Anda di halaman 1dari 10

BID’AH DAN AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah:

KE-ALKHIDMAHAN

Dosen pengampu:

Abdullah Bahannan, M.pd.

Oleh:

Zidan Syahrul Akbar

MA’HAD ALY AL-FITHRAH

TAKHASSUS TASAWUF DAN TAREKAT

(TASHAWWUF WA THARIQATUHU)

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada era zaman akhir ini bermunculan Aliran-aliran yang beraneka
ragam corak dan warnanya. Dimana masing-masing aliran mengklaim bahwa
golongan merekalah yang paling benar. Memang hal ini sudah disabdakan
oleh Baginda Rosululloh SAW,bahwa umatnya nanti akan terpecah menjadi
73 golongan. Dan hanya satu yang selamat dan akan masuk syurga.
Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengetahui ciri-ciri golongan
yang di janjikan Rosulullah. Agar kita selamat. Atas dasar inilah, saya akan
membahas tentang golongan yang setia pada Rosulnya dan sahabatnya yang
kita kenal dengan golongan ASWAJA.
Akan tetapi, banyak dari golongan-golongan yang mengklaim dirinya
sebagai ahlussunnah. Mereka menyerang dengan membid’ahkan-bid’ahkan.
Padahal mereka sendiri tidak mengerti devinisi dari bid’ah itu sendiri. Oleh
karena itu makalah ini membahas tuntas tentang bid’ah dan ahlussunnah wal
jamaah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Bid’ah Dan Sunnah?
2. Apa Perbedaan Bid’ah Dan Sunnah?
2. Bagaimana Ajaran-Ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bid’ah
Bid’ah menurut bahasa, diambil dari bida’ yaitu mengadakan sesuatu
tanpa ada contoh. Bid’ah menurut istilah (syar’i atau terminologi) adalah
sesuatu yang diada-adakan menyerupai syariat tanpa ada tuntunannya dari
Rasulullah yang diamalkan seakan-akan bagian dari ibadah.
Syekh Aly Mahfudh telah mendefinisikan bid’ah secara rinci dalam
kitabnya Al ibda’fi Madharil Ibtida’. Menurut bahasa bid’ah adalah segala
sesuatu yang diciptakan dengan tidak diketahui contoh-contohnya. Sedangkan
menurut istilah yaitu suatu ibarat (gerak dan tingkah laku lahir batin) yang
berkisar pada masalah-masalah agama (syari’at Islamiyah), dilakukan
menyerupai syari’at dengan cara berlebihan dalam pengabdian kepada Allah
SWT.
Pendapat Syekh Aly Mahfudh tersebut bersumber pada firman Allah
yang menyatakan bahwa Rasulullah Saw adalah bukan rasul yang berbuat
sewenang-wenang tanpa ada contoh dari rasul-rasul sebelumnya. Tugas beliau
merupakan kelanjutan dari tugas-tugas nabi terdahulu, bahkan Allah
menjadikan beliau sebagai nabi akhir zaman, maka beliau tidak akan berbuat
sesuatu apapun kecuali apa yang telah diriwayatkan Allah melalui malaikat
Jibril.Karena itu secara tegas Nabi bersabda “Barang siapa yang mengada-
adakan dalam ajaran Islam ini yang tidak ada sumbernya dari Islam, maka
urusan itu ditolak (fasid).
Definisi bid’ah oleh Imam asy Syathibi', adalah "cara beragama yang
dibuat-buat, yang meniru syariat, yang dimaksudkan dengan melakukan hal itu
sebagai cara berlebihan dalam beribadah kepada Allah SWT". Ini merupakan
definisi bid'ah yang paling tepat, mendetail, dan mencakup serta meliputi
seluruh aspek bid'ah.

