Anda di halaman 1dari 28

SUNN

&
AH BID’A
H
Dosen :
Ahmad Syaifuddin S.Pd.I., M.Pd.I
Mata Kuliah :
ASWAJA
Di Susun Oleh :

Muhammad Akmalul Ibad (2131320000755)


Latifatul Isna Ar Rahmah ( 231320000772 )
Meyke Ratu Rahmatyas ( 231320000791
)
BAB
I

PENDAHULUAN
DIiskripsi Singkat Relevansi Kompetesi
DISKRIPSI
SINGKAT
Sunnah &
Bid’ah
Diskipsi
Singkat
Akhir-akhir ini kata Sunnah dan Bid’ah adalah dua kata yang sering kali
muncul ke permukaan. Sunnah berarti hal yang pernah dilakukan
Rosulluhhoh dan Bid’ah adalah sebaliknya. Perdebatan klasik antar
keduanya tidak hanya mengarah pada soal soal agama saja tetapi
juga pada konstruksi simbol-simbol dan Sunah yang mencapai taraf
perdebatan yang kental dengan aroma ideologis bahkan politis.

Pemahaman lebih mendalam tentang konflik tentang Sunnah dan


Bid'ah ini, kita dapat mengelola perbedaan pendapat dengan bijak dan
mencari solusi yang lebih mendekati kesepakatan dalam meningkatkan
pemahaman kita tentang agama Islam.

Maka dari itu akan kita tujukan untuk memahami makna Sunnah dan
Bid'ah dengan lebih mendalam, dengan tujuan agar tidak mlenceng
dari jalur faham ASWAJA
RELEVA
NSI
RELEVA
NSI

ANTAR POKOK BAHASAN


Idiologi
Faham Pokok
Tafkiri
Lain Ajarani
Urgensi
Bermadzhab

INTERN POKOK BAHSAN


Nilai-Nilai Aswaja
Annahdiyyah
Radikalisme & Gerakan Islam
Liberalisme Trannasional
KOMPETE
NSISunnah &
Bid’ah
RELEVA
NSI

Standar Kompetensi
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang sunnah dan bid'ah dengan mengacu
kepada jurnal-jurnal akademik di bidang Pendidikan

Kpmpetensi Dasar
Pengertian Sunnah &
Bid’ah
Dalil-Dalil Macam- Macam
Bid’ah Bid’ahl
BAB
I

PEMBAHASAN
Pengertian Sunnah & Bida’h
Dalil- Dalil Bid’ah
Macam-Macam Bid’ah
PENGERTI
AN Bid’ah
Sunnah &
Penegertian
Sunnah
• Secara Etimologi
berarti sesuatu yang mengalir atau berlalu dengan mudah, jalan, tradisi, praktek,
arah, peraturan, dan ketentuan, atau dapat juga di artikan sebagai jalan tengah,
penengah diantara extrimisme, dan jalan lurus yang terpuji.
• Secara Terminlogi
sunnah di kategorikan menjadi tiga, yaitu :
• Menurut Ulama Fiqih (Fuqohah)
mereka bependapat sunnah adalah sesuatu yang jika bukan fardu, wajib, makruh,
atau haram dan jika dilakukan bernilai pahala,
• Menurut Ulama Uslul Fiqi (Usuliyyun)
sunnah adalah sesuata yang bersandarkan pada nabi Muhammad saw. baik
perkatan, perbuatan, ketetapan maupun pengakuan yang dapat mensyari’ati
untuk mengeluarkan kaedah-kaedah mujtahidin.
• Menurut Ulama Hadis (Muhaddist)
sunnah adalah setiap apa yang yang bersumber dari rosulullah saw. mulai dari
perkataan, perbuatan, taqrir, sifat fisik atau akhlak atau perikehidupan, .
Penegertian
Bid’ah
• Secara Etimologi

Bid’ah menurut bahasa berasal dari kata bada’a yang berarti


membuat suatu perkara yang baru atau mengadakan
sesuatu yang belum ada contoh sebelumnya

