Anda di halaman 1dari 16

IDEOLOGI NEGARA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Pendidikan Pancasila

Dosen:
RIKA SYANTI S.H

Oleh:
Nama Kelompok
FAMITZI RIFALYA NIM
STEPANUS ARMAN JERIONO NIM
RIZKI RAHMAN NIM

KELAS 1 A TEKNOLOGI REKAYASA KONTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN


MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA
FAKULTAS POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu Rika Syanti S.H yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Pontianak, 24 November 2023

2
DAFTAR ISI

Hlm
COVER…………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 4
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 5
1.4 Tujuan Penulisan ………………………………………………….......... 6
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Pengertian ideologi…............................................................................... 6
2.2 Ideologi negara ......................................................................................... 7
2.3 Perbandingan ideologi negara lain dengan ideologi negara Indonesia .... 9
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………...
3.2 Saran…………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ideologi mempunyai peranan penting dalam menentukan pandangan hidup
suatu negara. Setiap negara di dunia mempunyai pandangan hidup masingmasing
yang telah disesuaikan dengan budaya dan karakter warganya. Pancasila sebagai
ideologi Negara Indonesia mengandung nilai-nilai kebangsaan, yaitu cara berfikir
dan cara kerja perjuangan bangsa. Pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia
mengandung nilai-nilai kebangsaan, yaitu cara berfikir dan cara kerja perjuangan
bangsa. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh (Sugito, 2007:76).
Diterimanya Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar Negara,
membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu dijadikan
landasan pokok, landasan fundamental bagi pengaturan serta penyelengggaraan
negara. Pengakuan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa mengharuskan kita
sebagai bangsa untuk mentransformasikan nilai-nilai Pancasilai itu ke dalam sikap
dan perilaku nyata baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Derasnya arus globalisasi menyebabkan semakin lunturnya nilai-nilai
karakter bangsa di masyarakat khususnya pada anak-anak. Dengan adanya
pertukaran budaya bangsa, banyak budaya asing yang masuk yang akhirnya
merusak nilai-nilai karakter bangsa. Anak-anak lebih menyukai budaya asing
daripada budaya asli bangsa ini. Hal ini dibuktikan dengan perasaan yang bangga
menggunakan produk luar negeri. Selain itu lunturnya nilai-nilai kebangsaan bisa
dibuktikan dengan semakin banyaknya fenomena pembatasan bahkan
penghapusan upaya penanaman nilai kebangsaan di sekolah. Dari fakta-fakta di
atas penulis menemukan adanya pengaruh lunturnya nilai-nilai kebangsaan
dengan timbulnya berbagai masalah pada anak-anak. Selain itu lunturnya nilai-
nilai kebangsaan menyebabkan timbulnya berbagai masalah di sekolah khususnya

4
di kelas yaitu : rasa tidak hormat kepada Kepala sekolah dan guru, kurangnya
sopan santun siswa terhadap guru dan orang tua.
Para generasi muda sebagai pemegang estafet kepemimpinan bangsa belum
mencerminkan cita-cita pendidikan yang diharapkan. Masalah ini merupakan
suatu fakta yang tidak boleh diabaikan mengingat pentingnya Sikap Nasionalisme
dalam memajukan Negara Indonesia. Ketika pemerintah begitu gencar
menyampaikan tentang pendidikan nilai kebangsaan atau nasionalisme, maka
pembinaan Pendidikan nilai kebangsaan melalui jalur pendidikan ini dirasakan
tepat waktu,tepat fungsi, serta tepat sasaran. Terkait dengan penanaman nilai
kebangsaan di era global sekarang ini salah satu lembaga formal yang ikut
bertanggung jawab adalah satuan pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai
alternatif yang bersifat preventif karena pendidikan membangun generasi baru
bangsa yang lebih baik. Sebagai alternatif yang bersifat preventif, pendidikan
diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai
aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah
nasionalisme. Memang diakui bahwa hasil dari pendidikan belum mampu
mewujudkan generasi bangsa yang cerdas dan bermartabat seperti yang
diharapkan oleh undang-undang, namun masih ada harapan bagi para pendidik
untuk mengubah kondisi yang ada melalui pendidikan formal maupun informal
khususnya di sekolah dasar. Sekolah Dasar merupakan lembaga formal sebagai
pondasi paling awal sehingga menjadi tolak ukur di jenjang pendidikan
selanjutnya. Maka peranan Sekolah dasar menjadi sangat penting dalam rangka
penanaman nilai kebangsaan. Siswa sekolah dasar (SD) adalah anak dalam
rentang 6 tahun sampai 12 tahun yang memiliki karakter unik yaitu dengan hal-
hal yang nyata dan praktis. Maka untuk mengaplikasikan nilai-nilai kebangsaan
selain di dalam pendidikan formal (Mata Pelajaran) dapat di laksanakan juga
dalam kegiatan ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler merupakan aplikasi dari fungsi
Pendidikan sebagai mana diatur dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003