2
Dalam kitab Apa itu Manaqib karangan Syaikh Ahmaad Asrori
mengutip perkataan Habib Muhammab bin Alawy berkata: Setiap Ulama yang
dilakukan oleh ulama’ salafusshalih tidaklah dinamakan bid’ah munkaroh
sayyiah sehingga tidak haram dilakukan dan wajib diingkari. Akan tetapi
harus diukur dengan dalil-dalil syara’. Jika memuat kemaslahatan maka
hukumnya wajib dan seterusnya. Hal tersebut sesuai qaidah fiqih “hukum
setiap perantara itu sama dengan yang dituju.1
B. Pengertian Sunnah
Pada hakikatnya, dalam terminologi syariat, sunnah mempunyai lebih
dari satu makna. Kata sunnah dalam pengertian terminologis fuqaha adalah
'salah satu hukum syariat' atau antonim dari fardhu dan wajib. Ia bermakna
sesuatu yang dianjurkan dan didorong untuk dikerjakan. Ia adalah sesuatu
yang diperintahkan oleh syariat agar dikerjakan, namun dengan perintah yang
tidak kuat dan tidak pasti. Sehingga, orang yang mengerjakannya akan
mendapatkan pahala, dan orang yang tidak mengerjakannya tidak
mendapatkan dosa kecuali jika orang itu menolaknya dan sebagainya. Dalam
pengertian ini, dapat dikatakan bahwa shalat dua rakaat sebelum shalat shubuh
adalah sunnah, sementara shalat shubuh itu sendiri adalah fardhu.
Adapun sunnah secara terminologis (istilah) yang disimpulkan oleh
para ulama ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhamad saw baik
berupa ucapan (hadits), aksi (perbuatan) maupun determinasi atau
pengakuannya.
Menurut para ahli ushul fiqih, sunnah adalah apa yang diriwayatkan
dari Nabi saw., berupa ucapan, perbuatan, atau persetujuan. Ia dalam
pandangan ulama ushul ini, adalah salah satu sumber dari berbagai sumber
syariat. Oleh karena itu, ia bergandengan dengan Al-Qur'an. Misalnya, ada
redaksi ulama yang mengatakan tentang hukum sesuatu: masalah ini telah
ditetapkan hukumnya oleh Al-Qur'an dan sunnah.
Sementara, para ahli hadits menambah definisi lain tentang sunnah.
Mereka mengatakan bahwa sunnah adalah apa yang dinisbatkan kepada Nabi
SAW, berupa ucapan, perbuatan, persetujuan, atau deskripsi--baik fisik
maupun akhlak--atau juga sirah (biografi Rasul saw.).

1
Ahmad Asrori Al-Ishaqi, Apa Manaqib Itu?, 2010 (Surabaya: alwava) hal 75.

3
Para sahabat mengetahui kedudukan Sunnah maka mereka berpegang
teguh padanya dan mengikuti atsar-atsar Rasulullah Saw.. Mereka tidak mau
menyalahi ataupun berpaling dari sunnah. Karena itu, mereka sangat berhati-
hati dalam meriwayatkan hadits dari Nabi Saw. karena khawatir berbuat
kesalahan dan takut sunnah yang suci itu ternodai oleh kedustaan dan
pengubahan.2
C. Perbedaan Sunnah dan Bid’ah
Sunnah adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi, baik
berupa ucapan, ketetapan dan sifat. Adapaun yang dimaksud dengan bid’ah
adalah perkara yang baru dalam agama. Di antara kaidah-kaidah yang telah
disebutkan oleh para ulama tentang bid’ah adalah: "Setiap amal perbuatan
yang tidak dikerjakan Nabi , pada saat yang sama adanya petunjuk dan tidak
adanya penghalang untuk melakukan amal tersebut, maka mengerjakannya
adalah bid’ah".
Yang bukan termasuk bid’ah adalah mengerjakan shalat tarawih dan
mengumpulkan al-Qur’an. Adapun yang pertama, Nabi tidak melakukannya
terus menerus secara berjamaah dikarenakan adanya penghalang yaitu takut
jika hal tersebut diwajibkan. Adapun mengumpulkan al-Qur’an tidak
dilakukan oleh Nabi karena tidak adanya petunjuk untuk itu, namun ketika
jumlah kaum muslimin semakin banyak dan daerah penyebaran Islam semakin
meluas, para sahabat khawatir akan adanya kesamaran, akhirnya mereka
mengumpulkan al-Qur’an. Dan yang menjadi ketetapan di antara para ahli
ilmu adalah suatu ibadah dibangun atas dasar tauqif (berhenti pada diri Nabi ).
Tidaklah beribadah kepada Allah kecuali dengan apa yang telah disyariatkan
oleh-Nya atau berdasarkan perkataan Rasul-Nya. Dan setiap perkara yang
tidak ada dasar nashnya dalam syari`at maka mengerjakannya atau
mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan tersebut termasuk kategori
bid’ah. Rasulullah bersabda:
"Siapa yang mengadakan dalam urusan kami ini yang tidak ada
petunjuk atasnya maka ia tertolak." (HR. Muslim)
Suatu contoh keragu-raguan orang-orang yang shalat berjamaah untuk
mengingatkan, kemudian salah seorang di antara mereka berkata subhanallah!

