Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN IDEOLOGI


DALAM BERBANGSA DAN BERNEGARA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu ;
Rizky Hidayatullah

PENYUSUN :
1. Sukma Irawan : (221250037)
2. Iin Milasari : (221250024)

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM MAARIF NU METRO LAMPUNG
TAHUN 2022-2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah- Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pancasila Sebagai Dasar
Negara Dan Ideologi Dalam Berbangsa Dan Bernegara”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kulia Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraaan. Dalam penulisan ma

kalah ini, tidak lepas dari petunjuk dan bimbingan serta masukan dari semua pihak. Untuk
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rizky Hidayatullah yang telah
membantu dan memberi pengarahan kepada penulis dalam belajar dan mengerjakan tugas,
dan juga semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, sehingga
makalah ini dapat selesai tepat waktu.

Makalah ini berusaha penulis susun sebaik-baiknya. Akan tetapi, penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan dan kekurangan
pengetahuan serta minimnya pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu, kritik
dan saran daripembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan pembuatan makalah
berikutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi
pembaca.

Metro, 06 November 2022

Penulis

……………………..

II
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………………………….……............ i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………. 4

1. Latar Belakang …………………………………………………………………. 4

2. Rumusan Masalah ……………………………………………………………… 4
3. Tujuan Masalah………………………………………………………………….. 4
4. Manfaat Penelitian………………………………………………………………. 4

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………..………….. 5

1. Pengertian Pancasila……………………………………………………………... 6

2. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa…………………………………… 7

3. Pancasila Sebagai ideologi Bangsa Dan Negara Indonesia……………………... 9

A. Pengertian Ideologi……………………………………………………………… 9

B. Hubungan antara filsafat dan ilmu ideologi…………………………………….. 11

C. Pancasila sebaagail asas persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia…………….. 12

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………… 14

4.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………... 14

4.2 Saran …………………………………………………………………..………… 14

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………............ 15

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Landasan pendidikan diperlukan dalam dunia pendidikan khususnya di negara kita
Indonesia, agar pendidikan yang sedang berlangsung di negara kita ini mempunyai
pondasi atau pijakan yang sangat kuat karena pendidikan di setiap negara kita sama.
Psikologi merupakan salah satu landasan penting yang harus dipertimbangkan dalam
dunia pendidikan kita karena pendidikan selalu melibatkan kejiwaan manusia.
Perbedaan individual terjadi karena adanya perbedaan berbagai aspek kejiwaan antar
peserta didik, bukan hanya yang berkaitan dengan kecerdasan dan bakat tetapi juga
perbedaan pengalaman dan tingkat perkembangan, perbedaan aspirasi dan cita-cita
bahkan perbedaan kepribadian secara keseluruhan. Oleh sebab itu, pendidik perlu
memahami perkembangan individu peserta didiknya baik itu prinsip perkembangannya
maupun arah perkembangannya. Sehingga, psikologi dibutuhkan di berbagai ilmu
pengetahuan untuk mengerti dan memahami kejiwaan seseorang.  
Dalam proses dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendidikan peranan psikologi
menjadi sangat mutlak. Analisis psikologi akan membantu para pendidik memahami
struktur psikologis anak didik dan kegiatan-kegiatannya, sehingga kita dapat
melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan secara efektif.
Psikologi yang diterapkan dalam dunia pendidikan dinamakan psikologi pendidikan
dimana menurut Ulwiyah (dalam Crow and Crow, 1978) merupakan suatu ilmu yang
berusaha menjelaskan masalah belajar yang dialami individu dari sejak lahir sampai usia
lanjut yang menyangkut keadaan fisik, social, mental, minat, sikap, sifat kepribadian dan
lain-lain.
Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang di dalamnya melibatkan banyak orang,
diantaranya peserta didik, pendidik, administrator, masyarakat dan orang tua peserta
didik. Oleh karena itu, agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien,
maka setiap orang yang terlibat dalam pendidikan tersebut seyogyanya dapat memahami
tentang perilaku individu sekaligus dapat menunjukkan perilakunya secara efektif.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Apakah pengertian landasan psikologis pendidikan

4
Apa saja bentuk-bentuk psikologi pendidikan
2. Bagaimanakah implikasi landasan psikologis dalam pendidikan
3. Bagaimanakah penerapan landasan psikologis dalam pendidikan di Indonesia saat ini
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian landasan psikologis pendidikan
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk psikologi pendidikan
3. Untuk mengetahui implikasi landasan psikologis dalam pendidikan
4. Untuk mengetahui penerapan landasan psikologis dalam pendidikan di Indonesia saat
ini

