Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HADITS SEBAGAI SUMBER AJARAN AGAMA ISLAM


Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ulumul Hadits

Dosen Pengampu : Tedhi Setiadhi, S.Kom.I, M.Sos.

Disusun Oleh :
Gina Nurahmi (1220220012)
Ummi Azizah Pulungan (1220220036)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DAARUT TAUHIID

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bismillahirrahmanirrahim, Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah


Subhannahu Wa Ta’ala, yang telah mencurahkan segala rahmat dan karunia-Nya kepada
kami semua. Shalawat serta salam tak lupa kita curah limpahkan kepada manusia paling
mulia yakni Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, yang dengannya kita dapat
merasakan betapa indahnya agama Islam ini.

Kami ucapkan terima kasih kami kepada seluruh pihak yang senantiasa memberi
bantuan dan dukungan, khususnya kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Ulumul Hadits,
Ustadz Tedhi Setiadhi, S.Kom.I, M.Sos. yang senantiasa membantu kami dalam memahami
dan mendalami Mata Kuliah ini.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, kami sudah
berusaha semampu kami agar makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu. Oleh karena itu,
itu jika ada kritik dan saran dari semua pihak kami akan sangat senang untuk menerimanya
dan belajar lebih baik lagi dikemudian hari. Segala kesalahan yang terjadi itu pasti datangnya
dari kami, karena kebenaran hanya milik Allah Subhannahu Wa Ta’ala.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bandung, 11 Maret 2023

Pemakalah
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I : PENDAHULUAN........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................4

1.3 Tujuan Makalah...........................................................................................................5

BAB II : PEMBAHASAN.........................................................................................................6

2.1 Pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar............................................................6

2.2 Struktur Hadits Yang Meliputi Sanad, Matan, dan Mukharij......................................6

2.3 Kedudukan dan Fungsi Hadits...................................................................................11

2.4 Hubungan Al-Qur’an Dengan Sunnah......................................................................14

BAB III : PENUTUP...............................................................................................................16

3.1 Kesimpulan................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................17
BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hadits merupakan sumber ajaran agama Islam, pedoman hidup kaum muslimin yang
kedua setelah Al-quran, Bagi mereka yang telah beriman kepada Al-quran sebagai
sumber hukum, maka secara otomatis harus percaya bahwa hadits sebagai sumber
hukum islam juga. Apabila hadits tidak berfungsi sebagai sumber hukum, maka kaum
muslimin akan menghadapi kesulitan-kesulitan dalam hal cara shalat, kadar dan
ketentuan zakat, cara haji dan lain sebagainya. Sebab ayat-ayat Al-quran dalam hal itu
hanya berbicara secara global dan umum, yang menjelaskan secara terperinci justru
Sunnah Rasulullah, selain itu juga akan mendapat kesukaran-kesukaran dalam hal
menafsirkan ayat-ayat yang musytarak, dan muhtamal, dan sebagainya yang mau
tidak mau memerlukan hadits atau sunnah untuk menafsirkannya atau menjelaskanya.

Pemahaman Umat terhadap Islam harus melalui Al-quran dan Al-hadits. Teks
Al-quran yang global memerlukan penjelasan dari Hadits. Pada masa Nabi, Umat
Islam tidak mendapat kendala dalam memahami Al-quran maupun Hadits. Tetapi
setelah Nabi wafat, timbul permasalahan berkaitan pemahaman terhadap Al-quran
ataupun Hadits. Penyelamatan terhadap Al-quran telah lebih dahulu dilakukan yang
kemudian disusul dengan pendewanan hadits sekitar seratus tahun kemudian.