5
tentang SISDIKNAS pasal 3 bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dituliskan dengan poin-poin sebagai berikut:
a.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dituliskan dengan poin-poin sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui tentang
b. Untuk memahami tentang
c. Untuk mengetahui
d. Untuk mengetahui
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ideologi
Secara etimologi, ideologi berasal dari kata “idea” yang berarti gagasan,
konsep, buah pikiran, dan “logos” artinya ilmu. Kata idea berasal dari kata Yunani,
eidos yang artinya bentuk. Selain itu, ada kata idean yang artinya melihat, maka
secara harfiah, ideologi berarti ilmu pengetahuan tentang ide-ide (science of ideas)
atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar. Sedangkan dalam pengertian sehari-
hari, kata “idea” biasanya disamakan artinya dengan “cita-cita”. Cita-cita yang
dimaksud adalah cita-cita yang bersifat tetap dan harus dicapai, sehingga citacita
yang bersifat tetap itu sekaligus menjadi dasar, pandangan, atau paham. Jadi, kata
ideologi berarti ilmu yang membicarakan tentang suatu gagasan atau pemikiran untuk
dijadikan pedoman, dasar, Iandasan, prinsip, dan cita-cita dalam hidup. 1 Apabila
ditelusuri secara historis istilah ideologi pertama kali dipakai dan dikemukakan oleh
seorang Perancis, Destutt de Tracy, pada tahun 1796. Seperti halnya Leibniz de Tracy
mempunyai cita-cita untuk membangun suatu sistem pengetahuan. Apabila Leibniz

6
menyebutkan impiannya sebagai “one great sistem of truth”, dimana tergabung segala
cabang ilmu dan segala kebenaran ilmiah, maka de Tracy menyebutkan
‘Ideologie’,yaitu ‘science of ideas’ , suatu program yang diharapkan dapat membawa
perubahan institusional dalam masyarakat Perancis. Namun Napoleon
mencemoohnya sebagai suatu khayalan belaka, yang tidak mempunyai arti praktis.
Hal semacam itu hanya impian belaka yang tidak akan menemukan kenyataan.2
Pengertian “ideologi” secara umum dapat dikatakan sebagai kumpulan gagasan-
gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan, kepercayaan-kepercayaan, yang menyeluruh
dan sistematis, yang menyangkut:
1. Bidang politik (termasuk di dalamnya bidang pertahanan dan keamanan)
2. Bidang social
3. Bidang kebudayaan
4. Bidang keagamaan.
Maka ideologi Negara dalam arti cita-cita Negara atau cita-cita yang menjadi
basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang
bersangkutan, pada hakikatnya merupakan asas kerohanian yang antara lain memiliki
ciri berupa derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.
Oleh karena itu mewujudkan suatu asas kerohanian pandangan dunia, pandangan
hidup, pedoman hidup, pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan,
dilestarikan kepada generasi berikutnya, di perjuangkan dan dipertahankan dengan
kesediaan berkorban. Ideologi yang pada mulanya adalah gagasan dan cita-cita
berkembang secara luas menjadi suatu paham mengenai seperangkat nilai atau
pemikiran yang dipegang oleh seorang atau sekelompok orang untuk menjadi
pegangan hidup. Berikut ini beberapa pendapat para ahli mengenai ideologi.4 1.
Patrick Corbett dalam Abdul Kadir Besar (1994) menyatakan ideologi sebagai setiap
struktur kejiwaan yang tersusun oleh seperangkat keyakinan mengenai
penyelenggaraan hidup bermasyarakat beserta pengorganisasiannya, seperangkat
keyakinan mengenai sifat hakikat manusia dan alam semesta yang ia hidup di

