Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MAKALAH

KONSEP DASAR PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu :
Doris Apriani Ritonga

Oleh :

 RIVAL FERRYANZAH

 M.IQBAL SAPUTRA

 CUT MUETIA BALQHIS

 GRESIA FEBRIANTI

PRODI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA


FAKULTAS ILMU OLAHRAGA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah Swt. atas limpahan


rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya penulisan makalah ini dapat
diselesaikan. Tidak lupa shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi
Muhammad Saw. yang menjadi inspirator sejati seluruh umat Islam.
Berkat pertolongan Allah Swt. dan petunjuk-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul <Konsep Dasar Psikologi Pendidikan=
pada mata kuliah Psikologi Pendidikan. Penulis juga ingin mengucapkan
terimakasih kepada seluruh pihak yang sudah membantu penulis dalam menyusun
makalah ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga Allah Swt. meridhai
amal mereka, membalas kebaikan, kasih sayang, dan doa mereka. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati saran dan kritik
yang bersifat konstruktif penulis harapkan. Penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi para pembaca. Amin.
Demikian pengantar makalah ini.

Medan, 17 Feb 23

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
A. Definisi Psikologi, Pendidikan, dan Psikologi Pendidikan.....................................3
1. Definisi Psikologi...............................................................................................3
2. Definisi Pendidikan............................................................................................5
3. Definisi Psikologi Pendidikan............................................................................6
B. Sejarah Singkat Psikologi Pendidikan....................................................................8
C. Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan....................................................................9
D. Fungsi Psikologi Pendidikan................................................................................10
E. Metode Psikologi Pendidikan...............................................................................11
BAB III PENUTUP........................................................................................................14
Kesimpulan..................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses pendidikan sudah dimulai sejak pertama kali manusia dilahirkan.
Dalam hal ini, orang tua berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Orang
tua melakukan usaha-usaha pendidikan terhadap anaknya meskipun masih
dengan cara yang sederhana. Semakin manusia beranjak dewasa, usaha-usaha
pendidikan yang dilakukan kian beragam. Orang tua tidak lagi mendidik
anaknya sendiri di rumah, melainkan mendaftarkan anaknya menjadi peserta
didik dalam suatu sekolah demi perkembangan sang anak yang lebih baik.
Tugas mendidik anak pun yang semula milik orang tua kini dibantu oleh guru
sebagai pendidik dalam lingkungan pendidikan yang sistematis yaitu
lingkungan sekolah.
Pada dasarnya, setiap manusia pasti akan mengalami proses perkembangan
selama hidupnya. Perkembangan ini meliputi seluruh bagian dan keadaan
yang dimiliki, baik yang bersifat konkret (fisik) maupun abstrak (kepribadian).
Perkembangan yang dialami oleh manusia akan berbeda-beda sesuai dengan
tingkatan masanya, bahkan tak jarang setiap peserta didik memiliki
perkembangan yang berbeda-beda. Hal ini yang perlu dipahami oleh setiap
pendidik agar tidak tidak salah melangkah dalam melakukan usaha-usaha
pendidikan. Usaha-usaha pendidikan harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangannya agar peserta didik dapat berkembang dengan baik.
Sebagai pendidik yang bertanggung jawab untuk mendidik dan
membimbing peserta didik selama berada di lingkungan sekolah, tentu harus
memahami perkembangan yang dialami peserta didik sehingga usaha-usaha
pendidikan yang dilakukan dapat sesuai dengan keadaan perkembangan
peserta didik. Dalam hal ini, peran psikologi amat dibutuhkan guna membantu
pendidik dalam memahami perkembangan peserta didik. Dengan demikian,
pengetahuan psikologi mengenai peserta didik dalam proses pendidikan
merupakan hal yang

1
perlu dipamahi oleh pendidik, sehingga penting bagi setiap pendidik untuk
memiliki pengetahuan tentang psikologi pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Dalam melaksanakan usaha-usaha pendidikan, pendidik harus jeli menilai
perkembangan peserta didik, maka pengetahuan psikologi pendidikan menjadi
urgent dan perlu dipahami oleh setiap pendidik. Untuk itu setiap pendidik
dapat memahami terlebih dahulu psikologi pendidikan dimulai dari konsep-
konsep dasar psikologi pendidikan. Maka rumusan masalah yang dapat
dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana definisi psikologi pendidikan?
2. Bagaimana sejarah singkat psikologi pendidikan?
3. Apa saja ruang lingkup psikologi pendidikan?
4. Apa saja fungsi psikologi pendidikan?
5. Bagaimana metode psikologi pendidikan?
C. Tujuan
Berangkat dari rumusan masalah di atas, maka tujuan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengatahui dan memahami definisi psikologi pendidikan
2. Untuk mengatahui dan memahami sejarah singkat psikologi pendidikan
3. Untuk mengatahui dan memahami ruang lingkup psikologi pendidikan
4. Untuk mengatahui dan memahami fungsi psikologi pendidikan
5. Untuk mengatahui dan memahami metode psikologi pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASA
N