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Landasan Psikologis Pendidikan


Psikologi berasal dari kata Yunani “psyche” yang artinya jiwa. Logos berarti ilmu
pengetahuan. Jadi secara etimologi psikologi berarti : “ilmu yang mempelajari tentang
jiwa, baik mengenai gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya”. Namun pengertian
antara ilmu jiwa dan psikologi sebenarnya berbeda atau tidak sama (Yudhawati dan Dani
Haryanto, 2011: 1). Menurut Pidarta (2007: 194) psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu
yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan
mengendalikan jasmani, yang dapat dipengaruhi oleh alam sekitar. Jiwa manusia
berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani. Kondisi psikologis adalah kondisi
karakteristik psikofisik manusia sebagai individu, yang dinyatakan dalam berbagai
bentuk perilaku dalam interaksinya dengan lingkungan. Perilaku merupakan manifestasi
dari ciri-ciri kehidupan baik yang tampak maupun tidak tampak, seperti perilaku
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Menurut Sugihartono dkk (dalam Irham dan Novan, 2013:19) pendidikan merupakan
usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh pendidik untuk mengubah tingkah laku
manusia, baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia tersebut
melalui proses pengajaran dan pelatihan. Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan
manusia, sehingga landasan psikologis pendidikan merupakan suatu landasan dalam
proses pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada
umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap
tahapan usia perkembangan tertentu dalam upaya mengenali dan menyikapi manusia
sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan proses
pendidikan.
Definisi psikologi pendidikan menurut Whiteringtone (dalam Irham dan Novan,
2013:18) adalah sebuah studi yang sistematis tentang faktor-faktor dan proses kejiwaan
yang berhubungan dengan pendidikan manusia. Sebagai cabang ilmu psikologi,
psikologi pendidikan mempelajari tentang penerapan berbagai teori-teori psikologi dalam
dunia pendidikan terhadap peserta didik dan pendidik dalam proses pembelajaran.
Aplikasi dalam praktik proses pembalajaran diwujudkan dalam usaha-usaha yang
dilakukan pendidik untuk memunculkan sikap dan prilaku diharapkan, atau mengurangi

5
bahkan menghilangkan sikap dan prilaku yang tidak diinginkan pada peserta didik
selama proses pembelajaran.
Landasan psikologis pendidikan adalah suatu landasan dalam proses pendidikan yang
membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-
gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia
perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan
usia perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan. Kajian
psikologi yang erat hubungannya dengan pendidikan adalah yang berkaitan dengan
kecerdasan, berpikit, dan belajar (Tirtarahardja, 2005: 106).
B. Bentuk-bentuk Psikologi Pendidikan
1. Psikologi Perkembangan
Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku
individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji
tentang hakikat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek
perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang
berhubungan dengan perkembangan individu (Ulwiyah, 2015: 79).
Salah satu teori atau pendekatan tentang perkembangan adalah teori
pentahapan secara khusus yang digunakan untuk melihat perkembangan psikologi
peserta didik diantaranya teori Piaget dan Bruner. Perkembangan psikologi individu
menurut Piaget berkembang secara kualitatif melalui empat tahapan. Setiap tahap
memiliki karakteristiknya. Keempat tahap perkembangan tersebut yaitu :

a. Sensorimotor period (0,0 – 2,0 tahun)


