Anda di halaman 1dari 48

Aqidah Islam

Hermansyah Adnan

A. Pengertian Aqidah, sumber dan ruang lingkupnya


Aqidah ( (‫عقي دة‬berasal dari kata al-Aqdu (‫ )العق د‬yang artinya ikatan yang kuat.

Sedangkan menurut pengertian istilah atau syara’ berarti iman atau keyakinan yang teguh
dan kuat.
Aqaid (‫ )عقائد‬ialah jamak dari aqidah artinya kepercayaan. Yaitu sesuatu yang

mengharuskan hati membenarkannya, yang membuat jiwa tenang tentram kepadanya,


dan yang menjadi kepercayaan/keyakinan yang bersih dari bimbang dan ragu.1
Aqidah Islam adalah keyakinan, keimanan dan kepercayaan kita kepada Allah.
Penjabaran dari Aqidah Islam disebut Rukun Iman. Inti dari aqidah adalah tauhid, yakni
mengesakan Allah.
Aqidah adalah ajaran pokok Islam yang utama, maka sebagai ajaran Islam
sumbernya adalah al-Qur’an dan al-hadits yang sah dari Rasululahh SAW. Apapun yang
berbau kepercayaan yang berhubungan dengan agama, tetapi sumbernya bukan dari al-
Qur’an dan al-Hadits maka tidak boleh diyakini dan diamalkan. Meyakininya dianggap
sesat dan termasuk perkara jahiliyah.
Orang-orang jahiliyah biasa meyakini hal-hal yang berhubungan dengan agama
berasal dari keyakinan nenek moyang, bukan bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadis. Dan
keyakinan mereka sebenarnya berasal dari syethan yang menyesatkan manusia. Dalam
hal ini Allah berfirman dalam surat Luqman ayat 21:

‫َو ِإَذا ِقيَل َلُه ُم اَّتِبُعوا َم ا َأْنَز َل الَّلُه َقاُلوا َبْل َنَّتِبُع َم ا َو َج ْدَنا َعَلْيِه َآَباَءَنا‬
‫َأَو َلْو َك اَن الَّش ْيَطاُن َيْد ُعوُه ْم ِإَلى َعَذ اِب الَّس ِعيِر‬
Artinya: Dan apabila dikatakan kepada mereka, “ikutilah apa yang diturunkan al-
Qur’an,” mereka (orang-orang jahiliyah) menjawab, “tidak, kami hanya mengikuti apa
1
Suyatno Prodjodikoro, Aqidah Islamiyyah dan Perkembangannya, Sumbangsih Offset,
Yogyakarta, 1991, hal. 29.
yang kami dapati dari nenek moyang kami,” Allah membalas,” (Apakah mereka akan
mengikuti nenek moyang mereka) padahal syethan mengajak mereka untuk memasuki
neraka yang menyala-nyala.”
Ruang lingkup ‘aqidah dapat diperinci sebagaimana yang dikenal sebagai rukun
iman, yaitu iman kepada Allah, malaikat (termasuk didalamnya: jin, setan, dan iblis),
kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para utusan-Nya, Nabi dan Rasul, hari akhir,
dan takdir Allah2
Menurut Hasan al-Banna, ruang lingkup aqidah membahas hal-hal yang
berhubungan dengan ketuhanan (Ilahiyat), yang berkenaan dengan kenabian
(Nubuwwat), yang berhubungan dengan makhluq ghaib (Ruhaniyah), dan yang berkaitan
dengan alam ghaib (Sam’iyyat), seperti Jannah, (surga), Naar (neraka), Alam Barzah.3

B. Meyakini bahwa Agama Islam adalah agama yang haq.


Sebagai hamba Allah, yang pertama yang harus dikayini bahwa Agama Islam
adalah agama yang benar dan satu-satunya agama yang diterima oleh Allah. Allah
berfirman dalam Surat Ali Imran ayat 85:

‫ي‬ ‫ِر‬ ‫ِفي اَآْلِخ ِة ِم اْلَخ اِس‬ ‫ْن‬ ‫ِغ َغ اِإْل اَل ِم ِد ي ا َل ْق ِم‬
‫َن‬ ‫َر َن‬ ‫ًن َف ْن ُي َبَل َو َو‬
‫ُه‬ ‫ُه‬ ‫َو َمْن َيْبَت ْيَر ْس‬
Artinya: “Barangsiapa yang mencari agama selain Islam maka tidak akan diterima
dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.”
Dalam surat Ali Imran ayat 19:

‫ِه‬ ‫ِع‬
‫ِإَّن الِّديَن ْنَد الَّل اِإْل ْس َالُم‬..
Artinya: “Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah adalah Islam.”
Rasulullah bersabda juga bersabda dalam hadis shahih yang diriwayatkan Imam
Muslim4 dan lainnya:

2
Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI)
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta:, 1993, hal. 5-6.
3
Hasan al-Banna, Aqidah Islam, terj. M. Hasan Baidaei, Al-Ma‟arif, Bandung, 1980, hal. 14
4
Imam Muslim, Shahih Muslim, hadis nomor 153, juz 1, Darul Ihya at-Turats al-Araby, Beirut, hal.
134. Hadios ini juga diriwayatkan Imam Ahmad dalam Musnad, hadis no 8188, juz 2, hal. 317.
‫ َأَّنُه َقاَل َو اَّلِذ ى‬-‫صلى اهلل عليه وسلم‬- ‫َعْن َأِبى ُه َر ْيَر َة َعْن َر ُس وِل الَّلِه‬
‫َنْف ُس ُمَح َّم ٍد ِبَيِدِه َال َيْسَم ُع ِبى َأَح ٌد ِم ْن َه ِذِه اُألَّمِة َيُه وِد ٌّى َو َال َنْص َر اِنٌّى ُثَّم‬
‫َيُم وُت َو َلْم ُيْؤ ِم ْن ِباَّلِذ ى ُأْر ِس ْلُت ِبِه ِإَّال َك اَن ِم ْن َأْص َح اِب الَّناِر‬
Artinya: “Demi jiwa Muhammad ada di tangan Allah, tidaklah mendengar tentang
aku, seorang dari umat Yahudi dan Nasrani yang mendengar diutusnya Muhammad,
kemudia dia mati dalam keadaan tidak beriman dengan yang aku bawa, niscaya dia
termasuk penghuni neraka.”

C. Ahlu Sunnah Wal Jamaah


Pengertian Ahlu Sunnah Wal Jamaah terdiri dari dua istilah tersendiri yakni Ahlu
Sunnah dan Al-Jamaah, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Istilah Ahlu Sunnah
Ahlu Sunnah adalah orang yang mengikuti Rasulullah SAW. Muhammad bin
Hadi al-Madkhali menjelaskan bahwa mengikuti Rasulullah Saw adalah ittiba’
kepada beliau dalam hal agama. Ittiba’ maksudnya seorang muslim dalam
beragama harus menyandarkan diri pada hujjah.5 Hujjah yang dimaksudkan adalah
al-Qur’an, dan Hadis yang shahih atau sekurang-kurangnya hasan.
Ahlu Sunnah adalah orang-orang yang mengukti sunnah dan mengamalkannya.
Sunnah adalah apapun yang sah bersumber dari Nabi Saw menyangkut seluruh
ajaran Islam. Jadi dikatakan ahlu sunnah jika seseorang meyakini dan mengamalan
ajaran Islam sesuai dengan petunjuk Nabi Saw. Lawannya adalah ahlu bid’ah, yaitu
setiap orang yang meyakini atau mengamalkan ajaran Islam yang tidak sesuai
dengan tuntunan Nabi Saw.
Pengertian sunnah telah banyak diungkapkan oleh para ulama. Di antarannya
DR. Nashir Al-Aql menulis dalam kitabnya Mabahitsu fi al-aqidah ahlu sunnah:

: ‫السنة اصطالحًا‬

5
Muhammad bin Hadi bin Ali al-Madkhali, Al-iqnaa’u bimaa jaa ‘an aimmatil da’wah minal aqwaali
fi al ittiba’, Fahursatun maktabatul malik fahadal wathaniah itsna nasyara, Riyad,1419 H hal. 105
‫ علمًا واعتقادًا وقوًال‬، ‫ وأصحابه‬- ‫ صلى اهلل عليه وسلم‬- ‫الهدي الذي كان عليه الرسول‬
‫ وُيذم من خالفها‬، ‫ ويحمد أهلها‬، ‫ وهي السنة التي يجب اتباعها‬، ‫وعمًال‬.6
(Sunnah menurut istilah adalah petunjuk yang dijalani oleh Rasulullah Saw dan
para sahabat beliau, dalam hal ilmu, amalan, keyakinan, ucapan dan perbuatan.
Itulah ajaran sunnah yang wajib diikuti dan dipuji pelakunya, serta harus dicela
orang yang meninggalkannya.)
Ibnu Jauzi juga mengungkapkan pengertian sunnah dalam kitabnya Talbisul
Iblis:
‫أن أهل النقل واألثر المتبعين آثار رسول اهلل وآثار أصحابه هم أهل السنة‬
(Sesungguhnya Ahli Naqli7 dan Atsar8 pengikut atsar Rasulullah Saw dan atsar

para shahabatnya, mereka itu Ahlus Sunnah) 9

Sunnah Rasulullah mencakup seluruh perkataan, perbuatan, persetujuan, sifat


akhlaq dan sebagainya yang disandarkan kepada beliau. Intinya mengikuti Sunnah
Rasulullah adalah memgamalkan seluruh ajaran Islam baik menyangkut aqidah,
syariah ataupun akhlak berdasarkan petunjuk Rasulullah Saw. Petunjuk Rasulullah
Saw tersebut kemudian diteruskan oleh para sababat beliau hingga sampai kepada
kita hari ini.
Menurut Imam Syafi’i sunnah Rasululah Saw mempunyai tiga sisi. Pertama,
apa yang diturunkan Allah di dalam nash Al-Qur’an maka Rasulullah Saw
menetapkan suatu sunnah yang sama dengan nash yang ada dalam al-Qur’an
tersebut. Kedua, Apa yang diturunkan Allah di dalam al-Qur’an berupa sesuatu
yang bersifat umum, lalu Rasulullah Saw menetapkan maksud yang diinginkan dari
sesuatu yang bersifat umum dalam kitabulah itu dan menjelaskan rinciannya serta
menjelaskan bagaimana caranya hamba Allah melakukan yang dimaksud. Ketiga,
Rasulullah Saw menetapkan suatu hukum yang mana hukum yang ditetapkan
beliau itu tidak ada nashnya dalam al-Qur’an.10
6
DR. Nashir Al-Aql, Mabahitsu fi al-aqidah ahlu sunnah, juz 1,…, hal. 8
7
Naqli adalah lawan dari Aqli. Naqli adalah dalil al-Qur’an dan al-Hadist, sedangkan Aqli adalah akal.
8
Atsar sama dengan hadis, sama juga dengan sunnah. Terkadang para ulama Ahlu Hadis
menggunnakannya dalam pengertian yang sama dalam beberapa kitab mereka.
9
Ibnul Jauzi, Talbisul Iblis, juz 1, Darul Kitab Al-Arabi, Beirut, 1405/1985, hal. 25.
10
Imam Suyuthi, Miftahul Jannah Fi Al-Ihtijaji bi As-sunnah, juz 1, Jami’ah Islamiyah-Madinah
Munawarah, 1399 H, hal. 14
Sunnah Rasulullah adalah jalan yang lurus yang harus ditempuh oleh seorang
muslim agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sebaliknya
barangsiapa yang menyelisihi sunnah maka ia telah tersesat sejauh-jauhnya,
amalannya tidak diterima dan ia akan mendapat kerugian baik di dunia maupun di
akhirat. Dalam hal ini Rasulullah Saw bersabda dalam hadis yang diriwayatkan
Imam Muslim11:

‫ قال رسوُل اِهلل صلى اهلل عليه‬: ‫ قالت‬، ‫وعن عائشة رضي اهلل عنها‬
‫وسلم َمْن َعِم َل َعَم ًال َلْيَس عَلْيِه أْم ُر َنا َفُه َو َر ٌّد‬
Artinya: “Sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Barang siapa yang
beramal suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka amalan
tersebut tertolak”
Dalam hadis yang lain yang diriwayatkan riwayat Bukhari12 :

‫ِهلل‬ ‫ِئ‬
‫ َمْن‬:‫ َقاَل َر ُس وُل ا صلى اهلل عليه وسلم‬: ‫ َقاَلْت‬،‫حديث َعا َش َة‬
‫َأْح َد َث ِفي َأْم ِر َنا هَذ ا َم ا َلْيَس ِفيِه َفُه َو َر ٌّد‬
Artinya: “Dari Aisyah ra, berkata, bersabda Rasulullah Saw, barang siapa
yang mengada-adakan dalam urusan kami yang bukan dari ajarannya, maka
amalannya tertolak.”
Dalam kitab Lu’lu’ wa Marjan dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan

amrina (‫ )ِفى َأْم ِر َنا‬adalah Agama Islam, sedangkan ma laisa fihi (‫ )َم ا َلْيَس ِفيِه‬adalah apa

yang tidak terdapat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah 13 Artinya setiap muslim tidak
diperkenankan membuat hal-hal baru dalam agama yang tidak ada dalilnya dari al-
Qur’an dan as-Sunnah yang shahih. Dan, membuat hal-hal baru yang tidak ada
dasarnya dalam agama, karena tidak ada dalil dari al-Qur’an dan al-Hadits disebut
dengan bid’ah.

11
Imam Nawawi, Riyadhus Shalihin, hadis nomor 1647 , Jamiah Ihya at-Turats Islami/Erfan, Kuwait,
1417 H/1996 M, hal 477. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad (hadis nomor 25870, Juz 54)
12
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Lu’lu’ wa Marjan, , Juz 2, hadis no. 1120, Jamiah Ihya At-Turats
Islami, Kuwait, 1419 H/1999 M,hal. 73. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Muslim (hadis no. 1718, Juz 3)
13
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Lu’lu’ Wa Marjan, juz 2,..., hal. 73
Kebalikan dari Ahlu Sunnah adalah Ahlul Bid’ah. Ahlul Bid’ah adalah orang
yang mengada-ada atau orang yang menciptakan hal-hal baru dalam agama (bukan
dalam hal dunia) yang tidak ada tuntunannya dari Rasulullah Saw. Imam Asy-
Syatibi mendefinisikan bid’ah adalah cara baru dalam agama yang dibuat
menyerupai syariat dengan maksud untuk berlebih-lebihan dalam beribadah kepada
Allah.14 Ahlu Sunnah terpuji sementara Ahlu Bid’ah tercela dan tersesat. Rasulullah
Saw bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Nasa’i15:

‫ِإَّن َأْص َد َق اْلَح ِد يِث ِكَتاُب الَّلِه َو َأْح َس َن اْلَه ْد ِى َه ْد ُى ُمَح َّم ٍد َو َش َّر اُألُموِر‬
‫ُمْح َد َثاُتَه ا َو ُك َّل ُمْح َد َثٍة ِبْد َعٌة َو ُك َّل ِبْد َعٍة َض َالَلٌة َو ُك َّل َض َالَلٍة ِفى الَّناِر‬
Artinya:“Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah, dan
sebagus-bagus petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad Saw,, dan seburuk-
buruk urusan yang diada-adakan dan setiap yang diada-adakan adalah bid’ah,
dan setiap bid’ah adalah sesat dan setiap kesesatan di neraka.”