A. Definisi Psikologi, Pendidikan, dan Psikologi Pendidikan


Untuk lebih memahami definisi psikologi pendidikan, pada bagian ini
akan diuraikan terlebih dahulu berbagai pandangan mengenai definisi
psikologi dan pendidikan.
1. Definisi Psikologi
Kata psikologi terdiri dari dua suku kata, yaitu <psiko= dan <logi=.
Dua kata tersebut berasal dari bahasa Yunani, yaitu psyche dan logos.
Psyche artinya jiwa dan logos artinya ilmu. Secara harfiah psikologi
mengandung arti ílmu jiwa, atau secara istilah ialah suatu bidang ilmu
yang membahas mengenai kondisi jiwa seseorang. (Sarwono, 2018)
Seiring berjalannya waktu, istilah psikologi mengalami perkembangan
definisi lantaran ada penyesuaian dengan hasil pemikiran dan penelitian
dari para ahli psikologi. Bermula pada masa Renaisan, Bapak Filsafat
Modern asal Prancis yaitu Rene Descartes (1596-1650) mencetuskan
definisi psikologi sebagai ilmu tentang kesadaran. Pada generasi
berikutnya seorang filsuf kelahiran Irlandia, George Berkeley (1685-
1753) berpandangan bahwa psikologi adalah ilmu tentang pengindraan.
Berlanjut di era pasca-Renaisan para ahli Ilmu Faal (fisiologi) berpendapat
bahwa jiwa erat kaitannya dengan susunan saraf dan refleks-refleks.
Psikologi pun dikaitkan dengan tingkah laku dan tingkah laku dikaitkan
dengan refleks. Ivan Pavlov (1849-1849), misalnya
mendefinisikan psikologi sebagai ilmu tentang refleks.
Dalam mengartikan definisi psikologi telah terjadi perbedaan sudut
pandang. Sebagian pakar ingin definisi yang lebih konkret dari jiwa atau
mental, sehingga mereka mendefinisikan psikologi sebagai <aktivitas
mental= (John Dewey). Sebagian lain beranggapan bahwa definisi tersebut
pun masih terlalu luas. Maka muncullah definisi psikologi sebagai
<elemen introspeksi= (Titchener, Daellenbach), <waktu reaksi= (Scripture),
<refleks=
3
(Pavlov), atau <perilaku= (Watson). Namun sebagian lainnya beranggapan
bahwa berbagai definisi di atas tidak sesuai dengan makna harfiahnya.
Terjadinya perbedaan dalam mendefinisikan psikologi lantaran para
ahli memandang psikologi dari arah yang berbeda. Terlebih dalam
mengartikan jiwa, para ahli sulit untuk menggambarkan jiwa yang
sesungguhnya. Maka karena itu definisi psikologi menurut para pakar ada
berbagai macam, tetapi semua definisi yang ada memiliki benang
merahnya yaitu mengarah kepada gejala-gejala jiwa. Berikut ini ada
beberapa definisi psikologi dari sarjana psikologi modern.
a. Mahmud (Mahmud, 2017) : Psikologi merupakan ilmu yang
mempelajari gejala jiwa atau peristiwa kejiwaan manusia melalui
pengamatan terhadap perilaku dan perbuatan.
b. Syah (Syah, 2014) : Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang
menyelediki dan membahas tingkah laku manusia, baik yang
tampak maupun yanf tidak, baik sebagai individu maupun
kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan.
c. Gleitman (Syah, 2014) : <Psikologi merupakan ilmu pengetahuan
yang berusaha memahami perilaku manusia, alasan dan cara
melakukan sesuatu, serta memahami cara makhluk tersebut
berpikir dan berperasaan.=
d. Murphy (Sarwono, 2018) : <Psikologi merupakan ilmu
pengetahuan yang mempelajari respons yang diberikan oleh
makhluk hidup terhadap lingkungannya.=
e. Morgan (Sarwono, 2018) : <Psikologi adalah ilmu yang mempelajari
tingkah laku manusia dan hewan.=
Berdasarkan serangkaian definisi psikologi yang berbeda-beda,
terdapat suatu persamaan yaitu ilmu pengetahuan dan gejala-gejala jiwa
atau perilaku manusia yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Dari sini
dapat disimpulkan bahwa psikologi merupakan suatu ilmu pengetahuan
yang memperlajari perilaku manusia dalam hubungannya dengan
lingkungannya.

