PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam sabda-sabda Nabi saw., Sunnah dan bidah adalah dua hal yang
saling berhadap-hadapan, karenanya pemahaman tentang salah satunya tidak
akan tepat tanpa memahami lawannya, sebab seperti dalam peribahasa
Arab: wa bidhiddihha tatayyanu al asy-yu = dengan mengenal lawannya,
segala sesuatu menjadi jelas.
Banyak dari para penulis langsung terjun membatasi makna bidah
tanpa terlebih dahulu memastikan apa makna sunnah, sementara ia adalah
yang asal, kanenanya mereka terjebak dalam kesempitan tanpa dapat bisa
keluar darinya dan berbenturan dengan bukti-bukti/dalil-dalil nash yang
menentang pembatasan mereka akan makna bidah. Andai mereka terlebih
dahulu menetapkan apa makna sunnah itu pastilah mereka terhindar dari
masalah tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari sunnah dan bidah ?
2. Bidah menirut ahlusunnah wal jamaah itu yang seperti apa ?
.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sunnah
Secara etimologis, kata sunnah berarti jalan atau cara yang telah
mendasari. Sunah juga berarti praktek yang diikuti, arah, model perilaku, atau
disiplin
ilmu
keislaman.
Ulama
muhaddisin
memberikan
2 Ibid, hal. 56
"Sesungguhnya aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara tidak akan
kamu sesat selama kamu berpegang dengan keduanya: iaitu Kitab Allah dan
Sunnah Rasulnya". (Hadith riwayat Malik)
B. Bidah
Menurut ulama bidah berarti segala sesuatu yang diada-adakan dalam
bentuk yang belum ada contohnya (dari Nabi Muhammad SAW sahabat dan
wajibah
adalah
bidahsegala
perbuatan
yang
masuk
sudah ada
batasanya.
Sedangkan bidah
jelek dalam Islam maka atas dosanya dan dosa orang-orang yang
mengamalkannya setelahnya tanpa berkurang sedikitpun dosa-dosa mereka.
C. Bidah Menurut Ahlusunnah Wal Jammah
Ahli Sunnah wal Jamaah berpendapat bahwa bidah yang menentang
sunnah terjadi dalam perkara-perkara yang samar dan ada kalanya terjadi
berkenaan dgn perkara-perkara prinsip utama. Oleh sebab itu pelaku-pelaku
bidah bersama pendukungnya mempunyai tingkat penyimpangan yg berbedabeda terhadap Sunnah. Sebagian mereka berselisih dalam soal lafaz dan asma
sebagian lagi berselisih dalam soal makna dan hakikat segala sesuatu.
Berdasarkan hal tersebut Ahli Sunnah wal Jamaah membagi bidah dalam
beberapa bagian.
Bidah yang tidak menyebabkan pelakunya kafir. Mengenai hal ini tidak
ada perselisihan di antara para ulama seperti bidah yang dilakukan kelompok
Murjiah dan Syiah Mufadhillah.
Bidah yang di dalamnya masih terdapat perselisihan di kalangan para
ulama soal kafir atau tidaknya terhadap para pelakunya seperti bidah yang
dilakukan Khawarij dan Rafidhah.
Bidah yang para pelakunya dikafirkan berdasarkan kesepakatan ulama
misalnya bidah yang dilakukan Jahmiyah murni. Kelompok-kelompok yang
menisbatkan diri kepada orang-orang yang mengakui prinsip-prinsip agama
dan kalam juga bertingkat-tingkat. Di antara mereka ada yang menyalahi
sunnah dalam persoalan prinsip utama dan ada yang menentang Sunnah dalam
persoalan samar .
BAB III
ANALISIS
Sunnah identik dengan hadits kadang-kadang sunah di tujukan kepada
realitas praktis dalam menciptakan syaraat pada masa kenabian, artinya kondisi
yang dipraktekan olej umat islam pada periode awal. Dalam sebuah hadits
disebutkan , barang siapa melakukan sunah yang baik dalam islam, maka selalu
memperoleh pahala bagi dirinya juga mendapatkan tambahan pahala dari orang
yang mengamalkan sesudahnya dengan tanpa mengurangi sedikitpun pahala
mereka. Bidah menururt syara definisi bidah menurut syariat ulama tidak
tersebut dalam hadits juga tidak tersebut dalam Quran.
Bidah merupakan hal yang sangat membahayakan umat Islam bila tidak
bisa menganalisa dengan seksama. Oleh sebab itu dengan adanya mempelajari dan
mengkaji tentang bidah hendaklah kita bisa membedakan dan menikah mana
yang bidah merupakan hasanah dan menikah mana yang bidah merupakan
dolalah.
Mengkaji materi tentang bidah di pandangan sangat perlu sekali bagi kita
supaya tidak terbelenggu dalam syariat yang bukan sebenarnya. Menurut syariat
agama kita.
BAB IV
KESIMPULAN
Menurut ahli usul : ialah segala yang dipindahkan dari nabi sallallahu
'alayhi wa sallam sama ada perkataannya dan perbuatannya, mahupun taqrirnya
yang bersangkutan dengan hukum. Menurut ulama bidah berarti segala sesuatu
yang diada-adakan dalam bentuk yang belum ada contohnya dari Nabi
Muhammad SAW sahabat dan generasi sesudahnya.
Menurut ulama ushul fiqih, bidah mengklasifikasikan menjadi dua
bagian, yaitu :
1) Bidah meliputi segala sesuatu yang diada-adakan dalam bidang ibdah saja,
bidah dalam pengertian ini adalah segala sesuatu yang sengja diada-adakan
dalam
agama
yang
dipandang
menyamakan
syariat
agama.dan
DAFTAR PUSTAKA
Aceng Abdul Aziz Dy, ed, Islam Ahlusunnah Wal Jamaah Di Indonesia, Pustaka
Maarif NU, Jakarta, 2006