Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ULUM AL-HADITS

“Hubungan Hadits Dengan Al-Qur’an”

Dosen Pengampu: H. Muh. Yunus Anwar, Lc., M.Ag

Disusun Oleh:
Khairunnisa (10120200021)

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebagai pencipta atas
segala kehidupan yang senantiasa memberikan rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan tugas makalah ini dengan judul “Hubungan Hadits
Dengan Al-Qur’an”.
Dalam kesempatan ini, kami juga ingin mengucapkan terima kasih dengan hati yang
tulus kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini semoga
Tuhan senantiasa membalas dengan kebaikan yang berlipat ganda.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
guna perbaiki dan kelengkapan penyusunan makalah ini. Harapan saya semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, 1 Oktober 2021

Khairunnisa

i|0021-Hubungan Hadist Dengan Al-Qur’an


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1

1.1. Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3

2.1. Pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, Dan Atsar..........................................................3

2.2. Bentuk-Bentuk Hadits.................................................................................................5

2.3. Kedudukan Hadits Terhadap Al-Qur’an....................................................................7

2.4. Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an............................................................................9

2.5. Perbandingan Hadits Dengan Al-Qur’an.................................................................11

BAB III PENUTUP......................................................................................................................13


3.1. Kesimpulan..............................................................................................................13
3.2. Saran.........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................14

ii | 0 0 2 1 - H u b u n g a n H a d i s t D e n g a n A l - Q u r ’ a n
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Secara global, sunnah sejalan dengan Al-qur’an, menjelaskan yang mubham,
merinci yang mujmal, membatasi yang mutlak, mengkhususkan yang umum dan
menguraikan hukum-hukum dan tujuan-tujuannya. Di samping membawa hukum-
hukum yang belum dijelaskan secara eksplisit oleh Al-qur’an yang isinya sejalan
dengan kaidah-kaidahnya dan merupakan realisasi dari tujuan dan sasarannya.
Dalam hukum Islam, Hadis menjadi sumber hukum kedua setelah Alqur`an
penetapan Hadis sebagai sumber keduaditunjukan oleh tiga hal, yaitu Al-qur`an
sendiri, kesepakatan (ijma`) ulama, dan logika akal sehat (ma`qul). Al qur`an
menunjuk nabi sebagai orang yang harus menjelaskan kepada manusia apa yang
diturunkan Allah, karena itu apa yang disampaikan Nabi harus diikuti, bahkan
perilaku Nabi sebagai rasul harus diteladani kaum muslimin sejak masa sahabat
sampai hari ini telah bersepakat untuk menetapkan hukum berdasarkan sunnah Nabi,
terutama yang berkaitan dengan petunjuk operasional.
Keberlakuan hadis sebagai sumber hukum diperkuat pula dengan kenyataan
bahwa Al-qur`an hanya memberikan garis- garis besar dan petunjuk umum yang
memerlukan penjelasan dan rincian lebih lanjut untuk dapat dilaksanakan dalam
kehidupan manusia. Karena itu, keabsahan hadis sebagai sumber kedua secara logika
dapat diterima.
Al-qur’an dan Hadis merupakan dua sumber hukum syari’at Islam yang tetap,
yang orang Islam tidak mungkin memahami syri’at Islam secara mendalam dan
lengkap dengan tanpa kembali kepada kedua sumber Islam tersebut. Al qur`an dan
hadis merupakan rujukan yang pasti dan tetap bagi segala macam perselisihan yang
timbul di kalangan umat islam sehingga tidak melahirkan pertentangan dan
permusuhan. Apabila perselisihan telah dikembalikan kepada ayat dan hadis, maka
walaupun masih terdapat perbedaan dalam penafsirannya, umat Islam seyogyanya
menghargai perbedaan tersebut.
Sebagaimana sering disebutkan bahwa Hadis merupakan catatan kehidupan
Rasulullah, maka teori besarnya, hadis berfungsi menjelaskan atau menjadi contoh
bagaimana melaksanakan ajaran Al-qur’an. Kalau Al-qur’an itu bersifat konsep, maka
hadith lebih bersifat operasional dan praktis. Dari pandangan umum, Al-qur’an dan
Sunnah merupakan dua sumber Islam. Al-qur’an yang didahulukan sedangkan As-
Sunnah melengkapinya, menerangkan dan menjelaskan apa yang sulit dipahami
manusia. Nabi Muhammad memberikan petunjuk melalui Hadis-nya dan memberikan
contoh untuk diikuti. Umat Muslim memandangnya sebagai suri teladan bagi Islam
dan ajaran-ajaranya tidak dapat dipisahkan dari ajaran-ajaran Al-qur’an.