2. Istilah al-Jamaah
Istilah al-Jamaah menurut ulama aqidah Islam adalah generasi Salaf dari umat
Islam dari kalangan sahabat Rasulullah, tabi’in dan yang mengikuti jejak mereka
hingga hari Kiamat, yang mereka bersatu dalam kebenaran yang jelas dari
Kitabullah dan Sunnah Rasul.16 Al-Jamaah dapat juga dikatakan Jamaatul Muslimin
atau Jamaah Islam atau juga umat Islam seluruhnya yang komitmen kepada ajaran
Islam sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw hingga akhir zaman, walaupun ia
seorang diri. Dalam hal ini Ibnu Mas’ud r.a berkata:

‫الَج َم اَعُة َم ا َو اَفَق اْلَح َّق َو ِاْن ُك ْنَت َو ْح َد َك‬

14
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Prinsip Dasar Islam Menurut al-Qur’an dan as-Sunnah yang Shahih,
Pustaka At-Taqwa, Bogor, 1426 H/ 2005 M, hal. 126-127.
15
Imam an-Nasa’i, Sunan Nasai, hadis nomor 1578, Juz 3, Maktabah al-Mathbuu’at al-Islamiyah,
Halab, 1406/1986, hal. 188. Al-Baany menshahihkannya dalam kitab Shahih dan Dhaif Sunan An-Nasa’i,
Juz 4, hal.222.
16
Dr. Said bin Ali bin Wahf Al-Qahthani’,Mengupas Sunnah, membedah bid’ah, , terj. Abu Umar
Basyir, Darul Haq, Jakarta, 1423 H/2002 M, hal 12
Artinya: “Al-jamaah adalah yang mengikuti kebenaran walau pun kamu
seorang diri.” 17
Beliau juga berkata:

‫وأن الجماعة ما وافق طاعة اهلل تعالى‬


Artinya: “Sesungguhnya al-Jamaah adalah siapa yang mengikuti ketaatan
kepada”18
Rasulullah Saw pernah mengucapkan kata jamaah dalam hadis yang
diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Abu Daud dan lainnya, dan ini lafaz Ibnu Majah19:

‫َقاَل َر ُس وُل الَّلِه صلى اهلل عليه وسلم « اْفَتَر َقِت اْلَيُه وُد َعَلى ِإْح َد ى‬
‫ْبِعي ِف َقًة اِح َد ٌة ِفى اْل َّنِة ْبُعوَن ِفى الَّناِر اْف َقِت‬
‫َو َتَر‬ ‫َج َو َس‬ ‫َو َس َن ْر َفَو‬
‫الَّنَص اَر ى َعَلى ِثْنَتْيِن َو َس ْبِعيَن ِفْر َقًة َفِإ ْح َد ى َو َس ْبُعوَن ِفى الَّناِر َو َو اِح َد ٌة‬
‫ٍث ِع‬ ‫ِت‬ ‫ٍد ِب ِدِه‬ ‫ِة َّلِذ‬ ‫ِف‬
‫ى اْلَج َّن َو ا ى َنْف ُس ُمَح َّم َي َلَتْف َتِر َقَّن ُأَّم ى َعَلى َثَال َو َس ْب يَن‬
‫ِفْر َقًة َفَو اِح َد ٌة ِفى اْلَج َّنِة َو ِثْنَتاِن َو َس ْبُعوَن ِفى الَّناِر » ِقيَل َيا َر ُس وَل‬
‫» الَّلِه َمْن ُه ْم َقاَل « اْلَج َم اَعُة‬.
Artinya: Rasulullah Saw bersabda: “Telah terpecah umat Yahudi 71 golongan
dan satu golongan yang masuk syurga, 70 masuk neraka. Dan telah terpecah umat
Nasrani 72 golongan, 71 golongan masuk neraka dan satu golongan masuk
syurga. Demi jiwa Muhammad di tangan Allah, akan terpecah umatku sebanyak 73
golongan, satu golongan masuk syurga dan 72 golongan masuk neraka.
Ditanyakan kepada Rasulullah Saw siapakah satu golongan yang masuk syurga.
Maka Rasulullah Saw menjawab: ”Al-Jamaah”.

17
Abdurrahman bin Ismail Abu Syamah, Baa’its ‘alaa Inkaril Bida’ wal Hawadis, juz 1,Darul Huda,
Kairo, 1398 H/1978 M, hal. 22. Juga lihat buku Syarah Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jamaah, Yazid bin Abdul
Qadir Jawaz,...,hal. 11
Abdurrahman bin Ismail Abu Syamah, Baa’its ‘alaa Inkaril Bida’ wal Hawadis, juz 1,..., hal. 11 18
19
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, hadis no. 3992, juz 2, Darul Fikri, Beirut, hal. 1322. Hadis ini
dishahihkan oleh Syaikh Al-Bani.
Jamaah yang dimaksudkan oleh Rasulullah Saw yang berkenaan dengan satu-
satunya golongan yang selamat adalah siapa saja dari umat Islam yang mengikuti
Rasulullah Saw dan para sahabat Beliau. Hal ini dijelaskan Rasulullah Saw dalam
hadis yang diriwayatkan Imam Tirmizi dan lainnya dan ini lafaz Tirmizi20:

‫َو َتْف َتِر ُق ُأَّمِتى َعَلى َثَالٍث َو َس ْبِعيَن ِم َّلًة ُك ُّلُه ْم ِفى الَّناِر ِإَّال ِم َّلًة َو اِح َد ًة‬
‫َقاُلوا َو َمْن ِه َى َيا َر ُس وَل الَّلِه َقاَل َما َأَنا َعَلْيِه َو َأْص َح اِبى‬
Artinya: Rasulullah Saw bersabda: “Akan terpecah umatku sebanyak 73
golongan, semuanya masuk neraka kecuali satu golongan. Para sahabat
bertanya,”Siapakah satu golongan itu ya Rasulullah?” Rasulullah Saw menjawab:
“Aku dan para sahabatku ada di dalamnya.”
Dalam makalah Dr. Tolchah Mansyur, SH, disebutkan bahwa Islam
bersendikan kepada al-Qur’an dan as-Sunnah Rasul Saw dan Jamaah Islam
berpegang kepada al-Qur’an dan as-Sunnah Rasul Saw.21
Dua istilah di atas, yakni Ahlu Sunnah dan Al-Jamaah, digabung menjadi Ahlu
Sunnah Wal Jamaah. Pengertian Ahlu Sunnah Wal Jamaah dengan sendirinya perpaduan
dari dua istilah di atas, yakni setiap umat Islam yang mengikuti Rasulullah Saw dan para
Sahabat hingga akhir zaman.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Dr. Said bin Ali Wahf Al-Qahthani bahwa
Ahlu Sunnah Wal Jamaah adalah orang-orang yang mengikuti gaya hidup Rasulullah
Saw dan para sahabat beliau. Mereka adalah orang-orang yang berpegang teguh pada
Sunnah Rasulullah Saw.22
Yazid bin Abdul Qadir Jawas mengatakan bahwa Ahlu Sunnah Wal Jamaah adalah
mereka yang menempuh seperti apa yang ditempuh oleh Rasulullah Saw dan para
Sahabatnya. Mereka adalah orang-orang yang mempunyai sifat dan karakter mengikuti

20
Imam Tirmizi, Sunan Tirmizi, hadis no.2853, juz 10, Darul Ihya at-Turats al-‘Araby, Beirut, hal.
139. Hadis ini dihasankan oleh Syaikh Al-Bany. Lihat juga pembahasan ini dalam buku Berpegang Teguh
Kepada al-Qur’an& As-Sunnah, Abdul Qadir Abdul Azis, terj. Dahlan, Lc, Pustaka Al-Sofwa, Jakarta,
2004, hal. 8
21
Tim PP. Muhammaddiyah Majelis Tarjih, Tanya Jawab Agama 1, Suara Muhammadiyah, cet VII,
Yogya-karta, 2003, hal. 7
22
Lihat buku Mengupas Sunnah, membedah bid’ah,..., hal 13. Dalam buku ini, Dr. Said bin Ali bin
Wahf Al-Qahthani’ menukil dari kitab Mabahitsu fi al-aqidah ahlu sunnah, DR. Nashir Al-Aql, hal 13-14.
Sunnah Nabi Saw dan menjauhi perkara-perkara yang baru dan bid’ah dalam agama. 23
Demikian juga KH Moenawar Chalil, mengutarakan bahwa Ahlu Sunnah Wal Jamaah
ialah golongan yang benar-benar mengikuti Sunnah Nabi Saw, dan mencontoh jamaah
sahabatnya, sekalipun mereka sedikit jumlahnya, kalau dibandingkan dengan banyaknya
golongan ahli bid’ah dan firqah di dalam agama. 24 Prof. Dr. Abdul Mun’im Al-Hafni
menyebutkan bahwa Ahlu Sunnah Wal Jamaah adalah kelompok yang dimaksud oleh
Rasulullah Saw sebagai firqah najiyyah (kelompok yang selamat).25
Ahlu Sunnah Wal Jamaah adalah aqidah yang menyatukan umat Islam di bawah
Sunnah Rasulullah Saw. Fawwaz bin Hulayyil as-Suhaimi mengungkapkan bahwa di
antara dasar Ahlu Sunnah Wal Jamaah, sebagai pengikut kaum Salaf (generasi Rasulullah
Saw dan para sahabat, generasi tabiin dan generasi tabi’ tabiin yang shaleh) adalah
dakwah kepada sunnah nabawi. Ia merupakan dasar persatuan dan keteguhan.26
Ahlu Sunnah Wal Jamaah amat dicintai oleh Allah dan mereka akan mendapat
ketenangan hidup baik di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya orang-orang yang
menyelisihi sunnah dan berbuat bid’ah disebut Ahlu Bid’ah Wa Dhalalah. Ahli Bid’ah
Wa Dhalalah sangat dimurkai oleh Allah. Mereka adalah orang-orang merusak syariat
Islam yang dibawakan oleh Rasulullah Saw. Mereka jauh dari cinta dan kasih sayang
Allah Swt sehingga hidup mereka dililit kesesatan dan dicekam kegelisahan.
Sesungguhnya ahlu bid’ah amat dibenci oleh Allah dan paling disenangi oleh syetan.

D. Meyakini bahwa setiap muslim harus mengikuti sunnah Rasulullah SAW dan
menjauhi bid’ah
Termasuk ke dalam aqidah bahwa setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan
harus meyakini keharusan mengikuti sunnah Rasulullah SAW dalam seluruh aspek ajaran
Islam dan menjauhi berbagai bid’ah. Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 31:

23
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jamaah, Pustaka at-Taqwa, Bogor,
1425 H/2004 M, hal. 9 dan 11.
24
KH Moenawar Chalil, Kembali Kepada Kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah, cet. 11, Bulan Bintang
Jakarta, 1999, hal. 445
25
Prof.Dr. Abdul Mun’im Al-Hafni, Ensiklopedia Golongan, Kelompok, Aliran, Mazhab, Partai, dan
Gera-kan Islam Seluruh Dunia, terj.Muhtarom,Lc, Dpl, dan tim Grafindo, cet. 2, Grafindo Khazanah
Ilmu,2009, hal. 92
26
Fawwaz bin Hulayyil as-Suhaimi, Begini Seharusnya Berdakwah, terj. Beni Sarbeni, Lc, Darul Haq,
Jakarta, 2008, hal. 96
‫ُقْل ِإْن ُك ْنُتْم ُتِح ُّبوَن الَّلَه َفاَّتِبُعوِني ُيْح ِبْبُك ُم الَّلُه‬
Artinya: “Katakanlah, hai Muhammad, jika kamu sekalian mencintai Allah,
ikutilah aku, maka Allah akan mencintai kamu sekalian..”
Mengikuti Rasulullah SAW atau ittiba’ kepada Rasulullah maksudnya adalah
mengikuti sunnah Beliau. Pengertian sunnah telah diuraikan di atas dalam pembahasan
tentang Ahlu Sunnah Wal Jamaah, yang intinya adalah segala sesuai yang bersumber dari
Rasulullah SAW, baik perkataan Beliau, perbuatan Beliau, maupun persetujuan Beliau
yang berhubungan dengan ajaran Islam.
Membuat hal baru dalam agama yang tidak ada tuntunannya dari Rasulullah SAW
di sebut dengan bid’ah. Imam Asy-Syatibi mendefinisikan bid’ah adalah cara baru dalam
agama yang dibuat menyerupai syariat dengan maksud untuk berlebih-lebihan dalam
beribadah kepada Allah.27
Yazid bin Abdul Qadir Jawas menjelaskan apa yang diungkapkan oleh Imam Asy-
Syatibi yakni “cara baru dalam agama” maksudnya bahwa cara yang dibuat itu
disandarkan oleh pembuatnya kepada agama, tetapi sesungguhnya cara baru yang dibuat
itu tidak ada dasar pedomannya di dalam syariat. Artinya bid’ah adalah cara baru yang
dibuat tanpa ada contoh dari syariat.
Ungkapan “menyerupai syariat” sebagai penegasan bahwa sesuatu yang diada-
adakan dalam agama itu pada hakekatnya tidak ada dalam syariat, bahkan bertentangan
dengan syariat dari beberapa sisi, seperti mengharuskan cara dan bentuk tertentu yang
tidak ada dalam syariat. Juga mengharuskan ibadah-ibadah tertentu yang dalam syariat
tidak ada ketentuannnya.
Ungkapan “untuk melebih-lebihkan dalam beribadah kepada Allah”, adalah
pelengkap dalam makna bid’ah. Sebab demikian itulah tujuan para pelaku bid’ah. 28 Ibnu
Abbas berkata bahwa perkara yang paling dibenci oleh Allah adalah bid’ah. 29 Dalam hal
ini Yazid bin Abdul Qadir Jawas mengungkapkan bahwa perbuatan bid’ah dalam agama

27
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Prinsip Dasar Islam Menurut al-Qur’an dan as-Sunnah yang Shahih,
…, hal. 126-127.
28
Ibid, hal 127-128
29
Lihat kitab Al-Ba’ats Ala Ingkari Bida’ Wal Hawadis, Abdurrahman bin Ismail Abu Syamah,..., hal.
16
sangat dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya tetapi sangat dicintai oleh iblis. 30 Oleh karena
itu setiap bid’ah hukumnya haram dan menyesatkan. Rasulullah bersabda dalam hadis
yang diriwayatkan Imam Muslim31:

‫ َو َخ يَر الَه ْد ِي َه ْد ُي ُمَح َّم ٍد صلى‬، ‫ َفإَّن َخ ْيَر الَح ديِث ِكَتاُب اهلل‬، ‫أَّما َبْع ُد‬
‫اهلل عليه وسلم َو َش َّر اُألُموِر ُمْح َد َثاُتَه ا َو ُك َّل ِبْد َعة َض الَلٌة‬
Artinya: “Sesungguhnya perkataan yang paling baik adalah Kitabullah (al-
Qur’an), dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammah SAW, seburuk-
buruk urusan yang diada-adakan, dan setiap bid’ah adalah sesat.”
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Nasa’i32, Rasulullah SAW:

‫ِإَّن َأْص َد َق اْلَح ِد يِث ِكَتاُب الَّلِه َو َأْح َس َن اْلَه ْد ِى َه ْد ُى ُمَح َّم ٍد َو َش َّر اُألُموِر‬
‫ُمْح َد َثاُتَه ا َو ُك َّل ُمْح َد َثٍة ِبْد َعٌة َو ُك َّل ِبْد َعٍة َض َالَلٌة َو ُك َّل َض َالَلٍة ِفى الَّناِر‬
Artinya:“Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah, dan sebagus-
bagus petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad SAW, dan seburuk-buruk urusan yang
diada-adakan dan setiap yang diada-adakan adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah
sesat dan setiap kesesatan di neraka...”
Bid’ah di dalam agama terbagi menjadi dua bagian33:
Pertama, bid’ah qauliyyah i’tiqadiyyah (perkataan dan keyakinan), seperti
pernyataan dan keyakinan kelompok Jahmiyyah, Mu’tazilah, Syi’ah dan kelompok-
kelompok sesat lainnya.
Kedua, bid’ah di dalam ibadah, seperti beribadah kepada Allah dengan sesuatu
yang belum pernah disyariatkan-Nya. Bid’ah bentuk inipun terbagi menjadi beberapa
macam:
1. Bid’ah yang terjadi pada inti ibadah
30
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Prinsip Dasar Islam Menurut al-Qur’an dan as-Sunnah yang
Shahih,.., hal 128
31
Imam Nawawi, Riyadhus Shalihin, hadis nomor 170 ,…, hal. 87-88
32
Imam Abdurrahman Ahmad bin Syuaib bin Ali an-Nasa’i, Sunan Nasa’ Bi Syarah Suyuthi, hadis
nomor 1577, Juz 3, Darul Ma’rifah, Beirut, 1420 H, hal. 209. Al-Baany menshahihkannya dalam kitab
Shahih dan Dhaif Sunan An-Nasa’i, Juz 4, hal.222.
33
Lihat, buku Syaikh Hamuud Al Mathar yang memuat fatwa-fatwa dan artikel dari Syeikh bin Baaz,
syaikh Utsaimin, Syaikh Abdullah Jibrin, Syaikh Shaleh Al-Fauzan dan fatwa-fatwa dari Badan Riset
Ilmiyah Dan Fatwa KSA, Saudi Arabia, yang diterjemahkan oleh Zezen Zaenal Mursalin,Lc, dengan judul
Amalan bid’ah yang sering terjadi, Pustaka Ash-Sharqiyyah, Bandung, tanpa tahun, hal 2-4
Bid’ah ini adalah mengada-adakan suatu bentuk ibadah yang tidak memiliki
tuntunan dalam Islam. Mereka menciptakan ibadah baru yang sama sekali tidak
pernah ada dalam ajaran Islam.
2. Bid’ah yang terjadi karena penambahan pada ibadah yang disyariatkan.
Orang yang berbuat bid’ah ini menambah ibadah yang telah disyariatkan,
padahal seorang muslim tidak boleh menambah atau mengurangi ibadah. Tugas
manusia hanya mengamalkan ibadah yang telah disyariatkan, bukan membuat,
menambah atau mengurangi ibadah yang telah disyariatkan oleh Allah SWT.
3. Bid’ah yang terjadi pada tata cara ibadah
Bid’ah ini terjadi karena mengerjakan satu cara tertentu yang tidak pernah
disyariatkan dalam ajaran Islam. Orang yang berbuat bid’ah ini menciptakan
kaifiyat atau tata cara ibadah tertentu. Hal ini bentuk kelancangan yang sangat
besar, karena yang berhak membuat atau menentukan bagaimana cara beribadah
hanya Allah yang disampaikan oleh Rasulullah SAW.
4. Bid’ah yang terjadi karena mengkhususkan waktu tertentu bagi ibadah yang
telah disyariatkan secara mutlak.
Pelaku bid’ah ini berani menentukan waktu-waktu tertentu dalam beribadah
tanpa ada dalil yang melandasinya. Mereka menentukan waktu-waktu ibadah
tertentu padahal Allah tidak menentukan waktu tersebut.

E. Tauhid dan pembagiannya


1. Tauhid Rububiyah
Tauhid rububiyah adalah kita meyakini hanya Allah lah satu-satunya yang
menciptakan alam ini, yang memelihara alam ini, yang mengurus alam ini, yang
memberikan rezeki makhluqnya, yang menghidupkan dan yang mematikan, dan
sebagainya menyangkut ilmu dan perbuatan Allah.
Di antara dalilnya adalah surat Alfatihah ayat 2:

‫ي‬ ‫اْل ُد ِلَّلِه ِّب اْلَعاَلِم‬


‫َن‬ ‫َر‬ ‫َحْم‬
Artinya: “Segala puji bagi Allah Tuhan semesta Alam”
Surat al-A’raaf ayat 54:
‫ِإَّن َر َّبُك ُم الَّلُه اَّلِذ ي َخ َلَق الَّس َم اَو اِت َو اَأْلْر َض ِفي ِس َّتِة َأَّياٍم ُثَّم اْس َتَو ى‬
‫ِث‬ ‫ِش َّل‬
‫َعَلى اْلَعْر ِش ُيْغ ي ال ْيَل الَّنَه اَر َيْطُلُبُه َح يًثا َو الَّش ْم َس َو اْلَق َم َر‬
‫َو الُّنُج وَم ُمَس َّخ َر اٍت ِبَأْم ِر ِه َأاَل َلُه اْلَخ ْلُق َو اَأْلْم ُر َتَباَر َك الَّلُه َر ُّب‬
‫ِم‬
‫اْلَعاَل يَن‬
Artinya:“Sesungguhnya Tuhan kamu adalah Allah yang telah menciptakan
langit dan bumi dalam enam hari, lalu Dia bersemaym di atas ‘Arsyi. Dia
menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat dan
(diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing)
tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, mencipta dan memerintah hanyalah haq
Allah. Maha Suci Allah Tuhan Semesta Alam.
Surat al-Baqarah ayat 21-22:

‫ِذ ِم ِل‬ ‫ِذ‬


‫َيا َأُّيَه ا الَّناُس اْع ُبُد وا َر َّبُك ُم اَّل ي َخ َلَق ُك ْم َو اَّل يَن ْن َقْب ُك ْم َلَعَّلُك ْم‬
‫ِم‬ ‫ِب‬ ‫ِف‬ ‫َّلِذ‬
‫) ا ي َجَعَل َلُك ُم اَأْلْر َض َر اًش ا َو الَّس َم اَء َناًء َو َأْنَز َل َن‬۲۱( ‫َتَّتُقوَن‬
‫الَّس َم اِء َم اًء َفَأْخ َر َج ِبِه ِم َن الَّثَم َر اِت ِر ْز ًقا َلُك ْم َفاَل َتْجَعُلوا ِلَّلِه َأْنَد اًد ا‬
)۲۲( ‫َو َأْنُتْم َتْع َلُم وَن‬
Artinya: “Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu
dan orang-orang sebelummu agar kamu bertaqwa. Dialah (Allah) yang
menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia
(Allah) menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia (Allah) menghasilkan dengan
hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu
mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”
Surat al-Mulk ayat 2-3:
‫ِل‬ ‫ِذ‬
‫اَّل ي َخ َلَق اْلَمْو َت َو اْلَحَياَة َيْبُلَو ُك ْم َأُّيُك ْم َأْح َس ُن َعَم اًل َو ُه َو اْلَعِز يُز‬
‫) اَّلِذ ي َخ َلَق َس ْبَع َس َمَو اٍت ِط َباًقا َما َتَر ى ِفي َخ ْلِق الَّر ْح َم ِن‬۲( ‫اْلَغُف وُر‬
)۳( ‫ِم ْن َتَف اُو ٍت َفاْر ِج ِع اْلَبَص َه َت ى ِم ْن ُفُطوٍر‬
‫َر ْل َر‬
Artinya: “Dia (Allah) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji
kamu, siapa di antara kamu yang paling bagus amalannya. Yang telah
menciptakan tujuh lapis langit. Kamu sekali-sekali tidak melihat pada ciptaan
Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-
ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?”

2. Tauhid Uluhiyah
Tauhid Uluhiyah yaitu kita mengimani bahwa hanya kepada Allah-lah satu-
satunya tempat kita menyembah dan beribadah. Menyembah dan beribadah sesuai
yang disyariatkan-Nya. Dalilnya di antaranya adalah:
Surat al-Kahfi ayat 110:

‫َع اًل اِل ا اَل ْش ِر ْك ِبِع اَدِة ِّبِه‬ ‫ْل‬ ‫َف َك اَن و ِلَق ا ِّبِه‬
‫َب َر‬ ‫ًح َو ُي‬ ‫َص‬ ‫ْع‬
‫َيْر ُج َء َر َف َي َم ْل َم‬ ‫َم ْن‬
‫َأَح ًد ا‬
Artinya: “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka
hendaklah ia mengerjakan amal shaleh dan janganlah ia mempersekutukan
seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.”
Al-Baqarah ayat 163:

‫ِح‬ ‫ِإ ِإ‬ ‫ِإ ِح‬ ‫ِإ‬


‫َو َلُه ُك ْم َلٌه َو ا ٌد اَل َلَه اَّل ُه َو الَّر ْح َمُن الَّر يُم‬
Artinya: “Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang.”
Surat al-Mukminun, ayat 32:
‫َفَأْرَس ْلَنا ِفيِه ْم َر ُس واًل ِم ْنُه ْم َأِن اْع ُبُد وا الَّلَه َم ا َلُك ْم ِم ْن ِإَلٍه َغْيُر ُه َأَفاَل‬
‫َتَّتُقوَن‬
Artinya:“Lalu Kami utus kepada mereka, seorang rasul dari kalangan mereka
sendiri (yang berkata):“Sembahlah Allah oleh kamu sekalian, sekali-sekali tidak
ada sesembahan yang haq selain dari pada-Nya, mengapa kamu tidak bertaqwa
(kepada-Nya)?”

3. Tauhid Asma wa Shifat


Tauhid Asama wa Shifat maksudnya kita menetapkan apa-apa yang Allah dan
Rasul-Nya telah tetapkan atas diri-Nya, baik itu dengan Nama-Nama maupun Sifat-
Sifat Allah SWT dan mensucikan-Nya dari segala aib dan kekurangan,
sebagaimana hal tersebut telah disucikan oleh Allah dan Rasulnya. Kita wajib
menetapkan Sifat Allah sebagaimana yang terdapat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah
dan tidak boleh ditakwil.34
Al-Walid bin Muslim pernah bertanya kepada Imam Malik bin Anas, Al-
Auza’iy, Al Laits bin Sa’ad dan Sufyan Ats-Tsaury tentang berita yang datang
mengenai sifat-sifat Allah, mereka semua menjawab: “Perlakukanlah (ayat-ayat
tentang Sifat Allah) sebagaimana datangnya dan janganlah kamu persoalkan
(jangan kamu tanya tentang bagaimana sifat itu).35
Imam Asy-Syafi’i berkata:“Aku beriman kepada Allah dan kepada apa-apa
yang datang dari Allah sesuai dengan apa yang diinginkan-Nya dan aku beriman
kepada Rasulullah dan kepada apa-apa yang datang dari Beliau, sesuai dengan apa
yang dimaksud oleh Rasulullah.”36
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa Manhaj Salaf (Salafus
Shaleh) dan para Imam Ahlu Sunnah mereka mengimami Tauhid Asma wa Shifat
dengan menetapkan apa-apa yang Allah telah tetapkan atas diri-Nya dan telah

34
Lihat Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jamaah,…, hal. 92-93
35
Ibid, hal. 93
36
Ibnu Qudamah, Lum’atul I’tiqaad, Wizaratul Syuuni Islamiyah wa Auqaf wa Da’wah wa Irsyad,
Kerajaan Saudi Arabia, 1420 H/2000 M, hal. 4.
ditetapkan Rasul-Nya untuk-Nya, tanpa tahrif, tanpa ta’thil, tanpa takyif dan
tamtsil.37
Tanpa Tahrif atau takwil yaitu tanpa merubah lafaz Nama dan Sifat, atau
merubah maknanya atau menyelewengkan dengan makna yang sebenarnya. Tanpa
ta’thil maksudnya tanpa menghilangkan dan tanpa menafikan Sifat-Sifat Allah atau
mengingkari seluruh atau sebagian Sifat-Sifat Allah SWT. Perbedaan antara tahrif
dan ta’thil ialah, bahwa ta’thil itu mengingkari atau menafikan makna yang
sebenarnya yang dikandung oleh suatu nash dari al-Qur’an atau hadits Nabi SAW,
sedangkan tahrif ialah merubah lafaz atau makna, dari makna yang sebenarnya
yang terkandung dalam nash tersebut.
Tanpa takyif maksudnya tanpa menerangkan keadaan yang ada pada sifat atau
tanpa mempertanyakan: “Bagaimana Sifat Allah itu?” Atau tanpa menentukan
bahwa Sifat Allah itu hakekatnya begini, seperti menanyakan: “Bagaimana Allah
bersemayam?” Dan yang sepertinya, karena berbicara tentang sifat sama juga
berbicara tentang zat. Sebagaimana Allah mempunyai zat yang kita tidak
mengetahui kaifiyatnya. Dan hanya Allah yang mengetahui dan kita wajib
mengimani tentang hakekat maknanya. Tanpa tamtsil atau sama dengan tanpa
tasybih, yaitu tanpa mempersamakan atau tanpa menyerupakan Sifat Allah dengan
makhluk-Nya.38

F. Syahadatain
Syahadatain adalah mengucapkan dua kalimat persaksian yakni,
Pertama:

‫َاْش َه ُد َاْن َال ِاَلَه ِاَّال اهلل‬


Artinya: “Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak di sembah melainkan
Allah.”
Kedua:

37
Yazid bin Abdul Qadir Jawas , Syarah Ahlu Sunnah Wal Jamaah,..., hal 93-94
38
Ibid, hal. 94
‫َاْش َه ُد َاَّن ُمَح َّم ًد ا َرُسْو ُل اهلل‬
Artinya: “Aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad adalah Rasulullah.”
Syahadah merupkan ikrar keislaman sesorang yang diyakini dengan hati dan
dibuktikan dengan amal perbuatan. Seseorang yang ingin masuk Islam harus
mengucapkan dua persaksian ini. Akan tetapi persaksian ini bukan hanya diucapkan
semata tetapi mempunyai rukun, syarat dan yang membatalkan syahadah itu sendiri.
Penjelasannya di bawah ini:

1. Rukun syahadatain
Rukun syahadatain yang harus diketahui adalah:

Pertama, syahadah ‫َاْش َه ُد َاْن َال ِاَل َه ِاَّال اهلل‬ mempunyai dua rukun, yakni

‫ النفي‬dan ‫ اإلثبات‬yang harus dipenuhi dan dipahami oleh seorang muslim. ‫النفي‬

(nafi) maksudnya menafikan apapun sesembahan yang haq. Jika seseorang tidak
menafikan apapun sesembahan haq, maka seseorang telah musyrik, karena ia
menyembah kepada selain Allah atau menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah
dalam hal ibadah, ketaatan, cinta dan dan kekhususan lainnya yang hanya pantas
ditujukan kepada Allah.

Dan ‫اإلثبات‬ (itsbat) menetapkan hanya Allah yang berhak disembah, yang

berhak diibadahi, yang berhak patuh tunduk seluruh makhluk ciptaan-Nya. Dengan
penuh keyakinan seseorang harus beriman bahwa tiada sesembahan yang haq di
alam ini kecuali Allah semata.

Kedua, syahadah ‫ َاْش َه ُد َاَّن ُمَح َّم ًد ا َرُسْو ُل اهلل‬juga mempunyai dua rukun yakni:

‫رسول‬ dan ‫ عبد‬. Rasul maksudnya kita harus meyakini bahwa Muhammad SAW
adalah Rasul yang diutus Allah. Jika seseorang tidak meyakini bahwa Muhammad
adalah Rasulullah maka syahadahnya batal dan ia termasuk orang-orang yang kafir.
Sebagai umatnya kita diwajibkan untuk mengikuti sunnah Beliau, mematuhi
perintah dan meninggalkan larangannya. Kita juga dituntut menjunjungi tinggi
sunnah dan menjauhi berbagai bid’ah yang menghancurkan Sunnah Rasulullah
tersebut.
Sedangkan ‘abdun maksudnya kita meyakini bahwa Muhammad di samping
seorang Rasul juga sebagai manusia biasa sebagaimana kaum muslimin lainnya.
Artinya kalau kita menganggap Muhammad adalah tuhan sebagaimana kaum
Nasrani menganggap Nabi Isa anak tuhan maka sungguh orang tersebut telah sesat,
musrik dan kafir.