Allah SWT mengutus para Nabi dan Rosul-Nya kepada ummat manusia untuk
memberi petunjuk kepada jalan yang lurus dan benar agar mereka Bahagia dunia dan
akhirat. Rasulullah lahir ke dunia ini dengan membawa risalah Islam, petunjuk yang
benar. Hukum Syara’ adalah khitab Syari’(seruan Allah sebagai pembuat hukum) baik
yang sumbernya pasti (qath’i tsubut) seperti Al-Qur’an dan Hadits, maupun ketetapan
yang sumbernya masih dugaan kuat (zanni tsubut) seperti hadits yang bukan
tergolong mutawatir.Hadits merupakan sumber syari’at islam yang kedua setelah Al
Qur’an, hadits memiliki fungsi yang sangat penting terhadap Al qur’an. Dalam fungsi
tersebut hadis menjelaskan ayat-ayat Al Qur’an yang tidak ada penjelasan yang dapat
dimengerti di dalamnya. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dijelaskan tentang
fungsi hadis terhadap Al Qur’an.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa Pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar secara Bahasa dan Istilah
(Muhadditsun dan Ushuliyyun)?
b. Bagaimana struktur Hadits yang meliputi Sanad, Matan, dan Mukharij?
c. Apa Kedudukan dan Fungsi Hadits?
d. Apa Hubungan Al-Qur’an dengan Sunnah?

1.3 Tujuan Makalah


Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk melengkapi tugas perkuliahan kami.
Selain itu untuk mengetahui dan dapat mempelajari Hadits sebagai sumber ajaran Agama
Islam secara lebih merinci. Bukan hanya sebagai pembelajaran bagi kami, pemakalah.
Namun, untuk teman-teman sekalian yang turut serta membaca makalah yang kami
sajikan.

1)
BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar


a) Hadits
Hadits (‫ )الح ديث‬secara bahasa berarti Al-Jadiid (‫ )الجديد‬yang artinya
adalah sesuatu yang baru; yakni kebalikan dari Al-Qadiim ( ‫ )القديم‬yang artinya
sesuatu lama. Sedangkan hadits menurut istilah para ahli hadits adalah :

َ ِّ‫َما ُأضِ يْفُ ِإلَى ال َّن ِبي‬


ٍ ْ‫ َأ ْو َوص‬،‫ َأ ْو َت ْق ِري ٍْر‬،‫ َأ ْو فِعْ ٍل‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم مِنْ َق ْو ٍل‬
‫ف‬

Adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi


wasallam baik ucapan, perbuatan, persetujuan, maupun sifat. Struktur Hadits
Yang Meliputi Sanad, Matan, dan Mukharij.

 Muhadditsun:
Hadits adalah segala apa yang disandarkan kepada Nabi Muhammad
SAW, baik itu hadits marfu’(yang disandarkan kepada Nabi) ataupun
hadits maqthu’ (yang disandarkan kepada tabi’in).
 Ushuliyyun :
Hadits adalah segala sesuatu yangdisandarkan kepada Nabi Saw, selain
al-Qur’an al-karim, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrir Nabi
yang bersangkut-paut dengan hukum syara’.
b) Sunnah
Sunnah (‫ )الس نة‬secara bahasa berarti As-Siirah Al-Muttaba’ah (‫الس يرة‬
‫ )المتبعة‬yang berarti jalan yang diikuti. Setiap jalan dan perjalanan yang diikuti
dinamakan sunnah, baik itu jalan yang baik maupun jalan yang buruk.

