Disusun Oleh :
Gina Nurahmi (1220220012)
Ummi Azizah Pulungan (1220220036)
2023
KATA PENGANTAR
Kami ucapkan terima kasih kami kepada seluruh pihak yang senantiasa memberi
bantuan dan dukungan, khususnya kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Ulumul Hadits,
Ustadz Tedhi Setiadhi, S.Kom.I, M.Sos. yang senantiasa membantu kami dalam memahami
dan mendalami Mata Kuliah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, kami sudah
berusaha semampu kami agar makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu. Oleh karena itu,
itu jika ada kritik dan saran dari semua pihak kami akan sangat senang untuk menerimanya
dan belajar lebih baik lagi dikemudian hari. Segala kesalahan yang terjadi itu pasti datangnya
dari kami, karena kebenaran hanya milik Allah Subhannahu Wa Ta’ala.
Pemakalah
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN........................................................................................................4
BAB II : PEMBAHASAN.........................................................................................................6
3.1 Kesimpulan................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................17
BAB I : PENDAHULUAN
Pemahaman Umat terhadap Islam harus melalui Al-quran dan Al-hadits. Teks
Al-quran yang global memerlukan penjelasan dari Hadits. Pada masa Nabi, Umat
Islam tidak mendapat kendala dalam memahami Al-quran maupun Hadits. Tetapi
setelah Nabi wafat, timbul permasalahan berkaitan pemahaman terhadap Al-quran
ataupun Hadits. Penyelamatan terhadap Al-quran telah lebih dahulu dilakukan yang
kemudian disusul dengan pendewanan hadits sekitar seratus tahun kemudian.
Allah SWT mengutus para Nabi dan Rosul-Nya kepada ummat manusia untuk
memberi petunjuk kepada jalan yang lurus dan benar agar mereka Bahagia dunia dan
akhirat. Rasulullah lahir ke dunia ini dengan membawa risalah Islam, petunjuk yang
benar. Hukum Syara’ adalah khitab Syari’(seruan Allah sebagai pembuat hukum) baik
yang sumbernya pasti (qath’i tsubut) seperti Al-Qur’an dan Hadits, maupun ketetapan
yang sumbernya masih dugaan kuat (zanni tsubut) seperti hadits yang bukan
tergolong mutawatir.Hadits merupakan sumber syari’at islam yang kedua setelah Al
Qur’an, hadits memiliki fungsi yang sangat penting terhadap Al qur’an. Dalam fungsi
tersebut hadis menjelaskan ayat-ayat Al Qur’an yang tidak ada penjelasan yang dapat
dimengerti di dalamnya. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dijelaskan tentang
fungsi hadis terhadap Al Qur’an.
1)
BAB II : PEMBAHASAN
Muhadditsun:
Hadits adalah segala apa yang disandarkan kepada Nabi Muhammad
SAW, baik itu hadits marfu’(yang disandarkan kepada Nabi) ataupun
hadits maqthu’ (yang disandarkan kepada tabi’in).
Ushuliyyun :
Hadits adalah segala sesuatu yangdisandarkan kepada Nabi Saw, selain
al-Qur’an al-karim, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrir Nabi
yang bersangkut-paut dengan hukum syara’.
b) Sunnah
Sunnah ( )الس نةsecara bahasa berarti As-Siirah Al-Muttaba’ah (الس يرة
)المتبعةyang berarti jalan yang diikuti. Setiap jalan dan perjalanan yang diikuti
dinamakan sunnah, baik itu jalan yang baik maupun jalan yang buruk.
Adapun sunnah menurut istilah para ahli hadits adalah Segala sesuatu
yang dinukil dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam baik itu ucapan,
perbuatan, persetujuan, sifat fisik, kepribadian, maupun perjalanan hidup, baik
itu sebelum diutus maupun sesudah diutus.Muhadditsin : adalah segala
sesuatu yang berasal dari Nabi baik berupa perkataan, perbuatan,taqrib,sifat,
kelakuan, maupun perjalanan hidup, baik setelah diangkat ataupun
sebelumnya.
Muhadditsun
Sunnah adalah segala sesuatu yang berasal dari Nabi baik berupa
perkataan, perbuatan, taqrib, sifat, kelakuan, maupun perjalanan hidup,
baik setelah diangkat ataupun sebelumnya.
Ushuliyyun (Ahli Ushul Fiqh)
Sunnah adalah segala sesuatu yang berasal dari Nabi -selain al Qur’an-
baik berupa perkataan, perbuatan ataupun taqrir yang bisa dijadikan dalil
bagi hukum syar’i.
c) Khabar
Khabar ( )الخبرsecara bahasa berarti An-Naba’ ( )النبأyang berarti kabar
atau berita. Adapun secara istilah khabar ini semakna dengan hadits sehingga
memiliki definisi yang sama dengan hadits.