1|0021-Hubungan Hadist Dengan Al-Qur’an


1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar?
2. Apa sajakah bentuk-bentuk Hadits?
3. Bagaimana kedudukan Hadist terhadap Al-Qur’an?
4. Apa fungsi Hadits terhadap Al-Qur’an?
5. Bagaimana perbandigan Hadits dengan Al-Qur’an?

BAB II

2|0021-Hubungan Hadist Dengan Al-Qur’an


PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, Dan Atsar

A. Hadits

Hadits (‫ )الحديث‬secara bahasa berarti Al-Jadiid (‫ )الجديد‬yang artinya adalah sesuatu


yang baru; yakni kebalikan dari Al-Qadiim (‫ديم‬CC‫ )الق‬yang artinya sesuatu lama.
Sedangkan hadits menurut istilah para ahli hadits adalah : 

‫ َأوْ َوصْ ف‬،‫ َأوْ تَ ْق ِري ٍْر‬،‫ َأوْ فِ ْع ٍل‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِم ْن قَوْ ٍل‬ ِ ‫َما ُأ‬
َ ‫ضيْفُ ِإلَى النَّبِ ِّي‬

Adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi


wasallam baik ucapan, perbuatan, persetujuan, maupun sifat. 

Dari definisi tersebut dapat kita ketahui bahwa hadits adalah segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam baik itu ucapan, perbuatan,
persetujuan, sifat fisik, maupun kepribadiannya.  

Hingga gerak dan diamnya ketika terbangun maupun tertidur juga disebut sebagai
hadits. Maka dari itu pengertian ini juga mencakup setiap keadaan Nabi Muhammad
shallallaahu ‘alaihi wasallam menurut para ahli hadits.

B. Sunnah

Sunnah (‫نة‬CC‫ )الس‬secara bahasa berarti As-Siirah Al-Muttaba’ah (‫يرة المتبعة‬CC‫ )الس‬yang
berarti jalan yang diikuti. Setiap jalan dan perjalanan yang diikuti dinamakan
sunnah, baik itu jalan yang baik maupun jalan yang buruk.

Adapun sunnah menurut istilah para ahli hadits adalah : Segala sesuatu yang dinukil
dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam baik itu ucapan, perbuatan, persetujuan,
sifat fisik, kepribadian, maupun perjalanan hidup, baik itu sebelum diutus maupun
sesudah diutus.

 Perbedaan antara Hadits dan Sunnah

Menurut prespektif ahli hadits, hadits adalah sesuatu yang diriwayatkan dari
Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam setelah kenabiannya. Sedangkan sunnah
pengertiannya lebih menyeluruh dan lebih umum. Karena sunnah juga
mencakup perjalanan hidup Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam sebelum
kenabiannya dan setelah kenabiannya.

3|0021-Hubungan Hadist Dengan Al-Qur’an


C. Khabar

Khabar (‫ )الخبر‬secara bahasa berarti An-Naba’ (‫ )النبأ‬yang berarti kabar atau berita1.
Adapun secara istilah khabar ini semakna dengan hadits sehingga memiliki definisi
yang sama dengan hadits.  

Namun, menurut pendapat yang lain menyatakan bahwa khabar ini lebih umum dari
pada hadits. Sehingga definisi khabar adalah segala sesuatu yang disandarkan
kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dan juga kepada selain beliau. Syaikh
Utsaimin mengatakan : 

‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َوِإلَى َغي ِْر ِه‬ ِ ‫ْالخَ بَ ُر َما ُأ‬
َ ‫ضيْفُ ِإلَى النَّبِ ِّي‬

Khabar adalah segala sesuatu yang disandarkan pada Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam dan juga disandarkan kepada selainnya.

D. Atsar

Atsar (‫ )األثر‬secara bahasa berarti Baqiyyatu Asy-Syaii’ (‫ )بقية الشيء‬yang berarti sisa
dari sesuatu2, atau jejak. Adapun secara istilah, atsar adalah: 

‫ص َحابِي َأوْ التَّابِ ِعي‬ ِ ‫َما ُأ‬


َّ ‫ضيْفُ ِإلَى ال‬

Segala sesuatu yang disandarkan pada sahabat atau tabi’in

Adakalanya atsar juga didefinisikan dengan segala sesuatu yang disandarkan kepada
Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam. Namun biasanya penyebutannya disandarkan
dengan redaksi “dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam” sehingga penyebutannya
seperti ini : 

َ ‫َوفِي اَأْلثَ ِر ع َِن النَّبِ ِّي‬


‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬

Dalam sebuah atsar dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam . . .

1
Ibn
Manzhūr,
Lisān, vol.2,
no. 14, 1090;
al-Fayrūz
Ābādī, al-

2.2. Bentuk-Bentuk Hadits

4|0021-Hubungan Hadist Dengan Al-Qur’an


Berikut ini adalah penjelasan lengkap beserta contoh dari bentuk-bentuk hadits sebagai
berikut.
A. Hadits Qouli
Hadits qouli adalah segala bentuk perkataan atau ucapan yang disandarkan
kepada Nabi SAW.
Dengan kata lain, hadits qouli adalah hadits berupa perkataan Nabi SAW yang
berisi berbagai tuntunan dan petunjuk syara’, peristiwa, dan kisah, baik yang
berkaitan dengan aspek akidah, syariat, ataupun akhlak.
Contoh Hadits Qouli
Diantara contoh hadits qouli adalah hadis yang berkaitan tentang kecaman
Rasul kepada orang-orang yang mencoba memalsukan hadis-hadis yang berasal dari
Rasulullah SAW.

‫سلَّ َم َمنْ َك َذ َب َعلَ َّي ُمتَ َع ِّمدًا فَ ْليَتَبَ َّوْأ َم ْق َع َدهُ ِمنْ النَّا ِر‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫َأبِي ُه َر ْي َرةَ قَا َل قَا َل َر‬
َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬

Dari Abu Hurairah dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam


bersabda: “Barangsiapa berdusta atas namaku maka hendaklah dia menempati
tempat duduknya dari neraka.” (HR. Muslim No. 4)

B. Hadits Fi’li
Pengertian hadits fi’li adalah segala perbuatan yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW.
Dalam hadits fi’li tersebut terdapat berita tentang perbuatan Nabi Muhammad
SAW, yang menjadi anutan perilaku para sahabat pada saat itu dan menjadi
keharusan bagi seluruh umat Islam untuk mengikutinya.
Hadits yang termasuk kategari ini diantaranya adalah hadis-hadis yang di
dalamnya terdapat kata-kata kanayaksimu atau ra’atul ra’aina.
Contoh Hadits Fi’li

ْ‫شةَ قَالَت‬ َ ‫وب عَنْ َأبِي قِاَل بَةَ عَنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َي ِزي َد ا ْل َخ ْط ِم ِّي عَنْ عَاِئ‬ َ ‫س َم ِعي َل َح َّدثَنَا َح َّما ٌد عَنْ َأ ُّي‬ ْ ‫سى بْنُ ِإ‬ َ ‫َح َّدثَنَا ُمو‬
‫س ِمي فِي َما َأ ْملِ ُك فَاَل تَلُ ْمنِي فِي َما تَ ْملِ ُك َواَل‬ ْ َ‫س ُم فَيَ ْع ِد ُل َويَقُو ُل اللَّ ُه َّم َه َذا ق‬
ِ ‫سلَّ َم يَ ْق‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬
ُ ‫َكانَ َر‬
‫َأ ْملِ ُك قَا َل َأبُو دَا ُود َي ْعنِي ا ْلقَ ْل َب‬

Telah menceritakan kepada kami [Musa bin Isma’il], telah menceritakan kepada
kami [Hammad] dari [Ayyub] dari [Abu Qilabah] dari [Abdullah bin Yazid Al
Khathmi] dari [Aisyah], ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
memberikan pembagian dan berbuat adil dalam membagi, dan beliau berkata: “Ya
Allah, inilah pembagianku yang aku mampu, maka janganlah Engkau cela aku pada
sesuatu yang Engkau mampu dan tidak aku mampu.” Abu Daud berkata; yaitu hati.
(HR. Abu Daud No. 1882)

C. Hadits Taqriri

5|0021-Hubungan Hadist Dengan Al-Qur’an


Hadits taqriri adalah hadits berupa ketetapan Nabi Muhammad SAW terhadap
apa yang datang atau dilakukan oleh para sahabatnya.
Nabi Muhammad SAW membiarkan atau mendiamkan suatu perbuatan yang
dilakukan oleh para sahabatnya, tanpa memberikan penegasan, apakah beliau
membenarkan atau mempermasalahkannya.
Sikap Nabi yang demikian tersebut dijadikan dasar oleh para sahabat sebagai
dalil taqriri, yang dapat dijadikan hujah atau memiliki kekuatan hukum untuk
menetapkan suatu kepastian Syara’.
Contoh Hadits Taqriri
Diantara contoh hadis taqriri adalah sikap Rasulullah SAW yang membiarkan
para sahabat dalam menafsirkan sabdanya tentang shalat pada suatu peperangan,
yaitu sebagai berikut.