Adapun sunnah menurut istilah para ahli hadits adalah Segala sesuatu
yang dinukil dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam baik itu ucapan,
perbuatan, persetujuan, sifat fisik, kepribadian, maupun perjalanan hidup, baik
itu sebelum diutus maupun sesudah diutus.Muhadditsin : adalah segala
sesuatu yang berasal dari Nabi baik berupa perkataan, perbuatan,taqrib,sifat,
kelakuan, maupun perjalanan hidup, baik setelah diangkat ataupun
sebelumnya.
 Muhadditsun
Sunnah adalah segala sesuatu yang berasal dari Nabi baik berupa
perkataan, perbuatan, taqrib, sifat, kelakuan, maupun perjalanan hidup,
baik setelah diangkat ataupun sebelumnya.
 Ushuliyyun (Ahli Ushul Fiqh)
Sunnah adalah segala sesuatu yang berasal dari Nabi -selain al Qur’an-
baik berupa perkataan, perbuatan ataupun taqrir yang bisa dijadikan dalil
bagi hukum syar’i.
c) Khabar
Khabar (‫ )الخبر‬secara bahasa berarti An-Naba’ ( ‫ )النبأ‬yang berarti kabar
atau berita. Adapun secara istilah khabar ini semakna dengan hadits sehingga
memiliki definisi yang sama dengan hadits.
Namun, menurut pendapat yang lain menyatakan bahwa khabar ini
lebih umum dari pada hadits. Sehingga definisi khabar adalah segala sesuatu
yang disandarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dan juga kepada
selain beliau. Syaikh Utsaimin mengatakan :
َ ِّ‫ْال َخ َب ُر َما ُأضِ يْفُ ِإلَى ال َّن ِبي‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َوِإلَى َغي ِْر ِه‬
Khabar adalah segala sesuatu yang disandarkan pada Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam dan juga disandarkan kepada selainnya.
 Muhadditsun
Khabar adalah warta dari Nabi, Shahabat, dan Tabi’in. Oleh karena itu,
hadits marfu’, maukuf, dan maktu’ bisa dikatakan sebagai khabar. Dan
menurutnya khabar murodif dengan hadits.
 Ushuliyyun
Pendapat ini, antara lain, dikemukakan oleh ahli fiqh Khurasan.
Pendapatnya, al-khabar adalah sesuatu yang diriwayatkan dari Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wa Sallam
d) Atsar
Atsar (‫ )األثر‬secara bahasa berarti Baqiyyatu Asy-Syaii’ ( ‫ )بقية الشيء‬yang
berarti sisa dari sesuatu, atau jejak. Adapun secara istilah, atsar adalah :
‫َما ُأضِ يْفُ ِإلَى الص ََّح ِابي َأ ْو ال َّت ِابعِي‬
Segala sesuatu yang disandarkan pada sahabat atau tabi’in.
Adakalanya atsar juga didefinisikan dengan segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam. Namun biasanya
penyebutannya disandarkan dengan redaksi “dari Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam” sehingga penyebutannya seperti ini :
َ ِّ‫َوفِي اَأْل َث ِر َع ِن ال َّن ِبي‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
“Dalam sebuah atsar dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam . . .”
 Muhadditsun
Atsar adalah suatu yang sandarkan kepada Nabi (ma’ruf) para sahabat
(mawquf), dan para ulama salaf.
 Ushuliyyun
Menurut ahli fiqh Khurasan, antara lain Abu al-Qasim al-Fawraniy,
sebagaimana dikutip oleh al-Khasyu'iy al-Khasyu'iy Muhammad al-
Khasyu'iy, al-atsar adalah sesuatu yang diriwayatkan dari shabatibiy.

2.2 Struktur Hadits Yang Meliputi Sanad, Matan, Dan Mukharrij


A. Sanad

Sanad menurut bahasa artinya “Sandaran”, atau sesuatu yang dijadikan


sebagai sandaran. Maksudnya adalah jalan yang bersambung sampai kepada
matan, rawi-rawi yang meriwayatkan matan hadis dan menyampaikannya. Sanad
dimulai dari rawi yang awal (sebelum pencatat hadis) dan berakhir pada ran
sebelum Rasulullah SAW yaitu Sahabat. Dikatakan demikian, karena suatu hadis
bersandar kepadanya. Sedangkan pengertian sanad menurut istilah ilmu hadis,
banyak ulama yang mengemukakan, diantaranya adalah:

a. As-suyuti dalam bukunya Tadrib ar Rawi, hal 41, menulis:

‫ْق ْال َم َت ِن‬


ِ ‫اَ ِإل ْخ َبا ُر َعنْ َط ِري‬

“Berita tentang jalan matan”.

b. Mammud at Tahhan, mengemukakan sanad adalah

‫ِلي ْال َم َت ِن‬


َ ‫سِ ْلسِ لَ ُة الرِّ َجا َل ْالم ُْوصِ لَ ِة ا‬

“Silsilah para perawi hadis yang menghubungkan sampai kepada matan


hadis”.
Di dalam bidang ilmu hadis sanad itu merupakan salah satu neraca yang menimbang
shahi atau dhaifnya suatu hadis. Tidak sembarangan orang bisa meriwayatkan suatu
hadis, hanya orang-orang tertentu saja itupun harus memenuhi syarat-syarat agar
dapat meriwayatkan suatu hadis yaitu diantaranya: Para membawa hadis harus lah
adil, taqwa, tidak fasid, menjaga kehormatan diri, dan mempunyai daya ingat yang
tinggi. Sanadnya bersambung dari suatu periwat kepada periwayat lain sampai kepada
sumber berita pertama maka sanadnya dinilai shahih. Tetapi apa bila dari salah satu
persyartan tersebut orang itu fasid maka hadis itu disebut dhaif (palsu).