Namun, menurut pendapat yang lain menyatakan bahwa khabar ini
lebih umum dari pada hadits. Sehingga definisi khabar adalah segala sesuatu
yang disandarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dan juga kepada
selain beliau. Syaikh Utsaimin mengatakan :
َ ِّْال َخ َب ُر َما ُأضِ يْفُ ِإلَى ال َّن ِبي
صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َوِإلَى َغي ِْر ِه
Khabar adalah segala sesuatu yang disandarkan pada Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam dan juga disandarkan kepada selainnya.
Muhadditsun
Khabar adalah warta dari Nabi, Shahabat, dan Tabi’in. Oleh karena itu,
hadits marfu’, maukuf, dan maktu’ bisa dikatakan sebagai khabar. Dan
menurutnya khabar murodif dengan hadits.
Ushuliyyun
Pendapat ini, antara lain, dikemukakan oleh ahli fiqh Khurasan.
Pendapatnya, al-khabar adalah sesuatu yang diriwayatkan dari Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wa Sallam
d) Atsar
Atsar ( )األثرsecara bahasa berarti Baqiyyatu Asy-Syaii’ ( )بقية الشيءyang
berarti sisa dari sesuatu, atau jejak. Adapun secara istilah, atsar adalah :
َما ُأضِ يْفُ ِإلَى الص ََّح ِابي َأ ْو ال َّت ِابعِي
Segala sesuatu yang disandarkan pada sahabat atau tabi’in.
Adakalanya atsar juga didefinisikan dengan segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam. Namun biasanya
penyebutannya disandarkan dengan redaksi “dari Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam” sehingga penyebutannya seperti ini :
َ َِّوفِي اَأْل َث ِر َع ِن ال َّن ِبي
صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم
“Dalam sebuah atsar dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam . . .”
Muhadditsun
Atsar adalah suatu yang sandarkan kepada Nabi (ma’ruf) para sahabat
(mawquf), dan para ulama salaf.
Ushuliyyun
Menurut ahli fiqh Khurasan, antara lain Abu al-Qasim al-Fawraniy,
sebagaimana dikutip oleh al-Khasyu'iy al-Khasyu'iy Muhammad al-
Khasyu'iy, al-atsar adalah sesuatu yang diriwayatkan dari shabatibiy.
Contoh Sanad
:س ال َنبِّى رسول هللا عليه َقالض ْ الث َقفِى َقا َل َح َّد َث َنا َأي ُّْوبُ َعنْ ء َأ ِبي قِ َل َب َة َعنْ اَ َّن
َّ ب َ َحد َّّث َنا م َُح َّم ُدبْنُ ْال ُم َث َّنى َقا َل
ِ ح َّد َث َنا َع ْبد ُْال َوهَّا:
وُ َأنْ ُي ْك ِر َه,ِ واَنْ ُيحِبَّ ْال َمرْ َأالَ ُي ِح ُّب ُه ِإالَّ هَّلِل,ا
َ َأنْ َي ُك ْو َن هللا ورسو لُ ُه َأ َحبَّ ِإلَ ْي ِه ِممَّاسِ َوا ًه َم:ان ِ دَحالَ َوةَاِإل ْي َم ِ ث َمنْ ُكنَّ ف
َ ِيه َو َج ٌ َ( َثال
)ِف فِى ال َّنا ِر) (رواهالبخارى َ َأنْ َيع ُْودَ فِى ال ُك ْف ِر َك َما َي ْك َرهُ َأنْ َي ْقذ
Dalam hal ini dapat pula dikatakan bahwa sabda Nabi SAW diatas disampaikan oleh:
Sehinnga Imam Bukhari merupakan sanad pertama dan rawi terakhir bagi kita.
B. Matan
Kata “Matan” atau “al-matn” menurut bahasa berarti ma irtafa’a min al-ardhi
(tanah yang meninggi). Sedangkan menurut istilah adalah
الح ِديْث اَلَّتِى َت َت َقوَّ م ُِب َها َم َعا ِن ْي ِه ُ اَ ْل
َ فاظ
Contoh Matan
فإذالم يستطع أحذناأن يمكن جبهته من األرض فبسطثو به فسجدعليه,كنا نصلى مع رسوهللا صلعم في شدةاكحر
“Kami shalat bersama-sama Rasulullah SAW pada waktu udara sangt panas.
Apabila salah seorang dari kami tak sanggup menekankan dahinya diatas
tanah, maka ia bentangkan pakaiannya lantas sujud diatasnya”.
