Disusun Oleh:
Khairunnisa (10120200021)
MAKASSAR
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebagai pencipta atas
segala kehidupan yang senantiasa memberikan rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan tugas makalah ini dengan judul “Hubungan Hadits
Dengan Al-Qur’an”.
Dalam kesempatan ini, kami juga ingin mengucapkan terima kasih dengan hati yang
tulus kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini semoga
Tuhan senantiasa membalas dengan kebaikan yang berlipat ganda.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
guna perbaiki dan kelengkapan penyusunan makalah ini. Harapan saya semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Khairunnisa
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
ii | 0 0 2 1 - H u b u n g a n H a d i s t D e n g a n A l - Q u r ’ a n
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
A. Hadits
َأوْ َوصْ ف، َأوْ تَ ْق ِري ٍْر، َأوْ فِ ْع ٍل،صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِم ْن قَوْ ٍل ِ َما ُأ
َ ضيْفُ ِإلَى النَّبِ ِّي
Dari definisi tersebut dapat kita ketahui bahwa hadits adalah segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam baik itu ucapan, perbuatan,
persetujuan, sifat fisik, maupun kepribadiannya.
Hingga gerak dan diamnya ketika terbangun maupun tertidur juga disebut sebagai
hadits. Maka dari itu pengertian ini juga mencakup setiap keadaan Nabi Muhammad
shallallaahu ‘alaihi wasallam menurut para ahli hadits.
B. Sunnah
Sunnah (نةCC )السsecara bahasa berarti As-Siirah Al-Muttaba’ah (يرة المتبعةCC )السyang
berarti jalan yang diikuti. Setiap jalan dan perjalanan yang diikuti dinamakan
sunnah, baik itu jalan yang baik maupun jalan yang buruk.
Adapun sunnah menurut istilah para ahli hadits adalah : Segala sesuatu yang dinukil
dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam baik itu ucapan, perbuatan, persetujuan,
sifat fisik, kepribadian, maupun perjalanan hidup, baik itu sebelum diutus maupun
sesudah diutus.
Menurut prespektif ahli hadits, hadits adalah sesuatu yang diriwayatkan dari
Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam setelah kenabiannya. Sedangkan sunnah
pengertiannya lebih menyeluruh dan lebih umum. Karena sunnah juga
mencakup perjalanan hidup Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam sebelum
kenabiannya dan setelah kenabiannya.
Khabar ( )الخبرsecara bahasa berarti An-Naba’ ( )النبأyang berarti kabar atau berita1.
Adapun secara istilah khabar ini semakna dengan hadits sehingga memiliki definisi
yang sama dengan hadits.
Namun, menurut pendapat yang lain menyatakan bahwa khabar ini lebih umum dari
pada hadits. Sehingga definisi khabar adalah segala sesuatu yang disandarkan
kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dan juga kepada selain beliau. Syaikh
Utsaimin mengatakan :
صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َوِإلَى َغي ِْر ِه ِ ْالخَ بَ ُر َما ُأ
َ ضيْفُ ِإلَى النَّبِ ِّي
Khabar adalah segala sesuatu yang disandarkan pada Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam dan juga disandarkan kepada selainnya.
D. Atsar
Atsar ( )األثرsecara bahasa berarti Baqiyyatu Asy-Syaii’ ( )بقية الشيءyang berarti sisa
dari sesuatu2, atau jejak. Adapun secara istilah, atsar adalah:
Adakalanya atsar juga didefinisikan dengan segala sesuatu yang disandarkan kepada
Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam. Namun biasanya penyebutannya disandarkan
dengan redaksi “dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam” sehingga penyebutannya
seperti ini :
1
Ibn
Manzhūr,
Lisān, vol.2,
no. 14, 1090;
al-Fayrūz
Ābādī, al-
سلَّ َم َمنْ َك َذ َب َعلَ َّي ُمتَ َع ِّمدًا فَ ْليَتَبَ َّوْأ َم ْق َع َدهُ ِمنْ النَّا ِر
َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو ُ َأبِي ُه َر ْي َرةَ قَا َل قَا َل َر
َ ِ سو ُل هَّللا
B. Hadits Fi’li
Pengertian hadits fi’li adalah segala perbuatan yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW.
