Anda di halaman 1dari 17

“DALIL HUKUM IJTIHADI, IJMA, QIYAS, ISTIHSAN DAN

MASLAHAH MURSALAH”

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah

Ushul Fiqh

Dosen Pengampu :Yanto Maulana Restu, M.Pd.

Kelompok 4

1. Dede Adjie

2. Rafi Nugraha Djuliana

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM TASIKMALAYA

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat allah yang maha esa, Yang dengan izinnya kami bisa
menyelesaikan sebuah tugas ini, Tak lupa sholawar dan salam semoga tercurah limpah kepada Nabi
besar Nabi Muhammad SAW yang dengan syafaatnya Insyaa allah akan menjadi penolong bagi kita di
Hari Kiamat, Aamiin. Adapun judul dari makalah ini yaitu “Dalil hokum Ijtihad, Ijma, Qiyas,
Istihsan dan maslahah mursalah”

Yang terhormat Bapak Yanto Maulana Restu, M.Pd.

Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, Maka dari itu kami mengharapkan saran dan
masukan serta kritik dari berbagai pihak, Mudah mudahan makalah ini dapat di pahami dengan mudah
serta semoga bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.

Tasikmalaya, 19 Oktober 2023

Penyusun.
LATAR BELAKANG Ijtihad adalah melakukan istimbath hukum
syari`at dari segi dalil-dalilnya yang terperinci
Ilmu ushul fiqh merupkan ilmu yang penting
di dalam syari`at.
dalam bidang ilmu agama Islam. Ilmu ini akan
membantu ulama dalam bidang ulumul qur’an, 2. Imam al-Ghazali
ulumul hadits, dan juga ulama fiqh untuk
Ijtihad adalah usaha sungguh-sungguh dari
mendalami bidang ilmu-ilmu tersebut. Dalam
seorang mujtahid dalam rangka mencari
kajian ulumul qur’an dan ulumul hadits, ushul
pengetahuan hukum-hukum syari`at. Dan
fiqh diperlukan untuk memahami nash-nash
ijtihad sempurna yaitu mengerahkan segenap
yang ada dalam alqur’an dan hadis. Urgensi
usaha dalam rangka untuk melakukan
ushul fiqh lebih diperlukan dalam bidang
penncarian, sehingga sampai merasa tidak
kajian fiqh dan hukum Islam, terutama untuk
mampu lagi untuk melakukan tambahan
menetapkan hukum dalam kajian fiqh
pencarian lagi.
kontemporer yang memerlukan ijtihad dan
tidak ditemukan dalil secara sharih dari 3. Abdul Hamid Hakim

alqur’an dan hadis. Dalam khazanah hukum Ijtihad adalah mengerahkan segenap
islam, diyakini bahwa orang yang tidak kemampuan dalam rangka untuk memperoleh
memahami ushul fiqh dengan baik, tidak akan hukum syara’ dengan jalan istinbath dari
mampu memahami hukum islam secara tepat. alqur’an dan as-sunnah.

4. Abdul hamid Muhammad bin Badis al-


shanhaji.
PEMBAHASAN
Ijtihad adalah mengerahkan segenap
A. IJTIHAD
kemampuan untuk melakukan istibath hukum
a) Pengertian Ijtihad dari dalil syara’ dengan kaidah-kaidah. Dan
orang melakukan ijtihad tersebut adalah orang
Ijtihad dari segi bahasa berasal dari kata
yang pakar dalam bidang ilmu-ilmu al-Quran
ijtihada yang berarti bersungguh-sungguh,
dan al-sunnah, memiliki pengetahuan yang
rajin, giat atau mencurahkan segala
luas tentang maqasid syariah (tujuan-tujuan
kemampuan (jahada). Jadi, menurut bahasa,
hukum islam), dan memiliki pemahaman yang
ijtihad ialah berupaya serius dalam berusaha
benar terkait dengan bahasa Arab.
atau berusaha yang bersungguh-sungguh.
Sementara secara istilah, para ulama ushul Dari definisi di atas, dapat difahami bahwa
mendefinisikan ijtihad sebagai berikut: ijtihad itu, Pertama, usaha intelektual secara
sungguh-sungguh, Kedua, usaha yang
1. Wahbah al-Zuhaili
dilakukan itu adalah melakukan istibath
(menyimpulkan) dan menemukan hukum,
Ketiga, pencarian hukum dilakukan melalui
dalil-dalil baik dari alqur’an dan Sunnah; dan ia salah maka ia mendapatkan satu pahala
keempat, orang yang melakukan ijtihad itu saja.
adalah seorang ulama yang memiliki
Dari ayat dan hadis di atas, dapat difahami
kompetensi, dan keluasan wawasan serta
bahwa ijtihad merupakan suatu hal yang harus
pengetahuan dalam bidang hukum Islam.
dilakukan oleh seorang mujtahid dalam setiap
b) Kedudukan dan hukum Ijtihad zaman dalam rangka untuk menjawab
persoalan yang terus berkembang.
Ijtihad menurut ulama ushul merupakan pokok
syari’at yang ditetapkan oleh Allah AWT dan Menurut Syeikh Muhammad Khudlari Bik
rasul-Nya, dan dapat diketahui melalui dalam kitabnya Ushul Al-Fiqh, bahwa hukum
kitabnya, Alquran dan al-Sunnah. ijtihad itu dapat dikelompokkan menjadi tiga
macam, yaitu :
“Sesungguhnya kami telah menurunkan
kepadamu Al-Kitab dengan benar agar engkau 1. Wajib ‘Ain, yaitu bagi seseorang yang
menetapkan di antara manusia dengan jalan ditanya tentang sesuatu masalah dan
yang telah ditunjukkan oleh Alloh kepadamu.” masalah itu akan hilang sebelum
(An Nissa’:105) hukumnya diketahui. Atau ia sendiri
mengalami suatu peristiwa yang ia
Ayat ini menunjukan ketetapan ijtihad dengan
sendiri juga ingin mengetahui
jalan menetapkan hukum melalui Alquran dan
hukumnya.
al-Sunnah. Cara seperti ini, menurut para
2. Wajib kifayah, yaitu apabila seseorang
ulama adalah ijtihad dengan jalan qiyas, yaitu
ditanya tentang sesuatu dan sesuatu itu
menyamakan ketentuan hukum yang sudah
tidak hilang sebelum diketahui
ada ketetapannya di dalam nash dengan kasus
hukumnya, sedangkan selain dia
yang terjadi yang belum ada ketentuanya
masih ada mujtahid lain. Apabila
hukumnya dengan melihat persamaan illat di
seorang mujtahid telah menyelesaikan
antara keduanya.
dan menetapkan hukum sesuatu
Sementara ketentuan ijtihad dari al-Sunnah tersebut, maka kewajiban mujtahid
sebagaimana yang dikutip oleh Imam Asy- yang lain telah gugur. Namun bila tak
Syafi’iy di dalam kitabnya Al-Risalah. Beliau seorang pun mujtahid melakukan
meriwayatkan dengan sanad yang berasal dari ijtihadnya, maka dosalah semua
Amr bin Ash yang mendengar dari Rasulullah mujtahid tersebut.
saw bersabda: 3. Sunnah, yaitu ijtihad terhadap suatu
masalah atau peristiwa yang belum
“Apabila seorang hakim menetapkan hukum
terjadi.
dengan ijtihad di dalam hal itu, kemudian ia
benar maka ia mendapatkan dua pahala, akan
tetapi apabila ia menetapkan hukum, berijtihad
c) Syariat syariat dan tingkat istinbat sendiri, tanpa bersandar kepada kaidah
mujtahid istinbat pihak lain. Yang termasuk dalam
jajaran kelompok ini antara lain :imam empat
Ijtihad merupakan tugas besar dan berat bagi
mazhab, yaitu Abu Hanifah, Malik bin anas,
seorang mujthid. Oleh karena itu para ulama
Imam al-Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hanbal;
ushul menetapkan beberapa persyaratan yang
laits bi Saad, al-Auzai, Sufyan al-Tsauri, Abu
harus dipenuhi oleh seseorang yang akan
saur, dan sebagainya.
melakukan ijtihad, baik syarat-syarat yang
menyangkut pribadi maupun syarat-syarat 2. Mujtahid Muntasib (Mujtahid Afiliatif)

