Anda di halaman 1dari 12

PENGERTIAN HADITS, SUNNAH, KHABAR DAN ATHAR,

STRUKTUR HADITS, SANAD, MATAN DAN MUKHARRIJ

Dosen Pengampu : Dr.Jamaluddin, MA

Disusun Oleh :
Kelompok 2 (Dua)

1. Rizki Nurbaiti Simanjuntak (71220211133)


2. Preselia (712202110)
3. M.Rafli Halim (712202110)

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA MEDAN


FAKULTAS AGAMA ISLAM
Medan
2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
melimpahkan rahmat serta inayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan
makalah "Pengertian Hadits Hadits Sunnah, Khabar, dan Atsar" ini dan tak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam pembuatan
makalah ini. Sarana penunjang makalah ini kami susun berdasarkan referensi yang
bermacam- macam. Hal ini dengan tujuan untuk membantu para mahasiswa untuk
mengetahui, memahami, bahkan menerapkannya.

Namun demikian, dalam penulisan makalah ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan.
Oleh karena itu, saran dan kritik dari berbagai pihak sangat di harapkan.

Akhirul kalam, semoga yang tersaji ini dapat memberikan bantuan kepada para
mahasiswa dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar di kampus. Aamiin.

Wassalamualikum Wr. Wb.

Medan, 24 Februari 2023

Kelompok II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. 1


DAFTAR ISI.............................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ......................................................................................... 3
B. RUMUSAN MASALAH ..................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN
I. pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar
A. Pengertian Hadits .................................................................................................. 5
B. Pengertian Sunnah ................................................................................................. 6
C. Pengertian Khabar ................................................................................................. 8
D. Pengertian Atsar .................................................................................................... 8
II. Struktur Hadits
A. Sanad ..................................................................................................................... 8
B. Matan ..................................................................................................................... 9
C. Mukharijj (Rawi) ................................................................................................... 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .......................................................................................................... 11
B. Saran .................................................................................................................... 11

DAFTAR ISI........................................................................................................ 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hadits adalah sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an yang merupakan penjelas dari
ayat-ayat Al-Qur'an yang bermakna umum. Sehingga kami menjelaskan pengertian
pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar secara istilah menurut Muhadditsun,
Ushuliyyun, dan Fuqaha, sehingga kita dapat memahami Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar
secara mendalam dan tidak terpaku pada satu pengertian sehingga kita tidak cepat
menyalahkan perbedaan. Hadits mempunyai beberapa struktur yaitu Sanad, Matan, dan
Mukhrij yang masing masing mempunyai peran penting dari keadaan suatu hadits tersebut.

Pada mulanya, ilmu hadits memang merupakan beberapa ilmu yang masing-masing
berdiri sendiri, yang berbicara tentang hadits Nabi SAW dan para pewarisnya, seperti ilmu
Al-Hadits Al-Shahih, ilmu Al-Mursal, ilmu Al-Asma'wa Al-Kuna dan lain-lain. Pembahasan
tentang sanad meliputi: (i) segi pembangunan sanad (istisha-alsanad), yaitu bahwa suatu
rangkaian sanad hadits haruslah bersambung mulai dari sahabat sampai kepada periwayat
terakhir yang menuliskan atau membukukan hadits tersebut. Oleh karenanya, tidak
dibenarkan suatu rangkaian sanad tersebut yang terputus, tersembunyi, tidak diketahui
identitasnya atau tersamar, (ii) segi terpercayaan hadits (tsigat al-sanad), yaitu bahwa setiap
perawi yang terdapat didalam sanad suatu hadits harus dimiliki sifat adil dan dhabith (kuat
dan cermat hapalnya atau dokumentasi haditsnya), (ii) segi keselamatannya dari kejanggalan
(syadz), (iv) segi keselamatannya dari cacat (illat), dan (v) tinggi dan rendahnya martabat
suatu sanad. Sedangkan pembahasan mengenai matan adalah meliputi segi ke-ashahihan atau
ke-dha'ifannya. Mempelajari hadits adalah bagian dari keimanan umat terhadap kenabian
Muhammad SAW.
BAB II

PEMBAHASAN

I. pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar

A. Pengertian Hadits

Hadits adalah teladan yang wajib diikuti (dalam risalah Islam). Sebagian besar hadits
diriwayatkan secara lisan oleh sahabat kepada generasi penerus mereka (tabi'in) atau kepada
sesama sahabat.

