain yang tidak selalu
baik. Kecuali manusia yang memerlukan kepuasan baik di bidang spiritual maupun material. Kebutuhan-
kebutuhan tersebut dipengaruhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri.
Hasil karya manusia menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi
manusia terhadap lingkungan alamnya sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai berikut:
a. Suatu hubungan pedoman antara manusia atau kelompoknya
b. Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan-kemampuan lain
c. Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia
d. Pembeda manusia dengan binatang
e. Sebagai modal dasar pembangunan
Manusia merupakan makhluk berbudaya, melalui akalnya manusia dapat mengembangkan
kebudayaan. Begitu pula manusia hidup dan tergantung pada kebudayaan sebagai hasil ciptaannya.
Kebudayaan mempunyai fungsi yang besar bagi manusia dan masyarakat, berbagai macam kekuatan
harus dihadapi manusia dan masyarakat seperti kekuatan alam dan kekuatan lain. Selain itu manusia dan
masyarakat memerlukan kepuasan baik secara spritual maupun materil.

2.3 SUBSTANSI (ISI) UTAMA BUDAYA

Substansi  (isi) utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala macam ide dan gagasan
manusia yang bermunculan di dalam masyarakat yang memberi jiwa kepada masyarakat itu sendiri, baik
dalam bentuk atau berupa sistem pengetahuan, nilai, pandangan hidup, kepercayaan, persepsi, dan etos
kebudayaan.
1. Sistem Pengetahuan  
Sistem pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial, merupakan suatu akumulasi dari
perjalanan hidupnya dalam hal berusaha memahami:
 Alam sekitar
 Alam flora di daerah tempat tinggal
 Alan fauna di daerah tempat tinggal
 Zat-zat bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya
 Tubuh manusia
 Sifat dan tingkah laku sesama manusia
 Ruang dan waktu
2. Nilai

9
Menilai berarti menimbang, yaitu kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu
yang lain untuk dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Keputusan nilai dapat
menentukan sesuatu berguna atau tidak berguna, benar atau salah, baik atau buruk, religius atau
sekuler, sehubungan dengan cipta, rasa dan karsa manusia.Sesuatu dikatakan mempunyai nilai apabila
berguna dan berharga (nilai kebenaran), indah (nilai estetis), baik (nilai moral atau etis), religius (nilai
agama). Prof. Dr. Notonagoro membagi nilai menjadi tiga bagian yaitu:
 Nilai material, yaitu segala sesuatu (materi) yang berguna bagi manusia.
 Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan  kegiatan dan
aktivitas
 Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang bisa berguna bagi rohani manusia.
c.  Pandangan Hidup
Pandangan hidup adalah suatu nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat dan dipilih secara selektif
oleh individu, kelompok atau suatu bangsa. Pandangan hidup suatu bangsa adalah kristalisasi nilai-
nilai yang dimiliki oleh bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenarannya, dan menimbulkan tekad pada
bangsa itu untuk mewujudkannya.

2.4 MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA

Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa manusia sebagai makhluk yang paling sempurna bila
dibanding dengan makhluk lainnya menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara
turun menurun. Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tak bisa dipisahkan dalam
kehidupan ini. Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari dan kebudayaan itu bersifat abstrak. Namun
kebudayaan juga dapat kita nikmati dengan panca indera kita. Lagu, tari, dan bahasa dan arsitektur
merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dapat kita rasakan. Untuk menjadi manusia yang
berbudaya, harus memiliki ilmu pengetahuan, tekhnologi, budaya dan industrialisasi serta akhlak yang
tinggi (tata nilai budaya) sebagai suatu kesinambungan yang saling bersinergi.
Hommes mengemukakan bahwa, informasi IPTEK yang bersumber dari sesuatu masyarakat lain
tak dapat lepas dari landasan budaya masyarakat yang membentuk informasi tersebut. Karenanya di tiap
informasi IPTEK selalu terkandung isyarat-isyarat budaya masyarakat asalnya. Selanjutnya dikemukakan
juga bahwa, karena perbedaan-perbedaan tata nilai budaya dari masyarakat pengguna dan masyarakat asal
teknologinya, isyarat-isyarat tersebut dapat diartikan lain oleh masyarakat penerimanya.
Disinilah peran manusia sebagai makhluk yang diberi kelebihan dalam segala hal, untuk dapat
memanfaatkan segala fasilitas yang disediakan oleh Allah SWT melalui alam ini. Sehingga dengan alam
tersebut manusia dapat membentuk suatu kebudayaan yang bermartabat dan bernilai tinggi. Namun perlu
digaris bawahi bahwa setiap kebudayaan akan bernilai tatkala manusia sebagai masyarakat mampu

10
melaksanakan norma-norma yang ada sesuai dengan tata aturan agama. JJ. Hoeningman membagi
kebudayaan dalam 3 wujud :
1. Gagasan : Kebudayaan yang berbentuk kumpulan, ide, gagasan,nilai,norma, peraturan yang sifatnya
abstrak.
2. Aktivitas (tindakan) :  Wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat., sering disebut sebagai system sosial, yaitu aktivitas-aktivitas manusia yang saling
berinteraksi, mengadakan kontak, bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu.sifatnya
konkret dapat diamati.
3. Artefak ( karya) : Wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya
semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda yang dapat diraba dan dilihat.

2.5 NILAI-NILAI KEBUDAYAAN

Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat,
lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe),
simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku
dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi.
a. Etika
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu ‘ethos’ yang berarti adat kebiasaan atau
akhlak yang baik. Etika adalah ilmu tentang kebiasaan perilaku yang baik . Kebudayaan merupakan
induk dari berbagai macam pranata yang dimiliki manusia dalam hidup bermasyarakat. Etika
merupakan bagian dari kompleksitas unsur-unsur kebudayaan. Ukuran etis dan tidak etis merupakan
bagian dari unsur-unsur kebudayaan. Manusia membutuhkan kebudayaan, yang didalamnya terdapat
unsur etika, untuk bisa menjaga kelangsungan hidup. Manusia yang berbudaya adalah manusia yang
menjaga tata aturan hidup.
Etika dapat diciptakan, tetapi masyarakat yang beretika dan berbudaya hanya dapat diciptakan
dengan beberapa persyaratan dasar, yang membutuhkan dukungan-dukungan, seperti dukungan
politik, kebijakan, kepemimpinan dan keberanian mengambil keputusan, serta pelaksanaan secara
konsekuen. Selain itu dibutuhkan pula ruang akomodasi, baik lokal maupun nasional di mana etika
diterapkan, pengawasan, pengamatan, dan adanya pihak-pihak yang memelihara kehidupan etika.
Kesadaran etis bisa tumbuh karena disertai akomodasi.
Etika (kesusilaaan) lahir karena kesadaraan akan adannya naluri-solidaritas sejenis pada makhluk
hidup untuk melestarikan kehidupannya,kemudian pada manusia etika ini menjadi kesadaran sosial
,memberi rasa tanggungjawab dan bila terpenuhi akan menjelma menjadi rasa bahagia.(A.A
Djelantik,Estetika Sebuah Pengantar.hal-4).

11
Pada manusia yang bermasyarakat etika ini berfungsi untuk mempertahankan kehidupan
kelompok dan individu.Pada awalnya Etika dikenal pada sekelompok manusia yang sudah memiliki
peradaban lebih tinggi.Terdapat proses indrawi yang diperoleh secara visual dan akustik(instrumental).
Keduanya (proses indrawivisual dan akustik) mengambil peran tambahan melakukan fungsi-
fungsi yang jauh lebih tinggi,bukan hanya melakukan fungsi vital , tetapi telah melibatkan proses-
proses yang terjadi dalam budi dan intelektualitas dan lebih bertujuan untuk memberi pengetahuan dan
kebahagiaan jasmani dan ruhani. .(A.A Djelantik,Estetika Sebuah Pengantar.hal-3).
b. Estetika
Estetika adalah ilmu yang menelaah dan membahas aspek-aspek keindahan sesuatu, yaitu
mengenai rasa, sifat, norma, cara menanggapi, dan cara membandingkannya dengan menggunakan
penilaian perasaan.
Istilah Estetika dipopulerkan oleh Alexander Gottlieb Baumgarten (1714 – 1762) melalui
beberapa uraian yang berkembang menjadi ilmu tentang keindahan.(Encarta Encyclopedia 2001,
1999) Baumgarten menggunakan istilah estetika untuk membedakan antara pengetahuan intelektual
dan pengetahuan indrawi. Dengan melihat bahwa istilah estetika baru muncul pada abad 18, maka
pemahaman tentang keindahan sendiri harus dibedakan dengan pengertian estetik.
Berbudaya, selain didasarkan pada etika juga terkandung estetika di dalamnya. Jika etika
menyangkut analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab,
estetika membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa
merasakannya .
Manfaat nilai etika dan estetika kebudayaan bagi kehidupan masyarakat adalah menyadari bahwa
mempertahankan dan menyelamatkan kebudayaan suatu daerah atau bangsa harus diletakkan di paling
awal . Dan menjadikan nilai kebudayaan sebagai acuan untuk menempuh kehidupan masa depan
masyarakat, dengan terus melakukan kontekstualisasi dan aktualisasi pada berbagai dinamika zaman.
Masyarakat harus bisa menyaring kebudayaan baru dengan tetap memprioritaskan kebudayaan asal
mereka jangan samapai kebudayaan kita hilang hanya dikarenakan adanya budaya baru yang kita
anggap lebih maju di banding budaya kita sendiri dan agar menjadi masyarakat yang berbudaya.
c. Moral
Moral adalah kebiasaan berbuat baik. Orang dikatakan bermoral apabila dapat mewujudkan
kodratnya untuk berbuat baik, jujur, dan adil dalam tindakannya.
Sebagai bangsa yang majemuk, Indonesia memiliki dua macam sistem budaya yang sama-sama
harus dipelihara dan dikembangkan, yakni sistem budaya nasional dan sistem budaya etnik lokal.
Sistem budaya nasional adalah sesuatu yang relatif baru dan sedang berada dalam proses
pembentukannya. Sistem ini berlaku secara umum untuk seluruh bangsa Indonesia, tetapi sekaligus
berada di luar ikatan budaya etnik lokal.

12
Nilai-nilai budaya yang terbentuk dalam sistem budaya nasional bersifat prospektif, misalnya
kepercayaan religius kepada Tuhan Yang Maha Esa; pencarian kebenaran duniawi melalui jalan
ilmiah; penghargaan yang tinggi atas kreativitas dan inovasi, efisiensi tindakan dan waktu;
penghargaan terhadap sesama atas dasar prestasinya lebih daripada atas dasar kedudukannya;
penghargaan yang tinggi kepada kedaulatan rakyat; serta toleransi dan simpati terhadap budaya suku
bangsa yang bukan suku bangsanya sendiri.
Nilai-nilai tersebut menjadi bercitra Indonesia karena dipadu dengan nilai-nilai lain dari nilai-
nilai budaya lama yang terdapat dalam berbagai sistem budaya etnik lokal. Kearifan-kearifan lokal
pada dasarnya dapat dipandang sebagai landasan bagi pernbentukan jatidiri bangsa secara nasional.
Kearifan-kearifan lokal itulah yang membuat suatu budaya bangsa memiliki akar. Budaya etnik lokal
seringkali berfungsi sebagai sumber atau acuan bagi penciptaan-penciptaan baru, seperti dalam bahasa,
seni, tata masyarakat, dan teknologi, yang kemudian ditampilkan dalam perikehidupan lintas budaya.
Kebudayaan di Indonesia sangat beragam karena memiliki banyak perbedaan antar manusia yang
berada di tanah inonesia, namun Indonesia mempunyai semboyan BhinekaTunggal Ika yang diartikan
walaupun berbeda – beda tetapi tetap satu . pada setiap daerah memiliki adat istiadat yang berbeda –
beda pula, itulah yang membedakan aturan – aturan di tiap daerah . seperti suku asmat di papua
dengan pakaian khas bagi kaum laki laki yang menggunakan koteka dan bahkan penduduknya  ada
juga yang tidak memakai busana, tetapi hal itu tidak di langgar karena sudah menjadi tradisi disana .
apabila hal seperti itu ada di daerah Jakarta sudah dapat dipastikan sudah melanggar  aturan hukum
yang berlaku . Seperti itulah mengapa peraturan di setiap daerah di Indonesia cukup beragam . budaya
di Indonesia sangat kuat karena adanya budaya yang turun – temurun dari nenek moyang hingga
sekarang. dan masih banyak acara adat di berbagai daerah untuk melestarikan budayanya masing –
masing daerah.
Perilaku manusia berbudaya adalah perilaku yang dijalankan sesuai dengan moral, norma-norma
yang berlaku dimasyarakat, sesuai dengan perintah di setiap agama yang diyakini, Dan sesuai dengan
hukum Negara yang berlaku. Dalam berperilaku, manusia yang berbudaya tidak menjalankan sikap-
sikap atau tindakan yang menyinpang dari peraturan-peraturan baik berupa norma- norma yang ada di
masyarakat maupun hokum yang berlaku.
Oleh karena itu sifat manusia yang berbudaya itu yang harus dimiliki setiap manusia khususnya
bangsa Indonesia yang dikenali sebagai Negara yang besar dengan banyaknya budaya yang dimiliki.
Jadilah manusia yang memiliki budaya yang tinggi yang menjadikan manusia tersebut sebagai
manusia yang berbudaya dan tentu manusia yang berbudaya itu pasti juga manusia yang
berpendidikan, akan tetapi sebaliknya manusia yang berpendidikan itu belum tentu dia manusia yang
berbudaya. Banyak contoh di negara ini manusia yang pintar atau berpendidikan yang melakukan
banyak tindak kejahatan atau menyimpang contohnya seperti korupsi. Itu semua terjadi karena mereka

13
tidak menjadi manusia yang berbudaya Dan akibatnya mereka tidak memiliki moral, kejujuran, Dan
rasa tanggung jawab. 
Karena itu jadilah manusia yang berbudaya. Dengan menjadi manusia yang berbudaya maka
masyarakat akan memiliki sikap yang berakal budi, bermoral, sopan dan santun dalam menjalani
kehidupan diri sendiri ataupun berbangsa dan bernegara. Sikap Dan sifat manusia yang berbudaya itu
juga yang akan menjadikan bangsa Indonesia bangsa yang besar yang memiliki jati diri sendiri sebagai
bangsa yang beradab dan bermartabat.