Contoh Sanad

:‫س ال َنبِّى رسول هللا عليه َقالض‬ ْ ‫الث َقفِى َقا َل َح َّد َث َنا َأي ُّْوبُ َعنْ ء َأ ِبي قِ َل َب َة َعنْ اَ َّن‬
َّ ‫ب‬ َ ‫َحد َّّث َنا م َُح َّم ُدبْنُ ْال ُم َث َّنى َقا َل‬
ِ ‫ح َّد َث َنا َع ْبد ُْال َوهَّا‬:
‫ وُ َأنْ ُي ْك ِر َه‬,ِ ‫واَنْ ُيحِبَّ ْال َمرْ َأالَ ُي ِح ُّب ُه ِإالَّ هَّلِل‬,‫ا‬
َ ‫ َأنْ َي ُك ْو َن هللا ورسو لُ ُه َأ َحبَّ ِإلَ ْي ِه ِممَّاسِ َوا ًه َم‬:‫ان‬ ِ ‫دَحالَ َوةَاِإل ْي َم‬ ِ ‫ث َمنْ ُكنَّ ف‬
َ ‫ِيه َو َج‬ ٌ َ‫( َثال‬
)‫ِف فِى ال َّنا ِر) (رواهالبخارى‬ َ ‫َأنْ َيع ُْودَ فِى ال ُك ْف ِر َك َما َي ْك َرهُ َأنْ َي ْقذ‬

“Telah memberitahu kepadaku Muhammad Ibn al-Mutsana, ia berkata: Abdul Wahhab


Ats-Tsaqafi mengabarkan kepadaku, ia berkata: Telah bercerita kepadaku Ayyub atas
pemberitaan Abi Qilabah dari Anas dari Nabi SAW sabdanya: Tiga perkara, yang
barang siapa mengamalkannya niscaya memperoleh kelezatan iman, yaitu: 1) Allah
dan Rasul-Nya hendaknya dicintai daripada selainnya, 2) Kecintaan kepada
seseorang, tidak lain karena Allah semata, 3) Keengganan kembali kepada kekufuran,
seperti keinginannya dicampakkan keneraka. (HR. Bukhari).

Dari hadis diatas dapat dijelaskan:

1) Matan hadinya dimulai dengan kata-kata tsalatsun sampai dengan an


yuqdzafa finnar.
2) Hadis diatas diterima Imam Bukhari melalui sanad-sanad.
a) Muhammad Ibn Al-Mutsanna (Sanad pertama)
b) Abdul Wahhab Ats-Tsaqafi (Sanad kedua)
c) Ayyub (Sanad ketiga)
d) Abi Qilabah (Sanad keempat)
e) Anas Ra (Sanat kelima), hingga sampai kepada Nabi SAW.

Dalam hal ini dapat pula dikatakan bahwa sabda Nabi SAW diatas disampaikan oleh:

a. Anas Ra (Sebagai Rawi pertama)


b. Abu Qilabah (Rawi kedua)
c. Ayyub (Rawi ketiga)
d. Ats-tsaqafi (Rawi keempat)
e. Muhammad Ibnu Mutsanna (Rawi kelima)
f. Hingga sampai Imam Bukhari sebagai rawi terakhir.

Sehinnga Imam Bukhari merupakan sanad pertama dan rawi terakhir bagi kita.

B. Matan

Kata “Matan” atau “al-matn” menurut bahasa berarti ma irtafa’a min al-ardhi
(tanah yang meninggi). Sedangkan menurut istilah adalah

1. Menurut muhammad at-Thahan:

‫َما َي ْن َت ِهى ِإلَ ْي ِه ال َّس َن ُذم َِن ْال َكالَ ِم‬

“Suatu kalimat tempat berakhirnya sanad”.