7
alamnya, suatu pernyataan pendirian bahwa kedua perangkat keyakinan tersebut
independen, dan suatu dambaan agar ketyakinan-keyakinan tersebut dihayati dan
pernyataan pendirian itu diakui sebagai kebenaran oleh segenap orang yang menjadi
anggota peuh dari anggota sosial yang bersangkutan. 2. AS Hornby dalam Faisal
Ismail (1999) menyatakan bahwa ideologi adalah seperangkatgagasan yang
membenuk landasan teori ekonomi dan politik atau ang dipegangi seseorang atau
seseorang. Syarial Syarbani (2003) mengemukakan idologi dalam 3 pengertian: (a)
Ideologi diartikan sebagai weltanschauung yakni pengetahuan yang mengandung
pemikiran besar,cita cita besar mengenai sejarah, manusia, masyarakat, dan Negara
(science of ideas), (b) ideologi diartikan pemikiran yamg tidak mementingkan
kebenaran internal dan kenyataan empiris, ditujukan dan tumbuh berdasarkan
perimbangan kepentingan tertentu. Dan karena itu cenderung bersifat tertutup. (c)
ideologi diartikan sebagai suatu belief sistem sebagai pemikiran yang bersifat
tertutup, berbeda dengan knowledge sistem (bersifatreflektif, sistematis dan kritis) 4.
Frans Magnis Suseno (2011) menyatakan ideologi sebagai suatu sistem pemikiran,
dapat dibedakan menjadi ideologi tertutup dan terbuka. Lebih lanjut dikatakan ada 2
(dua) jenis ideologi, yakni ideologi tertutup dan ideologi terbuka. Ideologi tertutup
adalah ajaran pandangan dunia, atau filsafat yang menentukan tujuan-tujuan dan
norma-norma politik dan sosial, sebagai kebenaran. Kebenaran suatu ideologi tertutup
tidak boleh dipertanyakan berdasarkan nilai atau prinsip moral yang lain. Isinya
dogmatis dan apriori sehingga tidak dapat dirubah atau dimodifikasi berdasarkan
pengalaman sosial. Ideologi ini tidak mentolelir pandangan dunia atau nilai-nilai lain.
Ideologi tertutup tidak hanya menentukan kebenaran nilai-nilai dan prinsip-prinsip
dasar saja, tetapi juga menentkan hal-hal yang bersifat konkretdan rasional. Ideologi
terutup tidak mengakui hak masing-masing orang untuk memiliki keakinan dan
pertimbangannya sendiri. Ideologi tertutup menuntut ketaatan tanpa reserve.5
Ideologi seabagai suatu sistem pemikiran (sistem of thought), maka ideologi terbuka
merupakan suatu sistem pemikiran terbuka. Sedangkan ideologi tertutup dapat