4
2. Definisi Pendidikan
Istilah pendidikan, dalam bahasa Indonesia berasal dari kata <didik=,
kemudian diberi imbuhan <pe= di awal katanya dan <an= di akhir katanya
sehingga mengandung arti <perbuatan= (hal, cara atau sebagainya). Dalam
bahasa Yunani, pendidikan adalah <paedagogie= yang berarti bimbingan
yang diberikan kepada anak. Dalam bahasa Inggris, pendidikan adalah
<education= yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa
Arab, pendidikan memiliki tiga istilah. Antara lain, at-Ta’lim, at-Tarbiyah,
dan at-Ta’dib. Ketiga istilah ini memiliki artinya masing-masing namun
semuanya mencakup makna pendidikan. (Bahrudin, 2021)
Secara terminologis pendidikan dapat diartikan sebagai pembinaan,
pengarahan, pelatihan baik diberikan secara formal maupun nonformal
yang ditujukan kepada peserta didik supaya peserta didik dapat memiliki
keterampilan yang berguna bagi kehidupannya. (Basri, 2020) Pernyataan
ini menunjukan bahwa pada hakikatnya pendidikan diberikan melalui
proses pembinaan yang dalam hal ini ialah akal manusia sebagai potensi
utama demi meningkatkan kecerdasan peserta didik, pendidikan juga
diberikan melalui proses pelatihan untuk meningkatkan skill yang berguna
bagi dirinya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Proses
pendidikan tersebut diberikan pada lembaga formal, seperti sekolah,
maupun non formal, seperti lingkungan sekitarnya. (Basri, 2020)
Sebenarnya pendidikan memiliki makna yang sangat luas,
sebagaimana yang diungkapkan oleh Tafsir (Tafsir, 2019) bahwa inti dari
pendidikan ialah perubahan yang dipengaruhi oleh pihak eksternal. Objek
pendidikan adalah tetap peserta didik, yang membedakan ialah siapa yang
memengaruhinya dan dimana tempatnya. Yang dimaksud pihak eksternal
yang memengaruhi bisa oleh guru, orang tua, lingkungan, teknologi,
bahkan dirinya sendiri. Proses pendidikan dapat dilakukan dimana saja,
bisa di sekolah, rumah, tempat kursus, bahkan lingkungan pertemanannya.
Namun demikian definisi pendidikan haruslah dibatasi.

5
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Marimba dalam (Tafsir, 2019)
pendidikan dapat didefinisikan sebagai bentuk bimbingan yang diberikan
secara sadar oleh pendidik kepada peserta didik demi perkembangan
jasmani dan ruhaninya guna membentuk kepribadian yang utama.
Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu proses pelatihan yang
dilakukan secara terus menerus guna menambahkan ilmu pengetahuan,
mendewasakan serta mengubah kepribadian, sehingga ia mampu hidup
mandiri. (Zahid Mubarok, Hendri Tanjung, Abbas Mansur Tamam, 2017)
Dari beberapa definisi pendidikan di atas dapat diketahui setidaknya
ada tiga persamaan, yaitu
a. Pendidikan merupakan sebuah proses bimbingan secara sadar.
b. Pendidikan memerlukan tempat.
c. Pendidikan memiliki tujuan.
Dari tiga hal tersebut maka dapat dijabarkan bahwa pendidikan
merupakan suatu proses pendawasaan peserta didik. Proses ini dilakukan
oleh pendidik dalam keadaan sadar, sengaja dan penuh tanggung jawab.
Proses ini dilakukan guna membentuk peserta didik yang lebih dewasa
dari segi sosial, jasmani dan rohani, agar kelak dapat menjalani hidupnya
dengan baik sebagai manusia.
3. Definisi Psikologi Pendidikan
Di awal telah disinggung bahwa psikologi merupakan satu bidang ilmu
yang objek pengamatannya ialah tingkah laku manusia, sedangkan
pendidikan merupakan proses bimbingan yang berupaya merubah peserta
didik menjadi lebih baik. Kiranya tidaklah sulit sekarang memberi batasan
psikologi pendidikan, sebab pengertian psikologi telah kita miliki dan
makna pendidikan telah kita pahami.
Psikologi pendidikan merupakan proses implementasi dan aktualisasi
prinsip-prinsip dan metode-metode ilmu psikologi pada dunia pendidikan
sehingga mampi membantu proses transmisi pengetahuan kepada peserta
didik dengan memperhatikan prinsip-prinsip pertumbuhan fisik maupun
non fisik peserta didik. (Nurliani, 2016)