2
Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, (Semarang: Pustaka Rizki
Putra, 2009), Cet. ke-3, hlm. 206

4
Akhirnya jamaah yang lain berkata subhanallah, atau ia berkata allahu akbar,
kemudian jamaah yang lain menyahut allahu akbar! Maka mengingatkan
dengan bentuk seperti ini belum ada riwayatpun dari Rasulullah ataupun para
sahabatnya. Kalau sekiranya hal ini baik, tentulah mereka akan mendahului
kita dalam mengamalkannya. Kalau mereka melakukannya pastilah khabar
atau dalilnya akan sampai kepada kita dan akan banyak sekali penukilannya.
Telah banyak yang menukil perbuatan Rasulullah beserta para sahabat tentang
perkara yang lebih detil daripada masalah tersebut di atas.
Adapun perselisihan yang terjadi antara kaum muslimin ketika mereka
berselisih pendapat, maka yang wajib adalah kembali kepada ketentuan nash
al-Qur`an ataupun as-Sunnah. Allah memerintahkan kita sebagaimana dalam
firman-Nya:
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya"
(QS. An-Nisa: 59)
Maka kewajiban kita kepada orang yang melakukan kebid’ahan adalah
menasehati mereka semampu kita dan menjauh dari mereka. Hendaklah kita
senantiasa berpegang teguh dengan sunnah yang mulia.
D. Ajaran Ahlussunnah wal Jamaah
Ahlusunnah merupakan kata majemuk dari kata ahl dan al-sunnah.
kata ahl berarti keluarga atau kelompok, sedangkan al-sunnah berarti
kebiasaan dan ajaran yang disampaikan oleh nabi.
Sedangkan yang di maksud Al-Jama’ah ialah jama’ah Rasulullah dan
mereka adalah para sahabat dan tabi’in. Mereka itu adalah orang-orang yang
di jamin selamat dari api neraka. Firqoh ini terbagi menjadi dua yakni
ahlussunnah salaf dan ahlussunah khalaf.3 Di tinjau dari segi istilah
(terminologi), Ahlussunah berasal dari hadits-hadits nabi SAW antara lain:
‫ فواحدة فى الجنة وثنئان وسبعون فى‬,‫والذي نفس محّم د بيده لتفترق أمتي على ثالث وسبعين فرقة‬
)‫(رواه الطبرنى‬,‫هم اهل السنة والجماعة‬:‫من هم يارسول هللا ؟قال‬:‫النارقيل‬

3
Eka putra wirman, kekuatan Ahlulsunnah.(Jakarta:hak cipta,2010) hal 23

5
“Demi tuhan yang jiwa Muhammad ada dalam genggamanNya, umatku akan
bercerai berai ke dalam 73 Golongan. Yang satu masuk syurga dan yang 72
masuk neraka. Ditanyakan:”siapakah mereka(golongan yang masuk surga
itu), wahai Rosulullah?”. Beliau Menjawab: “mereka adalah Ahlus Sunnah
wal Jama’ah”,(HR, Thabrani)
Dalam buku lain di jelaskan:”Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah
golongan umat islam yang selalu berpegang teguh pada kitab allah (al-qur’an)
dan sunnah rosul, serta para sahabat Nabi SAW, yang Melaksanakan petunjuk
dari al-qur’an dan sunah rosul tersebut.4
Kelompok ini biasa menyebut dirinya Islam Aswaja. Pemahaman
mereka ialah bahwa yang dihukumkan dengan orang Islam, ialah orang yang
memenuhi tiga syarat, yaitu : Menuturkan dua kalimat syahadat dengan lisan,
dan diikuti dengan kepercayaan hati dan buktikan dengan amal. Menurut
Ahlus Sunah wal Jama’ah, bahwa orang yang mengerjakan dosa besar atau
mengingkari kewajiban-kewajiban yang diperihtahkan Allah sampai mati
tidak sempat tobat, dihukumkan sebagai mukmin “yang melakukan maksiat.
Hukumnya di akhirat kelak, bila tidak memperoleh ampunan dari Allah akan
masuk neraka untuk menjalani hukumannya. Sesudah menjalani azab dan
hukumnya itu, ada harapan mendapat kebebasan dan masuk surga.
Dalam bidang tauhid, Ahlussunnah wal jamaah mengikuti abu hasan
al-Asyari sedangkan dalam bidang fiqihnya mengikuti salah satu dari 4
madzhab, yakni Imam Hanafi, maliki syafii dan hambali.5
Jika kita mencermati doktrin-diktrin paham ASWAJA, baik dalam
aqidah(iman), Syari’at(islam), ataupun Akhlak (ihsan), maka bisa di dapati
sebuah metodologi islam di antaranya:6
1. Tasawuth (moderat)
Taswuth adalah sikap tengah yang tidak cenderung ke kanan atau ke
kiri dan mengambil solusi yang paling baik.
2. Tawazun (berimbang)

4
Purna siswa Aliyah, Aliran-aliran Teologi Islam (jawa timur:Maddrasah hidayatul Mubtadi’in 2008),
165
5
Ahmad Asrori Al-Ishaqi, Apa Manaqib Itu?, 2010 (Surabaya: alwava) hal 84
6
Al-Imam Ahmad bin Hanbal Rahimatullah, Syarah Ushulus Sunnah Keyakinan Al-Imam Ahmad
dalam Aqidah, (Bogor: CV. Darul Ilmi, 1432 H/2011 M), hlm. 35-36.

