Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam sabda-sabda Nabi saw., Sunnah dan bidah adalah dua hal yang
saling berhadap-hadapan, karenanya pemahaman tentang salah satunya tidak
akan tepat tanpa memahami lawannya, sebab seperti dalam peribahasa
Arab: wa bidhiddihha tatayyanu al asy-yu = dengan mengenal lawannya,
segala sesuatu menjadi jelas.
Banyak dari para penulis langsung terjun membatasi makna bidah
tanpa terlebih dahulu memastikan apa makna sunnah, sementara ia adalah
yang asal, kanenanya mereka terjebak dalam kesempitan tanpa dapat bisa
keluar darinya dan berbenturan dengan bukti-bukti/dalil-dalil nash yang
menentang pembatasan mereka akan makna bidah. Andai mereka terlebih
dahulu menetapkan apa makna sunnah itu pastilah mereka terhindar dari
masalah tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari sunnah dan bidah ?
2. Bidah menirut ahlusunnah wal jamaah itu yang seperti apa ?

.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sunnah
Secara etimologis, kata sunnah berarti jalan atau cara yang telah
mendasari. Sunah juga berarti praktek yang diikuti, arah, model perilaku, atau

tindakan, ketentuandan peraturan.1 Disisi lain sunah juga diartikan sebagai


penegak diantara berbagai ekstrimitas atau middle way (jalan tengah).
Dalam Al-Quran kata sunnah disebut sebanyak enam belas kali termasuk
sunah (bentuk pluralnya) kata sunnah dalam Al-Quran digunakan untuk
beberapa konteks yang secara garis besar dapat digolongkan kepada dua hal :
yakni yang berkenaan dengan ketetapan orang-orang yang terdahulu. (sunnah
al-awwa-lin) dan ketetapan Allah (sunnatullah). sunnah yang disebut pertama
berarti, kejadian yang menimpa mereka, sedangkan sunnah yang disebut
terakhir mengandung arti ketentuan Allah, cara-cara dan aturan yang berlaku
bagi makhluk-Nya.
Selanjutnya kata sunnah juga banyak dijumpai dalam sabda nabi SAW
seperti ..Barang siapa yang tidak suka dengan sunnahku, maka ia tidak
termasuk golonganku. Sunnah dalam hadits ini berarti bahwa tata cara yakni
bahwa seseorang yang tidak mengabil tata cara nabi dan mengambilnya tata
cara yang lain, maka ia bukan golongan Nabi.
Disamping itu, kata sunnah juga digunakan sebagai istilah teknis dalam
berbagai

disiplin

ilmu

keislaman.

Ulama

muhaddisin

memberikan

terminologis sunnah sebagai segala sesuatu yang berasal dari nabi


muhammad saw, berupa perkataan, perbuatan, ketetapan karakteristik etik, dan
fisik atau sejarah baik sebelum kenabian, seperti menyendiri digua hira,
maupun sesudahnya.
Disisi lain ulama ushululiyin mendefinisikan sunnah sebagai segala
sesuatu yang disandarkan kepada nabi selian Al-Quran berupa perkataan,
perbutan, atau ketetapan yang menghasilkan dalil bagi hukum syariat.
Sedangkan ulama fikih memberikan definisi sunnah sebagai segala sesuatu
yang ditetapkan dari Nabi Muhmmad SAW yang tidak termasuk ketegori
fardu dan tidak wajib.
Perbedaan definisi di kalangan ulama mengenai sunnah tersebut muncul
karena perbedaan sudut pandang mereka dalam memahami kedudukan
1 Aceng Abdul Aziz Dy, ed, Islam Ahlusunnah Wal Jamaah Di Indonesia, Pustaka Maarif NU,
Jakarta, 2006. 53