Kata hadits atau al-hadis menurut bahasa berarti sesuatu yang baru, lawan kata darisesuatu
yang lama. Disamping itu kata ini juga mengandung arti dekat (l), yaitu sesuatu yang dekat,
yang belum lama terjadi dan juga berarti berita (), yaitu sesuatu yang

dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain. Secara terminologi, para
ahli memberikan definisi yang berbeda-beda sesuai dengan latar belakang ilmu dan tujuan
masing-masing. Pengertian ulama ushul berbeda dengan yang dimaksud oleh ulama hadits
dan fiqih. Hal itu akan tampak apabila ditelusuri kajian-kajian yang mereka lakukan
berkenaan engan hadits Nabi.

a. Ulama hadits (muhadditsun) membahas segala sesuatu dari Nabi SAW dalam kapasitas
beliau sebagai imam yang memberi petunjuk, pemberi nasihat, sebagai suri tauladan (uswah
hasanah), dan penuntun (qudwah). Sehingga mereka mengambil segala sesuatu yang
berkenaan dengan Nabi SAW baik berupa tingkah laku, ciri fisik, pembawaan, sabda dan
perbuatan, baik membawa konsekwensi hukum syara' maupun tidak.

b. Ulama ushul fiqh (ushuliyyun) memandang Nabi SAW sebagai penetap hukum Islam (al-
syari'), dan peletak kaedah-kaedah bagi para mujtahid dalam penetapan hukum Islam. Oleh
karena itu, yang menjadi perhatian serius mereka adalah sabda, perbuatan, dan taqrir beliau
yang membawa konsekwensi hukum dan menetapkannya.

C. Sementara ulama fiqih (fuqoha) memandang Nabi SAW dari sisi perbuatannya yang
bermuatan hukum syara'. Mereka mengkaji hukum syara' berkenaan dengan perbuatan
manusia, baik dari segi wajib, haram, mubah, atau yaang lainnya.

v
Berangkat dari perbedaan sudut pandang diatas, maka ulama hadits mendefinisikan hadits
sebagai:

‫وأخوان ه وأف عان ه و س هم ع ه يه هللا ص هى أق وان ه‬

"segala perkataan Nabi SAW, perbuatan, dan hal ihwalnya." Yang dimaksud dengan "hal
ihwal adalah segala yang diriwayatkan dari Nabi SAW yang berkaitan dengan himmah,
karakteristik, sejarah kelahiran, dan kebiasaan- kebiasaannya. Sehingga sebagian mereka
mendefinisikan hadits sebagai: "Sesuatu yang didasarkan kepada Nabi SAW. baik berupa
perkataan, perbuatan, taqrir, maupun sifatnya".

Pengertian seperti itupun masih sempit, karena masih terbatas pada apa-apa yang
disandarkan kepada Nabi SAW (hadits marfu'), tidak mencakup hal-hal yang disandarkan
kepada sahabat (hadits mauquf), dan tabi'in (hadits maqthu'). Sementara mayoritas
muhadditsun menganggap bahwa hadits dapat juga digunakan untuk sesuatu yang mauquf",
yang disandarkan kepada sahabat, dan yang maqthu', yaitu yang disandarkan pada tabi'in.
"Sungguh telah saya tinggalkan untukmu dua hal, tidak sekali-kali kamu sesat selama kamu
berpegang kepadanya, yakni kitabullah dan sunnah Rasul-Nya." (H. R. Malik).

hadits membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi Muhammad


SAW baik yang ada hubungannya dengan ketetapan hukum syariat Islam maupun tidak.
Sedangkan ulama ushul fiqh, memandang Nabi Muhammad SAW sebagai masyarri', artinya
pembuat UU selain Allah. Firman Allah dalam Al-Qur'an surat Al-Asyr ayat 7 yang
berbunyi, "Apa yang dibawa oleh Rasul, maka ambillah atau kerjakanlah. Dan apa yang
dilarang oleh Rasul, jauhilah".

