LANDASAN PSIKOLOGI
Kelompok 5 :
Savina Nazwa Azzahra (2101015062)
Regita Cahya Saputri (2101015022)
Syafira Angelica (2101015013)
Anisya Tiara Shafira (2101015038)
Muhammad Ferdiansyah (2101015070)
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kami
semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada kedua orang tua kami yang telah
memberikan banyak kontribusi bagi kami, Terima kasih terhadap Ibu Dr. Sri Mawani, M.Pd selaku
Dosen mata kuliah Landasan Psikologi dan bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Demikan makalah ini kami buat apa bila ada kesalahan kata dalam makalah atau pun ada
ketidak sesuaian terhadapat materi yang kami tulis dalam makalah ini. Kami selaku kelompok 5
meminta maaf dan menerima kritik serta saran dari pembaca agar bisa membuat karya makalah yang
lebih baik pada kesempatan berikutnya.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
1. Kesipulan ................................................................................................................ 11
2. Saran ....................................................................................................................... 11
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dengan
pendidikan manusia dapat memaksimalkan potensi yang ada pada dirinya. Banyak pendidik
yang memaksakan kehendaknya kepada peserta didik untuk melakukan hal yang mereka
inginkan sedangkan peserta didik sendiri tidak membutuhkanya, maka setiap guru dituntut untuk
memahami teori psikologi pendidikan agar potensi yang ada pada peserta didik dapat
dikembangkan berdasarkan tahap perkembangannya. Banyak para ahli yang memaparkan
tentang perkembangan peserta didik diantaranya Piaget, Carl R. Rogers, Kohnstam.
Pendidikan selalu melibatkan kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologi merupakan
salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Sementara itu, keberhasilan pendidik
dalam melaksanakan berbagai peranannya akan dipengaruhi oleh tentang pemahamannya dalam
pendidikan perkembangan peserta didik. Oleh karena itu agar sukses dalam mendidik, perlu
memahami proses perkembangan, sebab akan membantu dalam memahami tingkah laku.
Tingkah laku siswa sendiri dipelajari dalam suatu ilmu yang disebut sebagai psikologi.
Berdasarkan keterkaitan antara pendidikan dan kejiwaan, landasan psikologis pendidikan
diartikan sebagai suatu landasan dalam proses pendidikan yang membahas berbagai informasi
tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan
aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu untuk mengenali dan
menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang bertujuan untuk
memudahkan proses pendidikan.
Karena pentingnya landasan psikologi pendidikan dalam proses pembelajaran maka
makalah ini akan membahas tentang landasan psikologi pendidikan, bentuk psikologi dalam
pendidikan, pentingnya landasan psikologi dalam pendidikan, implikasi landasan psikologi
dalam pendidikan.
Terdapat Beberapa Rumusan Masalah Pada Makalah Ini, Adalah Sebagai berikut :
1
1.3. Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Psikologi berasal dari kata Yunani
“psyche” yang artinya jiwa. Logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi
psikologi berarti : “ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai gejalanya, prosesnya
maupun latar belakangnya”. Secara umum, psikologi dapat diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari gejala kejiwaan yang ditampakkan dalam bentuk perilaku baik manusia ataupun
hewan yang pemanfaatannya untuk kepentingan manusia ataupun aktivitas-aktivitas individu
baik yang disadari ataupun yang tidak disadari yang diperoleh melalui suatu proses atau langkah-
langkah ilmiah tertentu serta mempelajari penerapan dasar-dasar atau prinsip-prinsip, metode,
teknik, dan pendekatan psikologis untuk memahami dan memecahkan masalah-masalah dalam
pendidikan.
Landasan Psikologis Pendidikan adalah kajian tentang dasar-dasar psikologi yang dapat menjadi
landasan teori maupun praktik pendidikan. Adapun tujuan pendidikan adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa, yaitu pendidik tidak hanya mencerdaskan intelektualnya saja, tetapi pendidik
juga harus mengembangkan kecerdasan spiritual, emosional, sosial, dan kecerdasan kognitif.
Pada umumnya para ilmuwan membagi psikologi menjadi 2 golongan, yaitu
Psikologi metafisika, yang menyelidiki hakikat jiwa seperti yang dilakukan oleh Plato
dan Ariestoteles
Psikologi Empiris, yang menyelidiki gejala-gejala kejiwaan dan tingkah laku manusia
dengan menggunakan pengamatan atau observasi, percobaan atau eksperimen dan
pengumpulan berbagai macam data yang ada hubungannya dengan gejala-gejala
kejiwaan manusia.