2.6 PROBLEMATIKA KEBUDAYAAN

Kebudayaan mengalami dinamika seiring dengan dinamika pergaulan hidup manusia sebagai
pemilik kebudayaan, dan adanya budaya dari luar yang teradang kita langsung menerima dan menerapkan
pada diri dan kehidupan kita tanpa berfikir panjang dengan resiko efek ke kebudayan kita sendiri. Ini lah
beberapa contoh problematika kebudayaan:
1. Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup dan sistem kepercayaan.
Dalam hal ini, kebudayaan tidak dapat bergerak atau berubah karena adanya pandangan hidup dan
sistem kepercayaan yang sangat kental, karena kuatnya kepercayaan sekelompok orang dengan
kebudayaannya mengakibatkan mereka tertutup pada dunia luar dan tidak mau menerima pemikiran-
pemikiran dari luar walaupun pemikiran yang baru ini lebih baik daripada pemikiran mereka. Sebagai
contoh dapat kita lihat bahwa orang jawa tidak mau meninggalkan kampung halamannya atau beralih
pola hidup sebagai petani. Padahal hidup mereka umumnya miskin.
2. Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan presepsi atau sudut pandang.
Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan presepsi dan sudut pandang ini dapat terjadi
antara masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Sebagai contoh dapat kita lihat banyak masyarakat
yang tidak setuju dengan program KB yang dicanangkan pemerintah yang salah satu tujuannya untuk
mengatasi kemiskinan dan kepadatan penduduk, karena masyarakat beranggapan bahwa banyak anak
banyak rezeki.
3. Hambatan budaya yang berkaitan dengan faktor psikologi atau kejiwaan.
Upaya untuk mentransmigrasikan penduduk dari daerah yang terkena bencana alam sering mengalami
kesulitan. Hal ini disebabkan karena adanya kekhawatiran penduduk bahwa ditempat yang baru hidup
mereka akan lebih sengsara dibandingkan dengan hidup mereka ditempat yang lama.
4. Masyarakat yang terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar.
Masyarakat yang tinggal di daerah-daerah terpencil yang kurang komunikasi dengan masyarakat luar
cendrung memiliki ilmu pengetahuan yang terbatas, mereka seolah-olah tertutup untuk menerima
program-program pembangunan.
5. Sikap tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru.

14
Sikap ini sangat mengagung-agungkan budaya tradisional sedemikian rupa sehingga menganggap hal-
hal baru itu akan merusak tatanan hidup mereka yang sudah mereka miliki secara turun-temurun.
6. Sikap etnosentrisme.
Sikap etnosentris adalah sikap yang mengagungkan budaya suku bangsa sendiri dan menganggap
rendah budaya suku bangsa lain. Sikap seperti ini akan memicu timbulnya pertentangan-pertentangan
suku, ras, agama, dan antar golongan. Kebudayaan yang beraneka ragam yang berkembang disuatu
wilayah seperti Indonesia terkadang menimbulkan sikap etnosentris yang dapat menimbulkan
perpecahan.

15
BAB III
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN SOSIAL

3.1 MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU

Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya mengandung
pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau satu
kesatuan. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium yang berarti yang tak terbagi, jadi
merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan.Individualitas manusia
tampak pada keinginan untuk selalu tumbuh berkembang sebagai sosok pribadi yang khas atau berbeda
dengan lain.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis,
unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut
menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut
sebagai individu. Dalam diri individu ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan
psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama.
Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Seorang individu
adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu
sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Kalau seseorang individu
memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau
sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan
dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan
fisik dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merujuk
pada lingkungan di mana seorang individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial
dengan anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih besar.
Karakteristik yang khas dari seseorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang memiliki
kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan (genotip) dan faktor lingkungan
(fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.
Dalam perkembangannya setiap individu mengalami dan di bebankan berbagai peranan, yang
berasal dari kondisi kebersamaan hidup dengan sesama manusia. Seringkali pula terdapat konflik dalam
diri individu, karena tingkah laku yang khas dirinya bertentangan dengan peranan yang dituntut
masyarakatnya. Namun setiap warga masyarakat yang namanya individu wajar untuk menyesuaikan
tingkah lakunya sebagai bagian dari perilaku sosial masyarakatnya. Keberhasilan dalam menyesuaikan
diri atau memerankan diri sebagai individu dan sebagai warga bagian masyarakatnya memberikan

16
konotasi “maang” dalam arti sosial. Artinya individu tersebut telah dapat menemukan kepribadiannya
atau dengan kata lain proses aktualisasi dirinya sebagai bagian dari lingkungannya telah terbentuk.
Manusia sebagai individu selalu berada di tengah-tengah kelompok individu yang sekaligus
mematangkannya untuk menjadi pribadi. Proses dari indvidu untuk menjadi pribadi, tidak hanya
didukung dan dihambat oleh dirinya, tetapi juga didukung dan dihambat oleh kelompok sekitarnya.
1. Proses Destruktif dan Konstruktif
Dalam proses untuk menjadi pribadi ini, individu dituntut untuk menyesuaikan dengan
lingkungan tempat ia berada. Lingkungan disini hendaknya diartikan sebagai lingkungan fisik dan
lingkungan psikis. Di dalam lingkungan fisik, individu harus menyesuaikan dirinya dengan keadaan
jasmaninya sedemikian rupa untuk berhadapan dengan individu lain dengan keadaan jasmaninya yang
sama atau berbeda sama sekali.
Prasarana fisik yang sedemikian adanya harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang
terdiri dari individu-individu yang menganut sistem yang lama.
Dalam hubungan dengan lingkungan kita nanti akan melihat apakah individu tersebut
menyesuaikan dirinya secara alloplastis, yaitu individu di sini secara aktif mempengaruhi dan bahkan
sering mengubah lingkungannya. Atau sebaliknya individu menyesuaikan diri secara padif
(autoplastis), yaitu lingkungan yang akan membentuk pribadi seseorang. Pada diri individu yang
destruktif kita jumpai kecenderungn untuk memenuhi kebutuhan psikis berlebihan.Biasanya mencari
kepuasan temporal yang sering kali hanya dinikmatinya sendiri, dan kalau mungkin hanya oleh
segelintir individu-individu lain yang menjadi kelompoknya, dan dalam melakukan ini,
penampilannya akan ditandai oleh tindakan yang semata- mata rasional kearah masa depan.
2. Kompromistis dan Anti-Establishment
Sikap kompromis seseorang individu biasanya banyak disebabkan oleh cara-cara yang memenuhi
kebutuhan-kebutuhan organik maupun kebutuhan psikologis. Sikap anti- establishment ini merupakan
sikap individual yang berlebihan dalam hal individu berintaraksi dengan lingkungannya. Hal ini sangat
erat kaitannya dengan usaha individu dalam pencarian identitas diri yang bersifat psikologis (in the
search for self identity). Sehingga dalam proses pencarian, akan terlihat penggambaran mengenai
waktu diri sendiri yang sangat dominan.
Perubahan dirasakan oleh hampir semua manusia dalam masyarakat. Perubahan dalam
masyarakat tersebut wajar, mengingat manusia memiliki kebutuhan yang tidak terbatas. Kalian akan
dapat melihat perubahan itu setelah membandingkan keadaan pada beberapa waktu lalu dengan
keadaan sekarang. Perubahan itu dapat terjadi di berbagai aspek kehidupan, seperti peralatan dan
perlengkapan hidup, mata pencaharian, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan,
serta religi/keyakinan.

17
3.2 MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL

Menurut kodratnya, Manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga
diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya
dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya.
Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk,
karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia
dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk
berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau
tidak hidup di tengah-tengah manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa
berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa
berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.Dapat
disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu :
1. Karena manusia tunduk pada aturan yang berlaku.
2. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
4. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
Ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk interaksi sosial
didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud adalah dengan manusia satu dengan
manusia yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia
terdiri dari tiga hal yakni :
1. Tekanan emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain.
2. Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang direndahkan
maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang lain kondisi tersebut dimana
orang yang direndahkan membutuhkan kasih saying orang lain atau dukungan moral untuk
membentuk kondisi seperti semula.
3. Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang sepaham atau
sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.

3.3 INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI

1. Interaksi Sosial
Kata interaksi berasal dari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik
saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan masyarakat. Interaksi adalah proses di
mana orang-oarang berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi dala pikiran dan tindakannya.
Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu

18
dengan yang lain. Interaksi sosial antar individu terjadi manakala dua orang bertemu, interaksi
dimulai: pada saat itu mereka saling menegeur, berjabat tangan, saling berbicara, atau bahkan mungkin
berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk- bentuk dari interaksi sosial.
Interaksi sosial terjadi dengan didasari oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. Imitasi adalah suatu proses peniruan atau meniru.
2. Sugesti adalah suatu poroses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau
peduman-pedoman tingkah laku orang lain tanpa dkritik terlebih dahulu. Yang dimaksud sugesti di
sini adalah pengaruh pysic, baik yang datang dari dirinya sendiri maupuhn dari orang lain, yang
pada umumnya diterima tanpa adanya kritik. Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya, dengan
interaksi sosial adalaha hampir sama. Bedanya ialah bahwa imitasi orang yang satu mengikuti salah
satu dirinya, sedangkan pada sugesti seeorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya, lalu
diterima oleh orang lain di luarnya.
3. Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identi (sama) dengan orang lain, baik
secara lahiriah maupun batiniah.
4. Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati timbul tidak
atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilain perasaan seperti juga pada proses
identifikasi.
2. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial.
Bentuk-bentuk intraksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition),
dan pertentangan (conflict). Suatu keadaan dapat dianggap sebagai bentuk keempat dari interaksi
sosial, keempat pokok dari interaksi sosial tersebut tidak perlu merupakan kontinuitas dalam arti
bahwa interaksi itu dimulai dengan adanya kerja sama yang kemudian menjadi persaingan serta
memuncak menjadi pertiakain untuk akhirnya sampai pada akomodasi.
Gilin and Gilin pernah mengadakan pertolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka ada dua
macam pross sosial yang timbul sebagaiu akibat adanya interaksi sosial, yaitu:
a. Proses Asosiatif, terbagi dalam tiga bentuk khusus yaitu akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.
Bentuk Interaksi Asosiatif:
Kerja sama (cooperation).
Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya dan kelompok
lainnya. Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama ada tiga bentuk kerja sama, yaitu:
 Bargainng, pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi
atau lebih  Cooperation, proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau
pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu carta untuk menghindari
terjadinya goncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.
 Coalition, kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama.

19
 Akomodasi (accomodation)
Adapun bentuk-bentuk akomodasi, di antaranya :
 Coertion, yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya
paksaan.
 Compromise, suatu bentuk akomodasi, di mana pihak yang terlibat masing-masing
mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
 Arbiration, suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak yang berhadapan tidak
sanggup untuk mencapainya sendiri.
 Meditation, hampir menyerupai arbiration diundang pihak ke tiga yang retial dalam
persoalan yang ada.
 Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih, bagi
tercapainya suatu tujuan bersama.
 Stelemate, merupakan suatu akomodasi di mana pihak-pihak yang
berkepentinganmempunyai yang seimbang, berhenti pada titik tertentu dalam melakukan
pertentangan.
 Adjudication¸ yaitu perselisihan atau perkara di pengadilan.
b. Proses Disosiatif, mencakup persaingan yang meliputi “contravention” dan pertentangan pertikain.
Bentuk Interaksi Disosiatif.
a. Persaingan (competition).
Persaingan adalah bentuk interaksi yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang bersaing
untuk mendapatkan keuntungan tertentu bagi dirinya dengan cara menarik perhatian atau
mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan kekerasan.
b. Kontraversi (contaversion).
Kontraversi bentuk interaksi yang berbeda antara persaingan dan pertentangan. Kontaversi
ditandai oleh adanya ketidakpastian terhadap diri seseorang, perasaan tidak suka yang
disembunyikannya dan kebencian terhadap kepribadian orang, akan tetapi gejala-gejala tersebut
tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian.
c. Pertentangan (conflict).
Pertentangan adalah suatu bentuk interaksi antar individu atau kelompok sosial yang berusaha
untuk mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lain disertai ancaman atau kekerasan.
Pertentangan memiliki bentuk khusus, antara lain: pertentangan pribadi, pertentangan rasional,
pertentangan kelas sosial, dan pertentangan politik.
3. Sosialisasi
Peter Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses di mana seorang anak belajar
menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat (Berger, 1978:116).

