Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SUMBER AJARAN ISLAM

DOSEN PENGAMPU : Lubis S.Sos.,MA

Disusun Oleh: Rabiatul Hayati

Prodi D3 Kebidanan

Institut Kesehatan Dan Bisnis Kurnia Jaya Persada


Kata pengantar

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan
hidayanya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
SUMBER AJARAN ISLAM ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah
AGAMA, Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
bagi para pembaca dan juga penulis.

Kami berterima kasih kepada bapak Lubis,S.Sos.,MA selaku dosen


mata kuliah agama yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat
memberi pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang yang
saya tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan pihak


yang telah membantu memberikan sebagian pengetahuannya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Palopo, 5 april 2022


DAFTAR ISI

Kata pengantar.........................................................................................................2

DAFTAR ISI...............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................4

Latar Belakang......................................................................................................4

Rumusan Masalah................................................................................................4

Tujuan..................................................................................................................4

BAB II KAJIAN TEORI.................................................................................................5

Pengertian Sunah Rasul (Hadis)...........................................................................5

Fungsi-fungsi Sunnah Rasul dalam Hubungan dengan Alquran...........................7

Dasar-dasar Pemilihan Hadis shahih dan Hadis dha`if.........................................9

BAB III.....................................................................................................................13

SIMPULAN DAN SARAN..........................................................................................13

Kesimpulan........................................................................................................13

Saran..................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................14
BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sunnah atau Hadist menempati posisi penting dalam islam


yakni sebagai sumber hokum islam kedua setelah AL-Qur`an.
Tidak semua persoalan keagamaanya ditemukan jawabannya dalam
Al-Quran. Maka dari itu, para ulama merujuk kepada sunnah atau
hadis sebagai otoritas hokum kedua setelah Al-Quran. Dalam
sejarahnya, istilah sunnah kemudian disinonimkan dengan istilah
hadis. Ulama muhaddisin pada umumnya mnegidentikkan antara
sunah dan hadis, yakni segala sabda, perbuatan,ketetapan dan sifat-
sifat Nabi. Akan tetapi jika kita memperhatikan aspek historisnya,
maka sunnah dan hadis sesungguhnya dua konsep yang berbeda
meskipun diantara keduanya terdapat jalinan yang erat.

Rumusan Masalah

1) Apa perbedaan antara Hadis dan Sunah?


2) Apa fungsi-fungsi sunah rasul?
3) Apa hubungan antara sunah rasul dengan Al-Quran?
4) Bagaimana cara mengetahui mengenai Hadis Shahih dan
hadist yang lemah?
5) Bagaimana pengamalan sunah Rasul dalam kehidupan
sehari-hari?

Tujuan

Untuk mengetahui lebih dalam mengenai pengertian, fungsi


serta hal-hal yang berkaitan seputar sunah rasul sebagai
sumber ajaran Islam.
BAB II KAJIAN TEORI

Pengertian Sunah Rasul (Hadis)

Sunnah adalah Sumber Hukum Islam utama setelah Al-Quran.


SUNAH secara bahasa bermakna tradisi.SUNAH adalah istilah dalam Islam
yang merujuk pada perkataan, perbuatan, dan persetujuan Rasulullah
Muhammad ‫ﷺ‬. Dalam kontks fiqih, sunnah adalah suatu amalan yang
dianjurkan.Sunah juga artinya jalan, kebiasan, dan contoh terdahulu. Secara
istilah Sunnah adalah jalan yang ditempuh oleh Rasulullah dan para
sahabatnya, baik ilmu, keyakinan, ucapan, perbuatan, maupun penetapan.

