Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan”

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah pendidikan pancasila

Nama Kelompok 10 :

1. Ahmad Ashari G.
2. Anggun Septiarani
3. Muhammad Adli Hanif
4. Mutiara Fahira

PROGRAM STUDY ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS


SRIWIJAYA 2019/2020

Alamat : Jalan Srijaya Negara, Bukit Besar, Ilir Barat I, Bukit Lama, Ilir Bar. I, Kota Palembang, Sumatera Selatan
30128.

Telp: +62711580169, Website: unsri.ac.id


Kata Pengantar

Alhamdulillah atas segala Nikmat dan Karunia Alloh SWT yang diberikan kepada
kita semua, dengan selesainya penulisan makalah ini, yang semoga berguna untuk membantu
para Mahasiswa dalam memperluas wawasan Pendidikan Pancasila dan mampu memahami
semua materi yang berada pada makalah ini.

Tidak luput juga penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak, yang telah
bersedia mau membantu dalam penulisan makalah ini kepada para pembaca.

Penulis sadar bahwa pada makalah ini masih memiliki banyak kekurangannya dalam
hal penyampaian, gaya bahasa, dan penulisannya masih banyak kesalahan. Penulis sangat
berterimakasih, sekiranya para pembaca mau memberikan dan menyampaikan kritik serta saran,
agar makalah ini dapat diperbaiki sebaik mungkin.

Akhir kata penulis berharap semoga selesainya makalah ini dapat bermanfaat untuk
kita semua, Amin Ya Robbal ‘Alamin.

Palembang, Agustus 2019

Penyusun
Daftar Isi

Halaman

Abstrak …………………………………………………………………………………………. i
Pendahuluan …………………………………………………………………………………… ii
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………….…. 2
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………….……. 2
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………… 2
1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………………………… 4

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………. 5


2.1 Pengertian Pancasila dan Paradigma ……...…………………………………
2.2 Bagaimana hubungan pancasila sebagai paradigma pembangunan di bidang
POLEKSOSBUDHANKAM ………………………………………………………6
2.3 Bagaimana hubungan paradigma pancasila sebagai IPTEKS
……………………………………………………………. 7
2.4 Bagaimana perkembangan paradigma pancasila sebagai IPTEK
BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………….. 21
3.2 Saran dan Pesan ………………………………………………………………… 22

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………….. 23


ABSTRAK

Pancasila adalah ideologi dasar dalam kehidupan bagi negara Indonesia. Nama ini
terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-Undang Dasar
1945.

Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang
berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1
Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Awalnya istilah paradigma digunakan dalam filsafat ilmu pengetahuan. Thomas Khun
berpendapat bahwa ilmu pengetahuan pada suatu waktu didominasi oleh paradigma.

Paradigma adalah pandangan mendasar para ilmuan tentang apa pokok persoalan
suatu cabang ilmu pengetahuan. Lalu istilah paradigma berkembang seiring dengan berjalannya
waktu. Paradigma berkembang menjadi suatu kerangka berpikir, bertindak, acuan, sumber, tolok
ukur, arah dan tujuan. Bila sesuatu dijadikan paradigma berarti sesuatu itu menjadi kerangka
berpikir, tolok ukur, arah dan tujuan dalam melakukan sesuatu. Dengan demikian paradigma
menduduki posisi tertinggi dan penting dalam melaksanakan semua hal dalam kehidupan
manusia. Menurut Thomas Samuel Kuhn, filsuf AS yang memberikan sumbangan penting dalam
ilmu pengetahuan kontemporer, paradigma berarti pola, model atau skema pemahaman aspek-
aspek tertentu tentang realitas (kenyataan). Dalam kegiatan ilmiah, paradigma merupakan pilihan
pada proses pikir atau metode tertentu, sehingga kebenarannya dibatasi oleh pola atau metode
yang dipergunakan. Maka, paradigma digunakan oleh para ilmuan untuk menentukan apa yang
harus dipelajari, apa yang harus dijawab, bagaimana sebaiknya dalam menjawab suatu persoalan.

Paradigma mengandung sudut pandang, kerangka acuan yang harus dijalankan


ilmuan yang mengikuti paradigma tersebut. Dengan paradigma, seorang ilmuan dapat
menjelaskan dan menjawab masalah dalam ilmu pengetahuan.

Pancasila menjadi paradigma bangsa Indonesia, artinya Pancasila menjadi pilihan


bangsa Indonesia yang memberikan arah atau pola kehidupan berbangsa dan bernegara dalam
berbagai bidang kehidupan, dari bagian paling dasar, yaitu ideology, sampai ke bidang teknis,
yaitu pembangunan. Pancasila sebagai paradigma berarti nilai-nilai dasar Pancasila secara
normatif menjadi dasar, kerangka acuan dan tolok ukur dalam segenap aspek pembanguan
nasional di Indonesia. Hal ini adalah konsekuensi dari pengakuan Pancasila sebagai dasar negara
dan ideologi nasional. Maka tidaklah mengherankan bila Pancasila dijadikan tolok ukur dan
landasan dalam bernegara , termasuk dalam melaksanakan pembangunan.
Nilai dasar pancasila dikembangkan menurut hakekat manusia, yang menurut Pancasila
adalah makhluk monopluralis. Ciri-ciri kodrat manusia monopluralis:

1. Susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga.

2. Sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial.

3. Kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan.

Berdasarkan hal di atas, pembangunan nasional diarahkan untuk meningkatkan harkat


dan martabat manusia dalam aspek jiwa dan raga, pribadi, sosial dan aspek ketuhanan, atau
singkatnya pembangunan nasional meningkatkan manusia secara totalitas.