8
dikenali dengan beberapa ciri khas. Ideologi itu bukan cita-cita yang sudah hidup
dalam masyarakat, melainkan merupakan cita-cita satu kelompok orang yang
mendasari suatu program untuk mengubah dan membaharui massyarakat. Dengan
demikian, ciri ideologi tertutup adalah bahwa atas nama ideologi dibenarkan
pengobanan-pngorbanan yang dibebankan kepada masyarakat. Demi ideologi,
masyarakat harus berkorban dan bersedia untuk menilai kepercayaan ideologis para
warga masyarakat serta kesetiannya masing-maasing sebagai warga masyarakat.6
Ciri-ciri lain mengenai ideologi tertutup adalah bahwa isinya bukan hanya berupa
nilai-nilai dan cita-cita tertentu melainkan intinya terdiri dari tuntutantuntutan konkrit
dan operasional yang keras, yang diajukan dengan mutlak. Jadi ciri khas ideologi
tertutup adalah bahwa betapapun besaarnya perbedaan antara tuntutan berbagai
ideologi yang memungkinkan hidup dalam masyarakat itu, akan selalu ada tuntutan
mutlak bahwa orang harus taat kepada ideologi tersebut. Hal itu juga berarti orang
harus taat kepada elit yang mengembannya, taat terhadap tuntutan ideologis dan
tuntutan ketaatan itu mutlak dari nurasinya, tanggung jawabnya atas hak-hak
asasinya. Kekuasaannya selalu condong ke arah total, jadi bersifat totaliter dan akan
menyangkut segala segi kehidupan.7 Sebaliknya, ideologi terbukan hanya berisi,
orienatsi, gagasan, prinsip, atau nilai dasar saja, sedangkan penjabarannyakedalam
tujuan-tujuan dan norma sosial politik selalu dapat dipertanyakan dan disesuaikan
dengan nilai dan prinsip moral yang berkembang di masyarakat. Operasionalisasi
cita-cita yang ingin dicapai tidak dapat ditentukan secara apriori, melainkan harus
disepakati secara demokratis. Ideologi terbuka bersifat inklusif, tidak totalite, dan
tidak dapat dipakai melegitimasi kekuasaan sekelompok ideologi terbuka hanya
terdapat dalam sistem yang demokratis.8 Sebagaimana dikemukakan diatas, dalam
ideologi terkadung nilai-nilai. Nilai-nilai itu dianggap sebagai nilai yang baik, luhur,
dan dianggap menguntungkan masyarakat sehingga diterima nilai tersebut. Oleh
karena itu, ideologi digambarkan sebagai seperangkat gagasan tentang kebaikan
beersama. Seperangkat nilai ang dianggap benar, baik , adail, dan menguntung itu,

9
dijadikan nilai bersama. Apabila sekelompok masyarakat bangsa menjadikan nilai
dalam ideologi sebagai nilai bersama maka ideologi tersebut menjadi ideologi bangsa
atau ideologi nasional bangsa yang besangkuatan.
2.2 Ideologi di berbagai negara
a. Hakkō ichiu negara Jepang
Hakkō ichiu adalah ideologi yang digunakan Jepang untuk memperluas
Kekaisarannya. Hakkō ichiu dipakai sebagai alasan untuk mengekspansi negara lain
dengan dalih persaudaraan yang mengatasnamakan takdir absolut Kaisar. Kegigihan
Jepang untuk mewujudkan wilayah Kekaisarannya terbukti dari banyaknya kuil
Shinto yang dibangun di luar Jepang. Selain itu, barisan militer dan Kempeitai polisi
militer juga dikerahkan Jepang untuk mengamankan internal Jepang serta
memperluas Kekaisarannya di wilayah jajahan eksternal . Militer ditanamkan dengan
nilai bushido untuk mengabdi kepada Kaisar agar berani berperang, begitu juga
Kempeitai yang tugasnya menginvestigasi kaum anti-Jepang. Namun, praktek Hakkō
ichiu dalam militer dan Kempeitai sangat bertolak belakang dengan asas
persaudaraan yang telah dipropagandakan menjelang Perang Dunia II. Ketika Perang
Dunia II, perlakuan Jepang semakin kejam terhadap para tawanannya, dan
meninggalkan luka mendalam di negara-negara bekas jajahannya, khususnya di Cina.
Tujuan penelitian ini, untuk mengetahui kesesuaian ideologi Hakkō ichiu berasas
persaudaraan dengan praktek invasinya. Metode yang digunakan adalah studi
pustaka. Hasil dari penelitian diharapkan mampu mengisi kekurangan dari penelitian
sebelumnya dan turut memperkaya ilmu pengetahuan di bidang studi Jepang.
b. Sekularisme negara India
Sekularisme merupakan ideologi kontemporer yang dijadikan ideologi negara bagi
India disamping merupakan ideologi Partai Kongres yang berkuasa pada awal
kemerdekaan. Dalam pemerintahan yang sekuler negara memisahkan urusan politik
dari unsur-unsur agama sehingga tidak terjadi politisasi agama, menghindari
terjadinya komunalisme serta menjalankan proses modernisasi. Sekularisme yang

