KELOMPOK 4
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jadi, kita harus berterima kasih kepada para mujtahid yang telah
mengorbankan tenaga, waktu, dan pikirannya untuk menggali hukum
tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh umat Islam. Baik masalah-
masalah yang sudah lama terjadi di zaman Rasullullah maupun masalah –
masalah yang baru terjadi di masa ini.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1
3. Untuk memahami fungsi dari ijtihad.
4. Untuk mengetahui kedudukan ijtihad.
5. Untuk mengetahui syarat-syarat untuk melakukan ijtihad.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ijtihad
2
Allah mewajibkan hamba-Nya untuk berijtihad dalam upaya menimba
hukum-hukum dari sumbernya itu. Allah menguji ketaatan seseorang
untuk melakukan ijtihad, sama halnya seperti Allah menguji ketaatan
hamba-Nya dalam hal-hal yang diwajibkan lainnya.
Selanjutnya ijtihad memiliki banyak fungsi, diantaranya:
1. Menguji kebenaran hadis yang tidak sampai ke tingkat hadis
mutawattir seperti Hadis Ahad, atau sebagai upaya memahami
redaksi ayat atau hadis yang tidak tegas pengertiannya sehingg tidak
angsung dapat dipahami.
2. Berfungsi untuk mengembangkan prinsip-prinsip hukum yang
terdapat dalam Al-Quran dan Sunnah seperti dengan Qiyas, Istihsan,
dan Maslahah mursalah. Hal ini penting, karena ayat-ayat dan hadis-
hadis hukum yang sangat terbatas jumlahnya itu dapat menjawab
berbagai permasalahan yang terus berkembang dan bertambah
denga tidak terbatas jumlahnya.
C. Kedudukan Ijtihad
1. Kedudukan yang dibawa oleh nas yang dhanni, baik dari segi
pengertiannya, dan nas seperti ini adalah hadits. Ijtihad dalam hal ini
ditujukan kepada segi sanad dan pen-sahinannya, juga dari pertalian
pengertiannya dengan hukum yang sedang dicari.
2. Kedudukan yang dibawa oleh nas yang qat’I kedudukannya, tetapi
dhanni pengertiannya, dan nas seperti ini terdapat dalam Qur’an dan
Hadits juga: Obyek ijtihad disini ialah segi pengertiannya saja.
3
3.Kedudukan yang dibawa oleh nas yang dhannu kedudukannya, tetapi
qat’I pengertiannya, dan hal ini hanya terdapat dalam Hadits. Obyek
Ijtihad dalam hal ini ialah segi sanad, sahihnya hadits, dan
pertaliannya dengan Rasul. Dalam ketiga-tiga kedudukan hukum
tersebut di atas semua, daerah ijtihad terbatas sekitar nas, di mana
seseorang mujtahid tidak bisa melampaui kemungkinan-
kemungkinan pengertian nas.
4. Kedudukan yang tidak ada nas-nya atau tidak iijma’kan dan tidak
pula diketahui dari agama dengan pasti. Di sini seseorang yang
berijtihad memakai qiyas, atau istihsan atau ‘urf atau jalan-jalan lain.
Di sini daerha ijtihad lebih luas daripada kedudukan-kedudukan lain.
D. Syarat- Syarat Ijtihad
2. Mengetahui ijmak,
Persaratan yang kedua harus mengetahui ijmak sehingga ia
tidak mengeluarkan fatwa yang bertentangan ijmak. Akan tetapi,
seandainya dia tidak memandang ijmak sebagai dasar hukum, maka
4
mengetahui ijmak ini tidak menjadi syarat baginya untuk dapat
melakukan ijtihad.
5
Pertama, yang menempatkan pengetahuan tentang usul fikih
sebagai salah satu bagian dari pengetahuan tentang al-Qur’an
dan sunnah.
Kedua, yang tidak menempatkan usul fikih secara umum
sebagai syarat ijtihad, tetapi menempatkan pengetahuan
tentang qiyas sebagai gantinya.
Ketiga, yang menempatkan usul fikih sebagai syarat tersendiri
dalam ijtihad.
5. Mengetahui nasikh (yang menghapuskan) dan mansukh (yang
dihapuskan). Menurut al-Syaukani, pengetahuab tenteng nasikh dan
mansukh penting agar mujtahid tidak menerapkan suatu hukum yang
telah mansukh, baik yang terdapat dalam ayat-ayat atau hadits-
hadits.
BAB III
PENUTUP
6
Mengembangkan prinsip-prinsip hukum yang terdapat dalam Al-
Quran dan Sunnah seperti dengan Qiyas, Istihsan, dan Maslahah
mursalah
Menguji kebenaran hadits yang tidak sampai ke tingkat hadits
mutawattir.
5. Syarat-syarat seseorang dapat berijtihad menurut Al-Syaukani antara
lain :
Mengetahui al-Kitab (al-Qur’an) dan sunnah
Mengetahui ijmak
Mengetahui bahasa Arab
Mengetahui ilmu usul fikih
Mengetahui nasikh (yang menghapuskan) dan mansukh (yang
dihapuskan)
DAFTAR PUSTAKA
Ash Siddieqy, Hasbi. 1993. Pengantar Ilmu Fiqih. PT Bulan Bintang : Jakarta
http://alhumaydy.wordpress.com/2011/07/20/dasar-hukum-ijtihad