Ulama fiqh memandang sunnah ialah perbuatan yang dilakukan dalam agama, tetapi
tingkatannya tidak sampai wajib atau fardlu, atau dengan kata lain, sunnah adalah suatu
amalan yang diberi pahala apabila dikerjakan, dan tidak dituntut apabila ditinggalkan. Bagi
ulama ushul fiqih yang memandang Nabi SAW sebagai penetap hukum, dan karenanya
mereka mendefinisikan hadits sebagai sumber hukum Islam, yaitu:

‫او ف عم أو ق ول مه مه ان كري م ان قرآن غ ير س هم و ع ه يه هللا ص هي ان ن بي عه صدر ما‬


‫ان ي ص هح مما ت قري ر‬

‫شرعي ن ح كم دن ي ال ي كون‬
"Segala yang berasal dari Nabi selain Al-Qur'an baik berupa perkataan, perbuatan,
maupun persetujuan yang pantas menjadi dalil hukum syara'."

aDengan demikian, hadits menurut ushuliyyun adalah segala sesuatu yang bersumber
dari Nabi SAW baik perkataan, perbuatan, maupun ketetapannya yang berhubungan dengan
ketentuan-ketentuan Allah yang disyariatkan kepada manusia. Selain itu tidak dapat disebut
hadits.

B. Pengertian Sunnah

Menurut bahasa sunnah berarti "jalan yang terpuji dan atau yang tercela". Sementara
dalam hadits Rasulullah SAW, disebutkan:

"Barang siapa melakukan sesuatu perbuatan yang baik, ia akan mendapatkan pahala
(dari perbuatannya itu) dan pahala orang yang menirunya setelah dia, dengan tidak dikurangi
pahalanya sedikitpun. Dan barang siapa melakukan perbuatan yang jelek, ia akan
menanggung dosanya dan orang-orang yang menirukannya, dengan tidak dikurangi dosanya
sedikit pun."

Bila kata sunnah disebutkan dalam masalah yang berhubungan dengan hukum syara',
maka yang dimaksudkan tiada lain kecuali segala sesuatu yang diperintahkan, dilarang,
dianjurkan oleh Rasulullah SAW baik berupa perkataan, perbuatan, maupun ketetapannya.
Dan apabila dalam dalil hukum syara' disebutkan al-kitab dan al-sunnah, berarti yang
dimaksudkan adalah al-Qur'an dan hadits. Sedang sunnah menurut istilah, di kalangan ulama
terdapat perbedaan pendapat. Hal ini disebabkan karena perbedaan latar belakang, persepsi,
dan sudut pandang masing-masing terhadap diri Rasulullah SAW. Secara garis besar mereka
berkelompok menjadi 3 golongan: muhaddits un/ahli hadits, ushuliyyun/ahli ushul, dan
fuqaha/ahli fiqih. Pengertian sunnah menurut ahli hadits adalah, "segala yang bersumber dari
Nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan,taqrir, perangai, budi pekerti, perjalanan hidup,
baik sebelum diangkat menjadi rasul maupun sesudahnya".