keilmuan yang harus dimilikinya. Mujtahid afiliatif adalah mujtahid yang

Menurut Abdul hamid Hakim bahwa seorang melakukan ijtihad dengan menggunakan

mujtahid harus kaidah istinbath tokoh mazhab yang diikutinya,


meskipun dalam masalah-masalah furu’ ia
memenuhi empat syarat ijtihad, yaitu :
berbeda pendapat dengan imam yang
1. Mempunyai pengetahuan yang cukup diikutinya itu.
(alim) tentang al-kitab dan al-Sunnah.
3. Mujtahid fi al-madhab
2. Mempunyai kemampuan berbahasa
Arab yang memadai, sehingga mampu Mujahid fi al-mazhab adalah para mujtahid

menafsirkan kata-kata yang asing yng mengikuti sepenuhnya imam mazhab

(gharib) dari Alquran dan sunnah. mereka baik dalam kaidah istinbath ataupun

3. Menguasai ilmu ushul fiqh dalam persoalan-persoalan furu’iyyah. Mereka

4. Mempunyai pengetahuan yang berijtihad pada masalah-masalah yang

memadai tentang nasikh dan mansukh. ketentuan hukumnya tidak didapatkan dari
imam mazhab mereka. Mereka juga
Tanpa memenuhi persyaratan tersebut, maka
adakalanya meringkas kaidah-kaidah istinbat
sesorang tidak dapat dikategorikan sebagai
yang dibangun oleh imam mereka.
mujtahid yang berhak melakukan ijtihad.
Ulama mujtahid menurut ahli ushul dibedakan 4. Mujtahid Murajih

tingkatanya tergantung pada aktivitas ijtihad Mujtahid murajih adalah mujtahid yang tidak
yang dilakukanya. Dr. Abd Salam Arief, mengistinbatkan hukum furu’, mereka
membedakan tingkatan mujtahid dalam empat melakukan ijtihad hanya terbatas
kategori, yaitu: membandingkan beberapa pemikiran hukum

1. Mujtahid Mutlaq Mustaqil (Mujtahid mujtahid sebelumnya, kemudian memilih

Independen) salah satu yang dianggap arjah (paling kuat).