Hal-hal yang termasuk kategori Sunnah (Hadis) secara detail dngan


merujuk kepada pengetian muhadditsin menurut Dr. Muhammad Abd al-
rauf sebagaimana dikutip M.Syuhudi ismail dalam Muhammadiyah Amin
adalah:

1. Sifat-sifat nabi yang diriwayatkan oleh para sahabat


2. Perbuatan dan akhlak nabi yang diriwayatkan oleh para sahabat
3. Perbuatan para sahabat dihadapan Nabi yang dibiarkannya dan tidak
dicegahnya, inilah yang disebut taqrir.
4. Timbulnya berbagai pendapat dihadapan Nabi, lalu Nabi
mengungkapkan pendapatnya sendiri atau mengakui salah suatu
pendapat sahabat itu
5. Sabda Nabi yang keluar dari lisan beliau
6. Firman Allah selain al-Quran yang disampaikan oleh nabi, yang
dinamakan Hadis Qudsi.
7. Surat-surat yang dikirimkan Nabi, baik yang dikirimkan kepada
sahabat yang bertugas di daerah maupun dikirimkan kepada pihak-
pihak non Islam.

Mungkin yang kita ketahui bahwa Hadis dan Sunnah itu merupakan
suatu hal yang sama, namun perlu diketahui bahwa beberapa ulama ada
yang membedakannya. Dimanakah letak perbedaanya? Mari kita simak
beberapa pendapat beberapa ulama dibawah ini sebagaimana yang
dikemukakan oleh M.Syuhudi ismail adalah sebagai berikut:

a. Menurut Sulaiman al-Nadwi


1) Hadis adalah segala peristiwa yang dinisbatkan kepada Nabi,
walaupun hanya satu kali dikerjakan dan walaupun
diriwayatkan oleh seorang periwayat saja.
2) Sunnah adalah nama bagi sesuatu yang kita terima dengan
jalan Mutawatir dari Nabi.
b. Menurut Dr. Abdul Kadir Hasan
1) Hadis adlah sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi berupa
pengetahuan teoritis
2) Sunnah adalah sesuatu tradisi yang selalu dikerjakan Nabi,
jadi bersifat praktis
c. Menurut Dr, Taufiq Sidqi
1) Hadis adalah pembicaraan yang diriwayatkan oleh seorang
atau dua orang, kemudian hanya mereka yang
mengetahuinya (tiddak menjadi pegangan amalan umum)
2) Sunnah adalah jalan yang dipraktekan Nabi secara terus
menerus dan diikuti oleh sahabat beliau.

Kata Hadis dalam berasal dari bahasa Arab yaitu al-hadis, bentuk
mufrad dan al- a hadis, al-hidats, alhudatsa, alhudatsan, al-hidtsan.
Pengertian hadis secara terminology, para ulama memberikan pengertian
yang berbeda, para ulama hadis pada umumnya memberikan definisi bahwa
hadi-hadis disamakan dengan al-sunnah, yaitu segala sesuatuyang
disandarkan kepada Nabi Saw. Berupa perkataan, perbuatan, taqrir atau
sifat.

Sedangkan Sunnah berasal dari kata sana yang secara etimologi


berarti carayang biasa dilakukan. Dalam al-Quran kata sunnah dipakai
dalam arti kebiasaan atau berlaku, jalann yang diikuti. Secara terminology
sunah dapat diartikan sebagai hal-hal yang datang dari Rasulullah Saw, baik
itu ucapan, perbuatan atau pengakuan (Taqrir).