6
Syah (Syah, 2014) menyatakan bahwa psikologi pendidikan
merupakan suatu disiplin psikologi yang menyelidiki masalah-masalah
psikologis dalam dunia pendidikan. Hasil dari penyelidikan ini lalu
dijadikan sebuah konsep, teori dan metode yang dapat diterapkan untuk
memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan pendidikan.
Dari sini dapat diketahui bahwa psikologi pendidikan dapat digunakan
sebagai pedoman praktis, di samping sebagai kajian teoritis. Santrock
(Santrock, 2014) mengatakan bahwa psikologi pendidikan merupakan
cabang dari psikologi yang mengkhususkan pada cara memahami
pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Sarwono (Sarwono, 2018)
Psikologi pendidikan ialah penerapan prinsip-prinsip ilmiah tentang
tingkah laku manusia dengan membatasi pembahasan pada pendidikan
formal.
Beberapa definisi di atas di anggap cukup mewakili banyak definisi
yang dikemukakan para ahli. Untuk itu sedikitnya ada tiga hal penting
yang harus dijelaskan dari pengertian Psikologi Pendidikan yakni :
a. Psikologi Pendidikan merupakan pengetahuan kependidikan yang
didasarkan atas hasil temuan riset psikologi.
b. Hasil riset psikologi tersebut kemudian dirumuskan sehingga
menjadi konsep-konsep, teori-teori dan metode-metode serta
strategi yang utuh.
c. Konsep, teori, metode, dan strategi tersebut kemudian
disistemasikan hingga menjadi rangkaian sumber yang berisi
pendekatan yang dapat dipilih dan digunakan untuk praktik-praktik
kependidikan khususnya dalam hal belajar mengajar. (Mardianto,
2016)
Dari rumusan berbagai pendapat di atas, Psikologi Pendidikan jelas
hadir dari pengembangan riset psikologi pada umumnya untuk
kepentingan pendidikan. Dengan dasar ini dapat ditegaskan definisi
psikologi pendidikan yakni suatu cabang ilmu yang membahas tingkah
laku peserta didik pada proses pendidikan sehingga mampu menyelesaikan
masalah- masalah pendidikan.

7
B. Sejarah Singkat Psikologi Pendidikan
Tak dapat dipungkiri bahwa peran psikologi dalam ranah penididkan
sudah berlangsung sejak zaman dahulu walau istilah yang digunakan
bukanlah psikologi pendidikan. Para ahli memandang bahwa pendiri dari
psikologi pendidikan ialah Johann Friedrisch Herbart, seorang filosof asal
Jerman yang lahir pada tanggal 4 Mei 1776. Di tahun 1820-an, nama
Herbart kemudian diabadikan sebagai nama sebuah aliran psikologi yang
disebut Herbartianisme. (Syah, 2014) Aliran Herbartianisme merupakan
pendahulu dari pemikiran psikoanalisis Freud dan berpengaruh besar
terhadap pemikiran psikologi eksternal Wundt. Aliran Herbartianisme
dianggap sebagai pencetus gagasan- gagasan pendidikan gaya baru yang
pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Selanjutnya, psikologi pendidikan
lebih pesat berkembang di Amerika Serikat, lalu menyebar luas ke seluruh
benua termasuk ke Indonesia. Setelahnya, sudah banyak pakar psikologi dan
pendidikan yang berminat mengembangkan psikologi pendidikan. Hal ini
terbukti dengan semakin bertambahnya fakultas psikologi dan fakultas
pendidikan di universitas- universitas terkemuka di dunia yang membuka
spesialisasi keahlian psikologi
pendidikan dengan fasilitas belajar yang lengkap.
Di lain itu, semakin banyaknya cabang psikologi dan aliran pemikiran
psikologis yang turut berkiprah dalam riset-riset psikologi pendidikan juga
menunjukan kepesatan perkembangan psikologi pendidikan. cabang dan aliran
psikologi yang datang silih berganti menanamkan pengaruhnya terhadap
psikologi pendidikan, di antara yang menonjol adalah : (Syah, 2014)
1. Aliran Humanisme, tokoh utamanya adalah Abraham Maslow, J.J.
Rousseau, dan C. Rogers;
2. Aliran Behaviorisme, tokoh utamanya adalah J.B. Watson, E.L.
Thorndike, dan B.F. Skinner;
3. Aliran Psikologi Kognitif, tokoh utamanya adalah J. Piaget, J. Bruner,
Dan D. Ausbel.