2. Syarat-syarat syahadatain
Di samping kewajiban untuk mengetahui rukun syahadah sebagaimana
diungkapkan di atas, maka setiap muslim juga diharuskan memenuhi syarat-yarat

kalimat ‫ َال ِاَلَه ِاَّال اهلل‬Syarat-syarat tersebut adalah:


Pertama, ilmu yang menafikan jahl. Maksudnya seseorang yang mengucapkan
dan mengetahui kalimat la ilaha illallah, harus mempunyai ilmu tentang makna dan
maksudnya yang benar, apa yang dinafikan dan apa yang ditetapkan. Tahu rukun-
rukun syahadah, syarat-syaratnya dan hal-hal yang bisa membatalkan syahadat
tersebut.
Jika ada orang yang hanya menghafal persaksian tersebut tanpa tahu makna
dan maksudnya, maka persaksiannya itu tidak sah.
Kedua, yakin yang menafikan syak. Maksudnya seseorang setelah mempunyai
ilmu harus yakin tanpa ada keraguan sedikitpun.
Ketiga, qabul yang menafikan radd. Menerima yang menafikan penolakan.
Menerima kalimat itu dengan segala konsekwensinya serta tidak boleh menolak
sedikitpun.
Keempat, inkiyad yang menafikan tark. Patuh yang menafikan meninggalkan.
Artinya patuh dan tunduk apapun yang dituntut dari kalimat itu tanpa melanggar
dan meninggalkannya.
Kelima, ikhlas yang menafikan syirk. Seorang muslim harus ikhlas menerima,
meyakini dan mengamalkan semua yang dituntut dari kalimat itu sebagai
perwujudan tauhid yang murni, dan membersihkannya dari debu-debu syirik.
Keenam, sidiq yang menafikan kazib. Seorang yang beriman harus jujur
terhadap kalimat tersebut dan tidak boleh dusta. Apa yang diucapkan lisannya harus
diyakini oleh hatinya dan tercermin dari perbuatannya.
Ketujuh, mahabbah yang menafikan baghdha. Maksudnya harus mencintai
kalimat tauhid tersebut dengan segala kandungannya tanpa membenci sedikitpun.
Selanjutnya syarat-syarat kalimat ‫ ُمَح َّم ًد ا َرُسْو ُل اهلل‬yakni:

Pertama, mengakui kerasulannya dan meyakininya di dalam hati


Kedua, mengucapkan dan mengikrarkan dengan lisan.
Ketiga, mengikutinya dengan mengamalkan ajaran kebenaran yang telah
dibawanya serta meninggalkan kebatilan yang telah dicegahnya.
Keempat, membenarkan segala apa yang dikabarkan dari hal-hal ghaib, baik
yang sudah lewat maupun yang akan datang.
Kelima, mencintainya melebihi cintanya kepada diri sendiri, harta, anak,
orangtua serta seluruh umat manusia.
Keenam, mendahulukan sabdanya atas segala pendapat dan ucapan orang lain
serta mengamalkan sunnahnya. 39

3. Hal-hal yang membatalkan syahadatain


Seorang muslim atau muslimah, terkkadang ada yang batal syahadahnya.
Secara garis besar hal yang membatalkkan syahadah ada dua, pertama, syirik,
khususnya syirik besar dan kedua, murtad.
Syirik adalah menyekutukan Allah, dan jika mati tidak bertobat maka Allah
mengharamkkan baginya syurga, Allah menghapus seluruh amalannya dan ia kekal
di dalanm neraka.
Murtad artinya seseorang yang semula Islam pindah menjadi kafir.
Allah berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 217:

‫َو َمْن َيْر َتِد ْد ِم ْنُك ْم َعْن ِد يِنِه َفَيُم ْت َو ُه َو َك اِفٌر َفُأوَلِئَك َح ِبَطْت‬
‫َأْع َم اُلُه ْم ِفي الُّد ْنَيا َو اَآْلِخ َر ِة َو ُأوَلِئَك َأْص َح اُب الَّناِر ُه ْم ِفيَه ا َخ اِلُد وَن‬
39
Lihat, Syaikh Shalih al-Fauzan, dalam kitabnya At-Tauhid Lish Shaffil Awwal al-Ali, 2003, hal.49-55
Artinya: “Barangsiapa murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati
dalam kkekafiran, maka orang-orang itulah yang sia-sia amalan mereka di dunia
dan akhirat, dan merekalah penghuni Neraka, merekka kekal di dalamnya.”
Rasulullah SAW bersabda dalam hadis Bukhari dan lainnya, dan ini lafaz
Imam Bukhari40:

‫َمْن َبَّد َل ِد يَنُه َفاْقُتُلوُه‬


Artinya: “Barang siapa menggantikan agamanya, maka bunuhlah ia.”

G. Syirik, pembagian dan macam-macam bentuknya.


Syirik adalah mempersekutukan Allah, membuat tandingan-tandingan bagi Allah,
atau menyembah kepada selain Allah. Dia adalah dosa yang paling besar dan juga
kezaliman terbesar. Allah berfirman dalam surat Luqman ayat 13:

‫ِظ‬
‫ِإَّن الِّش ْر َك َلُظْلٌم َع يٌم‬
Artinya:“Sesungguhnya syirik itu adalah kezaliman terbesar.”
Syirik juga merupakan dosa yang tidak terampuni, Allah berfirman dalam surat An-
Nisa ayat 48:

‫ِإَّن الَّلَه اَل َيْغِف ُر َأْن ُيْش َر َك ِبِه َو َيْغِف ُر َم ا ُدوَن َذِلَك ِلَم ْن َيَش اُء َو َمْن ُيْش ِر ْك‬
‫ِبالَّلِه َفَق ِد اْفَتَر ى ِإْثًم ا َعِظ يًم ا‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh ia telah berbuat dosa yang
sangat besar.”
Syirik juga dapat menyebabkan pelakunya diharamkan oleh Allah untuk masuk
surga. Allah berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 72:

40
Imam Bukhari, Shahih Bukkhari, hadis nomor 6524, juz 6,Darul Ibnu Katsir, Al-Yamamah, Beirut.
1407 H/1987 M, hal. 2537
‫ِل ِلِم‬ ‫ِه‬ ‫ِب ِه‬
‫ِإَّنُه َمْن ُيْش ِر ْك الَّل َفَق ْد َح َّر َم الَّلُه َعَلْي اْلَج َّنَة َو َم ْأَو اُه الَّناُر َو َم ا لَّظا يَن‬
‫ِم ْن َأْنَص اٍر‬
Artinya: “Sesungguhnya orang yang mensyerikatkan Allah, maka sungguh Allah
haramkan baginya syurga, dan tempatnya adalah Neraka, tidaklah ada bagi orang-
orang yang zalim itu seorang penolongpun.”
Syirik dapat menghapuskan seluruh amalan. Allah berfirman dalam surat Al-
An’Am ayat 88):

‫َو َلْو َأْش َر ُك وا َلَح ِبَط َعْنُه ْم َم ا َك اُنوا َيْع َم ُلوَن‬


Artinya: “Seandainya mereka mensyerikatkan Allah, maka hapuslah seluruh amal-
amal mereka yang telah mereka kerjakan.
Orang musyrik itu boleh dibunuh. Allah berfirman dalam surat At-Taubah ayat 5:

‫َفاْقُتُلوا اْلُم ْش ِر ِكيَن َح ْيُث َو َج ْدُتُم وُه ْم َو ُخ ُذ وُه ْم َو اْحُصُر وُه ْم َو اْقُعُد وا‬
‫ٍد‬
‫َلُه ْم ُك َّل َمْر َص‬...
Artinya: “Maka bunuhlah orang-orang musyrikin dimana saja kamu jumpai
mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat
mengintaian...”
Kesyirikan dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang. Jika dilihat dari sudut
ketauhidan, maka kesyirikan juga mengikuti pembagian tauhid bahwa ada syirik yang
berhubungan dengan Rububiyah Allah, Uluhiyah Allah dan juga terkait syirik itu dengan
Asma wa Shifat Allah SWT.
Dari segi Rububiyah Allah, seseorang menjadi syirik jika misalnya meyakini yang
menciptakan alam ini, memelihara alam ini, yang mengatur alam ini, ada yang lain selain
Allah. Atau meyakini yang menghidupkan dan mematikan, yang memberi rezeki ada zat
lain selain Allah Yang Maha Esa.
Demikian juga dalam Uluhiyah Allah, seseorang menjadi syirik jika menyembah
dan beribadah kepada selain Allah. Juga, seseorang juga menjadi syirik jika meyakini
bahwa ada di antara makhluq Allah yang memiliki sifat-sifat khusus, di mana sifat-sifat
khusus tersebut hanya kepunyaaan Allah SWT.
Akan tetapi secara umum para ulama telah membagi dosa syirik menjadi dua.
Pertama, Syirkul Akbar (syirik besar) dan kedua, Syirkul Asghar (syirik kecil).
1. Syirik Besar
Syirik Besar bisa mengeluarkan pelakunya dari Islam dan menjadikannya kekal
di Neraka, jika ia mati membawa kesyirikan dan ketika hidup tidak sempat
bertobat. Sementara syirik kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama
Islam, tetapi ia mengurangi tauhid dan merupakan wasilah atau perantara kepada
syirik besar.41
Syirik Besar adalah memalingkan sesuatu bentuk ibadah kepada selain Allah,
seperti berdoa kepada selain Allah, atau mendekatkan diri kepada-Nya dengan
penyembelihan kurban atau nazar untuk selain Allah, baik untuk kuburan, jin atau
syetan. Termasuk juga mengharap sesuatu kepada selain Allah, yang tidak kuasa
melakukannya kecuali Allah SWT, mengharapkkan sesuatu kepada selain Allah
yang tidak mampu memberi mamfaat maupun mudharat, selain Allah SWT.42
Yazid bin Abdul Qadir Jawas menjelaskan bahwa, di antara syirik besar adalah
pertama, syirik do’a, yaitu seseorang di samping berdo’a kepada Allah SWT ia
juga berdo’a kepada selain-Nya.
Dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam surat al-Ankabut ayat 65:

‫َفِإ َذا َر ِكُبوا ِفي اْلُفْلِك َدَعُو ا الَّلَه ُمْخ ِلِص يَن َلُه الِّديَن َفَلَّم ا َنَّج اُه ْم ِإَلى‬
‫اْلَبِّر ِإَذا ُه ْم ُيْش ِر ُك وَن‬
Artinya: “Maka apabila mereka naik kapal mereka berdo’a kepada Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan
mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah).”

41
Ibid, hal. 102-103.
42
Dr, Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan, At-Tauhid Lish-Shffi ats-Tsalitsu al-‘Aly, 1424/2003,
Hal. 13. Lihat juga Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jamaah, ,..., hal. 102
Kedua, syirik niat, keinginan dan tujuan, yaitu ia menujukan suatu ibadah
untuk selain Allah SWT. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam surat
Huud, ayat 15 dan 16:

‫َمْن َك اَن ُيِر يُد اْلَحَياَة الُّد ْنَيا َو ِز يَنَتَه ا ُنَو ِّف ِإَلْيِه ْم َأْع َم اَلُه ْم ِفيَه ا‬
‫َّنا‬‫ل‬ ‫ا‬ ‫اَّل‬‫ِإ‬ ‫) ُأوَلِئَك اَّلِذ ي َل َل ِفي اَآْلِخ ِة‬15( ‫ِفي ا اَل َخ وَن‬
‫ُر‬ ‫َر‬ ‫َن ْيَس ُه ْم‬ ‫َو ُه ْم َه ُيْب ُس‬
‫َو َح ِبَط َم ا َص َنُعوا ِفيَه ا َو َباِط ٌل َم ا َك اُنوا َيْع َم ُلوَن‬
Artinya: “Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya,
niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan
sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang
tidak memperoleh di akhirat, kecuali Neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang
telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.”

Ketiga, syirik ketaatan, yaitu mentaati kepada selain Allah dalam hal maksiyat
kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam surat at-Taubah ayat 31:

‫ِن ِه ِس‬ ‫ِم‬


‫اَّتَخ ُذ وا َأْح َباَر ُه ْم َو ُر ْه َباَنُه ْم َأْرَباًبا ْن ُدو الَّل َو اْلَم يَح اْبَن‬
‫َمْر َيَم َو َم ا ُأِم ُر وا ِإاَّل ِلَيْع ُبُد وا ِإَلًه ا َو اِح ًد ا اَل ِإَلَه ِإاَّل ُه َو ُس ْبَح اَنُه َعَّم ا‬
‫ُيْش ِر ُك وَن‬
Artinya: “Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka
sebagai rabb-rabb selain Allah, dan (juga mereka menjadikan rabb) al-Masih
putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh beribadah kepada Allah Yang
Maha Esa; tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) selain Dia.
Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”

Keempat, syirik mahabbah (kecintaan), yaitu menyamakan selain Allah SWT


dengan Allah SWT dalam hal kecintaan, sebagaimana firman Allah SWT dalam
surat al-Baqarah ayat 165:
‫َّتِخ ُذ ِم ُدوِن الَّلِه َأْنَد اًد ا ِح ُّبو َك ِّب الَّلِه‬ ‫ِم‬
‫ُي َنُه ْم ُح‬ ‫ْن‬ ‫َو َن الَّناِس َمْن َي‬
‫ِذ‬ ‫ِل ِه‬ ‫ِذ‬
‫َو اَّل يَن َآَمُنوا َأَش ُّد ُح ًّبا َّل َو َلْو َيَر ى اَّل يَن َظَلُم وا ِإْذ َيَر ْو َن اْلَعَذ اَب‬
‫َأَّن اْلُقَّو َة ِلَّلِه َج ِم يًعا َو َأَّن الَّلَه َش ِد يُد اْلَعَذ اِب‬
Artinya: “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada
Allah. Dan seandainya orang-orang yang berbuat zhalim itu mengetahui ketika
mereka melihat siksa (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah
semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksa-Nya (niscaya mereka menyesal).”43

2. Syirik kecil
Syirik kecil ada dua macam: pertama, syirik zhahir (nyata), yaitu syirik dalam
bentuk ucapan dan perbuatan. Dalam bentuk ucapan misalnya, bersumpah dengan
nama selain Allah SWT44 dan kedua, syirik khafi (tersembunyi)
Syirik zhahir dalam bentuk ucapan dapat terlihat dari sabda Rasulullah SAW
dalam hadis yang diriwayatkan Tirmizi dan lainnya, dan ini lafaz Tarmizi 45 dimana
Ibnu Umar berkata:

‫ َيُقوُل « َمْن َح َلَف‬-‫صلى اهلل عليه وسلم‬- ‫َفِإ ِّنى َس ِم ْع ُت َر ُس وَل الَّلِه‬
‫ِبَغْيِر الَّلِه َفَق ْد َكَف َر َأْو َأْش َر َك‬
Artinya: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda ”Barangsiapa bersumpah
dengan selain nama Allah, maka sungguh ia telah kufur atau syirik.”
Rasulullah SAW bersabda dalam hadis yang diriwayatkan Imam an-Nasai46:

43
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jamaah,..., hal. 102-103
44
Ibid, hal. 103
45
At-Tirmizi, Sunan Tirmizi, hadis nomor 1535, Juz 4,…, hal. 110. Al-Bany mengatakan hadis ini
shahih
46
An-Nasai, Sunan Nasai, hadis nomor 3773, juz 7,…, hal. 6. Al-Bany mengatakan hadis ini shahih
‫ِب َّل َّل ِه َّل‬ ‫ِد‬ ‫ٍة ِم‬
‫َعْن ُقَتْيَلَة اْم َر َأ ْن ُج َه ْيَنَة َأَّن َيُه و ًّيا َأَتى الَّن َّي َص ى ال ُه َعَلْي َو َس َم‬
‫َفَق اَل ِإَّنُك ْم ُتَنِّد ُدوَن َو ِإَّنُك ْم ُتْش ِر ُك وَن َتُقوُلوَن َم ا َش اَء الَّلُه َو ِش ْئَت‬
‫َو َتُقوُلوَن َو اْلَك ْع َبِة َفَأَمَر ُه ْم الَّنِبُّي َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم ِإَذا َأَر اُدوا َأْن‬
‫َيْح ِلُف وا َأْن َيُقوُلوا َو َر ِّب اْلَك ْع َبِة َو َيُقوُلوَن َم ا َش اَء الَّلُه ُثَّم ِش ْئَت‬
Artinya: Dari Qutailah, perempuan dari Juhainah, berkata bahwa ada
seorang Yahudi yang datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan
berkata: “Sesungguhnya kamu sekalian melakukan perbuatan syirik. Kamu
mengucapkan: ‘Atas kehendak Allah dan kehendakmu,’ dan mengucapkan: ‘Demi
Ka’bah.’” Maka Nabi SAW memerintahkan para Sahabat apabila bersumpah
mengucapkan:
“Demi Rabb, Pemilik Ka’bah,” dan mengucapkan: “Atas kehendak Allah
kemudian atas kehendakmu.’”
Rasulullah SAW juga bersabda dalam hadis yang diriwayatkan Ibnu Majah47

‫ « ِإَذا‬-‫صلى اهلل عليه وسلم‬- ‫َعِن اْبِن َعَّباٍس َقاَل َقاَل َر ُس وُل الَّلِه‬
‫ِل‬
‫َح َلَف َأَح ُد ُك ْم َفَال َيُقْل َم ا َش اَء الَّلُه َو ِش ْئَت َو َلِكْن َيُقْل َما َش اَء الَّلُه‬
.» ‫ُثَّم ِش ْئَت‬
Artinya: Dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda,“Apabila salah seorang
dari kalian bersumpah, janganlah mengucapkan: ‘Atas kehendak Allah dan
kehendakmu.’ Akan tetapi hendaklah ia mengucapkan,” Atas kehendak Allah
kemudian kehendakmu.”
Dari dua hadis di atas menunjukkan bahwa menjadi syirik kecil dalam bentuk
ucapan, jika seseorang mengatakan:

‫َم ا َش اَء اُهلل َو ِش ْئَت‬


Artinya: “Atas kehendak Allah dan kehendakmu.”
Akan tetapi yang benar adalah:
47
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, hadis nomor 2117, juz 1,…, hal. 684. Al-Bany mengatakan hadis ini
hasan shahih
‫َم ا َش اَء اُهلل ُثَّم ِش ْئَت‬
Artinya: “Atas kehendak Allah, kemudian karena kehendakmu.”48
Dalam hal ini Allah berfirman dalam surat at-Takwir ayat 29:

‫ِم‬
‫َو َم ا َتَش اُءوَن ِإاَّل َأْن َيَش اَء الَّلُه َر ُّب اْلَعاَل يَن‬
Artinya: “Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali
apabila dikehendaki Allah, Rabb semesta alam.”
Syirik zhahir dalam bentuk perbuatan, seperti memakai jimat dengan segala
bentuknya, jika berkeyakinan jimat hanya sebab Allah mendatangkan kebaikan atau
menolak kemudharatan. Dengan kata lain seseorang berkeyakinan yang
mendatangkan kebaikkan atau menolak keburukan hanya Allah SWT, sedangkan
jimat hanya sebagai perantara atau sebab saja Allah memberi kebaikan atau
menolak bahaya, maka ia terjebak kepada syirik kecil, namun jika berkeyakinan
jimat tersebut lah yang mendatangkkan kebaikan dan menolak bahaya, maka
seseorang sudah terjerumus ke dalam syirik besar.49
Syirik khafi (tersembunyi), yaitu syirik dalam hal keinginan dan niat, seperti
riya’ (ingin dipuji orang) dan sum’ah (ingin didengar orang), dan lainnya.50
Rasulullah SAW bersabda dalam hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad51

‫ ِإَّن‬: ‫ َأَّن َر ُس وَل اِهلل َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم َقاَل‬، ‫َعْن َمْح ُم وِد ْبِن َلِبيٍد‬
‫ َو َم ا الِّش ْر ُك اَألْص َغُر‬: ‫َأْخ َو َف َم ا َأَخ اُف َعَلْيُك ُم الِّش ْر ُك اَألْص َغُر َقاُلوا‬
‫ِهلل‬
‫ الِّر َياُء‬: ‫َيا َر ُس وَل ا ؟ َقاَل‬
Artinya: Dari Mahmud bin Labid, r.a, Sesungguhnya Rasulullah SAW
bersabda,“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik

48
Lihat Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jamaah,..., hal. 104
49
Ibid, hal. 300
50
Ibid, hal. 104
51
Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, hadis nomor 23630, juz 5, Alimul Kitab, Beirut,
1419/1998, hal, 428. Hadis ini dihasankan Ibnu Hajar as-Qalani dalam kitab Bulughul Maram, dan
dishahihkkan Syaikh Ahmad Muhammad Syakir
kecil.” para sahabat bertanya: “Apakah syirik kecil itu, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab: “riya’.”
Di antara bentuk-bentuk kesyirikan yang masih diyakini dan diamalkan oleh
sebagian kaum muslimin adalah mempercayai dan mendatangi dukun, paranormal,
tukang sihir, orang pintar, dan tukang ramal. Termasuk kesyirikan meminta-minta ke
kuburan Nabi, habib, kyai, dan lainnya. Juga syirik orang yang mempercayai jimat,
ramalan bintang, dan lainnya. Bagian juga dari syirik mempercayai dan menggunakan
jampi-jampi dan pelet, dan lain-lain.52
Berikut akan dijelaskan beberapa keyakinan dan perbuatan yang mengandung unsur
kesyirikan:
1. Wasilah (tawassul) kepada kuburan.
Wasilah atau tawasul adalah apa-apa yang dapat mendekatkan diri pada Allah.
Dalam hal ini wasilah atau tawasul tersebut terbagi menjadi tiga bagian:
Pertama, tawassul yang disyariatkan, yakni mendekatkan diri pada Allah
dengan Nama-Nama dan Sifat Allah (Asmaul Husna) atau dengan amal shaleh yang
dikerjakan atau tawassul melalui doa orang yang shaleh yang masih hidup.
Kedua, tawassul bid’ah, tawassul ini dilarang dalam agama, yaitu mendekatkan
diri pada Allah dengan cara yang tidak disebutkan dan tidak diajarkan oleh syariat,
seperti tawassul dengan pribadi para Nabi dan orang-orang shaleh, dengan
kedudukan mereka, kehormatan mereka dan sebagainya.
Ketiga, tawassul syirik, yaitu menjadikan orang-orang yang sudah meninggal
sebagai perantara dalam ibadah, termasuk berdoa kepada mereka, meminta hajat
dan memohon pertolongan kepada mereka.53

2. Perdukunan
Perdukunan adalah perbuatan yang sangat dilarang dalam Agama Islam. Imam
ath-Thahawy berkata:“Kita tidak mempercayai (ucapan) Kahin (dukun) maupun
‘Arraf (tukang ramal), demikian juga setiap orang yang mengakui sesuatu yang
menyelisihi al-Kitab dan as-Sunnah serta Ijma’ kaum Muslimin.54
52
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Prinsip Dasar Islam Menurut al-Qur’an dan as-Sunnah yang shahih,
…, hal. 58
53
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jamaah,..., hal 277-278
54
Ibid, hal 283
Perdukunan apakah itu kahin atau arraf melibatkan syetan di dalamnya. Maka
ia merupakan perkara kesyirikan karena menyandarkan perkara ghaib kepada selain
Allah. Allah berfirman dalam surat An-Namlu ayat 65:

‫ُقْل اَل َيْع َلُم َمْن ِفي الَّس َم اَو اِت َو اَأْلْر ِض اْلَغْيَب ِإاَّل الَّلُه َو َم ا َيْش ُعُر وَن‬
‫َأَّياَن ُيْبَعُثوَن‬
Artinya: “Katakanlah hai Muhammad, tidak ada sesuatupun di langit dan di
bumi yang mengetahui perkara ghaib, kecuali Allah.”
Oleh karena itu Rasulullah sangat melarang pergi ke dukun atau tukang ramal.
Rasulullah bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim55:

‫َمْن َأَتى َعَّر اًفا َفَس َأَلُه َعْن َش ْى ٍء َلْم ُتْق َبْل َلُه َص َالٌة َأْرَبِعيَن َلْيَلًة‬
Artinya: “Barangsiapa yang mendatangi seorang peramal lalu menanyai
tentang sesuatu, maka shalatnya tidak diterima selama 40 malam.”
Dalam riwayat Ahmad56 disebutkan:

‫َمْن َأَتى َعَّر افًا َفَص َّد َقُة ِبَم ا َيُقوُل َلْم ُتْق َبْل َلُه َص َالٌة َأْرَبِعيَن َيْو مًا‬
Artinya: “Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal lalu membenarkan apa
yang dikatakannya, maka shalatnya tidak diterima selama 40 hari.”
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Hakim57 disebutkan:

‫َمْن َأَتى َعَّر اًفا َأْو َك اِه ًنا َفَص َّد َقُه فيما َيُقوُل َفَق ْد َكَف َر ِبَم ا ُأْنِز َل َعَلى‬
‫ُمَح َّم ٍد َص َّلى اُهلل َعَلْيِه َو َس َّل‬
‫َم‬
Artinya:“Barangsiapa yang pergi ke tukang ramal atau ke dukun dan
membenarkan apa yang dikatakannya maka sungguh ia telah kafir terhadap apa
yang diturunkan kepada Muhammad SAW.”

55
Imam Muslim, Sahih Muslim, hadis nomor 2230, juz 4,…, hal. 1751
56
Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hambal, hadis nomor 16755, juz 4,…, hal. 68
57
Al-Hakim, Mustadrak, hadis nomor 15, juz 1, Darul Kitab Ilmiyah, Beirut, 1411 H/1990 M, hal. 49,
juga diriwayatlkan oleh Baihaqi dalam kitab Sunan hadis nomor 16938, juz 2, hal. 344.
3. Jimat
Rasulullah melarang memakai jimat, dan hukumnya haram dan termasuk dari
perkara syirik kepada Allah. Jimat adalah sesuatu yang dikalungkan leher atau
bagian dari tubuh seseorang yang bertujuan mendatangkan mamfaat atau menolak
mudharat, baik kandungan jimat itu adalah al-Qur’an, atau benang atau kulit atau
kerikil dan semacamnya. Orang-orang Arab biasa menggunakan jimat bagi anak-
anak mereka sebagai perlindungan dari sihir atau guna-guna dan semacamnya.58
Seseorang yang memakai jimat dan berkeyakinan jimat itu yang memberikan
mamfaat atau menolak bahaya maka ia telah terjebak kepada syirik besar, namun
apabila ia meyakini yang memberikan mamfaat dan menolak bahaya hanya Allah,
jimat itu hanya sebab atau hanya menyertai datangnya mamfaat atau menolak
bahaya tersebut, maka ia terjebak kepada syirik kecil.59
Rasulullah SAW bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari,
Imam Muslim dan lainnya, dan ini lafaz Bukhari, Muslim dan lainnya, dan ini lafaz
Imam Bukhari60, bahwa Abu Basyir al-Anshari pernah bersama Rasulullah dalam
beberapa perjalanan. Lalu Rasulullah Rasulullah mengutus seseorang, kemudian
berkata:

‫ ِإَّال ُقِط َعْت‬- ‫ َأْو ِقَالَدٌة‬- ‫َأْن َال َيْبَق َيَّن ِفى َر َقَبِة َبِعيٍر ِقَالَدٌة ِم ْن َو َتٍر‬
Artinya: “Jangan sisakan satu kalung pun jimat yang digantung di leher onta
melainkan harus dipotong.”
Dalam hadis yang lain Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Daud
dan lainnya, dan ini lafaz Abu Daud bahwa Ibnu Mas’ud berkata:

" ‫ َس ِم ْع ُت َر ُس وَل الَّلِه صلى اهلل عليه وسلم َيُقوُل‬: ‫َعْن َعْبِد الَّلِه َقاَل‬
‫ِإَّن الُّر َقى َو الَّتَم اِئَم َو الِّتَو َلَة ِش ْر ٌك‬
Artinya:“Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:“Sesungguhnya mantra
(jampi), jimat, dan tiwalah (guna-guna) adalah syirik.”61
58
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jamaah,..., hal. 299-300
59
Ibid, hal. 300
60
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, hadis nomor 2843,…,juz 3, hal. 1094
61
Abu Daud, Sunan Abu Daud, hadis nomor 3883, juz 2, Darul Fikri, hal. 402. Tahqiq Muhammad
Mahyuddin Abdul Hamid. Al-Bany menshahihkannya dalam kitab Shahih Wa Dhaif Sunan Abu Daud, juz
8, hal. 383
Rasulullah SAW juga bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad62:

‫َمْن َعَّلَق َتِم يَم ًة َفَق ْد َأْش َر َك‬


Artinya: “Barangsiapa yang menggantungkan jimat sungguh ia telah
musyrik.”
Dari dalil-dalil di atas menunjukkan memakai jimat bagaimanapun bentuknya
hukumnya syirik. Baik syirik besar maupun syirik kecil. Kemudian para ulama
berbeda pendapat mengenai jimat yang diambil dari ayat al-Qur’an. Sebagian
membolehkan dan sebagian mengharamkannya. Akan tetapi pendapat yang kuat
adalah semua jimat, bagaimanapun bentuknya, apakah dari ayat al-Qur’an atau
lainnya hukumnya haram dan syirik.
Yazid bin Abdul Qadir Jawas mengatakan bahwa dalil yang mengharamkan
jimat menyatakannya sebagai perbuatan syirik dan tidak membedakan apakah jimat
berasal dari al-Qur’an atau bukan dari al-Qur’an. Dengan membolehkan jimat dari
al-Qur’an, sebenarnya kita telah membuka peluang menyebarnya jimat yang tidak
bersumber dari al-Qur’an yang jelas-jelas haram. Maka, sarana yang dapat
mengantar kepada perbuatan haram mempunyai hukum haram yang sama dengan
perbuatan haram itu sendiri. Ia juga menyebabkan tergantungnya hati kepadanya,
sehingga pelakunya akan ditinggalkan oleh Allah dan diserahkan kepada jimat
tersebut untuk menyelesaikan masalahnya.
Selain itu, pemakaian jimat dari al-Qur’an juga mengandung unsur penghinaan
terhadap al-Qur’an, khususnya di waktu tidur dan ketika sedang membuang hajat,
atau sedang berkeringat dan semacamnya. Hal semacam itu tentu saja bertentangan
dengan kesucian dan kesakralan al-Qur’an. Selain itu juga, jimat ini dapat pula
dimamfaatkan oleh para pembuatnya untuk menyebarkan kemusyikan dengan
alasan jimat yang dibuatnya dari al-Qur’an.63