3
2. Bentuk – Bentuk Psikologi Dalam Pendidikan
1. Psikologis Perkembangan
Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan-pendekatan yang dimaksud
adalah: (Nana Syaodih, 1989).
Dari ketiga pendekatan ini, yang paling dilaksanakan adalah pendekatan pentahapan. Pendekatan
pentahapan ada dua macam yaitu bersifat menyeluruh dan yang bersifat khusus. Yang
menyeluruh akan mencakup segala aspek perkembangan sebagai faktor yang diperhitungkan
dalam menyusun tahap-tahap perkembangan, sedangkan yang bersifat khusus hanya
mempertimbang faktor tertentu saja sebagai dasar menyusun tahap-tahap perkembangan anak.
4
2. Psikologi Pembelajaran
Psikologi Pembelajaran Menurut Pidarta (2007:206) belajar adalah perubahan perilaku yang
relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau
kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu
mengomunikasikannya kepada orang lain.
Di kalangan ahli psikologi terdapat keragaman dalam cara menjelaskan dan mendefinisikan
makna belajar (learning). Namun, baik secara eksplisit maupun secara implisit pada akhirnya
terdapat kesamaan maknanya, ialah bahwa definisi manapun konsep belajar itu selalu
menunjukkan kepada suatu proses perubahan prilaku atau pribadi seseorang berdasarkan
praktik atau pengalaman tertentu.
Secara psikologis, belajar dapat didefinisikan sebagai “suatu usaha yang dilakukan oleh
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara sadar dari hasil interaksinya
dengan lingkungan” (Slameto, 1991:2). Definisi ini menyiratkan dua makna. Pertama, bahwa
belajar merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan
perubahan tingkah laku. Kedua, perubahan tingkah laku yang terjadi harus secara
sadar. Maka kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu dipandang
sebagai Proses belajar, sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri dipandang sebagai Hasil
belajar. Hal ini berarti, belajar pada hakikatnya menyangkut dua hal yaitu proses
belajar dan hasil belajar.
Para ahli psikologi cenderung untuk menggunakan pola-pola tingkah laku manusia sebagai
suatu model yang menjadi prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip belajar ini selanjutnya lazim
disebut dengan Teori Belajar.
1. Teori belajar klasik masih tetap dapat dimanfaatkan, antara lain untuk menghapal
perkalian dan melatih soal-soal (Disiplin Mental). Teori Naturalis bisa dipakai dalam
pendidikan luar sekolah terutama pendidikan seumur hidup.
2. Teori belajar behaviorisme bermanfaat dalam mengembangkan perilaku-perilaku nyata,
seperti rajin, mendapat skor tinggi, tidak berkelahi dan sebagainya.
3. Teori-teori belajar kognisi berguna dalam mempelajari materi-materi yang rumit yang
membutuhkan pemahaman, untuk memecahkan masalah dan untuk mengembangkan ide
(Pidarta, 2007:218).
3. Psikologi Sosial
Psikologi Sosial Menurut Hollander (1981) psikologi sosial adalah psikologi yang mempelajari
psikologi seseorang di masyarakat, yang mengkombinasikan ciri-ciri psikologi dengan ilmu
sosial untuk mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan antar individu
Menurut Hollander (1981) psikologi sosial adalah psikologi yang mempelajari psikologi
seseorang di masyarakat, yang mengkombinasikan ciri-ciri psikologi dengan ilmu sosial untuk
mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan antar individu (Pidarta, 2007:219).
5
Menurut Klinger (dikutip Pidarta, 2007:222) faktor-faktor yang menentukan motivasi belajar
adalah.
a. Minat dan kebutuhan individu.
b. Persepsi kesulitan akan tugas-tugas.
c. Harapan sukses.
Dalam dunia pendidikan, kesan pertama yang positif yang dibangkitkan pendidik akan
memberikan kemauan dan semangat belajar anak-anak. Motivasi juga merupakan aspek
psikologis sosial, sebab tanpa motivasi tertentu seseorang sulit untuk bersosialisasi dalam
masyarakat. Sehubungan dengan itu, pendidik punya kewajiban untuk menggali motivasi anak-
anak agar muncul, sehingga mereka dengan senang hati belajar di sekolah.