• Secara Terminlogi

Semua perkara yang baru dalam agama, tanpa adanya


dalil dalam Al-qur'an dan sunnah serta ketidak sesuian
dengan kaidah-kaidah dalam syari'at islam Menurut Ulama
Fiqih (Fuqoha).
Penegertian
Bid’ah
• Menurut Sejumlah Ulama’
1 . Imam Syafii’
bid’ah atau perkara baru mempunya dua macam yaitu Bid’ah Dhoalah ( sayyiah ) dan Bid’ah Hasanah, bida’ah
sayyiah berarti sesuatu perkara baru yang menyalahi Al Qura’n, Sunnah, Ijma’ dan Astar
2. Ibnu Hajar
Bid’ah adalah suatu hal baru yang di ciptakan tanpa adanya dalil dalam syari’at.
3. Imam Nawawai
menciptakan suatu amalan yang tidak penah ada pada zaman Rasulullah. Dan ia terbagi kepada dua, yaitu
ḥasanah (baik) dan qabiḥah (buruk).
4. Ibnu Taimiyyah
berpendapat sesuatu yang bertentangan dengan teks-teks islam adalah bid’ah.
5. Imam Izuddin Abdissalam
Bid’ah adalah mengerjakan sesuatu yang tidak pernah dikenal pada masa Rasulullah. Bid’ah terbagi menjadi
lima yaitu: bid’ah Al Wajibah, Al Mandubbah, Al Makruhah, Al Muharromah, dan Al Mubahhah. Dimana cara
menentukannya adalah menakar bid’ah sesuai kaidah-kaidah syariatah.
6. Bin Bazz
berpendapat sesuatu yang bertentangan dengan teks-teks islam adalah bid’ah.
Penegertian
Bid’ah
Manhaj Ulama’ dari pendefinisianya ni terbagi menjadi tiga mazhab, yakni
sebagai berikut :
• Al Muassii’n
Golongan yang meluaskan pendapat mengenai bid’ah. Mereka meyakini
bahwa bid’ah tidak lepas dari lima hukum syari’at. Definisi secara bahasa
mengenai bid’ah sangatlah luas, maka hal baru dalam agama, terkadang
terpuji dan terkadang tercela
• Mudayyiqin
Golongan ini myakini semua bid’ah baik dalam hal ibadah atau tidak iyalah
sesat dari sudut adat atau ibadah. Dalam berpendapat mengenai bid’ah
mereka hanya memeliki satu hukum yakni harom
• Golongan Lain
Konsep bid’ah dari golongan ini di buat dengan menyelaraskan di antara dalil
dalil yang melarang adanya perkara baru dengan dalil-dalil yang
membolehkan adanya perkara baru yang baik
Dalil-Dalil
Bid’ah
Bersumber Dari Al
Quran
• Firman Allah Surat Yunus 10 : (32)
‫ٰﻟ‬ ‫ۚﺍ‬ ‫ٰٰۖﻯ‬
‫ﺫ‬. ‫ﺍ ٰﺍ‬ ‫ﺍﻟﻝ ﺍ ﺍ ﺍ‬
“Maka itulah Allah, Tuhan kamu yang sebenarnya; maka tidak ada setelah kebenaran itu
melainkan kesesatan. Maka mengapa kamu berpaling (dari kebenaran)”.

• Firman Allah Surat An-Nahl (16):89:


‫ﺭﻯﻥ ﻯ ﺍﺍ ﺍﺕ ﺍ‬
“Dan Kami turunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu,
sebagai petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri (Muslim)”.
• Firman Allah Surat An-Nahl (16):89:
‫ﺍ ﺍ ﻭﻝ ﺍﺍ ﺍ ﺍﻟ ﺍ ﺍ‬
“Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak kauketahui. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya”.
Bersumber Dari
Hadist
• Hadist Jabir Bin Abdillah,
‫ﺗﻌﺪ ﻣﺎ‬، ‫ﺗﺪﻋﺔ ﻛﻢ ﻣﺤﺪﺣﺎﺍ ﺍﺃﻠﺭ ﺷﺰ ﺩﻣﺤﻢ ﺍ ﺧﻴﺰ ﻫﻠﻼ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻧﺤﺪﻳﺞ ﺧﻴﺰ ﻓﺈﻥ‬
‫ﺿﺎﻟﻨﺔ‬
“sesungguhnya sebaik-bail perkataan adalah kitab Allah dan sebaik-baik petunjuk adalah
petunjuk Muhammad, dan seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan,
maka setiap bid‟ah adalah sesat. (HR. Muslim)”
• Hadis Aisyah Ra.
‫ﺭﺩ ﻓ ﻧﻴﺲ ﻣﺎ ﺫﺍ ﺃﻤﺰﻭ ﻓﻲ ﺃﺤﺪﺙ ﻣﻪ‬
“Barang siapa yang megnada-adakan suatu perkara dalam urusan kami padahal ia bukan
bagian darinya maka perkara itu akan tertolak.” (HR. Bukhori)

‫ﺃﻤﺰﻭﺍ ﻋﻬ ﻧﻴﺲ ﻋﻤﺎﻝ ﻋﻤﻢ ﻣﻪ‬، ‫ﺭﺩ ﻓﺄﻤﺰﻱ‬

“Barang siapa yang mengerjakan sesuatu yang bukan berasal dari urusan kami maka
perkara tersebut adalah tertolak.” (HR. Muslim).
Macam-Macam
Bid’ah
Macam-Macam
Bida’h
untuk meringkas apa saja macam macam bid’ah akan menyebutkan macam-macam bid’ah
sesuai dengan pembagian dan definisi yang disebutkan oleh tiga golongan ulama’:
• Al Muwasssi’n
Wajib : mempelajari ilmu Nahwu, ilmu Shorof, ilmu Balagho dan ilmu Mantek, Amembayar
pajak kendaraan bermotor, pajak bumi dan pajak yang lain.
Sunnah : membangun sekolah, membangun pesantren, membangun taman Pendidikan Al-
Qur’an, membangun jembatan, membangun jalan raya . belajar internet
Mubah : mengendarai mobil atau mobil, jual beli online, dan berjabat tangan setelah salat
Makruh : menghias masjid dengan cara bermegah-megahan, tradisi buwoh untuk orang
nikah, tidak melakukan kegiatan syakral pada bulan tertentu.
Harom: seperti menganut pemahaman atau aliran tauhid dari Qodariyah, Jabariyah,
Muktazilah, Murjiah dan Mujassumah
• Al Mudayyiqin
Tahlilan, Maulid Nabi, Tawasul, Manaqiban, Ziaraoh Kubur, Membangun Masjid di Kuburan.
Macam-Macam
Bida’h
• Golongan Lain
Golongan ini membagi bid’ah menjadi dua yakni idafiyyah (baik) dan haqiqiyyah (tercela).
Bid’ah Idofiyyah : berjabat tangan setelah sholat, adzan jum’at dua kali, sholat tarawih 23
raka”at, do’a qunut dalam sholat subuh dan pembukuan Al Quran pada masa shahabat
Usman
Bid’ah Haqiqiyyah : Amaliyyah Aliran Syiah, Qodariyah, jabbariyah dan Mu’tazilah
Penutu
p
Kesimpul
an