Fungsi-fungsi Sunnah Rasul dalam Hubungan dengan Alquran

Seluruh umat islam sepakat bahwa Al-Quran adalah sumber


hukum utama dan sunnah adalah sumber hukum kedua, rasanya sulit
dibayangkan apabila Al-Quran difahami tanpa melalui Hadis/Sunah
Nabi.
Allah berfirman : QS.3. Al Imron: 32
Katakanlah:”Ta`atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling,
Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir”. (QS.3.
Al Imron:32).
Ayat diatas menunjukan bahwa hubungan antara Al-Quran (firman
Allah) denga Sunnah Nabi tidak dapat dipisahkan. Allah menjelaskan
banyak hal, baik masalah Aqidah, akhlak, ibadah, dan sebagainya,
tidak mungkin semuanya dijelaskan.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata “Hubungan As-sunnah dengan
Al-Quran ada 3 macam, sebagai berikut:
1. Terkadang As-Sunnah berfungsi sebagai penguat
hukum yang sudah ada dalam Al-Quran.
2. Terkadang As-Sunnah berfungsi sebagai penafsir dan
pemerinci hal-hal yang disebut secara mujmal
(Mujmal) di dalam Alquran.
3. Terkadang As-Sunnah menetapkan dan membentuk
Hukumyang tidak terdapat didalam Al-Quran, apakah
hukumnya wajib atau haramyang tidak disebut
haramnya dalam Al-Quran. Dan tidak pernah keluar
dari ketiga pembagian ini. Maka Aas-Sunnah tidak
bertentangan dengan Al-Quran sama sekali.

Ditinjau dari hukum yang ada maka hubungan As-Sunnah dengan Al-
Quran, sebagai berikut:
1. As-Sunnah berfungsi sebagai penguat hukum yang sudah ada di
dalam Al-Quran. Dengan demikian hukum tersebut mempunyai dua
sumber dan terdapat pula dua dalil. Yaitu dalil-dalil yang tersebutdi
dalam Al-Quran dan dalil penguat yang datang dari Rasulullah
SAW. Berdasarkan hukum-hukum tersebut banyak kita dapati
perintah dan larangan. Ada perintah mentauhidkan Allah, berbuat
baik kepada kedua orang tua, mendirika sholat, membayar zakat,
berpuasa di bulan Ramadhan, ibadah haji ke Baitullah, dan
disamping itu dilarang menyekutukan Allah, menyakiti kedua orang
tua, serta banyak lagi lainnya.
2. Terkadang As-Sunnah itu berfungsi sebagai penafsir atau pemerinci
hal-hal yang disebut secara mujmal dalam Al-Quran, atau
memberikan taqyid, atau memberikan takhshish dan ayat-ayat Al-
Quran yang muthlaq dan aam (umum). Karena tafsir, taqyid dan
takhshish yang datang dari As-Sunnah itu memberi penjelasan
kepada makna yang dimaksud didalam Al-Quran.
Dalam hal ini Allah telah memberi wewenang kepada Rasulullah
SAW untuk memberikan penjelasan terhadap nash-nash Al-quran
dengan Firman-Nya:
“Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan kami
turunkan kepadamu Al-Quran, agar kamu menerangkan kepada
ummat mnausia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan
supaya mereka meimikirkan.” (An-NAhl/16:44)
3. Terkadang As-Sunah menetapkan dan menetapkan dan membentuk
hukum yang tidak terdapat didalam Al-Quran. Diantara hukum-
hukum itu ialah tentang haramnya memakan daging keledai negri,
daging binatang buas yang mempunyai kuku tajam, juga tentang
haramnya mengenaka kain sutera dan cincin emas bagi laki-laki.
Semua ini disebutkan dala hadis-hadis shahih.
Dasar-dasar Pemilihan Hadis shahih dan Hadis dha`if

a. Hadis Shahih ;
Hadis yang sah, sehat, atau hadis yang selamat. Abu Amr ibn
ash-shahalah mengatakan bahwa hadis shahih adalah musnad
yang sanadnya muttashil melalui periwayatan orang yang adil
lagi dhabit dari orang yang adil lagi dhabit pula tidak syadz dan
tidak terkena `illat.