Meujtahid independen adalah seorang d) Ruang lingkup dan Macam


mujtahid yang membangun teori dan kaidah macam ijtihad
1. Ruang Lingkup Ijtihad 3. Al-Ijtihad al-Isthishlahi, yaitu
meletakkan hukum-hukum syari`ah
Dilihat dari sisi ruang lingkupnya, ijtihad
untuk kejadian/peristiwa yang terjadi
dapat dibedakan dalam dua kategori yaitu:
yang tidak terdapat dalam al Qur`an
1. Al-Masail Al-Furu'iyyah Al-Dhoniah dan Sunnah menggunakan ar ra`yu
yaitu masalah-masalah yang tidak yang disandarkan atas isthishlah.
ditentukan secara pasti oleh nash
Alquran dan Hadist. Hukum islam
tentang sesuatu yang ditunjukkan oleh e) Kaidah kaidah ijtihad
dalil dhoni atau ayat-ayat Alquran dan  Ijtihad adalah salah dasar dari dasar-
hadis yang statusnya dhoni dasar fiqh (ushul fiqh).
mengandung banyak penafsiran  Tidak ada ijtihad kecuali dari kalangan
sehingga memerlukan upaya ijtihad ulama mujtahid.
untuk sampainya pada ketentuan yang  Yang wajib ijtihad dan yang benar
meyakinkan. adalah satu.
2. Al-Masail Al-Fiqhiyah Al-Waqa’iyah  Pintu ijtihad adalah terbuka, tidak
Al-Mu’ashirah, yaitu hukum Islam tertutup.
tentang sesuatu yang baru, yang sama
 Tidak ada ijtihad bersamaan dengan
sekali belum ditegaskan atau
adanya nash.
disinggung oleh Alquran, hadist,
 Ijtihad itu berpahala.
maupan Ijmak para ulama'.
 Ijtihad jama’iy adalah lebih utama
2. Pembagian Ijtihad dibandingkan dengan ijtihad individu.
 Ijtihad dalam rangka untuk memahami
Dilihat dari macamnya, menurut al-Dualibi,
nash adalah terpuji.
sebagaimana dikatakan oleh Wahbah Al-
 Ijtihad itu tidak batal oleh ijtihad lain.
Zuhaili, ijtihad dibedakan dalam tiga macam:
 Taqlid kepada mujtahid adalah wajib
1. Al-Ijtihad al-Bayani, yaitu bagi orang awam.
menjelaskan (bayan) hukum- hukum  Ijtihad seorang perempuan
syari`ah dari nash-nash syar`i. diperbolehkan.
2. Al-Ijtihad al-Qiyasi, yaitu meletakkan
(wadl`an) hukum- hukum syari`ah
untuk kejadian/peristiwa yang tidak B. IJMA
terdapat dalam al Qur`an dan Sunnah,
dengan jalan menggunakan qiyas atas
a) Pengertian Ijma

apa yang terdapat dalam nash-nash Ijmak secara bahasa dari kata ajma’a-yujmi’u-
hukum syar`i. Ijmakan yang memiliki arti sepakat, setuju,
mengumpulkan, menghimpun, dan tekad yang b) Kesepakatan itu terjadi pada suatu masa
bulat. Sementara, menurut Imam al-Amidi sesudah wafatnya Rasulullah saw.
dalam kitabnya al-ihkam fi ushul al-ahkam,
c) Kesepakatan itu atas suatu hukum syara’
menyatakan bahwa Ijmak memiliki dua arti,
tentang suatu kasus (peristiwa).
yaitu tekad dan kesepakatan.
b) Rukun Ijma
Sementara secara istilah, Ijmak dalam
perspektif ulama ushul didefiniskan dalam Pokok Ijmak itu ada pada kesepakatan para
beragam perspektif, sebagai berikut : mujtahid kaum muslimin. Dan kesepakatn itu
dapat menjadi Ijmak ketika memenuhi
1) Hasan
persyaratan yang telah ditentukan oleh syariat.
Ijmak dalam istilah ulama ushul adalah Menurut Wahbah al- Zuhaili, dalam kitabnya
kesepakatan para mujtahid dari umat Nabi Al-Wajiz Fi Ushul Al-Fiqh, bahwa rukun
Muhammad SAW pada satu masa atas hukum Ijmak ada enam perkara, yaitu:
syarak setelah wafatnya (nabi) SAW.
1. Yang melakukan Ijmak itu sejumlah
2) Abdul hamid Hakim mujtahid, Ijmak tidak cukup dikeluarkan oleh
seorang mujtahid. Karena makna kesepakatan
Secara istilah, Ijmak adalah kesepakatan umat
itu tidak akan tercermin kecuali dengan
nabi Muhammad SAW setelah wafatnya pada
melibatkan banyak mujtahid. Dan sekiranya
suatu masa terhadap suatu masalah.
dalam suatu masa tidak terdapat mujtahid
3) Muhammad Mu’ad Mustafa al-Khan kecuali hanya seoarng saja, maka tidak bisa

Kesepakatan semua ulama mujtahid dari disebut Ijmak.

umatnya Nabi Muhammad SAW pada suatu 2. Adanya kesepakatan semua para mujtahid
masa paska masa Nabi SAW terhadap suatu atas hukum syara’. Tidak kesepakatan itu tidak
hukum syara’. dianggap sebagai Ijmak sekiranya hanya