2. Atau dengan redaksi lain menurut Ajjaj al-khatib

‫الح ِديْث اَلَّتِى َت َت َقوَّ م ُِب َها َم َعا ِن ْي ِه‬ ُ ‫اَ ْل‬
َ ‫فاظ‬

“Lafaz-lafaz hadis yang didalamnya mengandung makna-makna tertentu”.

Dari semua pengertian diatas menunjukkan, bahwa yang dimaksud dengan


matan adalah materi atau lafaz hadis itu sendiri. Posisi matan dalam sebuah hadis
amatlah penting karena dari matan tersebutlah adanya berita dari Nabi atau berita
dari Sahabat Nabi tentang Nabi baik itu tentang syariat ataupun lainnya.

Contoh Matan

‫فإذالم يستطع أحذناأن يمكن جبهته من األرض فبسطثو به فسجدعليه‬,‫كنا نصلى مع رسوهللا صلعم في شدةاكحر‬

“Kami shalat bersama-sama Rasulullah SAW pada waktu udara sangt panas.
Apabila salah seorang dari kami tak sanggup menekankan dahinya diatas
tanah, maka ia bentangkan pakaiannya lantas sujud diatasnya”.

Dari penjelasan hadis diatas dapat disimpulkan bahwa matan adalah tempat
suatu berita atau materi baikm itu ucapan Nabi maupun Sahabat Nabi.

C. Mukharrij (Rawi)
Mukharrij artinya yang mengeluarkan. Tiap-tiap orang yang mengeluarkan
atau mencatat hadis. Mukharrij yaitu orang yang telah menukil atau mencatat
sesuatu hadis pada kitabnya. Didalam Suatu hadis biasanya disebutkan pada
bagian terakhir nama dari orang yang telah mengeluarkan hadis tersebut.

Contoh Mukhariij

Pada hadis yang pertama di contoh sanad yang disebut dengan mukharrij
pada nama bagian yang terakhir yaitu HR. Bukhari. Adapun contoh lain yaitu:
Ibnu Malik, Muttafaqun ‘Alaih, HR Abu Daud dan Majah, HR Tirmidzi dan lain-
lain.

2.3 Kedudukan dan Fungsi Hadits


A. Kedudukan Hadits

Dalam kedudukannya sebagai penjelas, hadits kadang-kadang memperluas


hukum dalam Al-Qur’an atau menetapkan sendiri hukum di luar apa yang
ditentukan Allah dalam Al-Qur’an.

Kedudukan Hadits sebagai bayani atau menjalankan fungsi yang menjelaskan


hukum Al-Qur’an, tidak diragukan lagi dan dapat di terima oleh semua pihak,
karena memang untuk itulah Nabi di tugaskan Allah Subhannahu Wa Ta’ala.
Namun dalam kedudukan hadits sebagai dalil yang berdiri sendiri dan sebagai
sumber kedua setelah Al-Qur’an, menjadi bahan perbincangan dikalangan ulama.
Perbincangan ini muncul di sebabkan oleh keterangan dari Allah sendiri yang
menjelaskan bahwa Al-Qur’an atau ajaran Islam itu telah sempurna. Oleh
karenanya tidak perlu lagi ditambah oleh sumber lain.

Jumhur ulama berpendapat bahwa Hadits berkedudukan sebagai sumber atau dalil
kedua setelah Al-Qur’an dan mempunyai kekuatan untuk ditaati serta mengikat
untuk semua umat Islam. Jumhur ulama mengemukakan alasannya dengan
beberapa dalil, di antaranya :

a) Banyak ayat Al-Qur’an yang menyuruh umat mentaati Rasul. Ketaatan


kepada rasul sering dirangkaikan dengan keharusan mentaati Allah ;
seperti yang telah Allah katakan dalam firmannya surat An-Nisa : 59 :

۟ ‫ُوا ٱهَّلل َ َوَأطِ يع‬


‫ُوا ٱلرَّ سُو َل‬ َ ‫ٰ َٓيَأ ُّي َها ٱلَّذ‬
۟ ‫ِين َءا َم ُن ٓو ۟ا َأطِ يع‬

artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya).
b) Bahkan dalam tempat lain Al-Quran mengatakan bahwa oang yang
mentaati Rasul berarti mentaati Allah, sebagaimana tersebut dalam surat
An-Nisa : 80:
‫ۗ منْ يُّطِ ع الرَّ س ُْول َف َق ْد اَ َط هّٰللا‬
َ ‫اع َ ۚ َو َمنْ َت َو ٰلّى َف َمٓا اَرْ َس ْل ٰن‬
ً ‫ك َعلَي ِْه ْم َحفِي‬
‫ْظا‬ َ َ ِ َ

Artinya : Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah


mentaati Allah. dan Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka
Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.

