Ijtihad
Metode hukum Islam
Syariah Fikih
1. Berasal dari Al-Qur'an dan As-sunah 1. Karya Manusia yang bisa Berubah
4. Langsung dari Allah yang kini terdapat 4. Bersal dari Ijtihad para ahli hukum
ال ِإنَّ َما اَأْل ْع َما ُل بِالنِّيَّ ِة َولِ ُك ِّل ا ْم ِرٍئ َما نَ َوى
َ َصلَّى اللَّهم َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق َ َع ْن ُع َم َر َأ َّن َرس
َ ِ ُول هَّللا
ulama fikih merumuskan rukun wudhu ada enam, yakni
1. niat,
2. membasuh muka,
3. membasuh tangan,
4. mengusap kepala dan
5. membasuh kaki, serta
6. dilakukan dngan tertib.
Sumber Hukum Islam
1 2 3
Al Qur’an As Sunnah
menyimpulkan bahwa dalil–dalil syariat itu terangkum dalam Al-Quran danSunah. Sebab,
dalil-dalil yang permanen tidak diterapkan dengan akal, tetapi diterapkan dengan
AlQuran dan Sunah. Sebab tanpa disandarkan pada keduanya, maka dalil-dalil tidak
dapat dijadikan pegangan. Dengan demikian, Al-Quran dan Sunah merupakan rujukan
(Imam asy-Syatibi)
Al-Qur’an Sumbernya : Qoth’iyu Tsubut
( Sumbernya Pasti)
1. Terciptanya suatu keputusan bersama antara para ulama dan ahli agama
(yang berwenang) untuk mencegah kemudharatan dalam penyelesaian
suatu perkara yang tidak ditentukan secara eksplisit oleh Al
Qur’andanHadist.
2. Tersepakatinya suatu keputusan dari hasil ijtihad yang tidak bertentangan
dengan All Qur’an dan Hadist..
3. Dapat ditetapkannya hukum terhadap sesuatu persoalan Ijtihadiyah atas
pertimbangan kegunaan dan kemanfaatan yang sesuai dengan tujuan
syari’at berdasarkan prinsip-prinsip umum ajaran Islam
DASAR DASAR IJTIHAD
Adapun yang menjadi dasar ijtihad ialah Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Diantara ayat Al-
qur’an yang menjadi dasar ijtihad adalah sebagai berikut:
Sesungguhnya kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa
kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah
wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak
bersalah), karena (membela) orang-orang yang berkhianat.(Q.S. an-Nisa [4]:105).
Adapun sunnah yang menjadi dasar ijtihad diantaranya hadits ‘Amr bin al-‘Ash yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Muslim, dan Ahmad yang menyebutkan bahwa Nabi
Muhammad bersabda :
apabila seorang hakim menetapkan hukum dengan berijtihad, kemudian benar maka
ia mendapatkan dua pahala. Akan tetapi, jika ia menetapkan hukum dalam ijtihad itu
salah maka ia mendapatkan satu pahala.(Muslim,II, t.th:62)
Muhammad Abu Zahrah dalam bukunya Ushul al-Fiqh menyebut ada enam tingkatan
mujtahid, yaitu :
(menghasilkan fikih)
METODE-METODE IJTIHAD
1. Qiyas
2. Istihsan
3. Al maslahah al mursalah
4. Al istishab
5. urf
para ulama sendiri, baik salaf maupun khalaf juga mengakui ungkapan bahwa ikhtilaf
dalam masalah furu’ fiqih merupakan rahmat bagi umat, meski haditsnya dhaif.
Imam Malik bin Anas
Imam Malik suatu saat diminta oleh Khalifah Harun Ar Rasyid,”Wahai Abu Abdullah kita
tulis kitab-kitab ini dan kita bagikan di negeri-negeri Islam agar umat mengikutinya!”
Maka Imam Malik pun membalas,”Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya ikhtilaf ulama
adalah rahmat dari Allah atas umat ini. Setiap orang mengikuti apa yang benar
menurutnya, semua berada di atas hidayah, semua menghendaki Allah”. (Kasyf Al Khafa,
1/65)
Ibnu Qudamah Al Hanbali
Ibnu Qudamah ulama besar yang menjadi rujukan dalam madzhab Hanbali menyatakan
dalam muqadimah kitab beliau Al Mughni (hal.11),”Amma ba’d, sesungguhnya Allah
dengan rahmat-Nya dan kekayaan-Nya…menjadikan pada pendahulu umat ini para imam
dari mereka dijadikan pedoman, dengan mereka kaidah-kaidah Islam termudahkan,
dengan mereka terjelaskan masalah hukum, kesepakatan mereka adalah hujjah dan
ikhtilaf mereka adalah rahmat yang luas”.
Ibnu Taimiyah
Ibnu Taimiyah juga menyampaikan dalam Majmu’ Fatawa (30/80),”Sebab itulah,
sebagian ulama menyatakan, kesepakatan mereka (ulama) hujjah qath’i sedangkan
ikhtilaf mereka adalah rahmat yang luas”.
Al Hafidz As Suyuthi
Al Hafidz As Suyuthi dalam risalah Jazil Al Mawahib fi Ikhtilaf Al Madzahib (hal.
25) menyampaikan, ”Ketahuilah bahwa ikhtilaf madzhab-madzhab yang ada ini
adalah nikmat yang besar, ia memiliki rahasia halus yang diketahui oleh orang-
orang alim namun buta terhadapnya orang-orang jahil, hingga engkau mendengar
sebagian orang bodoh menyatakan,’Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam datang
dengan syariat satu, maka dari mana ada madzhab empat?!’”
Ibnu Raslan As Syafi’i
Al Allamah Ibnu Raslan pun menulis dalam muqadimah Alfiyah Fiqih-nya, ”Dan
Syafi’i, Malik, Nu’man (Abu Hanifah), Ahmad bin Hanbal dan Sufyan…Dan lainnya
dari seluruh Imam di atas hidayah dan ikhtilaf rahmat”. (lihat, Ghayah Al Bayan
Syarh Zubad Ibni Raslan, hal. 21)
Abu Abdullah Ad Dimasyqi As Syafi’i
Bahkan seorang ulama yang bermadzhab Syafi’i dari Syam, Abu Abdullah Ad
Dimasyqi Al Ustmani membukukan pendapat ulama madzhab empat dan
sejumlah mujtahid lainnya dalam karya beliau Rahmatul Ummah fi Ikahtilaf Al
Aimmah, rahmat bagi umat dalam ikhtilaf para Imam.