‫ص َر ِإاَّل ِفي‬ْ ‫صلِّيَنَّ َأ َح ٌد ا ْل َع‬ ِ ‫سلَّ َم يَ ْو َم اَأْل ْحزَ ا‬


َ ُ‫ب اَل ي‬ َ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْن ُه َما قَا َل قَا َل النَّبِ ُّي‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ ِ ‫عَنْ ا ْب ِن ُع َم َر َر‬
‫صلِّي لَ ْم يُ ِر ْد‬َ ُ‫ض ُه ْم بَ ْل ن‬ ُ ‫صلِّي َحتَّى نَْأتِيَ َها َوقَا َل بَ ْع‬ َ ُ‫ض ُه ْم اَل ن‬ ُ ‫يق فَقَا َل بَ ْع‬
ِ ‫ص َر فِي الطَّ ِر‬ ُ ‫َبنِي قُ َر ْيظَةَ فََأ ْد َر َك َب ْع‬
ْ ‫ض ُه ْم ا ْل َع‬
‫سلَّ َم فَلَ ْم يُ َعنِّفْ َوا ِحدًا ِم ْن ُه ْم‬ َ ‫ِمنَّا َذلِ َك فَ ُذ ِك َر َذلِكَ لِلنَّبِ ِّي‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬

Dari Ibnu ‘Umar radliallahu ‘anhuma, ia berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi


wasallam bersabda ketika perang al-Ahzab: “Janganlah seseorang melaksanakan
shalat ‘Ashar kecuali di perkampungan Bani Quraizhah.” Setelah berangkat,
sebagian dari pasukan melaksanakan shalat ‘Ashar di perjalanan sementara
sebagian yang lain berkata; “Kami tidak akan shalat kecuali setelah sampai di
perkampungan itu.” Sebagian yang lain beralasan; “Justru kita harus shalat,
karena maksud beliau bukan seperti itu.” Setelah kejadian ini diberitahukan kepada
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau tidak menyalahkan satu pihakpun.” (HR.
Al-Bukhari No. 3810)

D. Hadits Hammi
Hadits hammi adalah hadis yang berupa keinginan atau hasrat Nabi
Muhammad SAW yang belum terealisasikan, seperti halnya hasrat berpuasa tanggal
9 ‘Asyura.
Contoh Hadits Hammi

ُ‫ش َّي َح َّدثَهُ َأنَّه‬ ِ ‫س َم ِعي َل بْنَ ُأ َميَّةَ ا ْلقُ َر‬


ْ ‫وب َأنَّ ِإ‬
َ ُّ‫ب َأ ْخبَ َرنِي يَ ْحيَى بْنُ َأي‬ ٍ ‫ي َح َّدثَنَا ابْنُ َو ْه‬ ُّ ‫سلَ ْي َمانُ بْنُ دَا ُو َد ا ْل َم ْه ِر‬ ُ ‫َح َّدثَنَا‬
‫ُورا َء‬َ ‫سلَّ َم يَ ْو َم عَاش‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬َ ‫صا َم النَّبِ ُّي‬
َ َ‫س يَقُو ُل ِحين‬ ٍ ‫س ِمعْتُ َع ْب َد هَّللا ِ بْنَ َعبَّا‬ َ ‫س ِم َع َأبَا َغطَفَانَ يَقُو ُل‬ َ
‫سلَّ َم فَِإ َذا‬َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬ ُ ‫صا َرى فَقَا َل َر‬ َ َّ‫سو َل هَّللا ِ ِإنَّهُ يَ ْو ٌم تُ َعظِّ ُمهُ ا ْليَ ُهو ُد َوالن‬ ُ ‫صيَا ِم ِه قَالُوا يَا َر‬ ِ ِ‫َوَأ َم َرنَا ب‬
‫سلَّ َم‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬ُ ‫ت ا ْل َعا ُم ا ْل ُم ْقبِ ُل َحتَّى تُ ُوفِّ َي َر‬ ‫ْأ‬
ِ َ‫س ِع فَلَ ْم ي‬ ِ ‫ص ْمنَا يَ ْو َم التَّا‬ ُ ‫َكانَ ا ْل َعا ُم ا ْل ُم ْقبِ ُل‬