20
Salah satu teori peranan dikaitkan sosialisasi ialah teori George Herbert Mead. Dalam teorinya
yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society (1972). Mead menguraikan tahap-tahap
pengembangan secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain, yaitu melalui
beberapa tahap-tahap play stage, game sytage, dan tahap generalized other. Menurut Mead pada tahap
pertama, play stage, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peranan orang-orang yang berada di
sekitarnya.
Pada tahap game stage seorang anak tidak hanya telah mengetahui peranan yang harus tetapi telah
pula mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Pada
tahap ketiga sosialisasi, seseorang dianggap telah mampu mengambil peran-peran yang dijalankan
orang lain dalam masyarakat yaitu mampu mengambil peran generalized others. Ia telah mampu
berinteraksi denagn orang lain dalam masyarakat karena telah memahami peranannya sendiri serta
peranan orang-orang lain dengan siapa ia berinteraksi.
Menurut Cooley konsep diri (self-concept) seseorang berkembang melalalui interaksinya dengan
orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain ini oleh Cooley diberi nama
looking-glass self. Cooley berpendapat looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap. Tahap pertama
seseorang mempunyai persepsi mengenaoi pandangan orang lain terhadapnya. Pada tahap berikut
seseorang mempunyai persepsi mengenai penilain oreang lain terhadap penampilannya. Pada tahap
ketiga seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain
terhadapnya itu.
Pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi itu menurut Fuller and Jacobs (1973:168-208)
mengidentifikasikan agen sosialisasi utama: keluarga, kelompok bermain, media massa, dan sistem
pendidikan.
4. Bentuk dan Pola Sosialisasi
a. Bentuk-bentuk Sosialisasi
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Dalam kaitan
inilah para pakar berbicara mengenai bentuk-bentuk proses sosialisasi seperti sosialisasi setelah
masa kanak-kanak, pendidikan sepanjang hidup, atau pendidikan berkesinambungan.
b. Pola-pola Sosialisasi
Pada dasarrnya kita mengenal dua pola sosialisasi, yaitu pola represi yang menekankan pada
penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Dan pola partisipatori yang merupakan pola yang
didalamnya anak diberi imbalan manakala berperilaku baik dan anak menjadi pusat sosialisasi.
c. Masyarakat dan Komunitas
Masyarakat itu merupakan kelompok atau kolektifitas manusia yang melakuakn antar hubungan,
sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta telah melakukan
jalinan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama. Unsur-unsur masyarakat yaitu:

21
Kumpulan orang, sudah terbentuk dengan lama, sudah memiliki sistem dan struktur sosial
tersendiri, memiliki kepercayaan, sikap, dan perilaku yang dimiliki bersama, adanya
kesinambungan dan pertahanan diri, dan memiliki kebudayaan.
 Masyarakat Setempat (community)
Masyarakat setempat menunjukan pada bagianmasyarakat yang bertempat tinggal disatu
wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu dimana faktor utama yang menjadi
dasarnya adalah interaksi yang lebih besar diantara anggota-anggotanya, dibandingkan interaksi
dengan penduduk diluar batas wilayahnya.
 Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota
Menurut Soerjono Soekamto, masyarakat kota dan desa memiliki perhatian yang berbeda,
khususnya terhadap perhatian keperluan hidup. Di desa, yang diutamakan adalah perhatian
khusus terhadap keperluan pokok, fungsi-fungsi yang lain diabaikan. Lain dengan pandangan
orang kota, mereka melihat selain kebutuhan pokok, mereka melihat selain kebutuhan pokok,
pandangan sekitarnya sangat mereka perhatikan.
 Masyarakat Multikultural
Perlu diketahui, ada tiga istilah yang digunakan secara bergantian untuk mengambarkan
masyarakat yang terdiri atas agama, ras, bahasa dan budaya yang berbeda, yaitu pluralitas,
keragaman, dan multikultural.
Konsep pluralitas menekankan pada adanya hal-hal yang lebih dari satu (banyak).
Keragaman menunjukan bahwa keberadaanya yang lebih dari satu itu berbeda-beda, heterogen,
dan bahkan tidak dapat dipersamakan. Sementara itu, konsep multikultralisme sebenarnya
merupakan konsep yang relatif baru. Inti dari multikulturalisme adalah kesediaan menerima
kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa memperdulikan perbedaan budaya, etnik,
gender, bahasa ataupun agama. Jadi, apabila pluralitas hanya menggambarkan kemajemukan,
multikulturalisme meberikan penegasan bahwa dengan segala perbedaannya itu mereka adalah
sama diruang publik.
Pengaruh Multikultural Terhadap Kehidupan Beragama, Bermasyarakat, Bernegara dan
Kehidupan Global Problematika yang muncul dari keragaman yaitu munculnya berbagai kasus
disintegrasi bangsa dan bubarnya sebuah negara, dapat disimpulkan adanya lima faktor utama
yang secara gradual bisa menjadi penyebab utama proses itu, yaitu: kegagalan kepemimpinan,
krisis ekonomi yang akut dan berlangsung lama, krisis politik, krisis sosial, dan intervensi asing.
Realitas keragaman budaya bangsa ini tentu membawa konsekuensi munculnya persoalan
gesekan antar budaya, yang mempengaruhi dinamika kehidupan bangsa sebagai kelompok
sosial, oleh sebab itu kita harus bersikap terbuka melihat semua perbedaan dalam keragaman
yang ada, meenjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan, dan menjadikan keragaman sebagai

22
kekayaan bangsa, alat pengikta persatuan seluruh masyarakat dalam kebudayaan yang beraneka
ragam.

3.4 PENGEMBANGAN MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN SOSIAL

1. Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Individu


Sebagai makhluk individu yang menjadi satuan terkecil dalam suatu organisasi atau kelompok,
manusia harus memiliki kesadaran diri yang dimulai dari kesadaran pribadi di antara segala kesadaran
terhadap segala sesuatu. Kesadaran diri tersebut meliputi kesadaran diri di antara realita, self-respect,
self-narcisme, egoisme, martabat kepribadian, perbedaan dan persamaan dengan pribadi lain,
khususnya kesadaran akan potensi-potensi pribadi yang menjadi dasar bagi self-realisation.
Sebagai makhluk individu, manusia memerlukan pola tingkah laku yang bukan merupakan
tindakan instingtif belaka. Manusia yang biasa dikenal dengan Homo sapiens memiliki akal pikiran
yang dapat digunakan untuk berpikir dan berlaku bijaksana. Dengan akal tersebut, manusia dapat
mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam dirinya seperti, karya, cipta, dan karsa. Dengan
pengembangan potensi-potensi yang ada, manusia mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia
seutuhnya yaitu makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
Perkembangan manusia secara perorangan pun melalui tahap-tahap yang memakan waktu
puluhan atau bahakan belasan tahun untuk menjadi dewasa. Upaya pendidikan dalam menjadikan
manusia semakin berkembang. Perkembangan keindividualan memungkinkan seseorang untuk
mengmbangkan setiap potensi yang ada pada dirinya secara optimal.
Sebagai makhluk individu manusia mempunyai suatu potensi yang akan berkembang jika
disertai dengan pendidikan. Melalui pendidikan, manusia dapat menggali dan mengoptimalkan segala
potensi yang ada pada dirinya. Melalui pendidikan pula manusia dapat mengembangkan ide-ide yang
ada dalam pikirannya dan menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari yang dapat meningkatkan
kualitas hidup manusia itu sendiri.

2. Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Sosial


Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan
untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu ingin
berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang interdependensi. Di dalam
kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga
masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu mengandung
konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini
adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan
oleh interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi

23
kepentingan bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan
sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Pada zaman modern seperti saat ini manusia
memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri. Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja,
manusia juga mempunyai perasaaan emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan
mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih saying,
harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya
dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan
kehidupan bermasyarakat.
Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat
menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang dimiliki oleh
manusia. Imanuel Kant mengatakan, “manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan”. Jadi
jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini
telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi
penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi pembentukan pribadi seseorang.
Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia hidup
bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam memenuhi
kebutuhan rohani.

24
BAB IV
MANUSIA DAN PERADABAN

4.1 PENGERTIAN, WUJUD DAN HAKIKAT PERADABAN

1. Pengertian Peradaban
Istilah peradaban dalambahasa inggris disebut Civilization. Istilah peradaban sering dipakai untuk
menunjukkan pendapat dan penilaian kita terhadapperkembangan kebudayaan.
Definisi peradaban menurut Koentjaraningrat menyatakan bahwa peradaban merupakan bagian
dari unsur kebudayaan yang halus, maju, dan indah seperti misalnya kesenian, ilmupengetahuan, adat
sopan santun pergaulan, kepandaian menulis, organisasikenegaraan, kebudayaan yang mempunyai
system teknologi dan masyarakat kota yang maju dan kompleks.

2. Wujud Peradaban
Dalam penjelasan Rohiman Notowidagdo menjelaskan bahwa terjadinya disharmoniantara Barat
dan Timur disebabkan pikiran Barat tentang Timur yang penuh dengan bayangannegatif dan
prasangka, akibatnya alam pikiran Barat dan Timur tidak pernah bertemu. Dalam pikiran Timur, Barat
digambarkan sebagai materialisme, kapitalisme, rasionalisme, dinamisme, saintisme, positivisme, dan
sekularisme. Sebaliknya, Barat membayangkan Timursebagai kemiskinan, kebodohan, ststis, fatalis,
dan kontemplatif. Tentu saja gambaran yang demikian menimbulkan sikap berlawanan yang akhirnya
mewujudkan permusuhan (konflik), disharmoni,persaingan, dan perang.
Perbedaan presepsi tersebut dapat dirasakan ada peradabannya. Karena Peradaban hanya
menekankan pada unsur tertentu, mungkin unsur akal (tingkat berfikir) mungkin unsur nurani
(perasaan). Peradaban menurut Konsep Barat lebih mengutamakan unsur akal (tingkat berfikir),
sedangkan peradaban menurut konsep Timur lebih mengutamakan unsur nurani (perasaan,
estetis).Dengan demikian di kalangan orang Barat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih
dulu unggul dibandingkan dengan orang timur. Dikalangan orang Timur, hati nurani (perasaan) lebih
diutamakan dari pada akal (ratio). Benar menurut akal, belum tentu baik dan belum tentu sesuai
dengan hati nurani.

3. Hakikat Peradaban
Koentjaraningrat (1990) menjelaskan bahwa dalam Istilah kebudayaan ada pula istilah peradaban.
Hal ini adalah sama dengan istilah dalam bahasa Inggris civilization yang biasanya dipakai untuk
menyebutkan bagian atau unsur dari kebudayaan yang harus maju dan indah. Kebudayaan sendiri
berasal dari kata culture, istilah peradaban sering dipakai untuk menunjukkan pendapat dan penilaian
kita terhadap perkembangan kebudayaan.

25
Peradaban berasal dari kata adab, yang dapat diartikan sopan, berbudi pekerti, luhur, mulia,
berakhalak, yang semuanya menunjuk pada sifat yang tinggi dan mulia. Prof. Dr. Nurcholis Madjid
( Islam Dan Pluralism ) menggunakan  istilah civilization (peradaban) merupakan prinsip – prinsip
yang di buat bersama oleh masyarakat, dan menjadi hukum yang di tunduki secara bersama pula.
a. Kontjaranigrat (1990 : 182) menyatakan peradaban untuk menyebut bagian dan unsur kebudayaan
yang halus, maju, dan indah seperti misalnya kesenian, ilmu pengetahuan, adat sopan santun
pergaulan, kepandaian menulis, organisasi kenegaraan, kebudayaan yang mempunyai system
teknologi dan masyarakat kota yang maju dan kompleks.
b. Ibnu Khaldun (1332-1406 M) melihat peradaban sebagai organisasi sosial manusia, kelanjutan dari
proses tamaddun (semacam urbanisasi), lewat ashabiyah (group feeling), merupakan keseluruhan
kompleksitas produk pikiran kelompok manusia yang mengatasi negara, ras, suku, atau agama,
yang membedakannya dari yang lain, tetapi tidak monolitik dengan sendirinya. Pendekatan
terhadap peradaban bisa dilakukan dengan menggunakan organisasi sosial, kebudayaan, cara
berkehidupan yang sudah maju, termasuk system IPTEK dan pemerintahannya.
Pada waktu perkembangan kebudayaan mencapai puncaknya berwujud unsur-unsur budaya yang
bersifat halus, indah, tinggi, sopan, luhur dan sebagainya, maka masyarakat pemilik kebudayaan
tersebut dikatakan telah memiliki peradaban yang tinggi. Tinggi rendahnya peradaban suatu bangsa
sangat dipengaruhi oleh faktor: Pendidikan, Kemajuan teknologi dan, Ilmu pengetahuan.

4.2 MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BERADAB DAN MASYARAKAT ADAB

Peradaban tidak hanya menunjuk pada hasil-hasil kebudayaan manusia yang sifatnya fisik, seperti
barang, bangunan, dan benda-benda. Kebudayaan merupakan keseluruhan dari budi daya manusia, baik
cipta, karsa, dan rasa. Adab artinya sopan. Manusia sebagai makhluk beraberdab artinya pribadi manusia
itu memiliki potensi untuk berlaku sopan, berahlak dan berbudi pekerti yang luhur menuju pada prilaku
pada manusia. Manusia beradab adalah manusia yang bisa menyelaraskan antara, cipata, rasa, dan karsa.
Kaelan (2002) menyatakan manusi yang beradab adalah manusia yang mampu melaksanakan hakikatnya
sebagai manusia (monopluraris secara optimal).
Manusia adalah makhluk yang beradab sebab dianugrahi harkat, martabat, serta potensi
kemanusiaan yang tinggi.  Konsep masyarakat adab berasal dari konsep civil society, dari asal kata
cociety civilis. istilah masyarakat adab dikenal dengan kata lain masyarakat sipil, masyarakat warga, atau
masyarakat madani.
Nurcholish madjid mengindonesiakan civil society (inggris) dengan masyarakat madani. Nurcholis
majid menyebut masyarakat madani (civil society) yaitu suatu masyarakat yang berbudi luhur, berakhlak
mulia, dan berperadaban, dengan ciri-ciri, antara lain egalitarianisme, menghargai prestasi, keterbukaan,
penegakan hukum dan keadilan. Toleransi dan pluralisme, serta keterbukaan dan penegakan hukum dan

26
keadilan, toleransi dan pluralisme, serta musyawarah (Budi Munawar Ranchman. 2011:183). Muhamad
A.S. Hikam (1990) didalam bukunya demokrasi dan civil society memberikan defenisi civil society
sebagai wilayah kehidupan social yang terorganisasi dan bercirikan antaralain bersukarelaan (Voluntari),
keswasembedaan (self generating), keswadayaan (self sporting), kemandirian yang tinggi berhadapan
dengan negara, dan keterikatan dengan norma atau nilai hukum yang diikuti oleh warganya.