Peserta didik selalu berada dalam proses perubahan, baik karena pertumbuhan maupun
karena perkembangan. Pertumbuhan terutama karena pengaruh faktor internal sebagai akibat
kematangan dan proses pendewasaan, sedangkan perkembangan terutama karena pengaruh
lingkungan. Kedua hal tersebut sebenarnya hanya dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan,
karena itu perubahan peserta didik tersebut dapat disebut sebagai tumbuh-kembang manusia
yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni faktor keturunan (hereditas), faktor lingkungan,
faktor proses perkembangan itu sendiri, serta hal-hal lain sebagai anugerah.
Pemahaman akan tumbuh-kembang manusia itu sangat penting sebagai bekal dasar untuk
memahami peserta didik dan untuk menentukan keputusan dan atau tindakan yang tepat dalam
membantu proses tumbuh-kembang itu secara efektif dan efisien. Salah satu aspek dari
pengembangan manusia seutuhnya adalah yang berkaitan dengan perkembangan kepribadian,
utamanya agar dapat diwujudkan kepribadian yang mantap dan mandiri. Meskipun terdapat
variasi pendapat, namun dapat dikemukakan beberapa prinsip umum perkembangan kepribadian.
6
Perkembangan kepribadian, di samping faktor keluarga juga dipengaruhi oleh faktor
hereditas (seperti keadaan fisik, intelegensi, temperamen, dan sebagainya) dan faktor sosial
budaya di luar lingkungan keluarga. Alexander dengan tegas mengemukakan tiga faktor utama
yang bekerja dalam menentukan pola kepribadian seseorang yakni: bekal hereditas individu,
pengalaman awal di keluarga dan peristiwa penting dalam hidupnya di luar lingkungan keluarga.
Dengan demikian, dari potensi hereditas, perkembangan kepribadian akan berlangsung atas
dasar kerja sama antara proses maturasi (pendewasaan) sebagai pengaruh faktor-faktor
pertumbuhan di dalam diri (intern) manusia, dengan proses belajar sebagai pengalaman-
pengalaman yang dijumpai manusia dalam hidupnya.
Mengenai penerapan landasan psikologis dalam pendidikan di Indonesia saat ini nampaknya
sudah menunjukkan hal yang menggembirakan. Kurikulum pendidikan Indonesia yang terbaru
saat ini yang sedang gencar dilaksanakan ialah Kurikulum 2013. Berdasarkan penyampaian dari
pelopor munculnya kurikulum baru ini yaitu Prof. Dr. Ir. H. Musliar Kasim, MS (Wamendikbud
Nasional Indonesia bidang pendidikan), ternyata banyak aspek psikologis yang menjadi
perhatian sehingga muncullah rancangan kurikulum 2013 ini yang pada akhirnya telah mencapai
masa pelaksanaannya yang disambut dengan beragam respon dari berbagai kalangan, namun
kebanyakan respon yang muncul ialah respon positif yang mendukung konsep kurikulum 2013
tersebut karena dinilai banyak memiliki sisi positif dalam pengembangan peserta didik untuk
dapat menjadi insan yang kreatif, aktif, produktif dan berkarakter.
Dengan kurikulum baru ini peserta didik juga tidak akan lagi merasakan beban psikologis
karena harus mempelajari banyak mata pelajaran, yang kebanyakan dipelajari dengan metode
menghafal, diselingi banyaknya tugas atau PR, banyaknya buku pelajaran yang harus dibawa
setiap kali ke sekolah yang berpengaruh pula pada kondisi fisik berupa kelelahan, dan lainnya.
Hal yang sangat baik dari penerapan kurikulum baru ini juga yaitu sangat memperhatikan aspek
perbedaan potensi dan perkembangan peserta didik sehingga pendidikan diharapkan akan tepat
sasaran bagi setiap peserta didik untuk menjadikan mereka anak negeri yang berkualitas dan
berkompeten pada beragam bidang atau profesi.