10
berkembang di India dapat dilihat dari adanya penerapan kebijakan-kebijakan baik
yang berupa kebijakan yang bersifat ideologis maupun kebijakan pembangunan serta
kekuatan basis politik yang mendukung Partai Kongres untuk berkuasa. Hal itu secara
kronologis dapat dianalisa melalui berbagai kebijakan yang dikeluarkan pada setiap
periode pemerintahan Partai Kongres di India sejak masa Nehru dan hal itu pula yang
digunakan sebagai cara bagi Partai Kongres untuk mempertahankan sekularisme
India. Dalam perkembangannya dalam tiap periode pemerintahan Partai Kongres,
bentuk sekularisme maupun bentuk-bentuk kebijakan yang dikeluarkannya berbeda-
beda menurut konteks sosial serta gaya kepemimpinan pemerintahnya. Dengan
demikian pada tiap periode terjadi perubahan dan pasang surut atas kekuatan
sekularisme di India. Meskipun mengalami berbagai perubahan kebijakan maupun
dukungan serta pasang surut pada tiap periodenya, namun ternyata dominasi Partai
Kongres selama ini mampu membuat sekularisme bertahan di India, dan menjadikan
sekularisme sebagai ideologi yang rasional dalam menjalankan modernisasi bagi
masyarakatnya. Ideologi sekuler juga menjadi kekuatan untuk menyatukan
masyarakat India yang memiliki pluralitas agama.
c. Komunisme negara Cina
Republik Rakyat China adalah sebuah negara komunis yang terdiri dari hampir
seluruhkebudayaan, sejarah dan geografis yang dikenal sebagai China.
Sejak kemenangan PartaiKomunis Cina (PKC) dan berdirinya Republik Rakyat
Cina (Cina) pada tahun 1949, Cina secararesmi menggunakan ideologi sosialis-
komunis dan Partai Komunis Cina sebagai pemegangtunggal otoritas
kekuasaan. Sebagai sebuah negara sosialis-komunis, Cina
menggunakanideologi komunisme yang dibuat oleh Marx dan Lenin.Sistem
ketatanegaraan Cina yang menggunakan sistem pemerintahan parlementer
sejak1954, yang di pimpin oleh Mao Tse Tung (Mao Zedong) pada tahun 1893-1976.
Mao sebagaiketua Partai komunis Cina pada tahun 1935. Dan pada tahun 1976 Mao
di gantikan oleh DengXiaoping. tujuan utama dari Partai Komunis China adalah

11
untuk selamanya mempertahankankekuasaan atas China, partai tidak akan pernah
runtuh dan akan selalu mempunyai kekuatanuntuk megendalikan negara beserta
rakyatnya. Salah satu kebijkan politik Deng Xiaoping yangterkenal adalah "Satu
Negara Dua Sistem".China sering disebut juga sebagai Tiongkok saat ini menjadi
negara komunis paling besar didunia. Meskipun secara ekonomi Tiongkok dapat
dikatakan liberal dan kapitalistik, sistem politikpemerintahan yang masih komunis
dengan sistem partai tunggal Partai Komunis Tiongkok. XiJinping, sebagai sekretaris
jenderal partai, juga menjadi presiden dari Tiongkok. Sistem satupartai dan kebijakan
yang masih tersentralisasi di Xi Jinping dan elit-elit di sekitarnya membuatnegara ini
dapat dikategorikan sebagai negara komunis
d. Liberal negara Korea Selatan
Hukum Konstitusi Republik Korea disahkan pada Juni 1948 dan diumumkan pada
tanggal 17 Juli, sekitar satu setengah bulan sebelum pendirian Negara Korea.
Pemerintah merayakan tanggal tersebut sebagai hari libur nasional setiap tahun.
Hukum Konstitusi direvisi pertama kali pada Juli 1952. Hukum Konstitusi saat ini
adalah Hukum Konstitusii revisi ke-9 yang disahkan melalui referendum pada tanggal
27 Oktober 1987. Hukum Konstitusi Korea Selatan didasarkan pada demokrasi
liberal. Hukum Konstitusi ini menjamin kebebasan dan hak-hak rakyat oleh hukum,
menyatakan pembentukan negara sejahtera, serta menjamin kesempatan yang sama di
semua bidang termasuk politik, ekonomi, masyarakat, dan budaya. Di dalam Hukum
Konstitusi disebutkan bahwa setiap warga negara berkewajiban membayar pajak,
mempertahankan negara, berpartisipasi dalam pendidikan, dan bekerja. Hukum
Konstitusi menyatakan perdamaian internasional dan menetapkan bahwa perjanjian
yang dibuat dan diumumkan serta hukum internasional yang diterima secara umum
memiliki efek yang sama dengan hukum domestik. Selain itu, status orang asing
dijamin sesuai dengan hukum dan perjanjian internasional.
e. Demokrasi negara Singapura