8
Selain dari tokoh-tokoh di atas, ada pula tokoh-tokoh psikologi pendidikan
yang tersohor pada sejawah awal psikologi pendidikan, diantaranya William
James, John Dewey dan E.L. Thorndike, mereka dikenal sebagai beberapa
perintis di bidang psikologi pada akhir abad ke-19. Kemudian ada mamie dan
Kenneth Clark, mereka merupakan perintis psikologi Amerika keturunan
Afirika.
C. Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
Di sini akan dijelaskan mengenai cakupan pembahasan psikologi
pendidikan. Crow&Crow secara eksplisit mengemukakan psikologi
pendidikan sebagai ilmu terapan yang berusaha untuk menerangkan masalah
belajar menurut prinsip-prinsip dan fakta-fakta mengenai prilaku manusia
yang telah ditentukan secara ilmiah. (Nurliani, 2016)
Sesuai dengan pendapatnya itu, Crow&Crow mengemukakan bahwa data
yang dicoba didapatkan dalam psikologi pendidikan, yang dengan demikian
merupakan ruang lingkup psikologi pendidikan, antara lain ialah:
1. Pengaruh lingkungan terhadap belajar.
2. Sifat-sifat dari proses belajar.
3. Hubungan antara tingkat kematangan dengan kesiapan belajar
(learning readiness)
4. Signifikasi pendidikan terhadap perbedaan-perbedaan individual dalam
kecepatan dan keterbatasan belajar.
5. Perubahan-perubahan jiwa yang terjadi dalam belajar.
6. Hubungan antara prosedur-prosedur mengajar dengan hasil belajar.
7. Teknik-teknik yang sangat efektif bagi penilaian kemajuan dalam
belajar.
8. Pengaruh atau akibat relatif dari pendidikan formal dibandingkan
dengan pengalaman-pengalaman belajar insidental dan informal
terhadap suatu individu.
9. Nilai dan manfaat sikap ilmiah terhadap pendidikan bagi personil
sekolah.

9
10. Akibat dan pengaruh psikologi yang ditimbulkan oleh konsidi-kondisi
sosiologis sikap para siswa. (Fauzi, 2014)
D. Fungsi Psikologi Pendidikan
Psikologi Pendidikan merupakan suatu cabang ilmu yang membahas
tingkah laku peserta didik pada proses pendidikan sehingga mampu
menyelesaikan masalah-masalah pendidikan.. Dari definisi tersebut sudah
dapat diketahui bahwa fungsi psikologi pendidikan adalah untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam pendidikan terkait
perkembangan peserta didik. Tetapi satu hal yang pasti bahwa psikologi
pendidikan itu terutama mempelajari peningkatan dan perbaikan proses
mengajar dan belajar. adapun fungsi psikologi pendidikan ialah :
1. Meningkatkan dan memperbaiki efektivitas mengajar;
2. Mengusahakan agar belajar lebih bertujuan, hemat, dan hasilnya
permanen;
3. Mendorong dicapainya kesehatan jasmani, rohani, mental dan
emosional oleh para guru dan murid.
Fungsi psikologi, pendidikan, dan psiologi pendidikan berada di sekitar
karakteristik dasar kepribadian manusia, namun capaiannya tidak lah sama.
Psikologi berfungsi untuk memahami kepribadian manusia sebagai pola
tingkah lakunya yang utuh pada setiap fase perkembangan. Pendidikan
berfungsi untuk membentuk kepribadian, sedangkan psikologi pendidikan
memusatkan perhatiannya pada motivasi batiniah peserta didik dan beraneka
ragam stimulasi lingkungan yang dapat mempunyai pengaruh yang tidak kecil
terhadap perkembangan pribadi peserta didik.
Pendidikan yang baik ialah yang relevan dengan kebutuhan peserta didik,
dan untuk mewujudkannya pendidik haruslah melakukan pendekatan yang
intim dengan peserta didik. Agar dapat mengarah kepada hal tersebut pendidik
haruslah memiliki pengetahuan akan kepribadian peserta didiknya. Dalam
memberikan usaha-usaha pendidikan, seorang pendidik dituntut bukan hanya
untuk membagikan pengetahuannya saja akan tetapi juga dituntut untuk
melakukan tindakan dan cara hidup yang sesuai dengan apa yang diajarkan.