4.3 EVOLUSI BUDAYA DAN WUJUD PERADABAN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA

Evolusi kebudayaan ini berlangsung sesuai dengan perkembangan budi daya atau akal pikiran
manusia dalam menghadapi tantangan hidup dari waktu ke waktu. Proses evolusi untuk tiap kelompok
masyarakat di berbagai tempat berbeda-beda, bergantung pada tantangan, lingkungan, dan kemampuan
intelektual manusianya untuk mengantisipasi tantangan tadi. Adanya kebudayaan bermula dari
kemampuan akal dan budi daya manusia dalam menanggapi, merespons, dan mengatasi tantangan alam
dan lingkungan dalam upaya mencapai kebutuhan hidupnya. Dengan potensi akal dan budi inilah manusia
menaklukkan alam. Manusia menemukan dan menciptakan berbagai sarana hidup sebagai upaya
mengatasi tantangan alam. Manusia menciptakan kebudayaan.
Proses evolusi untuk tiap kelompok masyarakat di berbagai tempat berbeda-beda, bergantung pada
tantangan, lingkungan, dan kemampuan intelektual manusianya untuk mengantisipasi tantangan tadi.
Pandangan sebagian ahli materialisme memandang bahwa evolusi kebudayaan hadir karena ketundukan
manusia terhadap pola produksi dan alat – alat produksi atau secara umum pengendalian sifat hewani
manusia dan jasmani manusia untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sementara pandangan lainya seperti
yang di kemukakan oleh murtadha muntahhari ( 2002 ) dalam bukunya yang berjudul Manusia Dan Alam
Semesta. Bahwa sifat hewani dan sifat manusiawi manusia telah menjadi satu kesatuan yang berevolusi
yang menjadikan manusia sebagai organism yang memiliki tindakan dan kecendurungan. Selanjutnya
manusia marupakan manusia yang memiliki pengetahuan dan beragama dengan istilah lain memiliki
kebutuhan spiritual, sehingga dalam perkembanganya budaya manusia akan berevolusi ketingkat dimana
pembebasan manusia dari ketundukannya terhadap alat – alat produksi dan perekonomianya tadi menjadi
masyarakat yang terus memenuhi kebutuhan ideology dan agamanya atas dasar tuntutan sifat
manusiawinya tadi. Itulah titik evolusi kebudayaan manusia di masa depanya menurut murtadha
muntahhari.
Peradaban merupakan tahapan dari evolusi budaya yang telah berjalan bertahap dan
berkesinambungan, memperlihatkan karakter yang khas pada tahap tersebut, yang didirikan oleh kualitas
tertentu dari unsur budaya yang menonjol, meliputi tingkat ilmu pengetahuan, seni, teknologi, dan
spiritualitas yang tinggi. contoh, peradaban Mesir Kuno tercermin dari hasil budaya yang tinggi dalam
sosok bangunannya (piramid, obeliks, sphinx) yang terkait dengan ilmu bangunan, tulisan, serta gambar
yang memperlihatkan tahap budaya. Contoh lainnya, tentang peradaban Cina Kuno, yang juga

27
menampakkan tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi dalam hal tulisan yang menjadi ciri budaya
setempat.
Mengacu pada pandangan Nurcholish Madjid wujud peradaban dalam masyarakat social budaya
telah di contohkan oleh masyarakat madina pada masa Nabi SAW dengan tercipnya masyarakat egaliter
dimana antara kemajemukan masyarakat yang ada di madinah telah melahirkan saling menghormati dan
tidak membedakan manusia berdasarkan ras dan warna kulitnya, hal lain yang menjadi ciri khas
kehidupan social budaya yang merefleksikan wujud masyarakat ber peradaban pada masa itu dimana
tingkat partisipatis dan kebersamaan yang tinggi serta terciptanya demokrasi atas dasar musyawarah
bersama. ( Budy Munawar Racman 2011: 183 - 184 )
Dari paparan di atas merefleksikan peradaban dalam ruang lingkup sosial budaya masyarakat.
Selanjutnya, bidang sosial budaya mengubah banyak aspek dalam sejarah peradaban manusia itu sendiri.
Bidang sosial budaya mencakup sistem kekuasaan, sistem kepercayaan, tulisan perhubungan, dan
organisasi sosial yang dibentuk kala itu.
Kembali ke evolusi budaya dalam tinjauan historis. gelombang pertama sebagai tahap peradaban
pertanian, dimana dimulai kehidupan baru dari budaya meramu ke bercocok tanam. ( revolusi agraris)
gelombang kedua sebagai tahap peradaban industri penemuan mesin uap, energi listrik, mesin untuk
mobil dan pesawat terbang. (revolusi industri) gelombang ketiga sebagai tahap peradaban informasi.
Penemuan TI dan komunikasi dengan computer atau alat komunikasi digital.

4.4 DINAMIKA PERADABAN GLOBAL PADA KEHIDUPAN MANUSIA

Menurut nurcholis madjid dalam risalah singkatnya yang di tuangkan dalam Nilai – nilai dasar
perjuangan, menerangkan bahwa manusia di ciptakan sebagai mahluk tertinggi dengan di bekali
kemampuan spiritual ( iman ), dan kemampuan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan menusia
menyangkut alam dan manusia, sehingga tugas manusia ialah bagaimana menciptakan sejarah.
Selanjutnya nurcholis manjdid mengatakan bahwa alam memiliki perubahan dan perkembangan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perubahan dan perkembangan inilah yang memungkinkan terciptanya
evolusi dan dari sejarah yang di ciptakan oleh manusia meninggalkan kebudayaan dan nilai – nilai
maupun tradisi yang ada di masyarakat tersebut.
Gelombang ketiga yang di tandai dengan revormasi dalam bidang komunikasi melahirkan suatu
masyarakat dunia yang dikenal dengan sebutan the global village (kampung global). Kita sekarang berada
pada gelombang ketiga atau masa revolusi informasi. Diperkirakan era informasi ini akan mencapai
puncaknya pada 10-20 tahun mendatang.
John Naisbitt dalam bukunya Megatrends (1982), menyatakan bahwa globalisasi memunculkan
perubahan-perubahan yang akan dialami oleh negara-negara dunia. Perubahan itu terjadi karena interaksi

28
yang dekat dan intensif antarnegara, terutama negara berkembang akan terpengaruh oleh kemajuan di
negara-negara maju. Perubahan-perubahan tersebut ialah:
1. Perubahan dari masyarakat industri ke masyarakat informasi.
2. Perubahan dari teknologi yang mengandalkan kekuatan tenaga ke teknologi canggih.
3. Perubahan dari ekonomi nasional ke ekonomi dunia.
4. Perubahan dari jangka pendek ke jangka panjang.
5. Perubahan dari sentralisasi ke desentralisasi.
6. Perubahan dari bantuan lembaga ke bantuan diri sendiri.
7. Perubahan dari demokrasi perwakilan ke demokrasi partisipatori.
8. Perubahan dari sistem hierarki ke jaringan kerja.
9. Perubahan dari utara ke selatan.
10. Perubahan dari suatu di antara dua pilihan menjadi macam-macam pilihan.
Peradaban global yang tengah terjadi dewasa ini tidak bisa dipisahkan dari globalisasi itu sendiri.
Kata globalisasi diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi adalah suatu
fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan
bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi
mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan.
Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan
dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Wacana globalisasi sebagai sebuah
proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu
mengubah dunia secara mendasar. Globalisasi digerakkan oleh kemajuan yang pesat dalam teknologi
transportasi dan informasi komunikasi. Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin
berkembangnya fenomena globalisasi di dunia:
1. Hilir mudiknya kapal-kapal pengangkut barang antarnegara menunjukkan keterkaitan antarmanusia
diseluruh dunia.
2. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan Internet menunjukkan
bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakkan massa semacam
turisme,memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
3. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat
dari pertumbuhan perdagangan internacional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasioanal, dan
dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
4. Peningkatan interaksi cultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik,
serta transmisi berita dan olahraga internacional. Saat ini kita dapat mengonsumsi dan mengalami
gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya misalnya
dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.

29
5. Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinacional, inflasi
regional, dan lain-lain.

4.5 PERADABAN DAN PROBLEMATIKANYA BAGI KEHIDUPAN MANUSIA

Arus modernisasi dan globalisasi adalah sesuatu yang pasti terjadi dan sulit untuk dikendalikan,
terutama karena begitu cepatnya informasi yang masuk ke seluruh belahan dunia, hal ini membawa
pengaruh bagi seluruh bangsa di dunia,termasuk di dalamnya bangsa Indonesia.
Arus informasi berkembang cepat menumbuhkan cakrawala pandangan manusia makin terbuka
luas. Dengan daya pengaruhnya yang sangat besar, karena ditopang pula oleh sistem – sistem  sosial yang
kuat, dan dalam kecepatan yang makin tinggi, teknologi telah menjadi pengarah hidup manusia.
Dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, maka dunia menjadi sempit, ruang,
dan waktu menjadi sangat relatif, dan dalam banyak hal, batas– batas negara sering menjadi kabur dan
bahkan mulai tidak relevan. Tujuan akhir dari kedua usaha atau kewajiban ini menurut Indra
Siswarini[17] adalah masyarakat modern yang tipikal Indonesia, masyarakat yang tidak hanya mampu
membangun dirinya sederajat dengan bangsa lain tetapi juga tangguh dalam menghadapi kemerosotan
mutu lingkungan hidup.
Akibat globalisasi diantaranya masyarakat mengalami anomi atau tidak punya norma atau
heteronmy atau banyak norma sehingga terjadi kompromisme sosial terhadap hal – hal yang sebelumnya
dianggap melanggar norma tunggal masyarakat.Selain itu juga terjadinya diorientasi atau alienasi.
Kemajuaan bidang teknologi, komunikasi dan informasi yang demikian pesat sebagai sebuah
perkembangan peradaban manusia kadang kala menimbulkan problematika bagi kehidupan manusia.
Sebagai contoh (handphone) dengan berbagai fasilitas yang ada didalamnya, dapat memberikan manfaat
yang sangan besaar kalau digunakan secara baik, tetapi sebaliknya jika digunakan secara tidak baik akan
menimbulkan dampak negatif.
Pertumbuhan dan perkembangan demografi, juga berpotensi menimbulkan problematika bagi adab
dan peradaban manusia. Jumlah penduduk yang berkembang, dengan cepat jika tidak diimbangi dengan
tersediannya lapangan pekerjaan yang cukup justru akan menciptakan gelombang pengangguran.
Oleh karena itu, upaya yang harus dilakukan agar kita mampu membangunan bangsa agar tetap
eksis di tengah – tengah arus modernisasi dan globalisasi yang semakin kuat, adalah dengan meningkat
peran lembaga pendidikan untuk terus mengali ilmu pengetahuan dan teknologi serta informasi tanpa
menghilangkan jati diri Indonesia melalui pelestarian nilai – nilai dan moral bangsa Indonesia.

BAB V
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN

30
5.1 HAKIKAT KERAGAMAN DAN KESETARAAN MANUSIA

1. Makna Keragaman Manusia


Keragaman manusia bukan berarti manusia itu bermacam-macam atau berjenis-
jenis seperti halnya binatang dan tumbuhan. manusia sebagai makhluk tuhan tetaplah berjenis satu.
Keragaman manusia di maksudkan bahwa setiap manusia memiliki perbedaan. Perbedaan itu ada
karena manusia adalah mahluk individu yang setiap individu memiliki cirri-ciri khas tersendiri.
Perbedaan itu terutama di tinjau dari sipat-sipat pribadi, misalnya sikap, watak, kelakuan, temperamen,
dan hasrat. Contoh, sebagaimahasiswa baru kita akan menjumpai teman-teman mahasiswa lain dengan
sipat danwatak yang bergam. Dalam kehidupan sehari-hari kita akan menemukan keragaman akan
sifat dan ciri-ciri khas dari setiap orang yang kita jumpai. Jadi manusia sebagai pribadi adalah unik dan
beragam Selain mahluk individu, manusia juga mahluk sosial yang membentuk kelompok persekutuan
hidup.
Tiap kelompok persekutuan hidup manusia juga beragam. Masyarakat sebagai persekutuan itu
berbeda dan beragam karena ada perbedaan, misalnya dalam hal ras, suku, agama, budaya, ekonomi,
agama, budaya,ekonomi, status social, jenis kelamin, daerah tempat tinggal, dan lain-lain. Hal-hal
demikian kita katakan sebagai unsur-unsur yang membentuk keragaman dalam masyarakat.
Keragaman manusia baik dalam tingkat individu di tingkat masyarakat merupakan tingkat realitas atau
kenyataan yang meski kita hadapi dan alami. Keragaman individual maupun sosial adalah implikasi
dari kedudukan manusia, baik sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Kita sebagai individu akan
berbeda dengan seseorang sebagai individu yang lain. Demikian pula kita sebagai bagian dari satu
masyarakat memiliki perbedaan dengan masyarakat lainnya. 
2. Makna Kesetaraan Manusia
Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai mahluk tuhan memiliki tingkat atau
kedudukan yang sama. Tingkatan atau kedudukan yang sama itu bersumber dari pandangan bahwa
semua manusia tanpa di bedakan adalah ciptaan dengan kedudukan yang sama, yaitu sebagai mahluk
mulia dan tinggi derajatnya di banding mahluk lain. Di hadapan tuhan, semua manusia adalah sama
derajat, kedudukan, atau, tingkatannya. Yang membedakan nantinya adalah tingkat ketaqwaan
manusia tersebut terhadap tuhan yang maha esa Persamaan kedudukan atau tingkatan manusia ini
berimplikasi pada adanya pengakuaan akan kesetaraan atau kesederajatan manusia. Jadi, kesetaraan
atau kesederajatan tidak sekedar bermakna adanya persamaan kedudukan manusia. Kesederajatan
adalah suatu sikap mengakui adanya persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban,
sebagai sesama, manusia. Implikasi selanjutnya adalah perlunya jaminan akan hak-hak setiapmanusia
bisa merealisasikan serta perlunya merumuskan sejumlah kewjiban-kewajiban agarsemua bisa
melaksanakan agar tercipta tertib kehidupan.

31
5.2 KEMAJEMUKAN DALAM DINAMIKA SOSIAL BUDAYA

Keragaman yang terdapat dalam kehidupan sosial manusia melahirkan masyarakat,majemuk.