Yang dimaksud dengan mentaati Rasul dalam ayat-ayat tersebut adalah


mengikuti apa-apa yang dilakukan atau dilakukan oleh Rasul sebagaimana
tercakup dalam Sunnahnya.

Dari ayat diatas jelaslah bahwa Hadits itu adalah juga wahyu. Bila wahyu
mempunyai kekuatan sebagai dalil hukum, maka hadits pun mempunyai kekuatan
hukum untuk dipatuhi. Kekuatan hadits sebagai sumber hukum ditentukan oleh
dua segi: pertama, dari segi kebenaran materinya dan keduadari segi kekuatan
penunjukannya terhadap hukum. Dari segi kebenaran materinya kekuatan hadits
mengikuti kebenaran pemberitaannya yang terdiri dari tiga tingkat, yaitu:
mutawatir, masyhur, dan ahad.

Khabar mutawatir ditinjau dari segi kuantitas sahabat yang meiwayatkannya


dari Nabi dan juga kuantitas yang meriwayatkannya dari sahabat dan seterusnya
adalah qath i dalam arti diyakini kebenarannya bahwa hadits itu benar dari Nabi.
Meskipun jumlah hadits mutawatir ini tidak banyak namun mempunyai kekuatan
sebagai dalil sebagaimana kekuatan Al-Qur’an. Khabar mutawatir mempunyai
kekuatan tertinggi di dalam periwayatan dan menghasilkan kebenaran tentang apa
yang diberitakan secara mutawatir sebagaima kebenaran yang muncul dari hasil
pengamatan. Para ulama sepakat mengatakan bahwa khabar mutawatir
menghasilkan ilmu yakin meskipun mereka berbeda pendapat dalam menetapkan
cara sampai kepada ilmu yakin itu secara tanpa memerlukan pembuktian atau
memerlukan pembuktian kebenarannya. Untuk sampainya khabar mutawatir itu
kepada ilmu yakin harus terpenuhi syarat-syarat tertentu. Di antaranya syarat-
syarat itu disepakati oleh ulama dan syarat lainnya diperselisihkan. Syarat-syarat
yang disepakati ada yang menyangkut pembawa berita.

B. Fungsi Hadits

Dalam uraian tentang Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa sebagian besar ayat-
ayat hukum dalam Al-Qur’an adalah dalam bentuk garis besar yang secara
amaliyah belum dapat dilaksanakan tanpa penjelasan dari hadits. Dengan
demikian fungsi hadits yang utama adalah untuk menjelaskan Al-Qur’an. Hal ini
telah sesuai dengan penjelasan Allah dalam surat An-Nahl :64

۟ ُ‫ٱخ َتلَف‬
َ ‫وا فِي ِه ۙ َوه ًُدى َو َرحْ َم ًة لِّ َق ْو ٍم يُْؤ ِم ُن‬
‫ون‬ َ ‫ْك ْٱل ِك ٰ َت‬
ْ ‫ب ِإاَّل ِل ُت َبي َِّن لَ ُه ُم ٱلَّذِى‬ َ ‫َو َمٓا َأ‬
َ ‫نز ْل َنا َعلَي‬

Artinya: “Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini,
melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka
perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”

Dengan demikian bila Al-Qur’an disebut sebagai sumber asli bagi hukum fiqh,
maka Hadits disebut sebagai bayani. Dalam kedudukannya sebagai bayani dalam
hubungannya dengan Al-Qur’an, ia menjalankan fungsi senagai berikut :

