Disusun oleh :
1. M. Jaenudin Wafa
2. Abdul Mukhan
3. Rizqul Akbar
4. Anieq Aulawiyah
والصالة والسالم على سيد نا محمد سيد األنبيا, وبه نستعين على امور الد نيا والدين,الحمد هلل رب العا لمين
أما بعد,ء وامام المرسلين وعلى اله وصحبه اجمعين
Puji syukur ke hadirat Allah SWT. Shalawat dan salam senantiasa
dihaturkan ke pangkuan Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan umat-
Nya. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kita semua. Amin.
Syukur Alhamdulillah, makalah berjudul “Aktualisasi Bid’ah Hasanah”
telah selesai.
Makalah ini diajukan guna memenuhi Tugas Mata Kuliah ASWAJA,
dengan dosen pengampuh Bapak Dedeb Purbaya, M.Pd. Kami berharap semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para pembaca.
Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata bid’ah dalam khazanah islam merupakan lawan kata Sunnah.
Bid’ah oleh Imam Abu Muhammad ‘Izzudin bin Abdussalam sebagai,
“fi’lun ma lam yu’had fi ‘ashri rasulillahi shalla Allah ‘alaihi wa sallam”
(mengerjakan sesuatu yang tidak pernah dikenal (terjadi) pada masa
Rasulullah SAW). Kata Sunnah di definisikan dengan “At-thariqah al-
maslukhah fii ad-din bi an salakaha rasulullah shalla Allah ‘alaihi wa
sallam aw al-salaf al-shalih min ba’dihi” (jalan yang dijalani dalam
agama karena biasa dijalani Rasulullah dan oleh orang-orang terdahulu
yang shalih, sesudah Rasulullah SAW wafat).
Tema ‘Bid’ah’ selalu hangat dan aktual untuk dibicarakan. Hal ini
disamping karena memang banyak terjadi problem di masyarakat yang
berkaitan dengan bid’ah, juga dari waktu ke waktu selalu hadir kelompok-
kelompok yang menolak aktivitas tradisi keagamaan masyarakat dengan
alasan bid’ah.
Oleh karena itu, tulisan ini bernaksud mengupas bid’ah dalam
presepektif Al-Qur’an, hadits dan aqwal para ulama yang otoritatif,
terutama para ulama yang menjadi rujukan utama kaum salafi atau wahabi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dengan latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam makalah ini adalah:
1. Apa definisi dari bid’ah?
2. Ada berapakah pembagian bid’ah?
3. Bagimana pemahaman kelompok penolak bid’ah hasanah?
4. Apa itu macam-macam bid’ah hasanah sejak masa Rasulullah hingga
tabi’in?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi dari bid’ah
2. Untuk mengetahui pembagian dari bid’ah
3. Untuk mengetahui pemahaman kelompok penolak bid’ah hasanah
4. Untuk lebih mengenal bid’ah hasanah pada masa Rasulullah dan
tabi’in
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bid’ah
Kata bid’ah secara bahasa memiliki dua kata asal, pertama, al-
bad’u diambil dari fi’il madhi/bada’a, dan kedua, al-ibda’ yang diambil
dari fi’il madhi/abda’a. Kedua kata tersebut memiliki makna yang sama,
yaitu kata/ibarat yang memiliki makna tumbuhnya sesuatu tanpa adanya
contoh sebelumnya, yang diada-adakan, dan merupakan kreasi sebelumnya
tidak ada. Jika dikatakan fulanun bada’a fii hadzal amri berarti orang yang
pertama kali melakukannya dan belum ada orang lain yang melakukannya.
Adapun kata abda’a wa ibtida’a wa tabadda’a berarti mengada-adakan
bid’ah, seperti yang difirmankan Allah Swt (Qs. Al-Hadid [27]:27).
“Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak
mewajibkannya kepada mereka (yang Kami wajibkan hanyalah) mencari
keridhaan Allah.
Bid’ah, sebagaimana pendapat syekh Zaruq dalam kitab “Uddatul
Murid”, secara syari’at adalah memperbaharui perkara dalam agama yang
menyerupai ajaran agama itu sendiri, padahal bukan bagian dari agama.
Baik bentuk maupun hakikatnya. Sebagaimana sabda Nabi Saw.
َ َث فِى اَ ْم ِرنَا َه َذا لَ ْي
س ِم ْنهُ فَ ُه َو َر ٌّد َ َمنْ اَ ْحد
Dalam hal bid’ah, para ulama terbagi menjadi dua kelompok besar,
pertama, kelompok ulama yang berpegang pada pendapat bahwa semua bid’ah itu
sesat. Kelompok ini adalah pendukung pendapat Imam Maliki pendiri madzhab
Maliki. Kelompok kedua adalah kelompok yang berpegang pada pendapat bahwa
bid’ah itu tidak seluruhnya sesat, ada yang sesat dan tercela/madzmumah, dan ada
yang hasanah dan terpuji/mahmudah. Kelompok kedua ini adalah pendukung
pendapat Imam Syafi’i (pendiri madzhab Syafi’i).
Pengelompokan ini terjadi karena adanya sebab yang melatar belakangi,
yaitu adanya perbedaan pemahaman terhadap keberlakuan lafadz “kullu” yang
terdapat pada hadits “kullu bid’atin dholalah”. Kelompok pertama memahami
lafadz “kullu” berlaku ‘am muthlak/berlaku umum secara muthlak, sementara
kelompok kedua memahami lafadz “kullu” sebagai lafadz ‘am makhshus/lafadz
umum yang berlaku khusus, Disamping itu, mereka berbeda dalam pemaknaan
kata “sanna” dalam hadits “man sanna sunnatan hasanatan”. Kelompok pertama
memahami kata “sanna” dengan makna “melakukan sesuatu yang sudah pernah
ada”, sedangkan kelompok kedua memaknai kata “sanna” dengan pengertian
“melakukan sesuatu yang baru yang belum pernah ada sebelumnya.”
.
DAFTAR PUSTAKA