Ulama ushul fiqh memberikan definisi sunnah adalah, "segala yang dinukilkan dari
Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrirnya yang ada
sangkut pautnya dengan hukum". Menurut T. M. Hasbi Ash Shiddieqy, makna inilah yang
diberikan kepada perkataan sunnah dalam sabda Nabi, sebagai berikut:

vii
C. Pengertian Khabar

Khabar menurut bahasa serupa dengan makna hadits, yakni segala berita yang
disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Untuk itu, dilihat dari sudut pendekatan ini
(sudut pendekatan bahasa), kata khabar sama artinya dengan hadits. Menurut istilah, antara
satu ulama degan ulama lainnya berbeda pendapat.

Menurut Ibn Ajar Al-Asqalani, yang dikutip As-Suyuthi, bahwa istilah hadits sama artinya
dengan khabar, keduanya dapat dipakai untuk sesuatu marfu', mauquf, dan maqthu'. Ulama
lain mengatakan bahwa khabar adalah sesuatu yang datang selain dari Nabi SAW, sedang
yang datang dari Nabi SAW disebut hadits. Ada juga yang mengatakan bahwa hadits lebih
umum dan lebih luas daripada khabar, sehingga tiap hadits dapat dikatakan khabar, tetapi
tidak semua khabar dapat dijadikan hadits.

D. Pengertian Atsar

Atsar menurut pendekatan bahasa berarti bekasan sesuatu, atau sesuatu, dan berarti
nukilan (yang dinukilkan). Sesuatu do'a umpamanya yang dinukilkan dari Nabi dinamai do'a
matsur.

Secara istilah, terjadi perbedaan pendapat di antara ulama. Jumhur ahli hadits
mengatakan bahwa atsar sama dengan khabar, yaitu sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
SAW, sahabat, dan tabi'in. Sedangkan menurut ulama khurasan, bahwa atsar untuk yang
mauquf dan khabar untuk yang marfu".

II. Struktur Hadits

A. Sanad

Kata "sanad" menurut bahasa adalah "sandaran", atau sesuatu yang kita jadikan
sandaran. Dikatakan demikian, karena hadits bersandar kepadanya. Menurut istilah, terdapat
perbedaan rumusan pengertian. Al-Badru bin Jama'ah dan Al-Thiby mengatakan bahwa
sanad adalah, "Berita tentang jalan matan." Yang lain mengatakan, "Silsilah orang-orang
(yang meriwayatkan hadits), yang menyampaikannya kepada matan hadits." Ada juga yang
menyebutkan, "Silsilah para perawi yang menukilkan hadits dari sumbernya yang pertama."
Yang berkaitan dengan istilah sanad, terdapat kata-kata seperti, Al-Isnad, Al-Musnid, dan Al-
Musnad. Kata-kata ini secara terminologi mempunyai arti yang cukup luas, sebagaimana
yang dikembangkan oleh para ulama.

Kata Al-Isnad berarti menyandarkan, mengasalkan (mengembalikan ke asal) dan


mengangkat. Yang dimaksudkan disini, ialah menyandarkan hadits kepada orang yang
mengatakannya (raf'uhadits ila qa'ilih atau 'azwu hadits ilaqa'ilih). Menurut At-
Thibysebenarnya kata Al-Isnad dan Al-Sanad digunakan oleh para ahli hadits dengan
pengertian yang sama.

Kata Al-Musnad mempunyai beberapa arti. Bisa berarti hadits yang disandarkan atau
diisnadkan oleh seesorang: bisa berarti dengan nama suatu kitab yang menghimpun hadits-
hadits dengan sistem penyusunan berdasarkan mana-namaa para sahabat para perawi hadits,
seperti Kitab Musnad Ahmad; bisa juga berarti nama bagi hadits yang marfu' dan muttashil

B. Matan

Kata "matan" atau "al-matn" menurut bahasa berarti mairtafa'la min al-ardhi (tanah
yang meninggi). Sedang menurut istilah adalah "Suatu kalimat tempat berakhirnya sanad.",

"Lafadz-lafadz hadits yang di dalamnya mengandung makna-makna tertentu." Ada juga


reaksi yang lebih simple lagi, yang menyebutkan bahwa matan adalah ujung sanad (gayah as-
sanad). Dari semua pengertian diatas, menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan matan,
ialah materi atau lafadz hadits itu sendiri.

