MASLAHAH MURSALAH”
MAKALAH
Ushul Fiqh
Kelompok 4
1. Dede Adjie
FAKULTAS TARBIYAH
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat allah yang maha esa, Yang dengan izinnya kami bisa
menyelesaikan sebuah tugas ini, Tak lupa sholawar dan salam semoga tercurah limpah kepada Nabi
besar Nabi Muhammad SAW yang dengan syafaatnya Insyaa allah akan menjadi penolong bagi kita di
Hari Kiamat, Aamiin. Adapun judul dari makalah ini yaitu “Dalil hokum Ijtihad, Ijma, Qiyas,
Istihsan dan maslahah mursalah”
Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, Maka dari itu kami mengharapkan saran dan
masukan serta kritik dari berbagai pihak, Mudah mudahan makalah ini dapat di pahami dengan mudah
serta semoga bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.
Penyusun.
LATAR BELAKANG Ijtihad adalah melakukan istimbath hukum
syari`at dari segi dalil-dalilnya yang terperinci
Ilmu ushul fiqh merupkan ilmu yang penting
di dalam syari`at.
dalam bidang ilmu agama Islam. Ilmu ini akan
membantu ulama dalam bidang ulumul qur’an, 2. Imam al-Ghazali
ulumul hadits, dan juga ulama fiqh untuk
Ijtihad adalah usaha sungguh-sungguh dari
mendalami bidang ilmu-ilmu tersebut. Dalam
seorang mujtahid dalam rangka mencari
kajian ulumul qur’an dan ulumul hadits, ushul
pengetahuan hukum-hukum syari`at. Dan
fiqh diperlukan untuk memahami nash-nash
ijtihad sempurna yaitu mengerahkan segenap
yang ada dalam alqur’an dan hadis. Urgensi
usaha dalam rangka untuk melakukan
ushul fiqh lebih diperlukan dalam bidang
penncarian, sehingga sampai merasa tidak
kajian fiqh dan hukum Islam, terutama untuk
mampu lagi untuk melakukan tambahan
menetapkan hukum dalam kajian fiqh
pencarian lagi.
kontemporer yang memerlukan ijtihad dan
tidak ditemukan dalil secara sharih dari 3. Abdul Hamid Hakim
alqur’an dan hadis. Dalam khazanah hukum Ijtihad adalah mengerahkan segenap
islam, diyakini bahwa orang yang tidak kemampuan dalam rangka untuk memperoleh
memahami ushul fiqh dengan baik, tidak akan hukum syara’ dengan jalan istinbath dari
mampu memahami hukum islam secara tepat. alqur’an dan as-sunnah.
Menurut Abdul hamid Hakim bahwa seorang melakukan ijtihad dengan menggunakan
(gharib) dari Alquran dan sunnah. mereka baik dalam kaidah istinbath ataupun
memadai tentang nasikh dan mansukh. ketentuan hukumnya tidak didapatkan dari
imam mazhab mereka. Mereka juga
Tanpa memenuhi persyaratan tersebut, maka
adakalanya meringkas kaidah-kaidah istinbat
sesorang tidak dapat dikategorikan sebagai
yang dibangun oleh imam mereka.
mujtahid yang berhak melakukan ijtihad.
Ulama mujtahid menurut ahli ushul dibedakan 4. Mujtahid Murajih
tingkatanya tergantung pada aktivitas ijtihad Mujtahid murajih adalah mujtahid yang tidak
yang dilakukanya. Dr. Abd Salam Arief, mengistinbatkan hukum furu’, mereka
membedakan tingkatan mujtahid dalam empat melakukan ijtihad hanya terbatas
kategori, yaitu: membandingkan beberapa pemikiran hukum
apa yang terdapat dalam nash-nash Ijmak secara bahasa dari kata ajma’a-yujmi’u-
hukum syar`i. Ijmakan yang memiliki arti sepakat, setuju,
mengumpulkan, menghimpun, dan tekad yang b) Kesepakatan itu terjadi pada suatu masa
bulat. Sementara, menurut Imam al-Amidi sesudah wafatnya Rasulullah saw.