Rasulullah. Ulama muhaddisin melihat pengertian sunnah dan persepektif


bahwa Rasulullah adalah sosok pemimpin dan peberi tauladan yang baik
sehingga mereka mengambil apa saja yang berkaitan dengan Nabi.
Ulama ushuliyah semata-mata menunjau sunnah dalam persepektif
bahwa Rasulullah adalah legislator syariah yang menetapkan dasar hukum
bagi para mujtahiddan yang menjelaskan kaidah hidup bagi manusia.oleh
karena itu, mereka hanya memperhatikan sabda, perbutan dan persetujuan
beliau dalam konteks legislasi hukum dan pengukuhannya.
Dalam definisi yang lain, sunnah di tunjukan kepada perkataan, perbutan
dan ketetapan (taqrir) Rasulullah . oleh karena itu sunnah identik dengan
hadits. Rahman menambahkan tentang sunnah yang mengatakan bahwa
sunnah merupakan konsep yang sahih dan opretif sejak awal islam dan tetap
demikian sepanjang masa.2
Dalam sebuah hadits di sebutkan, barang siapa yang melakukan sunnah
yang baik dalam islam, maka selain memperoleh pahala bagi dirinya, juga
mendapat tambahan pahala dari orang yang mengamalkan sesudahnya, tanpa
mengurangi sedikit pun pahala mereka. Dan barang siapa melakukan sunnah
yang jelek dalam islam, maka selain memperoleh dosa bagi dirinya, juga
mendapat tambahan dosa dari orang yang melakukan sesudahnya dengan
tanpa mengurangi sedikitpun dosa mereka.( HR. Muslim)
Menurut sebagai ulama hadits mutaakhirin kata sunnah adalah ibarat
(ungkapan) yang dapat menyelamatkan dari keraguan tentang aqidah,
khususnya dalam perkataan iman kepada Allah, para Malaikat-Nya, KitabKitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari akhir, takdir, dan masalah keutamaan para
sahabat.istilah sunnah menurut ulama hadits mutaakhirin tersebut lebih di
tekankan pada aspek aqidah, sebab aspek ini dianggap begitu penting, termsuk
bahaya penyelewengannya. Namun jika diperhatikan dengan seksama, lafazh
ini lebih mengacu kepada pengertian jalan hidup nabi Muhammad SAW dan
para sahabatnya, baik ilmu, amal akhlak, ataupun segi kehidupan lainnya.

2 Ibid, hal. 56

Istilah sunah menurut ulama hadits mutaakhirin tersebut lebih ditetapkan


pasa aspek aqidah, sebab aspek ini dianggap begitu penting, termasuk bahaya
penyelewengannya. Dan karenanya, dalam kajian-kajian islam kata sunnah
dihadapan secara diametri dengan bidah atau bentuk inovasi penyelewengan
dalam pengamalan agama.
Dalam hadits lain di sebutkan pengertian : sunnah Sungguh kamu akan
mengikuti sunnah-sunnah (perjalanan-perjalanan) orang yang sebelum kamu
sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta sehingga sekiranya mereka
memasuki lubang dab (serupa binatang biawak) nescaya kamu memasukinya
juga." (Hadith riwayat Muslim)
Jelaslah bahawa menurut hadith tersebut, perkataan sunnah itu diertikan
dengan perjalanan, sama ada baik atau pun yang jahat, sebagaimana yang
dimaksudkan oleh bahasa. Sunnah menurut istilah ahli hadith: ialah segala
yang dipindahkan dari nabi sallallahu 'alayhi wa sallam baik yang merupakan
perkataan, perbuatan, mahupun yang merupakan taqrir, sebelum nabi
dibangkitka menjadi rasul, mahupun sesudahnya. Kebanyakan ahli hadith
menetapkan bahawa pengertian yang demikian sama dengan pengertian
hadith.
Sunnah menurut pengertian dan istilah ahli usul: ialah segala yang
dipindahkan dari nabi sallallahu 'alayhi wa sallam sama ada perkataannya dan
perbuatannya, mahupun taqrirnya yang bersangkutan dengan hukum. Inilah
pengertian yang dimaksudkan oleh sabdanya ini:

"Sesungguhnya aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara tidak akan
kamu sesat selama kamu berpegang dengan keduanya: iaitu Kitab Allah dan
Sunnah Rasulnya". (Hadith riwayat Malik)
B. Bidah
Menurut ulama bidah berarti segala sesuatu yang diada-adakan dalam
bentuk yang belum ada contohnya (dari Nabi Muhammad SAW sahabat dan