Telah menceritakan kepada kami [Sulaiman bin Daud Al Mahri], telah


menceritakan kepada kami [Ibnu Wahb], telah mengabarkan kepadaku [Yahya bin
Ayyub], bahwa [Isma’il bin Umayyah Al Qurasyi] telah menceritakan kepadanya
bahwa ia telah mendengar [Abu Ghatafan] berkata; saya mendengar [Abdullah bin
Abbas] ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada hari ‘Asyura ia
berkata; dan beliau memerintahkan kami agar berpuasa pada hari tersebut. Para

6|0021-Hubungan Hadist Dengan Al-Qur’an


sahabat kertanya; wahai Rasulullah, itu adalah hari dimana orang-orang yahudi
dan nashrani mengagungkannya. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Apabila tahun depan maka kita akan berpuasa pada hari
kesembilan.” Kemudian belum datang tahun depan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam telah meninggal dunia. (HR. Abu Dawud No. 2089)

E. Hadits Ahwali
Hadits ahwali adalah hadis yang berupa hal ikhwal Nabi Muhammad SAW
yang tidak termasuk ke dalam kategori ini adalah hadits-hadits yang menyangkut
sifat-sifat dan kepribadian, serta keadaan fasik Nabi SAW.
Contoh Hadits Ahwali
Sifat Nabi Muhammad SAW diceritakan dalam hadits yang diriwayatkan oleh
Annas bin Malik, sebagai berikut.

‫س ُخـــلُـــقًا‬ َ ‫س ْو ُل هللاَ َأ ْح‬


ِ ‫سنَ النَّا‬ ُ ‫َكانَ َر‬

Rasulullah adalah manusia yang terbaik akhlaknya (HR. Muslim)

Tentang kedaan disik Rasulullah SAW dijelaskan dalam hadits berikut.

ِ ‫س َوَأش َْج َع النَّا‬


‫س‬ ِ ‫س َوَأ ْج َم َل النَّا‬
ِ ‫َكانَ َأ ْج َو َد النَّا‬

\Beliau adalah orang yang paling dermawan, paling tampan dan paling pemberani
(HR al-Bukhâri dan Muslim)

2.3. Kedudukan Hadits Terhadap Al-Qur’an


Bagi umat Islma kedudukan hadits sebagai sumber utama kedua ajaran Islam
tidak lagi diperdebatkan, karena sudah sangat jelas, landasanya baik dari Al-Qur’an
maupun dari dasar logika.
Sebagai sumber hukum kedua yang digunakan dalam Islam, maka Hadis tentunya
memiliki kedudukan tersendiri. Banyak dari sumber-sumber hukum yang juga berasal
dari nash di dalam hadits, namun tidak dirincikan dalam Al-Qur’an ataupun boleh juga
tidak ditemukanya ayat yang membicarakanya secara tegas dalam Al-Qur’an.
Al-Suyuthi dan al-Qismi sendiri tanpaknya sepakat bahwa paling tidak ada empat
argument rasional mengenai kedudukan Hadits terhadap Al-Qur’an yaitu:
1. Al-Qur’an harus lebih diutamakan terlebih dahulu ketimbang Hadits, hal ini
karena Al-Qur’an sendiri bersifat qath’i dan Hadits bersifat dzanni.
2. Hadits merupakan penjabaran dari Al-Qur’an, sehingga dapat dijelaskan bahwa
penjabar kedudukanya pasti lebih rendah dibandingkan pada nash yang
dijabarkanya.

7|0021-Hubungan Hadist Dengan Al-Qur’an


3. Ada beberapa hadits dan atsar yang menjelaskan urutan serta kedudukan As-
Sunnah terhadap Al-Qur’an. Salah satu contoh yang dapat diambil adalah dari
percakapan Rasulullah SAW dengan Mu’az bin Jabal yang akan diutus ke negeri
Yaman sebagai qadli. Nabi bertanya: “Dengan apa kau putuskan suatu perkara?”
Mu’az menjawab, “Dengan kitab Allah”. Jika tidak ditemukan dalam Al-Qur’an
barulah dari hadits dan setelah itu menggunakan ijtihad.
4. Al-Qur’an saebagai wahyu dari sang pencipta, sedangkan hadits berasal dari
hambanya. Dapat diterima secara logika, jika pencipta pastinya memiliki
kedudukan lebih tinggi dibandingkan hamba yang menjadi utusan dari sang
pencipta itu sendiri, sehingga kedudukan Al-Qur’an yang merupakan kalam ilahi
diletakan sebagai sumber hukum Islam yang pertama dalam Islam. Sedangkan
Hadits ditempatkan pada bagian kedua setelah Al-Qur’an.
Selain dari pernyataan di atas, kedudukan Hadits terhadap Al-Qur’an juga dapat
dipahami dengan tekstual yang berasal dari Al-Qur’an itu sendiri, sebagai contoh:
Surat An-Nisa ayat 59