Pada dasarnya sunna Tidak semua persoalan keagamaan ditemukan


jawabannya dalam al-Qur'an. Maka dari itu, para ulama merujuk kepada
sunnah atau hadis sebagai otoritas hukum kedua setelah al-Qur'an. Dan tidak
semua bid'ah adalah sesat dan tidak semua hal yg baru adalah bid'ah,
Penjabaran dari kata bid’ah tentu ada konsep lain seperti bid’ah yang baik dan
bid’ah yang buruk. Penambahan macam dari bid’ah yang baik juga terdapat
klasifikasinya dari yang wajibsampai yang mubah , pengertian ini mempunyai
penjelasan lain seperti terdaptanya istilah bid’ah yang baik dan bid’ah yang
tercela/ buruk. Bid'ah Hasanah atau baik yaitu perkara baru yang baik-baik
tetapi tidak bertentangan dengan 4 sumber hukum islam (Al Qur’an, Hadis,
Ijma’ dan Qiyas). Bid'ah dholalah atau tercela yaitu perkara baru yang
bertentangan dengan sumber hukum Islam Alquran as-sunnah ijma’ dan qiyas
.
Tes
formatif
1. Sunnah secara etimologi berarti sesuatu yang mengalir atau berlalu dengan
mudah, jalan, tradisi, praktek, arah, peraturan, dan ketentuan, atau dapat juga di
artikan sebagai jalan tengah, penengah diantara extrimisme, dan jalan lurus yang
terpuji. Secara terminologi definisi sunnah di kategorikan menjadi tiga, yaitu,
kecuali.......
A. Menurut Ulama’ Fiqih.
B. Menurut Imam Izzuddin Abdissalam.
C. Menurut Ulama’ Usul Fiqih (Usuliyyun).
D. Menurut Ulama’ Hadist ( Muhadist ).

2. Bid’ah menurut bahasa berasal dari kata bada’a yang berarti....


A. Ajaran yang mengada ngada.
B. tingkah laku dan tata cara hidup sebagai panutan.
C. membuat suatu perkara yang baru atau mengadakan sesuatu yang belum ada
contoh sebelumnya.
D. semua perkara yang baru dalam agama, tanpa adanya dalil dalam Al-qur'an
dan sunnah serta ketidak sesuian dengan kaidah-kaidah dalam syari'at islam.
Tes
formatif
3. Dibawah ini adalah dalil dalil bid'ah yang bersumber dari al qur'an kecuali....
A. surah Al Isro’ 36: (17).
B. Surat Yunus 10 : (32).
C. surat An-Nahl (16):89.
D. surah Al Isro’ 17 : (36).

4. Mereka menyebutkan berbagai Macam bida’h ubudiyah. Disebutkan oleh Ibnu


Taimiyah perkara-perkara tersebut, diantaranya adalah, kecuali....
A. Berkumpul bersama pada hari keempat puluh setelah kematian seseorang.
B. Peringatan Maulid Nabi.
C. Perayaan peristiwa Isro’ Mi’roj.
D. Berkumpul bersama pada hari keseratus setelah kematian seseorang.
Kunci
Jawaban
1. Sunnah secara etimologi berarti sesuatu yang mengalir atau berlalu dengan
mudah, jalan, tradisi, praktek, arah, peraturan, dan ketentuan, atau dapat juga di
artikan sebagai jalan tengah, penengah diantara extrimisme, dan jalan lurus yang
terpuji. Secara terminologi definisi sunnah di kategorikan menjadi tiga, yaitu,
kecuali.......
A. Menurut Ulama’ Fiqih.
B. Menurut Imam Izzuddin Abdissalam.
C. Menurut Ulama’ Usul Fiqih (Usuliyyun).
D. Menurut Ulama’ Hadist ( Muhadist ).

2. Bid’ah menurut bahasa berasal dari kata bada’a yang berarti....


A. Ajaran yang mengada ngada.
B. tingkah laku dan tata cara hidup sebagai panutan.
C. membuat suatu perkara yang baru atau mengadakan sesuatu yang belum ada
contoh sebelumnya.
D. semua perkara yang baru dalam agama, tanpa adanya dalil dalam Al-qur'an
dan sunnah serta ketidak sesuian dengan kaidah-kaidah dalam syari'at islam.
Kunci
Jawaban
3. Dibawah ini adalah dalil dalil bid'ah yang bersumber dari al qur'an kecuali....
A. surah Al Isro’ 36: (17).
B. Surat Yunus 10 : (32).
C. surat An-Nahl (16):89.
D. surah Al Isro’ 17 : (36).