Hakekat dari pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia


seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya dengan Pancasila sebagai dasar,
tujuan dan pedomannya.

Perubahan berarti pembaharuan, dan dalam kerangka pembangunan nasional


pembaharuan dilakukan dengan mengembangkan kepribadian bangsaIndonesia sendiri sehingga
tidak kehilangan identitas diri bangsa dan tetap membuka diri terhadap kemajuan yang positif
dari bangsa lain terutama kemajuan IPTEK.

Dengan kata lain, pembangunan nasional bertumpu pada kemampuan, kemandirian,


kebersamaan, keadilan dan kemanfaatan bagi bangsa Indonesia. Kerjasama dengan negara lain
tetap diperlukan selama tetap bisa menjaga jati diri bangsa.

Dalam praktik, pelaksanaan Pembangunan Nasional dilakukan melalui sebuah kegiatan


nasional yang mencerminkan program, pola dan sasaran dalam tahapan tertentu dengan tetap
konsisten demi terwujudnya tujuan nasional.

Pembangunan nasional menjadi kewajiban seluruh bangsa Indonesia dengan


pemerintah dan lembaga legislatif dan eksekutif nenegang peranan utama. Kesadaran secara
nasional akan pembangunan nasional menjadi kunci keberhasilan pembangunan nasional. Yang
menjadi modal penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan nasional adalah insan
akademik, sebagai unsur masyarakat yang terdidik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut :
1. Apa pengertian Pancasila dan Paradigma ?
2. Bagaimana hubungan pancasila sebagai peradigma pembangunan di bidang
poleksosbudhankam ?
3. Bagaimana hubungan paradigma pancasila sebagai IPTEK ?
4. Bagaimana perkembangan paradigma pancasila sebagai IPTEK ?
5. Bagaimana hubungan pancasila sebagai paradigma di dalam Kehidupan Kampus ?

1.3 Tujuan Penulisan

Penulis membuat makalah dengan tujuan :

1. Untuk mengetahui pengertian Pancasila dan Paradigma


2. Untuk mengetahui hubungan pancasila sebagai peradigma pembangunan di bidang
poleksosbudhankam
3. Untuk mengetahui hubungan paradigma pancasila sebagai IPTEK
4. Untuk mengetahui perkembangan paradigm pancasila sebagai IPTEK
5. Untuk mengetahui hubungan pancasila sebagai paradigma di dalam Kehidupan Kampus
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pancasila dan Paradigma

Pancasila adalah ideologi dasar dalam kehidupan bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari
dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan
rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

Paradigma adalah pandangan mendasar para ilmuan tentang apa pokok persoalan suatu cabang
ilmu pengetahuan. Lalu istilah paradigma berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Paradigma
berkembang menjadi suatu kerangka berpikir, bertindak, acuan, sumber, tolok ukur, arah dan tujuan. Bila
sesuatu dijadikan paradigma berarti sesuatu itu menjadi kerangka berpikir, tolok ukur, arah dan tujuan
dalam melakukan sesuatu. Dengan demikian paradigma menduduki posisi tertinggi dan penting dalam
melaksanakan semua hal dalam kehidupan manusia. Menurut Thomas Samuel Kuhn, filsuf AS yang
memberikan sumbangan penting dalam ilmu pengetahuan kontemporer, paradigma berarti pola, model
atau skema pemahaman aspek-aspek tertentu tentang realitas (kenyataan). Dalam kegiatan ilmiah,
paradigma merupakan pilihan pada proses pikir atau metode tertentu, sehingga kebenarannya dibatasi
oleh pola atau metode yang dipergunakan. Maka, paradigma digunakan oleh para ilmuan untuk
menentukan apa yang harus dipelajari, apa yang harus dijawab, bagaimana sebaiknya dalam menjawab
suatu persoalan.

Pancasila menjadi paradigma bangsa Indonesia, artinya Pancasila menjadi pilihan bangsa
Indonesia yang memberikan arah atau pola kehidupan berbangsa dan bernegara dalam berbagai bidang
kehidupan, dari bagian paling dasar, yaitu ideology, sampai ke bidang teknis, yaitu pembangunan.
Pancasila sebagai paradigma berarti nilai-nilai dasar Pancasila secara normatif menjadi dasar, kerangka
acuan dan tolok ukur dalam segenap aspek pembanguan nasional di Indonesia. Hal ini adalah konsekuensi
dari pengakuan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional. Maka tidaklah mengherankan bila
Pancasila dijadikan tolok ukur dan landasan dalam bernegara , termasuk dalam melaksanakan
pembangunan.
2.2 Bagaimana hubungan pancasila sebagai paradigma pembangunan di bidang
POLEKSOSBUDHANKAM

1. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUN AN POLITIK

Manusia Indonesia selaku warga negara harus ditempatkan sebagai subjek atau pelaku politik
bukan sekadar objek politik. Pancasila bertolak dari kodrat manusia maka pembangunan politik harus
dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sistem politik Indonesia yang bertolak dari manusia
sebagai subjek harus mampu menempatkan kekuasaan tertinggi pada rakyat. Kekuasaan adalah dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem politik Indonesia yang sesuai pancasila sebagai paradigma
adalah sistem politik demokrasi bukan otoriter.

Berdasar hal itu, sistem politik Indonesia harus dikembangkan atas asas kerakyatan (sila IV
Pancasila). Pengembangan selanjutnya adalah sistem politik didasarkan pada asas-asas moral daripada
sila-sila pada pancasila. Oleh karena itu, secara berturut-turut sistem politik Indonesia dikembangkan atas
moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral persatuan, moral kerakyatan, dan moral keadilan.

Perilaku politik, baik dari warga negara maupun penyelenggara negara dikembangkan atas
dasar moral tersebut sehingga menghasilkan perilaku politik yang santun dan bermoral.

Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial politik diartikan bahwa Pancasila bersifat
sosial-politik bangsa dalam cita-cita bersama yang ingin diwujudkan dengan menggunakan nilai-nilai
dalam Pancasila. Pemahaman untuk implementasinya dapat dilihat secara berurutan-terbalik:

1. Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, budaya, agama, dan
ekonomi dalam kehidupan sehari-hari;
2. Mementingkan kepentingan rakyat (demokrasi) bilamana dalam pengambilan keputusan;
3. Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan konsep
mempertahankan persatuan;
4. Dalam pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan kemanusiaan yang adil dan beradab;
5. Tidak dapat tidak; nilai-nilai keadilan sosial, demokrasi, persatuan, dan kemanusiaan (keadilan-
keberadaban) tersebut bersumber pada nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
Di era globalisasi informasi seperti sekarang ini, implementasi tersebut perlu direkonstruksi
kedalam pewujudan masyarakat-warga (civil society) yang mencakup masyarakat tradisional (berbagai
asal etnik, agama, dan golongan), masyarakat industrial, dan masyarakat purna industrial. Dengan
demikian, nilai-nilai sosial politik yang dijadikan moral baru masyarakat informasi adalah:

1. nilai toleransi;
2. nilai transparansi hukum dan kelembagaan;
3. nilai kejujuran dan komitmen (tindakan sesuai dengan kata);
4. bermoral berdasarkan konsensus (Fukuyama dalam Astrid: 2000:3)

2. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN EKONOMI

Pancasila sebagai paradigma pembangunan ekonomi dengan sistem ekonomi pada nilai moral
daripada Pancasila. Secara khusus, sistem ekonomi harus didasrkan pada dasar moralitas ketuhanan pada
Sila I Pancasila dan kemanusiaan pada Sila II Pancasila yang menghasilkan sistem ekonom
berperikemanusiaan. Sistem ekonomi yang menghargai hakikat manusia, baik dari segi selaku makhluk
individu, sosial, makhluk pribadi maupun makhluk tuhan.

Sistem ekonomi berdasar Pancasila berbeda dengan sistem ekonomi liberal yang hanya
menguntungkan individu-individu tanpa perhatian pada manusia lain. Sistem ekonomi ini berbeda dengan
sistem ekonomi dalam sistem sosialis yang tidak mengakui kepemilikan individu.

Pancasila bertolak dari manusia sebagai totalitas dan manusia sebagai subjek. Maka dari itu,
sistem ekonomi harus dengan sistem dan pembangunan ekonomi dengan tujuan pada kesejahteraan
rakyat secara keseluruhan berasaskan kekeluargaan dengan nilai-nilai kemanusiaan.

Pembangunan ekonomi harus menghindarkan diri dari bentuk persaingan bebas, monopoli yang
akan menimbulkan penindasan, ketidakadilan, penderitaan, dan kesengsaraan warga negara.

Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi mengacu Sila IV Pancasila, sedangkan


pengembangan ekonomi pada sistem ekonomi Indonesia yaitu Pembangunan Ekonomi Kerakyatan atau
Pembangunan Demokrasi Ekonomi atau Sistem Ekonomi Pancasila yang mana ekonomi untuk
sebesarbesar kemakmuran rakyat yang berkeadilan bagi warga Indonesia dimana politik ekonomi
kerakyatan memberikan kesempatan, dukungan, dan pengembangan ekonomi rakyat mencakup koperasi,
usaha kecil, dan usaha menengah sebagai pilar utama pembangunan ekonomi nasional.
Oleh sebab itu, perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar asas kekeluargaan yang
mampu mengembangkan program-program kongkrit pemerintah daerah di era otonomi daerah yang lebih
mandiri dan lebih mampu mewujudkan keadilan dan pemerataan pembangunan daerah.

Dengan demikian, Ekonomi kerakyatan akan mampu memberdayakan daerah/rakyat dalam berekonomi,
sehingga lebih adil, demokratis, transaran, dan partisipatif. Dalam ekonomi kerakyatan, Negara berperan
melindungi warga negara dengan mengingkatkan kepastian hukum.

3 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya

Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena memang pancasila bertolak dari hakikat
dan kedudukan kodrat manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana tertuang dalam sila Kemanusiaan yang
adil dan beradab. Oleh karena itu, pembangunan sosial budaya harus mampu meningkatkan harkat dan
martabat manusia, yaitu menjadi manusia yang berbudaya dan beradab. Pembangunan sosial budaya yang
menghasilkan manusia-manusia biadab, kejam, brutal dan bersifat anarkis jelas bertentangan dengan cita-
cita menjadi manusia adil dan beradab.

Manusia tidak cukup sebagai manusia secara fisik, tetapi harus mampu meningkatkan derajat
kemanusiaannya. Manusia harus dapat mengembangkan dirinya dari tingkat homo
menjadi human. Berdasar sila persatuan Indonesia, pembangunan sosial budaya dikembangkan atas dasar
penghargaan terhadap nilai sosial dan budaya-budaya yang beragam di seluruh wilayah Nusantara menuju
pada tercapainya rasa persatuan sebagai bangsa.

Perlu ada pengakuan dan penghargaan terhadap budaya dan kehidupan sosial berbagai
kelompok bangsa Indonesia sehingga mereka merasa dihargai dan diterima sebagai warga bangsa.
Dengan demikian, pembangunan sosial budaya tidak menciptakan kesenjangan, kecemburuan,
diskriminasi, dan ketidakadilan sosial. Paradigma-baru dalam pembangunan nasional berupa paradigma
pembangunan berkelanjutan, yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya perlu diselenggarakan dengan
menghormati hak budaya komuniti-komuniti yang terlibat, di samping hak negara untuk mengatur
kehidupan berbangsa dan hak asasi individu secara berimbang (Sila Kedua).

Hak budaya komuniti dapat sebagai perantara/penghubung/penengah antara hak negara dan hak
asasi individu. Paradigma ini dapat mengatasi sistem perencanaan yang sentralistik dan yang
mengabaikan kemajemukan masyarakat dan keanekaragaman kebudayaan Indonesia. Dengan demikian,
era otonomi daerah tidak akan mengarah pada otonomi suku bangsa tetapi justru akan memadukan
pembangunan lokal/daerah dengan pembangunan regional dan pembangunan nasional (Sila Keempat),
sehingga ia akan menjamin keseimbangan dan kemerataan (Sila Kelima) dalam rangka memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa yang akan sanggup menegakan kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI
(Sila Ketiga).

Apabila dicermati, sesungguhnya nilai-nilai Pancasila itu memenuhi kriteria sebagai puncak-puncak
kebudayaan, sebagai kerangka-acuan-bersama, bagi kebudayaan – kebudayaan di daerah:

1. Sila Pertama, menunjukan tidak satu pun sukubangsa ataupun golongan sosial dan komuniti
setempat di Indonesia yang tidak mengenal kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
2. Sila Kedua, merupakan nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh segenap warganegara Indonesia
tanpa membedakan asal-usul kesukubangsaan, kedaerahan, maupun golongannya;
3. Sila Ketiga, mencerminkan nilai budaya yang menjadi kebulatan tekad masyarakat majemuk di
kepulauan nusantara untuk mempersatukan diri sebagai satu bangsa yang berdaulat;
4. Sila Keempat, merupakan nilai budaya yang luas persebarannya di kalangan masyarakat majemuk
Indonesia untuk melakukan kesepakatan melalui musyawarah. Sila ini sangat relevan untuk
mengendalikan nilai-nilai budaya yang mendahulukan kepentingan perorangan;
5. Sila Kelima, betapa nilai-nilai keadilan sosial itu menjadi landasan yang membangkitkan
semangat perjuangan bangsa Indonesia dalam memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikutserta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

4. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN HUKUM

Salah satu tujuan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia. Hal tersebut bermakna bahwa negara bertugas dan bertanggung jawab atas
seluruh rakyat Indonesia sehingga perlu memperkuat pertahanan dan keamanan dengan membangun
pertahanan dan keamanan Indonesia yang kini dikenal dengan sishankamrata (sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta).

Sistem pertahanan yang sifatnya semesta dengan melibatkan seluruh warga negara, wilayah,
dan sumber daya nasional lainnya serta dengan mempersiapkan secara dini oleh pemerintah dan
diselenggarakan secara total terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman. Penyelenggaraan sistem
pertahanan semesta didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara, serta keyakinan
pada kekuatan sendiri.

Sistem tersebut pada dasarnya sesuai dengan nilai-nila Pancasila dimana rakyat memiliki hak
dan kewajiban yang sama dalam masalah pertahanan negara dan bela negara. Pancasila sebagai
paradigma pembangunan pertahanan keamanan tertuang dalam UU No. 3 Tahun 2002 tentang pertahanan
negara.

Setelah ditetapkannya UUD 1945, NKRI telah memiliki sebuah konstitusi yang dalamnya terdapat
pengaturan tiga kelompok materi muatan konstitusi yaitu sebagai berikut…
1. Adanya perlindungan terhadap HAM
2. Adanya susunan ketatanegaraan negara yang mendasar,
3. Adanya pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang mendasar.

Sesuai dengan UUD 1945, yang terdapat rumusan Pancasila, Pembukaan UUD 1945 sebagai
bagian dari UUD 1945 atau bagian dari hukum positif yang mana kedudukan Pancasila mengandung segi
positif dan negatif. Segi positif kedudukan Pancasila adalah dapat dipaksakan berlakunya oleh negara,
sedangkan dalam segi negatif adalah pembukaan dapat diubah oleh MPR sesuai dengan ketentuan Pasal
37 UUD 1945.

Hukum tertulis, contohnya UUD termasuk pada perubahannya, UU dan peraturan perundang-undangan
mengacu pada dasar negara (sila-sila Pancasila dasar negara).

Dalam kaitannya dengan Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum baik hukum
tertulis maupun hukum tidak tertulis tidak boleh bertentangan dengan sila-sila pada Pancasila yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Dengan demikian substansi hukum yang dikembangkan merupakan perwujudan atau
penjabaran sila-sila yang terkandung dalam Pancasila. Artinya substansi produk hukum merupakan
karakter produk hukum responsif (untuk kepentingan rakyat dan merupakan perwujuan aspirasi rakyat).

2.3 Bagaimana hubungan paradigma pancasila sebagai IPTEKS

IPTEK memang bisa mempengaruhi dalam hal positif dan negatif. Sehingga dalam
pengembangannya pun dibutuhkan suatu landasan agar tidak merugikan manusia dan bisa mengurangi
dampak negatif. Yaitu berlandaskan pada nilai – nilai Pancasila karena setiap sila demi sila pada
Pancasila mengandung hal – hal yang penting dalam pengembangan IPTEK dan menunjukkan sistem
etika dalam pengembangan IPTEK.

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Perkembangan IPTEK kita jadikan sebagai bentuk syukur
pemberian akal oleh Yang Maha Esa. Sehingga IPTEK tidak dibuat untuk mencederai keyakinan
umat beragama.

2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, menekankan bahwa dalam pengembangan IPTEK harus
dengan cara–cara yang berperikemanusiaan dan tidak merugikan manusia individual maupun
umat manusia yang sekarang maupun yang akan datang agar bisa mensejahterakan manusia. (T.
Jacob, 2000 : 155)

3. Sila Persatuan Indonesia, mengingatkan kita untuk mengembangkan IPTEK untuk seluruh tanah
air dan bangsa secara merata. Selain itu memberikan kesadaran bahwa rasa nasionalisme bangsa
Indonesia akibat adanya kemajuan IPTEK, dengan IPTEK persatuan dan kesatuan bangsa dapat
terwujud, persaudaraan dan persahabatan antar daerah dapat terjalin. (T. Jacob, 2000 : 155)

4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,
meminta kita membuka kesempatan yang sama bagi semua warga untuk dapat mengembangkan
IPTEK dan mengenyam hasilnya sesuai kemampuan dan keperluan masing – masing, sehingga
tidak adanya monopoli IPTEK. (T. Jacob,2000 : 155)

5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, IPTEK didasarkan pada keseimbangan
keadilan dalam kehidupan kemanusiaan. (T. Jacob 2000 : 156).

Dengan begitu Iptek pada hakekatnya tidak bebas nilai namun terikat oleh nilai. Dan dalam
pengembangannya juga dapat membawa dampak positif yaitu memberikan kemudahan bagi kehidupan
manusia. Contohnya yang tadinya berhubungan menggunakan surat dengan adanya kemajuan IPTEK,
berhubungan jarak jauh bisa menggunakan telepon,jika dulunya membajak sawah menggunakan alat
tradisional kini bisa menggunakan peralatan dari mesin karena kemajuan IPTEK. Selain itu juga
mempermudah meluasnya berbagai informasi. Serta bertambahnya pengetahuan dan wawasan karena
dulu komputer, internet dan handphone merupakan peralatan yang sangat canggih dimana hanya orang –
orang tertentu yang mampu membelinya dan menggunakannya, namun karena perkembangan IPTEK
peralatan elektronik tersebut menjadi benda yang menjamur dimana tidak hanya orang – orang tertentu
yang mampu menggunakannya bahkan anak – anak dibawah umurpun menggunakannya.

Kita juga harus waspada dan memiliki sikap positif terhadap Pancasila agar kita dapat menyaring
dan memilih mana yang baik untuk dicontoh dan menghindari yang buruk. Karena dengan perkembangan
komunikasi memudahkan hubungan antarbangsa di dunia dengan intensitas yang cukup tinggi sehingga
menyebabkan proses akulturasi dan saling mempengaruhi antara nilai – nilai dan kebudayaan
antarbangsa.

Selain itu seharusnya dalam penyajian siaran di televisi maupun di Radio atau diberbagai media
elektronik harus yang bermanfaat karena sekarang ini banyak menyajikan yang kurang bermanfaat bagi
masyarakat yang dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat itu sendiri dan bisa mempengaruhi pola
berfikir anak. Sangat tidak baik jika anak – anak diberi siaran yang kurang bermanfaat karena tidak baik
untuk perkembangan dan pertumbuhan anak. Jika siaran televisi tersebut menyajikan tayangan orang
berkelahi bisa saja anak tersebut ikut – ikutan dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari – harinya.

Oleh karena itu dalam menonton harus didampingi oleh orang tua agar anak tersebut diarahkan ke
hal yang positif sehingga nantinya anak itu tidak terjerumus ke pergaulan bebas. Sebab sekarang ini
banyak anak – anak dan remaja yang terjerumus pergaulan bebas hanya karena terpengaruh temannya,
tidak adanya bimbingan dan perhatian dari orang tuanya atau bisa juga karena mendapat kiriman video
porno melalui handphone sehingga ada keinginan untuk menirukan apa yang ada di video tersebut.
Apalgi diperkuat oleh rayuan temannya yang sudah terjerumus ke hal yang negatif.

Untuk itu anak – anak maupun remaja boleh – boleh saja di beri handphone, tetapi harus selalu
dikontrol agar dengan adanya handphone tersebut tidak untuk hal – hal yang buruk tetapi untuk
digunakan hal – hal yang positif seperti untuk alat komunikasi sebagaimana mestinya.
2.4 Bagaimana perkembangan paradigma pancasila sebagai IPTEK

Pancasila bukan merupakan ideologi yang kaku dan tertutup, namun justru bersifat reformatif, dinamis,
dan antisipatif. Dengan demikian Pancasilan mampu menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yaitu dengan tetap memperhatikan dinamika aspirasi
masyarakat. Kemampuan ini sesungguhnya tidak berarti Pancasila itu dapat mengubah nilai-nilai dasar
yang terkandung, tetapi lebih menekan pada kemampuan dalam mengartikulasikan suatu nilai menjadi
aktivitas nyata dalam pemecahan masalah yang terjadi (inovasi teknologi canggih). Kekuatan suatu
ideologi itu tergantung pada kualitas dan dimensi yang ada pada ideologi itu sendiri.

Dengan memasuki kawasan IPTEK yang diletakan diatas Pancasila sebagai paradigmanya, perlu
dipahami dasar dan arah peranannya, yaitu :

1) Aspek ontologi
Bahwa hakekat IPTEK merupakan aktivitas manusia yang tidak mengenal titik henti dalam upayanya
untuk mencari dan menentukan kebenaran dan kenyataan.

1. Aspek Epistemologi, bahwa pancasila dengan nilai–nilai yang terkandung didalamnya dijadikan
metode berpikir.

2. Aspek Askiologi, dengan menggunakan nilai-nilai yang terkandung didalam pancasila sebagai

2) Sila-sila pancasila yang harus menjadi sistem etika dalam pengembangan IPTEK :

 Sila ketuhanan yang maha esa mengkomplementasikan ilmu pengetahuan mencipta,


keseimbangan antara rasional dan irasional, antara akal dan kehendak. Berdasarkan sila ini
IPTEK tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan dibuktikan dan diciptakan tetapi juga
dipertimbangkan maksud dan akibatnya apakah merugikan manusia disekitarnya atau tidak.
Pengolahan diimbangi dengan melestarikan.

 Sila kemanusiaan yang adil dan beradab, memberikan dasar-dasar moralitas bahwa manusia
dalam mengembangkan IPTEK harus bersikap beradab karena IPTEK adalah sebagai hasil
budaya manusia yang beradab dan bermoral. Oleh karena itu, pengembangan Iptek harus
didasarkan pada hakikat tujuan demi kesejahteraan umat manusia. Iptek bukan untuk
kesombongan dan keserakahan manusia. Namun, harus diabdikan demi peningkatan harkat dan
martabat manusia.
 Sila persatuan Indonesia mengkomplementasikan universalitas dan internasionalisme
(kemanusiaan) dalam sila-sila yang lain. Pengembangan IPTEK hendaknya dapat
mengembangkan rasa nasionalisme, kebesaran bangsa serta keluhuran bangsa sebagai bagian
umat manusia di dunia.

 Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
mendasari pengembangan IPTEK secara demokratis, artinya setiap ilmuan harus memiliki
kebebasan untuk mengembangkan IPTEK juga harus menghormati dan menghargai kebebasan
orang lain dan juga memiliki sikap yang terbuka untuk dikritik dikaji ulang maupun di
bandingkan dengan penemuan lainnya.

 Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengkomplementasikan pengembangan IPTEK
haruslah menjaga keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusiaan yaitu keseimbangan
keadilan dalam hubungannnya dengan dirinya senndiri maupun dengan Tuhannya, manusia
dengan manusia, manusia dengan masyarakat bangsa dan negara, serta manusia dengan alam
lingkungannya.

T.Jacob (2000) (dalam internet) berpendapat bahwa Pancasila mengandung hal-hal yang penting dalam
pengembangan iptek, yaitu:

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengingatkan manusia bahwa ia hanyalah makhluk Tuhan yang
mempunyai keterbatasan seperti makhluk-makhluk lain, baik yang hidup maupun yang tidak
hidup. Ia tidak dapat terlepas dari alam, sedangkan alam raya dapat berada tanpa manusia.

2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, usaha untuk menyejahterakan manusia haruslah dengan
cara-cara yang berprikemanusiaan. Desain, eksperimen, ujicoba dan penciptaan harus etis dan
tidak merugikan uamat manusia zaman sekarang maupun yang akan datang. Sehingga kita tidak
boleh terjerumus mengembangkan iptek tanpa nilai-nilai perikemanusiaan.

3. Sila Persatuan Indonesia, mengingatkan pada kita untuk mengembangkan iptek untuk seluruh
tanah air dan bangsa. Dimana segi-segi yang khas Indonesia harus mendapat prioritas untuk
dikembangkan secara merata untuk kepentingan seluruh bangsa, tidak hanya atau terutama untuk
kepentingan bangsa lain.

4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,
membuka kesempatan yang sama bagi semua warga negara untuk mengembangkan iptek, dan
mengenyam hasilnya, sesuai kemampuan dan keperluan masing-masing.
5. Sila Keadilan sosial, memperkuat keadilan yang lengkap dalam alokasi dan perlakuan, dalam
pemutusan, pelaksanaan,perolehan hasil dan pemikiran resiko, dengan memaksimalisasi
kelompok-kelompok minimum dalam pemanfaatan pengembangan teknologi.

Pemahaman pancasila melalui kelima silanya secara universal dapat masuk kedalam tatanan
pembangunan Indonesia melalui perkembangan IPTEK. Pentingnya keselerasan diantara keduanya
menjanjikan hubungan yang harmonis dalam membangun sebuah negara yang dicita-citakan. Namun,
pada kenyataanya sangat sulit untuk menyeimbangkan keduanya, karena masyarakat Indonesia adalah
masyarakat yang plural, tidak jarang di antara masyarakat tersebut tidak memiliki etika dalam
menggunakan teknologi. Hal tersebut sangat tergantung kepada tingkah laku manusia. Tidak setiap
tingkah laku itu memberikan jaminan. Hanya tingkah laku tertentu saja yang dapat menjamin, yaitu
tingkah laku yang bertanggung jawab. Artinya, yang berdasarkan pada prinsip keadilan, yakni melakukan
perbuatan sebagai kewajiban atas hak yang layak bagi seseorang menurut posisi, fungsi dan
keberadaannya.

Peraturan perundangan, sebagai salah satu teknik bernegara, harus mampu menghidupi warganya
dalam suasana tenteram damai, dan bahagia karena hal ini merupakan wujud ketentraman, kedamaian,
dan kebahagiaan negara itu sendiri. Dengan demikian cara-cara pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi seharusnya berkiblat kepada kelima sila pancasila yang dapat dijadikan pedoman dalam
menjalankan hak dan kewajiban sebagai basis ketenteraman bernegara.

Pengembangan dan penguasaan dalam IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi) merupakan salah
satu syarat menuju terwujudnya kehidupan masyarakat bangsa yang maju dan modern. Pengembangan
dan penguasaan IPTEK menjadi sangat penting untuk dikaitkan dengan kehidupan global yang ditandai
dengan persaingan. Namun pengembangna IPTEK bukan semata-mata untuk mengejar kemajuan material
melainkan harus memperhatikan aspek-aspek spiritual, artinya pengembangan IPTEK harus diarahkan
untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin.

Pancasila merupakan satu kesatuan dari sila-sila yang merupakan sumber nilai, kerangka pikir
serta asas moralitas bagi pembangunan IPTEK. Sehingga bangsa yang memiliki pengembangan hidup
pancasila, maka tidak berlebihan apabila pengembangan IPTEK harus didasarkan atas paradigma
pancasila.

Hasil iptek harus dapat dipertanggungjawabkan akibatnya, baik pada masa lalu, sekarang, maupun
masa depan. Oleh karena itu, diperlukan suatu aturan yang mampu menjadikan pancasila sebagai roh bagi
perkembangan iptek di Indonesia.Dalam hal ini pancasila mampu berperan memberikan beberapa prinsip
etis pada iptek sebagai berikut :

 Martabat manusia sebagai subjek, tidak boleh diperalat oleh iptek

 Harus dihindari kerusakan yang mengancam kemanusiaan

 Iptek harus sedapat mungkin membantu manusia melepaskan kesulitan-kesulitan hidupnya

 Harus dihindari adanya monopoli iptek

 Harus ada kesamaan pemahaman antara ilmuwan dan agamawan. Bahwa iman dalam agama
harus memancar dalam ilmu dan ilmu menerangi jalan yang telah ditunjukkan oleh iman. Hal ini
sesuai dengan ucapan Einstein, yaitu without religion is blind, religion science is lame (ilmu
tanpa agama adala buta, agama tanpa ilmu adalah lumpuh).

2.5 Bagaimana hubungan pancasila sebagai paradigma di dalam kehidupan


kampus

Pancasila sebagai paradigma kehidupan kampus adalah seperti paradigma pancasila kehidupan
kampus tidak jauh berbeda dengan kehidupan tatanan Negara. Jadi kampus juga harus memerlukan
tatanan pumbangunan seperti tatanan Negara yaitu politik, ekonomi, budaya, hukum dan antar umat
beragama. Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara maka sebagai
makhluk pribadi sendiri dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) pada hakikatnya merupakan suatu hasil kreativitas rohani manusia. Unsur jiwa manusia meliputi
aspek akal, rasa,dan kehendak. Sebagai mahasiswa yang mempunyai rasa intelektual yang besar kita
dapat memanfaatkan fasilitas kampus untuk mencapai tujuan bersama. Pembangunan yang merupakan
realisasi praksis dalam Kampus untuk mencapai tujuan seluruh mahsiswa harus mendasarkan pada
hakikat manusia sebagai subyek pelaksana sekaligus tujuan pembangunan. Oleh karena itu hakikat
manusia merupakan sumber nilai bagi pembangunan pengembangan kampus itu sendiri.

Kampus adalah tempat hunian atau perkampungan masyarakat ilmiah atau


masyarakat intelektual, maka harus mengamalkan budaya akademik ,tidak terjebak dalam politik peraktis
atau legitimasi kepentingan penguasa. Masyarakat kampus harus berpegang pada komitmen moral yang
bersumber pada ketuhanan dan kemanusiaan, bertanggung jawab secara moral, bertanggungjawab
terhadap bangsa dan negaraeraan serta mengabdi untuk kesejahteraan kemanusiaan.
Kampus dalam wujud Perguruan Tinggi mengemban tugas dan misi pokok pendidikan,
penelitian dan pengabdian masyarakat (Tridharma Perguruan Tinggi). Menurut PP No. 60 Tahun
1999,Pendidikan dilaksanakan di ruang kuliah melalui pendidikan ini ilmu pengetahuan dan teknologi
diberikan kepada para mahasiswa untuk menyiapkan, membentuk dan menghasilkan SDM yang
berkualitas, Penelitian dilakukan di laboratorium , di lapangan, di perusahaan, di rumah sakit atau di
mana saja, penelitian bersifat obyektif dan ilmiah, baik kaidah sertauntuk menemukan kebenaran ilmiah
atau menyelesaikan masalah dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Penelitian harus
berpegang pada moral kejujuran yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila. Hasil Penelitian bermanfaat
bagi kemanusiaan dan kesejahteraan manusia demi harkat dan martabat manusia. Pengabdiaan kepada
masyarakat dilaksanakan di luar kampus ditengah-tengah masyarakat, di arena kehidupan riil masyarakat
luas. Hal ini merupakan wahana kegiatan memanfaatkan ilmu pengetahuan dalam memberikan
sumbangsih kepada masyarakat. Kegiatan pengabdiaan kepada masyarakat demi kesjahteraan umat
manusia, demi pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan, maka harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan
dan Kemanusiaan sesuai yang terkandung dalam Pancasila. Warga Perguruan Tinggi adalah insan-insan
yang memiliki wawasan dan integrasi ilmiah, maka masyarakat akademik harus selalu mengembangkan
buadaya akademik atau budaya ilmiah yang berupa esensi dari aktivitas perguruan tinggi. Ciri-ciri
mayarakat ilmiah sebagai budaya akademik menurut Suhadi,(1998:214) adalah kritis, kreatif, analitis,
obyaktif, kontruktif, dinamik, dialogis, menghargai prestasi ilmiah/akademik, bebas dari prasangka,
menghargai waktu, menghargai dan menjunjung tinggi tradisi ilmiah, berorientasi ke masa depan,
menerima kritik dan kemitraan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hakekat kedudukan pancasila sebagai paradigma pembangunan mengandung pengertian bahwa


dalam segala aspek pembangunan mulai dari politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan,
serta segala aspek lainya dan dari semua itu harus berlandaskan pada nilai-nilai yang terkandung dalam
sila-sila pancasila.

3.2 Saran

Dalam hidup berbangsa, bernegara dan bermasyarakat, pancasila harus mewarnai gerak
langkah, sikap dan perilaku kita. Sebagai landasan hidup pancasila harus dipahami secara mendalam,
menyeluruh, dan kontekstual.
DAFTAR PUSTAKA :
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila
2. https://sciencebooth.com/2013/05/18/pengertian-paradigma-dan-pancasila-sebagai-paradigma-
pembangunan/
3. https://www.slideshare.net/FajarTari/makalah-pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan-nasional

4. https://dheameiranin.wordpress.com/silabus/pendidikan-pancasila/pancasila-sebagai-paradigma-
pembangunan/

5. http://akhmadrizqysangaji.blogspot.com/2017/09/pancasila-sebagai-paradigma.html

Anda mungkin juga menyukai