Dalam hadits fi’li tersebut terdapat berita tentang perbuatan Nabi Muhammad
SAW, yang menjadi anutan perilaku para sahabat pada saat itu dan menjadi
keharusan bagi seluruh umat Islam untuk mengikutinya.
Hadits yang termasuk kategari ini diantaranya adalah hadis-hadis yang di
dalamnya terdapat kata-kata kanayaksimu atau ra’atul ra’aina.
Contoh Hadits Fi’li
ْشةَ قَالَت َ وب عَنْ َأبِي قِاَل بَةَ عَنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َي ِزي َد ا ْل َخ ْط ِم ِّي عَنْ عَاِئ َ س َم ِعي َل َح َّدثَنَا َح َّما ٌد عَنْ َأ ُّي ْ سى بْنُ ِإ َ َح َّدثَنَا ُمو
س ِمي فِي َما َأ ْملِ ُك فَاَل تَلُ ْمنِي فِي َما تَ ْملِ ُك َواَل ْ َس ُم فَيَ ْع ِد ُل َويَقُو ُل اللَّ ُه َّم َه َذا ق
ِ سلَّ َم يَ ْق
َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو
َ ِ سو ُل هَّللا
ُ َكانَ َر
َأ ْملِ ُك قَا َل َأبُو دَا ُود َي ْعنِي ا ْلقَ ْل َب
Telah menceritakan kepada kami [Musa bin Isma’il], telah menceritakan kepada
kami [Hammad] dari [Ayyub] dari [Abu Qilabah] dari [Abdullah bin Yazid Al
Khathmi] dari [Aisyah], ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
memberikan pembagian dan berbuat adil dalam membagi, dan beliau berkata: “Ya
Allah, inilah pembagianku yang aku mampu, maka janganlah Engkau cela aku pada
sesuatu yang Engkau mampu dan tidak aku mampu.” Abu Daud berkata; yaitu hati.
(HR. Abu Daud No. 1882)
C. Hadits Taqriri
D. Hadits Hammi
Hadits hammi adalah hadis yang berupa keinginan atau hasrat Nabi
Muhammad SAW yang belum terealisasikan, seperti halnya hasrat berpuasa tanggal
9 ‘Asyura.
Contoh Hadits Hammi
E. Hadits Ahwali
Hadits ahwali adalah hadis yang berupa hal ikhwal Nabi Muhammad SAW
yang tidak termasuk ke dalam kategori ini adalah hadits-hadits yang menyangkut
sifat-sifat dan kepribadian, serta keadaan fasik Nabi SAW.
Contoh Hadits Ahwali
Sifat Nabi Muhammad SAW diceritakan dalam hadits yang diriwayatkan oleh
Annas bin Malik, sebagai berikut.
\Beliau adalah orang yang paling dermawan, paling tampan dan paling pemberani
(HR al-Bukhâri dan Muslim)
فَ ِإ ْنCۖ ول َو ُأو يِل اَأْل ْم رِ ِم ْن ُك ْم َّ آم نُ وا َأطِيعُ وا اللَّ هَ َو َأطِيعُ وا
َ الر ُس َ ِين َّ
َ يَا َأيُّ َه ا ال ذ
َ ُول ِإ ْن ُك ْن تُ ْم ُت ْؤ مِن
ون بِاللَّ هِ َو الْ َي ْو ِم َّ َت نَ َاز ْع تُ ْم يِف َش ْي ٍء َف ُر ُّد وهُ ِإ ىَل اللَّ هِ َو
ِ الر ُس
َأح َس ُن تَ ْأ وِي اًل َ َٰذ لCۚ ِ ا آْل ِخ ر
ْ ِك َخ ْي ٌر َو
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Selain itu, kedudukan hadits terhdap Al-Qur’an juga dijelaskan dalam surat yasng sama
ayat 80 berbunyi:
Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah. dan
Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka Kami tidak mengutusmu untuk
menjadi pemelihara bagi mereka.
1. Bayan Taqrir
Fungsi hadits sebagai penguat terhadap ayat-ayat yang terdapat di dalam Al-
Qur’an. Dapat diartikan pula, bahwa hadits menjelaskan apa yang telah dijelaskan
dalam Al-Qur’an, misalnya menjelaskan menegnai zakat, haji, sholat, dan lain-lain.