dalam kitabnya al-ihkam fi ushul al-ahkam,
c) Kesepakatan itu atas suatu hukum syara’
menyatakan bahwa Ijmak memiliki dua arti,
tentang suatu kasus (peristiwa).
yaitu tekad dan kesepakatan.
b) Rukun Ijma
Sementara secara istilah, Ijmak dalam
perspektif ulama ushul didefiniskan dalam Pokok Ijmak itu ada pada kesepakatan para
beragam perspektif, sebagai berikut : mujtahid kaum muslimin. Dan kesepakatn itu
dapat menjadi Ijmak ketika memenuhi
1) Hasan
persyaratan yang telah ditentukan oleh syariat.
Ijmak dalam istilah ulama ushul adalah Menurut Wahbah al- Zuhaili, dalam kitabnya
kesepakatan para mujtahid dari umat Nabi Al-Wajiz Fi Ushul Al-Fiqh, bahwa rukun
Muhammad SAW pada satu masa atas hukum Ijmak ada enam perkara, yaitu:
syarak setelah wafatnya (nabi) SAW.
1. Yang melakukan Ijmak itu sejumlah
2) Abdul hamid Hakim mujtahid, Ijmak tidak cukup dikeluarkan oleh
seorang mujtahid. Karena makna kesepakatan
Secara istilah, Ijmak adalah kesepakatan umat
itu tidak akan tercermin kecuali dengan
nabi Muhammad SAW setelah wafatnya pada
melibatkan banyak mujtahid. Dan sekiranya
suatu masa terhadap suatu masalah.
dalam suatu masa tidak terdapat mujtahid
3) Muhammad Mu’ad Mustafa al-Khan kecuali hanya seoarng saja, maka tidak bisa
umatnya Nabi Muhammad SAW pada suatu 2. Adanya kesepakatan semua para mujtahid
masa paska masa Nabi SAW terhadap suatu atas hukum syara’. Tidak kesepakatan itu tidak
hukum syara’. dianggap sebagai Ijmak sekiranya hanya
Para ulama ushul membedakan Ijmak dalam agama ini secara dahrurat, seperti Ijmak
beragam bentuk. Al- Jizani, membedakan dan terhadap kewajiban shalat, puasa, dan haji.
mengelompokan Ijmak dalam lima bentuk, Dan ini adalah Qath’I yang tidak boleh
Dilihat dari caranya Ijmak dibedakan dalam Ijmak khusus adalah apa yang disepakati oleh
dua bentuk, yaitu Ijmak sarih dan Ijmak sukuti. para ulama, seperti kesepakatan mereka bahwa
hubungan seksual itu membatalkan puasa. Dan
jenis Ijmak ini kadang Qath’i dan kadang tidak Ijmak mutawatir adalah Ijmak yang
Qath’i, oleh karena itu wajib bersandar pada diriwayatkan sampai kepada kita dengan jalan
karakter Ijmak ini atas suatu hukum mutawatir. Di dalam hal ini, maka yang dilihat
terhadapnya. adalah sahihnya periwayatan Ijmak itu.
Dilihat dari sisi waktu terjadinya Ijmak, Ijmak yang ahad adalah Ijmak yang dari sisi
menurut al-Jizani, dibedakan dalam dua periwayatan disampaikan oleh orang yang
kategori, yaitu Ijmak sahabat dan Ijmak non sedikit jumlahnya. Sehingga Ijmak tersebut
sahabat. tidak begitu dikenal dikalangan kaum
muslimin.
a) Ijmak sahabat
5) Ijmak dilihat dari sisi kekuatan sebagai
Ijmak sahabat adalah kesepakatan dilakangan
hujjah
sahabat nabi tentang suatu peristiwa hukum
saat itu. Ketika Ijmak sahabat ini diketahui, Dilihat dari sisi kekuatan digunakan untuk
maka Ijmak tersebut adalah qathiy, dan berhujjah, menurut al- Jizani, Ijmak dibedakan
berkedudukan sebagai hujjah yang tidak boleh dalam dua kategori yaitu Ijmak yang Qath’I
diperdebatkan lagi. dan Ijmak yang dzanniy.