Periode ini ditandai oleh penggunaan sensorimotorik (dalam pengamatan dan
penginderaan) yang intensif terhadap dunia sekitarnya. Prestasi intelektual yang
dicapai dalam periode ini ialah perkembangan bahasa, Hubungan tentang obyek,
kontrol skema, kerangka berpikir, pembentukan pengertian, pengenalan hubungan
sebab akibat.
b. Preoperational period (2,0 – 7,0 tahun)
Periode ini terbagi dalam dua tahapan ialah preconceptional (2,0-4,0 tahun) dan
intuitive (4,0-7,0 tahun). Periode preconceptional ditandai dengan cara berpikir
yang bersifat transduktif (menarik konklusi tentang sesuatu yang khusus atas dasar
hal khusus; misal, sapi disebut kerbau). Periode intuitif ditandai oleh dominasi
6
pengamatan yang bersifat egocentric (belum memahami cara orang lain
memandang obyek yang sama),seperti searah (selancar).
c. Concrete operational period (7,0 –11/12 tahun)
Pada periode ini mulai mengembangkan kemampuan berpikir beranekaragam.
Mereka sudah dapat membedakan mana benda atau kondisi yang tidak berubah
dan mana yang berubah. Oleh karena itu, dalam tingkat operasi konkret ini
struktur kognitif peserta didik sudah relatif stabil. Bahkan antarskema itu terjadi
saling menunjang sehingga daya dukung untuk belajar menjadi makin besar.
d. Formal operational period (11/12 – 14/15 tahun)
Periode ini ditandai dengan kemampuan untuk mengoperasionalkan kaidah-kaidah
logika formal yang tidak terikat oleh obyek-obyek yang bersifat konkret.
Teori perkembangan Piaget ini bermanfaat bagi pendidikan dalam
mengorganisasi materi pelajaran dan proses belajar terutama yang berkaitan dengan
upaya mengembangkan kognisi anak-anak yang sangat fundamental dalam
mengarahkan dan membimbing perilaku anak.
Dalam aspek afeksi, Erikson mencoba menyusun perkembangannya dalam
delapan tahapan sebagai berikut:
a. Bersahabat versus menolak pada umur 0-1 tahun
b. Otonomi versus malu dan ragu-ragu pada umur 1-3 tahun
c. Inisiatif versus perasaan bersalah pada umur 3-5 tahun
d. Perasaan produktif versus rendah diri pada umur 6-11 tahun
e. Identitas diri versus kebingungan pada umur 12-18 tahun
f. Intim versus mengisolasi diri pada umur 19-25 tahun
g. Generasi versus kesenangan pribadi pada umur 25-45 tahun
h. Integritas versus putus asa pada umur 45 tahun ke atas
Perkembangan afeksi di atas dapat memberi kemudahan pada pendidik untuk
mengembangkan afeksi anak sesuai dengan tahapan-tahapan tersebut sehingga tujuan
pendidikan dapat tercapai secara maksimal (Ulwiyah, 2015: 79-83).