6
Tawazun adalah sikap berimbang dan harmons dalam mengintegrasikan
dan mensinergikan dalil- dalil (pijakan hukum) pertimbangan –
pertimbangan untuk memutuskan sebuah keputusan dan kebijakan prinsip
menhindari yang serba kanan dan kiri.
3. Ta’adul (netral dan adil)
Adalah sikap adil dan netral dalam melihat /menimbang, menyikapi
dan menyelesaikan segala permasalahan. Apabila dalam realitasnya terjadi
tafdlul (keungulan) maka keadilan mununtut perbedan dan pengutamaan
(tafdllil)
‫يااّيهاّالذين أمنواكونواقّواِم ين هّلل شهداء باالقسط وال يحرمّنكم شنأن قوٍم َع َلى َاَّال تِع دلوا اعدلوا‬
‫هوَاْقرب للَّتقوى‬
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan ( kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan
adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap kaum, mendorong
kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah karna adil itu lebih dekat
kepada taqwa.(Al-Maidah:9)
4. Tasamuh
Sikap toleran yang bersedia menghargai terhadap segala kenyataan,
perbedaan dan keanekaragaman, baik dalam pemikiran, keyakinan, sosial
kemasyarakatan, suku, bangsa, agama, tradisi budaya dll.
‫يَااّيهَاالَّناس اّنا خلقنا كم من َذ كٍر َو ُانَثى وجعلنَاُك م ُش ُعوًبا وقَبائُل ِلَتَع ارُفوا اّن أكرمكم ِع ند ِهللا اتَقاُك م‬,
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertaqwa di antara kamu.(QS. Alhujurat:13)”

7
BAB III

KESIMPULAN

1. Bid’ah adalah suatu hal yang tidak terdapat pada konteks ajaran Islam
yang dibawa Rasulullah Saw, baik dalam masalah aqidah maupun syariah
yang aturan-aturannya sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah
secara tafshil (rinci). Sedangkan sunnah adalah jalan sesuatu, sunnah
Rasulallah saw berarti jalan Rasulallah saw yaitu jalan yang ditempuh dan
ditunjukkan oleh beliau.Sunnatullah dapat diartikan Jalan hikmah-Nya dan
jalan mentaati-Nya. Bid’ah adalah sesuatu yang diada-adakan menyerupai
syariat tanpa ada tuntunannya dari Rasulullah yang diamalkan seakan-akan
bagian dari ibadah.
2. Perbedaan dan persamaan atau menyerupai sunnah dan bid’ah tercermin
pada polemik sunnah pada kalangan pro dan kontra sunnah. Kewajiban
kita kepada orang yang melakukan kebid’ahan adalah menasehati mereka
semampu kita dan menjauh dari mereka. Hendaklah kita senantiasa
berpegang teguh dengan sunnah yang mulia.
3. Dalam bidang tauhid, ajaran Ahlussunnah wal jamaah mengikuti abu
hasan al-Asyari sedangkan dalam bidang fiqihnya mengikuti salah satu
dari 4 madzhab, yakni Imam Hanafi, maliki syafii dan hambali.
Metodologi pemikiranya meliputi tawasuth, tawazun ta’adul, dan tasamuh

8
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ishaqi, Ahmad Asrori. Apa Manaqib Itu?, 2010 (Surabaya: alwava).

Aliyah, Purna siswa. Aliran-aliran Teologi Islam (jawa timur:Maddrasah hidayatul

Mubtadi’in 2008).

Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, (Semarang:

Pustaka Rizki Putra, 2009), Cet. ke-.

Rahimatullah, Al-Imam Ahmad bin Hanbal. Syarah Ushulus Sunnah Keyakinan Al-

Imam Ahmad dalam Aqidah, (Bogor: CV. Darul Ilmi, 1432 H/2011 M).

Wirman, Eka putra. kekuatan Ahlulsunnah.(Jakarta:hak cipta,2010).

Anda mungkin juga menyukai