1) Menguatkan dan mengaskan hukum-hukumyang tersebut dalam Al-Qur’an


atau disebut fungsi ta’kid dan taqrir. Dalam bentuk ini Hadits hanya seperti
mengulangi apa-apa yang tersebut dalam Al-Qur’an. Umpanya Firman
Allah dalam surat Al-Baqarah :110 :
َّ ‫َۗ واَقِ ْيمُوا الص َّٰلو َة َو ٰا ُتوا‬
‫الز ٰكو َة‬

Artinya : “ Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat “

Ayat ini dikuatkan oleh sabda Nabi yang artinya :

“Islam dibangun di atas lima perkara: persaksian bahwa tiada tuhan yang
berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah,
mendirikan salat, menunaikan zakat, pergi haji, dan puasa di bulan
Ramadhan”. (HR. Bukhari dan Muslim)

2) Memberikan penjelasan terhadap apa yang dimaksud dalam Al-Qur’an


dalam hal :
3) Menjelaskan arti yang masih samar dalam Al-Qur’an
4) Merinci apa-apa yang dalam Al-Qur’an disebutkan secari garis besar.
5) Membatasi apa-apa yang dalam Al-Qur’an disebutkan secara umum.
6) Memperluas maksud dari sesuatu yang tersebut dalam Al-Qur’an

Contoh menjelaskan arti kata dalam Al-Qur’an umpamanya kata shalat yang
masih samar artinya, karena dapat saja shalat itu berarti do’a sebagaimana yang biasa
dipahami secara umum waktu itu. Kemudian Nabi melakukan serangkaian perbuatan,
yang terdiri dari ucapan dan pebuatan secara jelas yang dimulai dari takbiratul ihram
dan berakhir dengan salam. Sesudah itu Nabi bersabda :inilah shalat itu, kerjakanlah
shalat sebagimana kamu melihat saya mengerjakan shalat.

Menetapkan suatu hukum dalam hadits yang secara jelas tidak terdapat dalam
Al-Qur’an. Dengan demikian kelihatan bahwa Hadits menetapkan sendiri hukumyang
tidak ditetapkan dalam Al-Qur’an. Fungsi hadits dalam bentuk ini disebut itsbat.
Sebenarnya bila diperhatikan dengan teliti akan jelas bahwa apa yang ditetapkan
hadits itu pada hakikatnya adalah penjelasan terhadap apa yang disinggung Al-Qur’an
atau memperluas apa yang disebutkan Al-Qur’an secara terbatas. Umpamanya Allah
SWT mengharamkan memakan bangkai, darah, dan daging babi. Larangan Nabi ini
menurut lahirnya dapat dikatakan sebagai hhukum baru yang ditetapkan oleh Nabi,
karena memang apa yang diharamkan Nabi ini secara jelas tidak terdapat dalam Al-
Qur’an. Tetapi kalau dipahami lebih lanjut larangan Nabi itu hanyalah sebagai
penjelasan terhadap larangan Al-Qur’anlah memakan sesuatu yang kotor.

2.4 Hubungan Al-Qur’an Dengan Sunnah


As-Sunnah adalah sumber kedua setelah al Qur’an. Bila kita tidak
mendapatkan hukum dari suatu permasalahn dalam Al-Qur’an maka kita merujuk
kepada as-Sunnah dan wajib mengamalkannya jika kita mendapatkan hukum tersebut.
Dengan syarat, benar-benar bersumber dari Nabi shollallahu’alaihiwasallam dengan
sanad yang sahih.

As-Sunnah berfungsi sebagai penjelas Al-Qur’an dari apa yang bersifat global
dan umum. Seperti perintah shalat; maka bagaimana tatacaranya didapati dalam as
Sunnah. Oleh karena itu Nabi bersabda:

“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (Bukhari no. 595)

Sebagaimana pula As-Sunnah menetapkan sebagian hukum-hukum yang tidak


dijelaskan dalam Al-Qur’an.
Ditinjau dari segi hukum maka hubungan Al Qur’an dengan As-Sunnah adalah :

1) As-Sunnah berfungsi sebagai penguat hukum yang sudah tercantum di


dalam Al-Qur’an.
Contoh : Hukum jilbab dan menundukkan pandangan.
2) As-Sunnah menafsirkan dan merinci hal-hal yang masih bersifat global
dalam Al-Qur’an.
Contoh : Di dalam Al-Qur’an Allah memerintahkan kaum muslimin
untuk melaksanakan sholat dan haji, lalu datang As-Sunnah
menjelaskan secara rinci kaifiyat (tata cara) pelaksanaan kedua ibadah
tersebut. Kebanyakan as Sunnah adalah termasuk dalam jenis yang
kedua ini.
3) As-Sunnah menetapkan hukum yang tidak disebutkan di dalam Al Qur’an.