generasi sesudahnya). Artinya segala sesuatu perbutan yang diada-adakan


dalam ajaran agama tanpa ada landasan syariat.
Para ulama berbeda pendapat dalam mendefiniskan bidah imam Syafii
mengatakan bahwa bidah adalah segala hal baru yang terdapat setelah masa
Rasulullah SAW, dan khulafa al-rasyidin. Ibnu rajab al-hambal mendefiniskan
bidah sebagai sesuatu yang baru yang tidak ada dasar syariatnya.
Dari aspek kajian ushul fiqih, bidah mengklasifikasikan menjadi dua
bagian : Pertama, bidah meliputi segala sesuatu yang diada-adakan dalam
bidang ibdah saja, bidah dalam pengertian ini adalah segala sesuatu yang
sengja diada-adakan dalam agama yang dipandang menyamakan syariat
agama.dan mengajarkannya secara berlebih-lebihan dalam beribadah kepada
Allah SWT. Kedua, bidah meliputi segala urusan yang sengaja diada-adakan
dalam agama, baik yang berkaitan dengan urusan ibadah maupun urusan adat.
Sedangkan dari aspek fikih biah adalah perbuatan yang tercela yang
diada-adakan dan bertentangan dengan Al-Quran, sunnah maupun ijmak.
Bidah ini lah yang dilarang oleh agama islam baik berupa perkataan maupun
perbuatan, namun dalam persoalan duniawi tidak termasuk dalam pengertian
ini.
Para ulama mengklasifikasikan bidah menurut bahasa menjadi dua
bagian, yaitu bidah hasanah dan bidah sayyiah. Bidah hasanah
diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu bidah wajibah, bidah mandubah,
dan bidah mubahah. Sedangkan bidah sayyiah diklasifikasikan menjadi
bidah makruhah dan bidah muharramah.
1. Bidah

wajibah

adalah

bidahsegala

perbuatan

yang

masuk

dalamkategorikaidah-kaidah wajib, dan masuk jugadalam kehendakdalil


agama. Misalnya mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf.
2. Bidah mandubah adalah segala perbuatan yang masuk dalam kategori
kaidah-kaidah nadb (sunat). Misalnya mengerjakan shalat tawarih secara
berjamaah pada bulan rahamadhan. Karena tidak pernah dilakukan oleh
Rasulullah SAW. Shalat terawih berjamaah tersebut pertama kali dilakukan
oleh umar ibn kattab.

3. Bidah mubahah adalah segala perbuatan yang termsukdalam ketegor


perbuatan yang di bolehkan (mubah). Seperti penggunaan pengeras suara
untuk azan.
4. Bidah makruhah adalah segala pekerjaan yang termasuk ke dalam
kategori perbuatan yang di benci (makruh). Musalnya menambah-nambah
perbuatan sunah yang

sudah ada

batasanya.

Sedangkan bidah

muharranmah adalah segala perbuatan yang termasuk ke dalam kategori


yang diharamkan. Seperti melakukan perbuatan yang bertentangan dengan
ajaran islam yang terdapat dalam Al-Quran dan sunnah. Bidah ini di
sebut sebagai bidah haqiqiyah.
Sementara para ulama yang memandang bidah dari aspek syariat
membagi bidah ke dalam dua jenis, yaitu bidah al-adiyah (bidah dalam
kebiasaan/adat sehari-hari). Dan bidah taabudiyah (bidah dalam ibadah).
Bidah al-adiyah adalah adat kebiasaan duniawiyang telah diserahkan
oleh rasulullah

kepada umatnya untuk dilakukan atau ditingglkan,

sebagimana dalam sabdanya: kamu lebih tau dengan urusan duniamu


(HR.Muslim) . jadi menurut kelompok ini bidah dalam arti sebenarnya adalah
hanya terbataas pada hal-hal yang meyangkut ibadah.
Hadits Tentang sunnah dan Bidah
Hadis dalam Shahih Muslim: Adalah Rasulullah SAW. apabila
berkhutbah memerah kedua mata beliau dan lantang suara beliau, beliau
bersabda: Artinya : (Amma badu), Maka sesungguhnya sebaik-baik
pembicaraan adalah Kitabullah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk
Muhammad saw. dan sejelek-jelek perkara adalah yang muhdatsat (baru
dibuat-buat), dan setiap yang muhdats adalah bidah dan setiap yang bidah
adalah dhalal (kesesatan). Hadis yang sama juga diriwayatkan Bukhari
mauqf (sebagai ucapan) Ibnu Masud.
Hadis Jarir dalam riwayat Muslim di bawah ini akan memperjelas:
Artinya :Barang siapa mebuat sunnah baik dalam Islam maka baginya
pahalanya dan pahala orang-orang yang mengamalkannya setelahnya, tanpa
berkurang sedikitpun pahala mereka. Dan barang siapa membuat sunnah