Sebagai contoh dapat kita lihat pada QS. Al-baqarah : 110 di bawa ini:
ِإ َّنCۗ ِ َو َم ا ُت َق ِّد ُم وا َأِل ْن ُف ِس ُك ْم ِم ْن َخ رْيٍ جَتِ ُد وهُ ع ِْن َد اللَّ هCۚ اة َّ الص اَل َة َو آتُوا
َ الز َك َّ ِيم وا ُ َو َأق
ٌص ري َ ُاللَّ هَ مِب َ ا َت ْع َم ل
ِ َون ب
Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu
usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah.
Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.
Ayat di atas kemudian dipertegaskan oleh hadits Rasulullah SAW, yang bearti:
“Islam itu adalah engkau beribadah kepada Allah SWT, tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu apapun, mendirikan sholat, menunaikan zakat yang difardhukan,
berpuasa di bulan Ramadhan, dan mengerjakan haji di baitullah”
2. Bayan Tafsir
Menurut Abdul Nata (1993) Hadits mempunyai fungsi sebagai penafsiran
ataupun pentafshilan terhadap ayat Al-Qur’an mengutarakan bahwa sunah itu
menjelaskan atau memperinci kemujmalan Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an bersifat
Mujmal (Global), maka agar ia dapat berlaku sepanjang masa dan dalam keadaan
bagaimanapun diperlukan penafsiran. Untuk itu juga diperlukan al-Sunnah.
Perlu untuk diketahui, bahwa fungsi sebagai perinci ini merupakan fungsi yang
terbanyak pada umumnya. Kemudian, fungsi hadits dalam menafsirkan ayat-ayat Al-
Qur’an dapat dibagi lagi dalam tiga garis besar.
b. Takhshish Al-Amm
Hadits yang mengkhususkan pada ayat-ayat yang bersifat umum, sebagian ulama
menyebutnya lagi sebagai bayan takhshish.1[5] Salah satu contoh hadits yang
mengkhususkan pada ayat-ayat yang bersifat umum adalah penjelasan mengenai surat
An-Nisa ayat 11;
َّ لCۖ ِك م
ِّ ِلذ َك رِ مِثْ ل َح
Cۚ ِ ظ اُأْل ْن َث َي نْي ُ ْ ُ يك ُم اللَّ هُ يِف َْأو اَل د
ُ وص
ِ ُي
Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu bahagian
seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan.
Ayat di atas bersifat umum, kemudian dikhususkan oleh nabi dengan menyatakan
bahwa seorang anak yang telah membunuh orang tuanya tidak berhak atas warisan
tersebut seperti yang dikatakan dalam hadits di bawah ini:
c. Taqyid Al-Muthlaq
Hadits membatasi kemutlakan ayat-ayat Al-Qur’an. Artinya keterangan yanga ada di
Al-Qur’an seacara mutlak kemudian dijelaskan oleh hadits dan diberikan batasan-
batasan mengenai kemutlakanya.
Contoh yang nyata adalah masalah hukum pemotongan tangan yang diberlakukan
untuk pencuri. Di dalam Al-Qur’an tidak dijelaskan mengenai batasan potongan tangan
tersebut, apakah di potong pada pergelangan tangan, lengan, bahkan sampai pundak.
Hal ini dijelaskan lagi dalam hadits bahwa potong tangan tersebut dilakukan sampai
lengan saja.
3. Bayan Naskhi
Maksud dari Bayan Naskhi adalah As-Sunnah berfungsi menjelaskan mana
ayat yang manasakh dan mana ayat yang dimansukh yang secara lahiriah
bertentangan. Bayan Naskh ini sering juga disebut sebagai bayan tabdil, yaitu
mengganti suatu hukum atau menghapuskanya.
Contoh dari Bayan Nasikh terdapat dalam penjelasan Al-Qur’an suarah Al-
Baqarah ayat 180:
10 | 0 0 2 1 - H u b u n g a n H a d i s t D e n g a n A l - Q u r ’ a n
Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda)
maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, Berwasiat untuk ibu-bapak dan
karib kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang
bertakwa.
4. Bayan Tasyri’i
Makna dari fungsi hadits sebagai Bayan Tasyri’i yaitu hadits menjadi salah
satu yang menciptakan hukum syariat. Dalam hadits terdapat hukum-hukum yang
tidak dijelaskan dalam Al-Qur’an, sehingga kedudukanya tidak lagi menjadi penjelas
ataupun penguat ayat-ayat yang terdapat dalam Al-Qur’an, tetapi sunnah sendirilah
yang menjelaskan sebagai dalil atau ia menjelaskan yang tersirat dalam Al-Qur’an.