Majemuk berarti banyak ragam, beraneka, berjenis-jenis. Konsep masyarakatmajemuk, (plural society)
pertama kali di perkenalkan oleh furnivall tahun 1948 yangmengtakan bahwa ciri utama masyarakat
adalah kehidupan secara berkelompok yang berdampingan secara fisik, tetapi terpisah oleh kehidupan
sosial dan tergabung dalam sebuah satuan politik, konsep ini merujuk pada masyarakat Indonesia masa
kolonial. Masyarakthindia belanda waktu itu dalam pengelompokan komunitasnya di dasarkan atas ras,
etnik, ekonomi, dan agama. Masyarakat tidak hanya terkelompok antara yang memerintah denganyang di
perintah tetapi secara fungsional terbelah berdasarkan satuan ekonomi, yaitu antara pedagang cina, arab,
india, dan kelompok petani bumi putra. Masyarakat dalam satuan-satuan ekonomi tersebut hidup pada
lokasi masing-masing dengan sistem sosialnya sendiri,meskipun di bawah kekuasaan politik kolonial.
Konsep masyarakt majemuk Furnivall di atas,di pertanyakan validitasnya sekarang ini sebab telah terjadi
perubahan fundamental akibat pembangunan serta kemajuaan ilmu pengetahuaan dan teknologi.
USMAN PELLY (1989) mengkategorikan masyarakat majemuk di suatu kota berdasarkan dua hal, yaitu
pembelahanhorizontal dan pembelahan vertical.
Secara horizontal masyarakat majemuk di kelompokkan berdasarkan :
1. Etnik dan ras atau asal-usul keturunan
2. Bahasa daerah
3. Adat istiadat atau perilaku
4. Agama
5. Pakaian, Makanan, dan budaya, material lainnya
Secara vertikal, masyarakat majemuk di kelompokan berdasarkan:
1. Penghasilan atau ekonomi
2. Pendidikan
3. Pemukiman
4. Pekerjaan
5. Kedudukan dan sosial politik
Seperti telah di uraikan di muka, hal-hal demikian dapat di katakan sebagai unsur-unsur yang
mempengaruhi keragaman masyarakat. Keragaman atau kemajemukan masyarakat terjadi karena unsur-
unsur, seperti ras, etnik, agama, pekerjaan (profesi), penghasilan, pendidikan, dan sebagainya. Pada
bagian ini akan di ulas tentang kemajemukan masyarakat Indonesia karena unsur-unsur ras dan etnik.
1. Ras
Berdasarkan karakter biologis, pada umunya manusia di kelompokan dalam berbagairas. Manusia
di bedakan menurut bentuk wajah, rambut, tinggi badan,warna kulit, mata, hidung dan karakteristik
fisik lainnya. Jadi ras adalah perbedaan manusia menurut atau berdasarkan ciri fisik biologis. Ciri

32
utama pembeda antar ras antara lain ciri alamiah rambut pada badan: warna alami rambut, kulit, dan
iris mata ; bentuk lipatan penutup mata ; bentukhidung serta bibir ; bentuk kepala dan muka ; ukuran
tinggi badan. Misalnya, ras melayusecara umum bercirikan kuli sawo matang, rambut ikal, bola mata
hitam, dan berperawakan badan sedang. Ras negro bercirikan kulit hitam dan berambut keriting.
2. Etnik Atau Suku Bangsa
F.Baar (1988) menyatakan etnik adalah suatu kelompok masyarakat yang sebagian besar secara
biologis maupun berkembang biak dan bertahan, mempunyai nilai budaya sama dansadar akan
kebersamaan dalam sutau bentuk budaya, membentuk jaringan komunikasi daninteraksi sendiri, dan
menentukan sendiri ciri kelompok yang di terima kelompok lain dandapat di bedakan dari kelompok
populasi lain. Secara etnik, bangsa Indonesia adalah bangsayang majemuk dengan jumlah etnik yang
besar. Berapa persis jumlah etnik di Indonesiasukar untuk di tentukan. Sebuah buku pintar rangkuman
pengetahuan sosial, lengkapmenuliskan jumlah etnik atau suku bangsa Indonesia ada 400 buah
(Sugeng HR, 2006). Klasifikasi dari suku bangsa di Indonesia biasanya di dasarkan system lingkaran
hukum adat. VAN VOLLENHOVEN mengemukakan adanya 19 lingkaran hukum adat di Indonesia
(Koentjaraningrat,1990). Keanekaragaman kelompok etnik ini dengan sendirinya memunculkan
keanekaragaman di kebudayaan di Indonesia. Jadi berdasarkan klasifikasi etnik secara nasional,
bangsa Indonesia adalah heterogen.

5.3 KERAGAMAN DAN KESETARAAN SEBAGAI KEKAYAAN SOSIAL BUDAYA BANGSA

Keragaman bangsa terutama karena adanya kemajemukan etnik, disebut juga suku bangsa atau
suku. Beragamnya etnik di Indonesia menyebabkan banyak ragam budaya, tradisi, kepercayaan, dan
pranata kebudayaan lainnya karena setiap etnis pada dasarnya menghasilkan kebudayaan. Masyarakat
Indonesia adalah masyarakat yang multikultur artinya memiliki banyak budaya.
Etnik atau suku merupakan identitas sosial budaya seseorang. Artinya identifikasi seseorang dapat
dikenali dari bahasa, tradisi, budaya, kepercayaan, dan pranata yang dijalaninya yan gbersumber dari
etnik dari mana ia berasal. Namun dalam perkembangan berikutnya, identitas sosial budaya seseorang
tidak semata-mata ditentukan dari etniknya. Identitas seseorang mungkin ditentukan dari golongan
ekonomi, status sosial, tingkat pendidikan, profesi yang digelutinya, dan lain-lain. Identitas etnik lama-
kelamaan bisa hilang, misalnya karena adanya perkawinan campur dan mobilitas yang tinggi.
Kemajemukan adalah karakteristik sosial budaya Indonesia. Selain kemajemukan, karakteristik
Indonesia yang lain adalah sebagai berikut (Sutarno, 2007) :
1. Jumlah penduduk yang besar
2. Wilayah yang luas
3. Posisi hilang
4. Kekayaan alam dan daerah tropis

33
5. Jumlah pulau yang banyak
6. Persebaran pulau
Kesetaraan atau kesederajatan menunjuk pada adanya persamaan kedudukan, hak dan kewajiban
sebagai manusia. Kesetaraan dalam derajat kemanusiaan dapat terwujud dalam praktik nyata dengan
adanya pranata-pranata sosial, terutama pranata hukum, yang merupakan mekanisme kontrol yang secara
ketat dan adil mendukung dan mendorong terwujudnya prinsip-prinsip kesetaraan dalam kehidupan nyata.
Kesetaraan derajat individu melihat individu sebagai manusia yang berderajat sama dengan meniadakan
hierarki atau jenjang sosial yang menempel pada dirinya berdasarkan atas asal rasial, sukubangsa,
kebangsawanan, atau pun kekayaan dan kekuasaan.
Pengakuan akan prinsip kesetaraan dan kesedarajatan itu secara yuridis diakui dan dijamin oleh
negara melalui UUD’45. Warga negara tanpa dilihat perbedaan ras, suku, agama, dan budayanya
diperlakukan sama dan memiliki kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan negara Indonesia
mengakui adanya prinsip persamaan kedudukan warga negara. Hal ini dinyatakan secara tegas dalam
Pasal 27 ayat (1) UUD’45 bahwa “segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.
Di negara demokrasi, kedudukan dan perlakuan yang sama dari warga Negara merupakan ciri
utama sebab demokrasi menganut prinsip persamaan dan kebebasan. Persamaan kedudukan di antara
warga Negara, misalnya dalam bidang kehidupan seperti persamaan dalam bidang politik, hukum,
kesempatan, ekonomi, dan sosial.

5.4 PROBLEMATIKA KERAGAMAN DAN KESETARAAN DALAM KEHIDUPAN


MASYARAKAT DAN NEGARA

1. Problem Keragaman Serta Solusinya Dalam Kehidupan


Masyarakat majemuk atau masyarakat yang beragam selalu memiliki sifat-sifat dasar sebagai
berikut :
a. Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang sering kali memiliki kebudayaan yang
berbeda.
b. Memiliki strutkutr sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat
nonkomplementer.
c. Kurang mengembangkan consensus di antara para anggota masyarakat tentan nilai-nilai sosial yang
bersifat dasar.
d. Secara relatif, sering kali terjadi konflik di antara kelompok yang satu dengan yang lainnya.
e. Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling ketergantungan di dalam bidang
ekonomi.
f. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain.

34
Keragaman adalah modal, tetapi sekaligus potensi konflik. Keragaman budaya daerah memang
memperkaya khazanah budaya dan menjadi modal yang berharga untuk membangun Indonesia yang
multicultural. Namun, kondisi aneka budaya itu sangat berpotensi memecah belah dan menjadi lahan
subur bagi konflik dan kecemburuan sosial.
Konflik atau pertentangan sebenarnya terdiri dari dua fase, yaitu fase disharmoni dan fase
disintegrasi. Disharmoni menunjuk pada adanya perbedaan pandangan tentang tujuan, nilai, norma,
dan tindakan antarkelompok. Disintegrasi merupakan fase di mana sudah tidak dapat lagi disatukannya
pandangan, nilai, norma, dan tindakan kelompok yang menyebabkan pertentangan antar kelompok.
Konflik horizontal yang terjadi bukan disebabkan oleh adanya perbedaan atau keragaman itu
sendiri. Adanya perbedaan ras, etnik, dan agama tidaklah harus menjadikan kita bertikai dengan pihak
lain.
Yang menjadi penyebab adalah tidak adanya komunikasi dan pemahaman pada berbagai
kelompok masyarakat dan budaya lain, inilah justru yang dapat memicu konflik. Kesadaranlah yang
dibutuhkan untuk menghargai, menghormati, serta menegakkan prinsip kesetaraan atau kesederajatan
antar masyarakat tersebut. Satu hal yang penting adalah meningkatkan pemahaman antar budaya dan
masyarakat yang mana sedapat mungkin menghilangkan penyakit budaya. Penyakit budaya tersebut
adalah etnosentrisme stereotip, prasangka, rasisme, diskriminasi, dan space goating. (Sutarno, 2007).
Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk menetapkan semua norma dan nilai budaya orang lain
dengan standar budayanya sendiri. Stereotip adalah pemberian sifat tertentu terhadap seseorang
berdasarkan kategori yang bersifat subjektif, hanya karena dia berasal dari kelompok yang
berbeda. Prasangka adalah sikap emosi yang mengarah pada cara berpikri dan berpandangan secara
negative dan tidak melihat fakta yang nyata ada. Rasisme bermakna anti terhadap ras lain atau ras
tertentu di luar ras sendiri.Diskriminasi merupakan tindakan yang membeda-bedakan dan kurang
bersahabat dari kelompok dominan terhadap kelompok subordinasinya. Space goating artinya
pengkambinghitaman.
Solusi lain yang dapat dipertimbangkan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan oleh pengaruh
negates dari keragaman adalah sebagai berikut :
a. Semangat religious
b. Semangat nasionalisme
c. Semangat pluralisme
d. Dialog antar umat beragama
e. Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi hubungan antaragama,
media massa, dan harmonisasi dunia.

2. Problem Kesetaraan serta Solusinya dalam Kehidupan

35
Prinsip kesetaraan atau kesederajatan mensyaratkan jaminan akan persamaan derajat, hak, dan
kewajiban. Indikator kesederajatan adalah sebagai berikut :
a. Adanya persamaan derajat dilihat dari agama, suku bangsa, ras, gender, dan golongan
b. Adanya   persamaan hak dari segi pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan yang layak
c. Adanya persamaan kewajiban sebagai hamba Tuhan, individu, dan anggota masyarakat.
Problem yang terjadi dalam kehidupan, umumnya adalah munculnya sikap dan perilaku untuk
tidak mengakui adanya persamaan derajat, hak, dan kewajiban antarmanusia atau antarwarga. Perilaku
yang membeda-bedakan orang disebut diskriminasi. Upaya untuk menekan dan menghapus praktik-
praktik diskriminasi adalah melalui perlindungan dan penegakan HAM disetiap ranah kehidupan
manusia. Seperti negara kita Indonesia yang berkomitmen untuk melindungi dan menegakkan hak
asasi warga negara melalui Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM.
Pada tataran operasional, upaya mewujudkan persamaan di depan hukum dan penghapusan
diskriminasi rasial antara lain ditandai dengan penghapusan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik
Indonesia (SBKRI) melalui keputusan Presiden No. 56 Tahun 1996 dan Instruksi Presiden No. 4
Tahun 1999. Disamping itu, ditetapkannya Imlek sebagai hari libur nasional menunjukkan
perkembangan upaya penghapusan diskriminasi rasial telah berada pada arah yang tepat.
Rumah tangga juga merupakan wilayah potensial terjadinya perilaku diskriminatif. Untuk
mencegah terjadinya perilaku diskriminatif dalam rumah tangga, antara lain telah ditetapkan Undang-
Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Undang-Undang No. 23 Tahun 2004
tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

36
BAB VI
MANUSIA, NILAI, MORAL DAN HUKUM

6.1 PENGERTIAN NILAI, MORAL DAN HUKUM

1. Nilai
Nilai dapat diartikan sebagai sifat atau kualitas dari sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia
baik lahir maupun batin. Bagi manusia nilai dijadikan sebagai landasan, alasan atau motivasi dalam
bersikap dan bertingkah laku, baik disadari maupun tidak.
2. Moral
Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan manusia. apabila
yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat
diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral
yang baik, begitu juga sebaliknya. Jadi moral adalah tata aturan norma-norma yang bersifat abstrak
yang mengatur kehidupan manusia untuk melakukan perbuatan tertentu dan sebagai pengendali yang
mengatur manusia untuk menjadi manusia yang baik.
3. Hukum
Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan dari
bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan masyarakat dalam berbagai cara
dan bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan sosial antar masyarakat terhadap kriminalisasi
dalam hukum pidana, hukum pidana yang berupayakan cara negara dapat menuntut pelaku dalam
konstitusi hukum menyediakan kerangka kerja bagi penciptaan hukum, perlindungan hak asasi
manusia dan memperluas kekuasaan politik serta cara perwakilan di mana mereka yang akan dipilih.