4) Abdul Wahab Khallaf, disepakati oleh mayoritas saja, sekalipun yang


tidak setuju itu hanya beberapa orang saja.
Ijmak menurut istilah ulama ushul adala
Karena yang disebut Ijmak adalah kesepakatan
kesepakatan semua mujtahid dari kaum
seluruh ulama Negara-negara Islam, dan tidak
muslimin pada suatu masa setelah wafatnya
dianggap sebagai Ijmak kalau kesepakatan itu
rasulullah SAW terhadap suatu hukum syara’
dilakukan oleh orang-orang yang bukan ulama
tentang suatu peristiwa.
mujtahid.
Dari definisi di atas, dapat difahami, bahwa
3. Hendaknya kesepakatan itu harus dipenuhi
yang dimaksud dengan Ijmak adalah :
oleh seluruh mujtahid dari berbagai Negara
a) Kesepakatan seluruh mujtahid Islam Islam pada saat terjadinya peristiwa. Sekiranya
kesepakatan itu hanya terjadi di suatu wilayah
Negara atau Negara, sementara ulama-ulama a) Ijmak Sarih
yang di berbagai wilayah tidak melakukan
Ijmak sarih adalah bentuk kesepakatan
kesepakatan itu, maka tidak disebut sebagai
pendapat dikalangan para ulama, dimana para
Ijmak. Sebagai contoh kesepakatan ulama Iraq,
ulama menyatakan persetujuanya terhadap
kesepakatan ulama Mesir, dan lain sebagainya.
suatu persoalan hukum yang terjadi, yang
4. Kesepatan itu dimulai dengan masing- dinyatakan secara jelas dengan lisan dan
masing ulama menyampaikan pendapat secara tulisan yang disertai dengan alasan-alasan
terang terkait denga peristiwa hukum itu. Baik yang mendasarinya.
kesepakatan itu dilakukan dengan perkataan
b) Sukuti
ataupun perbuatan, baik dengan melakukan
pertemuan dalam satu forum ataupun terpisah- Ijmak sukuti adalah suatu bentuk Ijmak yang
pisah. mana para ulama tidak menyatakan
kesepakatan secara keseluruhan terhadap suatu
5. Kesepakatan itu terjadi dari kalangan ahli
persoalan hukum yang dibahas atau disepakati.
ijtihad yang memiliki sifat adil, terhidarnya
Sehingga ada ulama yang diam, tidak
bid’ah. Karena nash-nash tentang Ijmak
menyatakan pendapat terhadap persoalan yang
menunjukan tentang kehujjahan Ijmak
sedang dibahas atau disepakati. Sehingga
memberikan indikasi dearah itu.
diamnya ulama tersebut dianggap telah
6. Orang-orang yang melakukan kesepakatan menyetujui terhadap kesepakatan yang ada.
(Ijmak) itu harus bersandarkan pada hukum
2) Ijmak dilihat berdasarkan pesertanya
syara’ dalam Ijmak mereka baik dari nash
ataupun qiyas. Karena fatwa tanpa ada Dilihat dari sisi pesertanya, menurut al-Jizani,
sandaran adalah salah, dan berpendapat dalam Ijmak dibedakan dalam dua kategori yaitu
hukum agama tanpa ilmu adalah dilarang. Hal Ijmak umum dan Ijmak khusus.
ini sebagaiman ditunjukan dalam firman Allah a) Ijmak Umum
SWT al-Isra ayat 36.
Ijmak umum adalah Ijmak kaum muslimin
c) Macam macam ijma secara umum terhadap apa yang diketahui dari

Para ulama ushul membedakan Ijmak dalam agama ini secara dahrurat, seperti Ijmak

beragam bentuk. Al- Jizani, membedakan dan terhadap kewajiban shalat, puasa, dan haji.

mengelompokan Ijmak dalam lima bentuk, Dan ini adalah Qath’I yang tidak boleh

yaitu: diperdebatkan lagi.

1) Berdasarkan cara Ijmak dilakukan. b) Ijmak Khusus

Dilihat dari caranya Ijmak dibedakan dalam Ijmak khusus adalah apa yang disepakati oleh

dua bentuk, yaitu Ijmak sarih dan Ijmak sukuti. para ulama, seperti kesepakatan mereka bahwa
hubungan seksual itu membatalkan puasa. Dan
jenis Ijmak ini kadang Qath’i dan kadang tidak Ijmak mutawatir adalah Ijmak yang
Qath’i, oleh karena itu wajib bersandar pada diriwayatkan sampai kepada kita dengan jalan
karakter Ijmak ini atas suatu hukum mutawatir. Di dalam hal ini, maka yang dilihat
terhadapnya. adalah sahihnya periwayatan Ijmak itu.

3) Ijmak berdasarkan waktunya b) Ijmak yang ahad

Dilihat dari sisi waktu terjadinya Ijmak, Ijmak yang ahad adalah Ijmak yang dari sisi
menurut al-Jizani, dibedakan dalam dua periwayatan disampaikan oleh orang yang
kategori, yaitu Ijmak sahabat dan Ijmak non sedikit jumlahnya. Sehingga Ijmak tersebut
sahabat. tidak begitu dikenal dikalangan kaum
muslimin.
a) Ijmak sahabat
5) Ijmak dilihat dari sisi kekuatan sebagai
Ijmak sahabat adalah kesepakatan dilakangan
hujjah
sahabat nabi tentang suatu peristiwa hukum
saat itu. Ketika Ijmak sahabat ini diketahui, Dilihat dari sisi kekuatan digunakan untuk
maka Ijmak tersebut adalah qathiy, dan berhujjah, menurut al- Jizani, Ijmak dibedakan
berkedudukan sebagai hujjah yang tidak boleh dalam dua kategori yaitu Ijmak yang Qath’I
diperdebatkan lagi. dan Ijmak yang dzanniy.