7
5. Pentingnya Landasan Psikologi dalam Pendidikan
Landasan psikologi pendidikan merupakan salah satu landasan yang penting dalam
pelaksanaan pendidikan karena keberhasilan pendidik dalam menjalankan tugasnya sangat
dipengaruhi oleh pemahamannya tentang peserta didik. Oleh karena itu pendidik harus
mengetahui apa yang harus dilakukan kepada peserta didik dalam setiap tahap perkembangan
yang berbeda dari bayi hingga dewasa
Keadaan anak yang tadinya belum dewasa hingga menjadi dewasa berarti mengalami
perubahan,karena dibimbing, dan kegiatan bimbingan merupakan usaha atau kegiatan
berinteraksi antara pendidik, Anak didik dan lingkungan. Perubahan tersebut adalah merupakan
gejala yang timbul secara psikologis. Di dalam hubungan inilah kiranya pendidik harus mampu
memahami perubahan yang terjadi pada diri individu, baik perkembangan maupun
pertumbuhannya. Atas dasar itu pula pendidik perlu memahami landasan pendidikan dari sudut
psikologis.
Dengan demikian, psikologi adalah salah satu landasan pokok dari pendidikan. Antara
psikologi dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang sangat sulit dipisahkan. Subyek dan
obyek pendidikan adalah manusia, sedangkan psikologi menelaah gejala-gejala psikologis dari
manusia. Dengan demikian keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Dalam proses dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendidikan peranan psikologi menjadi
sangat mutlak. Analisis psikologi akan membantu para pendidik memahami struktur psikologis
anak didik dan kegiatan-kegiatannya, sehingga kita dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan
pendidikan secara efektif.
8
Dengan demikian dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, kajian psikologis
terutama berkenaan dengan aspek-aspek:
o kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks
o pengalaman belajar siswa
o hasil belajar (learning outcomes), dan
o standarisasi kemampuan siswa
Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari sistem
pembelajaran. Kita mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran, seperti : teori classical
conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt, teori daya, teori kognitif dan teori-
teori pembelajaran lainnya. Terlepas dari kontroversi yang menyertai kelemahan dari masing
masing teori tersebut, pada kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan sumbangan yang
signifikan dalam proses pembelajaran.
Di samping itu, kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula sejumlah prinsip-prinsip
yang melandasi kegiatan pembelajaran Nasution (Daeng Sudirwo,2002) mengetengahkan tiga
belas prinsip dalam belajar, yakni :
1) Agar seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu tujuan
2) Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya dan bukan
karena dipaksakan oleh orang lain.
3) Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesulitan dan berusaha dengan
tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya.
4) Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya.
5) Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil sambilan.
6) Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.
7) Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek intelektual namun termasuk
pula aspek emosional, sosial, etis dan sebagainya.
8) Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.
9) Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus benar-benar dipahami.
Belajar bukan sekedar menghafal fakta lepas secara verbalistis.
10) Disamping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang sering mengejar tujuan-
tujuan lain.
11) Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang menyenangkan.
12) Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.
13) Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar.
Penilaiain pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan guna
memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melaui kajian psikologis kita dapat
memahami perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti
kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu.
Di samping itu, kajian psikologis telah memberikan sumbangan nyata dalam pengukuran
potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik, terutama setelah dikembangkannya
berbagai tes psikologis, baik untuk mengukur tingkat kecerdasan, bakat maupun kepribadian
9
individu lainnya. Kita mengenal sejumlah tes psikologis yang saat ini masih banyak digunakan
untuk mengukur potensi seorang individu, seperti Multiple Aptitude Test (MAT), Differensial
Aptitude Tes (DAT), EPPS dan alat ukur lainnya.
Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya melalui pengukuran
psikologis, memiliki arti penting bagi upaya pengembangan proses pendidikan individu yang
bersangkutan sehingga pada gilirannya dapat dicapai perkembangan individu yang optimal.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Landasan psikologis pendidikan merupakan suatu landasan dalam proses pendidikan yang
membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala
yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu
untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang
bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan. Bentuk-bentuk landasan psikologi pendidikan
mencakup, Psikologis Perkembangan,belajar, sosial. Dalam perkembangannya landasan
psikologis pendidikan memiliki peranan sebagai perkembangan kurikulum dalam sistem
pembelajaran dan penilaian. Pemahaman peserta didik yang berkaitan dengan aspek kejiwaan
merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan.
B. Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan, MD. 2004. Model-Model Mengajar; Beberapa Alternatif Interakasi Belajar. Bandung:
CV. Diponegoro
Mata Kuliah Filsafat dan Teori Pendidikan, Falsafat Ilmu Pendidikan, IKIP Bandung
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
12