‫ فَ ِإ ْن‬Cۖ ‫ول َو ُأو يِل اَأْل ْم رِ ِم ْن ُك ْم‬ َّ ‫آم نُ وا َأطِيعُ وا اللَّ هَ َو َأطِيعُ وا‬
َ ‫الر ُس‬ َ ‫ِين‬ َّ
َ ‫يَا َأيُّ َه ا ال ذ‬
َ ُ‫ول ِإ ْن ُك ْن تُ ْم ُت ْؤ مِن‬
‫ون بِاللَّ هِ َو الْ َي ْو ِم‬ َّ ‫َت نَ َاز ْع تُ ْم يِف َش ْي ٍء َف ُر ُّد وهُ ِإ ىَل اللَّ هِ َو‬
ِ ‫الر ُس‬
‫َأح َس ُن تَ ْأ وِي اًل‬ َ ‫ َٰذ ل‬Cۚ ِ‫ ا آْل ِخ ر‬ 
ْ ‫ِك َخ ْي ٌر َو‬
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Selain itu, kedudukan hadits terhdap Al-Qur’an juga dijelaskan dalam surat yasng sama
ayat 80 berbunyi:

َ َ‫ َو َم ْن َت َو ىَّل ٰ فَ َم ا َْأر َس ْل ن‬Cۖ َ‫اع اللَّ ه‬


‫اك َع لَ ْي ِه ْم َح فِيظًا‬ َ َ‫ول َف َق ْد َأط‬
َ ‫الر ُس‬
َّ ‫ِع‬
ِ ‫َم ْن يُط‬

Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah. dan
Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka Kami tidak mengutusmu untuk
menjadi pemelihara bagi mereka.

8|0021-Hubungan Hadist Dengan Al-Qur’an


2.4. Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an
Secara umum, dapat dikatakan bahwa fungsi hadits dipandang dari kedudukanya
terhadap Al-Qur’an, maka hadits memiliki fungsi menjelaskan makna dan ayat–ayat
yang terdapat dalam Al-Qur’an yang maknanya sangat dalam dan universal.
Para ulama sepakat, bahwasanya paling tidak ada empat fungsi hadits terhadap
Al-Qur’an, mulai sebagai penguat, pemberi penjelasan, penetapan hukum yang belum
ditemukan dalam Al-Qur’an secara terang atau dzohir, mapun berfungsi sebagai
penghapus hukum yang ada di dalam Al-Qur’an.

1. Bayan Taqrir
Fungsi hadits sebagai penguat terhadap ayat-ayat yang terdapat di dalam Al-
Qur’an. Dapat diartikan pula, bahwa hadits menjelaskan apa yang telah dijelaskan
dalam Al-Qur’an, misalnya menjelaskan menegnai zakat, haji, sholat, dan lain-lain.
Sebagai contoh dapat kita lihat pada QS. Al-baqarah : 110 di bawa ini:

‫ ِإ َّن‬Cۗ ِ‫ َو َم ا ُت َق ِّد ُم وا َأِل ْن ُف ِس ُك ْم ِم ْن َخ رْيٍ جَتِ ُد وهُ ع ِْن َد اللَّ ه‬Cۚ ‫اة‬ َّ ‫الص اَل َة َو آتُوا‬
َ ‫الز َك‬ َّ ‫ِيم وا‬ ُ ‫َو َأق‬
ٌ‫ص ري‬ َ ُ‫اللَّ هَ مِب َ ا َت ْع َم ل‬
ِ َ‫ون ب‬

Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu
usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah.
Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.

Ayat di atas kemudian dipertegaskan oleh hadits Rasulullah SAW, yang bearti:

“Islam itu adalah engkau beribadah kepada Allah SWT, tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu apapun, mendirikan sholat, menunaikan zakat yang difardhukan,
berpuasa di bulan Ramadhan, dan mengerjakan haji di baitullah”

2. Bayan Tafsir
Menurut Abdul Nata (1993) Hadits mempunyai fungsi sebagai penafsiran
ataupun pentafshilan terhadap ayat Al-Qur’an mengutarakan bahwa sunah itu
menjelaskan atau memperinci kemujmalan Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an bersifat
Mujmal (Global), maka agar ia dapat berlaku sepanjang masa dan dalam keadaan
bagaimanapun diperlukan penafsiran. Untuk itu juga diperlukan al-Sunnah.
Perlu untuk diketahui, bahwa fungsi sebagai perinci ini merupakan fungsi yang
terbanyak pada umumnya. Kemudian, fungsi hadits dalam menafsirkan ayat-ayat Al-
Qur’an dapat dibagi lagi dalam tiga garis besar.