10
Tidak hanya itu, tugas pendidik juga meliputi perencanaan dan evaluasi
pembelajaran. (Kulsum, 2021) Oleh karena itu, seorang pendidik diharuskan
untuk mampu memahami kepribadian peserta didik sehingga pendidik dapat
memasuki dunianya peserta didik guna melakukan penilaian evaluasi serta
memberikan pengajaran tentang cara hidup yang dapat merubah kepribadian
peserta didik tersebut.
Berangkat dari sini, dapat diketahui bahwa fungsi psikologi pendidikan
dalam proses belajar-mengajar tidak hanya mencakup peningkatan mutu
belajar peserta didik dalam kaitan dengan perkembangan psikisnya namun
juga mempelajari perkembangan peserta didik dalam interaksinya dengan
pelajaran dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran dalam
pendekatan- pendekatan yang dapat mempengaruhi pembelajaran.
E. Metode Psikologi Pendidikan
Kebanyakan psikologi menganggap kegiataan mengajar-belajar manusia
merupakan suatu hal yang paling penting dalam studi psikologi, sehingga
mereka beranggapan bahwa setiap aspek kehidupan manusia tidak terlepas
dari belajar. Sumber metode sebenarnya dapat digunakan asal cocok dengan
jenis, sifat, dan sumber atau asal-usul data yang diperoleh. Ada juga sebagian
ahli psikologi pendidikan membatasi penggunaan metode karena
menyesuaikan dengan wilayah tertentu sesuai dengan aspek psikologi, dan
kebutuhan kependidikan. (Saputera)
Pada umumnya, para ahli psikologi pendidikan melakukan penelitian
psikologi di bidang kependidikan dengan memanfaatkan beberapa metode
penelitian seperti eksperimen, kuesioner, studi khusus, pnyelidikan klinis, dan
observasi naturalistik. Dari lima metode tersebut H.C. Witherington
menambahkan metode lagi yaitu bernama metode filosofis atau spekulatif.
Namun, karena metode tersebut tidak terlalu pupuler dan belum dapat diterima
eksistensinya sehingga banyak para ahli merasa tidak perlu digunakan dalam
penyusunan.

11
1. Metode Eksperimen
Ngalim dalam (Nurliani, 2016)Maksud dilakukannya eksperimen
dalam psikologi adalah untuk <mengetes= keyakinan atau pendapat
tentang tingkah laku manusia dalam situasi atau kondisi tertentu. Dengan
kata lain, eksperimen dilakukan dengan anggapan bahwa semua situasi
atau kondisi dapat dikontrol dengan teliti, yang keadaannya berbeda dari
observasi yang terkontrol. Pada asasnya, metode eksperimen merupakan
serangkaian percobaan yang dilakukan eksperimenter (peneliti yang
berekperimen) di dalam sebuah laboratorium atau ruangan tertentu
lainnya. Teknis pelaksanaannya disesuaikan dengan data yang akan
diangkat, misalnya data pendengaran siswa, penglihatan siswa, dan gerak
mata siswa ketika sedang membaca. Selain itu, eksperimen dapat pula
dipakai untuk mengukur kecepatan bereaksi seorang siswa terdahap
stimulus tertentu. Alat utama yang paling sering dipakai dalam eksperimen
pada jurusan psikologi pendidikan atau fakultas psikologi di universitas-
universitas terkemuka adalah komputer dengan pelbagai programnya
seperti program cognitive psychology test.
2. Metode Kuesioner
Metode kuesioner lazim juga disebut sebagai metode surat-menyurat
(mail survey). Kuesioner disebut <mail survey” karena pelaksanaan
penyebaran dan pengembaliannya sering dikirimkan ke dan dari responden
melalui jasa pos. Namun, sebelum kuesioner disebarkan atau dikirimkan
kepada responden yang sesungguhnya, seorang peneliti psikologi
pendidikan biasanya melakukan uji coba (try out). Caranya, sejumlah
kuesioner itu dibagi-bagi kepada sejumlah orang tertentu yang memiliki
karakteristik sama dengan calon responden yang sesungguhnya.
Tujuannya, untuk memastikan apakah pertanyaanpertanyaan dalam
kuesioner itu cukup jelas relevan untuk dijawab, dan untuk memperoleh
masukan yang bermanfaant bagi penyempurnaan kuesioner tersebut.
3. Kontribusi Psikologi Pendidikan bagi Teori dan Praktek Pendidikan