b) Ijmak non-sahabat a) Ijmak Qath’i

Ijmak non sahabat adalah kesepakatan orang- Ijmak qathiy adalah Ijmak yang secara pasti
orang paska sahabat Nabi SAW. Dan para ahli dapat dijadikan sebagai dasar hujjah. Misalnya,
ilmu (lama) berbeda pendapat terkait Ijmak sahabat yang diriwayatkan secara
kemungkinan terjadinya dan kemungkinan mutawatir dan Ijmak tentang ilmu agama yang
untuk mengetahuinya. Adapun jumhur ulama duketahui secara dharurat.
berpendapat bahwa Ijmak mereka itu dapat
b) Ijmak Dzanni
menjadi hujjah.
Ijmak dzanni adalah Ijmak dari sisi hujjah
4) Ijmak dilihat dari cara sampainya
menempati posisi dzanniy. Seperti Ijmak
kepada kita.
sukuti.
Bersadarkan cara sampainya kepada kita,
d) Kaidah kaidah ijma
menurut al-Jizani, Ijmak dibedakan dalam dua
 Ijmak adalah termasuk salah satu
kategori, yaitu Ijmak dengan riwayat
hujjah syara’ dan menyalahi Ijmak
mutawatir dan Ijmak dengan riwayat Ahad.
adalah diharamkam.
a) Ijmak yang Mutawatir  Ijmak harus bersandarkan kepada
Alqur’an dan al-Sunnah.
 Ijmak tidak didahulukan atas Alquran Secara bahasa qiyas berasal dari kata kerja
dan al-sunnah. lampau (fiil madhi), qasa-yaqisu-qiyasan
 Ijmak tidak menasakh (menghapuskan) berari mengukur, menyamakan, dan
nash. menghimpun atau ukuran skala, bandingan,
 Ijmak yang terjadinya mengalahkan dan analogi. Adapun pengertian secara istilah
pengetahuan yang bersifat dhann beberapa tokoh mendefinisikan sebagaimana
(dugaan), adalah Ijmak terhadap berikut :
agama yang diketahui secara dharuri
1) Syaikh Utsaimin,
(wajib).
 Ijmaksahabat adalah mungkin Seorang tokoh terkemuka kontemporer dari

terjadinya, adapun Ijmak orang-orang Saudi Arabia, mendefiniskan qiyas sebagai

setelah mereka maka sulit terjadinya berikut: Menyamakan cabang (faru) dengan

secara umum. asal dalam suatu hukum karena adanya illat

 Ijmak tidak dikhususkan untuk (alasan hukum) yang menghimpun diantara

kalangan sahabat. keduanya.

 Kesepakatan empat khalifah bukanlah 2) Syaikh Wahbah al-Zuhaili.


sebagai Ijmak.
Seorang ulama yang terkenal dalam bidang
 Ketika terjadi perbedaan pendapat di
ilmu fiqh dari Syiria, mendefiniskan qiyas
antara dua orang pakar (ulama)
sebagai berikut:
tentang Ijmak suatu masalah, maka
didahulukan pendapat orang yang Menyamakan suatu perkara yang tidak
membawa pendapat yang beda dalam dinashkan (tidak tercantum di dalam Alquran
masalah itu, karena hal itu dikuatkan. dan Sunnah) atas ketentuan hukumnya yang
 Tidak adanya pengetahuan tentang syar’I dengan suatu perkara yang dinashkan
orang yang berbeda pendapat, maka (tercantum dalam Alquran dan Sunnah) atas
tidak sah pengakuan adanya Ijmak. ketentuan hukumnya, karena adanya

 Ijmak Penduduk Madinah adalah persamaan keduanya dalam ilat hukum (alas

hujjah menurut Malikiyah. an hukum).

 Ijmak sahabat setelah terjadinya 3) Syaikh al-Sinqithi.


perbedaan pendapat, maka Ijmak itu
Seorang ulama fiqh terkenal dari Saudi Arabia,
menghilangkan perbedaan sebelumnya.
menegaskan dalam definisinya tentang qiyas
sebagai berikut:

C. QIYAS Membawa cabang kepada asal dalam


ketentuan hukum karena adanya (persamaan)
a) Pengertian Qiyas
yang menyatukan diantara keduanya.
4) Muhammad Abu zahrah, Pokok adalah tempat mengqiyaskan sesuatu
(al-maqis alaih). Abdul wahab Khalaf
Seorang ulama fiqh Mesir terkenal,
mendefiniskan sebagai berikut:
memberikan pengertiansebagai berikut:
Asl adalah segala sesuatu yang ketentuan
ungguhnya adalah penjelasan hukum suatu
hukumnya terdapat nashnya. Ini dinamakan
perkara yang tidak ada ketetapan nashnya
dengan al-maqis alaih, mahmul alaih, dan
terhadap ketentuan hukumnya dengan cara
musabah bih.
meng-ilhaq-kan (menyamakan) dengan suatu
perkara yang diketahui hukumnya dengan Dengan kata lain, asal merupakan masalah
ketetapan nash terhadapnya di dalam Alquran yang disebutkan dan telah ditetapkan
ataupun sunnah. hukumnya, baik dalam Alqur`an atau Sunnah
Rasulullah. Asal adalah dasar, titik tolak
5) Ali Hasaballah,
dimana suatu masalah yang ditetapkan
Qiyas menurut istilah ulama ushul adalah hukumnya baik di dalam alQur’an maupun as-
berkumpulnya sesuatu yang didiamkan untuk Sunnah itu dapat disamakan (musyabbah bih).
hukum syara’ yang dinashkan karena adanya
2. Hukum Ashal
illat hukum, dan menyamakannya (sesuatu
yang didiamkan) dengan yang di nashkan itu Hukm al-‘ashl yaitu hukum syara` yang
karenanya (ilat hukum) yang ada. terdapat pada ashal yang hendak ditetapkannya
pada far`u (cabang) dengan jalan qiyas. Dalam
Definisi qiyas yang dikemukakan berbeda
hal ini, Abdul wahab khalaf memberikan
redaksi oleh para ulama di atas pada
definsis:
hakikatnya memiliki maksud yang sama. Yaitu
sebuah prinsip untuk menerangkan hukum Hukum asal adalah hukum syara’ yang mana
yang terkandung di dalam Al qur’an atau ketentuan nashnya itu ada pada asal, dan
ketetapan dalam sunnah pada permasalahan dimkasudkan sebagai hukum untuk cabang.
yang tidak jelas ketetapannya di dalam kedua
Syarat-syarat hukum asal menurut Abu Zahroh:
sumber hukum Islam tersebut.
a. Hukum asal hendaklah berupa hukum syara’
b) Rukun Qiyas
yang berhubungan dengan amal perbuatan,
Qiyas baru dianggap sah bilamana lengkap karena yang menjadi kajian usul fiqh adalah
rukun-rukunnya. Para ulama ushul fiqh hukum yang menyangkut amal perbuatan.
sepakat bahwa yang menjadi rukun qiyas ada
b. Hukum asal dapat ditelusuri illat (motifasi,
empat yaitu :
alasan) hukumnya. Misalnya hukum haramnya
1. Ashal khamar dapat ditelusuri mengapa khamar itu
diharamkan yaitu karena memabukan dan bisa
merusak akal fikiran, bukan hukum-hukum
yang tidak dapat diketahui illat hukumnya c. Hukum cabang harus sama dengan hukum
(ghairu ma’qul al-ma’na), seperti masalah pokok
bilangan rakaat shalat.
4. Illat
c. Hukum asal bukan merupakan kekhususan
a) Pengertian illat
bagi Nabi Muhammad, misalnya kebolehan
Rasulullah beristri lebih dari empat orang Illat adalah alasan dan sebab yang menjadikan
wanita sekaligus. sebuah hukum itu ada atau tidak adanya.
Abdul wahab khallaf menyatakan:
3) Cabang/Far`u
Illat adalah sifat (karakter) yang menjadi dasar
Al-far’u secara bahasa bermakna cabang.
hukum asal dan keberadaanya menjadi
Sementara secara istilah Abdul Wahhab Khalaf
patokan untuk ketentuan cabang dengan
mendefinsikan:
menyamakan dengan asal dalam hukumnya.
Far’u (cabang) adalah segala sesuatu yang
Illat adalah suatu sebab yang menjadikan
tidak ada nashnya tentang hukumnya. Dan
adanya hukum sesuatu. Dengan persamaan
dimaksudkan, disamakannya dengan asal
sebab inilah baru dapat diqiaskan masalah
dalam hukumnya. Dan ini dinamakan dengan
kedua (furu’) kepada masalah pertama (asal)
al-maqis, mahmul alaih, dan musabah.
karena adanya suatu sebab yang dapat di
Dengan ungkapan lain, alfar’u (cabang) kompromikan antara asal dan furu’.
merupakan sesuatu yang tidak ada ketegasan
Rukun yang satu ini merupakan inti bagi
hukumnya dalam Al-Qur`an, Sunnah, atau
praktik qiyas karena berdasarkan illat itulah
Ijmak. Dan perkara ini merupakan hal yang
hukum-hukum yang terdapat dalam Al-Qur`an
hendak ditemukan hukumnya melalui qiyas.
dan Sunnah Rasulullah dapat di kembangkan
Atau dengan ungkapan lain, bahwa furu adalah
dan ditarik ke wilayah furu’ (cabang), untuk
suatu masalah yang akan diqiyaskan;
mengetahui titik persamaan di antara keduanya.
disamakan dengan asal (musyabbah).
b) Syarat-syarat Illat
Misalnya tentang minuman keras berupa
wisky dan beer adalah faru, yang akan dicari Menurut Ulama Ushul, ada beberapa syarat
kesamaaanya dengan khamr, sebagai asal. illat :

Syarat-syarat cabang (al-far’u) a. Illat harus berupa sesuatu yang ada


kesesuaiannya dengan tujuan-tujuan
a. Cabang tidak mempunyai ketentuan sendiri.
pembentukan suatu hukum. Artinya, kuat
b. Illat yang terdapat pada cabang sama dugaan bahwa hukum itu terwujud karena
dengan illat yang terdapat pada ashal. alasan adanya illat itu, bukan karena sesuatu
yang lain.
b. Illat harus bersifat jelas, makanya sesuatu yaitu al-nash, al-Ijmak, dan al-sabr wa al-
yang tersembunyi atau samar tidak sah taqsim.
dijadikan illat karena tidak dapat dideteksi
1. Dengan Nash
keberadaanya. Misalnya perasaan Ridha
meskipun menentukan sah atau tidaknya suatu Illat hukum yang ditunjukan oleh nash (al-
perikatan, namun semata- mata perasaan ridha, quran dan al-sunnah) adakalanya sharih
karena tersembunyi, tidak dapat dijadikan illat (terang) dan adakalnya dengan isyarah
bagi sahnya suatu perikatan. (indicator) saja.

c. Illat itu harus berupa sesuatu yang bisa 2. Dengan Ijmak


dipastikan bentuk, jarak, atau kadar 3. Dengan al-sabr wa al-taqsim
timbanganya jika berupa barang yang
Al-Sibr artinya percobaan; meneliti
ditimbang sehingga tidak jauh berbeda
kemungkinan-kemungkinan. At-taqsim adalah
pelaksanaanya antara seorang pelaku dengan
meringkas sifat-sifat yang baik untuk menjadi
pelaku yang lain. Misalnya, tindakan
illat pada asal; menyelesaikan atau memisah-
pembunuhan adalah sifat yang dapat
misahkan. Sehingg Al-Sibr wa at-taqsim
dipastikan yaitu menghilangkan nyawa
adalah meneliti kemungkinan-kemungkinan
seseorang, dan hakikat pembunuhan itu tidak
sifat pada suatu pristiwa atau kejadian,
berbeda antara yang satu dengan yang lain.
kemudia memisahkan atau memilih di antara
Oleh sebab itu ia secara sah bisa dijadikan illat
sifat-sifat itu yang paling tepat dijadikan
bagi terhalangnya mendapat warisan bilamana
sebagai illat hukum.
yang membunuh adalah anak dari yang
terbunuh atau ahli waris dari yang terbunuh. a. Tanqih al-manath
Dan atas dasar itu secara sah bisa diqiaskan
Tanqikhul Manath, tanqikh secara bahasa
kepadanya wasiat, yaitu bilamana seseorang
adalah membedakan, mengoreksi dan
penerima wasiat membunuh pihak yang
membersihkan. Dan al-manath adalah illat.
berwasiat, maka pembunuh tidak lagi berhak
Maka anqikhul manath adalah mengoreksi dan
terhadap harta yang diwasiatkan untuknya itu
membetulkan illat terhadap segala sesuatu
diqiaskan kepada masalah warisan tadi.
yang terkait dengannya dari berbagai karakter
c) Cara mengetahui illat (masalik al-illat) yang tidak masuk dalam illat.