12
Singapura menganut sistem demokrasi perwakilan parlementer multi -partai di mana
Presiden Singapura adalah kepala negara dan Perdana Menteri Singapura adalah
kepala pemerintahan . Kekuasaan eksekutif dipegang oleh Presiden dan Kabinet .
Kabinet mempunyai pengarahan dan kendali umum atas pemerintahan dan
bertanggung jawab secara kolektif kepada Parlemen . Ada tiga cabang pemerintahan
yang terpisah: legislatif , eksekutif dan yudikatif . Demokrasi perwakilan dimulai
pada tahun 1940-an ketika jumlah kursi terpilih di badan legislatif secara bertahap
meningkat, hingga Majelis Legislatif Singapura yang dipilih secara penuh dibentuk
pada tahun 1958. Saat ini, undang-undang Singapura menetapkan berbagai
mekanisme yang memenuhi doktrin demokrasi perwakilan. Pemilihan parlemen di
Singapura wajib diadakan secara berkala untuk memilih Parlemen dengan hak pilih
universal . Meskipun hak memilih dalam undang-undang Singapura tidak disebutkan
secara tegas dalam Konstitusi, namun Pemerintah menegaskan bahwa hak tersebut
tersirat dalam teks konstitusi. Konstitusi memberikan tiga cabang negara dengan
aspek kekuasaan pemerintahan yang berbeda. Eksekutif terdiri dari Presiden dan
Kabinet, yang dipimpin oleh Perdana Menteri. Kabinet bertanggung jawab kepada
para pemilih dan merupakan perwujudan demokrasi perwakilan. Presiden dipilih oleh
rakyat untuk bertindak sebagai pelindung konstitusi dalam melindungi cadangan
nasional dan menjaga integritas pelayanan publik. Untuk memenuhi syarat sebagai
calon presiden, kriteria yang ketat harus dipenuhi. Konstitusi selanjutnya mengatur
komposisi parlemen yang mencakup anggota parlemen (MP) yang dipilih melalui
Konstituensi Anggota Tunggal dan Konstituensi Perwakilan Kelompok , Anggota
Parlemen Non-konstituensi (NCMP) dan Anggota Parlemen yang Dicalonkan
(NMP). Anggota parlemen adalah perwakilan dari para pemilih dan mempunyai
peran untuk menyampaikan kekhawatiran yang mungkin dimiliki masyarakat.
Pemerintah berpandangan bahwa demokrasi perwakilan lebih baik dipahami dengan
menganggap partai politik sebagai elemen fundamental dalam sistem politik
dibandingkan dengan anggota parlemen perorangan. Meskipun sistem peradilan