6.2 HAKIKAT FUNGSI PERWUJUDAN NILAI, MORAL DAN HUKUM

Terdapat beberapa bidang filsafat yang ada hubungannya dengan cara manusia mencari hakikat
sesuatu, satu di antaranya adalah aksiologi (filsafat nilai) yang mempunyai dua kajian utama yakni
estetika dan etika. Keduanya berbeda karena estetika berhubungan dengan keindahan sedangkan etika
berhubungan dengan baik dan salah, namun karena manusia selalu berhubungan dengan masalah
keindahan, baik, dan buruk bahkan dengan persoalan-persoalan layak atau tidaknya sesuatu, maka
pembahasan etika dan estetika jauh melangkah ke depan meningkatkan kemampuannya untuk mengkaji
persoalan nilai dan moral tersebut sebagaimana mestinya. Menurut Bartens ada tiga jenis makna etika,
yaitu:
1. Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang
atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

37
2. Etika berarti juga kumpulan asas atau nilai moral (kode etik).
3. Etika mempunyai arti ilmu tentang yang baik dan yang buruk (filsafat moral).
Norma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu kelompok
masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Norma akan berkembang seiring dengan kesepakatan-
kesepakatan sosial masyarakatnya, sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma menyangkut
perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya. Keberadaan norma dalam
masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial
yang telah terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat
dapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan.
1. Nilai Moral di Antara Pandangan Objektif dan Subjektif Manusia
Nilai erat hubungannya dengan manusia, dalam hal etika maupun estetika. Manusia sebagai
makhluk yang bernilai akan memaknai nilai dalam dua konteks, pertama akan memandang nilai
sebagai sesuatu yang objektif, apabila dia memandang nilai itu ada meskipun tanpa ada yang
menilainya. Kedua, memandang nilai sebagai sesuatu yang subjektif, artinya nilai sangat tergantung
pada subjek yang menilainya. Dua kategori nilai itu subjektif atau objektif:
Pertama, apakah objek itu memiliki nilai karena kita mendambakannya, atau kita
mendambakannya karena objek itu memiliki nilai Kedua, apakah hasrat, kenikmatan, perhatian yang
memberikan nilai pada objek, atau kita mengalami preferensi karena kenyataan bahwa objek tersebut
memiliki nilai mendahului dan asing bagi reaksi psikologis badan organis kita (Frondizi, 2001, hlm.
19-24).
2. Nilai di Antara Kualitas Primer dan Kualitas Sekunder
Kualitas primer yaitu kualitas dasar yang tanpanya objek tidak dapat menjadi ada, sama seperi
kebutuhan primer yang harus ada sebagai syarat hidup manusia, sedangkan kualitas sekunder
merupakan kualitas yang dapat ditangkap oleh pancaindera seperti warna, rasa, bau, dan sebagainya,
jadi kualitas sekunder seperti halnya kualitas sampingan yang memberikan nilai lebih terhadap sesuatu
yang dijadikan objek penilaian kualitasnya.
Perbedaan antara kedua kualitas ini adalah pada keniscayaannya, kualitas primer harus ada dan
tidak bisa ditawar lagi, sedangkan kualitas sekunder bagian eksistesi objek tetapi kehadirannya
tergantung subjek penilai. Nilai bukan kualitas primer maupun sekunder sebab nilai tidak menambah
atau memberi eksistensi objek. Nilai bukan sebuah keniscayaan bagi esensi objek. Nilai bukan benda
atau unsur benda, melainkan sifat, kualitas, yang dimiliki objek tertentu yang dikatakan “baik”. Nilai
milik semua objek, nilai tidaklah independen yakni tidak memiliki kesubstantifan.
3. Metode Menemukan dan Hierarki Nilai dalam Pendidikan
Menilai berarti menimbang, yaitu kegiatan manusia menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang
lain, yang selanjutnya diambil sebuah keputusan, nilai memiliki polaritas dan hierarki, yaitu:

38
a. Nilai menampilkan diri dalam aspek positif dan aspek negatif yang sesuai (polaritas) seperti baik
dan buruk, keindahan dan kejelekan.
b. Nilai tersusun secara hierarkis, yaitu hierarki urutan pentingnya.
Ada beberapa klasifikasi nilai yaitu klasifikasi nilai yang didasarkan atas pengakuan, objek yang
dipermasalahkan, keuntungan yang diperoleh, tujuan yang akan dicapai, hubungan antara
pengembangan nilai dengan keuntungan, dan hubungan yang dihasilkan nilai itu sendiri dengan hal
lain yang lebih baik. Sedangkan Max Scheller berpendapat bahwa hierarki terdiri dari, nilai
kenikmatan, kehidupan, kejiwaan, dan nilai kerohanian. Dan masih banyak lagi klasifikasi lainnya dari
para pakar, namun adapula pembagian hierarki di Indonesia (khususnya pada masa dekade Penataran
P4), yakni, nilai dasar, nilai instrumental, dan yang terakhir nilai praksis.
4. Makna Nilai bagi Manusia
Nilai itu penting bagi manusia, apakah nilai itu dipandang dapat mendorong manusia karena
dianggap berada dalam diri manusia atau nilai itu menarik manusia karena ada di luar manusia yaitu
terdapat pada objek, sehingga nilai lebih dipandang sebagai kegiatan menilai. Nilai itu harus jelas,
harus semakin diyakini oleh individu dan harus diaplikasikan dalam perbuatan.
5. Pengaruh Kehidupan Keluarga dalam Pembinaan Nilai Moral
Persoalan merosotnya intensitas interaksi dalam keluarga, serta terputusnya komunikasi yang
harmonis antara orang tua dengan anak, mengakibatkan merosotnya fungsi keluarga dalam pembinaan
nilai moral anak. Keluarga bisa jadi tidak lagi menjadi tempat untuk memperjelas nilai yang harus
dipegang bahkan sebaliknya menambah kebingungan nilai bagi si anak.
6. Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Pembinaan Nilai Moral
Setiap orang yang menjadi teman anak akan menampilkan kebiasaan yang dimilikinya, pengaruh
pertemanan ini akan berdampak positif jika isu dan kebiasaan teman itu positif juga, sebaliknya akan
berpengaruh negatif jika sikap dan tabiat yang ditampikan memang buruk, jadi diperlukan pula
pendampingan orang tua dalam tindakan anak-anaknya, terutama bagi para orang tua yang memiliki
anak yang masih di bawah umur.
7. Pengaruh Figur Otoritas Terhadap Perkembangan Nilai Moral Individu
Orang dewasa mempunyai pemikiran bahwa fungsi utama dalam menjalin hubungan dengan
anak-anak adalah memberi tahu sesuatu kepada mereka: memberi tahu apa yang harus mereka
lakukan, kapan waktu yang tepat untuk melakukannya, di mana harus dilakukan, seberapa sering harus
melakukan, dan juga kapan harus mengakhirinya. Itulah sebabnya seorang figur otoritas (bisa juga
seorang public figure) sangat berpengaruh dalam perkembangan nilai moral.
8. Pengaruh Media Komunikasi Terhadap Perkembangan Nilai Moral
Setiap orang berharap pentingnya memerhatikan perkembangan nilai anak-anak. Oleh karena itu
dalam media komunikasi mutakhir tentu akan mengembangkan suatu pandangan hidup yang terfokus

39
sehingga memberikan stabilitas nilai pada anak. Namun ketika anak dipenuhi oleh kebingungan nilai,
maka institusi pendidikan perlu mengupayakan jalan keluar bagi peserta didiknya dengan pendekatan
klarifikasi nilai.
9. Pengaruh Otak atau Berpikir Terhadap Perkembangan Nilai Moral
Pendidikan tentang nilai moral yang menggunakan pendekatan berpikir dan lebih berorientasi
pada upaya-upaya untuk mengklarifikasi nilai moral sangat dimungkinkan bila melihat eratnya
hubungan antara berpikir dengan nilai itu sendiri, meskipun diakui bahwa ada pendekatan lain dalam
pendidikan nilai yang memiliki orientasi yang berbeda.
10.Pengaruh Informasi Terhadap Perkembangan Nilai Moral
Munculnya berbagai informasi, apalagi bila informasi itu sama kuatnya maka akan
mempengaruhi disonansi kognitif yang sama, misalnya saja pengaruh tuntutan teman sebaya dengan
tuntutan aturan keluarga dan aturan agama akan menjadi konflik internal pada individu yang akhirnya
akan menimbulkan kebingungan nilai bagi individu tersebut.
11.Manusia Dan Hukum
Hukum dalam masyarakat merupakan tuntutan, mengingat bahwa kita tidak mungkin
menggambarkan hidupnya manusia tanpa atau di luar masyarakat. Maka manusia, masyarakat, dan
hukum merupakan pengertian yang tidak bisa dipisahkan. Untuk mencapai ketertiban dalam
masyarakat, diperlukan adanya kepastian dalam pergaulan antar-manusia dalam masyarakat. Kepastian
ini bukan saja agar kehidupan masyarakat menjadi teratur akan tetapi akan mempertegas lembaga-
lembaga hukum mana yang melaksanakannya.
Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup (the living law) dalam
masyarakat, yang tentunya sesuai pula atau merupakan pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakat tersebut.
Manusia dan hukum adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan dalam ilmu hukum,
terdapat adagium yang terkenal yang berbunyi: “Ubi societas ibi jus” (di mana ada masyarakat di situ
ada hukumnya). Artinya bahwa dalam setiap pembentukan suatu bangunan struktur sosial yang
bernama masyarakat, maka selalu akan dibutuhkan bahan yang bersifat sebagai “semen perekat” atas
berbagai komponen pembentuk dari masyarakat itu, dan yang berfungsi sebagai “semen perekat”
tersebut adalah hukum.
Untuk mewujudkan keteraturan, maka mula-mula manusia membentuk suatu struktur tatanan
(organisasi) di antara dirinya yang dikenal dengan istilah tatanan sosial (social order) yang bernama: m
a s y a r a k a t. Guna membangun dan mempertahankan tatanan sosial masyarakat yang teratur ini,
maka manusia membutuhkan pranata pengatur yang terdiri dari dua hal: aturan (hukum) dan si
pengatur (kekuasaan).

40
Hubungan Hukum Dan Moral
Hukum tidak akan berarti tanpa dijiwai moralitas, hukum akan kosong tanpa moralitas. Oleh karena
itu kualitas hukum harus selalu diukur dengan norma moral dan perundang-undangan yang immoral harus
diganti.
Meskipun hubungan hukum dan moral begitu erat, namun hukum dan moral tetap berbeda, sebab
dalam kenyataannya mungkin ada hukum yang bertentangan dengan moral atau ada undang-undang yang
immoral, yang berarti terdapat ketidakcocokan antara hukum dengan moral.

6.3 KEADILAN, KETERTIBAN DAN KESEJAHTERAAN

Keadilan adalah pengakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban.Pengakuan atas hak hidup
individu harus diimbangi melalui kerja keras tanpa merugikan pihak lain, karena orang lain punya hak
hidup seperti kita. Jadi kita harus member kesempatan pada orang lain untuk mempertahankan hidupnya.
Prinsipnya keadilan terletak apada keseimbangan atau keharmonisan antara menuntut hak dan
menjalankan kewajiban. Tindakan-tindakan yang menuntut hak dan lupa pada kewajiban merupakan
pemerasan. Sedangkan tindakan yang hanya menjalankan kewajiban tanpa menuntut hak berakibat pada
mudah diperbudak atau dipengaruhi orang lain.
Jadi keadilan bila disimpulkan adalah :
1. Kesadaran adanya hak yang sama bagi setiap warga Negara
2. Kesadaran adanya kewajiban yang sama bagi setiap warga Negara
3. Hak dan kewajiban untuk menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran yang merata
Ciri-ciri keadilan adalah :
1. Tidak memihak
2. Sama hak
3. Sah menurut hukum
4. Layak dan wajar
5. Benar secara moral
Sedangkan akibat dari ketidakadilan adalah :
1. Kehancuran : diri, keluarga, perusahaan, masyarakat, bangsa dan Negara
2. Kezaliman yaitu keadaan yang tidak lagi menghargai, menghormati hak-hak orang lain, sewenang-
wenang merampas hak orang lain demi keserakahan dan kepuasan nafsu.
Macam-macam Keadilan :
1. Keadilan Legal (keadilan moral)
Dalam suatu komunitas yang adil, setiap orang menjalankan pekerjaan menurut sifat dasar yang paling
cocok baginya (the man behind the gun). Rasa keadilan akan terwujud bila setiap individu melakukan
fungsinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, keadilan tidak akan terjadi bila ada intervensi

41
pada pihak lain dalam melaksanakan tugas kemasyarakatan dan hal ini dapat memicu pertentangan,
konflik dan ketidakserasian.
2. Keadilan Distributive
Keadilan akan terlaksana bila hal yang sama diperlukan secara sama dan hal yang tidak sama
diperlakukan secara tidak sama diperlakukan secara tidak sama (justice is done when equals are
treated equally). Contoh : gaji pegawai lulusan smu dan sarjana harus dibedakan.

6.4 PROBLEMATIKA NILAI, MORAL DAN HUKUM DALAM MASYARAKAT DAN NEGARA

Terbentuknya nilai dari hubungan yang bersifat ketergantungan sikap manusia terhadap nilai dari
suatu maka manusia akan berbuat sesuatu yang merupakan modal dasar dalam menjalin kehidupan
manusia. Dengan menilai dapat menentukan moral seseorang, apakah baik buruknya sepanjang niali itu
dalam arti positif berarti perubahan bermoral , begitu juga sebaliknya jika nilai itu dalam arti negatif
berarti perbuatan yang amoral. Perbuatan yang bersifat amoral inilah yang dijadikan problema dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Tujuan hukum mengatur pergaulan hidup secara damai, ditinjau dari aspek lahiriah yaitu untuk
mencapai ketertiban atau kedamaian, dan jika di tinjau dari aspek batiniah yaitu untuk mencapai
ketenangan atau ketentraman. Statu contoh adalah masalah perkawinan. Semua orang tahu bahwa tujuan
dari perkawinan adalah untuk menciptakan keluarga sakinah mawadah warahmah, akan tetapi kenyataan-
kenyataan yang ada banyak problem yang terjadi dalam keluarga, misalnya: terjadi kekerasan dalam
rumah tangga, seorang suami tidak bertanggung jawab pada anak dan istri dan lain sebagainya. Dengan
nilai dari perkawinan tidak terwujud sebagaimana yang kita dambakan. Secara hukum suatu perkawinan
itu dapat diakui oleh negara apanila dilakukan dihadapan catatan sipil (untuk penduduk non Islam) dan
tercatat di Kantor Urusan Agama (KUA, untuk penduduk Islam), namur kenyataannya masih banyak
istilah kawin sirih (kawin di bawah tangan), bahkan ada juga yang dikenal dengan “kawin kontrak”.
Problema yang demikian harus diperhatikan dan perlu dipikirkan secara arif dan bijaksana baik oleh
kalangan masyarakat awam maupun oleh pemerintah, karena sifat perkawinan yang demikian ini sangat
merugikan bagi kaum perempuan dan nasib anak-anak. Karena dengan perkawinan sirih dan perkawinan
sirih dan perkawinan kontrak ini, dengan begitu mudah kaum laki-laki untuk meninggalkannya, bahkan
ingin terlepas dari tanggung jawabnya.
Perkawinan itu apabila dilakukan menurut prosedur atau menurut aturan-aturan yang ada dalam
suatu masyarakat, maka orang yang melaksanakan perkawinan demikian dikatakan yang bermoral. Juga
sebaliknya jika perkawinan yang dilakukan tidak melalui prosedur atau tidak dilakukan sesuai dengan
aturan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu maka perkawinan itu dikenal dengan cara tidak
bermoral. Maka yang perlu kita ketahui dalam hal ini di samping hukum dasar yang tertulis ada hukum
yang tidak tertulis, yaitu misalnya “hukum adat perkawinan” yang setiap daerah mempunyai adat

42
masing-masing. Manusia sebagai makhluk yang hidup bermasyarakat untuk terwujudnya apa yang
dikatakan ketertiban atau keamanan, dan ketenangan atau ketentraman maka harus patuh lepada hukum
yanng berlaku dan mennjalani nilai-nilai yang ada di masyarakat dengan baik dan sempurna.