Masalik al-illat adalah cara-cara mengetahui b. Takhrij al-manath


illat atau cara-cara mengetahui hal-hal yang
Takhrij al-manath adalah mengeluarkan illat
dianggap oleh syari’ sebagai illat dan tidak
yakni melakukan istinbath dengan metode al-
dianggap sebagai illat.
sabr wa al-taqsim ketika tidak ada suatu dalil
Menurut para ahli ushul, paling tidak ada tiga yang memberikan petunjuk, tetapi ulama
cara untuk mengetahui tentang sillat hukum, (faqih)
mencari untuk menemukan fungsi illat dengan Qiyas Syibhi yaitu qiyas dimana mulhaqnya
metode analisis. dapat diqiyaskan kepada dua mulhaq bih.
Maka diqiyaskan kepada mulhaq bih yang
mengandung banyak persamaan.
c. Tahqiq al-manath
d) Kaidah kaidah Qiyas
Tahqiq al-manath- yaitu analisis seorang faqih
 Qiyas adalah salah satu hujjah syar’iyyah.
dalam menentukan adanya illat di cabang atau
 Tidak ada qiyas dalam pertentangan
tidak adanya.
dengan nash
c) Macam macam Qiyas  Qiyas tidak dilakukan kecuali dalam
keadaan dibutuhkan/terpaksa.
1) Qiyas Aula
 Qiyas itu adalah benar terhadap yang
Qiyas Aula yaitu qiyas yang ‘illatnya sudah ditetapkan oleh asal secara
mewajibkan adanya hukum, dan yang bertentangan.
disamakan atau yang dibandingkan(mulhaq),  Qiyas yang benar didahulukan dari hadis
mempunyai hukum yang lebih utama daripada yang dhaif.
yang dibandingi (mulhaq bih)  Pendapat sahabat yang tidak bertentangan

2) Qiyas Musawy dengan pendapat sahabat lainya,


didahulukan dari qiyas.
Qiyas musawy yaitu qiyas yang ‘illatnya
 Hukum itu beredar bersamaan ada dan
mewajibkan adanya hukum, dan ‘illat hukum
tidaknya illat.
yang ada pada yang dibandingkan (mulhaq),
 Illat tidak bisa ditetapkan kecuali dengan
sama dengan ‘illat hukum yang ada pada
suatu dalil.
mulhaq bih.
 Tidak sah suatu pembenaran (mencari illat)
3) Qiyas Al-Adwan. berdasarkan semata-mata keserupaan
dalam bentuk.
Qiyas Al-Adwan Yaitu Qiyas yang illat hukum
 Tidak ada qiyas dalam hal ibadah.
yang ada pada mulhaq (yang dibandingkan)
lebih rendah dibandingkan dengan illat hukum
yang ada pada mulhaq bih (pembanding).
D. ISTIHSAN
4) Qiyas Dilalah,
a) Pengertian Istihsan
Qiyas Dilalah yaitu qiyas dimana illat yang
Istihsan, secara bahasa dari kata hasan yang
ada pada mulhaq /yang disamakan,
artinya baik. Kata hasan ditambah dengan tiga
menunjukkan hukum, tetapi tidak mewajibkan
huruf alif, sin dan ta’, yang kemudian menjadi
hukum padanya.
kata baru istahsana, yang bermakna mencari
5) Qiyas Syibhi sesuatu yang baik, dan mengaggap baik
terhadap sesuatu hal. Menurut istilah, para 1) Istihsan dipandang dari segi pemindahan
ulama usul fiqih telah mendefinisikan hukumnya
pengertian istihsan dalam beragam perspektif:
Menurut Prof. Dr. Amir Syarifudin, istihsan
1) Abdul Wahab Khalaf dipandang dari segi pemindahan hukumnya
dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
(Istihsan) ialah pindahnya seorang mujtahid
dari tuntutan qiyas jali kepada qiyas khafi, atau a) Beralih dari yang dituntut oleh nash dhahir
dari hukum kulli kepada hukum pengecualian (qiyas jalli) kepada yang dikehendaki oleh
karena adanya dalil yang dianggap cacat oleh qiyas khafi.
akal, yang memperkuat baginya untuk
Dalam hal ini, mujtahid tidak menggunakan
melakukan kepindahan tersebut.
qiyas dhahir dalam menetapkan hukumnya,
2) Muhammad al-Amin al-Sinqithi tetapi menggunakan qiyas khafi, karena
menurut perhitunganya cara itulah yang paling
Yang dimaksudkan dengan Istihsan adalah
kuat, tepat, dan lebih maslahat.
memindahkan hukum masalah dari kerangka
perspektifnya karena adanya suatu dalil khusus b) Beralih dari yang dituntut oleh nash yang
dari kitab (Alquran) dan Sunnah. umum kepada hukum yang bersifat khusus.