Ciri-ciri Hadis Shahih :

1. Bersambung Sanad (muttashil); Sanad-sanad hadis yang satu


dengan sanad hadis yang lainnya berdekatan, beruntun,
bersambungan atau merangkai, tidak ada yang gugur. Setiap
perawi bertemu dan menerima langsung dengan guru yang
memberinya. Sehingga hadis rangkiannya sambung
menyambung sejak awal sampai kepada sumber hadis yaitu
Rasul SAW.
2. Rawi yang adil; Adil dalam periwayatan hadis disebut istiqamah
yaitu memiliki kemampuan beragama yang mulazamah,
bertakwa, dan memiliki sifat muruah yang menimbulkan sifat
kebenaran dan amanah seseorang. Jadi keadilan perawi tercermin
dalma perilaku, selalu menjaga kepeerwiraan (muruah) seperti
tidak makan sambil berjalan, bergurau yang berlebihan, dan
sebagainya.
3. Rawi yang dhabit; Perawi yang dhabit adalah perawi yang
sempura daya ingatannya, baik berupa kuat ingatan dalam dada
(dhabit al shadr) maupun dalam kitab (tulisan). Dhabit dalam
dada adalah terpelihara periwayatan dalam ingatan, sejak ia
menerima hadis sampai meriwayatkannya kepada orang lain.
Sifat-sifat kedhabitan perawi dapat diketahui melaui kesaksian
para ulama serta berdasarkan kesesuaian riwayatnya dengan
riwayat dari orang lain yang telah dikenal kedhabitannya.
4. Tidak mengandung Syadz; menurut bahasa hadis syadz adalah
hadis yang mneyimpang, yang ganjil, atau hadis yang menyalahi
aturan. Menurut Al-syafi`I, suatu hadis tidak dinyatakan
mengandung syudzudz apabila hdis itu hanya diriwayatkan oleh
seorang periwayat tsiqah, sedang periwayat tsiqah lainnya tidak
meriwayatkan hadis itu. Artinya, suatu hadis dinyatakan
syudzudz apabila ada hadis yang diriwayatkan oleh periwayat
yang tsiqah tersebut bertentangan dengan hadis yang
diriwayatkan oleh bnayak perawi yang bersifat tsiqah.
5. Tidak ber`illat; hadis yang tidak ber`illat adalah hadis yang tidak
ada cacatnya, dalam arti adanya sebab yang menutup bersifat
sembunyi yang dapat menciderai pada ke-shahihan hadis,
sementara dhahirnya selamat dari cacat. `illat hadis dapat terjadi
pada sanad maupun pada matan atau pada keduanya secara
bersama-sama. Namun demikian, `illat paling banyak terjadi
adalah pada sanad, seperti menyebutkan muttasil terhadap hadis
yang munqati` atau mursal.
b. Hadis lemah (dhaif)
Dha`if menurut bhasa artinya lemah = sakit (saqim) lawan dari
Qawiy = kuat. Secara terminologis, hadis dha`if adalah hadis
yang didalamnya tidak terdapat syarta-syarat hadis shahih dan
syarat-syarat hadis hasan.

Ciri-ciri hadis Dhaif :

1. Hadits dhaif karena gugurnya rawi; Maksudnya adalah hadis


ini tidak memiliki satu atau beberapa rawi yang seharusnya ada
didalamnya. Hadis dhaif jenis ini terbagi lagi kedalam beberapa
jenis, yakni :
 Hadits mursal : hadis yang gugur sanadnya diakhir
sanad. Yang dimaksudkan disini adalah nama sanad
terakhir, yakni nama sahabat tidak disebutkan. Padahal
para sahabat adalah orang yang pertama menerima hadis
dari Rasulullah. Hadis mursal terbagi menjadi dua yaitu
mursal al-jali dan mursak khafi.
 Hadis Munqathi` : Munqathi` (terputus). Hadis yang
gugur satu atau dua orang rawi tanpa beriringan
menjelang akhir sanadnya. Menurut istilah, hadis
munqathi` yaitu hadis yang gugur pada sanadnya seorang
perawi atau pada sanad tersebut ada seorang yang dikenal
namanya. Perawi yang gugur pada hadis munqathi`
terjadi pada sanad setelah thabaqah sahabat yaitu kedua
dan seterusnya. Yang digugurkan itu terkadang seorang
perawi dan terkadang dua orang dengan tidak berturut-
berturut.
 Hadis Mu`dhal : Hadis yang gugur dua orang rawinya,
atau lebih, secara beriringan dalam sanadnya.
 Hadis Mu`allaq : hadis yang gugur satu atau lebih di
awal sanad atau bisa juga semua rawinya digugurkan
(tidak disebutkan).
2. Hadist dhaif karena cacat pada matan atau rawi ; maksudnya
adalah hadis menjadi Dhaif karena rawi bisa saja adalah seorang
pendusta, fasiq, tidak dikenal, dan berbuat bid`ah. Jenis hadis ini
diantaranya :
 Hadis Maudhu` : Hadis yang bukan berasal dari
Rasulullah.
 Hadist matruk atau hadist mathruh : hadist yang
diriwayatkan oleh orang-orang yang pernah dituduh
berdusta (baik berkenaan dengan hadist ataupun
mengenaiurusan lain), atau pernah melakukan maksiat,
lalai dan banyak lagi wahmnya.
 Hadis Munkar : hadis yang diriwayatkan oleh Rwi
yang lemah dan menyalahi perawi yang kuat.
 Hadits Mu`allal : Hadits yang mengandung sebab-sebab
tersembunyi, dan `illat yang menjatuhkan itu bisa terjadi
pada sanad, matan, ataupun keduanya.
 Hadist Mudraj : Hadist yang dimasuki sisipan, yang
sebenarnya bukan bagian dari hadis itu.
 Hadis Maqlub ; Terdapat pemutar balikan atau pada
nama nama rawi dalam sanadnya atau penukaran suatu
sanad untuk matan yang lain.
 Hadits Syadz : hadist yang diriwayatkan oleh rawi yang
di percaya, tapi hadist itu berlainan dengan hadits-hadist
yang diriwayatkan oleh sejumlah rawi yng juga di
percaya.

\
BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Sunnah (hadis) merupakan sumber hukum islam kedua


setelah Al-Qur`an. As-Sunnah sebagai penguat, pemerinci serta
penafsir yang ada didalam kitabullah. Meski begitu, perlu juga juga
diketahui hadis seperti apakah yang dapat diikuti dan diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu terdapat Hadis shahih
dan hadis dhaif. Hadis dan Al-Quran sama-sama menjadi pegangan
hidup setiap muslim dalam setiap segi.

Saran

Di era akhir zaman yang sekarang ini, terdapat banyak sekali


pendapat yang muncul ke permukaan serta bahkan terdapat
perbedaan pendapat di kalangan para ulama kita sendiri, itulah
mengapa kita perlu mengetahui mengenai dalil atau landasan baik itu
dari Al-Quran ataupun Hadis. Penulis makalah ini merupakan orang
awam yang tidak tahu banyak mengenai hadis. Penulis hanya
memiliki sedikit referensi serta kurang banyak pengalaman. Tanpa
mengurangi rasa hormat kiranya pembaca memberikan masukan,
kritikan terkait isi makalah ini untuk pengembangan kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Amrul Choiri, BAmbang Setiaji, Al-Quran Dan Al-Sunnah sebagai Sumber


Ajaran Islam, journal.uinjkt.ac.id

Dr.N.Oneng Nurul bariyah,M.Ag (2011), Ilmu Hadis,Tangerang selatan :


CV.Tunas Ilmu.

Jamaril S.Ag (2017), Pengertian, Kedudukan Dan Fungsi Hadits, Kota


Padang , diambil melalui : sumbar.kemenag.go.id. pada kamis,7 april 2022

Pengetahuan dalam islam, diambil melalui : https://dalamislam.com/dasar-


islam/perbedaan-hadist-shahih-dgaif-dan hasan, diambil pada 8 april 2022

Anda mungkin juga menyukai