13
bukan merupakan perwujudan langsung dari konsep demokrasi perwakilan, sistem
peradilan berfungsi sebagai pengawas terhadap Pemerintah dan badan legislatif
dengan memastikan bahwa kekuasaan mereka dilaksanakan dalam batas-batas yang
ditetapkan oleh Konstitusi, seperti kebebasan mendasar yang dijelaskan dalam Bagian
IV. Hak demokratis warga Singapura untuk mengubah pemerintahan melalui pemilu
yang bebas dan adil belum teruji. Sejak kemerdekaannya, Partai Aksi Rakyat (PAP)
yang berkuasa telah memenangkan setiap pemilu dengan jumlah dukungan yang
bervariasi mulai dari 60–70% suara terbanyak berdasarkan sistem pemungutan suara
first-past-the-post (FPTP). Meski demikian, Freedom House yang berbasis di AS
mengatakan pemilu di Singapura bebas dari penindasan pemilih dan kecurangan
pemilu. [1] Hak atas kebebasan berpendapat dan berekspresi , yang dijamin bagi
warga negara Singapura berdasarkan Pasal 14 Konstitusi Singapura , sangat penting
dalam konsep demokrasi perwakilan. Mekanisme yang tersedia untuk pelaksanaan
hak termasuk kebebasan berbicara dan berdebat di Parlemen, Speakers' Corner , dan
media baru . Namun, Pasal 14 memungkinkan Parlemen untuk membatasi hak atas
kebebasan berpendapat karena berbagai alasan. Salah satunya adalah perlindungan
reputasi. Kritikus menuduh para menteri Kabinet dan anggota Partai Aksi Rakyat
yang berkuasa telah menggunakan tuntutan pencemaran nama baik terhadap politisi
oposisi untuk menghambat kegiatan mereka dan mengeluarkan mereka dari
Parlemen. Pemerintah mengatakan bahwa tidak ada bukti yang mendukung klaim
tersebut. Selain itu, kepemilikan dan konten media diatur secara cermat oleh
Pemerintah. Pasal 14 melindungi hak atas kebebasan berkumpul yang relevan dengan
kebebasan berpendapat karena kebebasan berpendapat sering kali dilakukan dalam
pertemuan dan pertemuan. Pertemuan bebas dibatasi di Singapura melalui undang-
undang yang mengharuskan izin diperoleh sebelum acara diadakan, namun ada
pengecualian untuk acara di dalam ruangan yang melibatkan penyelenggara dan
pembicara yang merupakan warga negara. Pemerintah dituduh memperlambat
kemajuan demokrasi dengan menggunakan Undang-Undang Keamanan Dalam

14
Negeri ( Bab. 143, 1985 Rev. Ed. ) (ISA) untuk menahan lawan politik dan menekan
kritik politik. Sebagai tanggapan, Pemerintah telah menegaskan bahwa tidak ada
orang yang ditahan semata-mata karena keyakinan politiknya.
f. Fedayen negara Palestia
Fedayeen Palestina (dari bahasa Arab fidā'ī, jamak fidā'iyūn, ‫دائيون‬XXX‫ )ف‬adalah
gerilyawan atau militan Palestina berhaluan nasionalis.[1][2] Sebagian besar orang
Palestina menganggap fedayeen sebagai "pejuang kemerdekaan",[3] sementara Israel
mencap mereka sebagai teroris. Kelompok ini terinspirasi dari gerilyawan di
Vietnam, Tiongkok, Aljazair dan Amerika Latin.[2] Ideologi fedayeen Palestina
adalah nasionalisme sayap kiri, sosialisme atau komunisme, dan tujuan mereka
adalah untuk mengalahkan Zionisme dan mendirikan "negara sekuler, demokrasi dan
nonsektarian" di Palestina.[4] Namun, makna kata "sekuler, demokratik dan non-
sektarian" di antara faksi-faksi fedayeen tidaklah sama.[4] Fedayeen Palestina
bermula dari para pengungsi yang melarikan diri atau diusir dari desa mereka akibat
Perang Arab-Israel 1948.[5] Pada pertengahan tahun 1950-an, fedayeen mulai
melancarkan serangan lintas perbatasan dari Suriah, Mesir dan Yordania ke Israel.
Jalur Gaza pun menjadi pusat aktivitas fedayeen Palestina.[6] Akibatnya, Israel
melancarkan serangan balasan yang dengan sendirinya memicu serangan-serangan
lain dari fedayeen. Setelah Israel berhasil mengalahkan negara-negara Arab selama
Perang Enam Hari pada tahun 1967, kelompok fedayeen Palestina disatukan oleh
Organisasi Pembebasan Palestina, walaupun setiap kelompok tetap memiliki
pemimpin dan angkatan bersenjatanya sendiri.
g.
2.3 Cara pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah untuk
mufakat dalam kehidupan masyarakat.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
Sebagai pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya sebaiknya selalu
menjaga ideologi negara karena Pancasila merupakan gagasan dasar yang berkenaan
dengan kehidupan negara.
DAFTAR PUSTAKA

16

Anda mungkin juga menyukai