Berdasarkan definisi yang diutarakan oleh para Meskipun ada dalil umum yang dapat
ahli di atas dapat difahami, bahwa istihsan: digunakan dalam menetapkan hukum suatu
masalah, namun dalam keadaan tertentu dalil
a) Pindahnya seorang mujtahid dari tuntutan
umum itu tidak digunakan, dan sebagai
qiyas jali kepada qiyas khafi,
gantinya digunakan dalil khusus.
b) Pindahnya seorang mujtahid dari hukum
c) Beralih dari tuntutan hukum kulli kepada
kulli kepada hukum pengecualian karena
tuntutan yang dikehendaki hukum juz’I
adanya dalil yang dianggap cacat oleh akal,
(pengecualian).
yang memperkuat baginya untuk melakukan
kepindahan tersebut 2) Istihsan dipandang dari segi sandaran
dalilnya.
c) Memindahkan hukum masalah karena
adanya suatu dalil khusus dari kitab (Alquran) Dilihat dari sandaran dalil, Abdul karim bin
dan sunnah. Ali bin Muhammad al-Namlah dalam kitabnya
al-Muhadzdzab fi Ilm Ushul al-Fiqh al-
b) Macam macam istihsan
Muqaran, membedakan Istihsan dalam lima
Istihsan dibagi menjadi dua, yaitu istihsan kategori, yaitu: istihsan yang disandarkan pada
dipandang dari segi pemindahan hukumnya, nash, Ijmak, adat, perkara darurat, dan qiyas
dan istihsan dipandang dari sandaran dalilnya. khafiy.

a) Istihsan dengan nash


Istihsan dengan nash adalah memindahkan E. MASLAHAH MURSALAH
tentang suatu masalah dari hukum qiyas
1. Pengertian Etimologis
kepada hukum lain yang berlawanan (berbeda)
yang memiliki landasan dalam Al-Quran dan Maslahah mursalah, secara bahasa merupakan
al-sunnah. dari kata maslahah dan mursalah. Maslahlah
dari kata dari kata ialah pembinaan (penetapan)
b) Istihsan dengan Ijmak
hukum berdasarkan maslahah (kebaikan,
Istihsan dengan Ijmak adalah memindahkan kepentingan) yang tidak ada ketentuannya dari
hukum qiyas pada suatu masalah kepada suatu syara’ baik ketentuan umum atau khusus.
hukum yang berbeda denganya yang Sementara mursalah berasal dari kata arsala-
ditetapkan dengan Ijmak. yursilu-irsalan-mursalan-mursalatan, yang
berarti mengutus, melepaskan, dan terlepas.
c) Istihsan dengan adat kebiasaan (‘urf)
Sehingga mashlahah mursalah artinya
Istihsan dengan urf (adat) adalah kemaslahatan yang mutlak atau umum, yaitu
memindahkan dari hukum qiyas tetantang kemashlahatan.
suatu masalah kepada hukum lain yang
2. Pengertian Istilah
berbeda, dengan melihat berlakukanya
kebiasaan (adat) tentang itu, dengan melihat Sementara secara istilah, para ulama ushul
perbuatan yang sudah biasa dilakukan manusia. mendefinsikan maslahlah , dalam beragam
perspektif. Diantaranya sebagai berikut:
d) Istihsan dengan perkara darurat
a) Abdul Wahab Khalaf.
Istihsan dengan perkara darurat adalah
mengganti dari hukum qiyas terhadap suatu Maslahah mursalah (mutlaqah) dalam istilah
persolan kepada hukum lain yang berbeda ahli usul adalah kemaslahatan yang tidak
dengan yang sebelumnya karena darurat. disyariatkan oleh Allah (syarik) ketentuan
hukumnya untuk diwujudkanya, dan tidak ada
e) Istihsan dengan qiyas khafi.
dalil syarak yang menunjukan terhadap
Istihsan dengan qiyas khafiy yaitu mengganti ketetapanya ataupun pengabaianya. Dan ini
ketentuan hukum qiyas yang jelas, cepat dinamakan muthlaqah karena tidak dikaitkan
difahami oleh akal fikiran, kepada ketentuan dengan dalil pewajiban ataupun dalil
hukum lain dengan suatu qiyas yang lain pula. pengingkaran.202
Dan ini lebih dalam dan tersembunyi
b) Al-Sinqithiy
dibandingkan dengan qiyas yang pertama,
tetapi ini lebih kuat dari sisi hujjah, lebih kuat Yaitu kemaslahatan yang tidak dipersaksikan
dari sisi perspektif dan lebih sahih dari sisi oleh syariat dengan dalil khusus (tertentu),
hasil. tetapi tidak juga dibatalkan dengan suatu dalil
tertentu.
Dari beberapa definisi di atas dapat 4. Istilah maslahah mursalah disebut juga
dismpulkan bahwa, maslahah mursalah adalah: dengan maslahah muthlaqah dan juga
disebut dengan maslahah mulaimah.
1. Ia adalah sesuatu yang baik menurut
akal dengan pertimbangan dapat Jadi, termasuk maslahah mursalah adalah
mewujudkan kebaikan atau segala sesutau yang dapat mendatangkan
menghindarkan keburukan. kegunaan (manfaat) dan dapat menjauhkan
2. Apa yang baik menurut akal itu, juga keburukan (kerugian), serta hendak
selaras dan sejalan dengan tujuan diwujudkan oleh kedatangan syariat Islam,
syara’ (maqashid syariah) dalam serta diperintahkan nash-nash syara’ untuk
menetapkan hukum. semua lapangan hidup. Akan tetapi, syara’
3. Apa yang baik menurut akal dan tidak menentukan satu persatunya maslahah
selaras pula dengan tujuan syara’ tersebut maupun macam keseluruhannya.
tersebut tidak ada petunjuk syara’
secara khsusus yang menolaknya, juga
tidak ada petunjuk syara’ yang (REFERENSI, USHUL FIQH: METODE
mengakuinya. IJTIHAD HUKUM ISLAM Jilid II

Karangan Agus Miswanto, S.Ag., M.A )

Anda mungkin juga menyukai