Ijmak non sahabat adalah kesepakatan orang- Ijmak qathiy adalah Ijmak yang secara pasti
orang paska sahabat Nabi SAW. Dan para ahli dapat dijadikan sebagai dasar hujjah. Misalnya,
ilmu (lama) berbeda pendapat terkait Ijmak sahabat yang diriwayatkan secara
kemungkinan terjadinya dan kemungkinan mutawatir dan Ijmak tentang ilmu agama yang
untuk mengetahuinya. Adapun jumhur ulama duketahui secara dharurat.
berpendapat bahwa Ijmak mereka itu dapat
b) Ijmak Dzanni
menjadi hujjah.
Ijmak dzanni adalah Ijmak dari sisi hujjah
4) Ijmak dilihat dari cara sampainya
menempati posisi dzanniy. Seperti Ijmak
kepada kita.
sukuti.
Bersadarkan cara sampainya kepada kita,
d) Kaidah kaidah ijma
menurut al-Jizani, Ijmak dibedakan dalam dua
Ijmak adalah termasuk salah satu
kategori, yaitu Ijmak dengan riwayat
hujjah syara’ dan menyalahi Ijmak
mutawatir dan Ijmak dengan riwayat Ahad.
adalah diharamkam.
a) Ijmak yang Mutawatir Ijmak harus bersandarkan kepada
Alqur’an dan al-Sunnah.
Ijmak tidak didahulukan atas Alquran Secara bahasa qiyas berasal dari kata kerja
dan al-sunnah. lampau (fiil madhi), qasa-yaqisu-qiyasan
Ijmak tidak menasakh (menghapuskan) berari mengukur, menyamakan, dan
nash. menghimpun atau ukuran skala, bandingan,
Ijmak yang terjadinya mengalahkan dan analogi. Adapun pengertian secara istilah
pengetahuan yang bersifat dhann beberapa tokoh mendefinisikan sebagaimana
(dugaan), adalah Ijmak terhadap berikut :
agama yang diketahui secara dharuri
1) Syaikh Utsaimin,
(wajib).
Ijmaksahabat adalah mungkin Seorang tokoh terkemuka kontemporer dari
setelah mereka maka sulit terjadinya berikut: Menyamakan cabang (faru) dengan
Ijmak Penduduk Madinah adalah persamaan keduanya dalam ilat hukum (alas
Berdasarkan definisi yang diutarakan oleh para Meskipun ada dalil umum yang dapat
ahli di atas dapat difahami, bahwa istihsan: digunakan dalam menetapkan hukum suatu
masalah, namun dalam keadaan tertentu dalil
a) Pindahnya seorang mujtahid dari tuntutan
umum itu tidak digunakan, dan sebagai
qiyas jali kepada qiyas khafi,
gantinya digunakan dalil khusus.
b) Pindahnya seorang mujtahid dari hukum
c) Beralih dari tuntutan hukum kulli kepada
kulli kepada hukum pengecualian karena
tuntutan yang dikehendaki hukum juz’I
adanya dalil yang dianggap cacat oleh akal,
(pengecualian).
yang memperkuat baginya untuk melakukan
kepindahan tersebut 2) Istihsan dipandang dari segi sandaran
dalilnya.
c) Memindahkan hukum masalah karena
adanya suatu dalil khusus dari kitab (Alquran) Dilihat dari sandaran dalil, Abdul karim bin
dan sunnah. Ali bin Muhammad al-Namlah dalam kitabnya
al-Muhadzdzab fi Ilm Ushul al-Fiqh al-
b) Macam macam istihsan
Muqaran, membedakan Istihsan dalam lima
Istihsan dibagi menjadi dua, yaitu istihsan kategori, yaitu: istihsan yang disandarkan pada
dipandang dari segi pemindahan hukumnya, nash, Ijmak, adat, perkara darurat, dan qiyas
dan istihsan dipandang dari sandaran dalilnya. khafiy.