a.  Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan Kurikulum


Pengembangan kurikulum merupakan salah satu usaha untuk mencapai tujuan pendidikan
Nasional. Pengembangan kurikulum dilaksanakan karena pengembangan kurikulum
merupakan bagian yang sangat esensial dalam proses pembelajaran, karena dalam proses
pembelajaran itu tedapat empat bagian penting dalam kurikulum meliputi: tujuan,
isi/materi, strategi pembelajaran, dan evaluasi. Keempat bagian tersebut saling berkaitan
untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional.Pengembangan kurikulum tidak dilaksanakan
hanya sesuai dengan kehendak seseorang atau suatu pihak, tetapi harus berpijak pada
landasan-landasan (filosofis, psikologis, sosiologis, dan IPTEK) dan prinsip-prinsip
(umum dan khusus) yang telah ada.
Kajian psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum
pendidikan terutama berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek perilaku dalam konteks
pembelajaran. Terlepas dari berbagai aliran psikologi yang mewarnai pendidikan, pada
intinya kajian psikologis ini memberikan perhatian terhadap bagaimana input, proses dan
output pendidikan dapat berjalan dengan tidak mengabaikan aspek perilaku dan
kepribadian peserta didik.
Secara psikologis, manusia merupakan individu yang unik. Manusia sebagai makhluk
yang unik, memiliki karakteristik masing-masing, kemampuan yang berbeda, serta
kebutuhan yang berbeda pula. Maka bukanlah hal yang mengejutkan jika ada sekelompok
siswa yang tidak cocok dengan sistem pendidikan formal. Jika siswa tidak dapat
mengikuti pendidikan formal di sekolah karena alasan tertentu, ia berhak untuk memilih
pendidikan alternatif lain yang dapat memenuhi haknya sebagai warga negara untuk
belajar, karena setiap anak berhak mendapatkan pendidikan, dalam bentuk apapun.
Dengan demikian, kajian psikologis dalam pengembangan kurikulum seyogyanya
memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu, baik ditinjau dari segi tingkat
kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaaan serta karakterisktik-karakteristik
individu lainnya.
Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu menyediakan kesempatan kepada setiap
individu untuk dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dalam
hal subject matter maupun metode penyampaiannya. Secara khusus, dalam konteks
pendidikan di Indonesia saat ini, kurikulum yang dikembangkan saat ini adalah kurikulum
2013, yang pada intinya diperlukan tidak hanya pengetahuan saja, tetapi sikap,
keterampilan dan pengetahuan. Sebenarnya ketiga domain ini sudah ada pada kurikulum
sebelumnya, tetapi ternyata belum membawa dampak yang cukup signifikan, karena apa
yang ada belum diimplementasikan secara utuh. Kurikulum 2013 dirancang untuk
mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa
ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik.
Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat bahwa psikologi pendidikan sangat berkontribusi
dalam pengembangan kurikulum.
b. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan Program Pendidikan
Kontribusi psikologi pendidikan terhadap pengembangan program pendidikan antara lain
sebagai berikut.
1) Pengembangan program pendidikan, misalnya penyusunan jadwal pelajaran, jadwal ujian,
dst. Hal ini tidak bisa lepas dari aspek psikologis peserta didik;
2) Untuk menyusun jadwal pelajaran diperlukan pengetahuan psikologi
pendidikan.Tingkat kesukaran mata pelajaran berbeda-beda untuk setiap mata pelajaran.
Agar seluruh materi pelajaran dapat diterima dengan baik oleh siswa, perlu penyusunan
jadwal pelajaran dengan mempertimbangkan tingkat kesukarannya baik urutannya
maupun waktunya. Misalnya mata pelajaran matematika ditempatkan pada jam pertama
agar dapat diterima dengan baik oleh siswa, sedangkan mata pelajaran seni ditempatkan
pada jam terakhir untuk meningkatkan gairah belajar siswa yang sudah lelah oleh
berbagai materi pelajaran yang berat sebelumnya
3)     Penentuan jurusan atau program;
4)     Pengembangan program harus mengacu pada upaya pengembangan kemampuan
potensial peserta didik.
c.    Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran
Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari sistem
pembelajaran.Kita mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran.Terlepas dari
kontroversi yang menyertai kelemahan dari masing masing teori tersebut, pada
kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan dalam
proses pembelajaran. Di samping itu, kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula
sejumlah prinsip-prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran. Kontribusi psikologi
pendidikan terhadap sistem pembelajaran adalah dalam hal:
1) pemilihan teori belajar yang akan diaplikasikan;
2) pemilihan model-model pembelajaran;
3) pemilihan media dan alat bantu pembelajaran; dan
4)  penentuan alokasi waktu belajar dan pembelajaran.
d. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Evaluasi
Penilaiain pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan guna
memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melalui kajian psikologis kita
dapat memahami perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh peserta didik setelah
mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu. Di samping itu, kajian
psikologis telah memberikan sumbangan nyata dalam pengukuran potensi-potensi yang
dimiliki oleh setiap peserta didik, terutama setelah dikembangkannya berbagai tes
psikologis, baik untuk mengukur tingkat kecerdasan, bakat maupun kepribadian individu
lainnya. Ada sejumlah tes psikologis yang saat ini masih banyak digunakan untuk
mengukur potensi seorang individu. Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek
kepribadian lainnya melalui pengukuran psikologis, memiliki arti penting bagi upaya
pengembangan proses pendidikan individu yang bersangkutan sehingga pada gilirannya
dapat dicapai perkembangan individu yang optimal.
Oleh karena itu, betapa pentingnya penguasaan psikologi pendidikan bagi kalangan
pendidik dalam melaksanakan tugas profesionalnya, karena pendidik harus mampu
memahami perubahan yang terjadi pada diri individu, baik perkembangan maupun
pertumbuhannya. Atas dasar itu pula pendidik perlu memahami landasan pendidikan dari
sudut psikologis. Dengan demikian, psikologi adalah salah satu landasan pokok dari
pendidikan. Antara psikologi dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang sangat
sulit dipisahkan. Subyek dan obyek pendidikan adalah manusia, sedangkan psikologi
menelaah gejala-gejala psikologis dari manusia. Dengan demikian, keduanya menjadi satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Psikologi pendidikan merupakan suatu cabang ilmu yang membahas