4. Mereka menyebutkan berbagai Macam bida’h ubudiyah. Disebutkan oleh Ibnu


Taimiyah perkara-perkara tersebut, diantaranya adalah, kecuali....
A. Berkumpul bersama pada hari keempat puluh setelah kematian seseorang.
B. Peringatan Maulid Nabi.
C. Perayaan peristiwa Isro’ Mi’roj.
D. Memakai Pengeras Suara
Daftar
Pustaka
Albab, H. A. U., Asrori, M., & Luthfillah, M. (2023). Meluruskan Pemahaman Bid’ah Mahasiswa (Studi Kasus Pada
Mata Kuliah Aswaja). Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, 12(01), 525–534.
https://doi.org/10.30868/ei.v12i01.3079
Ansory, I. (2018). Bid’ah Vs Sunnah: Apakah Hukum Syariah? In M. Fitrianingrum (Ed.), Isnan Ansory, Lc., M.Ag.
Rumah Fiqih Publishing Jalan Karet Pedurenan no. 53 Kuningan Setiabudi Jakarta Selatan 12940.
Arum Nugroho, M., & Amsori, A. (2022). Mengenal Sunnah, Bid’ah dan Inkar Sunnah dalam Perspektif Hukum
Islam. Jurnal Hukum Indonesia, 1(1), 10–18. https://doi.org/10.58344/jhi.v1i1.1
Bhari, A., Ahmad, R., Zaid, M., & Munir, A. (n.d.). d e e c o r p e conferenc S I M P N T A R A 9.
Djati, G., & Series, C. (2023). Gunung Djati Conference Series, Volume 21 (2023) The 1st Nurjati Conference ISSN:
2774-6585 Website: https://conferences.uinsgd.ac.id/gdcs. 21, 132–142.
Firdausy, H. (2019). Genealogi Semiotis Term Sunah Dan Bidah: Dari Syariat Hingga Ideo-Politis. Jurnal Living
Hadis, 3(2). https://doi.org/10.14421/livinghadis.2018.1639
Ihsan, M. N. (2015). Uluhiyyah, Studi Korelasi Bab: Perintah Pengikuti Sunnah Dan Larangan Melakukan Bid’Ah
Dalam Kitab “Riyadus Solihin” Dengan Tema Tauhid. Al-Majaalis, 2(2), 35–68.
Mohamad Shafawi Bin Md Isa, Z. Z. (2019). Konsep Bid’Ah Menurut Imam Nawawi Dan Syekh Abdul Aziz Bin Baz.
Dusturiyah: Jurnal Hukum Islam, Perundang-Undangan Dan Pranata Sosial, 9(1), 60–83.
https://doi.org/10.22373/dusturiyah.v9i1.4757
Nasrulloh, N. (2014). Rekonstruksi definisi Sunnah sebagai pijakan kontekstualitas pemahaman Hadits. ULUL
ALBAB Jurnal Studi Islam, 14(3), 15–28. https://doi.org/10.18860/ua.v14i3.2659
Nasution, S. F. (2021). Pemahaman Bid’ah Menurut Ulama di Desa Teluk Pulai Dalam Kecamatan Kualuh
Leidong. Hijaz: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 1(2), 105–110. https://doi.org/10.57251/hij.v1i2.160
Sugara, R. (2017). Reinterpretasi Konsep Bid ’ Ah Dan Fleksibilitas Hukum Islam. Asy-Syari’ah, 19(1), 38–48.
Syed Mohd Jeffri bin Syed Jaafar, S. bin M. (2013). Teori Bid’ah Dalam Syara’ꢀ Analisis Terhadap Pandangan Al
Shatibi. Jurnal, 180–191.
Tujang, B. (2016). Konsep Bid’ah Perspektif Ibn Taimiyah dan Ibnu Abdul Wahhab. Al-Majaalisꢀ Jurnal Dirasat
Islamiyah, 4(1), 1–39.
Than You
k !

Anda mungkin juga menyukai