A. Persamaan
Dari pengertian Al-Quran dan Hadis di atas kita bisa menyebutkan bahwa
PERSAMAAN keduanya adalah sama-sama wahyu atau firman dari Allah SWT.
B. Perbedaan
Adapun PERBEDAAN keduanya dirinci sebagai berikut:
1. Al-Quran kalam atau wahyu Allah SWT yang makna dan lafalnya datang dari
Allah. Sementara Hadis Qudsi juga kalam atau wahyu Allah namun hanya
makna yang datang dari Allah SWT, adapun lafal dan redaksi penyampaian dari
nabi Muhammad SAW.
2. Al-Quran dikategorikan sebagai mukjizat namun tidak demikian dengan hadis
al-qudsi.
3. Ayat-ayat Al-Quran jelas dinisbatkan kepada Allah SWT sehingga apabila kita
mengutip Al-Quran maka perkataannya adalah ‘Allh SWT berfirman..’.
Sementara Hadis Qudsi disandarkan kepada Rasulullah sehingga redaksi
pengutipannya seperti ‘Rasulullah bersabda bahwa Allah SWT berfirman..” dan
sebagainya.
11 | 0 0 2 1 - H u b u n g a n H a d i s t D e n g a n A l - Q u r ’ a n
4. Membaca ayat-ayat Al-Quran adalah dikategorikan ibadah atay aktivitas
ta’abbud. Sementara hadis qudsi tidak, meski mereka yang mempelajarinya
mendapat pahala juga.
BAB III
PENUTUP
12 | 0 0 2 1 - H u b u n g a n H a d i s t D e n g a n A l - Q u r ’ a n
3.1. Kesimpulan
Hadits ialah sesuatu yang berasal dari Rasulullah SAW, baik berupa,
perkataan, perbuatan, maupun penetapan pengakuan. Sedangkan Al-Qur’an adalah
firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. dalam bahasa arab
yang dirawayatkan secara mutawir dan membacanya adalah ibadah. Hadits
merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an. Sehingga hadits memiliki
berbagai fungsi, yaitu sebagai Bayan Taqrir, Bayar Tafsir, Bayan Tasyri, juga Bayan
Nasakh.
Meskipun demikian, hadits dan Al-Qur’an memiliki beberapa perbandingan.
Diantaranya, Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang disampaikan secara mutawatir,
sedangkan hadits adalah dari nabi yang tidak semuanya diriwayatkan secara
mutawatir.
3.2. Saran
Saya sebagai penulis makalah ini, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali
kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggung
jawabkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.
DAFTAR PUSTAKA
13 | 0 0 2 1 - H u b u n g a n H a d i s t D e n g a n A l - Q u r ’ a n
Synaoo. (2020). Bentuk-Bentuk Hadits Beserta Contohnya. Diakses pada 1 Oktober 2021,
dari https://www.synaoo.com/bentuk-bentuk-hadits-beserta-contohnya/
Sekolah Islam Shafta. (2021). Pengertian Hadits, Sunnah, Khabaj, Atsar, Dan Hadits Qudsi.
Diakses pada 1 Oktober 2021, dari https://shaftasby.sch.id/berita-1799-pengertian-
hadits-sunnah-khabar-atsar-dan-hadits-qudsi.html
Jailani Ansera, (2018). Fungsi Dan Kedudukan Hadits Dalam Al-Qur’an. Diakses pada 1
Oktober 2021, dari http://jailaniansera.blogspot.com/2018/10/fungsi-dan-kedudukan-
hadis-dalam-al.html
Varlord, (2018). Al-Qur’an dan Hadits. Diakses pada 1 Oktober 2021, dari
https://brainly.co.id/tugas/14097235
Djuned, Daniel. 2010. Ilmu Hadits Paradigma Baru dan Rekontruksi Ilmu Hadits. Surabaya:
Erlangga
Nata, Abdullah. 1993. Al-Qur’an dan Hadits (Dirasah Islamiyah I). Jakarta: Raja Grafindo
Persada
14 | 0 0 2 1 - H u b u n g a n H a d i s t D e n g a n A l - Q u r ’ a n