43
BAB VII
MANUSIA, SAINS, TEKNOLOGI DAN SENI

7.1 PENGERTIAN SAINS, TEKNOLOGI DAN SENI

1. Sains
Sains merupakan bagian dari himpunan informasi yang termasuk dalam pengetahuan alamiah dan
berisikan informasi yang memberikan gambaran tentang struktur dari suatu sistem serta penjelasan
tentang pola laku sistem tersebut. Sistem yang dimaksud dapat berupa sistem alami maupun sistem
yang merupakan rekaan pemikiran manusia mengenai pola laku hubungan dalam tatanan kehidupan
bermasyarakat. Kita dapat mempelajari sains dari alam semesta yang dimulai dengan bertanya kepada
alam atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang alam. Dari pertanyaan itulah kemudian muncul
sebuah hipotesis yang akan diajukan secara empiris sehingga dari pengujian empiris tersebut diperoleh
informasi yang valid dan dapat dipercaya. Sains dan hasilnya dapat dirasakan dalam semua aspek
kehidupan manusia. Untuk itu sains harus menjadi bagian internal dari sistem pendidikan nasional
supaya para siswa menjadi warga negara dan masyarakat yang sadar akan pentingnya sains di era masa
kini. Namun pada kenyataanya sains tidak selamanya berjalan dengan baik dalam memberikan
manfaat kepada umat manusia, karena sains dapat berakibat buruk jika dipersalahgunakan.
Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam semesta secara sistematis dan bukan
hanya kumpulan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Menurut Medawar (1984) Sains (dari istilah Inggris Science) berasal dari
kata: sienz, cience, syence, scyence, scyense, scyens, scienc, sciens, scians. Kata dasar yang diambil
dari kata scientia yang berarti knowledge (ilmu). Tetapi, tidak semua ilmu itu boleh dianggap sains.
Yang dimaksud ilmu sains adalah: ilmu yang dapat diuji (hasil dari pengamatan yang sesungguhnya)
kebenarannya yang dikembangkan secara bersistem dengan kaidah-kaidah tertentu berdasarkan
kebenaran atau kenyataan semata sehingga pengetahuan yang dipedomani tersebut boleh dipercayai,
melalui eksperimen secara teori. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, sains adalah: “Ilmu yang
teratur (sistematik) yang dapat diuji atau dibuktikan kebenarannya, berdasarkan kebenaran atau
kenyataan semata (missal:fisika, kimia, biologi)”. Pendidikan sains menekankan pada pengalaman
secara langsung. Sains yang diartikan sebagai salah satu cabang ilmu yang mengkaji tentang
sekumpulan pernyataan atau fakta-fakta dengan cara yang sistematik dan serasi dengan hukum-hukum
umum yang melandasi peradaban dunia modern. Sains merupakan satu proses untuk mencari dan
menemui sesuatu kebenaran melalui pengetahuan (ilmu) dengan memahami hakikat makhluk, untuk
menerangkan hukum-hukum alam.
2. Teknologi

44
Teknologi merupakan bagian dari himpunan informasi yang termasuk dalam pengetahuan ilmiah
yang berisikan informasi preskriptif mengenai penciptaan sistem-sistem ciptaan tersebut. Penggunaan
teknologi bertujuan untuk memudahkan segala aktifitas yang berkaitan dengan efisien waktu dan
tenaga. Penciptaan teknologi ini didorong oleh ciri otomatisme dari fenomena teknik kehidupan masa
kini yang menginginkan segala sesuatu menjadi lebih cepat dan mudah, sama dengan sains,
penggunaan teknologi dan hasilnya juga memberikan kontribusi yang besar dari kesejahteraan hidup
manusia disegala aspek kihidupan. Namun sayangnya sekarang ini tidak semua teknologi dapat
membantu pekerjaan manusia, justru adapula teknologi yang malah membantu menjadi bumerang
akibat salah dalam memanfaatkannya. Oleh karena itu dalam memanfaatkan teknologi haruslah
didasari dengan moral dan etika yang baik serta tanggungjawab sosial yang beradab.
Contoh-contoh teknologi:
a. Teknologi komunikasi
Suatu sistem yang memungkinkan kita dapat berkomunikasi dengan siapapun, kapanpun dan
dimanapun tidak terbatas pada tempat, jarak dan waktu. Misal: internet, handphone, bairless, dll.
b. Teknologi informasi
Suatu sistem yang memudahkan kita untuk memperoleh berbagai macam info yang dibutuhkan
secara praktis dan dalam waktu yang relative singkat. Misal: internet, tv.
c. Bioteknologi
Suatu teknologi yang mampu memanipulasi proses alami secara dramatis. Misal: cloning pada
hewan dan tumbuhan.
Istilah teknologi barasal dari kata techne dan logia. Kata Yunani kuno techne berarti seni
kerajinan. Dari techne kemudian lahirlah technikos yang berarti seseorang yang memilki keterampilan
tertentu. Dengan berkembangnya keterampilan seseorang yang menjadi semakin tetap karena
menunjukkan suatu pola, langkah dan metode yang pasti, keterampilan itu lalu menjadi teknik. Istilah
“teknologi” berasal dari “techne “ atau cara dan “logos” atau pengetahuan. Jadi secara harfiah
teknologi dapat diartikan pengetahuan tentang cara. Pengertian teknologi sendiri menurutnya adalah
cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan akal dan alat, sehingga
seakan-akan memperpanjang, memperkuat atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, pancaindra dan
otak manusia. 
Menurut Jaques Ellul (1967: 1967 xxv) memberi arti teknologi sebagai ”keseluruhan metode
yang secara rasional mengarah dan memiliki ciri efisiensi dalam setiap bidang kegiatan manusia.”
Pengertian teknologi secara umum adalah:
a. Proses yang meningkatkan nilai tambah
b. Produk yang digunakan dan dihasilkan untuk memudahkan dan meningkatkan kinerja
c. Struktur atau sistem di mana proses dan produk itu dikembamngkan dan digunakan

45
Pada permulaan abad XX ini, istilah teknologi telah dipakai secara umum dan merangkum suatu
rangkaian sarana, proses dan ide di samping alat-alat dan mesin-mesin. Perluasan arti berjalan terus
sehingga sampai pertengahan abad ini muncul perumusan teknologi sebagai sarana dan aktivitas yang
dengannya manusia berusaha mengubah atau menangani lingkungannya. Teknologi dianggap sebagai
penerapan ilmu pengetahuan, dalam pengertian bahwa penerapan itu menuju pada perbuatan atau
perwujudan sesuatu. Demikianlah teknologi adalah segenap keterampilan manusia menggunakan
sumber-sumber daya alam untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan.
Secara lebih umum dapatlah bahwa teknologi merupakan suatu sistem penggunanaan berbagai sarana
yang tersedia untuk mencapai tujuan-tujuan praktis yang ditentukan.
3. Seni
Janet Woll mengatakan bahwa seni adalah produk social. Sedangkan menurut Kamus
B.Indonesia, seni adalah keahlian yang membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi kehalusannya,
keindahannya), seperti tari, lukis, ukir. Maka konsep pendidikan yang memerlukan ilmu dan seni
adalah proses atau upaya sadar antara manusia dengan sesama secara beradab, di mana pihak kesatu
secara terarah membimbing perkembangan kemampuan dan kepribadian pihak kedua secara
manusiawi yaitu orang perorang. Oleh karena itu, budi bahasapun adalah suatu seni.
4. Peran Sains dan Teknologi
Perbedaan utama antara negara maju dan negara berkembang adalah kemampuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Kemajuan yang pesat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi di
negara-negara maju karena didukung oleh sistem informasi yang mapan. Sebaliknya, sistem informasi
yang lemah di negara-negara berkembang mengakibatkan keterbelakangan dalam penguasaan, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Jadi jelaslah bahwa maju atau tidaknya suatu negara sangat di tentukan
oleh penguasaan teirhadap informasi, karena informasi merupakan modal utama dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan.teknologi yang menjadi senjata pokok untuk membangun
negara. Sehingga apabila satu negara ingin maju dan tetap eksis dalam persaingan global, maka negara
tersebut harus menguasai informasi. Di era globalisasi dan informasi ini penguasaan terhadap
informasi tidak cukup hanya sekedar menguasai, diperlukan kecepatan dan ketepatan. Sebab hampir
tidak ada guna menguasai informasi yang telah usang, padahal perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sangat cepat mengakibatkan usia informasi menjadi sangat pendek, dengan kata lain,
informasi lama akan diabaikan dengan adanya informasi yang lebih baru. Masukan dan kontribusi
langsung dari para pemegang peran yang lain; siswa, orang tua dan anggota masyarakat juga
memberikan informasi yang sangat membantu dan meningkatkan dukungan masyarakat bagi
pengembangan sekolah. Jika obyektifitas utamanya adalah memaksimalkan pendidikan sumber daya
manusia maka hal itu telah meningkatkan hubungan komunikasi kita dengan seluruh sektor
lingkungan pendidikan dan para pemegang peran. Lagipula kunci utama untuk meningkatkan

46
komunikasi harus terfokus pada saling berbagi komunikasi terbuka dan meningkatkan kesempatan
untuk mendapatkan dukungkan dari segala bidang. Kehidupan kita sekarang perlahan-lahan mulai
berubah dari dulunya era industri berubah menjadi era informasi di balik pengaruh majunya era
globalisasi dan informatika menjadikan komputer, internet dan pesatnya perkembangan teknologi
informasi sebagai bagian utama yang harus ada atau tidak boleh kekurangan dikehidupan kita.
Aktifitas network globalisasi ekonomi yang disebabkan oleh kemajuan dari teknologi informasi bukan
hanya mengubah pola produktivitas ekonomi tetapi juga meningkatkan tingkat produktivitas ; dan
pada saat bersamaan juga menyebabkan perubahan structural dalam kehidupan politik, kebudayaan,
kehidupan sosial masyarakat dan juga konsep waktu dalam dalam berbagai lapisan masyarakat. Dalam
globalisasi ekonomi, perekonomian dunia tidak akan lagi mengenal batas-batas negara dan bahkan
peranan negara diramalkan akan semakin berkurang. Arus globalisasi ekonomi dipercepat oleh
kemajuan teknologi yang makin pesat khususnya di bidang transportasi, telekomunikasi dan informasi
yang memungkinkan arus orang, barang, jasa dan informasi bergerak dengan lebih cepat, dalam
jumlah yang semakin besar, dengan kualitas yang semakin baik dan dengan biaya yang semakin
murah. Persaingan antar bangsa dalam memproduksi barang dan jasa akan semakin kuat dan ketat.
Kemajuan teknologi itu pulalah yang akan makin mempercepat proses globalisasi di berbagai bidang
kehidupan manusia. Dengan demikian, maka penguasaan iptek dari suatu bangsa yang akan
menentukan keberhasilan bangsa itu menghadapi globalisasi dalam bidang ekonomi dan bidang
kehidupan lainnya.
5. Pengaruh Sains dan Teknologi
Baik sains, teknologi  dan hasil produknya dapat dirasakan disetiap aspek kehidupan manusia.
Sehingga pengaruh sains dan teknologi bagi manusia dalam masyarakat dapat berpengaruh baik secara
negatif maupun secara positif.
Pengaruh positif terdiri dari :
a. Meningkatkan kesejahteraan hidup manusia (secara individu maupun kelompok) terhadap
perkembangan ekonomi, politik, militer dan pemikiran-pemikiran dalam bidang sosial budaya.
b. Pemanfaatan sains dan teknologi secara tepat dapat lebih mempermudah proses pemecahan
berbagai masalah yang dihadapi oleh manusia.
c. Sains dan teknologi dapat memberikan suatu inspirasi tentang perkembangan suatu kebudayaan
yang ada di Indonesia.
Pengaruh negatif terdiri dari :
Untuk pengaruh negatif dari sains dan teknologi adalah bagi perubahan peradaban manusia.
Pemanfaatan dari sains dan teknologi, sering kali menimbulkan masalah baru dalam kehidupan
manusia terutama dalam hal kerusakan lingkungan, mental dan budaya bangsa, seperti:
a. Menipisnya lapisan ozon

47
b. Terjadi polusi udara, air dan tanah
c. Terjadi pemanasan global
d. Rusaknya ekosistem laut
e. Iptek dikembangkan untuk memenuhi kesenangan-kesenangan materi. Menjamurnya produk-
produk mainan (contoh: game online)
f. Kemajuan teknologi yang serba praktis serta budaya asing yang berpengaruh dominan terhadap
satuan budaya asli bisa membangkitkan kesan sebagai model untuk ditiru. Kecenderungan meniru
itu dalam kelanjutannya bisa terpantul melalui berkembangnya gayahidup  yang dianggap superior
dibandingkan dengan gaya hidup lama.

7.2 DAMPAK PENYALAHGUNAAN IPTEKS PADA KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA

Akibat kemajuan teknologi bisa kita lihat:


1. Perbedaan kepribadian pria dan wanita. Banyak pakar yang berpendapat bahwa kini semakin besar
porsi wanita yang memegang posisi sebagai pemimpin, baik dalam dunia pemerintahan maupun dalam
dunia bisnis. Bahkan perubahan perilaku ke arah perilaku yang sebelumnya merupakan pekerjaan pria
semakin menonjol. Data yang tertulis dalam buku Megatrend for Women: From Liberation to
Leadership yang ditulis oleh Patricia Aburdene & John Naisbitt (1993) menunjukkan bahwa peran
wanita dalam kepemimpinan semakin membesar. Semakin banyak wanita yang memasuki bidang
politik, sebagai anggota parlemen, senator, gubernur, menteri dan berbagai jabatan penting lainnya.
2. Meningkatnya rasa percaya diri. Kemajuan ekonomi di negara-negara Asia melahirkan fenomena yang
menarik. Perkembangan dan kemajuan ekonomi telah meningkatkan rasa percaya diri dan ketahanan
diri sebagai suatu bangsa akan semakin kokoh. Bangsa-bangsa Barat tidak lagi dapat melecehkan
bangsa-bangsa Asia.
3. Tekanan, kompetisi yang tajam di berbagai aspek kehidupan sebagai konsekuensi globalisasi, akan
melahirkan generasi yang disiplin, tekun dan pekerja keras, meskipun demikian kemajuan teknologi
akan berpengaruh negative pada aspek budaya:
a. Kemerosotan moral di kalangan warga masyarakat, khususnya di kalangan remaja dan pelajar.
Kemajuan kehidupan ekonomi yang terlalu menekankan pada upaya pemenuhan berbagai
keinginan material, telah menyebabkan sebagian warga masyarakat menjadi “kaya dalam materi
tetapi miskin dalam rohani”.
b. Kenakalan dan tindak menyimpang di kalangan remaja semakin meningkat semakin lemahnya
kewibawaan tradisi-tradisi yang ada di masyarakat, seperti gotong royong dan tolong-menolong
telah melemahkan kekuatan-kekuatan sentripetal yang berperan penting dalam menciptakan
kesatuan sosial. Akibat lanjut bisa dilihat bersama, kenakalan dan tindak menyimpang di kalangan

48
remaja dan pelajar semakin meningkat dalam berbagai bentuknya, seperti perkelahian, corat-coret,
pelanggaran lalu lintas sampai tindak kejahatan.
c. Pola interaksi antar manusia yang berubah Kehadiran komputer pada kebanyakan rumah tangga
golongan menengah ke atas telah merubah pola interaksi keluarga. Komputer yang disambungkan
dengan telpon telah membuka peluang bagi siapa saja untuk berhubungan dengan dunia luar.
Program internet relay chatting (IRC), internet, dan e-mail telah membuat orang asyik dengan
kehidupannya sendiri. Selain itu tersedianya berbagai warung internet (warnet) telah memberi
peluang kepada banyak orang yang tidak memiliki komputer dan saluran internet sendiri untuk
berkomunikasi dengan orang lain melalui internet. Kini semakin banyak orang yang menghabiskan
waktunya sendirian dengan komputer. Melalui program internet relay chatting (IRC) anak-anak
bisa asyik mengobrol dengan teman dan orang asing kapan saja.

