Anda di halaman 1dari 5

IJTIHAD

1. Pengertian Ijtihad

Sebelum membahas fungsi ijtihad sebagai sumber hukum Islam, kamu perlu
untuk mengetahu pengertian ijtihad terlebih dahulu. Kata Ijtihad sendiri berasal dari kata
ijtahada yajtahidu ijtihadan yang memiliki arti mengerahkan segala kemmpuan yang ada
pada diri dalam menanggung beban. Menurut bahasa, ijtihad dapat di artikan dengan
bersungguh-sungguh dalam mencurahkan semua isi pikiran.

Sedangkan untuk pengertian ijtihad dilihat dari isitilah adalah mencurahkan


semua tenaga serta pikiran dan bersungguh-sungguh dalam menetapkan suatu hukum.
Maka dari itu tidak disebut ijtihad jika tidak adanya unsur kesulitan pada suatu pekerjaan.

Secara terminologis, berijtihad merupakan mencurahkan semua kemampuan


dalam mencari syariat dengan menggunakan metode tertentu. Ijtihad sendiri dipandang
sebagai sumber hukum Islam yang ketiga setelah Al-Qur’an dan hadits. Ijtihad juga
menjadi pemegang fungsi penting dalam penetapan hukum Islam. Orang yang
melaksanakan Ijtihad disebut dengan Mujtahid, dimana orang tersebut adalah orang yang
ahli tentang Al-quran dan hadits.

2. Dalil Hukum Ijtihad

Ada beberapa dasar hukum diharuskannya ijtihad, diantaranya :

a. Al-Qur’an

         
            
       

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri
di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (QS.An-nisa:59)
yang dimaksud dengan dikembalikan kepada Allah dan Rasul ialah bahwa bagi orang-
orang yang mempelajari Qur’an dan Hadits supaya meneliti hukum-hukum yang ada
alsannya, agar bisa diterapkan kepada peristiwa-peristiwa hukum yang lain, dan hal ini
adalah ijtihad.

b. Al-Hadits

Kata – kata Nabi s.a.w. : “Ijtihadlah kamu, karena tiap-tiap orang akan mudah
mencapai apa yang diperuntukkan kepadanya” (Jalaluddin Rahmat, Dasar
Hukum Islam, hlm 163)

‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم – يقول إِ َذا َح َك َم ْال َحا ِك ُم فَاجْ تَهَ َد ثُ َّم‬
َ – ِ ‫اص – رضي هللا عنه – أَنَّهُ َس ِم َع َرسُو َل هَّللا‬ ِ ‫ع َْن َع ْم ِرو ْب ِن ْال َع‬
‫اب فَلَهُ أَجْ َرا ِن َوإِ َذا َح َك َم فَاجْ تَهَ َد ثُ َّم أَ ْخطَأ َ فَلَهُ أَجْ ٌر‬
َ ‫ص‬َ َ‫أ‬.

Dari Amr bin Ash bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Ketika seorang hakim
hendak memutuskan hukum, lalu berijtihad, kemudian benar, ia mendapatkan dua pahala.
Jika ia hendak memutuskan hukum, lalu berijtihad kemudian ternyata salah, ia dapat satu
pahala.” (HR. Muslim)

c. Ijmak

Umat Islam dan berbagai madhabnya telah sepakat atas dianjurkannya


ijtihad, dan sungguh ijtihad ini telah dipraktekkan benar. Di antara buah dan hasil
ijtihad ini adalah hukum-hukum fiqh yang cukup kaya yang ditelorkan para mujtahid
sejak dulu sampai sekarang.

Akal kita pun mewajibkan untuk melaksanakan ijtihad karena sebagian


besar dalil-dalil hukum syara’ praktis adalah bersifat dzanni yang menerima
beberapa interpretasi pendapat sehingga memerlukan adanya ijtihad guna
menentukan pendapatnya yang kuat atau yang terkuat. Demikian juga perkara-
perkara yang tidak ada nashnya menuntut adanya ijtihad agar bisa menjelaskan
hukum syara’nya dengan menggunakan salah satu cara istidlal.

3. Fungsi Ijtihad

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, fungsi ijtihad sebagai sumber hukum
Islam dipandang sebagai sumber hukum ketiga setelah Al Quran dan hadits. dungsi
ijtihad sebagai sumber hukum Islam adalah untuk mendapatkan sebuah solusi hukum jika
ada suatu masalah yang harus di tetapkan hukumnya, akan tetapi tidak di temukan baik di
Al-Quran atau hadits.