Contoh : Hukum mencukur alis, mengikir gigi, penjelasan tentang


harta waris bagi nenek, hukum rajam bagi pezina yang sudah menikah
dan lain-lain.
BAB III : PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hadits menurut bahasa yaitu sesuatu yang baru, menunjukkan sesuatu yang
dekat atau waktu yang singkat. Hadits juga berartiberita yaitu sesuatu yang
diberitakan, diperbincangkan, dan dipindahkan dari seorang kepada orang lain. Hadits
menurut istilah syara’ ialah hal-hal yang datang dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa
Sallam, baik itu ucapan, perbuatan, atau pengakuan (taqrir). Sanad adalah sandaran
suatu hadits. Jalannya sanad bersambung sampai kepada matan, rawi-rawi, dari rawi
yang pertama sampai kepada rawi yang terakhir yaitu Sahabat Nabi. Matan adalah
materi atau lafaz hadits yang mengandung makna. Posisi matan dalam hadits
sangatlah penting karena dari matan tersebutlah adanya berita Nabi atau berita dari
Sahabat Nabi tentang Nabi, baik itu tentang syariat ataupun lainnya. Mukharrij adalah
orang yang mengeluarkan suatu hadis. Biasanya disebutkan pada bagian yang terakhir
suatu hadits. Jumhur ulama berpendapat bahwa hadits berkedudukan sebagai sumber
atau dalil kedua setelah Al-Qur’an dan mempunyai kekuatan untuk ditaati serta
mengikat untuk semua umat islam. As-Sunnah adalah sumber kedua setelah al
Qur’an. Bila kita tidak mendapatkan hukum dari suatu permasalahan dalam Al-
Qur’an maka kita merujuk kepada as-Sunnah dan wajib mengamalkannya jika kita
mendapatkan hukum tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

 Jamaril, S.Ag. (2017). Pengertian, Kedudukan, dan Fungsi Hadits. Diakses Pada 11
Maret 2023 Pukul 22:48 WIB dari
https://sumbar.kemenag.go.id/v2/post/1952/pengertian-kedudukan-dan-fungsi-
hadits.html
 Redaksi Muslim.or.id. (2022). Fiqh Islam. Diakses Pada 12 Maret 2023 Pukul 11:25
WIB dari
https://muslim.or.id/83-fiqih-islam.html
 Tarbiyahummah. (2011). IV. Hubungan Antara Al-Qur’an Dan As-Sunnah(3). Diakses
Pada 12 Maret 2023 Pukul 11:36 WIB dari
https://tarbiyahummah.wordpress.com/2011/01/13/iv-hubungan-antara-al-qur’an-dan-
as-sunnah3/
 Shafta, Admin. (2021). Pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, Atsar, dan Hadits Qudsi.
Diakases Pada 13 Maret 2023 Pukul 21:39 dari
https://shafta.sch.id/pengertian-hadits-sunnah-khabar-atsar-dan-hadits-qudsi/
 Ningrum, Lila Kusuma. (2016). Struktur Hadits: Sanad, Matan, Dan Mukharrij
(Rawi) Dan Contohnya. Diakses Pada 13 Maret 2023 Pukul 21:45 dari
https://liliakusumaningrum9.blogspot.com/2016/11/struktur-hadis-sanad-matan-
dan.html?m=1
 Alawiyah. (2012). Pengertian Hadits, Sunnah, Khabar & Atsar Secara Bahasa dan
Istilah menurut Muhadditsin, Ushuliyyun dan Fuqoha. Diakses Pada 13 Maret 2023
Pukul 21:30 dari
http://alawiyahblog2.blogspot.com/2012/09/pengertian-hadits-sunnah-khabar-
atsar.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai