Disusun Oleh :
Kelompok 7
JEPARA
2022
KATA PENGANTAR
Dengan memanjat puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq serta inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Sunnah
dan Bid’ah” sebagai tugas mata kuliah Ahlussunah Wa Al Jama’ah, dengan dosen pengampu
Syamsul Ma’arif, S.T., M.T.
Dalam makalah ini menjelaskan tentang Sunnah dan Bid’ah. Diharapkan makalah ini
dapat memberikan pemahaman tentang Sunnah dan Bid’ah. Kami menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. kami sampaikan terima
kasih banyak kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam proses penyusunan
makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
PENYUSUN
KELOMPOK 7
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sunnah dan Bid’ah
2.2 Macam-macam Sunnah dan Bid’ah
2.3 Menjelaskan Dalil Sunnah dan Bid’ah
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Kita sebagai mahasiswa seharusnya menjaga antara kebudayaan dan juga agama
tetap seimbang, tidak berat sebelah. Oleh karena itu, penulis mengangkat sebuah judul
untuk makalah mata kuliah fiqh, yaitu “Perbedaan antara Sunnah dan Bid’ah.
Dari rumusan masalah diatas, penulis merumuskan tujuan penulisan makalah ini,
diantaranya:
PEMBAHASAN
:ِ ِه ْدعَب ْنِم اَ ِهب َلِ َمع ْنَم ُرْ َجا َو ُهَرْ َجأ ُهَلَف ًةَنَ َسح ًةّنُس ِ َم ْل ِسال ىِف ّنَس ْنَم.
B. Secara terminology
Pengertian sunnah bisa dilihat dari 3 disiplin ilmu;
a) Ilmu hadits
Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad
SAW, baik perkataan, perbuatan, maupun ketetapannya.
b) Ilmu ushul fiqhi
Segala yang diriwayatkan dari Nabi SAW berupa perbuatan,
perkataan, dan ketetapan yang berkaitan dengan hukum.
c) Ilmu fiqih
Salah satu hukum takhlifi, yang berarti suatu perbuatan yang akan
mendapatkan pahala bila dikerjakan dan tidak berdosa apabila
ditinggalkan.
Para ulama islam mengutip kata Sunnah dari al-Qur’an dan bahasa Arab yang
mereka gunakan dalam artian khusus yaitu: ”cara yang biasa dilakukan dalam
pengamalan agama”. Kata Sunnah sering disebut dengan kata ”kitab”. Di
kala kata sunnah dirangkaikan dengan kata “kitab”, maka Sunnah berarti: “cara-
cara beramal dalam agama berdasarkan apa yang disarankan dari Nabi
Muhammad SAW”; atau “suatu amaliah agama yang telah dikenal oleh semua
orang”.
1. Pengertian Bid’ah
Bid’ah menurut bahasa, diambil dari bida’ yaitu mengadakan sesuatu
tanpa ada contoh. Bid’ah menurut istilah (syar’i atau terminologi) adalah
sesuatu yang diada-adakan menyerupai syariat tanpa ada tuntunannya dari
Rasulullah yang diamalkan seakan-akan bagian dari ibadah.Syekh Aly
Mahfudh telah mendefinisikan bid’ah secara rinci dalam kitabnya Al ibda’fi
Madharil Ibtida’. Menurut bahasa bid’ah adalah segala sesuatu yang
diciptakan dengan tidak diketahui contoh-contohnya. Sedangkan menurut
istilah yaitu suatu ibarat (gerak dan tingkah laku lahir batin) yang berkisar
pada masalah-masalah agama (syari’at Islamiyah), dilakukan menyerupai
syari’at dengan cara berlebihan dalam pengabdian kepada Allah Swt.
Pendapat Syekh Aly Mahfudh tersebut bersumber pada firman Allah
yang menyatakan bahwa Rasulullah Saw adalah bukan rasul yang berbuat
sewenang-wenang tanpa ada contoh dari rasul-rasul sebelumnya. Tugas beliau
merupakan kelanjutan dari tugas-tugas nabi terdahulu, bahkan Allah
menjadikan beliau sebagai nabi akhir zaman, maka beliau tidak akan berbuat
sesuatu apapun kecuali apa yang telah diriwayatkan Allah melalui malaikat
Jibril. Karena itu secara tegas Nabi bersabda “Barang siapa yang mengada-
adakan dalam ajaran Islam ini yang tidak ada sumbernya dari Islam, maka
urusan itu ditolak (fasid).
Definisi bid’ah oleh Imam asy Syathibi', adalah "cara beragama yang
dibuat-buat, yang meniru syariat, yang dimaksudkan dengan melakukan hal itu
sebagai cara berlebihan dalam beribadah kepada Allah SWT". Ini merupakan
definisi bid'ah yang paling tepat, mendetail, dan mencakup serta meliputi
seluruh aspek bid'ah.
Dapat disimpulkan bahwa bid’ah adalah suatu hal yang tidak terdapat
pada konteks ajaran Islam yang dibawa Rasulullah Saw, baik dalam masalah
aqidah maupun syariah yang aturan-aturannya sudah dijelaskan dalam Al-
Qur’an dan As-Sunnah secara tafshil (rinci).
2.2 Macam-macam Sunnah dan Bid’ah
1. Macam- Macam Sunnah
Pembagian sunnah dari segi bentuknya:
a) Sunnah Qauliyyah
Adalah ucapan lisan dari Nabi Muhammad SAW yang
didengar oleh sahabat beliau dan disampaikannya kepada orang
lain.
Contoh sunnah qauliyyah dari Annas ra, dari Nabi SAW, beliau
bersabda: ”Belum beriman salah seorang dari kamu, sebelum ia
mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya”.
b) Sunnah Fi’liyah
Adalah semua perbuatan dan tingkah laku Nabi Muhammad SAW
yang dilihat atau diketahui atau diperhatikan oleh sahabat,
kemudian disampaikan kepada orang lain dengan ucapannya.
Contoh sunnah fi’liyah dari ubbad bin tamim, dari pamannya, ia
berkata: “Saya melihat Rasullah SAW pada hari beliau keluar
untuk melaksanakan shalat gerhana matahari, katanya: “Maka
beliau membalikkan tubuhnya membelakangi jama’ah menghadap
kiblat dan berdoa, kemudian beliau membalikkan
selendangnya, kemudian beliau shalat bersama kami dua rekaat
dengan menjaharkan bacaannya pada kedua rekaat itu”.
c) Sunnah Taqririyah
2. Macam-macam Bid’ah
Para ulama membagi bid’ah menjadi dua yaitu Bid’ah Hasanah (bid’ah
yang baik) dan bid’ah Madzmumah (bid’ah yang tercela).
Imam Syafi’i berkata, “Bid’ah itu ada dua. Pertama, bid’ah yang menyalahi
al-Qur’an, Sunnah, Ijma’ dan Atsar sebagian sahabat Rasulullah saw. Ini
disebut bid’ahdhalalah. Kedua, bid’ah yang tidak menyalahi hal tersebut. Ini
terkadang disebut bid’ah hasanah berdasarkan perkataan Umar ra, “Inilah
sebaik-baik bid’ah”. (Syekh Ibnu Taimiyah, Majmu’ al-Fatawa, 20/163).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa para ulama seiring berjalannya
waktu mulai dari al-Imam al-Syafi’I, al-Imam al-Nawawi, al-Hafizh Ibn Hajar
dan Syaikh Ibn Taimiyah telah sepakat membagi bid’ah me jadi dua, yaitu
bid’ah hasanah dan bid’ah madzmumah. Bahkan, bid’ahhasanah sudah ada
semenjak masa Rasulullah saw, masa sahabat dan terusberlanjut sampai pada
generasi selanjutnya.
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min. Kami biarkan ia leluasa
terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam
Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An-Nisaa’: 115)
Dan sabda Nabi Muhammad Saw.:
“Sesungguhnya Barangsiapa dari kalian yang hidup (sesudah aku wafat) maka ia
akan melihat banyak perselisihan. Maka wajib atas kalian berpegang teguh dengan
Sunnahku dan Sunnah para khalifah yang lurus, gigitlah erat-erat dengan gigi-gigi
geraham kalian.”
Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak dalil-dalil yang berhubungan dengan sunnah,
diantaranya :
1. “Dan tidaklah patut bagi laki-laki mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang
mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada
bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa
mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang
nyata.” [Al Ahzab: 36]
2. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-
Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui” [Al Hujuraat: 01]
3. “Katakanlah, ‘Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.’” [Ali ‘Imran: 32]
4. “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang
menimpamu, maka dari dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada
segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” [An-Nisaa’: 79]
5. “Barangsiapa mentaati Rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan
barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu
(Muhammad) untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” [An-Nisaa’: 80]
Ada pula dalil tentang wajibnya mengikuti sunnah Nabi dan para sahabatnya,
diantaranya:
1. Katakanlah (wahai Muhammad), Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,
ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Ali Imran: 54]
2. “Dan orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk Islam) dari kalangan
Muhajirin dan Anshar, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik,
Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah, dan Allah
menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai,
mereka kekal abadi di dalamnya. Itulah kesuksesan yang agung” [QS. At Taubah:
100]
3. “Barangsiapa yang menolak sunnahku maka dia bukanlah bagian dariku.” [HR.
Bukhari dan Muslim]
4. “Umatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan, semuanya masuk ke dalam
neraka, kecuali satu golongan.” Para sahabat bertanya, “Siapa golongan itu, wahai
Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Golongan yang berada di atas apa yang aku dan
para sahabatku berada” [HR. Tirmidzi]
5. “Sungguh telah aku tinggalkan bagi kalian dua perkara . kalian tidak akan tersesat
jika berpegang dengan keduanya. Yaitu Kitabullah dan Sunnahku. Kalian tidak
akan berpecah hingga nanti kalian sampai di telagaku” [HR. Hakim, Ad
Daruquthni, dan Baihaqi]