9|0021-Hubungan Hadist Dengan Al-Qur’an


a. Tafshil Al-Mujmal
Hadits memberikan penjelasan terhadap ayat-ayat yang bersifat global, baik itu dalam
hal ibadah maupun hukum. Dalam hal ibadah, dapat kita ambil contoh bahwa dalam
Al-Qur’an hanya disebutkan ayat mengenai perintah untuk mendirikan sholat, namun
kemudian menegnai tata cara, waktu, jumlah raka’at kita dapat mengetahuinya melalui
hadits. Misalnya pada hadits nabi berikut ini:
“Sholatlah sebagaimana engkau melihat aku sholat”. (HR.Bukhari)

b. Takhshish Al-Amm
Hadits yang mengkhususkan pada ayat-ayat yang bersifat umum, sebagian ulama
menyebutnya lagi sebagai bayan takhshish.1[5] Salah satu contoh hadits yang
mengkhususkan pada ayat-ayat yang bersifat umum adalah penjelasan mengenai surat
An-Nisa ayat 11;

َّ ‫ ل‬Cۖ ‫ِك م‬
ِّ ‫ِلذ َك رِ مِثْ ل َح‬
 Cۚ ِ ‫ظ اُأْل ْن َث َي نْي‬ ُ ْ ُ ‫يك ُم اللَّ هُ يِف َْأو اَل د‬
ُ ‫وص‬
ِ ُ‫ي‬
Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu bahagian
seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan.

Ayat di atas bersifat umum, kemudian dikhususkan oleh nabi dengan menyatakan
bahwa seorang anak yang telah membunuh orang tuanya tidak berhak atas warisan
tersebut seperti yang dikatakan dalam hadits di bawah ini:

“Pembunuh tidak dapat mewarisi (harta pusaka). (HR. At-Tirmidzi)

c. Taqyid Al-Muthlaq
Hadits membatasi kemutlakan ayat-ayat Al-Qur’an. Artinya keterangan yanga ada di
Al-Qur’an seacara mutlak kemudian dijelaskan oleh hadits dan diberikan batasan-
batasan mengenai kemutlakanya.
Contoh yang nyata adalah masalah hukum pemotongan tangan yang diberlakukan
untuk pencuri. Di dalam Al-Qur’an tidak dijelaskan mengenai batasan potongan tangan
tersebut, apakah di potong pada pergelangan tangan, lengan, bahkan sampai pundak.
Hal ini dijelaskan lagi dalam hadits bahwa potong tangan tersebut dilakukan sampai
lengan saja.

3. Bayan Naskhi
Maksud dari Bayan Naskhi adalah As-Sunnah berfungsi menjelaskan mana
ayat yang manasakh dan mana ayat yang dimansukh yang secara lahiriah
bertentangan. Bayan Naskh ini sering juga disebut sebagai bayan tabdil, yaitu
mengganti suatu hukum atau menghapuskanya.
Contoh dari Bayan Nasikh terdapat dalam penjelasan Al-Qur’an suarah Al-
Baqarah ayat 180:

10 | 0 0 2 1 - H u b u n g a n H a d i s t D e n g a n A l - Q u r ’ a n
Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda)
maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, Berwasiat untuk ibu-bapak dan
karib kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang
bertakwa.

Ayat di atas di-naskh dengan hadits nabi yang berarti:


“Sesungguhnya Allah memberikan hak pada setiap yang mempunyai hak dan tidak
adawasiat itu wajib bagi waris” (HR. An-Nasa’i)

4. Bayan Tasyri’i
Makna dari fungsi hadits sebagai Bayan Tasyri’i yaitu hadits menjadi salah
satu yang menciptakan hukum syariat. Dalam hadits terdapat hukum-hukum yang
tidak dijelaskan dalam Al-Qur’an, sehingga kedudukanya tidak lagi menjadi penjelas
ataupun penguat ayat-ayat yang terdapat dalam Al-Qur’an, tetapi sunnah sendirilah
yang menjelaskan sebagai dalil atau ia menjelaskan yang tersirat dalam Al-Qur’an.