62
Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hambal, hadis nomor 17422, juz 4,…, hal. 156, Al-
Bani mengatakan hadis ini shahih dalam kitab Silsilah Shahihah-Mukhtasar, Maktabah Ma’arif, Riyadh.
63
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jamaah,…, hal. 301.
Ibrahim an-Nakha’i berkata:“Mereka membenci jimat, baik yang berasal dari
al-Qur’an maupun yang bukan dari al-Qur’an.” Maksudnya, itu ijma’ ulama Salaf
dalam mengharamkan jimat secara keseluruhan.64

4. Thathayur
Thahayyur adalah merasa sial karena sesuatu. Ibnu Qayyim al-Jauziah
berkata:” Dahulu, orang-orang suka menerbangkan atau melepaskan burung, jika
burung itu terbang ke kanan, mereka menamakan dengan sa-ih, bila burung terbang
ke kiri. Mereka namakan dengan baarih. Jika terbang ke depan disebut na-thih, dan
jika ke belakang di sebut qa-id. Sebagian bangsa Arab menganggap sial baarih dan
menganggap mujur sa-ih, dan ada lagi yang berpendapat lain.
Tathayyur tidak terbatas hanya pada terbangnya burung saja, tetapi juga pada
nama-nama, bilangan, angka, orang-orang cacat dan sejenisnya. Semua itu
diharamkan dalam syariat Islam dan dimasukkan dalam kategori perbuatan syirik
oleh Rasulullah SAW. Karena orang yang berrtathayyur mengganggap hal-hal
tersebut membawa untung atau celaka. Keyakinan seperti ini jelas menyalahin
keyakinan terhadap taqdir ketentuan Allah SWT.65
Syaikh Utsaimin menjelaskan: Tathayyur menganggap sial atas apa yang
dilihat, didengar, atau yang diketahui. Seperti yang dilihat yaitu melihat sesuatu
yang menakutkan. Yang didengar seperti mendengar burung gagak, dan yang
diketahui seperti mengetahui tanggal, angka, atau bilangan.66
Rasulullah SAW bersabda dalam hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari, Abu
Daud, Ibnu Majah dan lainnya dan ini lafaz Abu Daud67:

-‫صلى اهلل عليه وسلم‬- ‫َعْن َعْبِد الَّلِه ْبِن َمْس ُعوٍد َعْن َر ُس وِل الَّلِه‬
‫ِم‬
‫ َثَالًثا « َو َما َّنا ِإَّال َو َلِكَّن الَّلَه‬.» ‫َقاَل « الِّطَيَر ُة ِش ْر ٌك الِّطَيَر ُة ِش ْر ٌك‬
‫» ُيْذ ِه ُبُه ِبالَّتَو ُّك ِل‬.
64
Ibid, hal. 302
65
Ibid, hal. 295
66
Ibid, hal. 295-296
67
Abu Daud, Sunan Abu Daud, hadits no:3910,…, hal.40
Artinya: “Dari Abdullah bin Mas’ud dari Rasulullah SAW bersabda:
tathayyur syirik, tathayyur syirik, (sampai tiga kali Rasulullah mengatakannya),
kadang-kadang keyakinan tathayyur terlitas, Cuma Allah menghilangkannya
dengan tawakkal kepada-Nya).
Rasulullah SAW juga bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad
bin Hanbal68:

‫ َقاَل وُل اِهلل َّلى الَّلُه َعَل ِه‬: ‫ َقاَل‬، ‫َع َع ِد اِهلل ِن َع ٍر و‬
‫ْي‬ ‫َص‬ ‫َر ُس‬ ‫ْب ْم‬ ‫ْن ْب‬
‫ َيا َر ُس وَل‬: ‫ َقاُلوا‬، ‫ َفَق ْد َأْش َر َك‬، ‫ َمْن َر َّدْتُه الِّطَيَر ُة ِم ْن َح اَج ٍة‬: ‫َو َس َّلَم‬
‫ الَّلُه َّم َال َخ ْيَر ِإَّال‬: ‫ َأْن َيُقوَل َأَح ُد ُه ْم‬: ‫ َم ا َك َّف اَر ُة َذِلَك ؟ َقاَل‬، ‫اِهلل‬
. ‫ َو َال ِإَلَه َغْيُر َك‬، ‫ َو َال َطْيَر ِإَّال َطْيُر َك‬، ‫َخ ْيُر َك‬
Artinya: “Dari Abdullah bin ‘Amr ra, berkata: bersabda Rasulullah SAW:
“Barangsiapa mengurungkan niatnya karena tathayyur, maka sungguh ia telah
berbuat syirik.” Para sahabat bertanya:”Lalu apa tebusannya?” Rasulullah SAW
menjawab: “Hendaklah ia mengucapkan “Allahumma la khaira illa khairuka,
wala thaira illa thairuka, wala ilaha ghairuka (Ya Allah, tiada kebaikan kecuali
dariMu, tiadalah burung itu (yang dijadikan objek tathayyur) melainkan makhluk-
Mu dan tiada tuhan selain Engkau.
Kebiasaan di masyarakat, terkadang ketika mengadakan perjalanan, ditengah
jalan lewat ular maka ia berkeyakinan perjalanan akan sial, atau mau ke laut
melintas “murua” dianggap tidak beruntung, ketabrak kucing, dan sebagainya.
Contoh-contoh ini semua termasuk tathayyur.

5. Ilmu Perbintangan
Ilmu perbintangan ada dua, pertama, apa yang disebut asronomi dan ada yang
disebut asrologi. Asronomi ilmu yang mempelajari benda-benda langit dan garis
edarnya, menurut ilmu alam. Ilmu ini sangat bermanfaat untuk menghitung waktu

68
Imam Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmad bin Hanbal, hadis nomor 7045,…, hal.220. Hadis ini
dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir, no 7045. Lihat Silsilah al-Hadits ash-Shahihah no 1065
dan petunjuk dalam perjalanan baik laut maupun darat. Dengan ilmu ini kalender,
jam dan sebagainya yang berhubungan dengan perhitungan waktu bisa dibuat.
Tentang ilmu asronomi Allah SWT berfirman dalam surat Yunus ayat 5:

‫ُه َو اَّلِذ ي َجَعَل الَّش ْم َس ِض َياًء َو اْلَق َم َر ُنوًر ا َو َقَّد َر ُه َمَناِز َل ِلَتْع َلُم وا‬
‫ِح‬ ‫ِن‬
‫َعَد َد الِّس يَن َو اْل َس اَب‬
Artinya: “Dia-lah Allah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya dan Allah meletakkan garis edarnya agar kalian mengetahui
bilangan tahu dan perhitungan waktu.”

Kedua, ilmu asrologi yakni ilmu meramal nasib dengan bintang-bintang atau
diyakini bintang-bintang bisa mempengaruhi hidup manusia. Ilmu ini tidak ada
kaitan dengan ilmu alam, bahkan bagian dari ilmu sihir.
Rasulullah SAW bersabda dalam hadis yang diriwayatkkan Abu Daud, Ibnu
Majah, Ahmad dan lainnya, dan ini lafaz Abu Daud69:

‫ « َمِن‬-‫صلى اهلل عليه وسلم‬- ‫َعِن اْبِن َعَّباٍس َقاَل َقاَل َر ُس وُل الَّلِه‬
.» ‫اْقَتَبَس ِع ْلًم ا ِم َن الُّنُج وِم اْقَتَبَس ُش ْع َبًة ِم َن الِّس ْح ِر َز اَد َم ا َز اَد‬
Artinya: Dari Ibnu Abbas, ia berkkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,”
Barangsiapa mempelajari ilmu nujum (ilmu perbintangan) maka ia mempelajari
salah satu cabang dari ilmu sihir, dan akan terus bertambah.”
Rasulullah SAW juga bersabda dalam hadis qudsi yang diriwayatkkan Imam
Bukhari, Muslim, dan lainnya dan ini lafaz Bukhari70:

‫ َفَأَّما َمْن َقاَل ُمِط ْر َنا‬، ‫َقاَل « َأْص َبَح ِم ْن ِع َباِد ى ُمْؤ ِم ٌن ِبى َو َك اِفٌر‬
‫ِف‬ ‫ِم‬ ‫ِتِه ِل‬ ‫ِه‬
‫ َو َأَّما َمْن‬، ‫ َفَذ َك ُمْؤ ٌن ِبى َك ا ٌر ِباْلَك ْو َك ِب‬. ‫ِبَف ْض ِل الَّل َو َر ْح َم‬
‫ َفَذ ِلَك َك اِفٌر ِبى ُمْؤ ِم ٌن ِباْلَك ْو َك ِب‬. ‫» َقاَل ِبَنْو ِء َك َذ ا َو َك َذ ا‬

69
Abu Daud, Sunan Abu Daud, hadis nomor 3905, juz 2,..., hal. 408
70
Imam Bukkhari, Shahih Bukhari, hadis nomor 991, juz 1,…, hal. 351
Artinya: Allah berfirman,” Ada hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan ada
yang kafir. Adapun hamba-Ku yang mengatakan diturunkkan hujan ini karena
karunia dan rahmat Allah, maka hamba-Ku itu beriman kepada-Ku dan kafir
kepada bintang-bintang, adapun hamba-Ku yang mengatakan diturunkan hujan ini
karena pengaruh bintang ini dan bintang itu, maka hamba-Ku itu kafir kepada-Ku
dan beriman kepada bintang-bintang.”
Rasulullah SAW bersabda dalam hadis yang diriwatkan Imam Ahmad71:

‫ِهلل َّل َّل ِه َّل‬ ‫ِم‬ ‫ِب‬


‫ َس ْع ُت َر ُس وَل ا َص ى ال ُه َعَلْي َو َس َم‬: ‫ َقاَل‬، ‫َعْن َج ا ِر ْبِن َس ُم َر َة‬
‫ َو َح ْيُف‬، ‫ اِال ْس ِتْس َق اُء ِباَألْنَو اِء‬: ‫ َثَالٌث َأَخ اُف َعَلى ُأَّمِتي‬: ‫ َيُقوُل‬،
‫ َو َتْك ِذ يٌب ِباْلَق َد ِر‬، ‫الُّس ْلَطاِن‬
Artinya: Dari Jabir bin Samrah, ia berkata,”Aku mendengar Rasulullah SAW
bersabda,’ ada tiga hal yang aku takutkan tertimpa pada umatku: menisbatkan
hujan pada bintang-bintang, penguasa yang tirani dan pendustaan takdir.’”.
Rasulullah SAW bersabda dalam hadis yang diriwayatkkan Imam Muslim72:

« ‫ َقاَل‬-‫صلى اهلل عليه وسلم‬- ‫َأَّن َأَبا َماِلٍك اَألْش َعِر َّى َح َّد َثُه َأَّن الَّنِبَّى‬
‫َأْرَبٌع ِفى ُأَّمِتى ِم ْن َأْم ِر اْلَج اِهِلَّيِة َال َيْت ُك وَنُه َّن اْلَف ْخ ِفى اَألْح اِب‬
‫َس‬ ‫ُر‬ ‫ُر‬
‫ِم‬
‫» َو الَّطْع ُن ِفى اَألْنَس اِب َو اِال ْس ِتْس َق اُء ِبالُّنُج و َو الِّنَياَح ُة‬
Artinya: Sesungguhnya Abu Malik Asy’ary menceritakan bahwa Nabi SAW
bersabda,” Ada empat hal dari kalangan umatku yang termasuk perkara jahiliyah,
umatku tidak meninggalkannya: membanggakan nenek moyang, mencela
keturunan, menisbatkkan hujan pada bintang-bintang dan meratapi mayat.
Meramal nasib derngan bintang-bintang sekarang ini di antaranya disebut
dengan zodiak. Zodiak menjadi populer, bahkan seseorang yang menyebut
bidodata, dengan bangga menyebut nama bintangnya, seperti sagitarius, libra dan
sebagainya tanpa tahu sebenarnya hukumya itu syirik.

71
Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, hadis nomor 20832, juz 5,.., hal. 89
72
Imam Muslim, Sahih Muslim, hadis nomor 934, juz 2,…, hal. 644
6. Sihir
Menurut Abu Muhammad al-Maqdisi, sihir adalah jimat-jimat, jampi-jampi,
mantera-mantera dan buhul-buhul (yang ditiup) yang dapat berpengaruh pada hati
dan badan. Makka sihir dapat menyakiti, membunuh dan memisahkan suami
dengan istrinya.73
Sihir adalah tipu daya syaithan melalui walinya (tukang sihir, dukun,
paranormal, orang pintar dan lain-lain). Sihir mempunyai hakikat dan pengaruh,
karena itu kkita diperintahkkan berlindung kkepada Allah dari pengaruh sihir.74
Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 102:

‫َو اَّتَبُعوا َم ا َتْتُلو الَّش َياِط يُن َعَلى ُمْلِك ُس َلْيَم اَن َو َما َكَف َر ُس َلْيَم اُن َو َلِكَّن‬
‫ِط‬
‫الَّش َيا يَن َكَف ُر وا ُيَعِّلُم وَن الَّناَس الِّس ْح َر‬
Artinya: “Mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syethan-syethan pada masa
kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakkan bahwa Sulaiman mengerjakkan
sihir), padahal Sulaiman tidak kafir, hanya syethan-syethan itulah yang kafir.
Mereka (syethan-syethan) mengajarkkan sihir kepada manusia...”
Allah SWT juga berfirman dalam surat al-Falaq ayat 4:

‫ِم َشِّر الَّنَّف اَثاِت ِفي اْل َق ِد‬


‫ُع‬ ‫َو ْن‬
Artinya: “(Aku berlindung) dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang
menghembus dari buhul-buhul”
Allah SWT berfirman dalam surat an-Nisa ayat 76:

‫ِإَّن َك ْيَد الَّش ْيَطاِن َك اَن َض ِعيًف ا‬


Artinya: “Sesungguhnya tipu daya syaithan itu lemah.”
Allah SWT berfirman dalam surat Thaha ayat 69:

‫َو اَل ُيْف ِلُح الَّس اِح ُر َح ْيُث َأَتى‬

73
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jamaah,..., hal. 281
74
Ibid
Artinya: “Dan tidak akan menang tukang sihir itu dari mana saja ia datang.”
Rasulullah SAW bersabda dalam hadis yang diriwayatkkan Bukhari, Muslim
dan lainnya, dan ini lafaz Bukhari75:

‫ َعِن الَّنِبِّى صلى اهلل عليه وسلم‬- ‫ رضى اهلل عنه‬- ‫َعْن َأِبى ُه َر ْيَر َة‬
‫ َو َما ُه َّن‬، ‫ َقاُلوا َيا َر ُس وَل الَّلِه‬. » ‫َقاَل « اْجَتِنُبوا الَّس ْبَع اْلُم وِبَق اِت‬
‫ َو َقْتُل الَّنْف ِس اَّلِتى َح َّر َم الَّلُه ِإَّال‬، ‫ َو الِّس ْح ُر‬، ‫َقاَل « الِّش ْر ُك ِبالَّلِه‬
، ‫ َو الَّتَو ِّلى َيْو َم الَّز ْح ِف‬، ‫ َو َأْك ُل َم اِل اْلَيِتيِم‬، ‫ َو َأْك ُل الِّر َبا‬، ‫ِباْلَح ِّق‬
‫َناِت اْل ْؤ ِم َناِت اْلَغاِفَالِت‬
‫ُم‬ ‫» َو َقْذ ُف اْلُم ْحَص‬
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi SAW, dimana Nabi SAW
bersabda,” Jauhilah kalian tujuh perkara yang membinasakan. Para sahabat
bertanya,” Wahai Rasulullah apakkah tujuh perkara yang membinasakan itu?”
Rasulullah SAW menjawab,” Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang
diharamkan Allah kecuali dengan haq, makan riba, memakan harta anak yatim,
lari dan berpaling dari peperangan, dan menuduh berbuat zina terhadap wanita-
wanita yang terjaga dari dosa, sedangkan mereka tidak tahu apa-apa.
Bagian dari sihir adalah mantra dan guna-guna. Mantra yaitu bacaan-bacaan
yang dibaca dukun atau tukang sihir untuk berhubungan dan meminta bantuan
syaithan, sedangkkan guna-guna adalah sihir untuk mencelakakan orang lain, atau
untuk membuat jatuh cinta (pelet) dan sebagainya.
Rasulullah SAW bersabda dalam hadis yang diriwayatkan Abu Daud dan
lainnya, dan ini lafaz Abu Daud bahwa Ibnu Mas’ud berkata:

" ‫ َس ِم ْع ُت َر ُس وَل الَّلِه صلى اهلل عليه وسلم َيُقوُل‬: ‫َعْن َعْبِد الَّلِه َقاَل‬
‫ِإَّن الُّر َقى َو الَّتَم اِئَم َو الِّتَو َلَة ِش ْر ٌك‬

75
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, hadis nomor 6465, juz 6,..., hal. 2515
Artinya:“Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:“Sesungguhnya mantra
(jampi), jimat, dan tiwalah (guna-guna) adalah syirik.”76

7. Nusyrah
Nusyrah adalah mengobati sihir dengan sihir, dan dalam ajaran Islam
perbuatan seperti ini sangat dilarang. Seorang muslim yang beriman dan benar-
benar bertauhid harus menjauhi diri dari hal-hal yang berbau syirik dalam segala
bentuknya, termasuk dalam hal pengobatan.
Ajaran Islam melarang mengobati sihir dengan sihir, yakni mengobati sihir
dengan pergi ke tukang sihir atau dukun, karena dukun hanyalah mengusir syaithan
sihir dengan syaithan sihir. Maka, ibarat mengusir maling dengan meminta bantuan
perampok atau penjarah.77
Jika seseorang terkena sihir maka pengobatan yang benar adalah dengan cara
ruqyah syar’iyah, yakni membaca ayat-ayat al-Qur’an sehingga syaithan yang
membawa sihir ke tubuh manusia pergi atau binasa.
Rasulullah SAW bersabda dalam hadis yang diriwayatkkan At-Thabarany78

‫ِء‬
‫ِإَّن الَّلَه َخ َلَق‬: ‫ َقاَل‬، ‫ َعِن الَّنِبِّي َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم‬، ‫َعْن ُأِّم الَّد ْر َد ا‬
. ‫ َو ال َتَتَد اَو ْو ا ِبَح َر اٍم‬،‫الَّد اَء َو الَّد َو اَء َفَتَد اَو ْو ا‬
Artinya: Dari Ummu Darda dari Nabi SAW, dimana Nabi SAW bersabda,”
Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan obat, maka berobatlah tapi jangan
berobat dengan dengan yang haram.”
Rasulullah SAW juga bersabda dalam hadis At-Thabarany79:

‫ِف‬ ‫ِش‬
‫ِإَّن الَّله َلْم َيْجَعل َف اَءُك ْم يَم ا َح َّر َم َعَلْيُك ْم‬
76
Abu Daud, Sunan Abu Daud, hadis nomor 3883, juz 2,…, hal. 402.. Tahqiq Muhammad Mahyuddin
Abdul Hamid. Hadis ini juga diriwayatkan Ibnu Majah hadis nomor 3530, Al-Bany menshahihkannya
dalam kitab Shahih Wa Dhaif Sunan Abu Daud, juz 8, hal. 383 dan kitab Shahih Wa Dhaif Sunan Ibnu
Majah, juz 8 hal. 30. Hadis ini juga di riwayatkan oleh Ahmad, hadis nomor 3615, juga oleh Baihaqi, al
Hakim, Ibnu Hibban dan Abu Ya’la.
77
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jamaah,..., hal. 286
78
Ath-Thabarany, Mu’jam al-Kabir, hadis nomor 649, juz 24, Makktabatul Ulum wal hukmu, Mausul,
1404/1983, hal. 254
79
Ath-Thabarany, Mu’jam al-Kabir, hadis nomor 749, juz 23,..., hal 326. Hadis ini juga diriwayatkan
Bukhari secara muallaq, lihat kitab Fathul Bary Ibnu Hajar as-Qalani.
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan bagimu
terhadap apa-apa yangh telah Allah haramkan bagimu.”

H. Rukun Iman
Rukun iman adalah keyakinan pokok dalam ajaran Islam yang terdiri dari enam
pokok keyakinan. Dalilnya adalah hadis yang diriwayatkan Imam Muslim80:

‫ِلِه‬ ‫ َقاَل « َأْن ْؤ ِم ِبالَّلِه َالِئَك ِتِه ُك ُتِبِه‬. ‫َقاَل َفَأْخ ِب ِنى َعِن اِإل ي اِن‬
‫َو ُر ُس‬ ‫َو‬ ‫َو َم‬ ‫ُت َن‬ ‫َم‬ ‫ْر‬
‫» اْل ِم اآلِخ ِر ْؤ ِم ِباْلَق َد ِر َخ ِر ِه َشِّر ِه‬.
‫ْي َو‬ ‫َو ُت َن‬ ‫َو َيْو‬
Artinya:“Berkata malaikat Jibril, beritahu aku tentang iman! Rasulullah
menjawab:“Iman adalah beriman kepada Allah, beriman kepada malaikat-malaikat
Allah, beriman kepada kitab-kitab Allah, beriman kepada rasul-rasul Allah, beriman
kepada hari kiamat, dan beriman kepada taqdir baik maupun taqdir buruk.”
Dari hadis di atas menunjukkan bahwa Rukun Iman ada enam perkara:
Pertama, beriman kepada Allah
Kedua, beriman kepada para Malaikat
Ketiga, beriman kepada Kitab-Kitab Allah
Keempat, beriman kepada Rasul-Rasul Allah
Kelima, beriman kepada Hari Akhirat
Keenam, beriman kepada taqdir Allah, baik taqdir baik maupun taqdir buruk.

1. Beriman kepada Allah


Beriman kepada Allah artinya kita meyakini bahwa yang menciptakan dan
mengurus alam hanyalah Allah semata dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah
menghidupkan dan mematikan serta memberi rezeki setiap makhluknya. Dan kita
meyakini hanya kepada Allah satu-satunya tempat beribadah bagi seluruh makhluq-
Nya. Hakekat beriman kepada Allah yakni kita mentauhidkannya baik dalam
rububiyah maupun uluhiyah-Nya.

80
Imam Muslim, Sahih Muslim, hadis nomor 8, juz 1,…, hal. 36). Hadis ini juga diriwayatkan Abu
Daud dalam Sunan-nya, hadis nomor 4697
2. Beriman kepada para Malaikat
Beriman kepada para malaikat artinya kita beriman kepada seluruh malaikat-
malaikat yang diberitakan Allah dalam al-Qur’an dan hadis Nabi yang shahih.
Malaikat diciptakan dari cahaya. Jumlah malaikat sangat banyak, tidak ada yang
dapat menghitungnya kecuali Allah. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dan lainnya81, dan ini lafaz Bukhari:
‫ٍم‬
‫َفَس َأْلُت ِج ْبِر يَل َفَق اَل َه َذ ا اْلَبْيُت اْلَم ْع ُم وُر ُيَص ِّلى ِفيِه ُك َّل َيْو َس ْبُعوَن‬
‫ِه‬ ‫َل‬ ‫ا‬ ‫ ِإَذا َخ وا َل و وا ِإَل ِه آِخ‬، ‫َأْلَف َلٍك‬
‫ْم‬ ‫ْي‬ ‫َع‬ ‫َم‬ ‫َر ُج ْم َيُع ُد ْي َر‬ ‫َم‬
Artinya: “Maka aku bertanya kepada Jibril, Jibril menjawab:“ Ini Baitul
Ma’mur, 70.000, malaikat shalat di dalamnya setiap hari. Jika para malaikat itu
keluar dari baitul ma’mur itu tidak petnah kembali lagi...”
Di antara malaikat ada yang mempunyai tugas-tugas tertentu yakni:
Pertama, malaikat Jibril dipercayakan menyampaikan wahyu Allah kepada
para Nabi dan Rasul.
Kedua, malaikat Mikail diserahi tugas menurunkan hujan dan tumbuh-
tumbuhan
Ketiga, malaikat Israfil diserahi tugas meniup sangkakala di hari kiamat dan
kebangkitan maklhuk.
Keempat, malaikat Maut diserahi tugas mencabut nyawa
Kelima, malaikat yang ditugaskan menjaga Surga dan Neraka.
Keenam, malaikat yang ditugaskan meniup ruh pada janin dalam rahim. Ketika
sudah mencapai 4 bulan di dalam kandungan, Allah mengutus Malaikat untuk
meniup ruh dan mneyuruh untuk menuliskan rizki, ajal, amal, celaka dan
bahagianya.
Ketujuh, para malaikat yang diserahi menjaga dan menulis semua perbuatan
manusia. Setiap orang dijaga oleh dua Malaikat, yang satu pada sisi kanan dan yang
satunya lagi pada sisi kiri.

81
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, hadis no 3035, juz 3,…, hal. 1173. Hadis ini juga diriwayatkan
Imam Muslim hadis no 434
Kedelapan, para malaikat yang diserahi tugas menanyakan mayit. Bila mayit
sudah dimasukkan ke dalam kuburnya, maka akan datanglah dua malaikat yang
bertanya kepadanya tentang Rabbnya, agamanya dan Nabinya.82

3. Beriman kepada Kitab-Kitab Allah


Beriman kepada kitab Allah maksudnya kita meyakini kitab-kitab Allah yang
diturunkan kepada para Rasulnya. Yakni kitab Taurat diturunkan kepada Musa,
Injil kepada Isa, Zabur kepada Daud, Shuhuf Ibrahim dan Musa serta kitab terakhir
yang memnyempurnakan dan membatalkan kitab-kitab sebekumnya yakni al-
Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

4. Beriman kepada Rasul-Rasul Allah


Beriman kepada Rasul artinya meyakini seluruh rasul yang dijelaskan dalam
al-Qur’an dan Hadis Nabi yang shahih. Mulai dari Nuh, hingga rasul terakhir
Muhammad SAW.
Allah berfirman dalam al-Qur’an surat An-Nisa ayat 163:

‫ِدِه‬ ‫ِم‬
‫ِإَّنا َأْو َح ْيَنا ِإَلْيَك َك َم ا َأْو َح ْيَنا ِإَلى ُنوٍح َو الَّنِبِّييَن ْن َبْع‬
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mewahyukan kepadamu sebagaimana
Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan Nabi-Nabi sesudahnya..”
Allah juga berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 40:

‫ِب‬ ‫ِه‬ ‫ِك‬ ‫ِل‬ ‫ٍد ِم‬


‫َم ا َك اَن ُمَح َّم ٌد َأَبا َأَح ْن ِر َج ا ُك ْم َو َل ْن َر ُس وَل الَّل َو َخ اَتَم الَّن ِّييَن‬
‫َو َك اَن الَّلُه ِبُك ِّل َش ْي ٍء َعِليًم ا‬
Artinya:“Muhammad itu sekali-sekali bukanlah bapak dari seorang laki-laki
di antara kamu, tapi dia adalah Rasulullah dan penutup Nabi-Nabi dan adalah
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

82
Dalam hal ini yang benar ditanyakan hanya Rabbnya, agamanya dan Nabinya. Lihat hadis yang
diriwayatkan oleh Abu Daud, Sunan Abu Daud, hadis nomor 4753, juz 2,…, hal. 652. Al Bani
menshahihkan hadis ini dalam kitan Shahih wa Dhaif Sunan Abu Daud, juz 10, hal. 253
Dalam hadis tentang syafaat di akhirat disebutkan bahwa mula-mula orang-
orang datang kepada adam meminta syafaat, tapi adam menyuruh orang-orang itu
datang kepada Nuh. Nuh menyuruh orang-orang itu datang kepada Ibrahim,
Ibrahim menyuruh datang kepada Musa dan Musa menyuruh kepada Isa, Isa
menyuruh datang kepada Muhammad SAW sebagai Rasul terakhir dan Rasulullah
83
memberi syafaat. Dalam lafaz Muslim , penggalan hadis yang panjang tersebut

adalah:

‫ َفَيْأُتوَن ُنوًح ا َفَيُقوُلوَن َيا ُنوُح ِإَّنَك َأْنَت َأَّو ُل‬. ‫اْذَه ُبوا ِإَلى ُنوٍح‬
‫اْذَه ُبوا ِإَلى ُمَح َّم ٍد صلى اهلل عليه‬...، ‫الُّر ُس ِل ِإَلى َأْه ِل اَألْر ِض‬
‫ َفَيْأُتوَن ُمَح َّم ًد ا صلى اهلل عليه وسلم َفَيُقوُلوَن َيا ُمَح َّم ُد‬. ‫وسلم‬
‫وُل الَّلِه َخ اَت اَألْنِب اِء‬
‫َو ُم َي‬ ‫ َأْنَت َر ُس‬،..
Artinya:“Adam berkata:“Pergilah kepada Nuh, maka mereka datang kepada
Nuh dan mengatakan: “Wahai Nuh, engkau Rausl pertama bagi penduduk bumi....
(hingga sampai pada), Isa berkata:“Pergilah kepada Muhammad SAW, maka
mereka datang kepada Muhammad SAW dan berkata:“Wahai Muhammad, engkau
Raulullah dan penutup oara Nabi..”