jelek dalam Islam maka atas dosanya dan dosa orang-orang yang
mengamalkannya setelahnya tanpa berkurang sedikitpun dosa-dosa mereka.
C. Bidah Menurut Ahlusunnah Wal Jammah
Ahli Sunnah wal Jamaah berpendapat bahwa bidah yang menentang
sunnah terjadi dalam perkara-perkara yang samar dan ada kalanya terjadi
berkenaan dgn perkara-perkara prinsip utama. Oleh sebab itu pelaku-pelaku
bidah bersama pendukungnya mempunyai tingkat penyimpangan yg berbedabeda terhadap Sunnah. Sebagian mereka berselisih dalam soal lafaz dan asma
sebagian lagi berselisih dalam soal makna dan hakikat segala sesuatu.
Berdasarkan hal tersebut Ahli Sunnah wal Jamaah membagi bidah dalam
beberapa bagian.
Bidah yang tidak menyebabkan pelakunya kafir. Mengenai hal ini tidak
ada perselisihan di antara para ulama seperti bidah yang dilakukan kelompok
Murjiah dan Syiah Mufadhillah.
Bidah yang di dalamnya masih terdapat perselisihan di kalangan para
ulama soal kafir atau tidaknya terhadap para pelakunya seperti bidah yang
dilakukan Khawarij dan Rafidhah.
Bidah yang para pelakunya dikafirkan berdasarkan kesepakatan ulama
misalnya bidah yang dilakukan Jahmiyah murni. Kelompok-kelompok yang
menisbatkan diri kepada orang-orang yang mengakui prinsip-prinsip agama
dan kalam juga bertingkat-tingkat. Di antara mereka ada yang menyalahi
sunnah dalam persoalan prinsip utama dan ada yang menentang Sunnah dalam
persoalan samar .
BAB III
ANALISIS
Sunnah identik dengan hadits kadang-kadang sunah di tujukan kepada
realitas praktis dalam menciptakan syaraat pada masa kenabian, artinya kondisi
yang dipraktekan olej umat islam pada periode awal. Dalam sebuah hadits
disebutkan , barang siapa melakukan sunah yang baik dalam islam, maka selalu

memperoleh pahala bagi dirinya juga mendapatkan tambahan pahala dari orang
yang mengamalkan sesudahnya dengan tanpa mengurangi sedikitpun pahala
mereka. Bidah menururt syara definisi bidah menurut syariat ulama tidak
tersebut dalam hadits juga tidak tersebut dalam Quran.
Bidah merupakan hal yang sangat membahayakan umat Islam bila tidak
bisa menganalisa dengan seksama. Oleh sebab itu dengan adanya mempelajari dan
mengkaji tentang bidah hendaklah kita bisa membedakan dan menikah mana
yang bidah merupakan hasanah dan menikah mana yang bidah merupakan
dolalah.
Mengkaji materi tentang bidah di pandangan sangat perlu sekali bagi kita
supaya tidak terbelenggu dalam syariat yang bukan sebenarnya. Menurut syariat
agama kita.

BAB IV
KESIMPULAN
Menurut ahli usul : ialah segala yang dipindahkan dari nabi sallallahu
'alayhi wa sallam sama ada perkataannya dan perbuatannya, mahupun taqrirnya
yang bersangkutan dengan hukum. Menurut ulama bidah berarti segala sesuatu
yang diada-adakan dalam bentuk yang belum ada contohnya dari Nabi
Muhammad SAW sahabat dan generasi sesudahnya.
Menurut ulama ushul fiqih, bidah mengklasifikasikan menjadi dua
bagian, yaitu :
1) Bidah meliputi segala sesuatu yang diada-adakan dalam bidang ibdah saja,
bidah dalam pengertian ini adalah segala sesuatu yang sengja diada-adakan
dalam

agama

yang

dipandang

menyamakan

syariat

agama.dan

mengajarkannya secara berlebih-lebihan dalam beribadah kepada Allah SWT.


2) Bidah meliputi segala urusan yang sengaja diada-adakan dalam agama, baik
yang berkaitan dengan urusan ibadahmaupun urusan adat.

DAFTAR PUSTAKA
Aceng Abdul Aziz Dy, ed, Islam Ahlusunnah Wal Jamaah Di Indonesia, Pustaka
Maarif NU, Jakarta, 2006

Anda mungkin juga menyukai