2.5. Perbandingan Hadits Dengan Al-Qur’an


Al-Quran dan Hadis adalah dua hal yang memiliki persamaan kuat namun juga
berbeda secara prinsip. Al-Quran adalah wahyu Allah SWT yang makna dan lafalnya
dari Allah SWT. Sementara Hadis adalah juga wahyu Allah SWT di mana maknanya
dari Allah namun lafal atau redaksi perkatannya dari Rasulullah SAW.
Perbandingan dimaksud adalah persamaan dan perbedaan keduanya berasal dari
bentuk penyampaiannya berbeda, yaitu:

A. Persamaan
Dari pengertian Al-Quran dan Hadis di atas kita bisa menyebutkan bahwa
PERSAMAAN keduanya adalah sama-sama wahyu atau firman dari Allah SWT.

B. Perbedaan
Adapun PERBEDAAN keduanya dirinci sebagai berikut:

1. Al-Quran kalam atau wahyu Allah SWT yang makna dan lafalnya datang dari
Allah. Sementara Hadis Qudsi juga kalam atau wahyu Allah namun hanya
makna yang datang dari Allah SWT, adapun lafal dan redaksi penyampaian dari
nabi Muhammad SAW.
2. Al-Quran dikategorikan sebagai mukjizat namun tidak demikian dengan hadis
al-qudsi.
3. Ayat-ayat Al-Quran jelas dinisbatkan kepada Allah SWT sehingga apabila kita
mengutip Al-Quran maka perkataannya adalah ‘Allh SWT berfirman..’.
Sementara Hadis Qudsi disandarkan kepada Rasulullah sehingga redaksi
pengutipannya seperti ‘Rasulullah bersabda bahwa Allah SWT berfirman..” dan
sebagainya.

11 | 0 0 2 1 - H u b u n g a n H a d i s t D e n g a n A l - Q u r ’ a n
4. Membaca ayat-ayat Al-Quran adalah dikategorikan ibadah atay aktivitas
ta’abbud. Sementara hadis qudsi tidak, meski mereka yang mempelajarinya
mendapat pahala juga.

BAB III

PENUTUP

12 | 0 0 2 1 - H u b u n g a n H a d i s t D e n g a n A l - Q u r ’ a n
3.1. Kesimpulan
Hadits ialah sesuatu yang berasal dari Rasulullah SAW, baik berupa,
perkataan, perbuatan, maupun penetapan pengakuan. Sedangkan Al-Qur’an adalah
firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. dalam bahasa arab
yang dirawayatkan secara mutawir dan membacanya adalah ibadah. Hadits
merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an. Sehingga hadits memiliki
berbagai fungsi, yaitu sebagai Bayan Taqrir, Bayar Tafsir, Bayan Tasyri, juga Bayan
Nasakh.
Meskipun demikian, hadits dan Al-Qur’an memiliki beberapa perbandingan.
Diantaranya, Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang disampaikan secara mutawatir,
sedangkan hadits adalah dari nabi yang tidak semuanya diriwayatkan secara
mutawatir.

3.2. Saran
Saya sebagai penulis makalah ini, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali
kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggung
jawabkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.

DAFTAR PUSTAKA

13 | 0 0 2 1 - H u b u n g a n H a d i s t D e n g a n A l - Q u r ’ a n
Synaoo. (2020). Bentuk-Bentuk Hadits Beserta Contohnya. Diakses pada 1 Oktober 2021,
dari https://www.synaoo.com/bentuk-bentuk-hadits-beserta-contohnya/
Sekolah Islam Shafta. (2021). Pengertian Hadits, Sunnah, Khabaj, Atsar, Dan Hadits Qudsi.
Diakses pada 1 Oktober 2021, dari https://shaftasby.sch.id/berita-1799-pengertian-
hadits-sunnah-khabar-atsar-dan-hadits-qudsi.html
Jailani Ansera, (2018). Fungsi Dan Kedudukan Hadits Dalam Al-Qur’an. Diakses pada 1
Oktober 2021, dari http://jailaniansera.blogspot.com/2018/10/fungsi-dan-kedudukan-
hadis-dalam-al.html
Varlord, (2018). Al-Qur’an dan Hadits. Diakses pada 1 Oktober 2021, dari
https://brainly.co.id/tugas/14097235
Djuned, Daniel. 2010. Ilmu Hadits Paradigma Baru dan Rekontruksi Ilmu Hadits. Surabaya:
Erlangga

Khon, Abdul Majid. 2008. Ulumul Hadis. Jakarta: Amzah

Nata, Abdullah. 1993. Al-Qur’an dan Hadits (Dirasah Islamiyah I). Jakarta: Raja Grafindo
Persada

14 | 0 0 2 1 - H u b u n g a n H a d i s t D e n g a n A l - Q u r ’ a n

Anda mungkin juga menyukai