Oleh karena itu, dari segi fungsi ijtihad sebagai sumber hukum Islam, ijtihad
memiliki kedudukan dan legalitas dalam Islam. Walaupun dengan demikian, ijtihad tidak
dapat di lakukan oleh sembarang orang artinya hanya orang-orang tertentu saja, yang
memenuhi syarat khusus yang boleh berijtihad. Beberapa Syarat tersebut di antaranya
adalah :

- Mempunyai pengetahuan yang luas dan mendalam

- Mempunyai pemahaman yang baik, baik itu bahasa Arab, ilmu tafsir, usul fiqh,
dan tarikh (sejarah)

- Mengetahui cara meng-istinbat-kan (perumusan) hukum dan melakukan qiyas,

- Mempunyai akhlaqul qarimah.

Pada intinya, fungsi ijtihad sebagai sumber hukum Islam sangat penting untuk kehidupan
umat Islam di kehidupan yang semakin berkembang. Sebagai sumber hukuk ketiga
setelah Alquran dan Hadits tentunya seorang mujathid yang akan berijtihad tidak bisa
sembarangan orang. Karena fungsi ijtihad sebagai sumber hukum Islam akan
mempengaruhi semua orang Islam di dunia.

4. Macam-Macam Ijtihad

Setelah mengetahui fungsi ijtihad sebagai sumber hukum Islam, kamu juga perlu
mengenal berbagai macam bentuk ijtihad. Dengan fungsi ijtihad sebagai sumber hukum
Islam yang sangat penting, pengetahuan tentang ijtihad tentunya juga harus dimiliki oleh
setiap muslim. Berikut jenis atau macam-macam ijtihad:

a. Ijma’ adalah suatu kesepakatan para ulama dalam menetapkan hukum agama Islam
berdasarkan Al-quran dan hadits dalam suatu perkara. Hasil dari kesepakatan para
ulama tersebut berupa fatwa yang dilaksanakan oleh umat Islam.
b. Qiyas adalah suatu penetapan hukum terhadap masalah baru yang belum pernah ada
sebelumnya, namun mempunyai kesamaan (manfaat, sebab, bahaya) dengan masalah
lain sehingga ditetapkan hukum yang sama.

c. Maslahah Mursalah adalah suatu cara penetapan hukum berdasarkan pada


pertimbangan manfaat dan kegunaannya.Sududz Dzariah adalah suatu pemutusan
hukum atas hal yang mubah makruh atau haram demi kepentingan umat.

d. Istishab adalah suatu penetapan suatu hukum atau aturan hingga ada alasan tepat
untuk mengubah ketetapan tersebut.

e. Urf adalah penepatan bolehnya suatu adat istiadat dan kebebasan suatu masyarakat
selama tidak bertentangan dengan Al-quran dan hadits.

f. Istihsan adalah suatu tindakan meninggalkan satu hukum kepada hukum lainnya


karena adanya dalil syara’ yang mengharuskannya.

5. Syarat-Syarat Menjadi Ijtihad (Mujtahid)

Adapun syarat menjadi mujtahid diantaranya yaitu:

 Mengetahui ayat dan sunnah yang berhubungan dengan hukum.


 Mengetahui masalah-masalah yang telah di ijma’kan oleh para ahlinya
 Mengetahui Nasikh dan Mansukh.
 Mengetahui bahasa arab dan ilmu-ilmunya dengan sempurna.
 Mengetahui ushul fiqh
 Mengetahui dengan jelas rahasia-rahasia tasyrie’ (Asrarusyayari’ah).
 Mengetahui kaidah-kaidah ushul fiqh Mengetahui seluk beluk qiyas.

6. Hikmah mempelajari ijtihad


- Dengan adanya sumber hukum, maka setiap perbuatan yang kita lakukan itu akan
memiliki dasarnya sehingga kita tidak akan salah atau berdosa dalam
mengerjakan sesuatu hal.
- Kita juga akan mendapat syafaat dari Rasulullah Saw. karena mencintai sunnah-
sunnahnya.
- Mengetahui Bagaimana Mujtahid Zaman Dulu Memutuskan Hukum Fiqih
- Memahami Quran dan Sunnah dengan Tepat
- Sebagai Metodologi untuk Melakukan Ijtihad
- Memahami Maksud/ Tujuan Disyariatkannya Hukum Islam

 .

Anda mungkin juga menyukai