tingkah laku peserta didik pada proses pendidikan sehingga mampu
menyelesaikan masalah-masalah pendidikan. Fungsi psikologi pendidikan
dalam proses belajar-mengajar tidak hanya mencakup peningkatan mutu
belajar peserta didik dalam kaitan dengan perkembangan psikisnya namun
juga mempelajari perkembangan peserta didik dalam interaksinya dengan
pelajaran dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran dalam
pendekatan- pendekatan yang dapat mempengaruhi pembelajaran.
Para ahli memandang bahwa pendiri dari psikologi pendidikan ialah
Johann Friedrisch Herbart, seorang filosof asal Jerman yang lahir pada tanggal
4 Mei 1776. Di tahun 1820-an, nama Herbart kemudian diabadikan sebagai
nama sebuah aliran psikologi yang disebut Herbartianisme. Aliran
Herbartianisme dianggap sebagai pencetus gagasan-gagasan pendidikan gaya
baru yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang.
Metode yang biasa digunakan dalam psikologi pendidikan ada lima,
diantaranya ialah metode eksperimen, metode kuesioner, metode studi kasus,
metode penyelidikan klinis, dan metode Observasi Naturalistik.
DAFTAR PUSTAKA

Bahrudin. (2021). Pendidikan Islam Era Revolusi Industri 4.0 Esensi dan
Urgensinya. Atthulab, 131-145.
Basri, H. (2020). Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Fauzi, A. (2014). Psikologi Umum. Jakarta: CV Pustaka Setia .
Kulsum, U. (2021). Peran Psikologi Pendidikan Bagi Pembelajaran. Jurnal
Mubtadiin, 100-121.
Mahmud, D. (2017). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: ANDI.
Mardianto. (2016). Psikologi Pendidikan. Landasan Bagi Pengembangan Strategi
Pembelajaran. Medan: Perdana Publishing.
Nurliani. (2016). Studi Psikologi Pendidikan. As-Salam, 39-51.
Rusdi. (2014). Hakikat dan Konsep-Konsep Dasar Psikologi Pendidikan, Belajar
dan Pembelajaran Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Journal
Polingua, 156-164.
Santrock, J. W. (2014). Psikologi Pendidikan. Alih Bahasa Harya Bimasena. Edisi
Kelima. Jakarta: Salemba Humanika.
Saputera, Y. (t.thn.). Ruang Lingkup dan Metode Psikologi Pendidikan.
Sarwono, S. W. (2018). Pengantar Psikologi Umum. Depok: Rajawali Pers.
Suralaga, F. (2021). Psikologi Pendidikan, Implikasi Dalam Pembelajaran.
Depok: Raja Grafindo Persada.
Syah, M. (2014). Psikologi Pendidikan, Dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya Offset.
Tafsir, A. (2019). Ilmu Pendidikan Islami. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
Zahid Mubarok, Hendri Tanjung, Abbas Mansur Tamam. (2017). Konsep
Pendidikan Wirausaha dan Kemandirian Bagi Anak Panti Asuhan.
International Jurnal of Islamic Education Ta'dibuna, , 2252-5793.

Anda mungkin juga menyukai