Dari penjelasan hadis diatas dapat disimpulkan bahwa matan adalah tempat
suatu berita atau materi baikm itu ucapan Nabi maupun Sahabat Nabi.
C. Mukharrij (Rawi)
Mukharrij artinya yang mengeluarkan. Tiap-tiap orang yang mengeluarkan
atau mencatat hadis. Mukharrij yaitu orang yang telah menukil atau mencatat
sesuatu hadis pada kitabnya. Didalam Suatu hadis biasanya disebutkan pada
bagian terakhir nama dari orang yang telah mengeluarkan hadis tersebut.
Contoh Mukhariij
Pada hadis yang pertama di contoh sanad yang disebut dengan mukharrij
pada nama bagian yang terakhir yaitu HR. Bukhari. Adapun contoh lain yaitu:
Ibnu Malik, Muttafaqun ‘Alaih, HR Abu Daud dan Majah, HR Tirmidzi dan lain-
lain.
Jumhur ulama berpendapat bahwa Hadits berkedudukan sebagai sumber atau dalil
kedua setelah Al-Qur’an dan mempunyai kekuatan untuk ditaati serta mengikat
untuk semua umat Islam. Jumhur ulama mengemukakan alasannya dengan
beberapa dalil, di antaranya :
artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya).
b) Bahkan dalam tempat lain Al-Quran mengatakan bahwa oang yang
mentaati Rasul berarti mentaati Allah, sebagaimana tersebut dalam surat
An-Nisa : 80:
ۗ منْ يُّطِ ع الرَّ س ُْول َف َق ْد اَ َط هّٰللا
َ اع َ ۚ َو َمنْ َت َو ٰلّى َف َمٓا اَرْ َس ْل ٰن
ً ك َعلَي ِْه ْم َحفِي
ْظا َ َ ِ َ
Dari ayat diatas jelaslah bahwa Hadits itu adalah juga wahyu. Bila wahyu
mempunyai kekuatan sebagai dalil hukum, maka hadits pun mempunyai kekuatan
hukum untuk dipatuhi. Kekuatan hadits sebagai sumber hukum ditentukan oleh
dua segi: pertama, dari segi kebenaran materinya dan keduadari segi kekuatan
penunjukannya terhadap hukum. Dari segi kebenaran materinya kekuatan hadits
mengikuti kebenaran pemberitaannya yang terdiri dari tiga tingkat, yaitu:
mutawatir, masyhur, dan ahad.
B. Fungsi Hadits
Dalam uraian tentang Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa sebagian besar ayat-
ayat hukum dalam Al-Qur’an adalah dalam bentuk garis besar yang secara
amaliyah belum dapat dilaksanakan tanpa penjelasan dari hadits. Dengan
demikian fungsi hadits yang utama adalah untuk menjelaskan Al-Qur’an. Hal ini
telah sesuai dengan penjelasan Allah dalam surat An-Nahl :64
۟ ُٱخ َتلَف
َ وا فِي ِه ۙ َوه ًُدى َو َرحْ َم ًة لِّ َق ْو ٍم يُْؤ ِم ُن
ون َ ْك ْٱل ِك ٰ َت
ْ ب ِإاَّل ِل ُت َبي َِّن لَ ُه ُم ٱلَّذِى َ َو َمٓا َأ
َ نز ْل َنا َعلَي
Artinya: “Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini,
melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka
perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”
Dengan demikian bila Al-Qur’an disebut sebagai sumber asli bagi hukum fiqh,
maka Hadits disebut sebagai bayani. Dalam kedudukannya sebagai bayani dalam
hubungannya dengan Al-Qur’an, ia menjalankan fungsi senagai berikut :
“Islam dibangun di atas lima perkara: persaksian bahwa tiada tuhan yang
berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah,
mendirikan salat, menunaikan zakat, pergi haji, dan puasa di bulan
Ramadhan”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Contoh menjelaskan arti kata dalam Al-Qur’an umpamanya kata shalat yang
masih samar artinya, karena dapat saja shalat itu berarti do’a sebagaimana yang biasa
dipahami secara umum waktu itu. Kemudian Nabi melakukan serangkaian perbuatan,
yang terdiri dari ucapan dan pebuatan secara jelas yang dimulai dari takbiratul ihram
dan berakhir dengan salam. Sesudah itu Nabi bersabda :inilah shalat itu, kerjakanlah
shalat sebagimana kamu melihat saya mengerjakan shalat.
Menetapkan suatu hukum dalam hadits yang secara jelas tidak terdapat dalam
Al-Qur’an. Dengan demikian kelihatan bahwa Hadits menetapkan sendiri hukumyang
tidak ditetapkan dalam Al-Qur’an. Fungsi hadits dalam bentuk ini disebut itsbat.