5. Beriman kepada Hari Akhirat


Beriman kepada hari akhir maknanya kita meyakini hari kiamat dimana
seluruh maklhuk akan fana kecuali Allah. Pada hari itu manusia akan sadar bahwa
hanya Allah satu-satunya yang berkuasa dan hanya kasih sayang dan rahmat Allah
satu-satunya yang dapat menolongnya.
Hari kiamat terjadi pada hari Jum’at berdasarkan Hadis Rasulullah yang

diriwayatkan oleh Imam Muslim dan lainnya, dan ini lafaz Muslim84 :
83
Imam Muslim, Shahih Muslim, hadis noimor 194, juz 1,…, hal 184. Hadis ini juga diriwayatkan
Imam Bukhari dalam kitab Shahih-nya, hadis nomor 4435, At-Tirmizi dalam Sunan-nya, hadis Nomor
2434
84
Imam Muslim, Shahih Muslim, hadis nomor 854, juzb2,…, hal. 585. Hadis ini juga diriwayatkan at-
Tirmizi, hadis nomor 490, Ahmad hadis nomor 9399
‫ٍم‬
‫ َخ ْيُر َيْو َطَلَعْت‬: ‫َعْن َأِبى ُه َر ْيَر َة َأَّن الَّنِبَّى صلى اهلل عليه وسلم َقاَل‬
‫اْل ِة ِفيِه ُخ ِلَق آَد ِفيِه ُأْد ِخ اْل َّنَة ِفيِه‬ ‫ِه‬
‫َل َج َو‬ ‫ُم َو‬ ‫َعَلْي الَّش ْم ُس َيْو ُم ُج ُم َع‬
. ‫ُأْخ ِر َج ِم ْنَه ا َو َال َتُقوُم الَّس اَعُة ِإَّال ِفى َيْو ِم اْلُج ُم َعِة‬
Artinya: “Dari Abi Hurairah bahwa sesungguhnya Nabi SAW bersabda:
“Hari yang terbaik dimana setiap kali matahari terbit adalah hari Jum’at, pada
hari Jum’at diciptakannya Adam, pada hari itu dia dimasukkan ke Surga dan pada
hari itu juga dikeluarkan dia dari Surga, dan tidaklah terjadi hari Kiamat
melainkan pada hari Jum’at.
Termasuk beriman kepada hari akhir kita meyakini tentang adanya fitnah
kubur, azab kubur, nikmat kubur, dukumpulkannya manusia di padang Mahsyar,
diregakkan Timbangan, dibukakan catatan-catatan amal, adanya hizab, al-haudh
(telaga), Shirat (jembatan), Syafaat, Surga dan Neraka.85

6. Beriman kepada qadha’ dan qadar


Beriman kepada taqdir baik taqdir baik maupun taqdir buruk artinya kita
meyakini segala sesuatu, baik kebaikan maupun keburukan hanya Allah yang
mengatur dan menentukannya. Akan tetapi Allah juga memberi petunjuk kepada
kebaikan bagi setiap hambanya yang beriman dan beramal shaleh.
Iman kepada qadar ini ada empat tingkatan86 yakni:
Pertama: Al-Ilmu
Maksudnya mengimani bahwa Allah dengan ilmu-Nya, yang merupakan Sifat-
Nya yang azali dan abadi, telah mengetahui segala amal perbuatan makhluk-Nya,
serta mengetahui segala ihwal mereka, seperti taat, maksiat, rizki, ajal, bahagia dan
celaka.
Kedua: Al-Kitabah

85
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jamaah,..., hal. 176
86
Ibid, hal 195-203
Yaitu bahwasanya Allah SWT telah mencatat di Lauh Mahfuz seluruh taqdir
maklhuk. Hal itu berdasarkan hadis shahih yang diriwayatkan Imam Muslim dan
lainnya, dan ini lafaz Muslim87:

‫صلى اهلل عليه‬- ‫َعْم ِر و ْبِن اْلَعاِص َقاَل َس ِم ْع ُت َر ُس وَل الَّلِه‬


‫ ُقوُل « َك َت الَّلُه َق اِد ي اْلَخ َالِئِق ْب َأْن ْخ ُلَق الَّس اِت‬-‫وسلم‬
‫َمَو‬ ‫َق َل َي‬ ‫َم َر‬ ‫َب‬ ‫َي‬
‫اَأل ِبَخ ِس ي َأْلَف َنٍة‬
‫َس‬ ‫َو ْر َض ْم َن‬
Artinya: “Allah telah mencatat seluruh taqdir maklhuk lima puluh ribu tahun
sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.”
Rasulullah juga bersabda dalam hadis yang diriwayatkan Abu Daud88:

‫َر ُس وَل الَّلِه صلى اهلل عليه وسلم َيُقوُل " ِإَّن َأَّو َل َما َخ َلَق الَّلُه تعالى‬
‫ فَق اَل َر ِّب َو َم اَذا َأْك ُتُب َقاَل اْك ُتْب‬. ‫اْلَق َلَم َفَق اَل َلُه اْك ُتْب‬
‫َمَق اِد يَر ُك ِّل َش ْى ٍء َح َّتى َتُقوَم الَّس اَعُة‬
Artinya:“Rasulullah SAW bersabda:“Sesungguhnya yang pertama sekali Allah
ciptakan adalah Qalamm (pena), lalu Allah berfirman kepadanya: “Tulislah!” Ia
menjawab: “Wahai Rabb-ku apa yang harus aku tulis?” Allah berfirman:
“Tulislah taqdir segala sesuatu sampai hari Kiamat.”
Dalam hal ini Allah berfirman dalam surat al-Hajj, ayat 70:

‫َأَلْم َتْع َلْم َأَّن الَّلَه َيْع َلُم َم ا ِفي الَّس َم اِء َو اَأْلْر ِض ِإَّن َذِلَك ِفي ِكَتاٍب ِإَّن‬
‫ِه ِس‬ ‫ِل‬
‫َذ َك َعَلى الَّل َي يٌر‬
Artinya: “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah
mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? Bahwasanya yang demikian
itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu
sangat mudah bagi Allah.”

87
Imam Muslim, Shahih Muslim, hadis nomor 2653, juz 4,…, hal.2044, Tirmizi hadis nomor 2156,
Ahmad hadis nomor 6579
88
Abu Daud, Sunan Abu Daud, hadis nomor 4700, juz 2,…, hal. 637. Hadis ini dishahihkan Al Bany
dalam kitab Shahih wa Dhaih Sunan Abu Daud, juz 10. hal. 200. Hadis ini juga diriwayatkan at-Tirmizi
hadis nomor 3319
Dalam surat al-Hadid ayat 22 Allah berfirman:

‫ِف ِك ِم‬ ‫ِف ِس‬ ‫ِم ِص ٍة ِف‬


‫َم ا َأَص اَب ْن ُم يَب ي اَأْلْر ِض َو اَل ي َأْنُف ُك ْم ِإاَّل ي َتاٍب ْن‬
‫ِه ِس‬ ‫ِل‬
‫َقْبِل َأْن َنْبَر َأَه ا ِإَّن َذ َك َعَلى الَّل َي يٌر‬
Artinya: “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi (tidak pula) pada
dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh).
Sesungguhnya yang demikian itu sangat mudah bagi Allah.

Ketiga: Al-Masyii’ah.
Yaitu meyakini bahwa apa yang dikehndaki Allah pasti terjadi dan apa yang
tidak dikehendaki Allah tidak akan terjadi. Semua gerak gerik yang terjadi di langit
dan di bumi hanyalah dengan kehendak Allah Ta’ala, tidak ada sesuatu yang terjadi
dalam kerajaan-Nya apa yang tidak diinginkan-Nya. Mengimani masyii’ah
(kehendak) Allah SWT yang pasti terlaksana dan Qadrat (kekuasaan) Allah yang
meliputi segala seuatu.89
Dalam hal masyii’ah Allah ini, Allah memberi rahmat dan karunia kepada
siapa yang Dia kehendaki dan Dia menahan dari siapa yang Dia kehendaki. Allah
memuliakan siapa yang Dia kehendaki dan menghinakan siapa yang Dia kehendaki.
Allah berfirman dalam hal ini:

‫ِم‬ ‫ِك ِت‬ ‫ِل‬


‫ُقِل الَّلُه َّم َم ا َك اْلُم ْل ُتْؤ ي اْلُم ْلَك َمْن َتَش اُء َو َتْنِز ُع اْلُم ْلَك َّم ْن‬
‫َتَش ا ُتِعُّز َتَش ا ُتِذ ُّل َتَش ا ِب ِد َك اْلَخ ِإَّنَك َلى ُك ِّل َش ٍء‬
‫ْي‬ ‫َع‬ ‫ْيُر‬ ‫ُء َو َمْن ُء َو َمْن ُء َي‬
‫ِف‬ ‫ِل‬ ‫ِف‬ ‫ِل‬ ‫ِد‬
‫) ُتو ُج الَّلْيَل ي الَّنَه اِر َو ُتو ُج الَّنَه اَر ي الَّلْيِل َو ُتْخ ِر ُج‬۲۶( ‫َق يٌر‬
‫اْلَح َّي ِم َن اْلَم ِّيِت َو ُتْخ ِر ُج اْلَم ِّيَت ِم َن اْلَح ِّي َو َتْر ُز ُق َمْن َتَش اُء ِبَغْيِر‬
‫ِح اٍب‬
‫َس‬
Artinya: “Katakanlah (Muhammad):“Wahai Rabb yang mempunyai kerajaan,
Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut
kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang
89
Yazid bi Abdul Qadir Jawas, Syarah Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jamaah,..., hal. 197.
Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan
Engkau-lah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala
sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke
dalam malam, Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan Engkau keluarkan
yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rizki atas siapa yang engkau
kehendaki.”
Dengan masyii’ah-Nya pula, Allah menunjuki orang yang dikehendaki-Nya ke
jalan yang lurus. Allah berfirman dalam surat Yunus ayat 25:

‫َو الَّلُه َيْد ُعو ِإَلى َداِر الَّس اَل ِم َو َيْه ِد ي َمْن َيَش اُء ِإَلى ِص َر اٍط ُمْس َتِق يٍم‬
Artinya: “Allah menyeru manusia ke Darussalam (surga), dan menunjuki
orang yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.”

Keempat, Al-Khalq
Maksudnya, bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, baik yang ada
maupun yang belum ada. Karena itu tidak ada satu pun maklhuk di bumi ataupun di
langit, melainkan Allah-lah yang menciptakannya, tiada pencipta selain Dia. 90
Allah berfirman dalam surat Az-Zumar ayat 62:

‫ي‬‫َعَلى ُك ِّل َش ٍء ِك‬ ‫الَّل َخ اِل ُك ِّل َش ٍء‬


‫ُه ُق‬
‫ْي َو ٌل‬ ‫ُه‬
‫ْي َو َو‬
Artinya: “Allah pencipta segala sesuatu dan Allah dan Dia Maha Pemelihara
segala sesuatu.”
Meskipun segala sesuatu yang ada telah Allah taqdirkan, akan tetapi Allah
tetap memerintahkan hamba-hamba-Nya taat kepada-Nya, serta taat kepada Rasul-
Nya, serta melarang mereka durhaka kepada-Nya. Allah mencintai orang-orang
yang bertaqwa dan tidak mencintai orang-orang yang kafir, fasiq. Allah menunjuki
hamba-Nya kejalan yang lurus.
Semua itu bagian dari taqdir Allah yang Maha Luas Ilmunya. Maka, taqdir ada
yang bersifat kauniah, yang disebut dengan Iradah Kauniah Qadariah artinya
kehendak Allah yang berkenaan dengan taqdir Allah terhadap alam semesta, dan
90
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jamaah,..., hal. 201.
taqdir bersifat syar’iyyah yang disebut Iradah Syar’iyah, yakni kehendak Allah
yang berkenaan dengan syariat atau apa yang dicintai dalam agama.91
Oleh karena itu berdalih dengan taqdir boleh dilakukan terhadap musibah dan
cobaan, Namun, tidak boleh sekali-sekali berdalih dengan taqdir atas perbuatan
dosa dan kesalahan, orang-orang yang berbuat dosa dan maksiat harus bertobat dari
perbuatan mereka yang tercela.92

91
Ibid, hal. 201-204.
92
Ibid, hal. 204.
Daftar Pustaka

Abdurrahman bin Ismail Abu Syamah, Baa’its ‘alaa Inkaril Bida’ wal Hawadis, juz 1,Darul Huda, Kairo,
1398 H/1978 M
Abu Daud, Sunan Abu Daud, hadis nomor 3883, juz 2, Darul Fikri
Ath-Thabarany, Mu’jam al-Kabir, hadis nomor 649, juz 24, Makktabatul Ulum wal hukmu, Mausul,
1404/1983
Al-Hakim, Mustadrak, hadis nomor 15, juz 1, Darul Kitab Ilmiyah, Beirut, 1411 H/1990 M
Abdul Qadir Abdul Azis, Berpegang Teguh Kepada al-Qur’an& As-Sunnah, , terj. Dahlan, Lc, Pustaka Al-
Sofwa, Jakarta, 2004
Abdul Mun’im Al-Hafni, Ensiklopedia Golongan, Kelompok, Aliran, Mazhab, Partai, dan Gera-kan Islam
Seluruh Dunia, terj.Muhtarom,Lc, Dpl, dan tim Grafindo, cet. 2, Grafindo Khazanah Ilmu, 2009
Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, hadis nomor 23630, juz 5, Alimul Kitab, Beirut,
1419/1998
Fawwaz bin Hulayyil as-Suhaimi, Begini Seharusnya Berdakwah, terj. Beni Sarbeni, Lc, Darul Haq,
Jakarta, 2008
Hasan al-Banna, Aqidah Islam, terj. M. Hasan Baidaei, Al-Ma‟arif, Bandung, 1980
Ibnul Jauzi, Talbisul Iblis, juz 1, Darul Kitab Al-Arabi, Beirut, 1405/1985
Imam Nawawi, Riyadhus Shalihin, hadis nomor 1647 , Jamiah Ihya at-Turats Islami/Erfan, Kuwait, 1417
H/1996 M
Imam an-Nasa’i, Sunan Nasai, hadis nomor 1578, Juz 3, Maktabah al-Mathbuu’at al-Islamiyah, Halab,
1406/1986
Imam Suyuthi, Miftahul Jannah Fi Al-Ihtijaji bi As-sunnah, juz 1, Jami’ah Islamiyah-Madinah Munawarah,
1399 H
Imam Muslim, Shahih Muslim, hadis nomor 153, juz 1, Darul Ihya at-Turats al-Araby, Beirut
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, hadis no. 3992, juz 2, Darul Fikri, Beirut
Imam Tirmizi, Sunan Tirmizi, hadis no.2853, juz 10, Darul Ihya at-Turats al-‘Araby, Beirut
Imam Abdurrahman Ahmad bin Syuaib bin Ali an-Nasa’i, Sunan Nasa’ Bi Syarah Suyuthi, hadis nomor
1577, Juz 3, Darul Ma’rifah, Beirut, 1420 H
Imam Bukhari, Shahih Bukkhari, hadis nomor 6524, juz 6,Darul Ibnu Katsir, Al-Yamamah, Beirut. 1407
H/1987 M
Ibnu Qudamah, Lum’atul I’tiqaad, Wizaratul Syuuni Islamiyah wa Auqaf wa Da’wah wa Irsyad, Kerajaan
Saudi Arabia, 1420 H/2000 M
KH Moenawar Chalil, Kembali Kepada Kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah, cet. 11, Bulan Bintang Jakarta,
1999
Muhammad Nashiruddin Al-Bany, Silsilah Shahihah-Mukhtasar, Maktabah Ma’arif, Riyadh.
Muhammad bin Hadi bin Ali al-Madkhali, Al-iqnaa’u bimaa jaa ‘an aimmatil da’wah minal aqwaali fi al
ittiba’, Fahursatun maktabatul malik fahadal wathaniah itsna nasyara, Riyad,1419 H
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Lu’lu’ wa Marjan, , Juz 2, hadis no. 1120, Jamiah Ihya At-Turats Islami,
Kuwait, 1419 H/1999 M
Suyatno Prodjodikoro, Aqidah Islamiyyah dan Perkembangannya, Sumbangsih Offset, Yogyakarta,
1991
Said bin Ali bin Wahf Al-Qahthani’,Mengupas Sunnah, membedah bid’ah, , terj. Abu Umar Basyir, Darul
Haq, Jakarta, 1423 H/2002 M
Syaikh Hamuud Al Mathar, Amalan bid’ah yang sering terjadi, terj. Zezen Zaenal Mursalin,Lc, Pustaka
Ash-Sharqiyyah, Bandung, tanpa tahun
Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan, At-Tauhid Lish Shaffil Awwal al-Ali, 2003
Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan, At-Tauhid Lish-Shffi ats-Tsalitsu al-‘Aly, 1424/2003
Tim PP. Muhammaddiyah Majelis Tarjih, Tanya Jawab Agama 1, Suara Muhammadiyah, cet VII, Yogya-
karta, 2003
Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI) Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, 1993
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Prinsip Dasar Islam Menurut al-Qur’an dan as-Sunnah yang Shahih,
Pustaka At-Taqwa, Bogor, 1426 H/ 2005 M
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jamaah, Pustaka at-Taqwa, Bogor, 1425
H/2004 M

Anda mungkin juga menyukai