C. Mukharijj (Rawi)

Kata "raw"" atau "al-rawi"" berarti orang yang meriwayatkan atau memberikan
hadits. Sebenarnya antara sanad dan rawi itu merupakan dua istilah yang tidak dapat
dipisahkan. Sanad-sanad hadits pada tiap-tiap tabaqahnya, juga disebut rawi, jika yang
dimaksud dengan rawi adalah orang yang meriwayatkan dan memindahkan hadits. Akan
tetapi yang membedakan antara rawi dan sanad, adalah terletak pada pembukuan atau
pentadwinan hadits. Orang yang menerima hadits dan kemudian menghimpunnya dalam
suatu kitab tadwin disebut dengan perawi.

Dengan demikian, maka perawi dapat disebut mudawwin/orang yang membukukan


dan menghimpun hadits. Dalam kitab kumpulan hadits-hadits Nabi sering disebutkan istilah-
istilah khusus untuk meringkas jumlah rawi yang berbeda dalam meriwayatkan sebuah hadits.
Hadits itu diriwayatkan oleh 7 (tujuh) orang rawi, yaitu:

ix
a) Imam Ahmad

b) Imam Bukhary

c) Imam Muslim

d) Abu Dawud

e) At Turmudzy

f) An Nasaiy

g) Ibnu Majah
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hadits merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur'an. Definisi hadits yang
paling komprehensif adalah segala sesuatu yang dinisbahkan kepada Nabi Saw., baik ucapan,
perbuatan, ketetapan, sifat diri atau sifat pribadi; atau yang dinisbahkan kepada sahabat atau
tabi'in. Sunnah adalah segala yang bersumber dari Nabi Muhammad saw., baik berupa
perkataan, perbuatan, taqrir, perangai, budi pekerti, perjalanan hidup, baik sebelum diangkat
menjadi rasul maupun sesudahnya. Khabar berarti berita yang disampaikan kepada seseorang.
Adapaun atsar menurut pendekatan bahasa sama pula artinya dengan khabar, hadits, dan
sunnah.

Secara struktur, hadits terdiri atas tiga komponen, yakni sanad atau isnad (rantai
penutur), matan (redaksi hadits), dan mukharrij (rawi). Sanad ialah rantai penutur / isi dari
hadits. Mukhrij atau mukharrij adalah orang yang berperan dalam pengumpulan hadits.

B. Saran

Setelah kita mempelajari pengertian dan Unsur-unsur hadits semoga dapat menambah
wawasan dalam ilmu keagamaan, khususnya ilmu hadits. Mohon maaf atas segala
kekurangan dalam pembuatan makalah ini, kritik dan saran sangat dibutuhkan dalam
pembuatan makalah selanjutnya agar lebih baik dan benar.

xi
Daftar Pustaka
Asse Ambo, Ilmu Hadis Pengantar Memahami Hadis Nabi Saw., Makassar; Alauddin Press,
2010.
Badri Khaeruman, Otensitas Hadis, Bandung; PT. Remaja Rosdakarya Offset Bandung,
2004.
Khon Abdul Majin, Ulumul Hadis, Jakarta; Amzah, 2010.
Mardani, Hadis Ahkam, Jakarta; Rajawali Pers, 2012.
Nuruddin, Manhaj An-Naqd Fir Uluum Al-adits, Bandung, Remaja Rosdakarya Offset
Bandung, 1995.
Suparta Munzier, Ilmu Hadis, Jakarta; Rajawali Pers, 2010.
Yusuf Qordhawi, Pengantar Studi Hadis, Bandung, CV. Pustaka Setia, 2007.
Zarkasih, Dasar- Dasar Studi Hadits, Yogyakarta; Aswaja Pressindo, 2015.

Anda mungkin juga menyukai