7.3 PROBLEMATIKA PENGEMBANGAN DAN PENGGUNAAN IPTEKS DI INDONESIA

Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak dapat kita hindari dalam kehidupan ini, karena
kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan
untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan, serta
sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia. Khusus dalam bidang teknologi masyarakat sudah
menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir
ini.
Namun demikian, walaupun pada awalnya diciptakan untuk menghasilkan manfaat positif, di sisi
lain juga memungkinkan digunakan untuk hal negatif. Arus informasi yang berkembang cepat
menumbuhkan cakrawala pandangan manusia makin terbuka luas. Teknologi yang sebenarnya merupakan
alat bantu/ekstensi kemampuan diri manusia, dewasa ini telah menjadi sebuah kekuatan otonom yang
justru membelenggu perilaku dan gaya hidup kita sendiri. Akibatnya rasa tanggung jawab sudah pudar
terhadap budaya. Masyarakat tidak lagi peduli dengan budayanya.
Dengan daya pengaruhnya yang sangat besar, karena ditopang pula oleh sistem-sistem sosial yang
kuat dan dalam kecepatan yang makin tinggi, teknologi telah menjadi pengarah hidup manusia.
Perubahan cepat dalam teknologi informasi telah merubah budaya sebagian besar masyarakat dunia,
terutama yang tinggal di perkotaan, perubahan budaya lokal dan sosial akibat revolusi informasi
merupakan kelompok masyarakat yang langsung terkena pengaruh budaya global. Media elektronik,
khususnya TV yang selalu menayangkan kebudayaan luar, hal ini dengan mudah mengubah pola pikir
masyarakat khususnya para generasi muda. Mereka cenderung melupakan kebludayaan sendiri dan
beralih ke budaya luar.

49
BAB VIII
MANUSIA DAN LINGKUNGAN
 
8.1 PENGERTIAN, HAKIKAT DAN MAKNA LINGKUNGAN BAGI MANUSIA

1. Pengertian Lingkungan.
Lingkungan adalah Suatu media di mana makhuk hidup tinggal, mencari penghidupannya dan
memiliki karakter serta fungsi yang khas yang mana terkait secara timbal-balik dengan keberadaan
makhluk hidup yang menempatinya, terutama manusia yang memiliki peranan yang lebih kompleks
dan rill.
2. Hakikat dan Makna Lingkungan Bagi Manusia.
Manusia hidup pasti mempunyai hubungan dengan lingkungan hidupnya. Pada mulanya, manusia
mencoba mengenal lingkungan hidupnya, kemudian barulah manusia berusaha menyesuaikan dirinya.
Lebih dari itu, manusia telah berusaha pula mengubah lingkungan hidupnya demi kebutuhan dan
kesejahteraan. Dari sinilah lahir peradaban –(Istilah Toynbee)- sebagai akibat dari kemampuan
manusia mengatasi lingkungan agar lingkungan mendukung kehidupannya. Misalnya, manusia
menciptakan jembatan agar bisa melewati sungai yang membatasinya.
Lingkungan adalah suatu media di mana makhluk hidup tinggal, mencari, dan memiliki  karakter
serta fungsi yang khas yang mana terkait secara timbal balik dengan keberadaan makhluk hidup yang
menempatinya, terutama manusia yang memiliki peranan yang lebih kompleks dan riil (Elly M.
Setiadi, 2006). Pada hakikatnya, manusia dan lingkungan sangat berhubungan erat, manusia tidak
mampu memenuhi kebutuhannya apabila tidak ada lingkungan. Lingkungan amat penting bagi
kehidupan manusia. Segala yang ada pada lingkungan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk
mencukupi kebutuhan hidup manusia, karena lingkungan memiliki daya dukung, yaitu kemampuan
lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Arti Penting Lingkungan Bagi Manusia adalah sebagai berikut:
a. Lingkungan merupakan tempat hidup manusia. Manusia hidup, berada, tumbuh, dan     berkembang
di atas bumi sebagai lingkungan.
b. Lingkungan memberi sumber-sumber penghidupan manusia.
c. Lingkungan mempengaruhi sifat, karakter, dan perilaku manusia yang mendiaminya.
d. Lingkungan memberi tantangan bagi kemajuan peradaban manusia.
e. Manusia memperbaiki, mengubah, bahkan menciptakan lingkungan untuk kebutuhan   dan
kebahagiaan hidup.
Selain itu ada pula peranan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui cara sebagai
berikut :
a. Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat dan kemitraan.

50
b. Menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat.
c. Menumbuhkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan pengawasan sosial.
d. Memberikan saran dan pendapat.
e. Menyampaikan informasi dan / atau menyampaikan laporan.
 
8.2 KUALITAS PENDUDUK DAN LINGKUNGAN TERHADAP KESEJAHTERAAN MANUSIA

1. Hubungan Lingkungan dengan Kesejahteraan.


Berdasarkan uraian sebelumnya bahwa ada hubungan yang erat antara lingkungan dengan
manusia. Lingkungan memberikan makna atau arti penting bagi manusia dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya. Lingkungan dapat memberikan sumber kehidupan agar manusia dapat hidup
sejahtera. Lingkungan hidup menjadi sumber dan penunjang hidup. Dengan demikian, lingkungan
mampu memberikan kesejahteraan dalam hidup manusia.
Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah Upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan,
pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup.
Pengelolaan Lingkungan memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Mencapai kelestarian hubungan manusia dengan lingkungan hidup sebagai tujuan membangun
manusia seutuhnya.
b. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.
c. Mewujudkan manusia sebagai pembina lingkungan hidup.
d. Melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan
yang akan datang.
e. Melindungi negara terhadap dampak kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan kerusakan
dan pencemaran lingkungan.
Hakikat Pengelolaan Lingkungan Hidup Oleh Mansusia adalah Bagaimana manusia melakukan
berbagai upaya agar kualitas manusia meningkat sementara kualitas lingkungan juga semakin baik.
Lingkungan yang berkualitas pada akhirnya akan memberikan manfaat bagi manusia, yaitu
meningkatkan kesejahteraan.
Undang-undang No. 23 1997 tentang Pengelolaaan Lingkungan Hidup yang mengatur hak,
kewajiban, dan peran warga negara perihal pengelolaan ini. Hak, kewajiban, dan peran itu sebagai
berikut:
a. Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan  sehat.
b. Setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam
pengelolaan lingkungan hidup. Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka
pengelolaan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

51
c. Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan
menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
d. Setiap yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang benar
dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup.
e. Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan dalam
pengelolaan lingkungan hidup.
2. Hubungan Penduduk dengan Lingkungan dan Kesejahteraan.
Di negara, penduduk merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Sebagai modal dasar atau
set pembangunan, penduduk tidak hanya sebagai sasaran pembangunan, tetapi juga merupakan pelaku
pembangunan. Mereka adalah subjek dan objek dari pembangunan negara. Pembangunan pada
dasarnya dilakukan oleh penduduk negara dan ditujukan untuk kebutuhan dan kesejahteraan penduduk
yang bersangkutan.
Hal yang berkaitan dengan penduduk negara meliputi :
a. Aspek kualitas penduduk, mencakup tingkat pendidikan, keterampilan, etos kerja, dan kepribadian.
b. Aspek kuantitas penduduk yang mencakup jumlah penduduk, pertumbuhan, persebaran, perataan,
dan pertimbangan penduduk ditiap wilayah negara.
Perubahan lingkungan sebagai akibat tindakan manusia tidak jarang memberikan dampak negatif,
yaitu kerusakan lingkungan hidup. Kerusakan lingkungan hidup tidak hanya meniadakan daya dukung
lingkungan itu sendiri, tetapi juga memberi resiko bagi kehidupan manusia. Kerusakan lingkungan
hidup merupakan problematika besar yang dialami umat manusia sekarang ini. Bahkan, isu tentang
lingkungan hidup merupakan satu dari tiga isu global dewasa ini, yaitu isu tentang HAM, demokrasi,
dan lingkungan.
Beberapa Problema Lingkungan Hidup dewasa ini antara lain :
a. Pencemaran (polusi) lingkungan, yang mencakup pencemaran udara, pencemaran  air, pencemaran
tanah, dan pencemaran suara.
b. Masalah kehutanan, seperti penggundulan hutan, pembalakan hutan, dan kebakaran hutan.
c. Erosi dan Banjir.
d. Tanah longsor, kekeringan, dan abrasi pantai.
e. Menipisnya lapisan ozon dan efek rumah kaca.
f. Penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang buruk, seperti gatal-gatal, batuk,   infeksi saluran
pernapasan, diare, dan tipes.
 
 
Beberapa masalah yang berkaitan kerusakan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup :
a. Terus menurunya kondisi Hutan Indonesia

52
b. Kerusakan daerah aliran sungai
c. Habitat ekosistem pesisir dan laut semakin rusak
d. Citra pertambangan yang merusak lingkungan
e. Tingginya ancaman terhadap keanekaragaman hayati
f. Pencemaran air semakin meningkat
g. Kualitas udara semakin menurun, khususnya di ibu kota dankota-kota besar lainnya.
 
8.3 PROBLEMATIKA SOSIAL BUDAYA YANG DIHADAPI MASYARAKAT

1. Interaksi dalam Lingkungan Sosial


Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan timbal
balik antara perorangan, antara kelompok manusia dalam bentuk akomodasi, kerja sama, persaingan,
dan pertikaian.
Interaksi sosial dapat terjadi apabila ada kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan
usaha pendekatan pertemuan fisik dan mental. Kontak sosial dapat bersifat primer (face to face) dan
dapat berbentuk sekunder (melalui media perantara, koran, radio, tv, dan lain-lain). Komunikasi
merupakan usaha penyampaian informasi kepada manusia lain. Tanpa komunikasi tidak mungkin
terjadi interaksi sosial. Komunikasi bisa berbentuk lisan, tulisan, atau simbol lainnya. Bentuk-bentuk
interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), akomodasi (accomodation), persaingan
(competition), dan pertikaian (conflict).
2. Pranata dalam Lingkungan Sosial
Pranata sosial (dalam bahasa Inggris Istilahnya institution) menunjuk pada sistem pola-pola resmi
yang dianut suatu warga masyarakat dalam berinteraksi (Koentjaraningrat, 1996). Pranata adalah suatu
sistem norma khusus yang menata rangkaian tinakan berpola mantap guna memenuhi keperluan yang
khusus dalam kehidupan masyarakat.
3. Problema dalam Kehidupan Sosial
Problema sosial merupakan persoalan kareba menyangkut tata kelakuan yang abnormal, amoral,
berlawanan dengan hukum, dan bersifat merusak.
Sesuai dengan faktor-faktor penyebabnya, maka problema sosial dapat diklasifikasikan sebagai berikut
(Soerjono Soekanto, 1982):
a. Problema sosial karena faktor ekonomi, seperti kemiskinan, kelaparan, dan pengangguran
b. Problema sosial karena faktor biologis, seperti wabah penyakit
c. Problema sosial karena faktor psikologis, seperti bunuh diri, sakit jiwa, dan disorganisasi
d. Problema sosial karena faktor kebudayaan, seperti perceraian, kejahatan, kenakalan anak, konflik
ras, dan konflik agama.
 

53
8.4 ISU-ISU PENTING TENTANG PERSOALAN LINTAS BUDAYA DAN BANGSA

1. Isu Tentang Lingkungan


a. Kekurangan Pangan
b. Kekurangan Sumber Air Bersih
c. Polusi atau Pencemaran
d. Perubahan Iklim.
2. Isu Tentang Kemanusiaan
a. Kemiskinan
b. Konflik atau Perang
c. Wabah Penyakit.

54
DAFTAR PUSTAKA

 Setiadi, Elly M, Karna Abdul dan Ridwan Effendi, 2017. Ilmu Sosial & Budaya Dasar, Jakarta:
Kencana.
 Saepuloh, Aep dan A Rusdiana, 2016. Ilmu Sosial & Budaya Dasar, Bandung: Batic Press.
 http://rieffraff.blogspot.com/2015/03/makalah-isbd-manusia-sebagai-makhluk.html
 https://arifsyahputrahasibuans90.wordpress.com/2013/07/25/isbd-manusia-dan-lingkungan/
 https://acehmillano.wordpress.com/2013/03/24/manusia-sebagai-individu-dan-makhluk-sosial/
 http://indahfebrianti09.blogspot.com/2015/12/manusia-dan-peradaban.html
 https://www.academia.edu/9075830/manusia_keragaman_dan_kesetaraan
 http://anysetyawati.blogspot.com/2013/04/hakikat-keragaman-dan-kesetaraan.html
 http://m-isbd.blogspot.com/2013/08/manusia-nilai-moral-dan-hukum_19.html
 http://ayumuassaris.blogspot.com/2014/06/ilmu-sosial-dan-budaya-dasar-manusia.html

55

Anda mungkin juga menyukai