Sebenarnya bila diperhatikan dengan teliti akan jelas bahwa apa yang ditetapkan
hadits itu pada hakikatnya adalah penjelasan terhadap apa yang disinggung Al-Qur’an
atau memperluas apa yang disebutkan Al-Qur’an secara terbatas. Umpamanya Allah
SWT mengharamkan memakan bangkai, darah, dan daging babi. Larangan Nabi ini
menurut lahirnya dapat dikatakan sebagai hhukum baru yang ditetapkan oleh Nabi,
karena memang apa yang diharamkan Nabi ini secara jelas tidak terdapat dalam Al-
Qur’an. Tetapi kalau dipahami lebih lanjut larangan Nabi itu hanyalah sebagai
penjelasan terhadap larangan Al-Qur’anlah memakan sesuatu yang kotor.
As-Sunnah berfungsi sebagai penjelas Al-Qur’an dari apa yang bersifat global
dan umum. Seperti perintah shalat; maka bagaimana tatacaranya didapati dalam as
Sunnah. Oleh karena itu Nabi bersabda:
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (Bukhari no. 595)
3.1 Kesimpulan
Hadits menurut bahasa yaitu sesuatu yang baru, menunjukkan sesuatu yang
dekat atau waktu yang singkat. Hadits juga berartiberita yaitu sesuatu yang
diberitakan, diperbincangkan, dan dipindahkan dari seorang kepada orang lain. Hadits
menurut istilah syara’ ialah hal-hal yang datang dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa
Sallam, baik itu ucapan, perbuatan, atau pengakuan (taqrir). Sanad adalah sandaran
suatu hadits. Jalannya sanad bersambung sampai kepada matan, rawi-rawi, dari rawi
yang pertama sampai kepada rawi yang terakhir yaitu Sahabat Nabi. Matan adalah
materi atau lafaz hadits yang mengandung makna. Posisi matan dalam hadits
sangatlah penting karena dari matan tersebutlah adanya berita Nabi atau berita dari
Sahabat Nabi tentang Nabi, baik itu tentang syariat ataupun lainnya. Mukharrij adalah
orang yang mengeluarkan suatu hadis. Biasanya disebutkan pada bagian yang terakhir
suatu hadits. Jumhur ulama berpendapat bahwa hadits berkedudukan sebagai sumber
atau dalil kedua setelah Al-Qur’an dan mempunyai kekuatan untuk ditaati serta
mengikat untuk semua umat islam. As-Sunnah adalah sumber kedua setelah al
Qur’an. Bila kita tidak mendapatkan hukum dari suatu permasalahan dalam Al-
Qur’an maka kita merujuk kepada as-Sunnah dan wajib mengamalkannya jika kita
mendapatkan hukum tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Jamaril, S.Ag. (2017). Pengertian, Kedudukan, dan Fungsi Hadits. Diakses Pada 11
Maret 2023 Pukul 22:48 WIB dari
https://sumbar.kemenag.go.id/v2/post/1952/pengertian-kedudukan-dan-fungsi-
hadits.html
Redaksi Muslim.or.id. (2022). Fiqh Islam. Diakses Pada 12 Maret 2023 Pukul 11:25
WIB dari
https://muslim.or.id/83-fiqih-islam.html
Tarbiyahummah. (2011). IV. Hubungan Antara Al-Qur’an Dan As-Sunnah(3). Diakses
Pada 12 Maret 2023 Pukul 11:36 WIB dari
https://tarbiyahummah.wordpress.com/2011/01/13/iv-hubungan-antara-al-qur’an-dan-
as-sunnah3/
Shafta, Admin. (2021). Pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, Atsar, dan Hadits Qudsi.
Diakases Pada 13 Maret 2023 Pukul 21:39 dari
https://shafta.sch.id/pengertian-hadits-sunnah-khabar-atsar-dan-hadits-qudsi/
Ningrum, Lila Kusuma. (2016). Struktur Hadits: Sanad, Matan, Dan Mukharrij
(Rawi) Dan Contohnya. Diakses Pada 13 Maret 2023 Pukul 21:45 dari
https://liliakusumaningrum9.blogspot.com/2016/11/struktur-hadis-sanad-matan-
dan.html?m=1
Alawiyah. (2012). Pengertian Hadits, Sunnah, Khabar & Atsar Secara Bahasa dan
Istilah menurut Muhadditsin, Ushuliyyun dan Fuqoha. Diakses Pada 13 Maret 2023
Pukul 21:30 dari
http://alawiyahblog2.blogspot.com/2012/09/pengertian-hadits-sunnah-khabar-
atsar.html?m=1