2. Psikologi Belajar
Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu
dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakikat belajar dan teori-
teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar. Belajar
adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan
7
hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya
pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikan kepada orang lain
(Ulwiyah, 2015: 83-84).
Teori belajar yang telah disusun secara sistematik oleh Callahan (dalam
Pidarta, 2013) adalah sebagai berikut :
a. Teori Belajar Klasik
1) Teori Belajar Disiplin mental disebut juga sebagai Teori Belajar Ilmu Daya.
Menurut teori ini individu atau anak memiliki sejumlah daya mental seperti
pikiran, ingatan, perhatian, kemampuan, keputusan, observasi, tanggapan, dan
sebagainya. Masing-masing daya ini dapat ditingkatkan kemampuannya melalui
latihan-latihan. Sehingga belajar juga kadang disebut melatih daya.
2) Teori Belajar Disiplin Mental Humanistik bersumber dari aliran Psikologi
Humanistik Klasik ciptaan Plato dan Aristoteles. Teori ini sama seperti teori
disiplin Theistik, semakin sering melatih daya, maka daya akan semakin kuat,
dengan daya yang kuat, kemampuan memecahkan berbagai permasalahan, yang
berbeda hanya pada proses latihannya. Pada Disiplin Theistik, melatih daya anak
hanya pada bagian demi bagian dari potensi anak, Disiplin Humanistik
menekankan pada keseluruhan sebagai potensi individu secara utuh.
3) Teori Belajar Naturalis atgau Aktualisasi diri pangkal dari Psikologi Naturalis
Romantik yang dipimpin oleh Rousseau. Menurut teori ini setiap anak memiliki
sejumlah potensi atas kemampuan.  Kemampuan pada anak selain dilatih oleh
guru, harus dikembangkan oleh anak itu sendiri. guru dan lingkungan harus
menciptakan siatuasi yang permisif atau rileks, sehingga anak dapat berkembang
secara bebas dan alami.
4) Teori Belajar Apersepsi berasal dari Psikologi Struktur ciptaan Herbart. Psikologi
memandang, jiwa manusia merupakan struktur yang bisa berubah dan bertambah
melalui belajar.  Belajar adalah memperbanyak asosiasi-asosiasi sehingga
membentuk struktur baru dalam jiwa anak atau dengan kata lain disebut belajar
membentuk apersepsi.
b. Teori Belajar Modern
a. Teori Belajar Behavioristik
Belajar merupakan respon terhadap stimulus dari luar. Teori belajar ini dilaksanakan
dengan control instrumental dari lingkungan. Pembelajaran dilaksanakan dengan
kondisioning, pembiasaan dan peniruan.
8
b. Teori Belajar Humaistik
Belajar sifatnya sangat individual dan pribadi. Pandangan ini belajar dapat dilakukan
sendiri oleh peserta didik. Peserta didik senantiasa menemukan sendiri mengenai
sesuatu tanpa banyak campur tangan dari pendidik.
c. Teori Belajar Kognitif
Belajar merupakan aktivitas penalaran. Pandangan ini merupakan perpaduan usaha
pribadi dan kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan (Haling, 2007: 4-5).
c. Psikologi Sosial
Psikologi sosial adalah psikologi yang mempelajari psikologi seseorang
dimasyarakat untuk mempelajari keterkaitan individu dan antar individu yang
menekankan pada faktor-faktor situasi sosial yang terjadi yang mengundang
tanggapan umum yang sama dari semua orang.
Bidang ini mempunyai 3 ruang lingkup, yaitu :
a. Studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya: studi tentang
persepsi, motivasi proses belajar, atribusi (sifat).
b. Studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial,
perilaku meniru dan lain-lain.
c. Studi tentang interaksi kelompok, misalnya: kepemimpinan, komunikasi,
hubungan kekuasaan, kerjasama, dalam kelompok, persaingan, konflik.
Dalam ilmu sosial telah dijelaskan tentang interaksi sosial dimana individu
tidak bisa melepaskan diri dari orang lain yang akhirnya dapat membentuk sebuah
interaksi. Tiap-tiap individu memiliki hubungan timbal balik dan saling
mempengaruhi antara individu dan kelompoknya atau sebaliknya. Individu
memandang dirinya sendiri atau mempersepsi dirinya sendiri sama caranya dalam
menemukan atau melihat persepsi orang lain.
Selain persepsi motivasi juga merupakan salah satu aspek psikologi sosial.
Dalam pembelajaran motivasi adalah sesuatu yang menggerakkan atau
mendorong peserta didik untuk belajar atau menguasai materi pelajaran yang
diikutinya. Dengan motivasi belajar yang tinggi peserta didik dapat mencapai prestasi
belajar yang tinggi pula. Secara garis besar ada dua jenis motivasi dilihat dari sumber
datangnya yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi instrinsik. Motivasi instrinsik sangat
diharapkan akan tetapi justru tidak selalu timbul dalam diri peserta didik.sedangkan
motivasi ekstrinsik jika diberikan secara terus menerus akan menimbulkan motivasi
dalam diri peserta didik (Ulwiyah, 2015: 89-91).
9
C. Implikasi Landasan Psikologis Dalam Pendidikan
Tinjauan psikologi perkembangan, psikologi belajar dan psikologi sosial memberikan
implikasi kepada konsep pendidikan.
1. Psikologi perkembangan yang bersifat umum, yang berorientasi pada kognisi, afeksi,
dan psikomotor memberi petunjuk pada pendidik untuk menyiapkan dan
mengorganisasikan materi pendidikan serta bagaimana dapat membina dan
mengembangkan kemampuan anak secara optimal.
2. Psikologi belajar berimplikasi pada proses pembelajaran. Teori belajar klasik masih
sering digunakan walaupun umumnya sudah lama. Teori belajar disiplin mental
bermanfaat untuk menghafal dan melatih soal-soal. Teori behaviorisme lebih cocok
untuk membentuk perilaku nyata, seperti mau menyumbang, giat bekerja dan lain
sebagainya, sedangkan teori Kognitifisme untuk mempelajari pelajaran yang lebih
rumit yang membutuhkan pemahaman, untuk memecahkan masalah dan berkreasi
menciptakan bentuk ide baru.
3. Psikologi sosial
a. Konsep tentang diri sendiri atau persepsi diri bersumber dari persepsi kita tentang
lingkungan dan banyak dipengaruhi oleh sikap serta perasaan kita sehingga
pendidik diharapkan dapat mengembangkan sikap serta perasaan yang positif
karena konsep diri yang keliru dapat merusak perkembangan anak.
b. Pembentukan sikap bisa secara alami, dikondisi dan meniru sikap para tokoh.
Pendidik perlu membentuk sikap anak yang positif dalam banyak hal dengan cara
merencanakan dan melaksanakannya dalam waktu dan situasi yang tepat. Dan
juga perlu dikembangkan motivasinya dengan cara memenuhi minat dan
kebutuhannya, memberikan tugas-tugas yang menantang dan menanamkan
harapan-harapan yang sukses.
c. Pendidik perlu membendung perilaku agresif anti sosial, tetapi mengembangkan
agresif prososial dan sanksi dengan cara menerapkan ketertiban dan kedisiplinan
dan berupaya agar anak tidak mengalami rasa putus asa. Dan hubungannnya
dengan kelompok kemampuan memimpin anak perlu dikembangkan karena
kepemimpinan sangat besar peranannya dalam mencapai sukses belajar bersama,
sukses berorganisasi yang dapat dijadikan bekal kelak jika sudah dewasa.
d. Wujud perkembangan seutuhnya dapat dikatakan jika meliputi tiga kriteria
sebagai berikut:

10
1) Semua potensi berkembang secara proporsional atau berkembang harmonis
dan berimbang.
2) Potensi-potensi itu berkembang optimal.
3) Potensi-potensi itu berkembang secara integrative (Ulwiyah, 2015: 91-93).
D. Penerapan Landasan Psikologis Dalam Pendidikan Di Indonesia Saat Ini
Landasan psikologis merupakan landasan yang sangat penting dalam penyelenggaraan
pendidikan sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya. Sehingga dapat dikatakan
ketika pendidikan diselenggarakan tanpa memperhatikan aspek psikologis sebagai
landasannya maka penyelenggaraan pendidikan tidak akan tepat sasaran sesuai kebutuhan
dan perkembangan masing-masing peserta didik yang berbeda satu dengan lainnya.
Mengenai penerapan landasan psikologis dalam pendidikan di Indonesia saat ini
nampaknya sudah menunjukkan hal yang menggembirakan. Kurikulum pendidikan
Indonesia yang terbaru saat ini yang sedang gencar dilaksanakan ialah Kurikulum 2013.
Berdasarkan penyampaian dari pelopor munculnya kurikulum baru ini yaitu Prof. Dr. Ir.
H. Musliar Kasim, MS (Wamendikbud Nasional Indonesia bidang pendidikan), ternyata
banyak aspek psikologis yang menjadi perhatian sehingga muncullah rancangan
kurikulum 2013 ini yang pada akhirnya telah mencapai masa pelaksanaannya yang
disambut dengan beragam respon dari berbagai kalangan, namun kebanyakan respon
yang muncul ialah respon positif yang mendukung konsep kurikulum 2013 tersebut
karena dinilai banyak memiliki sisi positif dalam pengembangan peserta didik untuk
dapat menjadi insan yang kreatif, aktif, produktif dan berkarakter.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Landasan psikologis pendidikan adalah suatu landasan dalam proses pendidikan yang
membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya serta
gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia
perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan
tahapan usia perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan proses
pendidikan.
2. Bentuk-bentuk psikologi pendidikan ada tiga, yaitu psikologi perkembangan,
psikologi belajar dan psikologi social.
3. Implikasi landasan psikologis dalam pendidikan memberikan implikasi kepada
konsep pendidikan
4. Penerapan landasan psikologis dalam pendidikan di Indonesia saat ini sebagian besar
dalam bidang kurikulum, karena materi pelajaran dan proses belajar mengajar itu
harus sejalan dengan perkembangan, cara belajar, cara peserta didik dan pendidik
mengadakan kontak sosial, dan kesiapan mereka belajar.
B. Saran
Karena begitu pentingnya landasan psikologis dalam pendidikan maka seluruh calon pendidik
dan para pendidik diharapkan mampu mempelajari serta mengaplikasikan landasan
psikologis dalam pendidikan agar proses pendidikan berjalan dengan baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Haling, Abdul. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Makassar: Badan Penerbit Universitas
Negeri Makassar.

Irham, Muhammad & Novan Ardy Wiyani. 2013. Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi
dalam Proses Pembelajaran. Yogyakarta: AM.

Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak


Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Tirtarahardja, Umar. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta:  Rineka Cipta.

Ulwiyah, Nur. 2015. Landasan Psikologi dan Aktualisasinya dalam Pendidikan Islam. Jurnal
Studi Islam. Vol 6. No 1.

Yudhawati, Ratna & Dany Haryanto. 2011. Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan. Jakarta:
PT. Prestasi Pustakarya.

13

Anda mungkin juga menyukai